Th
NIM : 201941156
Tugas :
Cari 2 surat asli paulus, 1. Tesalonika, dan 1,2 Korintus tentang Teologinya
SURAT-SURAT PAULUS
I TESALONIKA
Penulis
Para pakar Perjanjian Baru meyakini bahwa Rasul Paulus menulis surat ini dari kota Korintus
meskipun ada informasi yang ditambahkan di beberapa naskah kuno (misalnya, Codex
Alexandrinus, Codex Mosquensis I, dan Codex Angelicus) yang menyatakan Paulus
menulisnya di kota Atena setelah Timotius kembali dari Makedonia dengan kabar mengenai
keadaan gereja di Tesalonika (Kisah Para Rasul 18:1-5; 1 Tesalonika 3:6).
Orisinalitas
Tak ada kesangsian 1 Tes berasal dari Paulus. Inilah surat Paulus yang paling awal, meski tak
ada kepastian apakah ini surat yang pertama kali ditulis Paulus atau surat paling awal yang
kebetulan masih tersimpan. Berbeda dengan 2 Tes yang dianggap sebagai deuteropaulus, atau
bahkan pseudopaulus.
Keutuhan Surat
Para ahli tak sepakat soal keutuhan 1 Tes. 1 Tes dianggap gabungan dua surat. Tapi tak ada
kesepakatan bagian mana termasuk surat mana. Ada yang bilang: surat 1 (bab 1-2) dan surat
2 (bab 3-4); ada juga yang mengira: surat 1 (1:1 - 2:12 & 4:2 - 5:28) dan surat 2 (2:13 - 4:1).
Pendapat-pendapat ini umum di Jerman. Banyak yang menduga bahwa 2:13-16 merupakan
tambahan yang tak berasal dari Paulus karena dianggap terlalu keras anti Yahudi; hal yang
sama dikatakan juga tentang 5:1-11 (satu ahli saja). Namun keberatan-keberatan ini
tampaknya lebih berdasarkan pada paham teologis / ideologis tertentu. Maka pada umumnya
tak dianggap mempengaruhi tafsiran terhadap 1 Tes.
Waktu dan Tempat Penulisan
Jemaat Tes didirikan Paulus pada perjalanan misinya yang kedua, ketika ia ke Tes dari Filipi
(1 Tes 2:2). Kemudian ia meninggalkan Tes beberapa saat untuk ke Atena (2:17; cerita
tentang pelarian Paulus dari Tes seperti diceritakan di Kis 17:10-15 tak begitu dipercayai oleh
para ahli). Ia kemudian mengutus Timotius dari Atena ke Filipi (3:1-2) dan Paulus pergi ke
Korintus dan tinggal di sana selama 18 bulan (Kis 18). Timotius menyusul ke Korintus (3:6;
lih. Kis 18:5) dan membawa kabar tentang Tes. Untuk menanggapi itu Paulus menulis surat 1
Tes. Jadi ditulis dari Korintus, sekitar tahun 50/51. Inilah pendapat umum yang ada di antara
para ahli. Tapi ada pula yang berpendapat lain (mis. Rm Groenen: ditulis di Athena, tahun
40/41).
Nada Dasar
Tampak benar kemesraan hubungan Paulus dengan umat Tesalonika. Ia berlaku penuh kasih
sayang kepada mereka, “seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya” (2:7), “seperti
bapa terhadap anak-anaknya” (2:11). Ia pun puas dengan kemajuan rohani yang dicapai umat
Tes, yang telah menjadi “teladan” di wilayah Makedonia dan Akhaya (1:7). Timotius pun
membawa kabar gembira tentang mereka (3:6). Paulus dalam suratnya tetap ingin
melanjutkan hubungan keibuan dan kebapaan terhadap dengan memberikan nasehat-nasehat
agar mereka “lebih bersungguh-sungguh lagi” hidup berkenan kepada Allah (4:1). Tampak
betapa hubungan pribadi <Tuhan - Paulus - umat> mendasari kegiatan pewartaan Paulus dan
penerimaan terhadap Paulus: mereka adalah peneladan Paulus dan peneladan Tuhan (1:6).
