Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TAVSIR PB V

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Irwanto Berutu, M.Th.

OLEH :
Rinto Parulian Tumangger

NIM :
1901011

TAFSIR KITAB TESALONIKA


Tesalonika adalah sebuah kota otonom, ibu kota Makedonia, sebuah propinsi Romawi (Yunani
Utara). Sebuah kota pelabuhan yang makmur di laut Aegea, sekaligus menjadi jalur perdagangan
darat (via Egnatia). Tesalonika merupakan kota modern yang maju, pusat pemerintahan Yunani
utara dan menduduki tempat kedua setelah Atena.
Jemaat Tesalonika didirikan sekitar tahun 50 M, setelah rasul Paulus (dengan Silas dan Timotius)
meninggalkan Filipi dalam perjalanan kedua untuk mengabarkan Injil. Dari Tesalonika, rasul
Paulus dan rombongannya pergi ke Berea. Lalu rasul Paulus meneruskan perjalanannya seorang
diri ke Atena. Tampaknya Timotius bergabung disitu. Tetapi tidak lama kemudian Timotius
disuruh kembali ke Tesalonika untuk mencari kabar.
Rasul Paulus ingin sekali tau apa yang telah terjadi dengan orang-orang Kristen di situ. Ia sedang
berada di Korintus ketika Timotius kembali dengan membawa kabar baik. Surat 1 Tesalonika
yang ditulis ketika itu, penuh kelegaan dan sukacita. Rasul Paulus menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dan mengulang kembali ajaran-ajaran yang dirasa belum mantap
dalam jemaat tersebut.
Beberapa bulan kemudian menyusul surat Paulus kedua yang menekankan kembali ajarannya
dan meluruskan kesalahpahaman, terutama mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Surat-surat ini ditulis kurang lebih 20 tahun setelah penyaliban Tuhan Yesus.
A. I Tesalonika
1. Latar belakang
Kita akan mulai dengan perbandingan dengan Kisah Para Rasul 17:1-10. Menurut laporan ini,
misi Paulus dan Silas dimulai di Sinagoge, tempat Paulus berkhotbah pada tiga hari sabat. Misi
ini memperoleh keberhasilan lebih besar di antara orang-orang Yunani “yang takut akan Allah”
dibandingkan dengan di antara orang-orang Yahudi, yang menjadi iri lalu menghasut sebuah
gerombolan dan mengadakan kerusuhan. Yason, yang rumahnya dimasuki perusuh itu, namun
sia-sia mencari Paulus dan Silas; dan sejumlah orang Kristen, diseret ke depan para pembesar
kota, tetapi setelah membayar uang jaminan mereka dibebaskan.
Paulus dan Silas diselundupkan pada malamnya dan pergi ke Berea. Disana mereka langsung
pergi ke Sinagoga. Menurut laporan, jemaat di Tesalonika terdiri dari orang-orang Yahudi dan
non-Yahudi, dan Paulus telah meloloskan diri dengan diam-diam dari kota karena adanya
komplotan yang direncanakan orang-orang Yahudi. Acuan pada kegiatan Paulus berkhotbah pada
tiga hari sabat dapat secara tersirat ditafsirkan sebagai persinggahan singkat selama tiga minggu.
2. Tujuan Penulisan dan ringkasan kitab:
Hanya surat-surat Tesalonika yang tidak menyebutkan jabatan resmi penulis, hanya namanya
saja (juga Silwanus dan Timotius) yang dicantumkan pada bagian permulaan. Agaknya Paulus
menulis dalam kapasitas seorang sahabat pribadi sekaligus penasehat rohani kepada anak-anak
rohaninya. Mereka sedang dalam kebingungan mengapa hal-hal semacam itu (penganiayaan)
dapat terjadi dalam hidup. Apakah Allah tidak mempedulikan mereka? Untuk membesarkan hati
mereka, Paulus mengingatkan mereka bagaimana dia sendiri diperlakukan dengan jahat, dan
bahwa dia “telah katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan.” Semua hal
tersebut termasuk dalam maksud rencana Tuhan.
Sepeninggal Paulus beberapa jemaat telah meninggal dunia. Bagaimanakah sikap jemaat
