Anda di halaman 1dari 73

57 Sen yang Nilainya Tak Ternilai

Seorang anak gadis kecil sedang berdiri terisak di dekat pintu


masuk sebuah gereja yang tidak terlalu besar, ia baru saja tidak
diperkenankan masuk ke gereja tersebut karena "sudah terlalu penuh".
Seorang pastor lewat di dekatnya dan menanyakan kenapa si
gadis kecil itu menangis. "Saya tidak dapat ke Sekolah Minggu" kata si
gadis kecil. Melihat penampilan gadis kecil itu yang acak-acakan dan
tidak terurus, sang pastor segera mengerti dan bisa menduga sebabnya
si gadis kecil tadi tidak disambut masuk ke Sekolah Minggu. Segera
dituntunnya si gadis kecil itu masuk ke ruangan Sekolah Minggu dan ia
mencarikan tempat duduk yang masih kosong untuk si gadis kecil.
Sang gadis kecil ini begitu mendalam tergugah perasaannya,
sehingga pada waktu sebelum tidur di malam itu ia sempat memikirkan
anak-anak lain yang senasib dengan dirinya yang seolah-olah tidak
mempunyai tempat untuk memuliakan Jesus. Ketika ia menceritakan hal
ini kepada orang tuanya, yang kebetulan merupakan orang tak berpunya,
sang ibu menghiburnya bahwa si gadis masih beruntung mendapatkan
pertolongan dari seorang pastor.
Sejak saat itu,si gadis kecil "berkawan" dengan sang pastor. Dua
tahun kemudian, si gadis kecil meninggal di tempat tinggalnya di daerah
kumuh, dan sang orang tuanya meminta bantuan dari si pastor yang baik
hati untuk prosesi pemakaman yang sangat sederhana.
Saat pemakaman selesai dan ruang tidur si gadis dirapikan,
sebuah dompet usang, kumal dan sobek-sobek ditemukan, tampak sekali
bahwa dompet itu adalah dompet yang mungkin ditemukan oleh si gadis
kecil dari tempat sampah. Di dalamnya ditemukan uang receh sejumlah
57 sen dan secarik kertas bertuliskan tangan, yang jelas kelihatan ditulis
oleh seorang anak kecil, yang isinya: "Uang ini untuk membantu
pembangunan gereja kecil agar gereja tersebut bisa diperluas sehingga
lebih banyak anak-anak bisa menghadiri ke Sekolah Minggu"
Rupanya selama 2 tahun, sejak ia tidak dapat masuk ke gereja
itu, si gadis kecil ini mengumpulkan dan menabungkan uangnya sampai
terkumpul sejumlah 57 sen untuk maksud yang sangat mulia. Ketika
sang pastor membaca catatan kecil ini, matanya sembab dan ia sadar
apa yang harus diperbuatnya.
Dengan berbekal dompet tua dan catatan kecil ini, sang pastor
segera mengajak pengurus dan jemaat gerejanya untuk meneruskan
maksud mulia gadis kecil ini untuk memperbesar bangunan gereja.
1
Namun ceritanya tidak berakhir sampai di sini. Suatu
perusahaan koran yang besar mengetahui berita ini dan
mempublikasikannya terus menerus, sampai akhirnya seorang
pengembang membaca berita ini dan ia segera menawarkan suatu lokasi
yang berada di dekat gereja kecil itu dengan harga 57 sen, setelah para
pengurus gereja menyatakan bahwa mereka tak mungkin sanggup
membayar lokasi sebesar dan sebaik itu.
Para anggota jemaat pun dengan sukarela memberikan donasi
dan akhirnya bola salju yang dimulai oleh sang gadis kecil ini bergulir
dan dalam 5 tahun berhasil mengumpulkan dana sebesar 250.000 dollar,
suatu jumlah yang fantastik pada saat itu (pada pergantian abad, jumlah
ini dapat membeli emas seberat 1 ton). Inilah hasil nyata cinta kasih dari
seorang gadis kecil miskin, namun perduli pada sesama yang menderita.
Tanpa pamrih, tanpa pretensi.
Saat ini,jika anda berada di Philadelphia, lihatlah Temple
Baptist Church, dengan kapasitas duduk untuk 3300 orang dan Temple
University, tempat beribu-ribu murid belajar. Lihat juga Good
Samaritan Hospital dan sebuah bangunan special untuk Sekolah Minggu
yang lengkap dengan banyak pengajarnya semuanya itu untuk
memastikan jangan sampai ada satu anakpun yang tidak mendapat
tempat di Sekolah Minggu. Di dalam salah satu ruangan bangunan ini,
tampak terlihat foto si gadis kecil, yang dengan tabungannya sebesar 57
sen yang dikumpulkan dengan cinta kasih, yang telah membuat sejarah.
Kenyataan sejarah yang kolosal ini bisa memberikan petunjuk
kepada kita semua, apa yang dapat DIA lakukan terhadap uang 57 sen.

Dari Monica Bratanata, <mbratanata@dpk.bankbii.com>

B E B E K
Ada seorang bocah laki-laki sedang berkunjung ke kakek dan
neneknya dipertanian mereka. Dia mendapat sebuah katapel untuk
bermain-main di hutan. Dia berlatih dan berlatih tetapi tidak pernah
berhasil mengenai sasaran.
Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam.
Dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal,
dibidiknya bebek itu dikepala, matilah si bebek. Dia terperanjat dan
2
sedih. Dengan panik, disembunyikannya bangkai bebek di dalam
timbunan kayu, dilihatnya ada kakak perempuannya mengawasi. Sally
melihat semuanya, tetapi tidak berkata apapun.
Setelah makan, nenek berkata, "Sally, cuci piring."
Tetapi Sally berkata, "Nenek, Johnny berkata bahwa dia ingin
membantu di dapur, bukankah demikian Johnny?" Dan Sally berbisik,
"Ingat bebek?" Jadi Johnny yang mencuci piring.
Kemudian kakek menawarkan bila anak-anak mau pergi
memancing, dan nenek berkata, "Maafkan, tetapi aku perlu Sally untuk
membantu menyiapkan makanan."
Tetapi Sally tersenyum dan berkata, "Tidak apa-apa, karena
Johnny memberitahu kalau ingin membantu." Kembali dia berbisik,
"Ingat bebek?" Jadi Sally pergi memancing dan Johnny di rumah.
Setelah beberapa hari, akhirnya Johnny tidak tahan lagi.
Ditemuinya nenek dan mengaku salah telah membunuh bebek
neneknya. Nenek berlutut dan merangkulnya, katanya, "Sayangku, aku
tahu. Tidakkah kau lihat, aku berdiri di jendela dan melihat semuanya.
Karena aku mencintaimu, aku memaafkan. Hanya aku heran berapa
lama engkau akan membiarkan Sally memanfaatkanmu."
Aku tidak tahu masa lalumu. Aku tidak tahu dosa apakah yang
dilemparkan musuh ke mukamu. Apapun itu, aku ingin kau tahu Yesus
Kristus juga selalu berdiri di jendela. Dia melihat segalanya. Karena
Dia mencintaimu, Dia akan mengampunimu bila engkau memintanya.
Hanya Dia heran melihat berapa lama engkau membiarkan musuh
memperbudakmu. Yang luar biasa adalah Dia tidak hanya
mengampuni, tetapi Dia juga melupakan."

Dari Fanny, <fsutanto@siddharta.co.id>

Prayers Can't Be Answered


Unless They Are Prayed
Life without purpose is barren indeed
There can't be a harvest unless you plant seed
There can't be attainment unless there's a goal
And man's but a robot unless there's a soul.

3
If we send no ships out, no ships will come in
And unless there's a contest, nobody can win
For games can't be won unless they are played
And prayers can't be answered unless they are prayed.

So whatever is wrong with your life today


You'll find a solution if you kneel down and pray
Not just for pleasure, enjoyment and health
Not just for honors and prestige and wealth.

But pray for a purpose to make life worth living


And pray for the joy of unselfish giving
For great is your gladness and rich your reward
When you make your life's purpose the choice of the Lord.

Dari: Fang-Fang, <laurensia-herlina@usa.net>

BEDAH MEDIS KEMATIAN YESUS


Secara medis, penyebab kematian Tuhan Yesus bukan hanya
dimulai saat ia disiksa oleh tentara Romawi. Sebelum itu, setelah
peristiwa perjamuan terakhir, Tuhan Yesus berdoa di Taman Getsemani.
Ketika Yesus berdoa, Injil Lukas merekam bahwa peluh-Nya menjadi
seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah" (Lukas 22:44b). Bisa
jadi, hal ini memang hanya Lukas yang menyadarinya karena ia seorang
tabib sehingga ia bisa memperhatikan keadaan fisik Tuhan Yesus.
Yang sesungguhnya dilihat Lukas pada malam itu sebenarnya
bukanlah seperti, melainkan memang itu bisa terjadi dan dapat
diterangkan secara medis. Peristiwa ini adalah sebuah kejadian langka
yang dapat terjadi pada diri seseorang saat ia mengalami emosi yang
sangat berat. Kitab Markus mencatat Ia mengatakan, "mau mati
rasanya". Kesedihan yang dialami-Nya begitu luar biasa sehingga nyaris
tak dapat ditanggung. Emosi sedemikian berat itu menyebabkan
pecahnya pembuluh darah di kulit. Kemudian, darah keluar melalui
kelenjar keringat bersama dengan keringat. Keadaan ini disebut
hematidrosis atau hemahidrosis yang bila keluar banyak sekali dapat

4
menyebabkan hipovolemi. Mulai dari sinilah, proses kematian Tuhan
Yesus sebenarnya sudah dimulai.
Dari Taman Getsemani, Tuhan Yesus ditangkap. Dalam
kesendirian-Nya (murid-murid-Nya lari kocar kacir), Ia menghadap
Hanas, setelah itu Kayafas. Emosinya terasa makin berat karena Ia
merasa sendiri, ditinggalkan oleh orang-orang yang amat dikasihi-Nya.
Ditambah lagi, ia mulai mendapat siksaan fisik. Di pengadilan agama,
muka-Nya ditampar (Yohanes 18:23) dan dipukuli (Lukas 22:63) mulai
pukul 01.00 sampai dini hari. Sebelum Ia dihukum mati, Ia dibawa ke
pengadilan Romawi. Keadaan fisik Yesus saat itu sudah makin lemah
karena ia tidak tidur semalaman, tidak makan atau minum, juga dipaksa
berjalan dari satu tempat ke tempat lain-padahal jaraknya cukup jauh -
ditambah pukulan-pukulan serta ejekan, plus kesendirian-Nya.
Di depan pengadilan Romawi, Tuhan Yesus mulai mendapat
aniaya yang luar biasa lewat hukuman cambuk. Pada waktu itu dikenal
dua macam cambuk dera. Yang satu berupa sebatang tongkat atau
ranting-ranting yang digunakan untuk warga negara Romawi. Yang
kedua berupa cambuk bergagang kayu dengan satu sampai tiga helai
kulit atau tali. Ujungnya ada yang diberi bulatan keras atau paku kecil.
Jenis ini dipakai untuk mereka yang bukan warga negara Romawi. Jenis
kedua inilah yang dipakai untuk mendera Tuhan Yesus. Menurut
undang-undang kerajaan Romawi, yang memberi perintah Penyesahan
adalah Pontius Pilatus. Itu artinya Tuhan Yesus tidak dicambuk 39 kali
seperti yang diperkirakan orang selama ini. Menurut buku Manusia Kain
Kafan, penyesahan ini dilakukan sebanyak 21 kali dari kanan dan 21
kali dari kiri. Dengan demikian, jumlah luka yang terdapat pada tubuh
Tuhan Yesus sampai di kaki-Nya adalah 726 buah dengan kulit, daging
dan otot yang pasti ikut tercabik.
Namun demikian, para 'algojo' yang mendera itu amat mahir
sehingga mereka tidak memukul daerah-daerah tubuh yang mematikan,
seperti wilayah jantung, misalnya. Luka-luka ini akan menimbulkan rasa
nyeri dan pendarahan yang banyak. Kondisi ini dapat membawa Tuhan
Yesus pada keadaan pre shock. Dari sini, Tuhan Yesus harus membawa
bagian horisontal dari salib (patibulum) yang beratnya kurang lebih 50
kg. Dalam perjalanan, Yesus memikul patibulum pada pundaknya
dengan kedua lengan terantang serta diikat pada ujung kanan-kiri
patibulum. Bila jumlah terhukum lebih dari satu, mereka akan
dihubungkan satu sama lain dengan mengikatkan seutas tali. Ujung kiri
dari patibulum masih diikat lagi dengan pergelangan kaki kirinya. Ini

5
untuk mencegah agar terhukum tidak lari atau memukul tentara dengan
patibulum mereka.
Dalam buku Manusia Kain Kafan disebut Yesus adalah
terhukum yang diletakkan paling belakang. Padahal kondisi tubuhnya
lemah dibanding dua orang terhukum lainnya. Dengan kondisi yang
paling lemah,tentu Ia berjalan lambat. Akibatnya kedua penjahat yang
berjalan di depannya sering menghentakkan patibulum untuk memaksa
Tuhan Yesus mempercepat jalan-Nya. Hentakan ini menyebabkan
patibulum Yesus yang sebelah kanan Tersentak ke depan sedang yang
kiri akan terlempar ke belakang dan ini membuat kaki kirinya tertahan,
bahkan tertarik ke belakang pula. Keadaan ini membuat Tuhan Yesus
jatuh terduduk pada lututnya atau terjerembab dengan muka terbentur
batu. Hal ini terjadi berkali-kali. Daripada Yesus mati, para pengawal
itu segera memanggil Simon dari Kirene.
Sampai di Golgota, Yesus disalib. Paku yang digunakan ukuran
kepalanya 1 X 1 cm dan panjangnya 13-18 cm. Paku ini ditempatkan
pada bagian tangan yang diperkirakan dapat menahan tubuh si terhukum
supaya tidak sampai melorot ke bawah, tepatnya di pergelangan tangan.
Setelah kedua lengan direntangkan dan dipaku, patibulum bersama
terhukum diangkat oleh para pengawal untuk memasukkan lubang
patibulum ke bagian vertikal. Berikut,yang dipaku adalah kakinya,
dimana sudah disediakan tempat berpijak. Tempat ini ada agar si
terhukum lebih lama menderita sebelum mati. Perdarahan di
pergelangan lengan ini memang tidak banyak, tapi pasti menimbulkan
rasa nyeri yang sangat hebat. Mengapa? Ada beberapa syaraf yang
terkena. Demikian pula halnya dengan kaki-Nya. Rasa nyeri akan terus
menerus dirasakan bila Ia bergerak selama tergantung di salib. Selain
itu, gesekan punggung yang penuh luka-luka dengan kayu salib yang
kasar akan menambah nyeri dari luka bekas penderaan. Otomatis, darah
yang tadinya sudah mengering akan kembali mengalir.
Akibat rasa nyeri ini, Yesus mengalami kesulitan saat
mengambil nafas. Akibat perdarahan ini, Yesus masuk dalam kondisi
gagal jantung. Keadaan inilah yang menyebabkan kematian-Nya di kayu
salib. Keadaan lain yang mempercepat kematian-Nya adalah kondisi
tubuh-Nya yang sudah sangat lemah saat Ia digantung di kayu salib. Hal
ini ditambah lagi dengan penikaman di bagian sela tulang iga. Tikaman
ini menembus paru-paru kanan menuju bilik kanan dan serambi kanan
jantung. (Sumber: dr. Harry Ratulangi dan dr. Andik Wijaya)

Dari Santy Miemin, <aurelia_santy@app.co.id>


6
Halo, untuk yang ingin berdoa dengan cara lebih bermutu: ada suatu
kisah
Berdoa Itu Lebih Daripada Meminta.....
Ibu Magda mempunyai dua putri, Pauline dan Monika. Kedua-
duanya sudah menikah dan berumah tangga tidak jauh dari rumah
orangtuanya. Setiap kali bila ibu Magda melihat Pauline datang ia
bertanya dalam hati: "Mau apalagi dia minta kali ini?" Dari
pengalamannya ibu Magda tahu bahwa Pauline hanya datang bila ada
sesuatu yang tidak beres, bila ia tiba-tiba melihat bahwa gula di
rumahnya sudah habis, atau salah menghitung porsi daging untuk tamu-
tamunya, atau bila tidak ada lagi cukup uang dalam dompetnya untuk
menyewa kaset video sebagaimana dijanjikan kepada anak-anaknya!
Lain sekali dengan Monika. Memang, mula-mula ia juga datang
terutama untuk meminta sesuatu. Namun lama-kelamaan pertemuan
mereka berubah, mencapai suatu kedalaman tertentu. Bila datang ke
rumahnya Monika suka bercerita macam- macam, tetapi terlebihdari itu,
ia suka mendengarkan kisah-kisah ibunya tentang pengalaman
hidupnya, bagaimana ia menghadapi krisis pertama antara suami-istri,
atau penyakit anak, bagaimana ia menangani pemberontakan anak-
anaknya pada waktu mereka puber dan remaja.
Dalam pertemuan-pertemuan itu Monika tidak hanya semakin
mulai mengetahui siapa ibunya, tetapi juga apa yang menggerakkannya,
apa yang menjadi landasan hidupnya dan nilai-nilai yang mendorong dia
dan yang masih menopang dia hari demi hari. Tentu saja Monika juga
masih meminta macam-macam pelayanan dari ibunya; tetapi apa yang
terutama ia terima sekarang, ialah suatu kesenian hidup, kebijaksanaan
untuk menjadi semakin matang, suatu cara untuk dapat berhasil dalam
relasi dengan suami, dengan anak-anaknya, dengan mertua dan famili
suaminya. Monika melihat dalam ibunya seorang yang ia kagumi, yang
berhasil sebagai manusia, sebagai istri, sebagai ibu. Seorang yang
langkahnya ingin ia ikuti.
Relasi ibu Magda dengan kedua putrinya membantu saya untuk
memahami apa doa itu. Sering, sekurang-kurang pada permulaan, doa
itu terletak pada tingkat permintaan. Memang biasanya begitu. Namun
jika relasi itu mau menjadi lebih mendalam dan mencapai suatu tingkat
kematangan, doa kita harus menjadi lebih daripada sekadar permintaan.
Semakin harus menjadi kontemplasi. Menurut hemat saya, itulah ciri-

7
ciri doa marial. Doa marial bermaksud mengkontemplasikan Maria
dalam relasinya dengan Allah dengan orang-orang lain.

Salam dan berkat,


Wim Peeters, SMM
Visit our website <http://www.montfort.org>

DI BALIK SAJAK FOOTPRINTS


Tahukah anda cerita di balik terciptanya sajak
"FOOTPRINTS" ? Sajak itu telah menyentuh hati jutaan orang di
seluruh dunia. Namun tidak banyak orang mengetahui siapa pengarang
sajak itu. Juga tidak banyak orang tahu apa latar belakang lahirnya sajak
itu. Lebih-lebih lagi tidak banyak orang tahu bahwa sajak yang berjudul
"Jejak" (aslinya : "Footprints") sebenarnya adalah buah pena masa
berpacaran di suatu senja di tepi danau.
Pengarang sajak itu adalah Margaret Fishback, seorang guru
sekolah dasar Kristen untuk anak-anak Indian di Kanada. Margaret
sangat pendek dan kecil untuk ukuran orang Kanada. Tinggi badannya
hanya 147 cm. Tubuhnya ramping dan wajahnya halus seperti anak
kecil. Karena itu walaupun ia sudah dewasa dan sudah menjadi ibu guru
ia sering diberi karcis untuk anak-anak kalau berdiri di depan loket atau
kalau naik bis.
Margaret dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana hangat
dan penuh kasih. Namun ada beberapa peristiwa yang terasa pahit dalam
kenangan masa kecilnya. Yang pertama adalah pengalamannya ketika ia
menjadi murid kelas satu sekolah dasar. Ia mempunyai kenangan buruk
tentang gurunya. Margaret berlogat Jerman karena ayahnya berasal dari
Jerman. Lalu tiap kali Margaret melafalkan sebuah kata Bahasa Inggris
dengan logat Jerman, jari-jari tangannya langsung dipukul oleh gurunya
dengan sebuah tongkat kayu. Tiap hari jari-jari tangan Margaret memar
kemerah-merahan. "Jangan bicara dengan logat Jerman. Pakai logat
yang betul, kalau tidak ... !" Itulah ancaman dan amarah yang didengar
Margaret setiap hari.
Dan ia sungguh takut. "Tiap hari aku berangkat ke sekolah
dihantui oleh rasa takut. Aku heran mengapa aku dimarahi. Apa
salahku ? Apa salahnya orang berbicara dengan logat Jerman ? Baru
8
kemudian hari aku tahu bahwa pada waktu itu sedang berlangsung
Perang Dunia II, sehingga orang Jerman dibenci di Amerika dan
Kanada," ucap Margaret mengenang masa kecilnya.
Kenangan pahit lain yang diingat Margaret adalah tentang dua
teman perempuannya di kelasnya. "Aku akrab dengan semua teman dan
mereka senang bermain dengan aku, kecuali dua orang teman
perempuan yang kebetulan berbadan besar. Kedua teman itu sering
menjahati aku. Untung ada seorang teman laki-laki yang selalu
melindungi aku. Namun pada suatu hari teman laki-laki itu tidak masuk
ke sekolah. Lalu kedua teman perempuan yang berbadan besar itu
menjatuhkan aku dan duduk di atas perutku sambil menggelitiki aku.
Aku kehabisan nafas. Untung tiba-tiba ada orang yang lewat sehingga
aku dilepas. Langsung aku lari ketakutan sampai aku jatuh dan pingsan.
Selama beberapa hari aku terbaring sakit. Tetapi yang lebih parah lagi,
selama beberapa bulan aku ketakutan," kenang Margaret.
Juga tentang masa dewasanya Margaret mempunyai
pengalaman yang menakutkan. Pada suatu siang yang bercuaca buruk,
ketika ia sedang mengajar di kelas, tiba-tiba jendela terbuka dan petir
menyambar sekujur tubuh Margaret. Ia jatuh terpental di lantai. Setelah
dirawat di rumah sakit, ia tetap mengidap penyakit yang tidak
tersembuhkan. Urat syarafnya terganggu sehingga ia sering bergetar.
Bukan mustahil semua pengalaman buruk itu turut mewarnai lahirnya
sajak "Jejak" ini, yang dikarang oleh Margaret ketika ia sudah
mempunyai tunangan yang bernama Paul.
Hari itu Margaret dan Paul berangkat menuju suatu tempat
perkemahan di utara Toronto untuk memimpin retret. Di tengah
perjalanan, mereka melewati danau Echo yang indah. "Mari kita jalan di
pantai," usul Margaret. Dengan semangat mereka melepaskan sepatu
lalu berjalan bergandengan tangan di pantai pasir. Ketika mereka
kembali dan berjalan ke arah mobil mereka, dengan jelas mereka
mengenali dua pasang jejak kaki mereka di pasir pantai. Namun di
tempat-tempat tertentu gelombang air telah menghapus satu pasang
jejak itu. "Hai Paul, lihat, jejak kakiku hilang," seru Margaret. "Itukah
mungkin yang akan terjadi dalam impian pernikahan kita? Semua cita-
cita kita mungkin akan lenyap disapu gelombang air," lirih Margaret.
"Jangan berpikir begitu," protes Paul. "Aku malah melihat
lambang yang indah. Setelah kita menikah, yang semula dua akan
menjadi satu. Lihat itu, di situ jejak kaki kita masih ada lengkap dua
pasang." Mereka berjalan terus.