Latar Belakang
Tessalonika adalah kota pelabuhan dan ibukota provinsi Roma di Makedonia. Pada jaman
Paulus Tess merupakan kota penting dalam hal ekonomi, perdagangan dan politik. Tess
adalah pusat perdagangan, jadi penduduknya kosmopolitan. Ada sebuah sinagoga di sana
(Kis 17:1-2). Ada juga kuil-kuil dewa/i Mesir dan Romawi, maupun pemujaan kaisar. Meski
Kis 17 bicara tentang jemaat Kristen Yahudi dan non Yahudi, tapi dari 1 Tes tampaknya
jemaat di sana terdiri dari orang-orang Kristen non-Yahudi (1:9). Mereka mengalami
penganiayaan dari orang-orang sebangsanya, seperti juga jemaat Kristen Yahudi di Yudea
dari orang-orang Yahudi (2:14). Kerapkali dilihat Paulus mau membela diri dalam 1 Tes
(begitu kesan orang terhadap 1 Tes 1-2) dan mau bicara soal nasib orang mati saja (4:13).
Namun alasan-alasan ini saja tak menjelaskan keberadaan 1 Tes. Paulus datang ke Tes setelah
dianiaya di Filipi (2:1-2) dan ia mengingatkan jemaat Tes akan nasib sama yang menantikan
mereka (3:3-4). Jadi tampaknya memang ada ketegangan antara jemaat dan lingkungannya;
Paulus menasehatkan agar mereka tak menjadi sebab pertikaian (4:12). Dalam konteks ini
kelihatan bagaimana kenangan akan masa lalu pada 1 Tes 1-2 bukanlah dengan maksud-
maksud nostalgia atau pun apologia, melainkan mengandung tujuan kerygmatis (pewartaan),
parenetis (anjuran moral), maupun pastoral (penggembalaan). Inti 1 Tes adalah agar jemaat
tetap hidup sesuai dengan panggilan yang mereka terima sejak awal: “Hal itu memang telah
kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi” (4:1, 10).
Selalu ada bahaya bahwa iman mereka goyang karena kesusahan-kesusahan yang mereka
alami (3:3) atau pun karena ulah “si penggoda” (3:5); untuk itulah Paulus pernah mengutus
Timoteus ke sana (3:2). Jadi kenangan akan masa lalu hendak dijadikan dasar untuk maju ke
depan, ke masa datang, menyongsong kedatangan Tuhan (1:10; 2:19; 3:13; 4:16-17; 5:23).
Dalam Exordium sudah diumumkan tiga keutamaan Kristiani: iman, kasih, dan harapan (1:3).
Kemudian 1:5 menyinggung dua unsur dissosiatif Injil: kata-kata belaka > kuasa/Roh
Kudus/keyakinan. Lalu di 1:6 ada situasi paradoksal: penganiayaan dan sukacita. Inilah
rupanya yang mau diutarakan dalam 1 Tes. Sukacita dalam penderitaan adalah tema umum
dalam sastra martiriologi Yahudi dan Kristen. Dan paradoks hidup Kristen ini, dengan
kesedihan dan kesusahan sebagai kondisi fundamental, bermodelkan Yesus, para rasul,
“Gereja-gereja Allah dalam Yesus yang di Yudea” (2:14), dan akhirnya orang-orang Tes
(contoh bagi semua orang beriman).
