Anda di halaman 1dari 8

Nama : Amos Rian Samosir (22.01.

2046)

Benni Pandapotan Sihombing (22.01.2057)

Tingkat/Jurusan : I-A/Teologi

Mata Kuliah : Pembimbing dan Pengantar Perjanjian Baru II

Dosen Pengampu : Dr. Jon Riahman Sipayung

Kelompok VI

KITAB FILIPI

I. Pendahuluan

Seperti yang diketahui, Kitab Perjanjian Baru adalah Firman Allah yang
sepenuhnya Karya Allah, di dalam Yesus Kristus. Di dalam Perjanjian Baru menceritakan
bagaimana perjalanan Yesus Kristus dan Murid-murid-Nya untuk menyampaikan kabar
keselamatan kepada Dunia serta perjalanan Rasul paulus dalam mewartakan injil.
Perjanjian Baru adalah cerita yang menarik akan janji Allah dan juga terdapat sejarah
penulisan, kesaksian dan kisah-kisah yang membangun Iman di dalam pengharapan akan
masa depan. Pada saat ini, penulis akan mengkaji tentang Kitab Filipi dan kekhususan
serta Refleksinya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, melalui pembahasan kali
ini dapat menambah wawasan pembacanya.

II. Pembahasan
II.1. Latar Belakang Filipi

Kota Filipi pernah bernama Datos, kemudian berganti nama Krenides yang
berarti mata air atau sumber air. Namun Filipi diberikan oleh Raja Filipus ayah dari
Iskandar Zulkarnain (Alexander Agung). Kota Filipi sebagai pintu gerbang
perdagangan antara Asia dan Eropa. Pada waktu Kaisar Agustus menang, ia membuat
Filipi menjadi koloni Romawi, sehingga penduduk menamakan dirinya orang Roma
(Kis 16:21). Bahasa resminya adalah Latin, akan tetapi bahasa sehari-harinya adalah
Yunani.1 Nama kota Filipi adalah sebutan nama dari seorang raja Makedonia, yaitu
Raja Philip II (Ayah dari Alexander Agung, yang bermata satu), ialah pendiri kota ini.

1
Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru (Yogyakarta: ANDI, 2017), 228.
Pada awal mulanya kota ini bernama “Crenides” yang artinyan tempat pancaran-
pancaran air yang dihuni penduduk Thasos (suatu suku bangsa di Yunani Utara kira-
kira pada 300 SM). Pada zaman Paulus, Filipi adalah sebuah kota di Mekadonia
Timur, dekat perbatasan Thracia. Kota tersebut terletak 10 mil ke pedalaman dari kota
pelabuhan Neapolis dan 33 mil di sebelah timur kota Amfipolis di Mekadonia. Filipi
juga merupakan pusat kota di ujung Timur daerah itu, beberapa mil dari Neapolis.
Orang disana terdiri dari Roma dan Yunani.2 Paulus mendirikan gereja di Filipi pada
perjalanan penginjilan yang kedua (Kis 16:12). Ia harus meninggalkan kota itu karena
adanya penganiayaan (1 Tes 2:2), tetapi gereja di sana tetap setia kepadanya di
Tesalonika (Fil 4:16). Hal ini menunjukkan bahwa Paulus memiliki hubungan yang
hangat dengan gereja di sana, karena biasanya ia selalu dengan cermat membiayai
kebutuhanya sendiri (Fil 4:15; 1 Tes 2:99; 2 Kor 11:8-9). 3 Kota Filipi merupakan
tempat permulaan penginjilan di Eropa. Setelah mendapat penglihatan tentang seorang
Makedonia (Kis 16:9). Paulus bertolak ke Troas karena ia merasa bahwa Allah telah
memanggilnya untuk memberitakan injil kepada orang-orang yang berada disana (Kis
16:10). Ketika Paulus, Silas, Timotius, dan Lukas tiba di kota ini mereka mulai
berkotbah dan mengadakan kebaktian di tepi sungai. Mereka ini termasuk Lidia dan
keluarganya kemudian menjadi jemaat di Filipi. Akan tetapi tidak lama kemudian
timbullah kesukaran.4 Kenyataan pada saat Paulus keluar kota untuk mencari tempat
sembayang karena disitu tidak ada synagoge, hal itulah yang membuat jemaat di Filipi
kurang bersukacita. Kota itu adalah kota bukan orang Yahudi dan pada kunjungan
pertama tersebutlah Paulus dapat memberitakan injil disana.5