9
"Paul, lihat, di sini jejakku hilang lagi." Paul menatap Margaret
dengan tajam, "Margie jalan hidup kita dipelihara Tuhan. Pada saat
yang susah, ketika kita sendiri tidak bisa berjalan, nanti Tuhan akan
mengangkat kita. Seperti begini..." Lalu Paul mengangkat tubuh
Margaret yang kecil dan ringan itu dan memutar-mutarnya.
Malam itu setibanya mereka di tempat retret, Margaret yang
adalah pengarang kawakan menggoreskan pena dan menuangkan ilham
pengalamannya tadi di pantai. Kalimat demi kalimat mengalir.
Dicoretnya sebuah kalimat, diubahnya kalimat yang lain. Ia berpikir,
menulis, termenung, mencoret, menulis lagi, termenung lagi, mencoret
lagi....... Seolah-olah bermimpi, dalam imajinasinya ia merasa berjalan
bersama dengan Tuhan Yesus di tepi pantai. Ketika berjalan kembali ia
melihat dua pasang jejak kaki, satu pasang jejaknya sendiri dan satu
pasang jejak Tuhan. Tetapi... dan seterusnya. Margaret melihat lonceng.
Pukul 3 pagi ! Cepat-cepat diselesaikannya tulisannya, lalu ia tidur.
Keesokan harinya, begitu bangun, ia langsung membaca ulang
tulisannya. Ah, belum ada judulnya. Margaret berpikir sejenak lalu
membubuhkan judul "Aku Bermimpi".
Ia mengubah beberapa kata dan kalimat. Dan lahirlah sajak
yang sekarang kita kenal dengan judul "Jejak". Pada hari itu juga dalam
kebaktian, sajak itu dibacakan Paul. Paul berkata, "... ada saat di mana
kita merasa seolah-olah Tuhan meninggalkan kita. Musibah menimpa
kita dan jalan hidup kita begitu sulit. Kita bertanya mengapa Tuhan
tidak menolong kita. Sebenarnya Tuhan sedang mengangkat kita."
Lalu Paul membacakan sajak karya Margaret :
One night I dreamed a dream. I was walking along the beach with my
Lord.
Across the dark sky flashed scenes from my life. For each scene, I
noticed
two sets of footprints in the sand, One belong to me and one to my
Lord.
When the last scene of my life shot before me, I looked back at the
footprints in the sand.
There was only one set of footprints.
I realized that this was the lowest and the saddest times of my life.
This always bothered me and I questioned the Lord about my
dilemma.
"Lord, You told me when I decided to follow, You would walk and
talk with me all the way.

10
But I'm aware that during the most troublesome times of my life,
There is only one set of footprints.
I just don't understand why, when I need You most, You leave me."
He whispered, "My precious child, I love you and will never leave you
never, ever, during your trials and testings. When you saw only one
set of footprints, It was then that I carried you."

Seluruh peserta retret duduk terpaku mendengarnya. Mereka


termenung menyimak kedalaman arti yang terkandung sajak itu.
Sekarangpun tiap orang termenung setiap kali membaca sajak itu. Sajak
itu mengajak kita menelusuri perjalanan hidup kita. Dalam perjalanan
itu telapak kaki kita dan telapak kaki Tuhan Yesus membekas
bersebelahan. Tetapi pada saat-saat di mana musibah menimpa dan
perjalanan menjadi sulit serta berbahaya, ternyata yang tampak hanya
telapak kaki Tuhan. Telapak kali kita tidak tampak, padahal telapak kaki
Tuhan membekas dengan jelas. Telapak kaki kita ? Telapak kaki kita
tidak ada, sebab pada saat-saat seperti itu kita sedang diangkat dan
digendong Tuhan.
Dari Fannny, <fsutanto@siddharta.co.id>

THE CROSS IN MY ROOM


I put a cross in my room
A reminder of the fact that I am a Christian, no matter where I may be

This little cross is not magic, nor is it a good luck charm


It is not for identification, for all the world to see
Its simply an understanding between my Saviour and me

When I see the cross in my room,


it is there to remind me of the price He paid for me

So, I put a cross in my room


Always reminding me, that Jesus Christ is Lord of my life,
if only Ill let Him be

Dari Anto, <anto93@email.com>


11
D O A
Doa berawal dari hati yang gelisah, dengarkanlah gejolaknya
Doa adalah suatu kerinduan terhadap rumah kita yang sebenarnya,
ikutilah bimbingannya
Doa itu seperti kebun, peliharalah maka doa akan berbuah
Doa bisa dilakukan berbagai cara, lakukanlah sesuai dengan cara Anda
Berdoalah selalu, tapi jadwalkan juga waktu khusus.
Roh, seperti halnya badan, membutuhkan latihan-latihan teratur
Buatlah doa Anda pendek, cinta membutuhkan sedikit kata-kata
Berdoalah di mana saja Anda berada, Tuhan ada di mana-mana

Jika Anda menginginkan sesuatu, bertanyalah pada diri Anda sendiri,


apakah saya menginginkan hal yang dikehendaki Tuhan? Tuhan
menghendaki kebaikan sejati Anda.
Bila doa Anda menjadi kering dan rutin, teruskan saja. Tanah yang
kering kerontang menyambut datangnya hujan
Bawalah kemarahan Anda dalam doa, logam yang panas bisa dibentuk

Bila Anda berdosa dan terus menerus jatuh, berdoalah, Tuhan tetap
mencintai Anda
Berdoalah bila Anda cemas, doa membuat segala sesuatu bisa
dipikirkan dan dipertimbangkan secara sehat
Bila karena sesuatu hal Anda tidak bisa berdoa, bersantailah, keinginan
untuk berdoa itu sudah merupakan doa
Bila doa mengajak Anda untuk mengambil resiko, beranilah, Tuhan
akan mendukung Anda
Bila Anda merasa sedih atau menyesal, menangislah, airmata adalah
doa dari hati
Jika Anda tidak menyukai seseorang, berdoalah untuknya, doa
mengungkapkan Tuhan yang tersembunyi
Bila Anda menerima kabar buruk, tegarlah, doa memberi cahaya
Bila penyakit, usia, kepedihan, atau kecemasan merusak konsentrasi
Anda, bersantailah, Tuhan adalah sahabat yang penuh pengertian

Jika doa membuat Anda jadi pasif dan acuh tak acuh, itu bukanlah doa.
Doa sejati akan membuahkan kepedulian dan pelayanan
Gunakanlah saat-saat tenang untuk berdoa, ketenangan menarik Anda
kepada Sang Maha Besar
12
Gunakanlah saat-saat ribut untuk berdoa, kegaduhan adalah hiruk-pikuk
ciptaan yang mencari Tuhan
Berdoalah bila Anda merasa kesepian, doa membuat Anda ditemani
oleh para malaikat
Bila hidup ini terasa kejam dan tak adil, berdoalah terus, Tuhan adalah
karenanya, bukan penyebabnya
Bila hati Anda penuh dengan rasa syukur, biarkanlah demikian, Roh
Allah sedang berdoa di dalam diri Anda
Bila Anda terpesona di hadapan misteri, biarkanlah demikian, Roh Allah
sedang berdoa di dalam diri Anda
Cakuplah dunia dalam doa Anda, perdamaian tergantung padanya

Berdoalah dalam tidurmu, tidur adalah doa dari manusia yang merasa
aman dari cinta Tuhan
Berdoa adalah bernafas, dan lakukanlah dalam-dalam, Anda akan
dipenuhi dengan kehidupan
Bila Anda mulai merasa maju dalam kehidupan doa, pikirkan sekali
lagi, kehidupan Tuhan itu lebih dalam daripada perasaan dan
pengalaman Anda.

Dari Monica Bratanata, <mbratanata@dpk.bankbii.com>

DOA SEORANG PRAJURIT UNTUK


ANAKNYA
TUHANKU,
Karuniailah hambamu seorang putra
Yang cukup kuat untuk mengakui kelemahannya
Cukup berani untuk mengakui kekuatannya
Tabah dan bangga dalam kekalahannya
Jujur dan rendah hati dalam kemenangannya
Karuniailah hamba seorang putra
Yang mampu mewujudkan cita-citanya
Dan tidak tenggelam dalam angan-angannya
Seorang putra yang sadar
Bahwa mengenal ENGKAU dan mengenal diri sendiri
13
Adalah landasan segala ilmu pengetahuan
TUHANKU,
Jangan hanya pimpin putraku di jalan yang mudah dan lunak
Namun dampingilah ia di jalan yang penuh hambatan dan godaan
Serta penuh kesulitan dan tantangan
Bimbinglah ia untuk tetap tegak dalam prahara
Dan welas asih kepada mereka yang tidak berdaya
Ajarilah ia agar berhati tulus dan bercita-cita tinggi
Dan mampu memimpin dirinya sendiri
Sebelum ia mempunyai kesempatan memimpin yang lain
Karuniailah hamba seorang putra
Yang mengetahui makna tawa ceria
Tanpa melupakan makna tangis duka
Seorang putra yang berpandangan jauh ke masa depan
Namun tak melupakan masa yang telah silam
Anugerahilah ia secercah kejenakaan
Agar ia dapat bersungguh-sungguh menikmati hidupnya
Karuniailah ia kerendahan hati agar selalu ingat
Bahwa keagungan yang sejati senantiasa sederhana
Kearifan yang sesungguhnya senantiasa tulus
Dan kekuatan yang besar senantiasa lembut
Dan akhirnya bila semua ini telah terwujud
Hamba sebagai ayahnya memberanikan diri untuk berbisik:
Hidupku tidaklah sia-sia

(Jendral Douglas MacArthur, Panglima Sekutu di Pasifik diPerang Dunia II)

HADIAH DARI SEORANG WANITA BERPAKAIAN PUTIH

Jim Castle sudah sangat lelah ketika ia memasuki pesawat di


Cincinnati malam hari di tahun 1981. Ia baru saja menyelesaikan
perjalanan lokakarya sepanjang minggu. Dan akhirnya ia dengan rasa
syukur duduk di tempat duduknya, siap untuk terbang ke Kansas City.
Para penumpang berdatangan dan pembicaraan-pembicaraan bercampur
dengan suara tas dimasukkan. Lalu tiba-tiba semua diam. Kesunyian
merambat di sepanjang gang. Jim mendongak kepalanya untuk melihat
apa yang terjadi dan mulutnya seketika ternganga. Yang berjalan masuk
14
di gang pesawat adalah 2 orang suster, biarawati Katolik, berpakaian
putih dengan pinggiran biru khas. Ia mengenali wajah yang terkenal dari
salah seorang suster itu, wajah dengan kulit keriput, mata yang penuh
perhatian dan hangat. Wajah ini dia pernah lihat di halaman depan
majalah 'Time', 2 suster tadi berhenti di sampingnya dan Jim baru
menyadari bahwa teman seperjalanannya adalah Mother Theresa.
Setelah beberapa penumpang terakhir masuk, Mother Theresa
(Ibu Theresa) dan temannya mengeluarkan untaian rosario ..... di mana
di setiap perpuluhan butir rosario itu berwarna berlainan. Mother
Theresa menceritakan pada Jim dan menambahkan "Aku berdoa bagi
mereka yang miskin siapapun dia dan bagi mereka yang menjelang maut
di setiap benua.
Pesawat meluncur di jalurnya dan kedua Biarawati itu mulai
berdoa, suara mereka pelan sekali dan terlihat komat kamit. Meskipun
Jim menganggap dirinya seorang Katolik biasa-biasa saja yang pergi ke
gereja karena kebiasaan saja, tahu-tahu ia sudah ikut serta hanyut dalam
doa rosario itu. Ketika mereka mendoakan doa penutupannya, pesawat
telah mencapai ketinggian untuk terbang. Mother Theresa berpaling
padanya, untuk pertama kali dalam hidupnya, Jim mengerti arti apa
yang orang-orang maksudkan ketika mereka berbicara tentang
seseorang yang memiliki aura. Ketika ia menatapnya, perasaan damai
menaungi dirinya, ia tak dapat melihatnya tapi ia benar-benar
merasakannya. Mother Theresa bertanya,"Orang muda, apakah kau
sering berdoa rosario?"
"Tidak ...... , Tidak..... ", Jim mengaku.
Kemudian ia memegang tangan Jim, ketika matanya menatap
dia, ia tersenyum, "Baiklah, sekarang kau akan berdoa rosario". Dan ia
menjatuhkan rosarionya ke dalam tangan Jim. Sejam kemudian Jim
memasuki Bandara Kansas City, dimana ia dijemput oleh istrinya, Ruth.
"Apa yang terjadi?", ia bertanya ketika melihat rosario di tangan
Jim. Kemudian Jim menggambarkan pertemuannya. Ia berkata: "Aku
merasa seperti telah berjumpa dengan seorang saudari Allah".
Dua bulan kemudian Jim dan Ruth berkunjung ke tempat
Connie,teman lama mereka. Connie menyampaikan bahwa ia menderita
kanker rahim. "Dokter berkata bahwa ini adalah kasus yang berat", kata
Connie,"Tapi aku akan melawannya dan aku tak akan putus asa !"
Jim mengatupkan tangan Connie. Lalu sesaat kemudian
mengambil dari sakunya, ia menggantungkan rosario itu di sekeliling
jari jemari Connie. Ia menceritakan pengalamannya dan berkata

15
"Peganglah Connie, semoga ini menolongmu!" Meskipun Connie bukan
orang Katolik,tangannya mengatup dengan penuh kemauan di sekeliling
butir-butir manik plastik. "Terima kasih ", ia berbisik, "Aku berharap
dapat mengembalikannya".
Setahun lebih berlalu sebelum Jim berjumpa dengan Connie
lagi. Kali ini mukanya bercahaya, ia cepat-cepat mendekati dan
mengembalikan rosario itu. "Aku membawanya selama satu tahun",
katanya, "aku sudah dioperasi dan sudah di-chemotherapi. Bulan yang
lalu para dokter melakukan operasi untuk melihat hasilnya dan
tumornya sudah hilang sama sekali!". Matanya bertemu dengan mata
Jim. "Aku tahu inilah waktunya aku mengembalikan rosario ini".
Pada musim gugur 1987 saudara perempuan Ruth, Liz, jatuh
dalam depresi berat setelah perceraiannya. Ia meminta pada Jim apa ia
boleh meminjam rosario itu, dan ketika ia mengirimkannya, ia
menggantungkannya di kepala tempat tidurnya dalam sebuah beludru
kecil. "Pada waktu malam aku berpegangan padanya secara lahiriah
bergantung. Aku begitu sepi dan takut", ia berkata. "Tapi kalau
memegang rosario itu, aku merasa memegang tangan yang mencintai".
Perlahan-lahan Liz mulai menata hidupnya kembali, dan ia
mengembalikan rosario itu lewat pos. ia menuliskan, "Seseorang
mungkin membutuhkannya ". Di suatu malam tahun 1988, seorang
asing menelpon Ruth. Ia telah mendengar tentang rosario itu dari
tetangganya dan memohon apa ia boleh meminjamnya untuk dibawa ke
rumah sakit dimana ibunya sedang koma. Para keluarga mengharapkan
supaya rosario itu membantu ibu mereka untuk meninggal dengan
tenang. Beberapa hari kemudian ia mengembalikan rosario itu sambil
bercerita para juru rawat mengatakan padanya bahwa seseorang dalam
koma masih dapat mendengar, dan saat itu di rumah sakit di samping si
ibu yang koma ia berkata,"aku mempunyai rosario dari Mother Theresa
dan kalau aku memakaikannya padamu, kamu boleh pergi". Lalu ia
meletakkan rosario itu di tangan si ibu. Seketika mereka melihat
wajahnya berubah tenang! Garis garis kerutan perlahan menjadi licin,
sehingga ia terlihat begitu damai dan begitu muda. Lalu wanita itu
berkata lagi:"Beberapa menit kemudian ibu saya telah tiada ". Dengan
tulus ia menggenggam tangan Ruth dan berkata:" Terima kasih".
Apakah ada kekuatan khusus pada butir manik-manik yang
sederhana itu???? Atau kekuatan dari jiwa manusia secara sederhana
dibaharui dalam setiap orang yang meminjam rosario itu? Jim hanya
tahu bahwa permintaan-permintaan terus berdatangan untuk

16
meminjam,sering tak terduga. Ia selalu menjawab, meskipun ketika itu
ia sedang meminjamkan rosario itu ia berkata:"Kalau kamu sudah
selesai dan tidak membutuhkannya kembalikanlah. Seseorang mungkin
akan membutuhkannya". Kehidupan Jim sendiri juga berubah,sejak
pertemuannya yang tak terduga di pesawat. Ketika ia menyadari bahwa
Mother Theresa membawa semua miliknya hanya dalam sebuah tas
kecil yang sederhana, ia mengusahakan untuk menyederhanakan
hidupnya sendiri. "Aku mencoba untuk mengingat apa yang sebenarnya
penting bukan uang atau gelar atau milik,tetapi cara kita mencintai
sesama tanpa memandang asal atau kepercayaannya ", komentarnya.

Dari Santy Miemin, <aurelia_santy@app.co.id>

HATI-HATI BERDOA BAPA KAMI !!


Jangan mengatakan BAPA
kalau sehari-hari tidak berlaku sebagai anak
Jangan mengatakan KAMI
kalau engkau hidup tersendiri dalam keegoisanmu
Jangan mengatakan YANG ADA DI SURGA
kalau hanya memikirkan hal-hal duniawi
Jangan mengatakan DIMULIAKANLAH NAMAMU, DATANGLAH
KERAJAANMU
kalau tidak menghormatiNya
Jangan mengatakan JADILAH KEHENDAKMU DI ATAS BUMI
SEPERTI DI DALAM SURGA
kalau tidak pasrah bila kehendakNya ternyata berat dan pahit
Jangan mengatakan BERILAH KAMI REJEKI PADA HARI
INI
kalau tidak prihatin akan mereka yang lapar dan tanpa
harapan untuk besok
Jangan mengatakan AMPUNILAH KESALAHAN KAMI
kalau masih menyimpan kebencian terhadap sesamamu
Jangan mengatakan KAMI PUN MENGAMPUNI YANG BERSALAH
KEPADA KAMI
kalau masih belum bersedia mengampuni sesamamu

17
Jangan mengatakan JANGANLAH MASUKKAN KAMI KE DALAM
PENCOBAAN
kalau masih bermaksud berbuat dosa
Jangan mengatakan BEBASKANLAH KAMI DARI YANG JAHAT
kalau tidak berani mengambil posisi melawan kejahatan
Jangan mengatakan AMIN
kalau tidak menganggap serius tiap kata di doa BAPA KAMI.

Dari Fang-Fang, <laurensia-herlina@usa.net>

I ASKED GOD
I asked God to take away my pain.
God said, No. It is not for me to take away, but for you to give it up.
I asked God to make my handicapped child whole.
God said, No. Her spirit was whole, her body was only temporary.
I asked God to grant me patience.
God said, No. Patience is a by-product of tribulations; it isn't
granted, it is earned.
I asked God to give me happiness.
God said, No. I give you blessings. Happiness is up to you.
I asked God to spare me pain.
God said, No. Suffering draws you apart from worldly cares and
brings you closer to me.
I asked God to make my spirit grow.
God said, No. You must grow on your own, but I will prune you to
make you a little fruitful.
I asked for all things that I might enjoy life.
God said, No. I will give you life so that you may enjoy all things.
I ask God to help me LOVE others, as much as he loves me.
God said... Ahhhh, finally you have the idea!!