Tiga keutamaan Kristiani: Dalam 1:3 Paulus bicara tentang “pekerjaan iman”, “usaha kasih”,
“ketekunan pengharapan”. Jadi tak ada dikotomi antara “perbuatan” vs. “iman”, keduanya
terkandung dalam ungkapan “pekerjaan iman”, iman yang kelihatan dalam hidup, kegiatan
dan tindakan. Kasih juga bukan cuma pura-pura, idealistis, rasa perasa belaka, melainkan
sesuatu yang konkret diwujudkan dalam usaha. Harapan memiliki aspek kesinambungan,
terus menerus, dalam ketekunan. Dalam 5:8 iman dan kasih disatukan sebagai “baju
zirah”(dipakai di badan), sedangkan harapan sebagai ketopong (dipakai di kepala). Dalam
2:19 harapan, sukacita, mahkota dijadikan satu; tampaknya harapan itu terungkap dalam
“kemuliaan” (mahkota, ketopong) dan “sukacita” (2:20). Dan bila Timoteus sepulangnya dari
Tes hanya mengabarkan tentang iman dan kasih jemaat Tes (3:6), maka pembaca dibiarkan
menduga-duga, kalau demikian apakah harapan merupakan persoalan jemaat Tes, ada
kekurangan dalam harapan? Iman lebih berkaitan dengan masa lalu (ingatan akan tindakan
penyelamatan Allah, pewartaan dan penerimaannya), kasih dengan masa kini, dan harapan
dengan masa depan. Inilah ketiga dimensi waktu yang memberikan struktur pada pemikiran
Paulus. Ketiganya saling berkait-kaitan dan menjadi satu.
Kegiatan penginjilan: Bila diamati di mana saja kata “Injil” atau “firman” muncul, maka
orang akan mendapat gambaran tentang kegiatan penginjilan Paulus. Bila dikatakan “Injil
Allah” (2:8), maka itu artinya “Injil yang berasal dari Allah”. Paulus menghayati bahwa Injil
bukanlah pemikiran atau omongan dia belaka, melainkan sesuatu yang dipercayakan oleh
Allah kepadanya (2:4). Dengan “Injil Kristus” dimaksudkan “Injil tentang Yesus Kristus”,
khususnya wafat, kebangkitan dan kedatanganNya kembali yang menyelamatkan orang
(1:10; 5:10). Injil itu bukan disampaikan dengan kata-kata belaka, tapi dengan kuasa Roh
Kudus dan keyakinan teguh (1:5). Dan diterima juga oleh jemaat Tes bukan sebagai
perkataan manusia, melainkan sebagai firman Allah (2:13), menurut Paulus pun itu benar-
benar demikian (2:13). Dalam pewartaan, Paulus bukan hanya membagikan Injil saja,
melainkan juga hidupnya sendiri dengan jemaat (1:8). Maka ada ikatan erat antara Allah -
Yesus - Paulus - Jemaat Tes - Jemaat di tempat-tempat lain, yang diungkapkan dengan istilah
“peneladanan” (1:6). c) Dimensi eskatologis tindakan kristiani: Setiap bab selalu diakhiri
dengan mengajak pembaca menengok ke masa depan saat Yesus datang kembali (1:10; 2:19;
3:13; 4:13-18; 5:23). Maka tindakan-tindakan yang disebutkan dalam bab 4-5 didasarkan
pada masa lalu, terlaksana dalam masa kini, dan dengan orientasi ke masa datang. d)
Gambaran tentang Allah: Dapat diamati dengan mudah gambaran 1 Tes mengenai Allah:
Bapa, Pelindung, penolong dll. Hal ini bisa diamati dari sebutan mengenai Allah, maupun
dari ungkapan kita masing-masing. kerja yang dipakai, baik aktif maupun pasif.
I KORINTUS
Orisinalitas
Tak ada keraguan bahwa surat ini memang dari Paulus.
Tampaknya sebelum ini Paulus pernah menulis kepada mereka, agar mereka tak bergaul
dengan orang cabul (1 Kor 5:9). Tak jelas apakah surat ini hilang ataukah digabungkan
dengan teks 1 Kor (ada pendapat bahwa 1 Kor 6:1-11 atau 6:12-20 merupakan surat itu).
Surat itu rupanya menimbulkan salah pengertian, dan hendak diselesaikan dengan surat 1 Kor
ini. Mereka juga pernah menulis kepada Paulus (1 Kor 7:1) dan dalam surat 1 Kor ini Paulus
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka (1 Kor 7:25; 8:1; 12:1).
