Anda di halaman 1dari 9

Dosen : Vanny N. Suoth, M.

Th

Nama : Benedicta Mamesah

NIM : 201941156

Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Baru

Kelas : Jumat, 13.00 – 15.45

Tugas :

Cari 2 surat asli paulus, 1. Tesalonika, dan 1,2 Korintus tentang Teologinya

SURAT-SURAT PAULUS

I TESALONIKA

Penulis

Para pakar Perjanjian Baru meyakini bahwa Rasul Paulus menulis surat ini dari kota Korintus
meskipun ada informasi yang ditambahkan di beberapa naskah kuno (misalnya, Codex
Alexandrinus, Codex Mosquensis I, dan Codex Angelicus) yang menyatakan Paulus
menulisnya di kota Atena setelah Timotius kembali dari Makedonia dengan kabar mengenai
keadaan gereja di Tesalonika (Kisah Para Rasul 18:1-5; 1 Tesalonika 3:6).

Orisinalitas

Tak ada kesangsian 1 Tes berasal dari Paulus. Inilah surat Paulus yang paling awal, meski tak
ada kepastian apakah ini surat yang pertama kali ditulis Paulus atau surat paling awal yang
kebetulan masih tersimpan. Berbeda dengan 2 Tes yang dianggap sebagai deuteropaulus, atau
bahkan pseudopaulus.

Keutuhan Surat

Para ahli tak sepakat soal keutuhan 1 Tes. 1 Tes dianggap gabungan dua surat. Tapi tak ada
kesepakatan bagian mana termasuk surat mana. Ada yang bilang: surat 1 (bab 1-2) dan surat
2 (bab 3-4); ada juga yang mengira: surat 1 (1:1 - 2:12 & 4:2 - 5:28) dan surat 2 (2:13 - 4:1).
Pendapat-pendapat ini umum di Jerman. Banyak yang menduga bahwa 2:13-16 merupakan
tambahan yang tak berasal dari Paulus karena dianggap terlalu keras anti Yahudi; hal yang
sama dikatakan juga tentang 5:1-11 (satu ahli saja). Namun keberatan-keberatan ini
tampaknya lebih berdasarkan pada paham teologis / ideologis tertentu. Maka pada umumnya
tak dianggap mempengaruhi tafsiran terhadap 1 Tes.
Waktu dan Tempat Penulisan

Jemaat Tes didirikan Paulus pada perjalanan misinya yang kedua, ketika ia ke Tes dari Filipi
(1 Tes 2:2). Kemudian ia meninggalkan Tes beberapa saat untuk ke Atena (2:17; cerita
tentang pelarian Paulus dari Tes seperti diceritakan di Kis 17:10-15 tak begitu dipercayai oleh
para ahli). Ia kemudian mengutus Timotius dari Atena ke Filipi (3:1-2) dan Paulus pergi ke
Korintus dan tinggal di sana selama 18 bulan (Kis 18). Timotius menyusul ke Korintus (3:6;
lih. Kis 18:5) dan membawa kabar tentang Tes. Untuk menanggapi itu Paulus menulis surat 1
Tes. Jadi ditulis dari Korintus, sekitar tahun 50/51. Inilah pendapat umum yang ada di antara
para ahli. Tapi ada pula yang berpendapat lain (mis. Rm Groenen: ditulis di Athena, tahun
40/41).

Nada Dasar

Tampak benar kemesraan hubungan Paulus dengan umat Tesalonika. Ia berlaku penuh kasih
sayang kepada mereka, “seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya” (2:7), “seperti
bapa terhadap anak-anaknya” (2:11). Ia pun puas dengan kemajuan rohani yang dicapai umat
Tes, yang telah menjadi “teladan” di wilayah Makedonia dan Akhaya (1:7). Timotius pun
membawa kabar gembira tentang mereka (3:6). Paulus dalam suratnya tetap ingin
melanjutkan hubungan keibuan dan kebapaan terhadap dengan memberikan nasehat-nasehat
agar mereka “lebih bersungguh-sungguh lagi” hidup berkenan kepada Allah (4:1). Tampak
betapa hubungan pribadi <Tuhan - Paulus - umat> mendasari kegiatan pewartaan Paulus dan
penerimaan terhadap Paulus: mereka adalah peneladan Paulus dan peneladan Tuhan (1:6).