Dari Sherley, <sherley_irawati@yahoo.com>

I KNOW THAT MAN

18
Note: This is a true article that was printed in a US newspaper.
There was an atheist couple who had a child. The couple never
told their daughter anything about the Lord. One night when the little
girl was 5 years old, the parents fought with each other and the Dad shot
the Mom, right in front of the child. Then, the dad shot himself. The
little girl watched it all.
She then was sent to a foster home. The foster mother was a
Christian and took the child to church. On the first day of Sunday
School, the foster mother told the teacher that the girl had never heard of
Jesus, and to have patience with her. The teacher held up a picture of
Jesus and said, "Does anyone know who this is?"
The little girl said, "I know that man, that's the man who was
holding me the night my parents died."
If you believe this little girl is telling the truth that even though
she had never heard of Jesus, He still held her the night her parents
died, then you will forward this to as many people as you can. Or you
can delete it as if it never touched your heart.

Dari Ina, <Karina.Bianca@merck.co.id>

Injil Menurut Toko Serba Ada


Ada kisah tentang kebaikan dan kasih yang tercecer dari antara
perayaan-perayaan Natal. Kisah tentang kasih yang indah ini tidak
terjadi di gereja, tetapi di sebuah Dept. Store di Amerika Serikat. Pada
suatu hari seorang pengemis wanita yang dikenal dengan sebutan "Bag
Lady" (karena segala harta-bendanya hanya termuat dalam sebuah tas
yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis) memasuki sebuah toko
yang mewah. Menjelang hari Natal, toko itu dihias dengan indah sekali.
Lantainya semua dilapisi karpet yang baru dan indah. Pengemis ini
tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Bajunya kotor dan penuh lubang-
lubang. Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu. Bau
badan menyengat hidung.
Ketika itu seorang imam mengikutinya dari belakang. Ia
berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini,
mungkin ia dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau
pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau
19
mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu
pikir sang wanita. Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-
bagian dalam toko itu. Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan
mengusirnya. Aneh ya Padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di
situ dengan setelan jas atau gaun yang mewah dan mahal. Suasana di
toko itu tidak cocok sekali bagi si pengemis wanita itu. Ia nampak
seperti makhluk aneh di lingkungan gemerlapan itu. Tetapi sang 'bag
lady" jalan terus. Imam yang penasaran itu juga mengikuti terus dari
jarak tertentu. Rupanya pengemis itu mencari sesuatu di bagian Gaun
Wanita. Ia mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-
gaun mahal bermerek (branded items) dengan harga di atas $ 2500 per
piece. Kalau dikonversi dengan kurs hari-hari ini, harganya dalam
rupiah sekitar Rp. 20 juta per potong. Baju-baju yang mahal dan
mewah! Apa yang dikerjakan pengemis ini?
Sang pelayan bertanya, "Apa yang dapat saya bantu bagi anda?"
"Saya ingin mencoba gaun merah muda itu!" Kalau anda ada di
posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda? Wah, kalau pengemis
ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan
pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini
setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu
akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban
sang pelayan toko mewah itu.
"Berapa ukuran yang anda perlukan ?"
"Tidak tahu!"
"Baiklah, mari saya ukur dulu" Pelayan itu mengambil pita
meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan
panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan
dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-
satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya."OK, saya
sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya! Cobalah yang ini !" Ia
memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas.
"Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh
mencoba yang lain?
"Oh, tentu !" Kurang lebih dua jam pelayan ini menghabiskan
waktunya untuk melayani sang "bag lady". Apakah pengemis ini
akhirnya membeli salah satu gaun yangdicobanya? Tentu saja tidak!
Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan
keuangannya. Pengemis itu kemudian berlalu begitu saja, tetapi dengan
kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang

20
manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Hari itu ada seorang
pelayan toko yang melayaninya, yang menganggapnya seperti orang
penting, yang mau mendengarkan permintaannya.
Tetapi mengapa pelayan toko itu repot-repot melayaninya?
Bukankah kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan perlu
biaya bagi toko itu? Toko itu harus mengirim gaun-gaun yang sudah
dicoba itu ke laundry, dicuci bersih agar kembali tampak indah dan
tidak bau. Pertanyaan ini juga mengganggu sang imam yang dari tadi
memperhatikan apa yang terjadi di counter itu. Kemudian ia bertanya
kepada pelayan toko itu setelah ia selesai melayani tamu "istimewa"-
nya. "Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun
indah ini ?"
"Oh, memang tugas saya adalah melayani dan berbuat baik
"Tetapi, anda kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin
sanggup membeli gaun-gaun mahal ini?"
"Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi
untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah
untuk melayani dan berbuat baik."
Imam itu tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini
ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan
berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain. Ia akhirnya
memutuskan untuk membawakan khotbah pada Hari Minggu berikutnya
dengan tema "Injil Menurut Toko Serba Ada". Khotbah ini menyentuh
banyak orang, dan kemudian diberitakan di halaman-halaman surat
kabar di kota itu. Berita itu menggugah banyak orang sehingga mereka
juga ingin dilayani. Di toko yang eksklusif ini. pengemis wanita itu
tidak memberi keuntungan apa-apa, tetapi akibat perlakuan istimewa
toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu meningkat drastis, sehingga
pada bulan itu keuntungan naik 48% !
"Peliharalah kasih persaudaraan ! Jangan kamu lupa memberi
kebaikan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa
orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat."
Ibrani 1:31
Dari Fanny, <fsutanto@siddharta.co.id>

THE JUBILEE SONG

21
Its a time of joy, a time of peace
A time when hearts are then set free
A time to heal the wounds of division
Its a time of grace, a time of hope
A time of sharing the gifts we have
A time to build the world that is one
Its a time to give thanks
To the Father, Son and Spirit
And with Mary, our mother, we sing this song

Open your hearts to the Lord and begin to see the mystery
That we are all together as one family
No more walls, no more chains
No more selfishness and closed doors
For we are in the fullness of Gods time
Its the time of the Great Jubilee

Its a time of prayer, a time of praise


A time to lift our hands to God
A time to recall all our graces
Its a time of touch
A time to reach those hearts that often wander
A time to bring them back to Gods embrace

Dari Anto, <anto93@email.com>

Karena Papa Sedang Mengemudi


Seorang pria menceritakan pengalamannya. Ketika ia dan seisi
keluarga tinggal di Eropa, satu kali mereka hendak pergi ke Jerman, itu
butuh 3 hari mengendarai mobil tanpa henti, siang dan malam. Maka,
mereka sekeluarga masuk ke dalam mobil -- dirinya, istrinya, dan anak
perempuannya berumur 3 tahun. Anak perempuan kecil-nya ini belum
pernah bepergian pada malam hari. Malam pertama di dalam mobil, ia
ketakutan dengan kegelapan di luar sana. "Mau kemana kita, papa?"
"Ke rumah paman, di Jerman."
"Papa pernah ke sana?"

22
"Belum"
"Papa tahu jalan ke sana?"
"Mungkin, kita dapat lihat peta."
[Diam sejenak] "Papa tahu cara membaca peta?"
"Ya, kita akan sampai dengan aman."
[Diam lagi] "Dimana kita makan kalau kita lapar nanti?"
"Kita bisa berhenti di restoran di pinggir jalan"
"Papa tahu ada restoran di pinggir jalan?"
"Ya, ada."
Dialog yang sama berlangsung beberapa kali dalam malam
pertama, dan juga pada malam kedua. Tapi pada malam ketiga, anak
perempuannya ini diam. Pembicara berpikir mungkin dia telah tidur,
tapi ketika ia melihat ke cermin, ia melihat anak itu masih bangun dan
hanya melihat-lihat ke sekeliling dengan tenang. Dia bertanya-tanya
dalam hati, kenapa anak perempuan kecil ini tidak menanyakan
pertanyaan-pertanyaan lagi. "Sayang, kamu tahu kemana kita pergi?"
"Jerman, rumah paman."
"Kamu tahu bagaimana kita akan sampai ke sana?"
"Tidak"
"Terus kenapa kamu tidak bertanya lagi?"
"Karena papa sedang mengemudi."
Karena papa sedang mengemudi. Jawaban dari anak
perempuan kecil berumur 3 tahun ini kemudian menjadi kekuatan dan
pertolongan bagi pria itu selama bertahun-tahun, ketika dia mempunyai
pertanyaan-pertanyaan dan ketakutan-ketakutan dalam hidupnya.
Ya, Bapa kita sedang mengemudi. Kita mungkin tahu tujuan
kita (kadang-kadang kita tahu seperti anak kecil -- "Jerman" -- tanpa
mengerti di mana atau apa itu sebenarnya). Tapi gadis kecil ini tahu
hal terpenting -- Papa sedang mengemudi -- dan dia merasa aman.
Kenalkah engkau Papa mu, Gembala Agung? Apa sikap dan
responmu sebagai seorang penumpang, anakNya yang dikasihiNya?
Kita mungkin telah menanyakan banyak pertanyaan sebelumnya, tapi
kita dapat menjadi anak kecil itu, belajar menyadari fokus terpenting
adalah "Papa sedang mengemudi". Tuhan adalah gembala kita.

Dari Nino, <amrizal@cbn.net.id>

Kehidupan Para Rasul


23
Sejarah tradisi gereja banyak sekali memberikan informasi
mengenai kehidupan sampai dengan bagaimana wafatnya para rasul.
Satu penulis sejarah yang bisa dipertanggung jawabkan tulisannya
berdasarkan bukti-bukti nyata ialah Eusebius. Ia menulis buku mengenai
cara meninggalnya para Rasul di tahun 325 yang berjudul: "Rasul dan
murid dari Juruselamat telah menyebarkan dan mengkotbahkan Injil ke
seluruh dunia". Tulisan dari Eusebius telah ditelusuri dan diselidiki
ulang oleh penulis sejarah gereja kondang Mr. Schumacher untuk
membuktikan akan kebenaran dari tulisan tsb.

* Matius meninggal dunia, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang


di Etiopia.
* Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya
diseret hidup-hidup dengan kuda melalui jalan-jalan yang penuh batu
sampai ia menemukan ajalnya.
* Lukas mati digantung di Yunani, setelah ia berkhotbah di sana kepada
orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
* Yohanes direbus atau lebih tepatnya digoreng di dalam bak minyak
mendidih di Roma, tetapi karena Tuhan masih ingin memakai Yohanes
lebih jauh, maka keajaiban terjadi sehingga walaupun ia telah digoreng
hidup-hidup ia bisa hidup terus. Tetapi akhirnya ia dibuang dan
diasingkan ke pulau Patmos. Pada saat ia berada di sana, ia
mendapatkan wahyu sehingga ia bisa menulis Kitab Wahyu. Kemudian
ia dibebaskan dan akhirnya kembali dan menjadi Uskup di Edessa
(Turki). Ia adalah satu-satunya Rasul yang bisa mencapai usia lanjut
dan bisa meninggal dunia dengan tenang.

* Petrus telah disalib dengan kepala di bawah. Kayu salib untuk Petrus
dipasangnya berbeda, ialah secara huruf X, karena itulah permohonan
yang ia ajukan sebelum ia disalib, di mana ia merasa tidak layak untuk
mati dan disalib seperti Tuhan Yesus.
* Yakobus saudara tiri dari Tuhan Yesus dan pemimpin gereja di
Yerusalem, dilempar ke bawah dari puncak bubungan Bait Allah, di
Tempat yang sama dimana si setan dahulu membawa Tuhan Yesus
untuk digoda. Ia meninggal dunia setelah dilempar dari tempat tinggi
tersebut.
* Yakobus anak Zebedeus adalah seorang nelayan dan ia adalah murid
pertama yang dipanggil untuk ikut Tuhan Yesus, ia dipenggal kepalanya

24
di Yerusalem. Pada saat-saat ia disiksapun, ia tidak pernah menyangkal
Tuhan Yesus, bahkan ia berusaha untuk berkhotbah terus, bukan hanya
kepada para tawanan lainnya saja, bahkan kepada orang yang
menghukum dan menyiksa dia dengan kejamnya. Sehingga akhirnya
orang Romawi yang menjadi penjaga dan penyiksa dia, bisa turut
bertobat. Penjaga Romawi itu mendampingi Yakobus pada saat ia
dihukum penggal, bukannya sekedar hanya untuk turut
menyaksikannya saja, melainkan juga untuk turut dihukum dan
dipenggal bersama dengan Yakobus. Pada saat ia mau menjalani
hukuman mati, ia berlutut bersama di samping Yakobus, sambil berdoa,
itu adalah doanya yang terakhir, sebelum ia mati dipenggal bersama
Yakobus sebagai orang Kristen.

* Bartolomeus yang lebih dikenal sebagai Natanael ia menjadi


misionaris di Asia, antara lain ia memberikan kesaksian di Turki. Ia
meninggal dunia di Armenia setelah ia mendapat hukuman pukulan
cambuk yang sedemikian kejamnya sehingga semua kulitnya menjadi
hancur terlepas kebeset.
* Andreas juga disalib seperti Petrus dengan cara X di Patras,Yunani.
Sebelum ia meninggal, ia disiksa dengan hukum cambuk oleh tujuh
tentara dan diikat di salib. Dengan cara demikian mereka bisa
memperpanjang masa sakit dan masa siksaannya. Seorang pengikut
Andreas yang turut menyaksikan hukuman Andreas menceritakan
perkataan yang telah diucapkan oleh Andreas sebelum ia meninggal
dunia: "Ternyata keinginan dan cita-cita saya bisa terkabul di mana saya
bisa turut merasakan "happy hours" dengan disiksa dan disalib seperti
Tuhan Yesus." Bahkan pada saat ia disiksa pun tiada henti-hentinya ia
berkhotbah terus, ia berkotbah terus dua hari sebelum ajalnya tiba.
Berkotbah sambil dihukum cambuk."

* Rasul Thomas mati ditusuk oleh tombak di India.


* Yudas saudaranya dari Tuhan Yesus dihukum mati dengan panah,
karena ia tidak bersedia untuk mengingkari Tuhan Yesus
* Matias, rasul pengganti dari Yudas Iscariot mati dihukum rajam dan
akhirnya dipenggal kepalanya.
* Rasul Paulus disiksa dengan sangat kejam dan akhirnya dipenggal
kepalanya oleh Kaiser Nero di Roma pada tahun 67. Rasul Paulus
adalah rasul yang paling lama mengalami masa siksaan dipenjara.
Kebanyakan surat-surat dari Rasul Paulus dibuat dan dikirim dari

25
pernjara. Disamping kisah para rasul yang ditulis oleh ahli sejarah
Eusebius, ia juga menceritakan tentang seorang penginjil yang matanya
dibakar sampai buta dengan catatan bahwa kalau ia buta, maka ia tidak
akan bisa membaca Alkitab lagi dengan mana ia tidak akan bisa
mengabarkan Injil lagi. Tetapi kenyataannya ia tetap mengambarkan
Injil berdasarkan ayat-ayat yang telah dipelajari dan diingat sebelumnya.

Dari Yanti, <yanti_citra@yahoo.com>

Lectio Divina
(Integrasi Doa dan Kehidupan)
Lectio Divina adalah cara membaca, merenungkan dan mengamalkan
Alkitab yang sudah dijalankan sejak jaman gereja perdana di abad-abad
pertama. Metode ini terdiri dari 5 langkah utama yaitu Lectio,
Meditatio, Oratio, Contemplatio dan Actio. Selain dalam pertemuan,
rekoleksi ataupun retret, langkah-langkah Lectio Divina juga cocok
dipraktekkan sehari-hari.
Berikut ini disajikan langkah-langkahnya:
1. Lectio : Membaca dengan teliti beberapa kali dan berusaha
memahami apa yang dimaksud oleh penulis kitab yang
bersangkutan.
2. Meditatio : Teks menjadi firman yang hidup bagi saya. Saya
melibatkan diri dalam peristiwa itu seolah saya hadir dalam perikop
itu. Tuhan menyapa saya lewat teks ini.
3. Oratio : Berdoa dengan firman. Saya memilih kata-kata yang
berkesan dari perikop itu dan menjadikannya kalimat doa yang
pendek namun berkesan.
4. Contemplatio : Doa hening tanpa kata, sebagai hasil dari
pengulangan kalimat doa. Hening di hadapan Tuhan, hadir
padaNya. Doa tertinggi adalah doa tanpa kata. Saya seolah pasif tapi
di situ terjadi aktivitas, terjadi transformasi. Kekuatan Tuhan
mengubah diri saya. Kalau mulai melantur, kembalilah ke kalimat
doa tadi atau ambil kalimat doa yang lain. Ulangi langi.
5. Actio : Mengamalkan dan mewartakan firman. Hidup, berkata dan
bersikap sesuai dengan firman yang direnungkan. Sepanjang hari
kalimat doa tadi bisa diulang dalam hati, mewarnai hidup saya,
relasi dan pekerjaan. Selamat mencoba!! May God bless you!!

26
(Angela Merici Biblical Center)

Lima Jari Berdoa

JARI JEMPOL
Jari ini adalah yang paling dekat dengan Anda ketika Anda sedang
melipat tangan dan berdoa. Jadi, mulailah berdoa bagi orang-orang
yang dekat dengan Anda. Sebutkan nama mereka yang Anda kenal.

JARI TELUNJUK
Jari berikutnya adalah si telunjuk. Doakan mereka yang mengajar dan
memberi jasa. Ini termasuk hamba-hamba Tuhan, guru, dokter, dan para
pendidik lainnya. Mereka butuh dukungan dan hikmat, agar dapat
menunjukkan arah yang tepat bagi mereka yang membutuhkan jasa
mereka. Doakan mereka selalu.

JARI TENGAH
Ini jari yang paling tinggi, berarti kita harus ingat pada para pemimpin.
Doakan dari presiden hingga para pejabat di bawahnya. Doakan para
pemimpin organisasi sosial maupun bisnis. Mereka sering
mempengaruhi dan membimbing opini publik. Mereka butuh bantuan
dariNya.

JARI MANIS
Jari keempat adalah jari yang paling lemah. Nah, guru piano pun
biasanya cukup kebingungan ketika berhadapan dengan si jari yang
lemah ini. Oleh sebab itu, mari kita doakan saudara-saudara kita yang
lemah, kena musibah, dan lain-lain. Kita doakan mereka yang dianggap
sebagai sampah masyarakat. Mereka sangat membutuhkan doa-doa
Anda, baik siang maupun malam. Di samping itu jari ini biasanya
merupakan tempat melingkarnya cincin perkawinan. Oleh sebab itu
doakan pula keluarga-keluarga yang bermasalah dan di ambang
perceraian, agar mereka dikuatkan dan tetap bisa bersatu walau
bagaimanapun beratnya badai yang menerpa.

JARI KELINGKING

27
Jari terakhir ini adalah yang paling kecil di antara jari-jari manusia.
Inilah jari yang menggambarkan sikap kita yang seharusnya rendah hati
saat berhubungan dengan Tuhan dan sesama. Jadi, jangan lupakan
berdoa bagi diri sendiri, agar memiliki buah roh dan meneladani
kehidupan Kristus Yesus, Tuhan kita.
Saat Anda berdoa bagi keempat kelompok diatas, Anda harus menaruh
kebutuhan pribadi Anda dalam perspektif yang tepat, agar bisa
mendoakan diri Anda sendiri dengan lebih efektif lagi.

Dari Fang-Fang, <laurensia-herlina@usa.net>

LUCU, YA ?? SUNGGUH IRONIS !!


Lucu ya, uang Rp 20.000,- terasa begitu sedikit untuk dipakai belanja di
supermarket, tapi kelihatan begitu besar bila akan disumbangkan

Lucu ya, kita mudah sekali percaya apa yang ditulis koran, tapi kita
selalu meragukan apa yang tertulis dalam Alkitab

Lucu ya, novel dan komik beratus halaman begitu enak dibaca, tapi kok
susah sekali baca Alkitab satu perikop saja

Lucu ya, betapa banyak orang menyimpan daftar nomor telepon teman
dan keluarga, tapi jarang orang punya daftar ayat Kitab Suci untuk
bacaan liturgi harian

Lucu ya, betapa terasa cepatnya 2 jam menonton film, tapi terasa begitu
lambat dan membosankan satu jam misa di gereja

Lucu ya, betapa mudahnya mengobrol dengan teman dan tetangga, tapi
betapa susahnya merangkai kata untuk berdoa sebentar saja

Lucu ya, betapa cepatnya gosip disebarkan, tapi betapa susahnya orang
diajak menyebarkan Injil

28
Lucu ya, banyak orang berebut duduk di depan saat nonton konser, tapi
berebut duduk di bangku belakang gereja supaya bisa cepat keluar
setelah misa selesai

Lucu ya, semua orang ingin masuk surga, tapi mereka tidak
mempercayai, tidak memikirkan, mewartakan ataupun melaksanakan
apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Lucu ya, kita sibuk memikirkan apa nanti reaksi orang atas tindakan
kita, tapi kita lupa memikirkan apa yang Tuhan pikirkan tentang
tindakan itu.

Lucu ya, mudah sekali manusia membuang Tuhannya, bagai sampah,


tapi kemudian protes mengapa dunia menjadi begitu menakutkan tak
terkendali.
Lucu ya, dunia memang sungguh ironis !!

