Anda di halaman 1dari 3

2 Tesalonika 3:1-15

Oleh : Thedi Sahoa


A. Latar Belakang
Paulus datang dari Filipi ke Tesalonika bersama Timotius dan Silas dan tinggal disana
sekitar satu bulan lamanya sampai akhirnya kekacauan memaksa mereka untuk pergi dari situ
tanpa rencana ke Berea. Lalu Paulus pergi ke Atena tanpa Timotius dan juga Silas. Di Atena
kemudian Paulus menunggu mereka menyusul.1 Tidak lama setelah Paulus tiba di Korintus, Silas
dan Timotius yang tinggal di Tesalonika datang dengan kabar mengenai jemaat disitu. Kitab ini
ditulis oleh Paulus beberapa bulan sesudah surat pertama, pada saat ia masih berada di Korintus.2

1. Konteks Jauh
Surat ini membicarakan atau membahas mengenai persoalan yang terdapat dalam
warga jemaat mengenai “Hari Tuhan” yang hampir tiba. Sehingga membuat beberapa
orang dari jemaat di Tesalonika menjadi bingung lalu meninggalkan pekerjaan mereka
serta mengganggu anggota jemaat yang lain hanya diakibatkan persoalan yang sama
(Hari Tuhan).3 Kebingungan yang dialami jemaat oleh para fanatik eskatologis yang
berasal dari Gnostik adalah bahwa Hari Tuhan yang dimaksud itu telah tiba. Penegasan
ini yang membuat Paulus menyusun suatu bentuk yang dibisa dikatakan sebagai ‘jadwal’
mengenai hal-hal atau peristiwa yang akan terjadi terlebih dahulu sebelum masa Akhir
tersebut, agar mereka memahami bahwa Hari Tuhan itu memang benar belum
dinyatakan.4

2. Konteks Dekat
Persoalan yang terjadi di Tesalonika membuat Paulus menulis agar mereka
“jangan lekas bingung dan gelisah, baik oleh ilham roh, maupun oleh pemberitaan atau
surat yang dikatakan dari kami, seolah-olah hari Tuhan telah tiba” (2:2). Pemikiran ini
sangat mengganggu mereka karena dilihat dari segi peristiwa mereka memikirkan hal-hal
kesengsaraan, hukuman, dan kebinasaan. Gambaran seperti itu telah banyak terdapat