Latar Belakang

Tessalonika adalah kota pelabuhan dan ibukota provinsi Roma di Makedonia. Pada jaman
Paulus Tess merupakan kota penting dalam hal ekonomi, perdagangan dan politik. Tess
adalah pusat perdagangan, jadi penduduknya kosmopolitan. Ada sebuah sinagoga di sana
(Kis 17:1-2). Ada juga kuil-kuil dewa/i Mesir dan Romawi, maupun pemujaan kaisar. Meski
Kis 17 bicara tentang jemaat Kristen Yahudi dan non Yahudi, tapi dari 1 Tes tampaknya
jemaat di sana terdiri dari orang-orang Kristen non-Yahudi (1:9). Mereka mengalami
penganiayaan dari orang-orang sebangsanya, seperti juga jemaat Kristen Yahudi di Yudea
dari orang-orang Yahudi (2:14). Kerapkali dilihat Paulus mau membela diri dalam 1 Tes
(begitu kesan orang terhadap 1 Tes 1-2) dan mau bicara soal nasib orang mati saja (4:13).
Namun alasan-alasan ini saja tak menjelaskan keberadaan 1 Tes. Paulus datang ke Tes setelah
dianiaya di Filipi (2:1-2) dan ia mengingatkan jemaat Tes akan nasib sama yang menantikan
mereka (3:3-4). Jadi tampaknya memang ada ketegangan antara jemaat dan lingkungannya;
Paulus menasehatkan agar mereka tak menjadi sebab pertikaian (4:12). Dalam konteks ini
kelihatan bagaimana kenangan akan masa lalu pada 1 Tes 1-2 bukanlah dengan maksud-
maksud nostalgia atau pun apologia, melainkan mengandung tujuan kerygmatis (pewartaan),
parenetis (anjuran moral), maupun pastoral (penggembalaan). Inti 1 Tes adalah agar jemaat
tetap hidup sesuai dengan panggilan yang mereka terima sejak awal: “Hal itu memang telah
kamu turuti, tetapi baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi” (4:1, 10).
Selalu ada bahaya bahwa iman mereka goyang karena kesusahan-kesusahan yang mereka
alami (3:3) atau pun karena ulah “si penggoda” (3:5); untuk itulah Paulus pernah mengutus
Timoteus ke sana (3:2). Jadi kenangan akan masa lalu hendak dijadikan dasar untuk maju ke
depan, ke masa datang, menyongsong kedatangan Tuhan (1:10; 2:19; 3:13; 4:16-17; 5:23).

Dalam Exordium sudah diumumkan tiga keutamaan Kristiani: iman, kasih, dan harapan (1:3).
Kemudian 1:5 menyinggung dua unsur dissosiatif Injil: kata-kata belaka > kuasa/Roh
Kudus/keyakinan. Lalu di 1:6 ada situasi paradoksal: penganiayaan dan sukacita. Inilah
rupanya yang mau diutarakan dalam 1 Tes. Sukacita dalam penderitaan adalah tema umum
dalam sastra martiriologi Yahudi dan Kristen. Dan paradoks hidup Kristen ini, dengan
kesedihan dan kesusahan sebagai kondisi fundamental, bermodelkan Yesus, para rasul,
“Gereja-gereja Allah dalam Yesus yang di Yudea” (2:14), dan akhirnya orang-orang Tes
(contoh bagi semua orang beriman).