Berdasarkan ini dilihat ada dua pembagian dasar tanpa ada keteraturan dalam isinya:
1. Tentang hal-hal yang ditanyakan secara lisan (bab 1-6)
2. Tentang hal-hal yang ditanyakan secara tertulis (bab 7-16)
Meskipun demikian, ada juga yang mengajukan bahwa 1 Kor merupakan karangan yang
punya koherensi internal tertentu dan ada ketepatan juga dalam penempatan isi, jadi bukan
surat lepas-lepas (lihat K.E. Bailey, “The Structure of I Corinthians and Paul’s Theological
Method with Special Reference to 4:7”,
Novum Testamentum
25 (1983) 152-181), yaitu terdiri atas 5 essei dengan bagian-bagian yang membentuk struktur
pararel konsentris terbalik, mis. A B C B’ A’
(a) Misalnya dalam Essei I (ttg. Salib: 1:5-4:16), bisa dilihat sbb:
1. Tradisi: “sesuai dengan Kesaksian tentang Kristus” (1:6)
2. Problem (-): keterpecahan umat (Paulus, Apollos, Kefas: 1:10-16)
3. Pernyataan teologis umum: Kami wartakan: Yesus tersalib, bukan hikmat manusia (1:17
2:5) Kami wartakan: hikmat tersembunyi Allah (2:6-16)
4. Problem (+): masing-masing rasul berfungsi: pelayan (3:4-5)
5. Ajakan: “Kudesak kalian, tirulah aku!” (4:16)
Jemaat bersikap terhadap rasul/pemimpin seturut kehebatan rasul itu (mungkin dalam hal
kotbah, retorika, kelihaian berdebat dll). Paulus mengajak umat melihat siapakah yang
diwartakan: yaitu Kristus yang tersalib. Karena itu Injil adalah kekuatan Allah dan bukan soal
hikmat manusia, merupakan sandungan dan skandal. Para rasul hanyalah pelayan-pelayan
Injil itu, bukan majikan.
Masalah makanan persembahan berhala hanyalah satu ungkapan saja. Lewat hal ini Paulus
masuk dalam masalah inti yang menjadi keprihatinan pokok Paulus sehubungan dengan
jemaat di Korintus: bagaimanakah seharusnya sikap orang kristen hidup di tengah orang
kafir? Ada dua solusi: identifikasi dan non-identifikasi dengan mereka.
(d) Essei IV (ttg. ibadat: 11:2-14)
1. Tradisi: “mengingat, teguh memegang yang kuajarkan” (11:2, lih. 11:23)
2. Problem: tudung kepala wanita & kemabukan (11)
3. Pernyataan teologis:
Anugerah Rohani (12)
Cinta (13)
Anugerah Rohani (14:1-25)
2. Problem: semua mau bicara & wanita memotong pembicara (14:26-36)
5. Ajakan: “Yang kutulis adalah perintah Tuhan, karena itu ...” (14:37-40).
Ini pararel dengan Essei II (soal seks). Inti Essei ini adalah Kidung Kasih (bab 13). Dari hal-
hal yang tampak remeh, Paulus masuk dalam inti hidup kristen secara pribadi maupun secara
gerejani (jemaat kristen adalah tubuh Kristus, bab 12).
Ini pararel dengan Essei I (soal salib). Maka Paulus tak berhenti pada salib (kematian)
melainkan pada kebangkitan, tanpa ini salib tak berarti apa-apa dan sia-sialah iman kita.
II KORINTUS
Orisinalitas
Tak ada keraguan bahwa surat ini memang berasal dari Paulus. Berisi banyak pengalaman
pribadi lebih daripada surat-surat yang lain
Waktu dan Tempat Penulisan
Bila 1 Kor ditulis dari Efesus pada musim semi (1 Kor 16:8), sekitar th. 56/57, maka 2 Kor
tampaknya ditulis pada akhir musim dingin di tahun yang sama dari Makedonia (entah Filipi
atau Tesalonika; 2 Kor 2:13; 7:5). 3).