Dari Sherley, <sherley_irawati@yahoo.com>

LUKISAN YANG RUSAK


Suatu hari ada seorang pelukis terkenal sedang berada di
pelataran puncak sebuah gedung, menyelesaikan lukisannya dan lukisan
ini adalah lukisan yang sangat bagus.
Sang pelukis ketika menyelesaikan lukisannya sangat senang
dan memandangi lukisan itu dan sambil memandanginya pelukis
tersebut berjalan mundur, dan ketika berjalan mundur pelukis tersebut
tidak melihat ke belakang. dia terus berjalan mundur dan di belakang
adalah ujung dari gedung tersebut yang tinggi sekali. Tinggal satu
langkah lagi dia mengakhiri hidupnya. Seseorang melihatnya dan
hendak berteriak untuk memperingatkan pelukis tersebut tapi tidak jadi
karena dia berpikir sekali dia berteriak pelukis tersebut malah bisa jatuh.
Kemudian orang yang melihat pelukis tersebut mengambil kuas
dan cat yang pada di depan lukisan tersebut lalu mencoret-coret lukisan
tersebut sampai rusak. Pelukis tersebut sangat marah dan maju hendak
memukul orang tersebut, tetapi beberapa orang yang ada di situ
menghadang dan memperlihatkan posisi pelukis tadi yang nyaris jatuh.

29
Kadang-kadang kita telah melukiskan masa depan kita dengan
sangat bagus dan memimpikan suatu hari yang indah bersama dengan
pasangan yang kita idamkan, tetapi lukisan itu kelihatannya dirusak
oleh Allah, karena Allah melihat bahaya yang ada pada kita kalau kita
melangkah. Kadang-kadang kita marah dan jengkel terhadap Allah,
tapi perlu kita ketahui Allah selalu menyediakan yang terbaik.

Dari Linasari, <fnlina@samsel.pssjkt.co.id>

MIKHAIL DAN KELUARGA SIMON


(DONGENG RAKYAT RUSIA)
Jaman dahulu kala di Rusia hidup pasangan suami-istri Simon
dan Matrena. Simon yang miskin ini adalah seorang pembuat sepatu.
Meskipun hidupnya tidaklah berkecukupan, Simon adalah seorang yang
mensyukuri hidupnya yang pas-pasan. Masih banyak orang lain yang
hidup lebih miskin daripada Simon. Banyak orang-orang itu yang malah
berhutang padanya. Kebanyakan berhutang ongkos pembuatan sepatu.
Maklumlah, di Rusia sangat dingin sehingga kepemilikan sepatu dan
mantel merupakan hal yang mutlak jika tidak mau mati kedinginan.
Suatu hari keluarga tersebut hendak membeli mantel baru
karena mantel mereka sudah banyak yang berlubang-lubang. Uang
simpanan mereka hanya 3 rubel (rubel = mata uang Rusia) padahal
mantel baru yang paling murah harganya 5 rubel. Kata Matrena pada
suaminya, Simon, tagihlah hutang orang-orang yang tempo hari kita
buatkan sepatu. Siapa tahu mereka kini punya uang.
Maka Simon pun berangkat pergi menagih hutang. Tapi
sungguh sial, tak satu pun yang membayar. Hanya ada seorang janda
yang memberinya 20 kopek (kopek = uang receh Rusia). Dengan sedih
Simon pulang. Batallah rencana kami mempunyai mantel baru,
pikirnya. Di warung, Simon minum vodka untuk menghangatkan
badannya yang kedinginan dengan uang 20 kopek tadi.
Dalam perjalanan pulang, Simon melewati gereja, dan saat itu ia
melihat sesosok manusia yang sangat putih bersandar di dinding luar
gereja. Orang itu tak berpakaian dan kelihatan sekali ia sangat
kedinginan. Simon ketakutan, Siapakah dia ? Setankah ? Ah,
daripada terlibat macam-macam lebih baik aku pulang saja. Simon
bergegas mempercepat langkahnya sambil sesekali mengawasi
belakangnya, ia takut kalau orang itu tiba-tiba mengejarnya. Namun
ketika semakin jauh, suara hatinya berkata HAI SIMON, TAK
30
MALUKAH KAU? KAU PUNYA MANTEL MESKIPUN SUDAH
BERLUBANG-LUBANG, SEDANGKAN ORANG ITU TELANJANG.
PANTASKAH KAUTINGGALKAN SESAMAMU BEGITU SAJA ?
Simon ragu, tapi akhirnya toh ia balik lagi ke tempat orang itu.
Ketika sudah dekat, dilihatnya orang itu ternyata pria yang wajahnya
sungguh tampan. Kulitnya bersih seperti kulit bangsawan. Badannya
terlihat lemas dan tidak berdaya, namun sorot matanya menyiratkan rasa
terima kasih yang amat sangat ketika Simon memakaikan mantel
terluarnya kepada orang itu dan memapahnya berdiri. Ia tidak bisa
menjawab sepatah kata pun atas pertanyaan-pertanyaan Simon, sehingga
Simon memutuskan untuk membawanya pulang.
Sesampainya di rumah, Matrena sudah menunggu. Ia marah
sekali karena melihat Simon tidak membawa mantel baru, apalagi ketika
dilihatnya Simon membawa seorang pria asing. Dia nyerocos marah-
marah, Simon, siapa ini ? Mana mantel barunya ? Astaga ! Kau bau
vodka. Teganya kau mabuk menghabiskan uang yang seharusnya
kaubelikan mantel !!
Simon mencoba menyabarkan Matrena, Sabar, Matrena.
dengar dulu penjelasanku. Aku tidak mabuk, aku hanya minum vodka
sedikit untuk mengusir hawa dingin. Adapun orang ini kutemukan di
luar gereja, ia kedinginan, jadi kuajak sekalian pulang.
Bohong !! Aku tak percaya. sudahlah, pokoknya aku tak
mau dengar ceritamu ! Malam ini aku tak akan menyiapkan makan
malam. Cari saja makan sendiri ! Sudah tahu kita ini miskin kok masih
sok suci menolong orang segala !! Usir saja dia !!
Simon mencoba membujuknya, Astaga, Matrena ! Jangan
berkata begitu, seharusnya kita bersyukur karena kita masih bisa
makan dan punya pakaian, sedangkan orang ini telanjang dan
kelaparan. Tidakkah di hatimu ada sedikit cinta kasih Tuhan ??
Matrena menatap wajah pria asing itu, mendadak ia merasa iba.
Tanpa mengomel lagi disiapkannya makan sederhana berupa roti keras
dan bir hangat. Silakan makan, hanya sebeginilah makanan yang ada.
Siapa namamu dan darimana asalmu ?Bagaimana ceritanya kau bisa
telanjang di luar gereja ? Apakah seseorang telah merampokmu ?
Tiba-tiba wajah pria asing itu bercahaya. Mukanya berseri dan
ia tersenyum untuk pertama kalinya. Namaku Mikhail, asalku dari
jauh. Sayang sekali banyak yang tak dapat kuceritakan. Kelak akan tiba
saatnya aku boleh menceritakan semua yang kalian ingin ketahui

31
tentang aku. Aku akan sangat berterima kasih kalau kalian mau
menerimaku bekerja di sini.
Ah, Mikhail, usaha sepatuku ini cuma usaha kecil. Aku takkan
sanggup menggajimu, demikian Simon menjawab.
Tak apa, Simon. Kalau kau belum sanggup menggajiku, aku
tak keberatan kerja tanpa gaji asalkan aku mendapat makan dan tempat
untuk tidur.
Baiklah kalau kau memang mau begitu. Besok kau mulai
bekerja.
Malamnya pasangan suami-istri itu tak dapat tidur. Mereka
bertanya-tanya. Simon tidakkah kita keliru menerima orang itu ? Kita
ini miskin. Bagaimana jika Mikhail itu ternyata buronan ? Kita bisa
terlibat kesulitan, Matrena bertanya dengan gelisah pada Simon.
Simon menjawab, Sudahlah Matrena. Percayalah pada
penyelenggaraan Tuhan. Biarlah ia tinggal di sini. Tingkah lakunya
cukup baik. Kalau ternyata ia berperilaku tidak baik, segera kuusir
dia.
Esoknya Mikhail mulai bekerja membantu Simon membuat dan
memperbaiki sepatu. Di bengkelnya, Simon mengajari Mikhail
memintal benang dan membuat pola serta menjahit kulit untuk sepatu.
Aneh, baru tiga hari belajar, Mikhail sudah bisa membuat sepatu lebih
baik daripada Simon. Lama kelamaan bengkel sepatu Simon mulai
terkenal karena mutu sepatu yang bagus. Banyak pesanan mengalir dan
usaha Simon menjadi maju. Ia tidak lagi miskin. Keluarga itu sangat
bersyukur karena tanpa bantuan tangan terampil Mikhail, usaha mereka
takkan semaju ini. Namun mereka juga terus bertanya-tanya dalam hati,
siapa sebenarnya Mikhail ini. Anehnya, selama Mikhail tinggal bersama
mereka, baru sekali saja ia tersenyum, yaitu dulu saat Matrena memberi
Mikhail makan. Namun meski tanpa senyum, muka Mikhail selalu
berseri sehingga orang tak takut melihat wajahnya.
Suatu hari datanglah seorang kaya bersama pelayannya. Orang
itu tinggi besar, galak dan terlihat kejam. Hai Simon, kudengar kau
dan pembantumu pandai membuat sepatu. Aku minta dibuatkan sepatu
yang harus tahan setahun mengahadapi cuaca dingin. Kalau sepatu itu
rusak sebelum setahun, kuseret kau ke muka hakim untuk
dipenjarakan!! Ini, kubawakan kulit terbaik untuk bahan sepatu. Awas,
hati-hati; ini kulit yang sangat mahal!
Di pojok ruangan, Mikhail yang sedari tadi duduk diam, tiba-
tiba tersenyum. Mukanya bercahaya, persis seperti dulu ketika ia

32
pertama kalinya tersenyum. Orang kaya yang melihatnya membentak,
Hei, tukang sepatu, awas jangan mengejekku, ya !! Bukan hanya
majikanmu yang kumasukkan penjara kalau sepatuku jebol sebelum
setahun. Kau juga takkan lolos dariku !!
Sebenarnya Simon enggan berurusan dengan orang ini. Ia baru
saja hendak menolak pesanan itu ketika Mikhail memberi isyarat agar ia
menerima pesanan itu. Setelah harga disepakati, orang itu pun pergi
pulang. Simon berkata, Mikhail, kau sajalah yang mengerjakan sepatu
itu. Aku sudah mulai tua. Mataku agak kurang awas untuk mengerjakan
sepatu semahal ini. Biar aku mengerjakan pesanan lain saja. Kau
berkonsentrasi menyelesaikan pesanan ini. Hati-hati, ya. Aku tak mau
salah satu atau malah kita berdua masuk penjara.
Ketika Mikhail selesai mengerjakan sepatu itu, bukan main
terkejutnya Simon. Astaga, Mikhail, kenapa kaubuat sepatu anak-
anak? Bukankah yang memesan itu orangnya tinggi besar ? Aduh,
bagaimana ini ? Celaka, kita bisa masuk penjara karena.., belum
selesai Simon berkata, datang si pelayan orang kaya.
Majikanku sudah meninggal. Pesanan dibatalkan. Jika masih
ada sisa kulit, istri majikanku minta dibuatkan sepatu anak-anak saja,
katanya
Ini, sepatu anak-anak sudah kubuatkan. Silakan bayar
ongkosnya pada Simon, Mikhail menyerahkan sepatu buatannya pada
pelayan itu. Pelayan itu terkejut, tapi ia diam saja meskipun heran dari
mana Mikhail tahu tentang pesanan sepatu anak-anak itu.
Tahun demi tahun berlalu, Mikhail tetap tidak pernah tersenyum
kecuali pada dua kali peristiwa tadi. Simon dan Matrena tak pernah
berani bertanya soal asal-usul Mikhail.
Suatu hari datanglah seorang ibu dengan dua orang anak
kembar yang salah satu kakinya pincang. Ia minta dibuatkan sepatu
untuk kedua anak itu. Simon heran sebab Mikhail tampak sangat
gelisah. Mukanya muram, padahal biasanya tidak pernah begitu.
Saat mereka hendak pulang, Matrena bertanya pada ibu itu,
Mengapa salah satu dari si kembar ini kakinya pincang ?
Ibu itu menjelaskan, Sebenarnya mereka bukan anak
kandungku. Mereka kupungut ketika ibunya meninggal sewaktu
melahirkan mereka. Padahal belum lama ayah mereka juga meninggal.
Kasihan, semalaman ibu mereka yang sudah meninggal itu tergeletak
dan menindih salah satu kaki anak ini. Itu sebabnya ia pincang. Aku
sendiri tak punya anak, jadi kurawat mereka seperti anakku sendiri.

33
Matrena berkata, Tuhan Maha Baik, manusia dapat hidup
tanpa ayah ibunya, tapi tentu saja manusia takkan dapat hidup tanpa
Tuhannya.
Mendengar itu, Mikhail berseri-seri dan tersenyum untuk ketiga
kalinya. Kali ini bukan wajahnya saja yang bercahaya, tapi seluruh
tubuhnya. Sesudah tamu-tamu tersebut pulang, ia membungkuk di
depan Simon dan Matrena sambil berkata, Maafkan semua kesalahan
yang pernah kuperbuat, apalagi telah membuat gelisah dengan tidak
mau menceritakan asalku. Aku dihukum Tuhan, tapi hari ini Tuhan
telah mengampuni aku. Sekarang aku mohon pamit.
Simon dan Matrena tentu saja heran dan terkejut, Nanti dulu
Mikhail, tolong jelaskan pada kami siapakah sebenarnya kau ini ?
Mengapa selama di sini kau hanya tersenyum tiga kali, dan mengapa
tubuhmu sekarang bercahaya ?
Mikhail menjawab sambil terus tersenyum, Sebenarnya aku
adalah salah satu malaikat Tuhan. Bertahun-tahun yang lalu Tuhan
menugaskan aku menjemput nyawa ibu kedua anak tadi. Aku sempat
menolak perintah Tuhan itu meskipun toh akhirnya kuambil juga nyawa
ibu mereka. Aku menganggapNya kejam. Belum lama mereka ditinggal
ayahnya, sekarang ibunya harus meninggalkan mereka juga. Dalam
perjalanan ke surga, Tuhan mengirim badai yang menghempaskanku ke
bumi. Jiwa ibu bayi menghadap Tuhan sendiri. Tuhan berkata padaku,
MIKHAIL, TURUNLAH KE BUMI DAN PELAJARI KETIGA
KEBENARAN INI HINGGA KAU MENGERTI: PERTAMA, APAKAH
YANG SEHARUSNYA HIDUP DALAM HATI MANUSIA. KEDUA, APA
YANG TAK DIIJINKAN PADA MANUSIA. KETIGA, APA YANG
PALING DIPERLUKAN MANUSIA.
Aku jatuh di halaman gereja, kedinginan dan kelaparan.
Simon menemukan dan membawaku pulang. Waktu Matrena marah-
marah dan hendak mengusir aku, kulihat maut di belakangnya.
Seandainya ia jadi mengusirku, ia pasti mati malam itu. Tapi Simon
berkata, Tidakkah di hatimu ada sedikit cinta kasih Tuhan??
Matrena jatuh iba dan memberi aku makan. Sang maut pun pergi. Saat
itulah aku tahu kebenaran pertama: YANG SEHARUSNYA HIDUP
DALAM HATI MANUSIA ADALAH CINTA KASIH TUHAN
Kemudian ada orang kaya yang memesan sepatu yang tahan
satu tahun sambil marah-marah. Aku melihat maut di belakangnya. Ia
tidak tahu ajalnya sudah dekat. Aku tersenyum untuk kedua kalinya.
Saat itulah aku tahu kebenaran kedua: MANUSIA TIDAK DIIJINKAN

34
MENGETAHUI MASA DEPANNYA. MASA DEPAN MANUSIA ADA
DI TANGAN TUHAN
Hari ini datang ibu angkat bersama kedua anak kembar tadi.
Ibu kandung si kembar itulah yang diperintahkan Tuhan untuk kucabut
nyawanya. Aku menyangsikan apakah si kembar dapat hidup tanpa
ayah ibunya padahal mereka masih bayi. Tapi ternyata ada seorang ibu
lain yang mau merawat dan mengasihi mereka seperti anak kandung
sendiri. Tadi Matrena berkata, Tuhan Maha Baik, manusia dapat
hidup tanpa ayah ibunya, tapi tentu saja manusia takkan dapat hidup
tanpa Tuhannya.
Aku tersenyum untuk ketiga kalinya dan kali ini tubuhku
bercahaya. Aku tahu kebenaran yang ketiga: MANUSIA DAPAT
HIDUP TANPA AYAH DAN IBUNYA TAPI MANUSIA TIDAK AKAN
DAPAT HIDUP TANPA TUHANNYA. Simon, Matrena, terima kasih
atas kebaikan kalian berdua. Aku telah mengetahui ketiga kebenaran
itu, Tuhan telah mengampuniku. Kini aku harus kembali. Semoga kasih
dan berkat Tuhan senantiasa menyertai kalian sepanjang hidup.
Seiring dengan itu, tubuh Mikhail terangkat dan tubuhnya
makin bercahaya. Mikhail kembali ke surga.
Dari Anto, <anto93@email.com>

Quote from Mother Teresa


Its something that Mother Teresa said before her death, very
thought provoking and inspiring. Read on.
When I pick up a person from the street, hungry, I give him a
plate of rice, a piece of bread. But a person who is shut out, who feels
unwanted, unloved, terrified, the person who has been thrown out of
society that spiritual poverty is much harder to overcome. Those who
are materially poor can be very wonderful people.
One evening we went out and we picked up four people from the
street. And one of them was in a most terrible condition. I told the
Sisters: "You take care of the other three; I will take care of the one
who looks worse." So I did for her all that my love can do. I put her in
bed, and there was such a beautiful smile on her face.
She took hold of my hand, as she said one word only: "Thank
you" - And she died. I could not help but examine my conscience before
her. And asked: "What would I say if I were in her place?" And my

35
answer was very simple. I would have tried to draw a little attention to
myself. I would have said: "I am hungry, I am dying, I am cold, I am in
pain," or something. But she gave me much more - she gave me her
grateful love. And she died with a smile on her face.
Then there was the man we picked up from the drain, half eaten
by worms and, after we had brought him to the home, he only said, "I
have lived like an animal in the street, but I am going to die as an angel,
loved and cared for." Then, after we had removed all the worms from
his body, all he said, with a big smile, was: "Sister, I am going home to
God" - and he died.
It was so wonderful to see the greatness of that man who could
speak like that without blaming anybody, without comparing anything.
Like an angel - this is the greatness of people who are spiritually rich
even when they are materially poor....

Mujizat Ekaristi Sepanjang Masa


Gereja Katolik mengajarkan bahwa melalui Konsekrasi di
dalam Misa, roti dan anggur di atas altar berubah menjadi Tubuh dan
Darah Kristus sendiri. Dalam hal ini roti dan anggur tidak ada lagi
meskipun secara lahir tetap tampak dan terasa sebagai roti dan anggur.
Ini dikenal sebagai Transubstantiasi, atau perubahan substansi dari roti
dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Misteri ini sangat sulit
dipahami, bagaimana mungkin roti dan anggur berubah menjadi Tubuh
dan Darah Kristus serta diperlakukan secara hormat sebagaimana Tubuh
dan Darah Kristus sendiri sedangkan keduanya masih tetap berwujud
roti dan anggur. Dalam Gereja Katolik, penghormatan pada hosti
mengambil suatu bentuk penghormatan yang hanya diperuntukkan bagi
Tuhan saja yang dikenal sebagai latria.
Dalam perjalanan sejarah Gereja Katolik, hal ini bukan tidak
menimbulkan perdebatan. Misalnya saja pada jaman reformasi, Luther
melihat peristiwa ini sebagai co-substansi dimana Tubuh dan Darah
Kristus ada bersama dengan roti dan anggur. Bahkan Calvin lebih jauh
lagi melihat hosti sekedar simbol/perlambang kehadiran Kristus saja dan
bukan kehadiran Kristus yang aktual sehingga seseorang yang
menerimanya hanya diartikan menerima Kristus secara spiritual.
Pandangan ini ditolak tegas oleh Gereja Katolik pada Konsili Trente.
36
Dalam pandangan Gereja Katolik, roti maupun anggur berubah
sepenuhnya menjadi Yesus Kristus secara keseluruhan, baik Tubuh,
Darah, Jiwa, dan Keallahan-Nya. Dengan demikian seseorang yang
menerima hosti berarti menerima Yesus Kristus secara keseluruhan.
Perubahan ini adalah perubahan yang benar-benar terjadi secara aktual,
dengan demikian baik di mata orang Katolik maupun bukan, roti dan
anggur tersebut tetap merupakan Tubuh dan Darah Kristus. Kehadiran
Kristus tetap ada sepanjang bentuk roti dan anggur masih tetap ada.
Ketika hosti yang telah dikonsekrasi ditelan ataupun larut dalam air
maka itu bukan lagi Tubuh dan Darah Kristus. Jadi Tuhan Yesus dalam
hosti tetap hadir pada diri penerima komuni selama hosti tersebut belum
larut/ditelan sehingga ia harus menghormati kehadiran Kristus secara
khusus selama masa itu. Seringkali ini menimbulkan pertanyaan dan
dipertentangkan dengan kemahahadiran Tuhan. Dalam hal ini kita harus
membedakan antara 'kehadiran spiritual' dan 'kehadiran nyata'. Memang
benar Tuhan hadir di mana-mana dalam setiap jiwa yang berada dalam
keadaan rahmat, ini adalah 'kehadiran spiritual'. Sedangkan dalam hosti
yang telah dikonsekrasi, kehadiran Tuhan bersifat unik, dan khusus, hal
ini dikenal sebagai 'Kehadiran Nyata' (Real Presence) dengan demikian
kita perlu menunjukkan penghormatan yang khusus, karena Tuhan
sendiri telah menunjukkan kehadiran-Nya secara khusus.
Bagaimanapun transubstansi hosti merupakan suatu konsep
yang sulit diterima oleh manusia tanpa sikap iman. Hampir dari segala
aspek transubstansi berlawanan dengan akal sehat. Untunglah dalam
perjalanan sejarah gereja Katolik, Tuhan juga menegaskan kebenaran
iman ini melalui berbagai mujizat yang dapat meneguhkan umat
beriman dan membantu para skeptis menemukan kebenaran. Pada
berbagai peristiwa mujizat tersebut Tuhan menunjukkan bahwa hosti
yang telah dikonsekrasikan adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah-
Nya sendiri. Mujizat tersebut terjadi dengan bukti-bukti yang otentik
dan terdokumentasi secara baik sampai sekarang. Beberapa diantaranya
bahkan sudah mengalami penyelidikan secara ilmiah dengan hasil yang
semakin menunjukkan keotentikan mujizat tersebut sehingga mereka
yang memiliki hati terbuka tidak akan membantah lagi kebenaran ini.