Tiga keutamaan Kristiani: Dalam 1:3 Paulus bicara tentang “pekerjaan iman”, “usaha kasih”,
“ketekunan pengharapan”. Jadi tak ada dikotomi antara “perbuatan” vs. “iman”, keduanya
terkandung dalam ungkapan “pekerjaan iman”, iman yang kelihatan dalam hidup, kegiatan
dan tindakan. Kasih juga bukan cuma pura-pura, idealistis, rasa perasa belaka, melainkan
sesuatu yang konkret diwujudkan dalam usaha. Harapan memiliki aspek kesinambungan,
terus menerus, dalam ketekunan. Dalam 5:8 iman dan kasih disatukan sebagai “baju
zirah”(dipakai di badan), sedangkan harapan sebagai ketopong (dipakai di kepala). Dalam
2:19 harapan, sukacita, mahkota dijadikan satu; tampaknya harapan itu terungkap dalam
“kemuliaan” (mahkota, ketopong) dan “sukacita” (2:20). Dan bila Timoteus sepulangnya dari
Tes hanya mengabarkan tentang iman dan kasih jemaat Tes (3:6), maka pembaca dibiarkan
menduga-duga, kalau demikian apakah harapan merupakan persoalan jemaat Tes, ada
kekurangan dalam harapan? Iman lebih berkaitan dengan masa lalu (ingatan akan tindakan
penyelamatan Allah, pewartaan dan penerimaannya), kasih dengan masa kini, dan harapan
dengan masa depan. Inilah ketiga dimensi waktu yang memberikan struktur pada pemikiran
Paulus. Ketiganya saling berkait-kaitan dan menjadi satu.

Kegiatan penginjilan: Bila diamati di mana saja kata “Injil” atau “firman” muncul, maka
orang akan mendapat gambaran tentang kegiatan penginjilan Paulus. Bila dikatakan “Injil
Allah” (2:8), maka itu artinya “Injil yang berasal dari Allah”. Paulus menghayati bahwa Injil
bukanlah pemikiran atau omongan dia belaka, melainkan sesuatu yang dipercayakan oleh
Allah kepadanya (2:4). Dengan “Injil Kristus” dimaksudkan “Injil tentang Yesus Kristus”,
khususnya wafat, kebangkitan dan kedatanganNya kembali yang menyelamatkan orang
(1:10; 5:10). Injil itu bukan disampaikan dengan kata-kata belaka, tapi dengan kuasa Roh
Kudus dan keyakinan teguh (1:5). Dan diterima juga oleh jemaat Tes bukan sebagai
perkataan manusia, melainkan sebagai firman Allah (2:13), menurut Paulus pun itu benar-
benar demikian (2:13). Dalam pewartaan, Paulus bukan hanya membagikan Injil saja,
melainkan juga hidupnya sendiri dengan jemaat (1:8). Maka ada ikatan erat antara Allah -
Yesus - Paulus - Jemaat Tes - Jemaat di tempat-tempat lain, yang diungkapkan dengan istilah
“peneladanan” (1:6). c) Dimensi eskatologis tindakan kristiani: Setiap bab selalu diakhiri
dengan mengajak pembaca menengok ke masa depan saat Yesus datang kembali (1:10; 2:19;
3:13; 4:13-18; 5:23). Maka tindakan-tindakan yang disebutkan dalam bab 4-5 didasarkan
pada masa lalu, terlaksana dalam masa kini, dan dengan orientasi ke masa datang. d)
Gambaran tentang Allah: Dapat diamati dengan mudah gambaran 1 Tes mengenai Allah:
Bapa, Pelindung, penolong dll. Hal ini bisa diamati dari sebutan mengenai Allah, maupun
dari ungkapan kita masing-masing. kerja yang dipakai, baik aktif maupun pasif.