II.2. Penulis Waktu Dan Tempat Penulisan

Surat ini ditulis oleh Paulus dari dalam penjara sehingga surat ini pun
dikelompokkan bersamasurat Efesus, Kolose, dan Filemon sebagi surat-surat dari
penjara. Situasi dalam penjara sangat ketat, namun Paulus dapat mengutus Timoteus ke
Filipi (Flp 2:23). Kemudian Epafroditus dapat mengunjungi Paulus di penjara dan
membawa sumbangan dari jemaat Filipi (Flp 4:18) sehingga Paulus mengutus dia

2
Jonar Situmorang, Mengenal Dunia Perjanjian Baru (Yogyakarta: ANDI, 2019), 266.
3
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018), 60.
4
Walter M. Dunnett, Pengantar Perjanjian Baru (Surabaya: Gandum Mas, 2013), 71-72.
5
Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 1992), 130.
kepada jemaat yang ada di Filipi untuk menyampaikan terima kasih. 6 Sebagian besar
surat Paulus yang dikirim ke Filipi melalui Epafroditus menyangkut soal-soal pribadi,
berhubung dengan kemungkinan Paulus akan dibebaskan karena pernyataan kasihnya
bagi orang Kristen di Filipi. Paulus sejak dulu memang mempunyai hubungan yang
erat dengan jemaat Kriten di Filipi, itulah jemaat pertama yang didirikan Paulus di
bumi Eropa dan rupanya salah satu dari sedikit jemaat yang tidak pecah oleh karena
pandangan yang merusak tentang iman dan perilaku Kristen. 7 Sementara itu proses
perkara Paulus didalam penjara belum dapat dipastikan (Flp 2:23) sehingga hukuman
mati adalah satu kemungkinan keputusan dan Paulus siap menerimanya (Flp 1:20-21).
Akan tetapi Paulus berharap bahwa ia masih bisa hidup dan dibebaskan dan dapat
mengunjungi jemaat di Filipi (Flp 1:25; 2:24). Di tempat Paulus dipenjarakan ada
sebuah praetorium yaitu tempat kediaman pengawal pribadi dan pegawai serta
gubernur dalam penjara sehingga dihimpun bahwa mereka melihat Paulus menulis
surat selama di dalam penjara. Secara tradisional orang mengemukakan bahwa Paulus
menulis surat di penjara Roma, sehingga dapat diterima surat ini ditulis sekitar tahun
60 M.8

II.3. Tujuan Penulisan

Jemaat Filipi telah menjadi mitra Paulus dalam perjalanan misinya dan tujuan
Paulus menulis surat untuk Filipi yaitu berterima kasih kepada mereka dan menjadi
mitra terbaik dalam pelayanan injil sebagaimana mereka menjadikan Kristus dan
anugerah-Nya sebagai kemegahan dan sukacita mereka. 9 Kemudian bila melihat hal-
hal dalam surat ini dapat disimpulkan berisi bagian-bagian nasehat yang berkenaan
dengan gagasan persatuan melalui kerendahan hati (Flp 2:1-18) dan kedewasaan penuh
dalam Kristus (Flp 3:1-4). Lalu ajaran terpenting mengenai penjelmaan dan pemuliaan
Kristus (Flp 2:5-11) dalam setiap keadaan Kristus dipermuliakan, dalam penderitaan
Paulus sendiri (Flp 1:12-26), dalam kehidupan orang Kristen sendiri (Flp 2:1-5), dalam
hal terwujudnya ketenangan yang sebenarnya di dalam hidupnya (Flp 4:10-18).
Dengan teladanya sendiri Kristus telah menunjukkan bagaimana orang dapat berkenan
kepada Allah. Walaupun sifat-sifat keillahian ada didalam dirinya (Flp 2:6), dia