Mujizat Ekaristi di Lanciano - Italia abad ke 8


Sekitar tahun 700, di sebuah biara yang bernama St. Longinus,
seorang pastor-biarawan dari Ordo St. Basil yang melayani misa dalam
ritus Latin diliputi keragu-raguan yang kuat akan misteri

37
transubstantiasi. Ia tidak begitu percaya bahwa kata-kata konsekrasi itu
berasal dari Tuhan sendiri dan hosti menjadi Tubuh Kristus setelah
konsekrasi. Ketika hatinya diliputi keragu-raguan, ia mengucapkan
begitu saja kata-kata konsekrasi itu. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban,
hosti yang ada di hadapannya benar-benar berubah menjadi daging pada
bagian tepinya dan anggur berubah menjadi darah. Setelah terkejut
melihat mujizat yang terjadi di hadapannya, pastor tersebut segara sadar
dan menangis penuh keharuan. Ia lalu berkata di depan para biarawan
kongregasinya, "Betapa beruntungnya kalian, Tuhan berkenan
meneguhkan imanku dan menyatakan Diri-Nya di hadapan kita semua.
Kemarilah, saudara-saudaraku, dan takjublah pada Tuhan yang begitu
dekat pada kita. Lihatlah Tubuh dan Darah Kristus yang terkasih".
Para biarawan lalu datang berkerumun di sekitar altar, bersujud
penuh hormat, lalu ke luar dan memberitakan kejadian itu ke
masyarakat sekitar yang kemudian datang ke gereja tersebut untuk
melihat sendiri keajaiban Ekaristis tersebut. Daging tersebut tetap dalam
bentuknya semula, tetapi darah dalam piala berubah menjadi 5 buah
gumpalan yang berbeda bentuk dan ukuran. Para biarawan kemudian
memutuskan untuk menimbang berat gumpalan-gumpalan itu
menggunakan timbangan yang didapat dari Uskup Agung setempat.
Ternyata berat sebuah gumpalan yang ditimbang terpisah sama persis
dengan berat kelima gumpalan yang ditimbang secara bersama-sama.
Demikian juga berat dua gumpalan ternyata sama dengan berat tiga
gumpalan, dan berat gumpalan terkecil sama persis dengan berat
gumpalan terbesar. Hosti yang telah berubah menjadi daging dan
gumpalan-gumpalan darah itu kemudian disimpan di sebuah tempat
yang khusus.
Biara St. Longinus itu sendiri pada abad ke-12 tidak lagi
dikelola Ordo Basilian tetapi berpindah tangan ke Ordo Benediktin, dan
kemudian ke Ordo Fransiskan. Gereja yang rusak akibat gempa
kemudian diperbaiki dan diberi nama St. Fransiskus Asisi. Sejarah
mencatat bahwa setelah mujizat diakui, sebuah dokumen yang mencatat
kejadian tersebut secara detail ditulis dalam bahasa Latin dan Yunani.
Tetapi pada abad ke-16 ketika biara berada dalam pengelolaan Ordo
Fransiskan, dokumen tersebut diperlihatkan kepada dua orang biarawan
Basilian yang datang ke sana. Kedua biarawan itu kemudian membawa
pergi dokumen tersebut dan hingga kini tidak diketahui lagi jejaknya.
Pada tahun 1713, kedua relikwi suci tersebut dipindahkan ke sebuah
monstrans (tempat penyimpanan hosti) khusus yang terbuat dari perak

38
dan kristal. Pada tahun 1887, Uskup Agung Petrarca dari Lanciano
memperoleh pernyataan indulgensi sempurna dari Paus Leo XIII bagi
peziarah yang mengunjungi Gereja Mujizat selama delapan hari
berturut-turut sebelum pesta perayaan mujizat tersebut yang terjadi pada
hari Minggu terakhir setiap bulan Oktober. Pada bulan Februari 1572,
uskup Rodriguez memberi kesaksian bahwa berat masing-masing
gumpalan darah sama dengan berat keseluruhan gumpalan itu jika
digabung. Kesaksian itu diabadikan dalam lempengan marmer pada
tahun 1636.
Selama berabad-abad keajaiban Hosti di Lanciano ini terus
menjadi bahan pemeriksaan ilmiah untuk membuktikan keotentikannya.
Pemeriksaan yang terakhir terjadi pada tahun 1970 dan merupakan
pemeriksaan ilmiah yang paling lengkap. Pemeriksaan ini dilakukan
oleh Prof. Dr. Odoardo Linoli, seorang guru besar bidang anatomi dan
ilmu jaringan sekaligus seorang dokter kepala di beberapa rumah sakit
di Arezzo. Profesor Linoli juga dibantu oleh Dr. Bertelli seorang guru
besar anatomi manusia di Universitas Siena Pada pemeriksaan itu
diketahui bahwa bagian roti yang ada di bagian tengah daging selama
berabad-abad ternyata sudah lenyap sama sekali, sedangkan dagingnya
masih tetap ada. Daging tersebut digambarkan berwarna kuning-
kecoklatan, berbentuk bulat tak beraturan, tebal di bagian tepi tetapi
menipis di bagian tengahnya. Sebagai sampel untuk pemeriksaan di
laboratorium rumah sakit diambil sedikit potongan daging dari bagian
tepi yang tebal. Sedangkan gumpalan darah ketika diperiksa tidak lagi
menunjukkan fenomena berat yang aneh sebagaimana yang dicatat pada
tahun 1574. Sebagian kecil dari gumpalan darah itu di ambil untuk
diperiksa di laboratorium. Setelah pemeriksaan tuntas, kedua potongan
relikwi tersebut dikembalikan ke gereja.
Hasil pemeriksaan tuntas dilaporkan pada tanggal 4 Maret 1971
oleh Prof. Linoli. Dokumen ini kemudian dibagikan ke berbagai instansi
termasuk ke hirarki Gereja Katolik termasuk Paus Paulus VI dalam
sebuah audiensi. Dari pemeriksaan itu diketahui bahwa daging tersebut
berasal dari jaringan otot myocardium (jantung) manusia dan tidak
mengandung bahan pengawet apapun. Demikian juga gumpalan darah
ketika diperiksa ternyata merupakan darah manusia dengan golongan
AB sama seperti darah yang terdapat pada daging. Kandungan
unsur0unsur bio-kimiawi yang ada di dalam darah juga memeiliki
komposisi yang sama dengan darah manusia pada umumnya. Lebih jauh
Prof. Linoli mengatakan bahwa dalam keadaan normal darah yang

39
tersimpan dalam waktu begitu lama tanpa suatu usaha pengawetan yang
khusus akan rusak, pernyataan ini sekaligus menyanggah kemungkinan
adanya pemalsuan berabad-abad lalu. Ia juga mengatakan bahwa hanya
ahli bedah yang sangat berpengalaman saja yang mampu memotong
daging jantung dengan bentuk seperti pada hosti ajaib tersebut, yang
tentu saja tidak mungkin dapat dilakukan pada berabad-abad yang lalu.
Prof. Linoli mengakhiri laporannya dengan mengatakan bahwa
meskipun daging dan darah tersebut telah disimpan berabad-abad dalam
tempat yang tidak kedap udara, mereka tidak rusak sama sekali.
Ostensorium yang berisi relikwi suci tersebut semula berada di
sisi altar Gereja St. Fransiscus, tetapi sekarang telah dipindahkan ke
sebuah tabernakel khusus yang berada di atas tabernakel utama.
Peziarah dapat melihat dari dekat relikwi yang selama berabad-abad
telah membantu meneguhkan iman begitu banyak umat Katolik akan
kehadiran nyata Tuhan Yesus dalam hosti dan anggur yang telah
dikonsekrasikan oleh seorang imam.

Mujizat Ekaristi di Santarem - Portugal th. 1247


Di Santarem (kurang lebih 50 km dari Fatima) pada waktu itu
hidup seorang wanita yang tersiksa oleh perilaku buruk suaminya. Ia
lalu berkonsultasi dengan seorang dukun yang menjanjikan dapat
mengatasi persoalan rumah tangganya dengan bayaran sebuah hosti
yang dikonsekrasi. Semula ia ragu tetapi akhirnya ia setuju memenuhi
persyaratan yang ditentukan sang dukun dengan mengunjungi Gereja St.
Stefanus. Segera setelah menerima komuni, ia mengeluarkan Hosti dari
dalam mulutnya lalu membungkusnya dengan saputangan dengan
maksud hendak diberikan pada dukun. Tetapi dalam beberapa saat darah
mulai keluar dari dalam Hosti. Darah yang keluar demikian banyak
hingga membasahi pakaian dan menarik perhatian para umat yang lain.
Karena mengira wanita tersebut mengalami luka, beberapa orang berlari
ke arahnya untuk menolong. Tetapi wanita tersebut malah menolak dan
melarikan diri ke rumah sambil terus meninggalkan tetes-tetesan darah
di belakangnya. Karena tidak ingin diketahui suaminya, wanita tersebut
menyembunyikan saputangan dan baju yang terkena darah di dalam
sebuah peti. Tetapi pada malam itu tampak cahaya misterius keluar dari
dalam peti tersebut dan memenuhi sekuruh rumah. Wanita itu tidak
dapat lagi menyembunyikan rahasianya dan mengutarakan segala yang
terjadi pada suaminya. Malam itu mereka tidak tidur dan berlutut di
depan Hosti sampai pagi hingga pastor paroki datang ke rumah mereka.

40
Berita tentang mujizat Hosti ini segera menyebar dan membuat
begitu banyak orang datang untuk melihat dan bersujud di hadapan
Hosti tersebut. Ini membuat keuskupan setempat memutuskan untuk
mengadakan suatu penyelidikan. Dengan suatu perarak-arakan, Hosti
tersebut dipindahkan ke gereja St. Stefanus. Kemudian Hosti yang
mengeluarkan darah tersebut dilapisi dengan lilin dan disimpan dalam
tabernakel. beberapa waktu kemudian terjadi mujizat lagi, ketika suatu
saat tabernakel dibuka tampak lilin yang melapisi Hosti tersebut pecah
berkeping-keping dan Hosti secara ajaib terbungkus dalam sebuah
wadah kristal. Wadah kristal bersama-sama dengan hosti kemudian
ditempatkan dalam sebuah monstrans yang terbuat dari perak dan emas
dengan 33 pancaran sinar (seperti tampak dalam foto) sampai sekarang.
Setelah berbagai penyelidikan pihak Gereja memutuskan bahwa mujizat
ini otentik, Gereja itu kemudian diubah namanya menjadi "Gereja
Mujizat Kudus". Di sinilah Hosti tersebut masih tersimpan sampai
sekarang. Menurut Dr. Arthur Hoagland, seorang ahli kedokteran dari
New Jersey yang telah lama mengamati Hosti ajaib tersebut, darah yang
terkumpul di bagian bawah wadah kristal kadang menampilkan bentuk
darah segar dan kadang tampak sebagai darah kering.

Mujizat Ekaristi di Slavonice Cekoslovakia th. 1280


Pada tahun 1280 seorang penggembala yang sedang
menggembalakan ternaknya di sebuah padang di uar kota, terkejut
melihat api misterius yang muncul di atas semak-semak yang tumbuh di
tumpukan batu. Ketika ia mendekat, tampak olehnya sebuah Hosti yang
tetap utuh di antara api tersebut. Ia kemudian memanggil pastor. Pastor
tersebut mengenali bahwa itu adalah Hosti yang berada di piala yang
dicuri setahun yang lalu. Tampaknya Hosti tersebut dicampakkan begitu
saja oleh pencurinya yang memang hanya menginginkan piala tempat
Hosti tersebut. Pastor lalu menempatkan Hosti tersebut pada piala yang
dibawanya, dan bersama-sama dengan umat yang melihat keajaiban itu
mereka bergegas menuju ke kota. ketika sampai di gerbang kota
ternyata Hosti tersebut telah lenyap dari tempatnya. Hosti tersebut
ditemukan kembali di tempatnya semula yaitu di tengah api yang
menyala di atas tumpukan batu. Pastor bersama umat mengambil
kembali dan membawanya ke kota, tetapi seperti kejadian sebelumnya,
Hosti tersebut lenyap lagi dan kembali ke tempat semula. Hanya setelah
pastor beserta umat berjanji akan mendirikan tempat kudus di lokasi
tersebut, Hosti itu baru dapat dibawa ke gereja.

41
Janji tersebut ditepati, sebuah kapel didirikan di atas tumpukan
batu tersebut. Kapel itu segera menjadi ramai oleh kunjungan para
peziarah yang datang dari berbagai lokasi. Pada abad ke-15 kaum Husit
menyerbu negeri dan mengakibatkan kehancuran berbagai tempat suci,
tidak terkecuali kapel tempat Hosti ajaib tersebut, meskipun begitu
tumpukan batu itu tidak terganggu sedikitpun. Setelah kaum Husit
mundur, sebuah kapel baru didirikan kembali di tempat tersebut pada
tahun 1476. Kapel ini diresmikan oleh Uskup Olmutz dan diberi nama
"Gereja Tubuh Kudus Kristus". Karena terlalu kecil untuk menampung
umat yang datang, kapel ini lalu diperbesar dan selesai pada tahun 1491.
Paus sendiri kemudian memberikan indulgensi sempurna kepada semua
umat yang dengan sungguh-sungguh dan dalam keadaan rahmat
menerima Hosti di gereja tersebut. Tepat di atas lokasi tumpukan batu di
mana Hosti ditemukan, didirikan Altar dan di atasnya diletakkan Hosti
ajaib yang ditempatkan pada sebuah ukiran yang menggambarkan api
dan diapit oleh patung dua malaikat. Hari ditemukannya Hosti suci
tersebut sampai sekarang diperingati oleh penduduk setempat dan
dikenal sebagai Bauern Feuerfest, atau Pesta Api Rakyat.

Mujizat Ekaristi di Offida - Italia th. 1280


Mujizat Ekaristi ini sesungguhnya terjadi di Lanciano, di kota
yang sama dengan mujizat Ekaristi pertama. Kali ini mujizat terjadi
karena suatu percekcokan rumah tangga. Seorang wanita bernama
Ricciarella, istri dari Giacomo Stasio, merasakan rumah tangganya tidak
bahagia. Ia sudah berusaha keras dengan berbagai cara untuk
membahagiakan suaminya tetapi tampaknya segala usahanya sia-sia.
Atas saran seseorang, Ricciarella diminta membawa Hosti yang diterima
dalam komuni ke dapurnya dan memasak Hosti tersebut. Setelah Hosti
tersebut menjadi bubuk, Hosti itu dimasukkan ke dalam minuman
suaminya, dengan begitu suaminya akan kembali mencintai dia. Karena
sudah putus asa, ia menyetujui usul itu. Ricciarella datang ke Misa
Kudus dan menerima komuni. Secara diam-diam ia mengeluarkan hosti
yang ada di mulutnya ke pakaiannya. Setelah membawanya ke rumah ia
lalu memanaskan Hosti tersebut di atas sejenis genteng. Ketika
dipanaskan, Hosti tersebut bukan menjadi bubuk tetapi malahan berubah
menjadi daging. Karena ketakutan, Ricciarella berusaha menghentikan
proses perubahan tersebut dengan menyiramkan abu dan lilin, tetapi
tidak berhasil. Genteng tersebut lalu dipenuhi darah dan hosti berubah
sepenuhnya menjadi daging. Karena panik ia menyembunyikan

42
perbuatan yang dilakukannya, ia mengambil taplak meja dan
membungkus Hosti beserta genteng yang dipenuhi darah lalu
membawanya ke sebuah kandang dan menguburkannya di sana.
Pada pagi harinya, suaminya Giacomo pergi ke kandang
membawa kudanya, tetapi ternyata kudanya menolak untuk masuk tidak
seperti biasanya meskipun Giacomo sudah memukulnya. Akhirnya kuda
tersebut mau juga masuk meskipun dengan jalan merapatkan tubuhnya
ke tepi pintu kandang sambil terus menerus memandang ke arah
timbunan sampah di mana Ricciarella menguburkan Hosti. Setelah
masuk ke kandang, kuda tersebut lalu berlutut di hadapan timbunan
sampah. Giacomo menjadi curiga istrinya telah menaruh mantra ataupun
sejenisnya ke dalam kandang sehingga kudanya takut untuk masuk, ia
menjadi marah. Karena takut, Ricciarella menyangkal semua tuduhan
suaminya. Selama tujuh tahun Hosti tersebut tetap tersembunyi di
tumpukan sampah, dan selama tujuh tahun itu pula kuda-kuda yang
masuk ke kandang selalu merapatkan tubuh ke tepi dan memandang ke
arah timbunan sampah serta berlutut setelah masuk ke kandang. Selama
waktu itu bukannya mendapatkan kedamaian, Ricciarella malahan
tersiksa setiap malam oleh perasaan bersalah akibat perbuatan
sakrileginya itu. Akhirnya ia memutuskan mengaku dosa kepada
Giacomo Diotallevi, seorang pastor dari biara di Lanciano. Dalam bilik
pengakuan Ricciarella tidak mampu mengucapkan sepatah katapun
meskipun berkali-kali pastor tersebut mengatakannya untuk tidak takut.
Pastor tersebut akhirnya menyebutkan satu per satu berbagai jenis dosa
yang mungkin dilakukan oleh Ricciarella. Karena Ricciarella tidak
mengakui satupun dosa-dosa tersebut, pastor tersebut berkata, "Saya
sudah menyebutkan semua jenis dosa yang bisa dilakukan. Saya tidak
tahu apa kesalahanmu kecuali mungkin kamu telah membunuh Tuhan!".
Ricciarella menjawab, "Itulah dosa saya, saya telah membunuh
Tuhan". Ricciarella lalu menceritakan seluruh kejadian sakrilegi yang
dilakukannya. Pastor tersebut tentu saja sangat terkejut, setelah
memberikan pengampunan ia menyuruh Ricciarella segera
memindahkan Hosti dari timbunan sampah bersama-sama dengannya.
Ketika membongkar sampah, mereka terkejut karena ternyata Hosti
serta genteng dan taplak yang membungkusnya tetap utuh tanpa
kerusakan, seolah-olah baru saja diletakkan di sana. Pastor Giacomo
lalu membawa Hosti dan lainnya ke biara. Atas izin atasannya, Pastor
Giacomo membawanya Offida, tanah kelahirannya, dan memperlihatkan
Hosti itu pada Pastor Michele Mallicano. Akhirnya diputuskan untuk

43
membuat suatu tempat khusus bagi relikwi tersebut. Untuk itu dibuatkan
tiga tempat yang terpisah, satu untuk genteng, satu untuk taplak, dan
satu lagi untuk Hosti. Tempat untuk Hosti dibuat berbentuk salib dan di
dalamnya disertakan juga relikwi kayu salib Kristus. Ketiganya kini
disimpan di biara St. Agustinus di Offida.