Tentang Teologi dari I Tesalonika


kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini adalah fokus utama Paulus dalam suratnya ke
jemaat Tesalonika. Hal ini tidak mengherankan, jikalau kita teringat sebab-sebabnya Paulus
mengarang surat ini. Tidak dapat tidak bahwa kesukaran, yang dialami di dunia ini mengantar
pikiran orang saleh kepada saat yang berbahagia. Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya
dalam segala keagungan dan kekuasaan-Nya. Apalagi Paulus merasa dirinya wajib
memperbaiki anggapan-anggapan yang salah tentang zaman akhir pada saat itu. Namun, ini
bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu eskatologi yang lengkap dan
teratur. Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat sejarah dan tidak juga mengembangkan
pikiran manusia tentang keadaan alam semesta. Dia malah menjelaskan tentang penyataan
Allah sendiri, yang diakui dan sah oleh iman dan yang sangat besar artinya bagi jemaat
Kristus. Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan
jemaat Kristen akan penggenapan segala janji Tuhan pada kesudahan alam, semuanya itu tak
boleh dipandang sebagai ramalan atau alasan pelbagai perhitungan saja. Maksud Paulus tidak
lain hanyalah untuk menunjukkan kepada jemaat kepastian dan kesempurnaan keselamatan
yang sudah disediakan baginya. Kepercayaan kepada Hari Tuhan itu seharusnya merupakan
sumber penghiburan, kekuatan, kegembiraan dan ketabahan hati bagi jemaat dalam
sengsaranya. Pengharapan akan parousia segera memenuhi batin orang Kristen dengan terang
dan pengharapan, yang tidak diberikan oleh dunia ini, dan akan memberikan kekuatan kepada
segenap kehidupan jemaat selama masih berjuang di bumi.

I KORINTUS
Orisinalitas
Tak ada keraguan bahwa surat ini memang dari Paulus.

Waktu dan Tempat Penulisan


Paulus sendiri mengatakan bahwa ia menulis 1 Kor dari Efesus pada musim semi (1 Kor
16:8). Waktu penulisan biasa diduga berkisar dari th. 52-57 CE, tapi kebanyakan ahli
memilih th. 56/57. Jadi pada perjalanan Paulus yang ketiga; jemaat di Korintus didirikannya
pada perjalanan yang kedua (th. 50-52).

Keutuhan Teks dan Struktur


Para ahli sering bicara tentang konstruksi 1 Kor yang lepas-lepas dengan penggalan dan
penggabungan yang tak menentu. Untuk menerangkan inkonsistensi itu diajukan dugaan
bahwa Paulus menulis 1 Kor tidak sekaligus jadi melainkan dalam kurun waktu tertentu
(ditulis, ditinggal, ditulis lagi dst). 1 Kor karenanya dianggap surat praktis, yang menjawab
problem-problem konkret jemaat dan bukan traktat teologi yang sistematis, meskipun prinsip-
prinsip teologi yang mendasari nasehat praktis itu dapat dilihat dengan mudah. Namun
mengingat problem-problem mendesak jemaat, apakah wajar kalau Paulus menunggu-nunggu
sebelum mengirimkan surat itu?

Tampaknya sebelum ini Paulus pernah menulis kepada mereka, agar mereka tak bergaul
dengan orang cabul (1 Kor 5:9). Tak jelas apakah surat ini hilang ataukah digabungkan
dengan teks 1 Kor (ada pendapat bahwa 1 Kor 6:1-11 atau 6:12-20 merupakan surat itu).
Surat itu rupanya menimbulkan salah pengertian, dan hendak diselesaikan dengan surat 1 Kor
ini. Mereka juga pernah menulis kepada Paulus (1 Kor 7:1) dan dalam surat 1 Kor ini Paulus
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka (1 Kor 7:25; 8:1; 12:1).
Berdasarkan ini dilihat ada dua pembagian dasar tanpa ada keteraturan dalam isinya:
1. Tentang hal-hal yang ditanyakan secara lisan (bab 1-6)
2. Tentang hal-hal yang ditanyakan secara tertulis (bab 7-16)
Meskipun demikian, ada juga yang mengajukan bahwa 1 Kor merupakan karangan yang
punya koherensi internal tertentu dan ada ketepatan juga dalam penempatan isi, jadi bukan
surat lepas-lepas (lihat K.E. Bailey, “The Structure of I Corinthians and Paul’s Theological
Method with Special Reference to 4:7”,
Novum Testamentum
25 (1983) 152-181), yaitu terdiri atas 5 essei dengan bagian-bagian yang membentuk struktur
pararel konsentris terbalik, mis. A B C B’ A’

(A) I. Salib (1:5 - 4:16)