terhadap kematian? Mereka telah berpaling dari penyembahan berhala (1:9) yang tidak memberi
harapan tentang kehidupan akhirat, sebaliknya mengajarkan bahwa itu merupakan tempat yang
gelap dan menakutkan. Dapatkan mereka berjumpa kembali dengan orang-orang yang mereka
kasihi?
Dengan wewenang firman Tuhan (4:15) Paulus memberikan kepastian kepada mereka bahwa
orang saleh yang sudah mati dan masih hidup pada suatu waktu akan dipertemukan kembali dan
“akan diangkat bersama-sama … dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa (4:17). Sungguh,
itulah kata-kata penghiburan. Tetapi, dipihak lain, kedatangan-Nya yang kedua kali itu menuntut
kewaspadaan (5:6). Demikianlah Paulus menerapkan ajaran dalam kehidupan sehari-hari orang
Kristen.
Dalam surat ini, Paulus menutup setiap pasal dengan sedikit ajaran mengenai kedatangan Tuhan
kembali. Pasal 1:10 orang percaya harus “menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga.” Paulus
memperingatkan para pembacanya bahwa mereka akan menjadi “kemuliaan dan sukacita”nya
pada saat kedatangan Tuhan (2:19-20). Pasal 3:13, Paulus menginginkan agar orang-orang
Kristen itu “tak bercacat dan kudus, dihadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan
Tuhan dari sorga, dengan semua orang kudus-Nya.
Pasal 4:13-18, terdapatlah suatu bagian yang utama, dimana Paulus memberitahukan tentang
adanya pertemuan kembali dari orang-orang saleh yang telah mati dan yang masih hidup pada
saat kedatangan Tuhan dari sorga dan mereka akan memasuki hidup kekal bersama-sama dengan
Dia. Akhirnya, pasal 5:23 memberi gambaran orang percaya yang “terpelihara sempurna dengan
tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.”
3. Eksposisi Kitab:
1:1 Salam Pembukaan:
Rasul Paulus yang menulis surat ini. Tetapi dalam proses penulisannya Paulus dibantu oleh
Silwanus dan Timotius, rekan-rekannya dalam misi penginjilan ke Tesalonika, yang saat itu
berada di Korintus.
1:2-10 Rasul Paulus mengucap syukur kepada Allah atas kabar baik mengenai jemaaat
Tesalonika.
Ucapan syukur yang dipanjatkan Paulus memiliki bentuk yang serupa dengan surat-surat Paulus
lainnya. Paulus memberi isi pengucapan sukur dalam doanya. Ia menyebutkan pembentukan
gereja tersebut (ay. 5), yang menerimanya dalam penderitaan berat, namun penuh sukacita (ay.
6), karena itu menjadi teladan bagi semua orang percaya di Makedonia dan Akhaya. Rasul
Paulus menggambarkan gereja tersebut sebagai “penurut” (ay.6., mimetai). Disini ia menunjukan
suatu hubungan ketergantungan: Paulus – orang-orang Tesalonika – gereja lain: dan dibalik
Paulus langsung kepada Tuhan (hemon … kai tou kuriou, ay. 6). Ini bukan semata-mata suatu
garis kegiatam penginjilan yang terulang kembali dalam peristiwa-peristiwa, melainkan suatu
ungkapan kenyataan bahwa pemberitaan tidak hanya terjadi dalam kata-kata, melainkan juga
melalui keseluruhan hidup dan kesaksian Kristen si pengkhotbah. Mengenai isi amanat, Paulus
menyebutkan tentang berbalik dari berhala kepada Allah yang hidup – “Dan menantikan
kedatangan Anak-Nya dari surga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu
Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.
Apa yang terjadi di Tesalonika merupakan pekerjaan Allah. Apa lagi yang dapat menyebabkan
kelompok kecil ini tetap berdiri teguh dalam iman, sekalipun mereka di aniaya dan dipisahkan
dari guru-guru mereka? (ini jelas dari kata “seketika terpisah dari kamu”). Lebih dari pada itu,