1
W.R.F Browning, Kamus Alkitab (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hlm.447

2
J. Sidlow Baxter, Menggali Isi Alkitab 4 (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2017), hlm.151

3
Dianne Bergant dan Robert J. Karris, Tafsir Alktitab Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hlm.379

4
Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hlm.33
dalam Perjanjian Lama (Yoel 1:15-2:11; Obaja 15,16; Zefanya 1:14-18; Zakharia 14:1-8).
Hari Tuhan akan menimbulkan rasa ngeri dihati manusia, hal itu yang kemudian
membuat orang-orang Tesalonika mulai bertanya apakah mereka harus menjalani semua
itu.
Paulus mengatakan bahwa pertama-tama harus terjadi beberapa hal tertentu
sebelum hukuman Allah pada akhir zaman itu dinyatakan. Orang akan murtad dari agama
yang benar (2:3), “manusia durhaka” harus dinyatakan (2:3), dan akhirnya kuasa yang
sekarang sedang menahan kedurhakaan itu harus disingkirkan (2:6,7). Inilah petunjuk-
petunjuk yang pasti tentang datangnya hari perhitungan itu. Kedua, orang-orang percaya
harus sadar dan waspada akan keadaan sekeliling mereka dan menguatkan iman mereka
sendiri (I Tes. 5:4-8; II Tes. 2:15). Dengan demikian mereka sudah bertahan terhadap
krisis apapun juga.
Ketiga dan yang paling penting adalah Paulus meyakinkan orang Kristen bahwa
Allah memegang kendali. Dia melaksanakan rencana-Nya dan mereka semua berada
dalam tangan-Nya. Inilah jaminan terbesar yang dimiliki oleh orang percaya. Kedatangan
Tuhan yang kedua kali tidak saja mendatangkan hukuman tetapi juga mendatangkan
berkat. Kemudan Paulus juga memberitahukan para pembacanya bahwa mereka akan
bersama dengan Tuhan dan mengambil bagian dalam kemenangan-Nya terhadap musuh-
musuh-Nya.5
Selain itu, akibat dari perhatian akan peristiwa-peristiwa dimasa depan yang akan
datang membuat beberapa orang Kristen di Tesalonika tidak lagi menjalankan hidup
sebagaimana mestinya. Mereka sudah tidak giat dalam masyarakat dan dengan berpangku
tangan menunggu kedatangan Kristus yang kedua kali. Hal ini yang kemudian dikecam
dengan keras oleh Paulus. Menurutnya seorang Kristen bukanlah seorang yang
mengelakkan tanggung jawab dan juga bukan petapa religius, tetapi seseorang yang ikut
terlibat dalam bermasyarakat.6
B. Struktur teks dan Uraian Tafsiran
1. Ayat 1-5
Ayat ini merupakan himbauan dari rasul Paulus yang dimulai dengan berdoa dan
beberapa pokok permintaan. Yang pertama agar rasul Paulus dan rekan-rekannya
berhasil dalam penginjilan dan firman Tuhan semakin tersebar agar nama Tuhan

5
Walter M. Dunnet, Pengantar Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2013), hlm.51

6
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), hlm.341
semakin dimuliakan sama seperti yang dialami oleh jemaat Tesalonika. Pokok kedua
adalah permohonan agar Paulus dan rekan-rekannya diselamatkan dari lawan yang
buruk dan jahat, karena mereka tidak memiliki iman. Bahasa Yunani yang digunakan
adalah “poneron” yang berasal dari kata “poneros” yang berarti jahat, buruk, penuh
dosa, tetapi juga bisa menunjuk kepada orang jahat atau yang jahat (iblis). Mungkin
saja lawan yang dimaksud adalah orang-orang yang mengacaukan iman orang
percaya. Namun Paulus menegaskan bahwa Tuhan tetap setia dan akan menguatkan
serta melindungi mereka dari yang jahat (ponerou yang berarti dari sesuatu yang jahat
atau buruk). Mungkin saja yang jahat ini merupakan si ‘pendurhaka’ yang disebut
dalam pasal 2. Paulus juga menegaskan akan keyakinannya kepada jemaat akan
ketaatan untuk terus melakukan apa yang mereka minta dengan terus mengarahkan
hati mereka kepada kasih Allah.
2. Ayat 6-15
Ayat ini berisikan perintah-perintah mengenai kehidupan Kristen. Paulus
memerintahkan kepada jemaat untuk menghindari sesama mereka yang telah tersesat
dan meninggalkan tradisi rasuli yang telah diberikan kepada mereka. Masalah ini
diangkat kembali dalam ayat 14-15. Paulus menunjukkan manakah dasar kelakuan
baik untuk diteladani. Dimana Paulus dan rekannya selalu menghayati hidup yang
baik, mereka selalu bekerja dan mencari nafkah sendiri agar tidak menjadi beban.
Paulus menegaskan mengenai alasan mengapa harus bekerja. Jika orang Tesalonika
bekerja dengan tenang maka mereka menyibukkan diri dengan cara yang lebih
berguna. Mereka juga seharusnya menjauhi perlakuan kasar dan tidak menjadi
gangguan bagi orang lain. Paulus melawan mereka yang begitu bingung dengan hari
kedatangan Tuhan dimana mereka sudah berhenti bekerja dan hanya menjadi sibuk
dengan pemikiran mereka. Sehingga Paulus menekankan pada ayat 10 “hoti ei tis ou
thelei ergazesthai mede esthieto” yang berarti “karena barang siapa tidak suka bekerja
janganlah makan”.

Anda mungkin juga menyukai