(B) II. Pria dan Wanita dalam Keluarga (sex) (4:17 - 7:40)
(C) III. Makanan Persembahan (Kristen dan Kafir) (8:1 - 11:1)
(B’) IV. Pria dan Wanita dalam Ibadat (cinta) (11:2 - 14:40)
(A’) V. Kebangkitan (15) Dari struktur konsentris itu tampaklah betapa pusat keprihatinan 1
Kor adalah masalah hidup jemaat kristen dengan orang-orang kafir (point III). Hal ini tentu
berhubungan dengan situasi kota Korintus. Terlalu berlebihan bila Korintus dikatakan “kota
maksiat” paling besar; kiranya ya sama maksiatnya seperti kota-kota pelabuhan di dunia
Romawi-Yunani jaman itu. Di kota itu hidup masyarakat amat majemuk dalam hal
keagamaan: ada kuil penyembahan kaisar, kuil dewa/i Mesir, kuil dewa/i Yunani, selain ada
juga sinagoga Yahudi. Dalam suasana immoralitas masyarakat Korintus, jemaat Kristen
ditantang untuk hidup. Apa yang harus mereka perbuat? Itulah yang ingin dijawab Paulus
dalam 1 Kor. Kelima gagasan dasar itu sebenarnya sudah diumumkan oleh Paulus dalam
bagian pengantar yang berupa ucapan syukur (1:4-9), coba diselikidi sendiri! Menurut Bailey,
setiap essei disusun dalam bentuk yang sama, yaitu:
1. Tradisi (mengingat / mengenangkan; yang diajarkan, diteruskan)
2. Problem Etis/Praktis (aspek-aspek negatif)
3. Pernyataan Teologis Umum (dasar bagi solusi problem)
4. Problem Etis/Praktis (aspek-aspek positif)
5. Ajakan (“tirulah aku”, “karena itu ...”)

(a) Misalnya dalam Essei I (ttg. Salib: 1:5-4:16), bisa dilihat sbb:
1. Tradisi: “sesuai dengan Kesaksian tentang Kristus” (1:6)
2. Problem (-): keterpecahan umat (Paulus, Apollos, Kefas: 1:10-16)
3. Pernyataan teologis umum: Kami wartakan: Yesus tersalib, bukan hikmat manusia (1:17
2:5) Kami wartakan: hikmat tersembunyi Allah (2:6-16)
4. Problem (+): masing-masing rasul berfungsi: pelayan (3:4-5)
5. Ajakan: “Kudesak kalian, tirulah aku!” (4:16)
Jemaat bersikap terhadap rasul/pemimpin seturut kehebatan rasul itu (mungkin dalam hal
kotbah, retorika, kelihaian berdebat dll). Paulus mengajak umat melihat siapakah yang
diwartakan: yaitu Kristus yang tersalib. Karena itu Injil adalah kekuatan Allah dan bukan soal
hikmat manusia, merupakan sandungan dan skandal. Para rasul hanyalah pelayan-pelayan
Injil itu, bukan majikan.

(b) Essei II (ttg. Seksualitas: 4:17 - 7:40)


1. Tradisi: “mengingatkan akan hidup yang kuturuti dalam Kristus” (4:17)
2. Problem (-): Incest, homoseksualitas, immoralitas lain (5 - 6:11a)
3. Pernyataan teologis:
Teologi seksualitas (tak identik makan/minum: 6:11-14)
Teologi seksualitas (bersatu dengan Tuhan: 6:14-20)
4. Problem (+): pola seksualitas kristen (7)
5. Ajakan: “aku juga punya Roh Allah” (7:40; bdk. 7:7,8,10,12,24,25)
Ajakan pada 7:40 tidak bernada “tirulah aku”; tapi kalimat itu amat bermakna dalam
perdebatan dengan seksualitas. Ingin ditekankan bahwa manusia bukanlah hanya tubuh
jasmani belaka, karena itu masalah seks tidak identik dengan masalah makan/minum:
manusia memiliki Roh Allah, tubuhnya adalah Bait Roh Kudus (1 Kor 6:19). Ajakan akhir
mengingatkan realitas itu, nasehat langsung (pola “tirulah aku”) sudah tersebar pada bab 7:7,
8, 10, 12, 24, 25.