dalam waktu hanya beberapa bulan mereka telah menjadi teladan bagi daerah-daerah Yunani
lainnya karena iman mereka yang tak tergoyahkan. Dan Injil, kabar baik itu, tersebar luas
kemana-mana melalui ucapan dan cara hidup mereka. Jadi rasul Paulus mempunyai alasan untuk
mengucap sukur.
2:1-16 Rasul Paulus mengingat kembali kunjungannya
Paulus kembali menoleh ke masa lampau, kepada hal-hal yang dikenal baik oleh para
pembacanya. Ia mengingatkan mereka bahwa setelah penganiayaan yang dideritanya di Filipi, ia
tetap memberitakan Injil di antara mereka dengan hati yang tulus. Kemudian muncul sebuah
apologia: rasul tidak berbicara untuk menyukakan manusia, ia tidak datang dengan kata-kata
bujukan dan tidak mencari persetujuan manusia. Dan agar tidak menjadi beban bagi siapapun, ia
bekerja untuk nafkahnya.
Musuh-musuh rasul Paulus jelas telah menyebarkan fitnah. Paulus membersihkan diri dari segala
macam tuduhan mereka dengan cara mengingatkan orang-orang Kristen itu atas apa yang
sebenarnya telah terjadi ketika ia bersama dengan mereka. Ia datang kepada mereka bukan
sebagai guru gadungan, yang pergi dari satu tempat ke tempat lain menawarkan sesuatu yang
palsu untuk menipu (ay. 3), ia juga sama sekali tidak bermaksud mencari keuntungan pribadi (ay.
5).
Lebih dari yang disangkakan, ternyata rasul Paulus datang untuk memberi dan bukan untuk
menerima (ay. 8), rela menghadapi lebih banyak masalah walaupun ia masih merasa sakit karena
luka yang dialaminya di Filipi (lihat Kis 16:22, dst). Ia bahkan menolak bantuan keuangan (ay.
9).
Pengucapan syukur lebih lanjut atas penerimaan Firman oleh gereja itu. Penganiayaan yang
diderita orang-orang Kristen di Tesalonika dari sesama warga negerinya ditempatkan sama
dengan penganiayaan yang diderita jemaat asal Yahudi oleh orang-orang Yahudi. Orang-orang
Tesalonika telah menjadi mimetai dari jemaat-jemaat ini, seperti yang dinampakkannya dengan
sejumlah contoh. Yang pokok ialah diperlihatkannya penganiayaan oleh sesama warga, yang
dijelaskan oleh kenyataan bahwa para penganiaya itu bukanlah orang-orang yang berusaha
menyukakan Allah.
2:17 – 3:10 Persitiwa-peristiwa selanjutnya
Paulus kini berbicara tentang hubungannya dengan gereja di Tesalonika setelah
keberangkatannya dari Tesalonika. Ia tidak bisa melaksanakan kunjungannya yang telah dua kali
direncanakannya. Dari keprihatinannya akan jemaat itu Paulus kemudian mengirimkan Timotius
dari Atena ke sana guna memperkuat jemaat itu. Ia kembali dengan berita gembira, yang
melegakan, tapi juga meningkatkan kerinduannya uuntuk menjumpai orang-orang itu lagi.
Hubungan rasul Paulus dengan orang-orang yang telah dimenangkannya bagi Kristus demikian
dekat sehingga sama seperti orang tua dengan anak-anaknya. Tidak menjadi soal betapapun
jauhnya dia dari mereka, mereka tetap ada dalam hati dan pikirannya yang terdalam. Ketika rasul
Paulus mengetahui bahwa mereka sedang dalam kesulitan, hatinya sangat risau. Kebahagiaan
rasul Paulus – bahkan hidupnya – bergantung pada kelangsungan serta kemajuan iman mereka.
Jadi ia sangat rindu melihat mereka dan mendengar kabar mengenai mereka. Ia malah siap
menghadapi Atena seorang diri, ketimbang tidak memperoleh berita apa-apa dari mereka. Karena
itu, kabar baik yang dibawa Timotius mendatangkan sukacita yang tidak terkatakan dan kekuatan
baru dalam hidupnya.
3:11-13 Doa rasul Paulus
Rasul Paulus berdoa agar dipertemukan lagi dengan mereka dan agar dalam jemaat/gereja itu ada