Mukjizat Ekaristi di Siena - Italia th. 1330


Di kota Siena, Italia, mujizat Ekaristi terjadi bukan hanya satu
tetapi dua kali. Mujizat pertama terjadi pada tahun 1330 dan yang kedua
terjadi 400 tahun kemudian, yaitu tahun 1730. Relikwi dari kedua
mujizat tersebut sampai kini masih tersimpan. Mujizat tahun 1330
melibatkan seorang pastor yang sedang mengadakan pelayanan pada
umatnya di pinggiran kota, yaitu kepada seorang petani yang sedang
menderita sakit berat. Karena tergesa-gesa, pastor tersebut mengambil
Hosti dari tabernakel, tetapi Hosti tersebut tidak diletakkan pada tempat
khusus sebagaimana seharusnya, ia meletakkan Hosti itu di dalam buku
doanya. Setelah selesai berdoa pastor itu membuka buku doanya untuk
mengambil Hosti dan memberikannya kepada petani tersebut. Tetapi ia
terkejut sekali begitu menyadari bahwa Hosti tersebut tampak
mengeluarkan darah dan mulai lumer. Pastor tersebut lalu menutup
kembali bukunya dan langsung pergi ke Siena tanpa seorangpun di
rumah petani tersebut menyadari apa yang telah terjadi. Dalam keadaan
penuh penyesalan pastor tersebut pergi ke biara St. Agustinus dimana ia
menceritakan semua kejadian yang menimpanya kepada Padre Simon
Fidati. Pastor tersebut lalu memperlihatkan dua buah halaman yang
terkena darah dari Hosti serta mempercayakan kedua halaman buku itu
kepada Padre Simone. Padre Simone lalu memberikan salah satu
halaman buku tersebut ke biara St. Agustinus di Perugia.
Sayang sekali pada tahun 1866 relikwi ini hilang karena adanya
penindasan terhadap ordo tersebut. Halaman yang kedua ditempatkan
dalam sebuah piala kristal yang kemudian disimpan di kota Cascia, kota
asal Padre Simone. Relikwi tersebut kemudian menjadi sarana devosi,
baik oleh para imam maupun kaum awam. Devosi ini kemudian
diresmikan oleh Paus Bonifasius IX pada tahun 1401, dan pada tahun
1408 Paus Gregorius setuju meneruskan tradisi devosi ini serta
memberikan indulgensi bagi devosi tersebut.
Pada tahun 1962, melalui suatu pemeriksaan diketahui bahwa
warna noda darah pada halaman itu terlihat sebagai coklat muda, tetapi
ketika dilihat menggunakan kata pembesar yang baik ternyata noda itu

44
tampak berwarna merah. Partikel-partikel darah di lembaran kertas
tersebut masih terlihat jelas dan tetap dalam keadaan baik. Fenomena
yang lain muncul, ternyata jika diamati dengan menggunakan lensa,
muncul suatu gambar manusia yang tampak sedih. Karena agak sulit
bagi masyarakat unum untuk mengamati gambar tersebut maka
diberikan panduan berupa sketsa dan diletakkan di bawah relikwi suci
itu (dalam foto tampak diapit oleh malaikat). Sekarang relikwi suci ini
masih tersimpan di Basilika St. Rita di Cascia.

Mukjizat Ekaristi di Siena - Italia th. 1730


Mujizat Ekaristi yang kedua di Siena terjadi pada tahun 1730,
ketika berlangsung suatu tradisi pesta rakyat yang dipersembahkan
untuk memperingati 'Bunda Maria diangkat ke Surga'. Pada tanggal 4
Agustus 1730 ketika terjadi perarakan devosi yang melibatkan seluruh
masyarakat dan kaum rohaniwan, beberapa pencuri masuk ke dalam
Gereja St. Fransiskus dan mencuri sibori (piala) emas yang berisi Hosti
yang sudah dikonsekrasi. Pencurian itu baru disadari keesokan harinya
ketika seorang pastor hendak mengambil Hosti sewaktu misa.
Menyadari terjadinya sakrilegi akhirnya pesta dibatalkan dan Uskup
Agung memerintahkan umat untuk berdoa sementara petugas sipil
mencari Hosti dan pencuri-pencuri yang membawanya.
Dua hari kemudian, ketika sedang berdoa di Gereja St. Maria
Provenzano, seorang pastor perhatiannya tertuju pada sesuatu yang
berwarna putih di kotak persembahan. Menyadari itu adalah Hosti ia
lalu memberitahukan hal itu kepada pastor-pastor lain. Berita ini
akhirnya sampai kepada Uskup Agung dan pastor-pastor Gereja St.
Fransiscus. Ketika kotak persembahan dibuka di hadapan para pastor
dan Uskup Agung, tampaklah sejumlah Hosti yang ternyata adalah
Hosti yang hilang dicuri beberapa hari sebelumnya. Ini terbukti dari ciri-
ciri cetakan maupun jumlahnya (348 Hosti utuh, dan 6 Hosti berukuran
setengah). Karena kotak persembahan tersebut hanya dibuka setahun
sekali maka Hosti-hosti tersebut berada dalam keadaan kotor sekali
sehingga para pastor kemudian membersihkannya dengan seksama.
Umumnya dalam kondisi seperti itu para imam langsung memakan
Hosti tersebut dalam misa, tetapi ternyata Hosti tersebut tetap disimpan.
Secara alamiah seharusnya setelah disimpan dalam waktu yang lama
Hosti akan rusak karena kelembaban maupun karena jamur. Tetapi
ternyata Hosti-hosti yang ditemukan ini tidak rusak meskipun sudah
tersimpan selama bertahun-tahun, berbeda dengan hosti serupa yang

45
belum dikonsekrasi dan disimpan dalam kondisi yang sama. Hosti suci
tersebut tetap dalam kondisi sempurna dan memunculkan bau yang
harum.
Lima puluh tahun setelah penemuan Hosti, penyelidikan
diadakan untuk memeriksa keotentikan mujizat tersebut. Pimpinan Ordo
Fransiskan, Romo Carlo Vipera, memeriksa Hosti-hosti tersebut dan
memakan salah satu diantaranya pada tanggal 14 April 1780. Ternyata
Hosti tersebut tetap dalam keadaan baik dan tidak rusak. Setelah
sejumlah Hosti dibagi-bagikan beberapa tahun sebelumnya, sisa yang
tertinggal berjumlah 230 buah disimpan dalam sebuah sibori khusus dan
tidak boleh dibagi-bagikan lagi. Beberapa tahun kemudian diadakan
penyelidikan lagi oleh Uskup Agung Tiberio Borghese bersama
beberapa orang teolog. Hasilnya juga menunjukkan hosti tersebut
berada dalam keadaan sempurna. Bapa Uskup lalu memerintahkan
untuk meletakkan beberapa hosti yang belum dikonsekrasi bersama-
sama dengan Hosti suci tersebut. Sepuluh tahun kemudian ternyata
bahwa hosti-hosti yang belum dikonsekrasi mengalami perubahan
bentuk dan warna. Pada tahun 1850, hosti-hosti yang belum
dikonsekrasi ternyata telah hancur dan tinggal berupa partikel-partikel
saja, berbeda dengan Hosti yang sudah dikonsekrasi yang tetap dalam
kondisi sempurna. Pada tahun 1950, Hosti tersebut dipindahkan dari
sibori yang lama ke sibori baru yang lebih bagus. Sibori ini sempat
dicuri meskipun kali ini Hosti suci tidak ikut dicuri dan tetap diletakkan
di tabernakel. Akhirnya Hosti diletakkan dalam sibori pengganti sibori
yang telah dicuri. Hosti suci tersebut sampai saat ini tetap tersimpan
dengan baik di Basilika St. Fransiskus di kota Siena .

Mukjizat Ekaristi di Blanot - Perancis th. 1331


Di desa Blanot tradisi penerimaan Hosti berbeda dengan apa
yang biasa kita lihat sekarang. Pada saat pembagian Hosti, para
penerima komuni berjejer dan berlutut di sebuah bangku kecil panjang
yang berada di depan altar. Pada saat yang sama dua orang putra Altar
mengapit para penerima komuni di ujung masing-masing bangku lalu
mengambil kain yang menggantung di sepanjang sisi bangku yang
menghadap altar lalu mereka menutupkannya pada bangku. Para
penerima komuni kemudian meletakkan tangan di bawah kain tersebut.
Pada hari Minggu Paskah tanggal 31 Maret, 1331, perayaan Misa
dipimpin oleh Hugues de la Baume, vikaris desa Blanot. Pada waktu
penerimaan komuni putra altar mengapit kedua ujung bangku dan

46
menutup bangku tersebut dengan kain sementara umat berlutut dan
meletakkan tangan di bawah kain sambil menunggu pastor
menerimakan Hosti. Diantara yang menerima Hosti tersebut adalah
seorang wanita bernama Jaquette. Ketika pastor selesai memberikan
Hosti dan kembali ke altar, ternyata Hosti di mulut Jaquette jatuh ke
kain yang menutup tangannya. Salah seorang petugas memberitahukan
hal tersebut kepada pastor yang lalu kembali menghampiri Jaquette.
Ternyata yang didapati oleh pastor tersebut bukan lagi Hosti melainkan
bercak darah sebesar Hosti di kain penutup bangku. Setelah misa
selesai, pastor Hugues de la Baume membawa kain tersebut dan
meletakkannya ke baskom berisi air dengan maksud untuk mencucinya.
Ternyata noda darah bukannya menghilang tetapi malahan semakin
membesar dan berwarna lebih gelap dari sebelumnya. Bukan hanya itu,
ketika kain tersebut diangkat, baskom yang berisi air sudah berubah
menjadi genangan darah. Pastor tersebut dan para pembantunya sangat
terkejut, "Ini Darah Tuhan kita Yesus Kristus!". Lalu pastor mengambil
pisau dan memotong kain tersebut pada bagian yang terkena noda darah.
Potongan kain ini lalu diletakkan di tabernakel. Limabelas hari
kemudian, petugas dari Keuskupan datang menyelidiki mujizat tersebut.
Hasil penyelidikan menunjukkan mujizat tersebut otentik sehingga
akhirnya Paus Yohanes XXII memberikan indulgensi bagi mereka yang
merayakan misa di Gereja Blanot.
Hosti-hosti lain yang digunakan pada misa pada hari Minggu
Paskah tersebut tidak digunakan lagi dan tetap diletakkan di tabernakel.
Hosti tersebut tetap berada dalam keadaan baik selama beratus-ratus
tahun. Pada tahun 1793, ketika terjadi revolusi Perancis, beberapa orang
masuk ke dalam gereja dan mengambil berbagai barang berharga di
gereja tersebut. Sebenarnya relikwi yang saat itu disimpan dalam sebuah
tabung kristal sempat diambil oleh para penjarah, tetapi mungkin karena
dianggap tidak begitu berharga relikwui tersebut dikembalikan lagi.
Beberapa tahun setelah revolusi selesai, tabung kristal yang sempat
rusak selama masa revolusi itu diganti dengan tabung yang baru.
Tabung tersebut ditempatkan pada ostensorium khusus sebagaimana
terlihat pada foto. Sampai sekarang mujizat Ekaristi di Blanot tetap
diperingati secara meriah setiap tahun di gereja tersebut setiap hari
Minggu Paskah.
Dari Sherley, <sherley_irawati@yahoo.com>

47
Pasangan Hidup
Suatu ketika, ada seorang pedagang kaya yang mempunyai 4
orang istri. Dia mencintai istri yang keempat, dan menganugerahinya
harta dan kesenangan yang banyak. Sebab, dialah yang tercantik
diantara semua istrinya. Pria ini selalu memberikan yang terbaik buat
istri keempatnya ini.
Pedagang itu juga mencintai istrinya yang ketiga. Dia sangat
bangga dengan istrinya ini, dan selalu berusaha untuk memperkenalkan
wanita ini kepada semua temannya. Namun, ia juga selalu khawatir
kalau istrinya ini akan lari dengan pria yang lain.
Begitu juga dengan istri yang kedua. Ia pun sangat
menyukainya. Ia adalah istri yang sabar dan pengertian. Kapanpun
pedagang ini mendapat masalah, dia selalu meminta pertimbangan
istrinya ini. Dialah tempat bergantung. Dia selalu menolong dan
mendampingi suaminya, melewati masa-masa yang sulit.
Sama halnya dengan istri yang pertama. Dia adalah pasangan
yang sangat setia. Dia selalu membawa perbaikan bagi kehidupan
keluarga ini. Dia lah yang merawat dan mengatur semua kekayaan dan
usaha sang suami. Akan tetapi,sang pedagang, tak begitu mencintainya.
Walaupun sang istri pertama ini begitu sayang padanya, namun,
pedagang ini tak begitu mempedulikannya.
Suatu ketika, si pedagang sakit dan menyadari, bahwa ia akan
segera meninggal. "Saat ini, aku punya 4 orang istri. Namun, saat aku
meninggal, aku akan sendiri. Betapa menyedihkan jika aku harus hidup
sendiri." Lalu, ia meminta semua istrinya datang, dan kemudian
bertanya pada istri keempatnya. "Kaulah yang paling kucintai,
kuberikan kau gaun dan perhiasan yang indah. Sekarang aku akan mati,
maukah kau mendampingiku dan menemaniku?
"Tentu saja tidak, "jawab istri keempat, dan pergi begitu saja
tanpa berkata-kata lagi.
Jawaban itu sangat menyakitkan hati. Seakan-akan, ada pisau
yang terhunus dan mengiris-iris hatinya. Pedagang yang sedih itu lalu
bertanya pada istri ketiga.
"Akupun mencintaimu sepenuh hati, dan saat ini, hidupku akan
berakhir. Maukah kau ikut denganku, dan menemani akhir hayatku?
Istrinya menjawab, Hidup begitu indah disini. Aku akan
menikah lagi jika kau mati. Sang pedagang begitu terpukul dengan
ucapan ini. Badannya mulai merasa demam.
48
Lalu, ia bertanya pada istri keduanya. "Aku selalu berpaling
padamu setiap kali mendapat masalah. Dan kau selalu mau
membantuku. Kini, aku butuh sekali pertolonganmu. Kalau ku mati,
maukah kau ikut dan mendampingiku?
Sang istri menjawab pelan. "Maafkan aku," ujarnya "Aku tak
bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang
kubur saja. Nanti, akan kubuatkan makam yang indah buatmu. Jawaban
itu seperti kilat yang menyambar. Sang pedagang kini merasa putus asa.
Tiba-tiba terdengar sebuah suara. "Aku akan tinggal denganmu.
Aku akan ikut kemanapun kau pergi. Aku, tak akan meninggalkanmu,
aku akan setia bersamamu. Sang pedagang lalu menoleh ke samping,
dan mendapati istri pertamanya di sana. Dia tampak begitu kurus.
Badannya tampak seperti orang yang kelaparan.
Merasa menyesal, sang pedagang lalu bergumam, "Kalau saja,
aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan kau
seperti ini, istriku."
***
Teman, sesungguhnya kita punya 4 orang istri dalam hidup ini.
Istri yang keempat, adalah tubuh kita. Seberapapun banyak waktu dan
biaya yang kita keluarkan untuk tubuh kita supaya tampak indah dan
gagah, semuanya akan hilang. Ia akan pergi segera kalau kita
meninggal. Tak ada keindahan dan kegagahan yang tersisa saat kita
menghadap-Nya.
Istri yang ketiga, adalah status sosial dan kekayaan. Saat kita
meninggal, semuanya akan pergi kepada yang lain. Mereka akan
berpindah, dan melupakan kita yang pernah memilikinya.
Sedangkan istri yang kedua, adalah kerabat dan teman-teman.
Seberapapun dekat hubungan kita dengan mereka, mereka tak akan
bisa bersama kita selamanya. Hanya sampai kuburlah mereka akan
menemani kita.
Dan, teman, sesungguhnya, istri pertama kita adalah jiwa dan
amal kita. Mungkin, kita sering mengabaikan, dan melupakannya demi
kekayaan dan kesenangan pribadi. Namun, sebenarnya, hanya jiwa dan
amal kita sajalah yang mampu untuk terus setia dan mendampingi ke
manapun kita melangkah. Hanya amal yang mampu menolong kita di
akhirat kelak. Jadi, selagi mampu, perlakukanlah jiwa dan amal kita
dengan bijak. Jangan sampai kita menyesal belakangan.

Dari Christina, <ting288@bdg.centrin.net.id>

49
PEMBAYARAN TUNAI
Ada seorang pastor bernama George Thomas di kota kecil New
England. Pada hari Paskah, ia bersiap mempersembahkan misa. Ia
membawa sebuah sangkar burung kosong yang sudah kotor tak terurus,
dan menempatkannya dekat altar. Umatnya mulai bertanya-tanya.
Dalam kotbahnya Sang Pastor menjelaskan tentang sangkar burung
tersebut.
Dalam perjalanan saya ke sini tadi, saya bertemu dengan
seorang anak kecil mengayun-ayunkan sangkar burung ini. Di dalamnya
terdapat 3 ekor anak burung liar, meringkuk kedinginan dan ketakutan.
Saya berhenti dan bertanya kepada anak tersebut: Apa yang kamu
bawa, anakku ?
Jawab anak itu: Ah, cuma burung-burung kecil !
Apa yang akan kau lakukan terhadap mereka itu?
Akan saya bawa pulang dan saya pakai mainan. Saya suka
mencabuti bulunya, dan pasti mereka akan ribut kesakitan. Pasti ramai
dan menyenangkan.
Ya, tapi kan cuma sebentar. Burungnya kecil, pasti bulunya
cepet habis. Lalu kalau sudah habis, mau kamu apakan lagi ?
Saya punya dua ekor kucing di rumah. Mereka sangat suka
makan burung. Apalagi burung kecil begini. Lucu kan melihat burung-
burung yang sudah tidak berbulu mencoba menghindar dari kucing.
Tapi pasti kucingku akan dapat memakan mereka dengan mudah.
Saya terdiam sesaat, lalu saya tanyakan pada anak itu lagi:
Anakku, bolehkah saya beli burung-burung itu ?
Anak tersebut menatap saya dengan tercengang, lalu jawabnya:
Bapak jangan main-main. Siapa yang mau burung liar begini ?
Berapa ?
Bapak, burung ini liar, tidak dapat bernyanyi, tidak indah. Ini
burung biasa, tidak ada istimewanya. Apa menariknya untuk Bapak ?
Berapa ??
Si Anak memandang saya dengan tajam, sambil tersenyum
menantang katanya: Sepuluh dollar !!
Saya ulurkan uang sepuluh dolar kepadanya, dan ia lalu
meninggalkan sangkar burungnya dan segera lari menghilang sambil
berteriak-teriak kegirangan. Saya lalu melanjutkan perjalanan ke sini.
50
Sesampai di suatu tempat yang agak rimbun banyak pohon saya
berhenti lagi, dan saya lepaskan ketiga anak burung tadi. Nah sampai di
sini, jelaslah sudah hal ikhwal kandang burung yang diletakkan di atas
latar ini.
Kemudian Sang Pastor melanjutkan kotbahnya sebagai berikut:
Suatu hari, Setan dan Yesus ngobrol berdua. Setan baru saja datang dari
Taman Eden dan lalu menyombongkan diri, katanya: Sus, aku baru
saja menguasai sebuah dunia yang penuh dengan manusia. Aku sudah
siapkan berbagai bujukan bagi mereka dan pasti mereka tidak akan
dapat menghindar. Pasti mereka akan termakan dengan segala tipu
dayaku
Tanya Yesus kepadanya: Akan kau apakan mereka ?
"Pokoknya aku akan menikmati semuanya. Pasti
mengasyikkan. Aku akan membujuk mereka supaya kawin-cerai,
selingkuh, saling membenci, saling mencederai dan saling bunuh. Aku
akan membujuk mereka untuk menjadi pemabuk, perokok, saling caci,
saling hujat. Aku akan membantu mereka untuk menemukan dan
merakit bom agar lebihmudah bagi mereka untuk saling bunuh.
Terus, kalau sudah begitu, apa yang akan kamu lakukan ?
kata Yesus sabar.
Aku akan binasakan mereka !! seru setan penuh semangat.
Berapa yang kamu minta untuk menebus mereka ? tanya
Yesus.
Jangan bercanda, Sus !! Kamu tidak akan suka mereka. Mereka itu
tidak baik. Kenapa kamu tertarik dengan mereka ? Aku yakin mereka
akan membenci Kamu ! Mereka akan meludahi Kamu, mencercaMu,
dan bahkan akan membunuhMu. Yakinlah, Kamu tidak akan tertarik
dengan mereka.
Berapa ?? tanya Yesus lagi, lebih mendesak.
Setan menatap Yesus tajam lalu katanya sinis: Murah, cuma
cukup air mataMu dandarahMu. DAN YESUS PUN
MEMBAYARNYA TUNAI.
Dari Sherley, <sherley_irawati@yahoo.com>

PERLUKAH KE GEREJA ?

51
Saudaraku, sering kita mengalami kejenuhan untuk pergi ke
gereja dan merasa tak ada gunanya, semoga cerita dibawah ini bisa
lebih meneguhkan kita akan pentingnya ke gereja.
Cerita ke-1
Seorang Katolik menulis surat kepada editor sebuah surat kabar
dan mengeluhkan kepada para pembaca bahwa dia merasa sia-sia pergi
ke gereja setiap minggu. Tulisnya, "saya sudah pergi ke gereja selama
30 tahun dan selama itu saya telah mendengar 3000 khotbah. Tapi
selama hidup, saya tidak bisa mengingat satu khotbah pun. Jadi rasa nya
saya telah memboroskan begitu banyak waktu, demikian pun para pastor
telah memboroskan waktu mereka dengan khotbah-khotbah itu."
Surat itu menimbulkan perdebatan yang hebat dalam kolom
pembaca. Perdebatan itu berlangsung berminggu-minggu sampai
akhirnya ada seseorang yang menulis demikian: "Saya sudah menikah
selama 30 tahun. Selama ini istri saya telah memasak 32.000 jenis
masakan. Selama hidup saya tidak bisa mengingat satu pun jenis
masakan itu yang dilakukan istri saya. Tapi saya tahu bahwa masakan-
masakan itu telah memberi saya kekuatan yang saya perlukan untuk
bekerja. Seandainya istri saya tidak memberikan makanan itu kepada
saya, maka saya sudah lama meninggal." Sejak itu tak ada lagi komentar
tentang khotbah.