(c) Essei III (ttg. orang kristen dan kafir: 8 - 11:1)


1. Tradisi: “satu Allah, Bapa, satu Tuhan, Yesus Kristus” (8:6)
2. Problem (-): makanan persembahan berhala (8)
3. Pernyataan teologis: Teologi Missi: “bebas/hamba semua orang” (identifikasi) (9) Teologi
Missi: sakramen dan etika (non-identifikasi) (10:1-22)
4. Problem (+): semua boleh, tapi tak semua berguna (10:23-33)
5. Ajakan: “jadilah peneladanku” (11:1)

Masalah makanan persembahan berhala hanyalah satu ungkapan saja. Lewat hal ini Paulus
masuk dalam masalah inti yang menjadi keprihatinan pokok Paulus sehubungan dengan
jemaat di Korintus: bagaimanakah seharusnya sikap orang kristen hidup di tengah orang
kafir? Ada dua solusi: identifikasi dan non-identifikasi dengan mereka.
(d) Essei IV (ttg. ibadat: 11:2-14)
1. Tradisi: “mengingat, teguh memegang yang kuajarkan” (11:2, lih. 11:23)
2. Problem: tudung kepala wanita & kemabukan (11)
3. Pernyataan teologis:
Anugerah Rohani (12)
Cinta (13)
Anugerah Rohani (14:1-25)
2. Problem: semua mau bicara & wanita memotong pembicara (14:26-36)
5. Ajakan: “Yang kutulis adalah perintah Tuhan, karena itu ...” (14:37-40).

Ini pararel dengan Essei II (soal seks). Inti Essei ini adalah Kidung Kasih (bab 13). Dari hal-
hal yang tampak remeh, Paulus masuk dalam inti hidup kristen secara pribadi maupun secara
gerejani (jemaat kristen adalah tubuh Kristus, bab 12).

(e) Essei V (ttg. kebangkitan: 15)


1. Tradisi: ajakan mengingat (15:1-2), credo (15:3-11)
2. Problem: ada yang bilang “tak ada kebangkitan” (15:12-20)
3. Pernyataan teologis: Adam dan Kristus (15:21-28): rencana Allah untuk semua Kesaksian
pribadi (15:29-34) Adam dan Kristus (15:35-50): hakekat tubuh rohani
4. Problem: misteri kebangkitan (15:51-57)
5. Ajakan: “karena itu, .... berdirilah teguh!” (15:58)

Ini pararel dengan Essei I (soal salib). Maka Paulus tak berhenti pada salib (kematian)
melainkan pada kebangkitan, tanpa ini salib tak berarti apa-apa dan sia-sialah iman kita.

Masalah "selibat", "kawin", "perempuan":


Paulus menganjurkan orang lain agar hidup selibat seperti dia. Hanya daripada orang
"hangus" karena nafsu, maka ia menganjurkan orang kawin saja. Dari sini bisa timbul kesan
ia menganggap rendah perkawinan. Tapi dari 1 Kor 7:7, harus dipahami bahwa baik "selibat"
dan "perkawinan" merupakan karunia. Konteks anjuran selibat Paulus adalah akhir zaman
yang sudah di ambang pintu, suatu zaman darurat (1 Kor 7:26), dan bukan karena selibat
dipandang lebih luhur daripada perkawinan. Dalam 1 Kor 14:35 dikatakan bahwa "tak sopan
bagi perempuan bicara dalam pertemuan Jemaat". Jelas, dari 1 Kor 11:5 kelihatan bahwa
perempuan boleh saja berdoa dan bernubuat dalam pertemuan Jemaat. Maka ada tafsiran
bahwa "berbicara" di situ diartikan sebagai "ngrumpi", "tanya satu sama lain", karena ada
yang tak jelas dalam pertemuan (perempuan dipisahkan dari kaum pria dalam ibadat,
pengaruh sinagoge Yahudi), maka mereka disuruh tanya saja kepada suami di rumah. Tapi
ada juga tafsiran lain: Paulus mengutip pendapat umum di Jemaat bahwa perempuan tak
boleh bicara. Tapi lalu setelah itu, dalam ayat berikut (1 Kor 14:36) ia membantah pendapat
umum itu dengan menegur kaum pria: "adakah firman Allah mulai dari kamu?" dan "hanya
kepada kamu sajakah firman itu telah datang?". Implikasinya: kepada wanita juga
disampaikan firman Allah, dan karena itu mereka berhak pula bicara. Jelas dari Gal 3:28
Paulus menganut kesetaraan pria dan wanita, meski sebagai orang Yahudi ia masih terikat
oleh adat-istiadat dan tradisi tafsir Yahudi atas kisah Penciptaan: wanita berasal dari pria (1
Kor 11:8). Namun sebagai pengikut Kristus ia sadar bahwa dalam Dia orang tak boleh
menganggap yang satu lebih tinggi dari yang lain (1 Kor 11:11).