saling mengasihi dan hidup suci. Selain itu, ia ingin membenahi apa yang masih kacau di gereja
tersebut, yang ternyata berubah menjadi doa syafaat.
4 – 5:22 Pengajaran Khusus.
Bagian ini berfungsi menggantikan kehadiran Paulus di Tesalonika. Pada pasal 1 – 3 Paulus
mengungkapkan jalan pikirannya sampai saat itu, dan sekarang ia menulis apa yang
sesungguhnya akan ia katakan atau lakukan bila ia benar-benar hadir di Tesalonika. Ia
menunjukan jalan yang benar bagi jemaatnya.
 Mengenai Seks (4:1-8)
Paulus menghimbau warga jemaat agar hidup dengan sempurna, yaitu mengingatkan mereka
akan apa yang ia beritakan pada waktu pendirian gereja tersebut dan dengan memberikan
sejumlah pengarahan praktis, yang disela oleh jaminan bahwa gereja tersebut tetap berada pada
jalan yang benar. Hal terpenting adalah mereka jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang
yang bukan kristen mencela mereka
Ukuran-ukuran duniawi mengenai seks jauh berbeda dengan ukuran Yahudi atau Kristen.
Godaan-godaan untuk melakukan kebiasaan lama sangat kuat bagi orang-orang yang baru
percaya kepada Tuhan Yesus.
 Mengenai Kasih Kristiani dan hidup benar (4:9-12)
Sekalipun sudah ada kasih, selalu ada tempat dihati untuk kasih yang lebih besar. Orang Yunani
sangat membenci pekerjaan kasar. Dan dalam jemaat ada pengangguran atau orang-orang malas
yang senang hidup dengan memanfaatkan kemurahan hati sesama orang Kristen. Tetapi rasul
Paulus bekerja dengan tangannya dan mendorong orang lain melakukan hal yang sama. Prospek
kedatangan kembali Tuhan Yesus merupakan godaan yang besar untuk enggan melakukan
kegiatan hidup sehari-hari.
 Mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali (4:13 – 5:11)
Paulus disini menghadapkan dirinya pada masalah gereja yang mendesak: kematian sejumlah
anggota tertentu di Tesalonika telah menimbulkan pertanyaan tentang apa yang akan terjadi pada
mereka yang telah meninggal namun belum sempat melihat parousia yang diharapkan akan
segera tiba? Disini Paulus membuat pernyataan mengenai pengharapan Kristen akan
kebangkitan: mereka yang telah “tidur” di dalam Kristus tidak akan mengalami kerugian
dibandingkan mereka yang masih hidup pada waktu parousia
Pengajaran rasul Paulus mengenai pokok itu menimbulkan dua masalah:
1. Beberapa orang telah meninggal dunia pada bulan-bulan antara kepergian Paulus dan
ditulisnya surat ini. Jadi, apakah yang akan terjadi dengan orang-orang Kristen yang telah
meninggal sebelum Kristus datang kembali (13-18)? Rasul Paulus menjelaskan bahwa merekalah
yang pertama-tama akan dibangkitkan pada waktu Kristus datang kembali. Kemudian orang-
orang percaya yang sudah meninggal maupun yang masih hidup akan bersama-sama ikut dalam
kemenangan Tuhan Yesus serta menikmati kehadiran-Nya.
2. Kapankah Tuhan akan datang kembali (5:1-11)? Tidak seorang pun tahu. Namun kedatangan-
Nya itu akan secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka
 Mengenai masalah-masalah umum (5:12-22)
Waktu atau tempat sudah semakin singkat. Tetapi rasul Paulus berhasil memasukkan tujuh belas
perintah praktis dan khas ke dalam beberapa ayat ini
5:23-28 Akhir kata
Doa Rasul Paulus bersifat komprehensif: bagi manusia seutuhnya dalam segala aspek (roh, jiwa
dan tubuh). Disini jelas bahwa otoritas (perintah yang tegas agar membacakan surat ini kepada
seluruh jemaat) diiringi dengan kerendahan hati. Rasul Paulus, yang tidak pernah berhenti bedoa
agar para pembaca suratnya, menyadari betapa ia memerlukan doa-doa mereka.
B. II Tesalonika