6
Samuel Benyamin, Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 2019), 184-185.
7
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), 390-391.
8
Samuel Benyamin, Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 2019), 185-186.
9
Dave Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi Dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: ANDI, 2008), 1.
bersedia untuk melepaskan hak-haknya untuk melaksanakan pekerjaan di salib (Flp
2:7-8). Inilah Kristus yang Paulus ingin kenal dalam pengalaman sehari-hari (Flp
3:10), dan yang kita nantikan dari surga serta yang akan mengubah tubuh kita yang
hina ini sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia (Flp 3:20-21).10

II.4. Hubungan Paulus Dengan Filipi

Paulus dan hubunganya dengan Filipi adalah pada perjalanan misi keduanya,
kira-kira tahun 49 M dimana Paulus dan rekanya membawa injil ke Filipi (Kis 16)
sehingga jemaat di Filipi adalah jemaat pertama di Eropa. Ketika Paulus berada di
Tesalonika, jemaat Filipi mengirim setidaknya dua kali bantuan keuangan kepadanya
(Flp 4:15-16). Kemudian ia berada di Korintus bebrapa saudara dari wilayah
Makedonia yang kemungkinan dari Filipi mengirim lebih banyak bantuan (2 Kor 11:7-
9). Pada saat Paulus mengunjungi Makedonia dua kali lagi sekitar tahun 55-57 M (Kis
20:1-6). Selama perjalanan, orang-orang percaya Makedonia yang kemungkinan dari
Filipi memberikan kontribusi sukarela kepada orang-orang kudus di Yerusalem (2 Kor
8:1-5). Disitulah Paulus dan akhirnya ditangkap serta ditempatkan dalam tahanan
rumah di Roma. Hal itulah tampaknya Paulus menulis surat-suratnya kepada jemaat di
Efesus, Filipi, Kolose.11 Dalam surat kepada jemaat Filipi Paulus menunjukkan
sikapnya yang murah hati terhadap orang-orang Kristen yang mengambil jarak dengan
nya, hal itu disebabkan adanya yang memberitakan Kristus tanpa ikhlas dan karena
kepentingan diri sendiri yang membuat Paulus memberikan teladan kepada mereka
supaya memperhatikan kepentingan orang lain.12

II.5. Struktur Isi Kitab Filipi

Adapun yang menjadi struktur isi dari kitab Filipi adalah sebagai berikut.

1. Pembukaan (1:1-11), yang berisi salam, ucapan syukur dan doa.


2. Kesaksian dan Nasihat-nasihat (1:12-2:30), berisi kesaksian tentang Paulus
(1:12-26) dan nasihat-nasihat untuk Gereja (1:27-2:18).
3. Nasihat untuk keteguhan iman (1:27-30), yaitu nasihat untuk merendahkan diri
(2:1-4), kristus sebagai teladan (2:5-11), dan nasihat agar tetap taat (2:12-18).

10
Walter M. Dunnett, Pengantar Perjanjian Baru (Surabaya: Gandum Mas, 2013), 72-73.
11
Dave Hagelberg, Tafsiran Surat Filipi Dari Bahasa Yunani (Yogyakarta: ANDI, 2008), 1.
12
Jakob Van Bruggen, Paulus Pionir Bagi Mesias Israel (Surabaya: Momentum, 2020), 187.
4. Kesaksian tentang Timotius dan Epafroditus(2:19-30).
5. Peringatan tentang Ajaran-ajaran Sesat dan pengalaman Paulus serta
kehidupannya sebagai teladan (3:1-21), berisi peringatan tentang bermegah diri
(3:1-3), kehidupan Paulus, dulu dan kini: Sebuah Jawaban bagi Yudaisme (3:4-
11), peringatan tentang Kesempurnaan ( 3:12-16), kehidupan Paulus sebagai
Sebuah Keteladanan (3:17), peringatan melawan Pengajar-pengajar Sesat
(3:20-21), kehidupan Paulus: Harapan akan dunia yang akan datang (3:20-21),
Nasihat-nasihat Terakhir (4:1-9) kemudian ucapan terima kasih atas keramahan
orang -orang Filipi (4:10-20).13
II.6. Ciri-Ciri Kitab Filipi

Ada beberapa hal yang sangat unik dan khas yang Rasul Paulus jelaskan dalam
surat Filipi. Adapun ciri khas dari surat ini adalah :

1. Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang serta mencerminkan hubungan
akrab Paulus dan orang percaya di Filipi. Surat ini juga mencerminkan
perhatian kepada Kristus dan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (Flp 1:21;
3:7-14).
2. Surat ini merupakan “surat sukacita” dan yang utama dalam Perjanjian Baru,
karena Paulus yang saat itu sebagai seorang tahanan masih bias mengucap
syukur dan bersukacita serta masih dapat berkata “segala perkara dapat
kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Flp 4:13).
Kekuatan Rasul Paulus dalam mengahadapi berbagai pencobaan merupakan
teladan bagi pengikut Kristus.
3. Surat ini menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat untuk
menjadi seorang hamba yang rendah hati (Flp 2:1-8), berusaha dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan (Flp 3:13-14), selalu bersukacita
dalam Tuhan (Flp 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Flp 4:6), merasa
senang dalam segala keadaan (flp 4:11), dan melakukan segala sesuatu karena
kasih karunia Kristus yang memberi kekuatan (Flp 4:13). 14

II.7. Pokok-Pokok Teologi Surat Filipi

13
Jin Loh dan Eugene A. Nida, Surat Paulus Kepada Jemaat Di Filipi (Jakarta: Lembaga Alkitab
Indonesia, 2013), 3.
14
Jonar Situmorang, Tafsiran Surat Filipi (Yokyakarta: ANDI, 2019), 27-28.
1. Bersukacita di Tengah Penderitaan

Jemaat di Filipi lahir di tengah penganiayaan karena iman mereka tang


berlangsung terus dengan maksut untuk menjegah pemberitaan injil dan
menghambat pertumbuhan gereja. Dalam mengahadapi penderitaan itu, Paulus
mengajak jemaat di Filipi untuk bersukacita dalam mengahadapi penderitaan itu
(Flp 4:10). Dalam hal ini juga, jemaat di Filipi di ajak untuk menjalani apa yang
mereka alami yang sudah mereka lihat pada Paulus yang dipenjarakan karena injil
(Flp 1:13). Ada juga beberapa saudara lain yang telah menyebabkan bebanya
semakin berat di dalam penjara (Filp 1:15). Akan tetapi justru penderitaan yang
Paulus alami menyebabkan kemajuan injil (Flp 1:12-26). Bahkan oleh
pemenjaraannya orang-orang dalam Praetorium mendengar injil dan menjadi
percaya sehingga Paulus kemudian mengarahkan perhatiannya kedepan dan
mebngatakan “Bagiku Hidup Adalah Kristus Dan Mati Adalah Keuntungan. Tetapi
jika aku harus hidup di dalam dunia, itu berarti bagiku bekerja memberi buah”.
(Flp 1:21, 22a). dengan mengungkapkan pengalaman hidup Paulus, dia ingin agar
jemaat di Filipi melihat bahwa sesulit apapun mereka harus tetap bersukacita.

2. Ancaman Perpecahan Dalam Persekutuan Jemaat

Ancaman perpecahan yang dating berasal dari dua orang yaitu Eoudia dan
Sintikhe yang keduanya berasal dari diaken dan termasuk kepemimpinan jemaat.
Mereka terlibat dalam perselisihan sehingga mengancam persekutuan jemaat di
Filipi. Perselisihan tersebut tidak hanya menghambat kemajauan injil, tetapi juga
menghambat pertumbuhan jemaat ke depan. Paulus memperoleh informasi tentang
keadaan jemaat itu dari Epafroditus yang menyebabkan Paulus memberikan
pendapatnya bahwa perpecahan itu disebabkan oleh kurangnya kerendahan hati
dan semangat persekutuan dalam jemaat. Paulus meminta kepada Eoudia dan
Sintikhe agar saling merendahkan diri dan meminta mengakhiri perselisihan
supaya Paulus dapat bermegah pada hari Kristus (Flp 2:16b). kemudian Paulus
juga mengangkat nyanyian perendahan diri Kristus sebagai pola dimana mereka
dapat meniru contoh yang Yesus telah lakukan dengan saling merendahkan diri
satu kepada yang lain seperti Kristus sendiri yang rela merendahkan dirn dan taat
sampai mati di salib. Oleh karena itu sekali lagi jemaat di Filipi di nasehati agar
mengikuti keteladanan kristus tersebut sehingga mereka dapat mempertahankan
persekutuan jemaat dan menjadi bercahaya seperti bintang di dunia (Flp 2:15).

3. Ancaman Ajaran Sesat Terhadap Jemaat

Ancaman ajaran sesat yang dihadapi jemaat Filipi merupakan musuh-


musuh yang ingin mempengaruhi jemaat kepada hal yang buruk. Paulus meminta
kepada jemaat untuk mengikuti contoh dirinya dan bukan mengikuti para musuh-
musuh para penyesat (Flp 4:9). Paulus juga menasihati jemaat agar menutup pintu
terhadap para penyesat supaya tidak merusak jemaat di Filipi. Paulus mengecam
para penyesat itu sebagai “pekerja-pekerja jahat”. Istilah yang di pakai disini
adalah katatome (pembegal). Orang Yahudi kadang-kadang juga disebut juga
orang yang bersunat (Peritome), karena sunat adalah ritus yang penting sebagai
tanda bagi mereka. Akan tetapi Paulus menentang hal itu supaya sunat tidak
diperkenankan kepada orang non-Yahudi. Oleh karena itu mereka yang
menyunantkan orang non-Yahudi hanyalah suatu pembegalan diri. Menurut Paulus
sunat yang benar bukan pembegalan tetapi sunat hati. Terhadap ajaran yang
menekankan agar sunat di tambahkan kepada mereka, Paulus berkata bahwa jemaat
harus bermegah di dalam kristus dan bukan pada hal yang bersifat lahiriah (Flp
3:3). Paulus juga menasihati jemaat agar berdiri teguh dalam Tuhan (Flp 4:1).15

II.8. Refleksi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Supaya orang Kristen mengerti pentingnya pemeliharaan terhadap persekutuan


dan kesatuan dengan Kristus sebagai Tuhan dan Raja-Nya sehingga Injil dapat
disebarluaskan. Dalam Kitab Filipi, Rasul Paulus mengajarkan bahwa kehidupan yang
bersukacita senantiasa ada di dalam Tuhan Yesus, walaupun di dalam kesulitan dan
kesusahan. Sukacita itu adalah sebagai suatu konsep berarti suatu pengalaman manusia
bersama dengan Allah yang terpengaruh ke dalam lima wujud relasi manusia yaitu
dengan Allah, diri sendiri, orang lain, lingkungan dan kebutuhan materi, dan misi
pelayanan.

15
Samuel Benyamin, Perjanjian Baru (Jakarta: Gunung Mulia, 2019), 189-193.
III. Kesimpulan

Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi adalah salah satu kitab dalam Alkitab Kristen
bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat kiriman Rasul Paulus untuk jemaat Kristen
yang ada di kota Filipi. Surat ini dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-
sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon. Bagian
pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya yaitu Timotius
dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada semua
orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken. Walaupun
surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi
jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di sana.

IV. Daftar Pustaka


Sumber Buku
Benyamin, Samuel, Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia, 2019.
Brotosudarmo, Pengantar Perjanjian Baru. Yogyakarta: ANDI, 2017.
Drane, John, Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia, 1996.
Dunnett, Walter M, Pengantar Perjanjian Baru. Surabaya: Gandum Mas, 2013.
Duyverman, Pembimbing Ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta: Gunung Mulia,
1992.
Hagelberg, Dave, Tafsiran Surat Filipi Dari Bahasa Yunani. Yogyakarta: ANDI,
2008.
Loh Jin dan. Nida, Eugene A, Surat Paulus Kepada Jemaat Di Filipi. Jakarta:
Lembaga Alkitab Indonesia, 2013.
Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2018.
Situmorang, Jonar, Mengenal Dunia Perjanjian Baru. Yogyakarta: ANDI, 2019.
Situmorang, Jonar, Tafsiran Surat Filipi. Yokyakarta: ANDI, 2019.
Van Bruggen, Jakob, Paulus Pionir Bagi Mesias Israel. Surabaya: Momentum,
2020.

Anda mungkin juga menyukai