Tentang Teologi dari I Korintus


Mirip dengan bukti internal, konsistensi doktrin dan perkembangannya diteliti dibandingkan
karya-karya pengarang yang sudah dapat dipastikan. Topik teologi seperti eschaton atau
Hukum Musa dapat muncul pada karya-karya berbeda, tetapi dengan corak yang serupa.
Suatu sudut pandang yang konsisten menandakan pengarang yang sama; pengajaran yang
bertolak belakang atau tidak berkaitan mengindikasikan pengarang yang berbeda. Contohnya,
W. Michaelis melihat kemiripan Kristologi antara surat-surat penggembalaan dan karya-
karya Paulus yang tak terbantahkan, sehingga berargumen mendukung kepengarangan
Paulus.

II KORINTUS
Orisinalitas
Tak ada keraguan bahwa surat ini memang berasal dari Paulus. Berisi banyak pengalaman
pribadi lebih daripada surat-surat yang lain
Waktu dan Tempat Penulisan
Bila 1 Kor ditulis dari Efesus pada musim semi (1 Kor 16:8), sekitar th. 56/57, maka 2 Kor
tampaknya ditulis pada akhir musim dingin di tahun yang sama dari Makedonia (entah Filipi
atau Tesalonika; 2 Kor 2:13; 7:5). 3).

Latar Belakang Surat


Setelah menulis 1 Kor, Paulus mendengar bahwa suratnya itu gagal mengubah jemaat.
Keadaan menjadi lebih parah karena kedatangan beberapa orang yang mengaku rasul dan
menentang otoritas Paulus sehingga jemaat terbawa menentang Paulus serta ajarannya dan
tetap menekankan Taurat dan sunat (2 kor 11:4; 12:11). Dari Efesus Paulus mengadakan
kunjungan singkat ke Korintus (12:14; 13:1). Kunjungan tidak berhasil mengubah jemaat dan
Paulus menurut surat "penuh air mata" (2:4) yang dikirimkan lewat Titus (12:18; mungkin
digabungkan dalam 2 Kor 10-13?). Terpaksa meninggalkan Efesus karena huru-hara (Kis
19:23-40), Paulus menuju Makedonia lewat Troas untuk menemui Titus (2:12-13). Titus
melaporkan bahwa surat itu punya dampak positif (7:5-16). Laporan akan perbaikan situasi
jemaat Korintus itulah yang membuat Paulus menulis 2 Kor.
Keutuhan teks dan struktur
Ada dugaan bahwa 2 Kor merupakan penggabungan beberapa surat Paulus, tetapi sulit sekali
mengidentifikasikan hal itu karena tampak adanya suatu kesatuan yang utuh. Struktur surat
berhubungan erat dengan kedatangan ketiga Paulus ke Korintus. Ada tiga bagian utama (2
Kor 1-7; 8-9; 10-13) dengan perincian sbb. menurut
NIV Study Bible:
* Apologetik: Menjelaskan alasan perubahan dalam perjalanan Paulus (1-7)
* Hortatorik: Menyemangati umat untuk melengkapi persembahan mereka (8-9)
* Polemik: Memastikan kedatangan Paulus dan otentisitas rasulinya (10-13).