1. Latar Belakang
Telah terjadi sesuatu di tengah jemaat, sehingga Paulus merasa sangat perlu untuk segera campur
tangan. Orang-orang yang begitu fanatik kepada eskatologi telah mengumumkan bahwa hari
Tuhan telah tiba. Apakah arti enesteken he hemera tau kuriou? Makna kata-katanya cukup jelas:
“hari Tuhan telah tiba” ada kini, tapi sungguhkah inikah arti sebenarnya?
Kaum Gnostik dapat segera berkata bahwa kebangkitan telah terjadi; dan seorang gnostik, kalau
ia seorang manusia rohani telah bangkit dari rohnya – melalui gnosis – dan dibebaskan dari
ikatan dunia ini. ini memberikan isyarat untuk memahami seluruh situasinya. Jemaat
dibingungkan oleh para fanatik eskatologis yang berasal dari gnostik, dengan penegasan bahwa
pemenuhan itu telah tiba. Terhadap pernyataan ini Paulus menyusun suatu “jadwal” yang
menguraikan peristiwa-peristiwa yang harus terjadi dulu sebelum masa akhir tersebut, guna
memperlihatkan bahwa pemenuhan itu tidak mungkin sudah terjadi seperti yang dipahami oleh
beberapa orang.
Segi lain yang sesuai dengan bidat gnostik adalah cara hidup bermalas-malasan dan tidak tertib.
Ada dua akibat etis yang mungkin dari cara berpikir gnostik yang menilai diri telah
disempurnakan dalam roh, tak lagi memperhatikan sarx (daging). Hal ini membawa konsekuensi
pada pertarakan dan sikap lebertinisme (sikap yang tidak mau dibatasi kebebasannya)