Cerita ke-2
Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari
sekolah. Mereka berkata, "Nek, apakah nenek masih pergi ke gereja
pada hari minggu?"
"Tentu!"
"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa
memberitahu kami tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek
menyukainya."
"Lalu apa khotbah dari pastor ?"
"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek
melemah. Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang
memberi kekuatan, Nenek menyukai khotbah itu."
"Tapi, nek," Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja
jika nenek tidak mendapatkan sesuatu dariNya?"
Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana
merenung...... dan lalu berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."

52
Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan
memberikannya kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air,
dan isilah dengan air, lalu bawa kemari!"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu? Air di dalam tas
rajutan....! Nek, apa ini bukann lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan. Saya ingin
memperlihatkan kepadamu sesuatu." Maka Tom berlari keluar dan
dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang bertetes-teteskan air.
"Lihat,nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."
"Benar," katanya. "Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu
sekarang. Anak-anak, tidak pernah kamu ke gereja tanpa
mendapatkan sesuatu yang baik, meskipun kamu tidak
mengetahuinya."

Dari Wiwid, <awyp@hotmail.com>

PESAN DARI SANG PENCIPTA


Ketika AKU menciptakan langit dan bumi. Aku berfirman dan
jadilah. Ketika AKU menciptakan pria, AKU membentuknya dan
meniupkan nafas kehidupan ke lubang hidungnya. Tetapi engkau,
wanita, AKU menghiasmu setelah aku meniupkan nafas kehidupan ke
pria karena lubang hidungmu terlalu lembut. AKU membiarkan pria
tertidur dengan nyenyak sehingga AKU dapat dengan sabar dan
sempurna membentuk engkau. Pria AKU buat tertidur supaya dia tidak
dapat mencampuri.
Dari satu tulang, AKU menghiasmu. AKU memilih tulang yg
melindungi kehidupan pria. AKU memilih tulang rusuk, yg melindungi
jantung dan paru2 dan mendukungnya, sebagaimana yg harus kamu
lakukan. Dari satu tulang ini, aku membentukmu dengan sempurna dan
cantik. Sifatmu adalah seperti tulang rusuk, kuat tetapi lembut dan
mudah patah. Engkau menyediakan perlindungan utk organ paling
lembut dari pria, hati/jantungnya. Jantungnya adalah pusat dari
kehidupannya, paru2nya menggenggam nafas kehidupan Tulang rusuk
akan membiarkan dirinya patah sebelum ia mengijinkan kerusakan
terjadi pada jantung. Dukunglah pria sebagaimana tulang rusuk
melindungi tubuhnya.

53
Engkau tidak diambil dari kakinya utk menjadi alasnya, tidak
juga diambil dari kepalanya utk menjadi atasannya. Engkau diambil dari
sisinya, utk berdiri disebelahnya dan dipeluk dengan erat. Engkau
adalah malaikat-KU yg sempurna. Engkau adalah gadis kecilku yg
cantik. Engkau telah tumbuh menjadi wanita yg sempurna, dan mata-
KU terpuaskan ketika aku melihat hatimu. Matamu-jangan
mengubahnya. Bibirmu sangat cantik ketika mengucapkan doa.
Hidungmu sangat sempurna dalam bentuk. Tanganmu sangat lembut
untuk disentuh.
AKU telah memberi perhatian pada wajahmu saat engkau
tertidur. AKU menggenggam hatimu dekat dengan-KU. Dari semua yg
hidup dan bernafas, engkau adalah yang paling mirip dengan AKU.
Adam berjalan bersamaku di hari yang dingin dan dia kesepian. Dia
hanya dapat merasakan-KU. Dia tidak dapat melihat ataupun
menyentuh-KU Jadi semua yang AKU ingin Adam berbagi denganku,
aku membentuknya di dalam kamu. Kekuatan-KU,kemurnian-
KU,cinta-KU,perlindungan-KU dan dukungan-KU. Engkau adalah
istimewa krn engkau adalah perpanjangan tangan-KU. Pria
melambangkan citra-KU - wanita, perasaan-KU. Bersama2... kalian
melambangkan Allah yang sejati.
Jadi pria, perlakukan wanita dengan baik. Cintailah dia,
hormatilah dia. Menyakitinya, berarti engkau menyakiti-KU. Apa yang
engkau lakukan kepadanya, engkau melakukannya kepada-KU. Jika
engkau menghancurkannya, engkau menghancurkan hatimu sendiri,
hati BAPA-mu....yg juga hati BAPA-nya.
Wanita, dukunglah pria. Dalam kesederhanaan, tunjukkan
kepadanya kekuatan perasaan yg telah KU berikan kepadamu. Dalam
kesunyian, tunjukkan kekuatanmu. Dlm cinta, tunjukkan kepadanya
bahwa engkau adalah tulang rusuknya yg melindungi tubuhnya.

Dari: Sherley Irawati, <sherley_irawati@yahoo.com>

P i a n o
Kisah ini terjadi di Rusia. Seorang ayah, yang memiliki putra
yang berusia kurang lebih 5 tahun, memasukkan putranya tersebut ke
sekolah musik untuk belajar piano. Ia rindu melihat anaknya kelak
54
menjadi seorang pianis yang terkenal. Selang beberapa waktu
kemudian, di kota tersebut datang seorang pianis yang sangat terkenal.
Karena ketenarannya, dalam waktu singkat tiket konser telah terjual
habis. Sang ayah membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan
anaknya.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser dimulai, kursi
telah terisi penuh, sang ayah duduk dan putranya tepat berada di
sampingnya. Seperti layaknya seorang anak kecil, anak ini pun tidak
betah duduk diam terlalu lama, diam-diam ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang ayah terkejut
menyadari bahwa putranya tidak ada di sampingnya. Ia lebih terkejut
lagi ketika melihat anaknya berada dekat panggung pertunjukan, dan
sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan pianis
tersebut. Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa takut anak tersebut duduk
di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang
sederhana twinkle2 little star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara
piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba-aba terlebih
dahulu, dan ia langsung menyorotkan lampunya ke tengah panggung.
Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan
sang pianis, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis pun terkejut,
dan bergegas naik ke atas panggung.
Melihat anak tersebut, sang pianis tidak menjadi marah, ia
tersenyum dan berkata "Teruslah bermain", dan sang anak yang
mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk, di
samping anak itu, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu,
ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, dan akhirnya
tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka
seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut
dengan meriah, karangan bunga dilemparkan ke tengah panggung. Sang
anak jadi GR (Gede Rasa), pikirnya "Gila, baru belajar piano sebulan
saja sudah hebat!" Ia lupa bahwa yang disoraki oleh penonton adalah
sang pianis yang duduk di sebelahnya, mengisi semua kekurangannya
dan menjadikan permainannya sempurna.
Apa implikasinya dalam hidup kita ? Kadang kita bangga akan
segala rencana hebat yang kita buat, perbuatan-perbuatan besar yang
telah berhasil kita lakukan. Tapi kita lupa, bahwa semua itu terjadi
karena Allah ada di samping kita. Kita adalah anak kecil tadi, tanpa

55
ada Allah di samping kita, semua yang kita lakukan akan sia-sia. Tapi
bila Allah ada di samping kita, sesederhana apapun hal yang kita
lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita
sendiri tapi juga baik bagi orang di sekitar kita. Semoga kita tidak
pernah lupa bahwa ada Allah di samping kita.

Dari Fony, <Fony.Yuliana@lautan-luas.com>

Protes Si Tukang Cukur


Pada suatu hari seorang penginjil dan tukang cukur berjalan
melalui daerah kumuh di sebuah kota. Tukang cukur berkata kepada si
penginjil, "Lihat, inilah sebabnya saya tidak dapat percaya ada Tuhan
yang penuh kasih. Jika Tuhan itu baik sebagaimana yang engkau
katakan, Ia tidak akan membiarkan semua kemiskinan, penyakit, dan
kekumuhan ini. Ia tidak akan membiarkan orang-orang ini terperangkap
ketagihan obat dan semua kebiasaan yang merusak watak. Tidak, saya
tidak dapat percaya ada Tuhan yang mengijinkan semua ini terjadi."
Penginjil itu diam saja sampai ketika mereka bertemu dengan
seseorang yang benar-benar jorok dan bau. Rambutnya panjang dan
janggutnya seperti tak tersentuh pisau cukur cukup lama. Kata
penginjil itu, "Anda tidak bisa menjadi seorang tukang cukur yang baik
kalau Anda membiarkan orang seperti dia hidup tanpa rambut dan
janggut yang tak terurus."
Merasa tersinggung, tukang cukur itu menjawab, "Mengapa
salahkan aku atas keadaan orang itu? Aku tidak mengubahnya. Ia tidak
pernah datang ke tokoku. Saya bisa saja merapikannya dan membuat ia
tampak rupawan!"
Sambil melihat dengan tenang kepada tukang cukur itu,
penginjil itu berkata, "Karena itu, jangan menyalahkan Tuhan karena
membiarkan orang hidup dalam kejahatan, karena Ia terus-menerus
mengundang mereka untuk datang dan 'dicukur'. Alasan mengapa
orang-orang itu menjadi budak kebiasaan jahat adalah karena mereka
menolak Dia yang telah mati untuk menyelamatkan mereka."
Tukang cukur itu mengerti maksudnya. Apakah Anda juga?
Mumpung waktu masih ada, selamat merenungkan masa depan yg
berkenan!

56
Dari Sherley, <sherley_irawati@yahoo.com>

RUMAH SERIBU CERMIN


Cerita Rakyat Jepang
Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah
yang dikenal dengan nama "Rumah Seribu Cermin." Suatu hari seekor
anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi "Rumah
Seribu Cermin". Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk
masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Sambil melompat-
lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan.
Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat
mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia
melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang
bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil
itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat.
Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya
sendiri, "Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali
mengunjunginya sesering mungkin." Sesaat setelah anjing itu pergi,
datanglah anjing kecil yang lain.Namun, anjing yang satu ini tidak
seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan
perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika
berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang
muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras, dan
dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa
ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri,
"Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke
sini lagi."
Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita
sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang
anda jumpai?
Dari Monica Bratanata, <mbratanata@dpk.bankbii.com>

S A L I B

57
Ada 3 orang sebut aja: A, B ,dan C mereka sama-sama diberi
tugas oleh Tuhan untuk memikul salib hingga menuju puncak bukit dan
di sana Tuhan berjanji akan menjemput mereka ke Surga. Ketiga orang
itu masing-masing diberi salib yang besar dan berat dan ketiganya sama
baik berat maupun bentuknya. Ketiga orang itu mulai memikul salib itu
dan menyusuri jalan. Tuhan tidak memberitahukan alasan mengapa
mereka harus memikul salib tersebut. Sesampai di tengah jalan mereka
bertiga sudah kewalahan karena salib yang mereka pikul itu berat dan
kondisi mereka pun sudah capai.
Tapi ada semangat yang membuat mereka teruss mau mencapai
tujuan akhir yang sudah TUHAN tentukan. Di tengah jalan ketiga orang
itu melihat ada gergaji, dan saat itu si B mulai memakai pikirannya. Dia
mulai menghasut kedua temannya untuk memotong salib mereka agar
mereka lebih ringan bebannya.
Kedua temannya tidak mau menuruti perkataan si B, karena
bagi mereka ketaatan dan kasih mereka kepada Tuhan membuat mereka
mau dan rela buat terus memikul tanggung jawab yang sudah Tuhan
beri. Tapi si B mencemooh mereka dan mengatakan mereka tidak
mempunyai hikmat kebijaksanaan.
Singkat cerita si B memotong salibnya hingga dengan mudah
dia dapat membawa sampai kepada tujuan akhir yaitu puncak bukit.
Karena beban si B ringan maka si B dapat dengan mudah mendahului
kedua temannya. Sesampai tujuan si B melihat ada sebuah jurang yang
teramat lebar memisahkan antara puncak bukit itu dengan gerbang
Surga. Dan di seberang jurang itu terdapat malaikat Tuhan yang sudah
menanti kedatangan mereka.
Si B dengan bersemangat meminta malaikat Tuhan memberi
jalan untuk dapat sampai ke gerbang Surga, tapi malaikat Tuhan itu
menjawab, "Tuhan sudah menyediakan jembatan itu." Si B
kebingungan karena dia tidak melihat adanya jembatan yang bisa
membawa dia sampai ke seberang. Setelah beberapa saat, kedua
temannya A dan C tiba juga di puncak bukit tersebut. Kemudian seperti
si B, mereka juga bertanya kepada malaikat Tuhan, dan jawaban
malaikat Tuhan juga sama, "Tuhan sudah menyediakan jembatan itu."
Kemudian saat itu Roh Kudus membukakan pikiran mereka dan
mereka sadar, ternyata ukuran salib yang berat dan besar itu sudah
dirancang tepat persis dengan ukuran jarak antara puncak bukit dan
gerbang Surga. Itulah jembatan yang Tuhan sediakan. Dan ketika

58
menyadari hal itu, A dan C bergegas meletakkan salib mereka dan mulai
menyeberang.
Si B kebingungan karena salib yang Tuhan berikan untuk dia
sudah dikecilkan hingga tidak bisa berfungsi sebagai jembatan.
Kemudian si B berpikir dia dapat meminjam salib si A atau C untuk
menyeberang, tetapi ternyata begitu A dan C selesai menyeberang
dengan salib mereka masing-masing salib itu langsung hilang dan itu
berarti si B tidak dapat menyeberang menuju pintu Surga.

Dari Fang-Fang, <laurensia-herlina@usa.net>

Sang Putra
Seorang Bapa yang kaya raya beserta Putera tunggalnya
mempunyai hobi yang sama yaitu mengoleksi karya-karya seni. Aneka
karya seni yang langka mulai dari Picasso sampai Raphael telah mereka
miliki. Mereka sering duduk bersama sambil mengagumi koleksi seni
mereka yang amat indah. Pada saat perang Vietnam meletus, Sang
Putera-pun berangkat ke medan perang. Sayang Sang Putera gugur pada
saat ia menolong temannya yang terluka. Sang Bapa merasa sangat
kehilangan dan sedih karena Sang Putera adalah putera satu-satunya.
Satu bulan kemudian, sesaat sebelum hari Natal, seseorang
mengetuk pintu rumah Bapa tua itu. Seorang pemuda berdiri di depan
pintu sambil membawa sebuah bungkusan yang amat besar, dan berkata,
"Tuan, anda pasti tidak mengenal saya. Saya adalah prajurit yang
ditolong oleh anak tuan sesaat sebelum dia gugur. Hari itu, dia telah
menolong banyak nyawa temannya, dan saat itu ia sedang menggendong
saya ke tempat yang aman sebelum tubuhnya tertembus peluru tepat
mengenai jantung, dan ia gugur saat itu juga. Dia sering bercerita
mengenai anda dan koleksi-koleksi anda." Sambil menyerahkan
bungkusan yang dibawanya, pemuda itu berkata, "Saya tahu bahwa
benda ini tidak ada apa-apanya bila dibanding dengan koleksi anda, tapi
saya yakin bahwa putera anda almarhum menginginkan agar anda mau
menerimanya."
Sang Bapa membuka bungkusan tersebut. Sebuah lukisan diri
Sang Putera yang dilukis oleh pemuda tersebut terpampang
dihadapannya. Lukisan itu benar-benar indah dan hidup. Dengan
berlinang-kan air mata, Sang Bapa mengucapkan terima kasih atas
59
pemberian pemuda tersebut dan berniat untuk membayar lukisan itu.
"Tidak tuan, saya tidak dapat membalas apa yang telah dilakukan putera
anda kepada saya. Ini adalah sebuah hadiah untuk anda." Sang Bapa
kemudian menggantung lukisan tersebut di tempat yang strategis.
Lukisan ini senantiasa diperlihatkan kepada setiap tamu yang datang
berkunjung ke rumahnya.
Beberapa bulan kemudian Sang Bapapun meninggal. Semua
karya seni miliknya dilelang. Banyak orang yang khusus datang untuk
menikmati koleksi seni tersebut sambil mengikuti acara pelelangan.
Lukisan pertama yang diajukan untuk dilelang adalah lukisan Sang
Putera. Juru lelang mulai menawarkan lukisan tersebut, "Baik bapak-ibu
sekalian, siapa yang mau memulai penawaran terhadap lukisan ini?"
Tapi tidak ada reaksi dari orang-orang yang hadir, bahkan ada
peserta yang berteriak, "Kami ingin melihat lukisan yang terkenal.
Tapi si juru lelang tidak menggubris usulan tersebut, "Adakah
yang ingin menawar lukisan ini? Siapa yang ingin mengajukan
penawaran pertama ? 100, $200 ?"
Seorang peserta lain berteriak dengan nada marah, "Kami
datang ke sini bukan untuk melihat lukisan jelek itu. Kami datang untuk
melihat karya-karya Van Gogh dan Rembrandt. Ayo, mulailah dengan
lelang yang sesungguhnya."
Tapi si juru lelang tetap melanjutkan penawarannya, "Sang
Putera, Sang Putera, siapa yang menawar Sang Putera ?"
Akhirnya, sebuah suara yang datang dari barisan yang paling
belakang. Ia adalah mantan tukang kebun miskin yang telah lama
bekerja di rumah Sang Bapa. "Saya menawarnya $ 10."
OK, kita sekarang punya $ 10, siapa yang mau menambah
menjadi $ 20 ?" tanya juru lelang.
Berikan padanya untuk $ 10, dan tunjukkan master piece yang
sesungguhnya," teriak peserta yang lain. Mereka benar-benar tidak
menghendaki lukisan yang mereka anggap tidak mempunyai nilai.
Si juru lelang akhirnya menyerah, "Baik $ 10 untuk lukisan
Sang Putera, satu kali, dua kali, tiga kali." dan palupun diketuk.
Ayo, sekarang lelang yang sesungguhnya," teriak seseorang.
Si juru lelang meletakkan palunya dan berkata, "Maaf bapak-ibu
sekalian, lelang hari ini telah selesai."
Bagaimana dengan lukisan-lukisan lainnya ?" teriak para
peserta.

60
"Maaf bapak-ibu sekalian, sebelum saya diminta untuk
memimpin acara lelang ini, saya mendapat pesan rahasia dari pengacara
keluarga bahwa yang dilelang hanyalah lukisan Sang Putera. Barang
siapa yang membeli lukisan Sang Putera maka ia akan mendapat seluruh
warisan yang ditinggalkan oleh Sang Bapa, termasuk lukisan-lukisan
master piece. Saya tidak boleh membocorkan pesan rahasia ini sampai
lukisan Sang Putera ini laku terjual."
Allah memberikan Putera-Nya 2000 tahun yang lalu untuk
wafat di kayu salib. Seperti apa yang ditawarkan oleh si juru lelang,
"Sang Putera, Sang Putera, siapa yang mau mengambil Sang Putera ?"
Barangsiapa yang memiliki Sang Putera, maka ia akan mendapatkan
segalanya.
Dari Joy, <n1rwana@yahoo.com>
Sebuah Catatan
Antara sadar dan tidak, aku merasa berada dalam satu ruangan.
Tak ada hal yang menarik di sana, kecuali pada salah satu dindingnya,
terdapat lemari dengan laci-laci kecil. Tiap-tiap laci berisi catatan-
catatan sesuai dengan judul pada tiap-tiap laci. Kudekati salah satu laci
yang bertuliskan "Gadis-gadis yang kusukai" Kubuka laci tersebut dan
mulai membaca catatan-catatan di dalamnya. Aku terkejut, kututup laci
tersebut, ............... Kini aku sadar, di mana aku berada......... Ruangan
dengan catatan-catatan yang ada di dalamnya merupakan ruang
penyimpanan data kehidupanku......
Heran, penasaran, dan takut berbaur menjadi satu. Ku buka laci
demi laci secara acak, kubaca tiap catatan di dalamnya. Beberapa
catatan memberikan sukacita dan kenangan manis, ada pula yang
membuat aku malu, bahkan kecewa terhadap diriku sendiri. Berbagai
catatan mengenai kehidupanku ada disana, ada catatan yang berjudul
"Teman-teman", dan disebelahnya terdapat juga catatan yang berjudul
"Teman-teman yang aku khianati". Catatan-catatan itu memiliki
bermacam-macam judul, mulai dari yang biasa-biasa saja sampai yang
bagiku cukup 'aneh', "Buku-buku yang aku baca", "Kebohongan yang
pernah aku ucapkan",sampai kepada "Hal-hal yang telah aku lakukan
ketika marah", dan banyak lagi........ Aku tak henti-hentinya merasa
heran dengan apa yang tertulis di dalamnya. Kutemui yang lebih banyak
dari yang kuharapkan. Sering pula aku berharap catatan yang kubaca
berisi lebih banyak data. Catatan ini merupakan sejarah kehidupanku
secara terperinci. Kartu-kartu ini begitu banyak, jutaan catatan ada di
61
dalamnya. Semuanya benar, dibuat dengan tulisan tanganku, bahkan ada
tandatanganku pada setiap kartu. Tiba-tiba aku tersentak, "Ini tidak
boleh dilihat orang lain...!" Aku harus menghancurkan catatan-catatan
ini. Aku mencoba mengeluarkan kartu-kartu ini dari lacinya, namun
tiap-tiap kartu seolah melekat erat pada lacinya.......... Aku berusaha
sekuat tenaga, kucoba merobek catatan tersebut,namun kertas itu begitu
keras, sekuat baja, aku tak dapat merobeknya. Tak berdaya, .......... aku
mengembalikan laci-laci itu ke tempatnya.
Kusandarkan kepalaku ke dinding, malu, marah, kecewa, dan
putus asa berbaur menjadi satu. Lalu aku melihat sebuah laci, judulnya
"Orang-orang Dengan Siapa Aku Berbagi Kasih Yesus". Kubuka laci
itu, .....sangat ringan...., ringan sekali..........., isinyapun hanya sedikit,
bahkan dapat kuhitung dengan sebelah tangan. Air mataku mulai
bercucuran, aku menangis tersedu-sedu.......... Aku terjatuh, berlutut, dan
menangis, airmata mengaburkan pandanganku....... Aku malu..............,
sangat malu..........., aku malu melihat perjalanan hidupku........ Tidak !
Tak seorangpun boleh memasuki ruangan ini........, rintihku....... Tiba-
tiba aku melihat Yesus berdiri di hadapanku............. Aku tertunduk, tak
sanggup berhadapan dengan Dia dalam keadaan seperti ini..... Ia
berjalan menghampiri laci-laci tersebut dan membaca catatan
didalamnya...... Aku tak sanggup memandang wajahNya, aku takut.........
Ketika aku beradu pandang denganNya........, kulihat kesedihan
yang sangat dalam di mataNya....... Jauh lebih dalam dari yang mampu
aku rasakan....... Ya Tuhan........ Mengapa Engkau harus membaca
semua itu....??? Setelah selesai membaca semuanya, Ia menghampiri
aku....... Tampak penyesalan diwajah-Nya.......aku tak sanggup
memandang-Nya. Kutundukkan kepalaku dan menangis dengan sedih,
aku ....... orang yang berdosa....... Kemudian ......Yesus merangkul aku,
tanpa kata......., Ia turut menangis bersamaku..... Tiba-tiba Ia berdiri,
menghampiri laci-laci itu dan mengeluarkan semua catatan itu........
Satu-persatu dikeluarkan-Nya catatan itu, Ia tersenyum, sebuah
senyuman pilu...... Lalu Ia mulai membubuhkan tandatangan-Nya di atas
namaku. Tidak !!!! Yesus terlalu suci untuk membubuhkan nama-Nya
diatas dosaku. Kucoba merebut catatan-catatan itu............ Lalu kulihat
nama-Nya, menutupi namaku dan tanda tanganku.... Nama Yesus tertera
di sana, dengan tinta merah......, tebal dan tampak hidup........ Tidak,....
Itu bukan tinta......., itu darah Yesus.......... Kemudian Ia menghampiri
aku, meletakkan tangan-Nya di pundakku dan berkata "Sudah Selesai"
Yesus membantuku berdiri, menuntunku keluar ruangan itu.......

62
Ruangan itu terbuka, tak ada kunci di sana......... Yang tinggal hanyalah
kartu-kartu kosong yang masih harus ku isi.....
God Bless You.............. JESUS KNOWS ALL YOUR
FAULTS BUT HE STILL LOVES YOU ANYWAY!!

Dari Fony, <Fony.Yuliana@lautan-luas.com>

SURAT DARI ALLAH


Saat kau bangun dipagi hari, Aku memandangmu dan berharap
engkau akan berbicara kepadaKu, walaupun hanya sepatah kata,
meminta pendapatKu atau bersyukur kepadaKu atas sesuatu hal indah
yang terjadi di dalam hidupmu kemarin, tetapi aku melihat engkau
begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja.
Aku kembali menanti. Saat engkau sedang bersiap, Aku tahu
akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi
engkau terlalu sibuk. Engkau duduk di sebuah kursi selama lima belas
menit tanpa melakukan apapun. Kemudian Aku melihat engkau
menggerakkan kakimu. Aku berpikir engkau ingin berbicara kepadaKu
tetapi engkau berlari ke telepon dan menelepon seorang teman untuk
mendengarkan gosip terbaru.
Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti
dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu, Aku berpikir
engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu. Sebelum
makan siang Aku melihatmu memandang kesekeliling, mungkin engkau
merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa
engkau tidak menundukkan kepalamu.
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara kepadaKu dengan lembut sebelum
mereka makan, tetapi engkau tidak melakukannya. Tidak apa-apa.
Masih ada waktu yang tersisa, dan Aku berharap engkau akan berbicara
kepadaKu, meskipun saaat engkau pulang ke rumah kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah beberapa hal tersebut selesai engkau kerjakan, engkau
menyalakan televisi, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton televisi
atau tidak, hanya saja engkau selalu menghabiskan banyak waktu setiap
hari di depannya, hanya menikmati acara yang ditampilkan. Kembali

63
Aku menanti dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati
makananmu tetapi kau tidak berbicara kepadaKu.
Saat tidur Kupikir kau merasa terlalu lelah. Setelah
mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke
tempat tidur dan tertidur tak lama kemudian. Tidak apa-apa karena
mungkin engkau tidak menyadari bahwa Aku selalu hadir untukmu.
Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. Aku bahkan ingin
mengajarkanmu bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat
mengasihimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata, doa atau pikiran
atau syukur dari hatimu.
Baiklah... engkau bangun kembali dan kembali Aku akan
menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiKu
sedikit waktu. Semoga harimu menyenangkan. Bapamu, ALLAH
NB: Apakah kau memiliki cukup waktu untuk mengirimkan surat ini
kepada orang lain?
Dari Fang-Fang, <laurensia-herlina@usa.net>

TAK ADA WAKTU


Aku jarang berdoa, banyak hal menungguku
Aku harus giat bekerja agar hidupku sejahtera
Harta dan jabatan menggiurkanku
Di sepanjang hariku tak ada waktu untuk berdoa
Apalagi mengucapkan penghiburan pada yang membutuhkan
Tak ada waktu untuk bersaksi tentang Kristus
Apalagi mengakui aku adalah pengikutNya
Aku takut ditertawakan lingkungan dan teman-temanku
Tak ada waktu, sungguh aku banyak pekerjaan
Biarlah yang lain menunaikan tugas pelayananNya
Aku masih disibukkan oleh persiapan untuk masa depanku
Tibalah saat kematianku, saat aku menghadap tahtaNya
Aku berdiri dengan kepala menunduk malu
Di tanganNya ada buku kehidupan
Ia melihat isi buku itu dan perlahan membacanya serta berkata,
Namamu tak bisa kutemukan di dalamnya.
Pernah Kucoba menuliskannya, tapi sayang tak ada waktu

Dari Fang-Fang, <laurensia-herlina@usa.net>


64
KITA SEMUA ADALAH TEMPAYAN RETAK
Seorang tukang air di India memiliki dua tempayan besar,
masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang
dibawanya menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak,
sedangkan tempayan yang satunya lagi tidak. Jika tempayan yang tidak
retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang
dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat
membawa air setengah penuh, karena sebagian airnya telah menetes
sepanjang perjalanan.
Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si tukang air hanya
dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya.
Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan
prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna.
Namun si tempayan retak yang malang itu merasa malu sekali akan
ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat
memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan
retak itu berkata kepada si tukang air, "Saya sungguh malu pada diri
saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu."
"Kenapa?" tanya si tukang air. "Kenapa kamu merasa malu?"
"Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah
porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan
pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan
menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuatmu
rugi," kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan pada si tempayan retak, dan dalam
belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembali ke rumah majikan
besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang
jalan."
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak
memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di
sepanjang sisi jalan. Itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir
perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawanya telah
bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air
atas kegagalannya.
65
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, "Apakah kamu
memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi
tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak
retak itu? Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku
memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang
jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air,
kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini aku telah dapat
memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita.
Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tak akan dapat
menghias rumahnya seindah sekarang."
Setiap dari kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri.
Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan
menggunakan kekurangan kita untuk menghias dunianya. Di mata
Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut
akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu pun dapat
menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah, di dalam kelemahan
kita, kita dapat menemukan kekuatan kita.

Dari Alexander Ferry, <alexferr@yahoo.com>

THE POWER OF PRAYER


Don't Underestimate The Power Of Prayer! Diane, a young
Christian university student, was home for the summer. She had gone to
visit some friends one evening and the time passed quickly as each
shared their various experiences of the past year. She ended upstaying
longer than she had planned and had to walk home alone. But she wasn't
afraid because it was a small town and she lived only a few blocks
away.
As she walked along under the tall elm trees, Diane asked God
to keep her safe from any harm and danger. When she reached an alley,
which was a short cut to her house, she decided to take it. However,
halfway down the alley she noticed a man standing at the end as though
he was waiting for her. She became uneasy and began to pray, asking
for God's protection. Instantly a comforting feeling of quietness and
security wrapped around her, she felt as though someone was walking

66
with her. When she reached the end of the alley, she walked right past
the man and arrived home safely.
The following day, she read in the paper that a young girl had
been raped in the same alley, just twenty minutes after she had been
there. Feeling overwhelmed by this tragedy and the fact that it could
have been her, she began to weep. Thanking the Lord for her safety and
to help this young woman, she decided to go to the police station. She
felt she could recognize the man, so she told them her story. The police
asked her if she would be willing to look at a lineup to see if she could
identify him. She agreed and immediately pointed out the man she had
seen in the alley the night before.
When the man was told he had been identified, he immediately
broke down and confessed. The officer thanked Diane for her bravery
and asked if their was anything they could do for her, she asked if they
would ask the man one question. Diane was curious as to why he had
not attacked her. When the policeman asked the man, he answered,
"Because she wasn't alone. She had two tall men walking on either side
of her."
Moral of the story? Don't underestimate the power of "Prayer"
Gives ya goosebumps don't it!

Dari Santy Miemien, <aurelia_santy@app.co.id>

THE POWER OF PRAYER (2)


Have you ever felt the urge to pray for someone and then just
put it on a list and said, I'll pray for them later? Or has anyone ever
called you and said, "I need you to pray for me, I have this need?
Read the following story that was sent to me and may it change the way
that you may think about prayer and also the way you pray.
A missionary on furlough told this true story while visiting his
home church in Michigan....."While serving at a small field hospital in
Africa, every two weeks I traveled by bicycle through the jungle to
nearby city for supplies. This was a journey of two days and required
camping overnight at the halfway point. On one of these journeys, I
arrived in the city where I planned to collect money from a bank,
purchase medicine and supplies, and then begin my two-day journey
back to the field hospital.
67
Upon arrival in the city, I observed two men fighting, one of
whom had been seriously injured. I treated him for his injuries and at the
same time talked to him about the Lord. I then traveled two days,
camping overnight, and arrived home without incident. Two weeks later
I repeated my journey. Upon arriving in the city, I was approached by
the young man I had treated. He told me that he had known I carried
money and medicines. He said, 'Some friends and I followed you into
the jungle, knowing you would camp overnight. We planned to kill you
and take your money and drugs. But just as we were about to move into
your camp, we saw that you were surrounded by 26 armed guards.'
At this, I laughed and said that I was certainly all alone in that
jungle campsite. The young man pressed the point, however, and said,
'No sir, I was not the only person to see the guards. My five friends also
saw them, and we all counted them. It was because of those guards that
we were afraid and left you alone.'"
At this point in the sermon, one of the men in the congregation
jumped to his feet and interrupted the missionary and asked if he could
tell him the exact day this happened. The missionary told the
congregation the date, and the man who interrupted told him this story:
"On the night of your incident in Africa, it was morning here and I was
preparing to go play golf. I was about to put when I felt the urge to pray
for you. In fact, the urging of the Lord was so strong, I called men in
this church to meet with me here in the sanctuary to pray for you.
Would all of those men who met with me on that day stand up?" The
men who had met together to pray that day stood up. The missionary
wasn't concerned with who they were, he was too busy counting how
many men he saw. There were 26.
This story is an incredible example of how the Spirit of the Lord
moves in mysterious ways. If you ever hear such prodding, go along
with it. Nothing is ever hurt by prayer except the gates of hell. I
encourage you to forward this to as many people as you know. If we all
take it to heart, we can turn this world toward God once again. As the
above true story clearly illustrates, "with God all things are possible"
and more importantly, how God hears and answers the prayers of the
faithful.
Dari Sherley, <sherley_irawati@yahoo.com>

68
TINDAKAN
Seseorang yang sedang melewati hutan melihat seekor serigala
yang sudah lumpuh keempat kakinya karena usia tua. Ia penasaran,
bagaimana serigala itu dapat bertahan hidup. Lalu ia melihat seekor
harimau datang dengan membawa kijang hasil buruannya. Harimau itu
makan sepuasnya dan meninggalkan sisanya untuk serigala.
Hari berikutnya Tuhan memberi makan serigala dengan
perantaraan harimau yang sama. Orang itupun mulai mengagumi
kebaikan Tuhan yang begitu besar dan berkata dalamn hatinya, Aku
juga akan menganggur di rumah saja dengan penuh kepercayaan
kepada Tuhan, karena Ia akan mencukupi segala kebutuhanku.
Ia melakukan niatnya berhari-hari lamanya, tetapi tidak terjadi
apa-apa. Ketika orang itu hampir mati kelaparan, terdengarlah suara,
Hai engkau orang sesat, bukalah matamu pada kebenaran! Ikutilah
teladan harimau dan berhentilah meniru serigala yang lumpuh!
Di jalan kulihat seorang gadis kecil menggigil kedinginan dalam
pakaiannya yang kumal dan tipis. Tiada harapan baginya untuk
mendapatkan cukup makanan. Aku menjadi marah dan berkata pada
Tuhan, Mengapa ini Kaubiarkan ? Berbuatlah untuk gadis kecil ini !
Tuhan tidak menjawab. Saat menjelang tidur malam itu, barulah
Ia menjawab, Aku telah berbuat sesuatu. Aku telah menciptakan
engkau!
Dari Fransiska Indriana, <maria_stiady@hotmail.com>

TO WHOM IT MAY CONCERN


You call Me the Way, but you dont follow Me
You call Me the Light, but you dont see Me
You call Me the Teacher, but you dont listen to Me
You call Me the Lord, but you dont serve Me
You call Me the Truth, but you dont believe in Me
Dont be surprised if one day I dont know you !!!!

Dari Anto, <anto93@email.com>

69
WHEN YOU BELIEVE
(soundtrack of The Prince of Egypt)
Many nights we pray with no proof anyone could hear
And our hearts a hopeful song we barely understood
Now we are not afraid although we know there's much to fear
We were moving mountains long before we know we could

Reff: There can be miracles when you believe


Though hope is frail, it's hard to kill
Who knows what miracles you can achieve
When you believe, somehow you will
You will when you believe

In this time of fear when prayer so often proves in vain


Hope seems like the summer birds too swiftly flown away
And now I am standing here my heart's so full I can't explain
Seeking faith and speaking words I never thought I'd say

They don't always happen when you ask and it's easy to give in to your
fear
But when you're blinded by your pain, can't see your way safe through
the rain
Thought of a still resilient voice says love is very near

Dari Anto, <anto93@email.com>

YESUS DALAM SEBUAH RUMAH


Seorang pemuda yang kaya raya tinggal di sebuah rumah yang
sangat besar dengan lusinan kamar. Setiap kamar lebih nyaman dan
lebih indah dibandingkan kamar sebelumnya. Di dalam rumah itu
terdapat berbagai karya seni lukis dan pahatan, lampu-lampu kristal,
serta pegangan tangan berukir berlapis emas pada setiap tangga. Lebih
indah dari apa yang kebanyakan orang pernah melihat.

70
Suatu hari pemuda tersebut memutuskan untuk mengundang
Tuhan Yesus datang dan tinggal bersamanya di rumah itu. Ketika Tuhan
Yesus datang, pemuda ini menawarkan kepadaNya kamar yang terbaik
di dalam rumah itu. Kamar tersebut terletak di ujung bagian atas."Yesus,
kamar ini milikMu ! Tinggallah selama Engkau mau dan lakukan apa
yang Engkau mau lakukan di dalam kamar ini. Ingat, ini adalah
kamarMu."
Malam harinya, ketika pemuda tersebut sudah bersiap untuk
istirahat, terdengar bunyi ketukan yang sangat keras di pintu depan.
Mendengar ketukan itu, pemuda tersebut turun untuk membuka pintu.
ketika dia membuka pintu, dia melihat bahwa iblis telah mengirim tiga
roh jahat untuk menyerangnya.
Dia dengan cepat menutup pintu, tetapi salah satu roh jahat
mengganjal pintu itu dengan kakinya. Beberapa saat kemudian, setelah
bertarung dengan sekuat tenaga, pemuda tersebut berhasil menutup dan
mengunci pintu kemudian kembali ke kamarnya dalam keadaan sangat
lelah.
Bayangkan!" pikir pemuda itu. "Yesus ada di atas, tidur dalam
ruangan yang terbaik sedangkan saya bertarung melawan roh-roh jahat
di bawah. Oh,mungkin Dia tidak mendengar."
Pemuda itu tidur sangat sebentar malam itu. Keesokan harinya,
segala sesuatunya berjalan dengan normal dan, karena merasa sangat
lelah, pemuda tersebut tidur agak awal pada malam harinya.
Sekitar tengah malam, terdengar ada yang menggedor-gedor
pintu depan seolah-olah akan mendobrak pintu. Pemuda tersebut
menuruni tangga lagi dan membuka pintu serta menjumpai lusinan roh
jahat berusaha masuk ke dalam rumahnya yang indah.
Selama lebih dari tiga jam pemuda itu bertarung melawan
mereka dan akhirnya membuat mereka mundur, cukup untuk menutup
pintu. Pemuda itu sangat kehabisan tenaga. Dia sama sekali tidak
mengerti. Mengapa Tuhan tidak datang untuk menolong ? Mengapa
Dia membiarkan aku bertarung seorang diri? Dengan gundahnya, dia
berjalan ke sofa dan tidur dengan tidak nyaman.
Keesokan paginya, dia memutuskan untuk bertanya kepada
Tuhan mengenai segala yang terjadi pada dua malam tersebut.Perlahan-
lahan dia berjalan ke kamar tidur yang sangat indah di mana Yesus ia
tempatkan."Yesus," panggilnya sambil mengetuk pintu. "Tuhan, aku
tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Selama dua malam ini saya
harus bertarung membuat si jahat pergi dari pintu rumaku, sementara

71
Engkau tidur di sini. Tidakkah Engkaumemperhatikanku ? Bukankah
aku telah memberikan kepadaMu ruangan yang terbaik di dalam rumah
ini?"
Pemuda tersebut melihat Yesus menitikkan air mata, tetapi dia
meneruskan, aku tidak mengerti, aku berpikir bahwa jika aku
mengundangMu untuk tinggal bersamaku, Engkau akan menjagaku, dan
aku berikan kepadaMu kamar yang terbaik dalam rumahku. Apalagi
yang harus aku perbuat?"
Anakku yang kukasihi," Yesus berkata dengan sangat lembut.
"Aku sungguh-sungguh mengasihi engkau dan sangat
memperhatikanmu. Aku melindungi apa yang engkau berikan kepadaKu
untuk Kujaga. Tetapi ketika engkau mengundangKu untuk datang dan
tinggal di sini, engkau membawaKu ke kamar yang indah ini dan
menutup pintu ke bagian lain dari rumah ini. Aku menjadi Tuhan atas
kamar ini dan tidak ada roh jahat yang bisa masuk kemari."
"Oh, Tuhan, ampuni aku. Ambillah seluruh rumahku -
semuanya jadi milikMu. Aku menyesal tidak menyerahkan kepadaMu
seluruhnya. Aku ingin Engkau mengatur semuanya." Sambil berkata
demikian, dia membuka pintu kamar itu dan berlutut di kaki Yesus.
"Tuhan, ampuni aku karena aku hanyamemikirkan diriku sendiri."
Yesus tersenyum dan berkata bahwa Dia telah mengampuni
pemuda itu dan Dia akan mengatur segala sesuatunya mulai saat itu.
Malam itu, ketika si pemuda bersiap untuk tidur dia berpikir, Aku ingin
tahu apakah roh-roh jahat itu akan kembali, aku bosan menghadapi
mereka setiap malam." Tapi dia tahu bahwa Yesus akan membereskan
semuanya sejak saat itu.
Sekitar tengah malam, terdengar suara menggedor-gedor pintu
yang sangat menakutkan. Si pemuda keluar dari kamarnya dan melihat
Yesus menuruni tangga. Dia menyaksikan dengan penuh kekaguman
ketika Yesus membuka pintu, tanpa merasa takut. Setan berdiri di muka
pintu meminta untuk masuk. Apa yang engkau inginkan?" tanya Tuhan.
Si iblis menunduk di hadapan Tuhan, "Maaf, tampaknya saya
salah alamat." Dengan perkataan tersebut iblis dan pasukannya pergi
menjauh.
Inti dari kisah ini adalah: Yesus menginginkan engkau
seutuhnya, bukan hanya sebagian. Dia akan mengambil semua yang
engkau berikan kepadaNya, dan tidak lebih dari itu. Seberapa bagian
dari hati yang telah engkau berikan kepada Tuhan? Masih adakah
bagian yang tidak engkau berikan kepadaNya? Mungkin serangan-

72
serangan itu akan datang semakin dahsyat dari hari ke hari. Mengapa
tidak membiarkan Tuhan berperang untukmu? Dia selalu menang. Saya
menjumpai bahwa Tuhan membuat segala sesuatunya mudah bagi
manusia, segala kerumitan manusia berasal dari dirinya sendiri.

Dari Ester Katharina, <s.ther@usa.net>

73

Anda mungkin juga menyukai