 Apologetik: Penjelasan sikap Paulus dan Pelayanan kerasulannya (bab 1–7)


o Salam (1:1–2)
o Syukur atas hiburan ilahi dalam penindasan (1:3–11)
o Integritas alasan dan sikap Paulus (1:12—2:4)
o Memaafkan pihak yang bersalah di Korintus (2:5–11)
o Bimbingan Tuhan dalam pelayanan (2:12–17)
o Umat Korintus: Surat dari Kristus (3:1–11)
o Memandang kemuliaan Allah (3:12—4:6)
o Harta dalam bejana tanah liat (4:7–16a)
o Kematian dan maknanya (4:16b—5:10)
o Pelayanan Pendamaian (5:11—6:10)
o Bapa rohani memohon pada anak-anaknya (6:11—7:4)
o Pertemuan dengan Titus (7:5–16)
 Hortatorik: Persembahan bagi umat Kristen Yerusalem (bab 8–9)
o Menganjurkan bersikap murah hati (8:1–15)
o Titus dan Teman-teman diutus ke Korintus (8:16—9:5)
o Buah memberi dengan murah hati (9:6–15)
 Polemik: Paulus membela otoritasnya sebagai rasul (bab 10–13)
o Pembelaan Paulus akan otoritasnya sebagai rasul dan wilayahnya (bab 10)
o Paulus berbangga (bab 11–12)
o Peringatan terakhir (13:1–10)
o Penutup, Salam dan Berkat (13:11–14)

Tentang Teologi dari II Korintus


Penghiburan di Tengah Penderitaan
Surat ini diawali dengan ucapan syukur kepada Allah karena telah membebaskan Paulus dari
kesedihan dan penderitaan. Penderitaan yang Paulus alami dalam pelayanannya sangatlah
berat, sehingga beliau merasa seperti dijatuhi hukuman mati. Paulus memuji Allah karena
penghiburan yang diberikan oleh-Nya di tengah penderitaan. Penghiburan yang beliau
rasakan kesudahannya menguatkannya dalam memperagakan pelayanan, karena itulah beliau
pun kesudahannya mesti membagi penghiburan tersebut ke orang lain supaya merekapun
dapat merasakan penghiburan dari Allah.
Hidup di Tengah Kesedihan
Perubahan rencana Paulus sebagai mengunjungi jemaat Korintus menimbulkan banyak
tanggapan negatif dari lawan-lawannya di Korintus. Perubahan rencana tersebut memojokkan
Paulus, Paulus dituduh sbg orang yang hadir ketidakmampuan dan ketidakpedulian terhadap
pelayanan di jemaat Korintus. Di satu sisi memang jadi kalau Paulus mengadakan perubahan
rencana mengenai perjalanannya ke Korintus, tetapi di sisi lain tuduhan yang dikenakan
padanya tidaklah jadi. Itulah karenanya beliau menulis surat kepada mereka dan
menceritakan kesedihan yang beliau rasakan supaya ketika beliau datang lagi mereka akan
bersukacita (2:3). Surat ini justru ingin mengungkapkan bahwa Paulus mengasihi mereka.
Hidup di Tengah Ancaman Kematian
Bagian ini pun ingin menceritakan tentang penderitaan yang Paulus hadapi dalam
memperagakan pelayanan. Penderitaan yang beliau alami, membuat hidupnya seperti
terancam dengan kematian. Inilah hal yang membuat beliau berserah penuh pada Allah
sehingga beliau dimampukan.
Membantu yang Miskin sbg Wujud Kasih Allah
Sukacita yang beliau alami tidak membuatnya lepas dari pikiran dengan hadirnya jemaat lain
yang sedang merasakan kesulitan. Beliau berharapan supaya jemaat Korintus mengumpulkan
uang sebagai membantu saudara-saudara seiman yang miskin di Yerusalem. Pemberian
persembahan ini merupakan wujud dari pembaharuan yang telah diterapkan Allah kepada
mereka. Tujuan lainnya adalah supaya tercipta keseimbangan di selang umat Allah.

Anda mungkin juga menyukai