2. Tujuan Penulisan dan Ringkasan Kitab

Di antara jarak waktu penulisan surat pertama dan kedua timbul masalah baru. Rupanya ada
orang yang menyebabkan kekuatiran di pihak orang percaya sehubungan dengan “hari Tuhan.”
Paulus menulis agar mereka “jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham Roh, maupun
oleh pemberitaan atau surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba” (2:2).
Mengapa pikiran akan “hari Tuhan” itu mengganggu ketenangan pikiran mereka? Mungkin
karena satu segi peristiwa itu yang paling menonjol dalam pemikiran mereka, ialah
kesengsaraan, hukuman dan kebinasaan. Gambaran seperti itu terdapat dalam banyak ayat
Perjanjian Lama tentang hari Tuhan itu (Yoel 1:15-2:11; Obaja 15,16; Zefanya 1:14-18; Zakharia
14:1-8). Hari Tuhan akan menimbulkan kengerian dalam hati manusia. Orang-orang Tesalonika
sudah mulai bertanya-tanya, apakah mereka harus menjalani hari penghukuman itu.
Kita tidak dapat mengatakan bahwa ada pemecahan yang sederhana bagi suatu masalah yang
rumit. Hubungan kronologis dalam kejadian-kejadian akhir zaman tidak selalu dijelaskan.
Soalnya yang tepat adalah, apakah orang-orang percaya ini akan tersangkut dalam hari-hari yang
penuh bahaya dari “kesengsaraan besar” yang akan menimpa dunia? Ataukah Tuhan akan
mengangkat mereka sebelum hari penghukuman itu?
Paulus mengatakan bahwa pertama-tama harus terjadi beberapa hal tertentu sebelum hukuman
Allah pada akhir zaman itu dinyatakan. Orang akan murtad dari agama yang benar (2:3);
“manusia durhaka” harus dinyatakan (2:3); dan akhirnya kuasa yang sekarang sedang menahan
kedurhakaan itu harus disingkirkan (2:6,7). Inilah petunjuk-petunjuk yang pasti tentang
datangnya hari perhitungan itu.
Kedua orang-orang percaya harus sadar dan waspada akan keadaan di sekeliling mereka dan
menguatkan iman mereka sendiri. Dengan demikian mereka sudah bisa bertahan terhadap krisis
apapun juga. Ketiga, Paulus meyakinkan orang Kristen bahwa Allah yang memegang kendali.
Dia melaksanakan rencana-Nya dan mereka semua berada dalam tangan-Nya. Inilah jaminan
terbesar yang dimiliki orang percaya.
Sekali lagi, seperti dalam suratnya yang pertama Paulus mengakhiri suratnya dengan beberapa
nasihat praktis, terutama yang berkenaan dengan perlunya bekerja keras dengan jujur di antara
orang Kristen. Beberapa di antara mereka yang mengira bahwa Kristus akan segera datang, telah
berhenti bekerja dan menjadi beban masyarakat. Suatu pemecahan diberikan Paulus dalam pasal
3:10 adalah “jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Ini suatu perpaduan yang baik
antara ajaran Kristen dan akal sehat. Semua orang harus bekerja bersama-sama sementara
mereka menantikan hari kedatangan Tuhan yang mulia.

3. Eksposisi Kitab:

1:1-2 Salam pembuka


1:3-12 Ucapan syukur dan dorongan semangat
Ayat 3-4: orang-orang Tesalonika tampaknya memprotes pujian Paulus yang berlebihan dalam
suratnya yang pertama. Ia menjawab bahwa sudah seharusnya mengucap syukur kepada Allah
atas iman dan kasih mereka yang terus bertumbuh, dan atas keteguhan hati mereka sekalipun
menghadapi penganiayaan.
Ayat 5-12: Penganiayaan terhadap gereja, yang jelas dibayangkan disini sedang berlangsung saat
itu juga, adalah tanda penghakiman Allah yang adil, karena pada saat parousia, penindasan yang
ditimpakan oleh para penganiaya itu kepada gereja pasti akan diganjar, dan gereja yang pada saat
itu sedang teraniaya – bersama-sama dengan Paulus – akan menerima imbalannya.
Dunia ini adalah dunia yang bermoral; Allah adalah Allah yang maha adil. Karena itu orang-
orang yang membuat umat-Nya menderita, dan menolak kebenaran-Nya, pasti akan dihukum
selama-lamanya pada waktu Tuhan datang kembali. Ini merupakan fakta yang bagi orang Kristen
harus tetap menjadi suatu kewaspadaan, bukan untuk dibangga-banggakan.
2:1-12 Peristiwa-peristiwa menjelang kedatangan Kristus kembali

Bagian ini merupakan salah satu bagian yang paling sulit dari semua surat Paulus. Bahkan Petrus
pun merasa sulit mengerti maksud Paulus (2. Ptr. 3:16)! Ia menyinggung tentang ajaran yang
catatannya sekarang sudah tidak ada lagi, sehingga apa yang semula jelas bagi pembacanya yang
pertama sekarang menjadi samar-samar.
Hari Tuhan tidak datang dengan segera, dan gereja tidak boleh membiarkan dirinya mudah
digoyahkan ketika ada orang yang datang dan berkata, dengan menggunakan Paulus sebagai
tameng kewibawannya, bahwa hari Tuhan telah tiba. Pertama-tama akan datang manusia
berdosa, yang melawan Allah dan menempatkan dirinya pada tempat Allah. Jemaat perlu ingat
apa yang Paulus katakan ketika ia masih bersama dengan jemaat. Si pendosa ini masih terikat
dan tidak akan disingkapkan sampai waktu (kairos) yang ditentukan kepadanya. Ketika penahan
ini disingkirkan ia akan muncul dari persembunyiannya, tetapi Yesus akan membunuhnya
dengan nafas mulut-Nya. Penyingkapan manusia berdosa ini akan dikaitkan dengan tipu daya
jahat dan kerusakan. Allah mengijinkan kuasa kesesatan supaya orang mempercayai tipu
dayanya. Mereka yang tidak percaya kepada kebenaran akan diadili.
Beberapa orang Kristen di Tesalonika beranggapan bahwa hari Tuhan sudah dimulai. Tetapi rasul
Paulus tidak pernah menuliskan demikian. Ia hanya menjelaskan bahwa sebelum itu akan terjadi
pemberontakan akhir yang sangat dahsyat melawan Allah, dipimpin oleh seorang yang benar-
benar menentang Dia. Pada masa sekarang ini, masih ada kuasa yang sedang menahan
kejahatan , tetapi jika masanya tiba kuasa yang menahan tadi akan disingkirkan sehingga si
pendurhaka akan leluasa bekerja.
2:13 – 3:5 Ucapan Syukur dan Doa
Allah telah memilih anggota-anggota gereja sebagai buah-buah sulung dari keselamatan dimasa
depan itu. Hal ini berlangsung melalui pewartaan Paulus. Gereja kini harus berdiri teguh dan
mempertahankan tradisi-tradisi yang mereka terima dari Paulus melalui ucapannya maupun
tulisannya.
Secara kontras sekali, rasul Paulus berpaling kepada orang-orang di Tesalonika. Mereka dengan
senang hati memberikan respon positif terhadap berita Injil. Dan sekarang segala kemuliaan
Tuhan menantikan mereka. Akhirnya Paulus mengutarakan keyakinan bahwa Allah akan
memperkuat dan memelihara jemaat dan jemaat akan berpegang teguh kepada pengajaran rasul.
3:6 – 15 Perlunya bekerja untuk dapat membiayai hidup
Rasul Paulus menekankan hal ini dalam suratnya yang pertama (4:11). Tetapi semangat yang
menggebu-gebu untuk menyambut Kristus yang dikira akan segera datang itu tampaknya
membuat keadaan semakin buruk, bukan semakin baik. Jadi, rasul Paulus berbicara keras kepada
mereka yang hidup bermalas-malasan dan memanfaatkan kemurahan hati orang lain. Paulus
meminta agar jemaat memutuskan hubungan dengan mereka yang hidup tidak tertib. Paulus
sendiri tidak hidup bermalas-malasan ketika hidup bersama-sama dengan jemaat Tesalonika
(Paulus setiap hari bekerja keras untuk memenihu kebutuhannya, sambil setia melayani Tuhan),
kendati sebagai rasul ia tidak diwajibkan melakukannya. Ketika berada di antara orang-orang
Tesalonika, ia telah menyatakan bahwa yang tidak bekerja tidak boleh makan. Tapi kini ia
mendengar bahwa beberapa orang hidup tidak tertib dan malas. Orang-orang ini diperingatkan
tetapi juga diperintahkan supaya tidak bersekutu dengan mereka yang tidak taat, meskipun
jemaat akan berusaha memperingatkan mereka dengan semangat persaudaraan.
3:16-18 Akhir Kata
Keadaan masa kini berat, tetapi masa yang akan datang lebih berat lagi (2:3-12). Namun
demikian, tidak peduli bagaimana pun keadaannya, tidak peduli apapun yang sedang terjadi,
orang Kristen mempunyai sumber kedamaian yang tidak pernah kering dan tidak pernah
mengecewakan. Sampai pada ayat 17 rasul Paulus mengambil alih dari sekretarisnya. Tanda
tangannya sendiri mensahkan surat ini (2:2). Dengan cara yang sama rasul Paulus membubuhi
tanda tangannya dalam setiap suratnya.

SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai