Anda di halaman 1dari 42

BAHAN AJAR

DOSEN PENGASUH:
YOH. DONBOSKO BHODO, S.FIL., LIC.TH

SEKOLAH TINGGI PASTORAL ATMA REKSA


ENDE - FLORES
2021

Surat-Surat PAULUS| 1
Kuliah SURAT-SURAT PAULUS
(Mahasiswa Semester IV - selama masa Belajar dari Rumah/BdR)

1. Masing-masing HARUS MEMBACA isi bahan ajar Surat-Surat PAULUS yang


dikirimkan via grup WA kelas dan selanjutnya MEMBUAT RINGKASAN atas apa yang
telah dibaca tersebut (BUKAN MENCATAT ULANG DARI BAHAN AJAR YANG
ADA).

2. Materi ini WAJIB diringkas dalam buku catatan PENTATEUKH dan KITAB PARA
NABI yang sudah Anda miliki.

3. Pada periode pertama masa "Belajar dari Rumah", Anda WAJIB membaca dan
membuat ringkasan BAGIAN PERTAMA (hlm. 3-17). Ringkasan yang dibuat ini akan
dinilai sebagai tambahan dalam Ujian Tengah Semester. Karena itu, sebaiknya dicatat
dengan huruf yang rapi dan merupakan hasil ringkasan pribadi (bukan mencatat dari
ringkasan teman-teman).

4. Tugas lain yang harus dilakukan selama masa "Belajar dari Rumah" adalah membaca
seluruh isi KISAH PARA RASUL. Pada saat kuliah akan dilakukan klarifikasi secara
perorangan.

Ndona, 11 Januari 2021


Dosen Pengampu

Yoh. Donbosko Bhodo, S.Fil., Lic.Th


NIDN : 2711098001

Surat-Surat PAULUS| 2
BAGIAN PERTAMA
PAULUS, RASUL PARA BANGSA

BAB I. RIWAYAT HIDUP PAULUS

Pengantar
Di antara tulisan-tulisan dalam Perjanjian Baru nampak bahwa surat-surat Paulus ditulis dalam
bahasa Yunani ‘kelas tinggi’. Hal ini menunjukkan bahwa penulis surat tersebut sudah terbiasa dengan
Bahasa Yunani. Selain itu, nampak juga bahwa penulisnya mahir menggunakan teks-teks Perjanjian
Lama (KS Yahudi). Siapakah Paulus dan bagaimana latar belakangnya sehingga dapat melahirkan
tulisan-tulisan yang begitu hebat?

1.1. Lahir dalam Dunia Yunani


Tidak ada catatan yang detail tentang kapan Paulus dilahirkan. Namun, kita bisa mengenal siapa
itu Paulus dari 2 sumber yaitu: Kisah Para Rasul dan Surat-Surat Paulus sendiri. Dari kedua sumber
ini kita dapat mengetahui kronologi kehidupan Paulus.
• Dalam Kisah Para Rasul ditulis bahwa Paulus adalah orang Yahudi yang berasal dari Tarsus
(Kis 9:11; 21:39; 22:3). Tarsus adalah sebuah kota pelabuhan yang makmur dan berada di tepi
Sungai Rydnus di Kilikia (sekarang Turki). Kota tersebut dipengaruhi kebudayaan Yunani dan
sebelum zaman Makabe (2 Mak 4:30) di sana sudah ada koloni Yahudi. Karena itu, Paulus
adalah seorang “Hellenis” (orang Yahudi yang berbahasa Yunani).
• Orang tua Paulus adalah orang Yahudi perantau. Walaupun ada di kota yang berkebudayaan
Yunani, tetapi mereka tetap taat pada iman leluhurnya. Dalam keluarganya Paulus dididik dalam
agama Yahudi sehingga ia menjadi orang Yahudi yang taat. Seperti banyak orang Yahudi di
perantauan, Paulus punya dua nama: Saul (nama Yahudi) dan Paulus (nama Yunani).
Nama “Paulus” dipilih mungkin karena pengucapannya berdekatan dengan Saul (Saulus). Ia
sendiri selalu memakai nama Yunaninya saja (bdk. Kis 13:6-9).
• Paulus berasal dari keluarga Israel, suku Benyamin (Rm 11:1; Flp. 3:5). Pada masa mudanya,
Paulus mengikuti pendidikan hukum Taurat di Yerusalem yang diberikan oleh rabi terkenal
masa itu, Gamaliel (Kis 22:3; 26:4).
• Kis 7:58 menyatakan bahwa Paulus masih muda ketika diakon Stefanus menjadi martir (kira-
kira tahun 32-34) dan sibuk menangkap - memenjarakan orang Kristen sampai ke luar Palestina
(Kis 9:1-2). Karena itu, para ahli sepakat bahwa Paulus dilahirkan kira-kira tahun 6-10 M. Dia
lahir sewaktu Yesus masih tinggal di Nazaret.
• Paulus bangga atas keyahudiannya (bdk. Rm 9:1-5). Karena pengetahuan dan keyakinannya
tersebut Paulus merasa dirinya wajib menentang “bidaah” (bdk. Kis 24:5.14; 28:22) yang
bermunculan di kalangan Yahudi, yaitu kelompok orang-orang Kristen. Paulus melihat orang
Kristen sebagai ancaman terhadap kepercayaan Yahudi asli. Ia menjadi musuh utama orang
Kristen, menangkap mereka dan mendorong mereka agar dihukum mati (Kis 26:1-11). Paulus
sendiri menandaskan bahwa ia pernah “menganiaya jemaat Allah” (Gal 1:13; Flp 3:6; 1 Kor
15:9).

Surat-Surat PAULUS| 3
1.2. Paulus Menjadi Pengikut Yesus
Sekitar tahun 34 M ketika sedang dalam perjalanan ke Damsyik untuk mengejar dan
menganiaya para pengikut Yesus, Paulus mendapat penampakan. Ini merupakan pengalaman
istimewa karena melalui pengalaman itu arah hidupnya diubah. Paulus berubah total. Dia yang
sebelumnya adalah seorang penganiaya pengikut Yesus, kini menjadi seorang rasul bagi bangsa-
bangsa bukan Yahudi. Dia yang sebelumnya melihat Yesus sebagai yang terkutuk dan ancaman bagi
Yudaisme, kini melihat-Nya sebagai pusat hidupnya.
Perjumpaan dengan Yesus membuat Paulus percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang
dinantikan oleh orang Yahudi. Karena itu, dia yang sebelumnya berusaha untuk menghancurkan
kepercayaan akan Yesus, kini justru memegang teguh pribadi Yesus. Dengan demikian, perjumpaan
dengan Yesus menyadarkan dia tentang kebenaran yang sesungguhnya sekaligus memberikan tugas
kepadanya untuk mewartakan Injil kepada bangsa bukan Yahudi (Kis. 9:3-16; Gal. 1:12-24).
Sejak peristiwa itu, Paulus bertobat dan menjadi pengikut Kristus (Flp. 3:12). Masa awal
sesudah pertobatannya adalah masa yang sulit (Kis. 9:22-26); karena di satu pihak dia tidak diterima
kembali oleh teman-temannya (dia sudah menjadi pengkhianat) dan di pihak lain, ia tidak begitu saja
dapat diterima di antara jemaat karena mereka curiga (bagaimana mungkin seorang penganiaya para
pengikut Yesus sekarang bergabung dengan mereka).
Kisah Para Rasul mencatat bahwa dalam perjalanan waktu Paulus menjadi pewarta injil yang
berkobar-kobar. Ada 3 kali perjalanan misinya. Pertama-tama ia menaruh perhatian/prioritas pada
orang Yahudi karena menurutnya, kepada merekalah kabar gembira pertama-tama harus disampaikan
dan sesudah itu baru kepada orang-orang bukan Yahudi (Kis. 13:36-47).
Dalam pewartaan kepada 2 kelompok ini, Paulus menggunakan 2 pola yang berbeda. Kepada
orang Yahudi, Paulus mengingatkan mereka pada janji Allah tentang keselamatan Israel yang telah
disampaikan dalam Kitab Suci dan selanjutnya menegaskan bahwa janji Allah itu digenapi dalam diri
Yesus. Untuk hal ini, Paulus selalu mengutip teks PL untuk mendukung pewartaannya sekaligus
meyakinkan para pendengarnya (bdk. Kis 13:15-41). Sedangkan kepada bangsa bukan Yahudi, Paulus
mengambil pandangan mereka tentang dewa-dewi yang mereka percaya lalu berusaha meyakinkan
mereka bahwa keyakinan mereka itu tidak benar dan bahwa Allah yang menyatakan diri dalam Yesus
yang wafat di salib itulah Allah yang benar dan layak disembah (bdk. Kis, 14:11-17; 17;17, 22-31).
Apa arti dari peristiwa Damsyik bagi Paulus? Para penafsir KS bertanya: “apakah pengalaman
di jalan menuju Damsyik itu dapat diidentifikasikan sebagai sebuah pertobatan atau panggilan?”
Perjumpaan Paulus dengan Yesus yang bangkit di jalan dekat kota Damsyik umumnya dianggap
sebagai sebuah pertobatan. Akan tetapi, ada yang mengidentifikasikan pengalaman tersebut sebagai
sebuah panggilan daripada sebuah pertobatan. Alasannya, karena kata ‘pertobatan’ memiliki
beberapa arti yang berbeda: ‘pertobatan’ dipakai untuk mengartikan bahwa seseorang telah mengubah
agamanya dari satu agama ke agama lain atau seorang telah berubah dari tidak percaya menjadi orang
yang percaya atau sebagai perubahan hidup seseorang dari yang jahat menuju orang yang baik.
Pengalaman Paulus di jalan menuju Damsyik tidak dimengerti sebagai sebuah pertobatan seperti
yang dipahami dalam kehidupan sehari-hari. Ia tidak pernah mengubah agamanya dan tidak pernah
menganggap dirinya sebagai orang yang jahat. Namun, ada juga yang berpendapat istilah “panggilan”
hanya melukiskan salah satu aspek dari perubahan hidup Paulus dari seorang penganiaya kepada
seorang rasul. Kata itu tidak mencakup pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias dan perubahan
radikalnya. Dari diskusi perbedaan pemahaman di atas, maka lebih tepat dikatakan bahwa pengalaman
Damsyik merupakan pengalaman pertobatan dan panggilan.

Surat-Surat PAULUS| 4
Pengalaman melihat Kristus yang bangkit memberi jaminan bagi status dan kewibawaan Paulus
sebagai seorang rasul. Oleh karena itu, ia menghitung dirinya sebagai salah seorang di antara para
saksi kebangkitan Tuhan (1 Kor. 15:5-11). Melihat Kristus yang bangkit merupakan kualifikasi
penting bagi seorang rasul. Kualifikasi ini terkait erat dengan tugas seorang rasul, yakni menjadi saksi
kebangkitan bersama-sama dengan rasul-rasul yang lainnya (Kis 1:22). Kualifikasi ini
dipenuhinya sehingga ia memperhitungkan dirinya sebagai salah seorang saksi di antara para saksi
kebangkitan. “Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku” (1 Kor
15:8).
Gambaran tentang penampakan Yesus merupakan tanda khas penampakan ilahi seperti pada saat
Allah memanggil seorang nabi di dalam Perjanjian Lama (Kel 19: 16; Yeh 1; 4; 7; 13; 28; Dan 10:6).
Lalu bagaimana tanggapan Paulus? Tanggapannya mirip dengan tanggapan nabi Yehezkiel ketika
mendapat penglihatan kemuliaan Allah (Yeh 1:28). Ia rebah ke tanah sebagai suatu bentuk persiapan
untuk mendengarkan Kristus yang berbicara sebab penampakan Tuhan selalu disertai dengan suara
(bdk. Kel 3:4-10; Kej 31:11-13; Kis 2:5-13). Suara itu biasanya menyingkapkan masa depan nabi.
Namun, seperti Musa mendengar suara Allah dari tengah-tengah semak duri yang memperkenalkan
diri-Nya, “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub” sebelum
menyingkapkan tugas perutusannya (Kel 3-4), demikianlah juga Paulus mendengar suara Kristus yang
memperkenalkan diri-Nya, “Akulah Yesus yang kauaniaya itu” sebelum menyingkapkan tugas
perutusannya.

1.3. Perjalanan Misi Paulus


Perjalanan misi pertama dilakukan bersama Barnabas sekitar tahun 45-49. Awalnya
kepemimpinan dipegang oleh Barnabas, namanya disebut pertama dan kemudian nama Paulus
disebutkan paling akhir dalam daftar pemimpin Gereja Antiokia (Kis 13:1), dan tujuan keduanya
adalah Siprus (tempat kelahiran Barnabas, pulau besar yang berjarak 100 mil dari pantai Siria).
Barnabas adalah orang yang memperkenalkan Paulus kepada para rasul di Yerusalem (Kis. 9:27).
Dalam perjalanan ini ia mewartakan Injil dan mendirikan jemaat di Siprus, Pamfilia, Pisidia
(sekarang Turki Selatan) dan Likaonia (Kis 13-14).
Pada akhir perjalanan misi ini (tahun 49), Paulus hadir dalam konsili di Yerusalem – yang
menyepakati bahwa orang-orang bukan Yahudi yang sudah percaya kepada Kristus tidak perlu
mengikuti hukum agama Yahudi (Kis. 15; Gal. 2:3-6). Mengapa Paulus menghadiri konsili di
Yerusalem? Ia ingin bertemu dengan tokoh-tokoh penting (Petrus, Yohanes dan Yakobus). Paulus
bermaksud membela kebijakannya dalam mewartakan Injil kepada orang-orang bukan Yahudi tanpa
membebankan sunat atau hukum Taurat. Akhirnya, ia mendapat dukungan dari tokoh-tokoh penting
di Yerusalem. Selain itu, Paulus berjanji memperhatikan keperluan jemaat di Yerusalem (Gal 2:10).
Ia bertekad mengumpulkan dana bantuan di luar negeri dalam bentuk “kolekte” yang dianggapnya
sangat penting sebagai tanda tekad dan kerelaannya untuk mempertahankan dan memperkuat
persekutuan jemaat induk di Yerusalem dan jemaat di seluruh Palestina. Paulus ingin mempertahankan
kesatuan atau hubungan yang erat dengan jemaat induk. Oleh karena itu, dalam tahun-tahun berikutnya
Paulus terus sibuk dengan urusan pengumpulan dana bagi jemaat di Yerusalem (bdk. 1 Kor 16:1-4; 2
Kor 8-10; Rm 15:26).
Selanjutnya dengan bekal persetujuan dari Gereja induk di Yerusalem, Paulus meneruskan
perjalanan misinya yang kedua pada tahun 50-52 (Kis 15:36-18:22). Dalam perjalanan ini Paulus tidak
lagi bersama Barnabas setelah mereka berbeda pendapat mengenai keikutsertaan Markus.
Barnabas memihak saudaranya dan akibatnya Paulus mengubah rencananya (Kis 15:36-41). Barnabas
Surat-Surat PAULUS| 5
dan Markus menuju Siprus, sedangkan Paulus melalui jalan darat mengunjungi Listra dan Derbe, yang
pernah dikunjunginya. Ia membawa serta Silas, seorang tokoh Gereja Yerusalem yang datang ke
Antiokia (Kis 15:35-41). Di Listra, Paulus mendidik seorang Kristen muda bernama Timoteus (Kis
16:1-3) yang kelak menjadi muridnya terkasih dan pembantu utamanya.
Paulus memulai perjalanan kedua ini dari Antiokhia; menjelajahi Asia kecil, Galatia, Makedonia
dan Korintus. Di Korintus, Silas dan Timoteus dari Makedonia bergabung dengan Paulus (Kis 18:5).
Dari Timoteus, Paulus mendengar berita buruk tentang Gereja di Tesalonika sehingga ia mengirim
surat kepada jemaat di Tesalonika lalu kembali ke Yerusalem dan Antiokhia.
Paulus memulai misi ketiga tahun 55-58 dari Antiokhia (Kis 18:23-21:17). Dengan melintasi
Galatia, ia pergi ke Efesus dan selama 2 tahun ia tinggal di sana. Dari Efesus dia mengirim surat
kepada jemaat di Galatia, Filemon, Filipi dan Korintus. Selanjutnya sebelum kembali ke Yerusalem,
ia menulis surat kepada jemaat di Roma.
Perjalanan misi ini sesungguhnya tidak mudah, karena Paulus harus menempuh perjalanan yang
amat jauh dan sekaligus juga harus mencari penghidupan untuk dirinya. Juga ia harus berhadapan
dengan berbagai ancaman dan gangguan dari orang Yahudi yang tidak dapat menerima Kristus dan
dari penduduk setempat yang tidak mau menerima ajarannya.’

1.4. Akhir Hidup Paulus


Mengenai saat akhir hidup Paulus, kita hanya dapat menduga berdasarkan surat-suratnya. Ketika
kembali ke Yerusalem pada tahun 58, Paulus ditangkap (Kis. 21:27-23:22) dan dijebloskan ke dalam
penjara sampai tahun 60 (Kis. 23:23-26). Karena diperlakukan tidak adil, Paulus naik banding kepada
kaisar sehingga harus dikirim ke Roma (Kis. 27:1-28:16). Setelah mengadakan perjalanan panjang
tahun 60-61, ia tiba di Roma dan tinggal dalam tahanan rumah (tahun 61-63). Sesudah dibebaskan
dari penjara, ia pergi ke Spanyol (bdk. Rm 15:24). Barangkali ia melewati pantai selatan Perancis.
Pada tahun 64, ia kembali dari Spanyol dan melewati Roma, yang saat itu menjadi tidak aman bagi
orang Kristen karena Kaisar Nero menuduh mereka membakar kota Roma. Paulus langsung berlayar
ke Asia Kecil, mendarat di Miletus dan mengunjungi Kolose, seperti dulu pernah direncanakannya
(Flm 22). Dari Kolose ia pergi ke Efesus lagi. Di situ ia meninggalkan Timotius pada tahun 65 (1 Tim
1:3).
Dari situ Paulus pergi ke Makedonia melewati Troas. Pada saat di Filipi, ia menulis Surat
Pertama kepada Timotius. Dari Makedonia lewat Korintus, Paulus pergi ke Kreta di mana ia
meninggalkan Titus (Tit 1:5). Lalu ia ke Nikopolis, di pantai barat Makedonia. Ia tinggal selama
musim dingin tahun 65-66. Di situ ia menulis Surat kepada Titus. Dan di situ pula Titus bergabung
dengannya (Tit 3:12).
Setelah meninggalkan Nikopolis, ia mungkin ke Utara lewat Illirikum dan Makedonia sebelum
sampai di Troas. Di situ ia ditangkap lagi (2 Tim 4:13). Mungkin karena ia dikenal sebagai pemimpin
orang-orang Kristen dan merupakan korban akhir dari penganiayaan Nero kepada orang Kristen. Dari
Troas ia dibawa ke Efesus untuk diadili (2 Tim 4:16s). Dari situ ia dikirim lagi ke Roma, lewat laut
Egea ke pantai Korintus di Kenkrea. Dari Korintus ke Putioli (2 Tim 1:17; 4:9-21).
Di Roma, Paulus menulis surat kedua kepada Timoteus. Ia dipenggal kepalanya pada masa
pemerintahan Kaisar Nero tahun 67.

Surat-Surat PAULUS| 6
BAB II. WARISAN IMAN PAULUS

Pengantar
Paulus meninggalkan warisan iman yang terungkap secara tertulis dalam surat-surat yang
dikirimkannya kepada orang-orang Kristiani pada abad pertama. Surat-surat itu diyakini sebagai kitab-
kitab terinspirasi dan menjadi bagian dari Perjanjian Baru. Mengapa Paulus menggunakan surat untuk
berkomunikasi? Bagaimana surat-surat itu harus dibaca saat ini untuk menemukan nilai imannya?
2.1. Paulus, Penulis Surat
Surat merupakan sarana komunikasi yang telah lama dipergunakan dalam sejarah manusia. Pada
zaman Perjanjian Baru surat sudah umum dipergunakan sebagai sarana komunikasi dalam dunia
Yunani-Romawi. Surat menjadi penghubung antara orang/kelompok dengan sesamanya yang tinggal
terpisah. Sarana ini biasa digunakan oleh para pejabat negara (bdk. Kis. 23:26-30; 25:26), pemimpin
agama (bdk. Kis. 9:2; 28:21), filsuf, pedagang, dan sebagainya.
Paulus menulis surat baik untuk seorang pribadi (Filemon) maupun untuk suatu kelompok
(Roma, Korintus, Galatia). Dalam surat itu, Paulus tidak hanya menyampaikan buah pemikirannya,
tetapi terutama tanggapan terhadap keadaan atau persoalan tertentu.
Menurut alamat yang dituju, ada 13 surat yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu: 9 surat kepada
jemaat (Roma, 1-2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose dan 1-2 Tesalonika) dan 4 surat kepada
pribadi (1-2 Timoteus, Titus dan Filemon).
2.2. Alasan Penulisan Surat
Sebagai pewarta Injil, Paulus tidak pernah lama tinggal di suatu tempat. Paling lama 1-2 tahun
ia berada di satu tempat tinggal. Setelah selesai mewartakan Injil di sana, barulah ia pergi ke tempat
lain. Paulus mendirikan jemaat tertentu dan sebagai Gereja muda, sering kali mereka mengalami
masalah. Untuk memelihara kesatuan dengan jemaatnya, Paulus menulis surat. Melalui suratnya,
Paulus ingin mengungkapkan keterlibatannya pada masalah yang sedang digumuli oleh jemaatnya.
Surat itu dikirim supaya dibacakan di hadapan jemaat (bdk. 1 Tes 5:25; Flm 2).
Selain itu, Paulus juga menulis surat karena ia ingin mengunjungi jemaat di tempat tertentu.
Surat Roma adalah surat yang ditulis bukan sebagai tanggapan atas persoalan yang dihadapai jemaat,
tetapi merupakan buah pikiran dan teologi Paulus. Surat tersebut mengandung uraian teologis paling
lengkap jika dibandingkan dengan surat-surat lain. Kendatipun demikian, tidak berarti bahwa surat itu
memberikan gambaran yang penuh dan menyeluruh tentang ajaran Paulus.
2.3. Struktur Surat
Sebagaimana surat-surat yang ditulis oleh orang Romawi atau Yunani pada waktu itu, surat
Paulus juga memiliki struktur yang khas. Struktur surat Paulus adalah sebagai berikut:
➢ Pembuka
Umumnya Paulus mengawali suratnya dengan menyebut pengirim dan alamat atau pribadi
yang dituju (dari A kepada B). Paulus tidak hanya menyebut dirinya sendiri sebagai penulis
surat, tetapi juga menyebut rekan-rekan kerjanya. Sesudah itu ia menyampaikan salam kepada
jemaat atau pribadi yang dituju.
➢ Ucapan syukur
Sesudah salam, Paulus menyampaikan ucapan syukur kepada Allah. Umumnya Paulus
mempunyai alasan yang berbeda mengapa ia harus mengucap syukur kepada Allah.

Surat-Surat PAULUS| 7
➢ Isi
Umumnya Paulus menyampaikan 2 hal yang menjadi isi suratnya, yaitu: pengajaran dan
petunjuk hidup praktis. Paulus menyampaikan sebuah gagasan yang penting dan berguna bagi
jemaat dan berdasarkan pengajaran itu, ia menunjukkan konsekuensi praktis. Ia menjelaskan
tentang bagaimana para anggota jemaat harus menjalani kehidupan mereka berdasarkan ajaran
yang telah mereka terima itu.
➢ Penutup
Paulus mengakhiri suratnya dengan memberikan kabar tentang rekan-rekan sekerjanya dan
memberikan salam kepada saudara-saudara yang dituju oleh surat itu serta berkat singkat untuk
mereka.
2.4. Pengelompokkan Surat
Pada umumnya surat-surat Paulus dikelompokkan sebagai berikut:
✓ Proto-Paulinum (ditulis oleh Paulus atau sekretarisnya – bdk. Rom 15:15; 16:22) yaitu: 1
Tesalonika, Galatia, Filipi, Filemon, 1 - 2 Korintus dan Roma.
✓ Deutero-Paulinum (ditulis oleh murid-muridnya berdasarkan ajaran Paulus – bdk. Rm 16:22; 1
Kor 16:21; Gal 6:11; Kol 4:18; 2 Tes 3:17) yaitu: 2 Tesalonika, Kolose dan Efesus.
✓ Post-Paulinum antara lain: 1 - 2 Timotius dan Titus.
Pendapat lain:
✓ Surat-surat yang ditulis dalam perjalanan misi II: 1 dan 2 Tesalonika, ditulis kira-kira pada tahun
50-51 M.
✓ Surat-surat yang ditulis dalam perjalanan misi III: Galatia, 1 dan 2 Korintus, Roma, ditulis kira-
kira pada tahun 52-57 M.
✓ Surat-surat yang ditulis pada waktu Paulus dipenjarakan: Kolose, Filemon, Efesus, Filipi, ditulis
kira-kira pada tahun 59-61 dan 1-2 Timotius, Titus yang ditulis kira-kira pada tahun 61-67 setelah
ia dipenjarakan di Roma.

Proto-Pauline (1 Tes, Gal, Fil, Flm, 1-2 Kor dan Rom) - yang tak diragukan berasal dari Paulus
sendiri.
Deutero-Pauline (2 Tes, Kol, Ef) - yang masih dipermasalahkan apakah asli dari Paulus atau
muridnya.
Post-Pauline (1-2 Tim, Tit) - yang pada umumnya dianggap bukan dari Paulus tapi dari murid-
muridnya. Perjalanan Paulus selalu dimulai dari Antiokhia.

Perjalanan I (thn 46-49) disusul dengan kunjungan ke Yerusalem (Konsili; Kis 15). Perjalanan II (thn
50-52), a.l. tinggal di Korintus (zaman pemerintahanGalio gubernur di Achaia, Kis 18,12) tempat ia
menulis 1 Tes (thn 51). Perjalanan III (thn 54-58), a.l. tinggal di Efesus selama 2-3 tahun, tempat ia
menulis Gal (thn 54), Fil (56-57), Flm (56-57), 1 Kor (57), ke Makedonia (2 Kor thn 57) dan ke Achaia
tiga bulan (Rom thn 58).

Surat-Surat PAULUS| 8
BAB III. TEOLOGI PAULUS

Pengantar
Paulus tidak mengungkapkan pemahamannya tentang Kristus dan iman akan Dia dalam uraian
teologis yang sistematis. Yang terungkap dalam surat-suratnya lebih merupakan ungkapan semangat
hidup yang didasari oleh keyakinan yang amat kuat. Iman akan Kristus hidup dalam dirinya dan ia
berjuang sekuat tenaga untuk meneruskan iman itu kepada orang lain.
3.1. Karakter Teologi Paulus
Pada dasarnya teologi Paulus tidak begitu mudah untuk dipahami. Hal ini didasarkan pada 2 hal
ini yaitu: karena gagasan Paulus sungguh mendalam dan sering berbelit-belit dan juga karena Paulus
sendiri tidak mau mengarang teologi. Surat-surat Paulus tidak dimaksudkan sebagai teologi, tetapi
sebagai sebuah pewartaan. Lalu, bagaimana kita dapat memahami teologi Paulus?
➢ Teologi Paulus sebenarnya merupakan teologi pastoral, yaitu suatu refleksi iman atas situasi
umat. Sebagai seorang ahli kitab dan karena pertemuannya dengan Kristus yang bangkit,
Paulus menghubungkan peristiwa-peristiwa dalam jemaat dengan sejarah keselamatan.
Karena itu, refleksi yang terdapat dalam surat-suratnya dapat disebut teologi.
➢ Teologi Paulus bersumber pada hubungan pribadi Paulus dengan Kristus, yang dimulai dengan
penampakan di Damsyik dan selanjutnya berkembang terus dalam hidup Paulus sebagai Rasul
Yesus Kristus.
➢ Pusat teologi Paulus adalah wafat dan kebangkitan Kristus, sebab Yesus yang diimani Paulus
adalah Yesus yang wafat dan bangkit.
3.2. Tema-Tema Teologi Paulus
3.2.1. Yesus Kristus adalah Tuhan (Kristologi)
Refleksi teologis Paulus atas diri Yesus sesungguhnya dipusatkan pada 2 hal ini: pandangannya
tentang Yesus sebagai Tuhan dan pandangan tentang keselamatan Allah yang berkarya dalam diri
Kristus. Keduanya ini tak dapat dipisahkan satu sama lain, sebab pusat refleksi teologinya adalah
Kristus sendiri.
✓ Kebangkitan Kristus
Sebagai orang Farisi, Paulus tidak hanya percaya pada kebangkitan badan dan kehidupan kekal,
tetapi juga menantikannya. Perjumpaan Paulus dengan Yesus yang bangkit memberikan pemahaman
baru kepadanya. Bagi Paulus, intisari iman Kristiani dapat dirumuskan bahwa Kristus adalah Tuhan
karena Allah telah membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Sebagai orang Farisi, Paulus
sangat dipengaruhi oleh keyakinan dari aliran yang diikutinya. Orang Farisi percaya bahwa kematian
akan diikuti dengan kehidupan di masa depan, yang dimulai dengan kebangkitan. Mereka percaya
pada kekekalan jiwa serta pada ganjaran dan hukuman sesudah kematian. Ganjaran berupa hidup kekal
kepada yang hidup menurut kehendak Allah, serta hukuman kepada yang mengabaikan kehendak
Allah (bdk. Dan 12:1-3).
Orang Farisi juga yakin bahwa Taurat yang mereka pegang adalah jaminan untuk memperoleh
keselamatan di akhir zaman. Artinya, karena mereka memiliki Taurat dan menaati hukum itu, mereka
pasti mendapatkan keselamatan. Paulus memahami Taurat sebagai jalan keselamatan itu dengan
sangat baik karena sejak muda ia memegang keyakinan ini, sangat bangga dan menganggap hal ini
sebagai keuntungan (Flp. 3:7).
Perjumpaannya dengan Kristus yang telah bangkit membuka pemahaman baru tentang
keselamatan. Peristiwa Damsyik menunjukkan kepadanya bahwa Yesus tidak mati, tetapi hidup. Dia
yang dianggap sebagai musuh Allah ternyata telah bangkit dari mati. Karena itu, bagi Paulus
Surat-Surat PAULUS| 9
sesungguhnya keselamatan itu sudah mulai dalam diri Yesus. Kebangkitan Yesus menandai
datangnya zaman akhir yang baru akan terjadi secara penuh pada masa yang akan datang.
✓ Solidaritas Anak Allah
Sebagai orang Farisi, Paulus yakin bahwa kebangkitan itu baru akan dialami oleh manusia pada
akhir zaman. Namun, perjumpaan dengan Kristus menyadarkan dia bahwa Yesus dari Nazaret adalah
Anak Allah. Dia memiliki ‘rupa Allah’ (Flp. 2:6-11) dan Dia adalah ‘gambar Allah’ yang tidak
kelihatan, yang sulung, yang lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam Dia telah
diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan di bumi, yang kelihatan dan tidak kelihatan (Kol.
1:15).
Kristus adalah Allah. Dia sudah ada sebelum hadir dalam dunia atau sebelum menjadi manusia
(bdk. Why 3:14; Kol. 1:15-18; Yoh. 1:1-8; Ibr. 1:1-2). Dia adalah Anak Allah yang lahir dari seorang
perempuan dan Ia datang ke dalam dunia untuk menebus dosa manusia (Gal. 4:4-5). Apa arti gelar
‘Anak Allah’? Yesus adalah pribadi yang datang dari Allah (Rm. 8:3; Gal. 4:4) untuk menyelamatkan
manusia. Manusia diperdamaikan dengan Allah oleh kematian anak-Nya (Rm. 5:20). Artinya, melalui
Dialah kasih Allah kepada manusia menjadi nyata.
Dia memang Allah, tetapi tidak mau tampil sebagai Allah dengan segala kemuliaan dan
kekuasaan-Nya. Dia melepaskan segala yang dimiliki-Nya sebagai Allah dan menjalani hidup sebagai
manusia di dunia (Rm. 15:7). Dengan menjadi manusia, Kristus menjadi sama dengan manusia lain -
Ia mengambil bagian dalam kelemahan manusia, kecuali dalam hal dosa. Dalam keadaan ini, Ia
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di salib (Flp. 2:8). Inilah ungkapan solidaritas-Nya dengan
manusia.
✓ Ditinggikan oleh Allah
Kristus telah merendahkan diri dan mati di kayu salib. Karena itu, Allah sangat meninggikan
Dia (Flp. 2:9). Hal ini sesuai cara kerja Allah yang merendahkan orang yang sombong (tinggi hati)
dan meninggikan orang yang rendah hati (Mat. 23:12; Luk. 1:52). Allah meninggikan Yesus dengan
cara membangkitkan Dia yang telah mati dengan cara yang hina dan mengangkat-Nya ke surga. Allah
memberikan kepada-Nya kedudukan sebagai Tuhan. Seluruh alam semesta ‘bertekuk lutut’ kepada-
Nya. Sehingga Yesus tidak hanya dihormati, tetapi juga disembah sebagai Tuhan oleh seluruh isi alam
semesta (Flp. 2:10). Jadi, gelar ‘TUHAN’ yang dikenakan kepada Yesus itu mengungkapkan
kemuliaan yang diperoleh-Nya lewat kebangkitan-Nya dari alam maut (1 Kor. 12:3; Flp. 2:11; 2 Kor
4:5).
3.2.2. Karya Penyelamatan Kristus (Soteriologi)
Kebangkitan Kristus menunjukkan dengan jelas kedudukan-Nya yang istimewa di hadapan
Allah. Sejak semula para pengikut Yesus telah mengakui Dia sebagai Anak Allah. Tetapi, kalau Yesus
itu Anak Allah dan pasti tidak berdosa, mengapa Ia harus mati dengan cara yang hina?
✓ Mati Demi Manusia
Yesus datang ke dalam dunia untuk melaksanakan kehendak Bapa. Kematian-Nya di kayu salib
merupakan bukti nyata dari ketaatan-Nya kepada Bapa. Dia mati karena dosa-dosa manusia (1 Kor.
15:3; Rm 5:8) dan Dia melakukan hal ini agar manusia memperoleh kebangkitan bersama Dia (1 Tes.
4:14). Dengan demikian, dalam Kristus manusia menemukan jalan menuju keselamatan Allah.
Sehingga bagi Paulus menjadi nyata bahwa hukum Taurat bukanlah jalan menuju keselamatan, tetapi
Kristus sendirilah yang menjadi jalan. Manusia diselamatkan bukan karena menaati hukum Taurat
tetapi karena percaya dan mengimani Kristus (Flp. 3:9).

Surat-Surat PAULUS| 10
✓ Makna Kematian Kristus
Kematian Kristus yang tidak mengenal dosa mendatangkan keselamatan bagi manusia. Dengan
berbagai gambaran Paulus menjelaskan apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Kristus bagi
manusia, khususnya mengenai kesediaan-Nya untuk mati bagi manusia.
a. Dari dunia pengadilan: memang setiap orang yang melakukan kejahatan dan dosa layak
mendapatkan hukuman. Semua orang, baik Yahudi maupun Yunani telah berdosa dan tidak
layak menerima keselamatan Allah. Tetapi Yesus rela menanggung hukuman mati demi orang
banyak. Karena hukuman yang dijalani oleh Kristus itu manusia dianggap benar dan layak
mendapatkan keselamatan. Paulus menggunakan ungkapan “dibenarkan” karena iman (bdk
Rm. 5:1; 2 Kor. 5:21) untuk menegaskan bahwa manusia diselamatkan bukan karena taat pada
hukum Taurat, tetapi karena percaya kepada Kristus yang telah mati sebagai tebusan bagi
semua orang. Melalui Kristus, kita dibenarkan oleh Allah.
b. Dari dunia perbudakan: di dunia Yunani kuno seorang budak mempunyai cara untuk bebas
dan menjadikan diri mereka merdeka. Ia dapat bekerja keras mengumpulkan uang untuk
ditabung di kuil dewa, lalu dengan uang itu ia bisa dibeli oleh dewa. Konsekwensinya ia tidak
lagi menjadi budak, tetapi orang merdeka dan milik dewa. Hal yang sama juga dalam dunia
Yahudi kuno, kalau ada yang jatuh miskin dan terpaksa menjual diri menjadi budak, maka
saudaranya berkewajiban membeli kembali orang tersebut (Im 25:47-49). Ia juga dapat
membeli dirinya sendiri jika ia mempunyai banyak uang. Membeli kembali berarti ‘menebus’
dan orang yang melakukannya disebut penebus. Paulus menggunakan gambaran kehidupan
perbudakan ini untuk menjelaskan karya penyelamatan Kristus. Manusia yang menjadi budak
dosa, dibeli oleh Allah bukan dengan uang tetapi dengan darah Kristus (1 Kor. 6:20; 7:23).
Manusia begitu berharga sehingga tidak dibayar dengan uang, tetapi ditebus oleh Anak Allah
sendiri. Jadi, berkat kematian Kristus, manusia bukan lagi menjadi budak dosa, tetapi menjadi
milik Allah (1 Kor. 7:22-23).
c. Dari ibadat kurban di Bait Allah: dalam dunia keagamaan Yahudi ada keyakinan bahwa Allah
berkenan mengampuni dosa manusia ketika ia mempersembahkan kurban penghapus dosa.
Kurban ini dipersembahkan untuk membersihkan dosa dan memperbaiki hubungan dengan
Allah (Im 16) sekaligus menjadi ungkapan kesedihan atas dosa dan keinginan berdamai
kembali dengan Allah. Paulus menjelaskan bahwa Kristus adalah korban. Dia memberikan
diri-Nya sebagai kurban yang menghapus dosa agar manusia diperdamaikan dengan Allah.
✓ Mati dan Bangkit Bersama Kristus
Apa dampak dari kebangkitan Kristus bagi keselamatan manusia? Paulus menegaskan bahwa
Allah yang membangkitkan Yesus akan membangkitkan kita juga (1 Kor. 6:14). Kristus telah menjadi
senasib dengan manusia lalu ditinggikan oleh Allah dan dalam diri Kristus itulah manusia menemukan
jalan untuk sampai kepada Allah. Untuk menegaskan bahwa semua orang yang percaya akan bangkit,
Paulus menyatakan, jika tidak ada kebangkitan badan, Kristus tidak bangkit. Jika Kristus tidak
bangkit, sia-sialah iman kita (1 Kor. 15:15). Paulus sendiri sudah berjumpa dengan Kristus yang dulu
mati lalu hidup kembali, sehingga bagi dia nyatalah bahwa Kristus telah bangkit dari kematian.
Demikian juga manusia harus mati terlebih dahulu dan selanjutnya Allah akan memberikan kepadanya
tubuh surgawi atau tubuh rohani yang tidak akan binasa.
3.2.3. Hidup sebagai Orang Beriman (Eklesiologi)
Memang kekuatan yang menyelamatkan itu datang dari salib dan kebangkitan Kristus. Akan
tetapi, hal ini tidak begitu saja membawa hasil tanpa partisipasi atau keterlibatan manusia. Manusia
diselamatkan jika memiliki iman yang teguh akan Allah yang dalam diri Kristus telah menyelamatkan
Surat-Surat PAULUS| 11
manusia. Artinya, karya penyelamatan Allah itu semata-mata untuk kepentingan manusia dan
berdayaguna bila manusia membuka hati pada karya belas kasih Allah.
Pertanyaannya, apakah yang dimaksudkan dengan iman? Iman berarti menerima sesuatu
sebagai yang benar. Pemahaman ini mengandung 2 unsur yaitu apa yang diimani (yang diterima
sebagai kebenaran) dan sikap mengungkapkan bahwa ia menerima kebenaran itu. Dengan begitu,
pertama-tama kita mendengarkan sesuatu, mendapatkan pengetahuan tentang hal itu lalu
menerimanya sebagai keyakinan dan selanjutnya menyesuaikan hidup kita dengan kebenaran yang
telah diterima tersebut. Menurut Paulus, iman timbul dari pendengaran (Rm. 10:17). Artinya, sebelum
beriman, seseorang harus mendengar dan memahami kabar keselamatan yang diwartakan, lalu
mengambil keputusan untuk menerima atau menolaknya dan kemudian menyesuaikan hidupnya
sesuai dengan kehendak Allah (bdk. 2 Kor. 5:9-10).
Paulus menegaskan bahwa keselamatan diberikan secara cuma-cuma oleh Allah melalui Yesus.
Akan tetapi, orang dapat mengambil sikap yang keliru. Nyatanya manusia berdosa dan tidak dapat
menyelamatkan dirinya sendiri; sehingga ada yang beranggapan bahwa orang boleh berbuat dosa
sesuka hatinya karena percaya bahwa untuk mendapatkan keselamatan itu orang tidak perlu bersusah
payah. Paulus tidak setuju dengan pandangan ini, karena baginya manusia tidak boleh merasa bebas
untuk berbuat dosa hanya karena memiliki pandangan bahwa Yesus mati untuk keselamatan manusia.
Selain itu, Paulus mengingatkan jemaat di Roma bahwa sebelum menjadi percaya, mereka
adalah budak dosa (Rm 6:16-17). Karena itu, tidak dapat dibenarkan bila orang beriman membiarkan
dosa mengusai tubuhnya dan menggunakannya sebagai senjata kelaliman. Sebaliknya, orang beriman
diingatkan agar menyerahkan anggota-anggota tubuhnya kepada Allah untuk dipergunakan sebagai
senjata kebenaran (Rm 6:12-13). Orang beriman juga perlu menyadari bahwa tubuhnya adalah bait
Roh Kudus yang tinggal dalam diri mereka dan bahwa tubuh mereka bukanlah milik mereka sendiri,
sehingga mereka wajib memuliakan Allah dengan tubuhnya (1 Kor 6:19-20).
Jemaat beriman yang diharapkan oleh Paulus adalah jemaat yang hidup oleh Roh. Dalam diri
manusia terjadi peperangan antara daging (yang membawa orang kepada dosa) dan Roh (yang
membawa manusia kepada Allah). Paulus mengingatkan jemaat supaya hidup oleh Roh (Gal 5:16-25);
semua yang dipimpin Roh Allah adalah anak Allah dan milik Kristus (Rm 8:14). Orang yang hidup
oleh Roh, pasti akan dipimpin oleh Roh dan akan menghasilkan buah-buah Roh yaitu kebajikan hidup
(Gal 5:16-26). Kekuatan Roh membuat orang sanggup mengasihi serta mengalami sukacita dan damai
sejahtera. Jika orang sudah mengasihi, ia sudah memenuhi hukum Taurat (Rm 13:8-10; Yak 2:8).
Kasih adalah karunia tertinggi yang dianugerahkan oleh Roh Kudus (1 Kor 13). Berkat kasih Allah
yang dicurahkan oleh Roh Kudus, manusia mampu mengasihi Allah dan sesama.
Jemaat beriman adalah juga jemaat yang hidup di dunia, tetapi matanya tertuju ke surga.
Orang yang percaya kepada Kristus mempunyai harapan akan kehidupan abadi. Ia menerima
kebenaran bahwa semua orang yang mati bersama Kristus, dibangkitkan dan hidup abadi bersama Dia.
Hal ini membawa orang pada kehidupan yang penuh pengharapan. Namun, dalam perjalanan hidupnya
manusia menghadapi berbagai tantangan bahkan oleh karena tidak dapat bertahan dalam penderitaan,
manusia meragukan iman akan kehidupan surgawi.
Paulus mengingatkan bahwa ‘yang sekarang menderita demi Kristus akan mendapat ganjaran
kemuliaan di akhir zaman’ (1 Tes 1:6). Orang beriman telah percaya kepada Kristus yang telah
dibangkitkan dari antara orang mati dan yang menyelamatkan manusia hukuman Allah atas dosa
mereka. Mereka harus yakin bahwa orang yang telah meninggal dalam Kristus akan dikumpulkan
Allah bersama dengan Dia (1 Tes 4:14). Paulus sendiri mengalami banyak penderitaan dan
menanggung semuanya. Ia yakin bahwa penderitaan yang dialaminya itu menghantar dia pada
Surat-Surat PAULUS| 12
kemualiaan abadi, yang melebihi segala sesuatu (2 Kor 4:17). Kemuliaan surgawi mengatasi semua
penderitaan yang dialaminya dan bila dibandingkan dengan kemuliaan itu, penderitaannya di dunia
ini hanyalah perkara ringan (Rm 8:18).
Paulus tidak pernah kuatir dengan kematian, karena baginya kematian adalah jalan menuju
Kristus, yang dirindukan, diabdi dan dikasihinya. Baginya, ‘hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan’ (Flp 1:21). Ia tidak melihat kematian sebagai kenyataan yang menakutkan, tetapi sebagai
suatu keuntungan karena kematian akan membawnya kepada persatuan dengan Kristus. Persatuan
dengan Kristus yang telah diperoleh selama hidup dalam iman di dunia ini tidak akan rusak ketika
mereka menyeberangi kematian, tetapi justru diteguhkan.
Berkaitan dengan Gereja sebagai persekutuan atau komunitas, Paulus memikirkan Gereja yang
hidup di tengah-tengah masyarakat, yang melanjutkan tradisi dan cita-cita kesucian Israel. Gereja
dilihat menurut contoh sinagoga; umat kepunyaan sendiri yang rajin berbuat baik, jemaat dari Allah
yang hidup. Karena itu, Gereja menjadi jaminan kebenaran - tiang penopang dan dasar kebenaran.
Selain itu, Paulus juga menekankan tradisi. Baginya Injil bukan hanya diwartakan, tetapi diteruskan;
kebenaran Injil tidak hanya diajarkan, tetapi dipelihara dan dijaga supaya orang tidak menyimpang.
Bagi Paulus, Gereja adalah persekutuan umat Allah yang telah ditebus atau didamaikan dengan Allah,
mereka telah menjadi Israel yang sejati.
Paulus juga menganalogikan Gereja dengan tubuh. “Karena sama seperti tubuh itu satu dan
anggota-anggotanya banyak, dan semua anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh,
‘demikian pula Kristus.” Melalui kesimpulan ini, Paulus mau menetapkan identitas semua anggota
Gereja bahwa antara Kristus dan Gereja ada kesatuan yang mendasar.
Bagaimana mewujudkan kesatuan dalam satu tubuh Kristus? Jalannya adalah bertobat dan
dibaptis dalam nama Yesus. Melalui baptisan, orang kristiani disatukan dengan Kristus. Di dalam
Kristus kita semua diikat di dalam satu tubuh, meski mereka berasal dari latar belakang etnis dan sosial
yang berbeda-beda. Kesatuan itu dirumuskan secara gamblang oleh Paulus. “Tidak ada orang Yahudi
atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena
kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal 3,28). Meski semua diikat dalam satu Tubuh
Kristus, namun tetap mempunyai peran yang berbeda-beda. Ada yang berperan sebagai rasul, nabi,
dan pengajar. Ketiga peran itu perlu dilihat sebagai wakil dari berbagai peranan di dalam Gereja, bukan
sebuah daftar yang lengkap. Juga tidak boleh dilihat sebagai hierarki otoritas, seolah-olah peran Rasul
lebih unggul daripada yang lain. Peran itu berbeda-beda satu sama lain, tidak ada yang lebih unggul
daripada yang lain.
Singkatnya, dapat dikatakan bahwa eklesiologi Paulus dirumuskan dengan istilah Tubuh
Kristus. Ini terungkap dalam kata-kata Paulus sendiri: “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita
mempunyai banyak anggota, demikian juga kita adalah satu tubuh di dalam Kristus” (Rm 12,4-5).
Paulus menggunakan metafor tubuh untuk membicarakan kesatuan para anggota, dan kesatuan tubuh
ini jelas diakarkan dalam Kristus. Kesatuan yang berakar dengan Kristus ini dilihat amat konkret
dalam Ekaristi, “Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan Tubuh Kristus?
Kita adalah satu tubuh karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1 Kor 10,16-
17). Jadi kesatuan dengan Kristus dalam Ekaristi berarti juga kesatuan antar jemaat. Dalam komunio
Ekaristis kita membentuk juga komunio eklesiologis.
Dengan menyebut Gereja sebagai Tubuh Kristus memberikan arti baru bagi Gereja yakni
sebagai tempat kehadiran Kristus di dunia. Ada kesatuan antara Kristus sebagai Kepala Tubuh dan
jemaatnya, “Kristus ialah Kepala Tubuh, yaitu jemaat (kol,1,18). Dengan hubungan kepala-tubuh
ditunjukkan kesatuan Kristus dengan Gereja dalam karya keselamatan. Kristus sebagai Kepala artinya
Surat-Surat PAULUS| 13
dipandang sebagai sumber kehidupan yang memberikan pertumbuhan bagi Gereja. Namun Paulus
tidak melihat Gereja dari arti sturktur dan organisasinya. Gereja selalu dimengrti dalam rencana dan
sejarah keselamtan Allah yang dilaksanakan dalam diri Kristus. Jadi, segala perhatian dipusatkan pada
Kristus dan kesatuan denganNya.
3.2.4. Akhir Zaman (Eskalotogi)
Orang beriman percaya bahwa pada akhir zaman Kristus akan datang kembali sebagai Tuhan
yang mulia dan menantikan kedatangan-Nya (1 Tes 1:9-10). Kedatangan Tuhan menjadi saat yang
menggembirakan bagi orang beriman, serta saat yang menyedihkan bagi yang menolak Tuhan. Tema
tentang kedatangan Yesus pada akhir zaman merupakan tema yang amat penting saat para rasul mulai
mewartakan kabar keselamatan. Setelah Yesus naik ke surga, 2 malaikat memberitahu para pengikut
Yesus bahwa Dia yang diangkat ke surga meninggalkan mereka itu akan datang kembali dengan cara
yang sama seperti waktu naik ke surga (Kis 1:10-11).
Pada mulanya, Paulus yakin bahwa kedatangan Tuhan (Parousia) tidak lama lagi akan terjadi
(bdk. 1 Tes 1:9-10; 2;19: 3:13), bahkan ia sendiri akan mengalaminya secara pribadi (1 Tes 4:15,17;
2:10). Ia menggolongkan diri dengan mereka yang masih hidup pada waktu Tuhan datang, walaupun
tidak mengetahui kapan hal itu akan terjadi. Tetapi, dalam surat-surat yang ditulisnya belakangan,
tampak Paulus sudah tidak yakin lagi bahwa ia tidak akan mati sebelum Kristus datang (2 Kor 4:12; 2
Kor 5:1,8 Flp. 1:21,23). Bagaimanapun, bagi Paulus Parousia bukan sesuatu yang semata-mata akan
terjadi pada akhir zaman, melainkan sudah mulai pengaruhnya (1 Tes 4:13; 5:23). Sebab, Parousia
sangat erat berhubungan dengan kebangkitan Kristus (1 Kor 15:23).
Apa yang dilakukan oleh Yesus bila Ia datang nanti? Ia akan bertindak sebagai hakim yang
mengadili semua manusa (2 Kor 5:10). Dalam pengadilan itu Kristus akan membalas setiap orang
menurut perbuatannya (Rom 2:6). Mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan dan
kehormatan, serta ketidakbinasaan akan mendapatkan kehidupan kekal; sedangkan yang mencari
kepentingan sendiri dan taat kepada kelaliman akan ditimpa murka dan kegeraman (Rom 2:7-8). Yang
berbuat jahat akan ditimpa penderitaan dan kesengsaraan sedangkan yang berbuat baik akan
memperoleh kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera (Rom 2:9-10).
Paulus memahami bahwa perbuatan seseorang menunjukkan bagaimana ia berelasi dengan
Kristus. Jemaat Kristiani tidak akan dikecualikan dari penghakiman Kristus. Dalam penghakiman itu,
Ia akan menunjukkan perbuatan yang mereka lakukan sebagai bukti apakah mereka berada dalam
relasi dengan Kristus atau tidak, apakah mereka sungguh mewujudkan imannya atau tidak (2 Kor
5:10). Keputusan akhir dari pengadilan itu diungkapkan juga melalui istilah-istilah yang
menggambarkan hubungan setiap orang dengan Kristus.
Penjelasan tentang Parousia tidak dimaksudkan oleh Paulus untuk memberikan gambaran
tentang apa yang akan terjadi pada akhir zaman. Baginya, keyakinan akan kedatangan Tuhan bukanlah
ramalan tentang kapan peristiwa itu akan terjadi, melainkan konsekuensi dari pemahaman Injil.
Karena itu, Paulus tidak membuat perhitungan untuk kemudian mengambil kesimpulan tentang waktu
akan terjadinya peristiwa itu, tetapi menunjukkan bagaimana seharusnya sikap orang beriman dalam
menyambut Tuhan yang akan datang. Pengharapan akan kedatangan Tuhan pada akhir zaman ini
seharusnya mendasari sikap dan prilaku orang beriman dalam kehidupan yang dijalaninya.
Paulus menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang mengetahui saat kedatangan Tuhan
karena hari Tuhan datang seperti pencuri pada waktu malam dan ia datang pada saat yang sama sekali
tidak terduga. Ini tidak berarti bahwa jemaat hanya diam menunggu karena merasa tidak ada gunanya
melakukan sesuatu kalau sebentar lagi mereka akan “dibawa ke sorga”. Tidak dapat dibenarkan bila

Surat-Surat PAULUS| 14
orang beriman tidak mau melaksanakan kewajiban hidup mereka dengan alasan bahwa Tuhan aan
segera datang (1 Tes 4:11; 5:14; 2 Tes 3:6.10-12).
Justru karena tidak diketahui kapan Tuhan akan datang, maka manusia harus selalu siap siaga
untuk menyambut kedatangan-Nya tanpa meninggalkan kewajiban hidup mereka. Bagaimana
caranya? Harus tetap menjalani kehidupan sesuai kehendak Kristus (1 Tes 5:6).
3.2.1.4. Etika Kristiani
A. Beberapa perikop tentang hidup moral
• 1 Kor 7:31, jangan hidup oleh pengaruh duniawi.
• Rm 12:2, janganlah seperti dunia ini, tahu bedakan mana kehendak Allah.
• Rm 13:11-14, mencari kehendak Allah, bangun dari tidur, tanggalkan perbuatan gelap, pesta
pora dan kemabukan, pencabulan, hawa napsu, persilisihan dan iri hati. Kenakan Tuhan Yesus
Kristus sebagai perlengkapan senjata terang dan janganlah merawat tubuhmu untuk
memuaskan keinginannya.
• Flp 2:14-16, jangan bersungut-sungut, hiduplah sebagai Anak-Anak Allah dengan berpegang
pada firman kehidupan.
• 1 Tes 4:3, jauhi pencabulan.
• 1 Kor 5:7, buanglah ragi yg lama, jadilah adonan baru dalam Kristus.
• Ef 5:2, hiduplah dalam kasih seperti Yesus sendiri yang telah menyerahkan diri sebagai
persembahan yang harum bagi Allah.
B. Ajaran moral Paulus
a. Ketegangan antara sudah dan belum, ajaran moral Paulus, hanya dapat dimengerti dalam
ketegangan antara sudah dan belum. Artinya, di satu pihak harus dikatakan bahwa kita sudah
ditebus dan dipersatukan dengan Kristus. Tetapi di lain pihak kita diselamatkan dalam
pengharapan, artinya belum direalisasikan, masih dalam pengharapan (Rom 8:24), sudah
ditebus tetapi belum selesai artinya masih harus selalu berjuang untuk menguduskan diri.
b. Kebaruan hidup, harus nampak dalam pembaharuan tingkah laku, Rom 13:11-14; Flp 2:14-
16; Ef 4:30.
c. Motivasi kristologis, artinya hidup dalam Kristus, kebaikan hidup dinyatakan dan
diungkapkan dalam kesatuan dengan Kristus. Bersatu dengan Kristus berarti mengenakan
manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar khaliknya (Kol 3:10). Seluruh kelakuan kristiani dihubungkan dengan
Kristus. Tetapi moral Paulus tidak berarti meniru Kristus, Kristus bukan sebagai contoh yang
harus ditiru, melainkan sebagai dasar dan sumber. Integrasi ke dalam hidup Kristus terjadi
melalui permandian.
d. Manusia baru, hidup yang dipersatukan dengan Kristus, gambaran Allah, harus berkembang
dalam pengetahuan dan kasih kepada penciptaanya. Dengan indahnya Paulus melukiskan
seorang Kristen ideal sebagai seseorang yang sangat lembut, simpatik, selalu rendah hati,
ramah, lekas merasakan beban orang lain dan suka memaafkan kesalahan sesama. Kesediaan
untuk memaafkan ini diilhami oleh keinginan untuk lebih berkembang menyerupai Kristus.
Apa yang membuat seorang Kristen sempurna adalah kebajikan yang mempersatukan semua
sifat baik itu, yang membuatnya menjadi suatu simpul tali atau rangkaian buket bunga yang
indah, yaitu keutamaan kasih. Kalimat ini dapat dipahami bahwa kasih itu adalah ikatan
sempurna antara orang Kristen dengan yang lain.
e. Tekun dalam doa, kepada jemaat di Kolose, Paulus mengajak agar tekun dalam doa yang
bersemangat, karena mereka harus menantikan kedatangan Tuhan. Ia menyinggung
Surat-Surat PAULUS| 15
kerasulannya diantara mereka, sehinggah Allah memungkinkan ia mewartakan rahasia Kristus
(demi Dialah ia dipenjara) dengan cara yang sesuai dengan Injil dan selaras dengan
panggilannya.
f. Memberikan contoh yang baik, meskipun kewajiban untuk mewartakan Injil adalah sesuatu
yang berkaitan dengan pelayanan Kristus, namun tak seorang Kristen pun dikecualikan dari
kewajiban untuk memberikan contoh baik kepada mereka yang ada di luar Gereja. Mereka
harus memanfaatkan sebaik-baiknya waktu antara kedatangan Kristus yang pertama dan yang
kedua. Kata-kata mereka hendaknya ramah, tepat pada waktunya.
g. Hidup kudus, soal hidup kudus Paulus mengatakan bahwa tak ada hal yang lebih memisahkan
dunia Yahudi dengan dunia kafir selain dari pada sikap terhadap kekudusan. Hidup kudus
yangdimaksudkan di sini adalah menghindari pencabulan. Bagi orang kristen melanggar
masalah ini bukan hanya melakukan kejahatan, melainkan juga melawan kehendak Allah
dalam memberikan Roh Kudus, sebagai prinsip kekudusan dalam jiwa.
C. Beberapa pegangan penting
a. Hubungan antara identitas dengan sikap hidup
Orang Kristen adalah warga negara surga (Flp 3:20) dan karena itu mereka adalah orang asing
di dunia ini. Kewarganegaraan itu menuntut tiap orang untuk hidup “berpadanan dengan Injil
Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar
bahwa kamu teguh berdiri dalam satu Roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul
dari Injil, tanpa digentarkan sedikit pun oleh lawanmu.” Paulus mendorong jemaat untuk
memfokuskan perhatian pada satu tuntutan yang sangat signifikan dari hidup kekristenan, yakni
hidup sepadan dengan Injil. Hidup sepadan dengan injil itu dijelaskan dan dikembangkan oleh
Paulus dalam empat hal pokok. Pertama, ia menyerukan agar jemaatnya bersatu (Flp 1:27-30).
Kedua, kesatuan itu hanya mungkin tercapai melalui sikap rendah hati (Flp 2:1-4). Ketiga,
kerendahan hati itu dapat diteladani dari kerendahan hati Kristus sendiri (Flp 2:5-11). Keempat,
kesetiaan kepada Allah dan kehendak-Nya membuat jemaat bercahaya seperti bintang di alam
semesta (Flp 2:12-18).
b. Pola hidup kristiani
Paulus menawarkan dirinya dan orang lain yang seperti dirinya sebagai model bagaimana harus
bertingkah laku. “Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup
sama seperti kami yang menjadi teladanmu” (Flp 3:17). Menjadikan diri sebagai model tidak
dimaksudkan untuk menyombongkan diri, tetapi untuk memberikan peringatan keras bagi para
muridnya untuk belajar melalui pengamatan, imitasi, dan berinteraksi seperti yang telah
ditampilkan oleh guru mereka.
c. Bersukacita,
Paulus bersukacita dalam banyak hal, dalam doa, dalam buah pekerjaan, dalam pengetahuan
tentang pemberitaan Injil, dalam penderitaan. Karena itu ia menasehati umatnya untuk
bersukacita dalam Tuhan, dalam iman, dalam persekutuan, dalam pengadilan dan penderitaan
sekalipun. Sikap hidup Paulus ini memberikan pelajaran bagaimana Paulus bertahan dan
bahkan tetap bergembira ketika menghadapi berbagai beban hidup. Ia dipenjara dan dibebani
oleh berbagai masalah, namun ia tetap bersukacita. Suka cita itu didasarkan pada keyakinan
imannya. Ia menyakini bahwa penderitaan itu bukanlah suatu kemalangan, tetapi suatu rahmat
untuk mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus. “Kepada kamu dikaruniakan bukan saja
untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita bagi Dia” (Flp 1:29).

Surat-Surat PAULUS| 16
d. Sikap dasar hidup seorang kristiani harus berpangkal pada sikap hidup Yesus sendiri.
Kerendahan hati, ketaatan, penyangkalan diri merupakan ciri khas utama hidup Yesus. Ketiga
ciri khas ini ditampilkan supaya diikuti oleh setiap orang beriman. Setiap orang beriman perlu
mengikuti teladan kerendahan hati, ketaatan, dan penyangkalan diri Kristus dalam praksis
hidup harian. Teladan hidup Kristus itu hanya dapat dihayati bila manusia menanggalkan
ambisi dan keinginan untuk menjadi yang paling utama. Manusia dapat menanggalkan egoisme
dan kesombongan mengikuti dua tuntunan praktis berikut. Pertama, harus melihat yang lain
lebih baik daripada diri sendiri. Kedua, lebih mempedulikan orang lain daripada diri sendiri.
Harus membiasakan diri berpikir dan berbicara demi kepentingan orang lain, tidak hanya
kepentingan pribadi.

3.2.2. Tema Teologis Surat Pastoral


Surat-surat Pastoral mewariskan suatu kekayaan teologis bagi kita. Ada tiga tema penting di
dalamnya.
• Pertama, Allah dan ciptaan. Allah dipandang sebagai yang Esa (1 Tim 2:5) dan disapa
sebagai Bapa (1Tim 1:2; 2 Tim 1:2; Tit 1:4). Ia telah menciptakan segala sesuatu baik adanya
(1Tim 4:3-4; Tit 1:15). Maka, orang kristiani tidak boleh merendahkan ciptaan atau
menganggap sesuatu yang bersifat material itu jahat. Kita tidak boleh memandang dunia
sebagai penjara dan tidak boleh mengasingkan diri dari dunia. Dengan gagasan ini penulis
berupaya untuk melawan sikap dan tindakan yang melarang makan makanan tertentu dan
melarang perkawinan (1Tim 4:3). Perkawinan dan mempunyai anak dianggap sebagai sesuatu
yang positif (1Tim 3:2-5; 5:10, 14; Tit 2:4).
Allah yang telah menciptakan segala sesuatu baik adanya terus berkarya dalam dan melalui
dunia ciptaan-Nya. Allah tidak menarik diri dari dunia ciptaan-Nya. Allah terus-menerus
“memberi hidup kepada segala sesuatu” (1Tim 6:13); memberikan segala sesuatu untuk kita
nikmati (1 Tim 6:17). Di sini kita melihat bahwa suatu pandangan yang simpatik terhadap
dunia walaupun diakui juga dalam ada kejahatan di dunia ini (1 Tim 1:9-10; 2 Tim 3:13).
Dengan pandangan yang simpatik ini kita diundang untuk memberi kesaksian bagi dunia
dengan menghargai semua ciptaan (Tit 3:2) dan berdoa untuk kebaikan semua orang di dunia
ini.
• Kedua, Kristologi. Surat-surat pastoral menampilkan peran Yesus sebagai pengantara yang
unik antara Allah dengan manusia (1 Tim 2:5). Melalui ketaatan dan kematian di kayu salib,
Yesus menjadi pengantara untuk mendamaikan manusia dengan Allah. Yesus yang tersalib itu
dimuliakan oleh Allah dengan membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Yesus yang
bangkit itu menerima gelar Tuhan (1 Tim 1:1, 12; 6:3, 14; 2 Tim 1:2, 18; 4:8), Penyelamat (2
Tim 1:10; Tit 1:4; 2:13; 3:6), dan hakim akhir zaman (2 Tim 4:1, 8) yang akan mengadili orang
yang hidup dan orang yang mati (1 Tim 1:18; 4:1, 8).
• Ketiga, Soteriologi. Surat-surat Pastoral berbicara tentang Yesus Kristus sebagai orang yang
“yang menyelamatkan kita” (2 Tim 1:9-10). Yesus Kristus menyelamatkan kita dengan
mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa. Penyelamatan itu
tidak hanya untuk orang-orang Israel yang dianggap sebagai umat Allah tetapi juga orang-
orang yang memanggil nama Tuhan, yang mendengarkan dan menerima pesan injil dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang jahat (2 Tim. 4:17; Rom. 15:14-21).

Surat-Surat PAULUS| 17
BAGIAN KEDUA

PENDALAMAN ATAS SURAT-SURAT PAULUS

BAB I. PROTO-PAULINE
1.1. 1 TESALONIKA
Di antara surat-surat Paulus, 1 Tesalonika adalah surat yang paling tua - yang ditulis menjelang
akhir tahun 52. Hampir semua ekseget setuju bahwa surat ini merupakan dokumen yang paling tua di
antara semua tulisan Perjanjian Baru.
1.1.1. Latar Belakang
Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai untuk menyebut surat ini, merupakan
ibukota dari Makedonia, sebuah provinsi di kekaisaran Romawi. Kota ini terletak sekitar 160 km di
sebelah Barat Daya Filipi. Kota ini didirikan oleh raja Kasander pada tahun 315 SM. Nama
‘Tesalonika’ diambil dari nama istrinya yaitu ‘Tesalonike’, saudari tiri dari Aleksander Agung.
Paulus mendirikan jemaat di Tesalonika setelah ia meninggalkan Filipi (pada perjalanan misi
kedua). Beberapa lama kemudian, orang-orang Yahudi iri hati kepada Paulus dan mulai menentang
usahanya untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang bukan Yahudi. Mereka marah
karena orang-orang bukan Yahudi telah menunjukkan minat terhadap agama Yahudi (Kis 17:1-9).
Oleh sebab itu, Paulus dengan terpaksa meninggalkan Tesalonika, lalu dia pergi ke Berea (Kis 17:10-
13).
Selanjutnya Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timoteus bergabung dengannya.
Paulus mengutus Timoteus kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang masih
muda itu (1 Tes 3:1-5), sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah menyelesaikan
tugasnya, Timoteus pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus mengenai Gereja di Tesalonika
(1 Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timoteus, Paulus menulis surat ini (mungkin 3-6 bulan
setelah Gereja itu dimulai).
Ada 3 hal pokok yang disampaikan oleh Timoteus yang kemudian ditanggapi Paulus dalam
suratnya, antara lain:
a. Jemaat menunjukkan kualitas iman yang unggul. Mereka tetap teguh dalam iman walaupun
harus menghadapi berbagai ancaman dan penganiayaan.
b. Ada isu atau fitnah yang didengar oleh jemaat bahwa Paulus dan teman-temannya hidup dari
derma dan sumbangan jemaat, seperti para filsuf dan tukang sihir.
c. Ada berbagai salah paham yang berkembang dalam jemaat berkaitan dengan pokok-pokok
iman Kristiani, misalnya tentang nasib orang yang mati sebelum Tuhan datang dan tentang
saat kedatangan Tuhan.
1.1.2. Struktur Surat
Struktur surat kepada jemaat di Tesalonika adalah sebagai berikut:
▪ Pembuka (1:1-10)
▪ Hubungan Paulus dengan jemaat (2:1-3:13)
✓ Pemberitaan Injil di Tesalonika (2:1-16)
✓ Kerinduan Paulus pada jemaat (2:17-3:13)

Surat-Surat PAULUS| 18
▪ Berbagai nasihat (4:1-5:22)
✓ Kekudusan hidup (4:1-12)
✓ Kedatangan Tuhan (4:13-5:11)
✓ Kehidupan jemaat (5:12-22)
▪ Penutup (5:23-28)
1.1.3. Pesan Teologis
Kedatangan Yesus Kristus ke dunia adalah fokus utama Paulus dalam suratnya ke jemaat di
Tesalonika. Hal ini tidak mengherankan, jika kita ingat sebab-sebabnya Paulus menulis surat ini.
Kesukaran atau kesulitan yang dialami di dunia ini mengantar pikiran orang saleh kepada saat yang
berbahagia. Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya dalam segala keagungan dan kekuasaan-Nya.
Apalagi Paulus merasa dirinya wajib memperbaiki anggapan-anggapan yang salah tentang zaman
akhir pada saat itu.
Namun, ini bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu eskatologi yang
lengkap dan teratur. Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat sejarah dan tidak juga mengembangkan
pikiran manusia tentang keadaan alam semesta. Dia malah menjelaskan tentang penyataan Allah
sendiri, yang diakui secara sah oleh iman dan yang sangat besar artinya bagi jemaat Kristus.
Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan jemaat Kristen
akan penggenapan segala janji Tuhan, tidak boleh dipandang sebagai ramalan saja. Maksud Paulus
tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada jemaat kepastian dan kesempurnaan keselamatan yang
sudah disediakan baginya. Kepercayaan kepada hari Tuhan itu seharusnya merupakan sumber
penghiburan, kekuatan, kegembiraan dan ketabahan hati bagi jemaat dalam sengsaranya. Pengharapan
akan parousia segera memenuhi batin orang Kristen dengan terang dan pengharapan, yang tidak
diberikan oleh dunia ini, dan akan memberikan kekuatan kepada segenap kehidupan jemaat selama
masih berjuang di bumi.
Maksud utama Paulus menulis surat ini adalah untuk menguatkan dan meyakinkan kembali umat
Kristen di sana. Paulus menasihatkan agar jemaat tetap terus bekerja dalam pengharapan mereka,
menantikan kedatangan parousia. Jemaat Tesalonika hampir seluruhnya terdiri dari orang-orang
Kristen kafir, yang agaknya cenderung kembali menyembah berhala mereka (1:9). Namun, Kisah
Rasul melaporkan bahwa selama Paulus memberitakan Injil di sana, terdapat pula orang-orang Yahudi
yang menjadi Kristen (Kis. 17:4), yang kemudian menjadi anggota jemaat.
Paulus prihatin karena jemaat belum dewasa. Ia hanya tinggal bersama jemaat di sana beberapa
minggu sebelum berangkat ke Atena. Dalam keprihatinannya, ia mengirim Timotius untuk
mengunjungi Tesalonika dan kembali dengan membawa laporan tentang keadaan jemaat. Sekalipun
secara keseluruhan berita tentang keadaan jemaat menggembirakan, namun agaknya ada
kesalahmengertian terhadap ajaran Paulus mengenai kekristenan. Paulus menggunakan sebagian surat
ini untuk meluruskan kesalah-mengertian tersebut dan menasihatkan jemaat Tesalonika untuk
menguduskan hidup mereka, serta mengingatkan bahwa pengudusan jemaat adalah kehendak Allah
demi kehidupan mereka.
Persoalan utama yang dihadapi jemaat antara lain adalah kesalahmengertian mengenai parousia.
Rupanya Paulus telah mengajarkan hal ini, namun mereka salah mengerti, sehingga menimbulkan
masalah dalam jemaat. Sebagian anggota jemaat mengira bahwa parousia akan segera terjadi,
sehingga mereka berhenti bekerja dan dari sehari ke sehari hanya menantikan kedatangan Tuhan
kembali. Karena mereka tidak lagi mencari nafkah, maka anggota jemaat yang lain harus
mencukupkan kebutuhan mereka. Mereka hanya menjadi benalu bagi anggota jemaat yang lain. Di
samping itu, terjadi pula ketegangan antara anggota jemaat dan para pemimpinnya. Untuk meredam
Surat-Surat PAULUS| 19
ketegangan ini perlu adanya nasihat, bahwa Roh Kudus bekerja di antara mereka, dan kebenaran Allah
sebagaimana dikatakan dalam Kitab Suci itulah yang harus dinyatakan.
Surat ini terbagi dalam dua bagian besar. Dalam tiga pasal pertama, Paulus mengungkapkan
isi hatinya kepada jemaat mengenai hubungannya dengan mereka. Ia khawatir terjadi kesalahpahaman,
seakan-akan dengan kepergiannya dari Tesalonika ia membiarkan jemaat mengalami penganiayaan.
Karena itu, ia mengingatkan jemaat bahwa ia sendiri sedang mengalami keadaan sulit karena dikejar-
kejar di Filipi; sekalipun demikian, hatinya tetap penuh keprihatinan atas keadaan jemaat Tesalonika.
Karena itu Paulus berkata: “Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan
menyebut kamu dalam doa kami. Sebab kami selalu mengingat pekerjaan imanmu, usaha kasihmu
dan ketekunan pengharapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa
kita” (1Tes. 1:2-3).
Paulus menyebut tiga hal penting yang menandai kehidupan jemaat Tesalonika, yaitu: pekerjaan
iman, usaha kasih dan ketekunan pengharapan mereka. Hal ini lebih lanjut dijelaskan dalam ayat 9
bahwa mereka telah berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan
benar. Itulah ‘pekerjaan iman’ mereka. Usaha kasih mereka tampak dalam kesediaan mereka untuk
menjadi alat kasih Allah. Ayat 10 menjelaskan ketekunan pengharapan mereka, yaitu “menantikan
kedatangan Anak Allah dari surga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus,
yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang.” Ketiga hal itu sekaligus merupakan garis
besar isi pasal 1, 2 dan 3.
Dua pasal berikutnya merupakan bagian yang sangat praktis, dengan nasihat tentang bagaimana
jemaat harus berperilaku di tengah ketertekanan. Bagian ini terbagi dalam empat bagian singkat.
Nasihat pertama berkenaan dengan kehidupan kudus di tengah-tengah masyarakat yang dipenuhi
amoralitas seksual. Dengan tandas Paulus menasihatkan agar jemaat hidup berkenan kepada Allah dan
melakukannya dengan lebih bersungguh-sungguh (4:1). Tentu saja, hidup kudus dan berkenan kepada
Allah hanya mungkin terjadi jika ada iman yang benar. Tanpa iman, tidak mungkin orang dapat hidup
kudus dan berkenan kepada Allah. Mengenai kehidupan kudus ini, Paulus menjelaskan lebih lanjut
dalam 4:3-8.
Nasihat kedua berkenaan dengan kasih persaudaraan dalam jemaat serta kemandirian hidup,
yang sesungguhnya telah dipahami oleh jemaat (4:9-12). Nasihat ketiga berkenaan dengan kedatangan
hari Tuhan dan agar jemaat selalu berjaga-jaga (4:13-5:11). Nasihat keempat berkenaan dengan ha-
hal praktis seperti: sikap terhadap para pelayan jemaat, kesediaan untuk saling membangun dalam
iman, saling mengingatkan dan menegur, nasihat agar senantiasa bersukacita dan berdoa, agar berserah
diri kepada pimpinan Roh Kudus, agar menguji setiap ajaran serta berpegang pada ajaran yang benar
dan menjauhi kejahatan (5:12-22).

Surat-Surat PAULUS| 20
1.2. GALATIA
Dari semua surat yang pernah ditulis Paulus, surat kepada jemaat di Galatia adalah surat yang
paling keras. Tampak bahwa Paulus sedang marah terhadap jemaatnya dan menegur mereka dengan
keras. Keadaan yang amat memprihatinkan di sana adalah tindakan mereka yang amat bodoh berkaitan
dengan iman mereka.
1.2.1. Latar Belakang
Nama ‘Galatia’ mempunyai 2 arti yakni: provinsi kekaiseran Roma di kawasan Asia Kecil yang
mencakup Likaonia, Pisidia, Frigia, Isauria, Paflagonia, Pontus dan Galatia serta suatu daerah di
wilayah provinsi Galatia yang beribukota di Ansira (sekarang Ankara) dan dihuni oleh suku Galatia
yang berasal dari Galia (Prancis). Dua arti memunuculkan perbedaan pemahaman sekaligus
kebingungan siapa sebenarnya yang menerima surat ini. Yang sesungguhnya adalah bahwa surat ini
ditujukan kepada orang Galatia yang berasal dari Galia (pendapat 20 karena wilayah inilah yang
pernah dikunjungi Paulus dalam perjalanan misi kedua (Kis. 16:6) dan ketiga (Kis. 18:23). Dialah
yang mendirikan jemaat di sana. Sedangkan pendapat pertama tidak bisas diterima karena misi di
wilayah provinsi Galatia menjangkau orang Yahudi dan bukan Yahudi. Sedangkan surat Galatia hanya
menyinggung orang-orang bukan Yahudi.
Jemaat di sana sedang mengalami kebingungan karena kehadiran para pengacau yang datang
dari luar jemaat yaitu dari kalangan orang Yahudi yang telah menjadi Kristen (Gal. 1:6-7). Mereka
memegang teguh adat istiadat Yahudi dan mau memaksakan orang-orang bukan Yahudi menjadi
Kristen seperti mereka. Mereka diwajibkan untuk disunat dan menghindari makanan haram (Gal 4:21;
5:2-12; 6:12).
• Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan Yahudi,
timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang harus mentaati
hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya
satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan
kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang
yang menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah
di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan
Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.
1.2.2. Struktur Surat
Struktur surat kepada jemaat di Galatia adalah sebagai berikut:
▪ Pembuka (1:1-5)
▪ Rasul dan Injil sejati (1:6-2:21)
✓ Kesetiaan pada Injil (1:6-10)
✓ Riwayat Hidup Paulus (1:11-24)
✓ Injil yang Sejati: Pembenaran oleh Iman (2:1-21)
▪ Iman dan Kemerdekaan (3:1-4:31)
✓ Bukti-bukti Pembenaran oleh Iman (3:1-29)
✓ Kemerdekaan Anak-anak Allah (4:1-31)
▪ Kehidupan Kristiani (5:1-6:10)
✓ Kemerdekaan Kristiani (5:1-15)
✓ Hidup menurut Roh (5:16-26)
✓ Kasih yang Nyata (6:1-10)
▪ Penutup (6:11-18)

Surat-Surat PAULUS| 21
✓ Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa jemaat di
Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis di tengah-tengah
hangatnya pergumulan di komunitas yahudi pada saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-
yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini
pun mendapat perlawanan dari Paulus.
✓ Orang Yudais itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus
dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan tantangan
dalam halam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk menghasut orang-orang
Galatia untuk melawan Paulus, dengan menghasut kerasulannya.
✓ Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleha rasul dan dia juga tidak menjadi murid
Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan mata kepalanya
sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut oleh Paulus. Dari isi surat
Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir berhasil (1:6). Oleh karena
itu, Paulus bereaksi dengan tegas, emosi, dan terus terang, tetapi juga memiliki argumen yang
kuat.
1.2.3. Pesan Teologis
• Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat
tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan karena imannya
di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat. Tema Fundamental ini ini terkenal dengan
pengalaman religiusnya sendiri dan penolakkannya terhadap upaya-upayakeras untuk
memperoleh keselamatan melalui disiplin biara Katolik.
• Dengan demikian, sejak itu ia telah memberi eksegesis secara keliru. Luther merasakan
kebebasan luar biasa, ketika ia melepaskan beban perasaan bersalah yang amat mendalam. Ia
membeca perkataan Paulus dalam Surat Galatia dan Roma yang mengatakan bahwa Allah
menganggap orang yang percaya kepada Kristus sebagai orang benar hanya karena imannya,
sekalipun ia adalah orang berdosa. Kebenaran diberikan kepadannya, ia dinyatakan sebagai
orang benar oleh karena anugerah Allah, sekalipun ia tetap berdosa.
• Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus menekankan
agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesisas harus terlebih dahulu
menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang dipaparkan dalam Kitab Suci.
Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham
menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan Abraham terutama adalah iman (3:8). Bagi
orang-orang non-Yahudi yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam
Kristus (3:26). Dalam Pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya,
tetapi oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.
Jika isinya dibandingkan dengan surat Roma, ternyata terdapat banyak kesamaan, antara lain: tentang
kerasulan Paulus bagi orang kafir (Gal. 1:15-16, bdk. Rm 1:1-5); pembenaran oleh iman (Gal. 2:15-
21, bdk. Rm. 3:19-28); tentang Abraham (Gal. 3:6-25, bdk. Rm. 4:1-25); tentang baptisan (Gal. 3:26-
28, bdk. Rm. 6:3-5). Pemikiran-pemikiran Paulus yang terdapat dalam surat Galatia terdapat juga
dalam surat Roma. Polemik yang terjadi di Galatia menjadi isu penting dalam surat Roma. Di samping
itu, kedua surat tersebut menekankan doktrin tentang pembenaran dan bahwa keselamatan hanya
diperoleh melalui iman, bukan karena melakukan hukum Taurat.
Dalam surat Galatia, masalah pengumpulan persembahan untuk jemaat Yerusalem tidak lagi
diperdebatkan oleh para pelawan Paulus. Dapat diduga bahwa usaha untuk mengumpulkan bantuan

Surat-Surat PAULUS| 22
bagi jemaat Yerusalem telah selesai sebelum surat ini ditulis. Karena itu, diperkirakan surat ini ditulis
sebelum surat Roma, paling lambat tahun 55 di Makedonia.
Ada tiga masalah pokok yang dihadapi Paulus dan hendak dipecahkannya melalui suratnya kepada
jemaat Galatia, yaitu:
(1) Adanya sekelompok orang yang meragukan kerasulan Paulus. Hal ini dipecahkan dengan
pembelaan diri Paulus (1:11-2:21).
(2) Adanya sekelompok orang yang ingin menambahkan ketaatan terhadap hukum Taurat sebagai
syarat memperoleh keselamatan. Kemungkinan mereka adalah orang-orang Kristen-Yahudi yang
menempatkan Taurat di atas segala-galanya. Mereka menuntut agar orang-orang Kristen kafir
menaati hukum Taurat, terutama sunat, karena keselamatan Kristus saja dianggap tidak cukup.
Paulus menandaskan bahwa keselamatan itu hanya diperoleh karena iman (3:1-29).
(3) Adanya anggota-anggota jemaat yang salah pengertian dalam mengartikan kemerdekaan
yang dihasilkan oleh karya keselamatan Kristus. Mereka berpendapat bahwa karya keselamatan
Kristus telah membebaskan mereka dari segala tuntutan hukum, sehingga mereka merasa tidak
perlu menaati hukum dan menganut prinsip antinomistis-libertinistis. Hal ini diselesaikan dalam
pasal 5

1.3. FILIPI
1.3.1. Sejarah
• Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-
sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon.
• Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya
yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi. Surat ini terutama ditujukan kepada
semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken.
• Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi
jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di sana
1.3.2. Latar Belakang
✓ Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut Aegea,
dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada masa Paulus, kota
ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal.
✓ Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius, Lukas) pada
perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang Allah berikan di Troas
(Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang di antara rasul itu dan jemaat
Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2 Kor 11:9; Fili
4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk
orang Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2 Kor 8:1-9:15). Agaknya dua kali Paulus
mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).
1.3.2. Struktur Surat
Struktur surat kepada jemaat di Filipi adalah sebagai berikut:
▪ Pembuka (1:1-11)
▪ Berita Mengenai Paulus dan Injilnya (1:12-26)
▪ Serangkai Nasihat (1:27-2:18)
✓ Bersatu padu dalam iman (1:27-30)
✓ Rendah hati seperti Kristus (2:1-11)
✓ Hidup dalam Iman Kristiani (2:12-18)
Surat-Surat PAULUS| 23
▪ Rencana Paulus dan Rekan-rekannya (2:19-30)
▪ Peringatan untuk Waspada (3:1-4:1)
✓ Orang-orang Yahudi (3:2-16)
✓ Musuh Salib Kristus (3:17-21)
▪ Petunjuk untuk jemaat (4:1-9)
✓ Sehati sepikir (4:1-3)
✓ Bergembira dalam Tuhan (4:4-7)
✓ Mengejar semua yang baik (4:8-9)
▪ Terima kasih atas bantuan jemaat (4:10-19)
▪ Penutup (4:20-23)
1.3.3. Pesan Teologis
o Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB yang sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih
sayang, serta mencerminkan hubungan akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.
o Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta mencerminkan hubungan dekat Paulus
dengan Kristus (mis. Fil 1:21; Fil 3:7-14). Surat ini memberikan salah satu pernyataan yang
paling mendalam mengenai Kristologi dalam Alkitab (Fil 2:5-11).
o Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan rendah hati dan
sebagai seorang hamba (Fil 2:1-8), berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai tujuan
(Fil 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan (Fil 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan
(Fil 4:6), merasa senang dalam segala keadaan (Fil 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih
karunia Kristus yang memberi kekuatan (Fil 4:13).

1.4. FILEMON
1.4.1. Sejarah dan Latar belakang
• Surat Paulus kepada Filemon merupakan surat yang unik karena menjadi surat terpendek di
antara surat-surat Paulus yang lainnya. Selain itu, surat ini juga satu-satunya surat
pribadi Paulus yang kita miliki. Paulus menulis "surat penjara" ini (Flm 1:1,9) sebagai surat
pribadi kepada seorang bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang
pertama di Roma (Kis 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon (Flm 1:1-
2,10,23-24) dan Kolose (Kol 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa Filemon tinggal di Kolose.
Filemon menjadi pemilik hamba (Flm 1:16) dan anggota gereja di Kolose (Flm 1:1-
2 dengan Kol 4:17), mungkin ia bertobat dibawah pelayanan Paulus (Flm 1:19).
• Secara umum surat ini berisikan permohonan Paulus kepada Filemon agar ia berbaik hati
kepada Onesimus, budaknya yang melarikan diri. Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah
lari ke Roma; di situ dia kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan
persahabatan yang kuat berkembang di antara mereka (Flm 1:9-13). Sekarang dengan segan
Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh Tikhikus, teman sekerja
Paulus, bersama dengan surat ini (Kol 4:7-9).
• Paulus mengirimkan surat ini bersamaan dengan surat kepada jemaat di Kolose. Kedua surat ini
ditulis dan diantarkan pada waktu yang sama. Surat ini merupakan salah satu contoh surat
nasihat. Surat nasihat seperti ini kerap sekali ditulis dalam dunia Yunani-Roma di zaman Paulus.
• Pada abad XIX, autentisitas surat ini dipersoalkan oleh F.C. Baur. Namun dewasa ini tidak ada
lagi yang meragukan bahwa Filemon merupakan surat Paulus yang autentik. Berdasarkan fakta
bahwa saat itu Paulus sedang dalam penjara (Flm 1, 9, 13); Timotius dan beberapa pembantunya
yang lain ada bersama Paulus (ayat 1, 23, 24); dan kondisi penjara yang tidak moderat, seperti
Surat-Surat PAULUS| 24
digambarkan dalam surat Filipi (1:23-24), maka diperkirakan surat ini ditulis dari dalam penjara
di Roma, kira-kira pada 61.
• Sesuai dengan alamatnya, surat ini ditujukan kepada Filemon, yang disebut Paulus sebagai
‘saudara’ dan ‘kawan sekerja’ (sunergos, ay. 1). Tetapi, di samping itu, surat ini juga ditujukan
kepada Apfia, Arkhipus dan jemaat yang berkumpul di rumah Filemon.
1.4.2. Struktur Surat
Struktur surat kepada Filemon adalah sebagai berikut:
▪ Pembuka (1-7)
▪ Permintaan kepada Filemon (8-22)
▪ Penutup (23-25)
1.4.3. Pesan Teologis
• Surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan Gereja perdana yang menghadapi persoalan
perbudakan Roma. Daripada menyerang langsung atau menimbulkan pemberontakan
bersenjata, Paulus mengemukakan prinsip Kristen yang menyingkirkan kekerasan dari
perbudakan Roma dan akhirnya menghapuskannya sama sekali antara orang Kristen.
• Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia begitu dekat
dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut "buah hatiku" ( Flm 1:12). Pada waktu itu,
perbudakan masih merupakan sesuatu yang lazim di tengah masyarakat. Populasinya sulit
ditentukan, tetapi kemungkinan sampai 25% atau bahkan 50% dari jumlah penduduk kota.
Masalah perbudakan dan status budak dalam jemaat memang menjadi persoalan. Paulus tidak
dengan terang-terangan menentang perbudakan, namun menyarankan apa yang sebaiknya
dilakukan oleh orang Kristen dalam masalah ini. Solusi yang dikemukakan adalah agar jemaat
menerima budak-budak itu sebagai saudara dalam Tuhan. Tentang Onesimus yang dikirim
kembali kepada Filemon, Paulus menasihatkan agar Filemon belajar dari relasi dirinya sendiri
dengan Paulus.

1.5. KORINTUS
1.5.1. Sejarah dan Latar belakang 1 Korintus
• Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan Yunani
yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur pada masa kini,
Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral.
Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa
nafsu.
• Pada tahun 146 sM, kota Korintus dihancurkan, namun tetap didiami. Pada 44 sM, kota ini
dibangun kembali oleh Julius Caesar dan dijadikan koloni veteran Romawi, serta dijadikan
ibu kota provinsi Akhaya pada 27 sM. Korintus kemudian menjadi pusat kegiatan komersial
yang penting di antara Asia dan Yunani, kota yang kaya dan berlimpah dengan uang serta
hasil-hasil industri. Di sana hidup sejumlah agama Hellenis. Paulus mendirikan jemaat
Korintus pada 50, setelah pelayanannya di Filipi, Tesalonika, Berea dan Atena. Ia tiba di
Korintus sendirian (Kis. 18:5), tetapi Silas dan Timotius segera bergabung. Paulus menetap di
sana sekitar 1,5 tahun (Kis. 18:11), sehingga Korintus menjadi pos pekabaran Injilnya untuk
seluruh daerah Efesus.
• Surat pertama rasul Paulus kepada jemaat di Korintus merupakan salah satu dari ketiga surat
(1 & 2 Korintus serta Roma) yang menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian Baru.
Surat-Surat PAULUS| 25
Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada waktu
perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Paulus menulis surat ini setelah menerima
kabar buruk dari orang-orang Kloe yaitu timbulnya persoalan-persoalan, seperti:
keikutsertaan jemaat Korintus dalam upacara-upacara keagamaan kafir, penghakiman di depan
orang-orang kafir dan pelacuran. Selain masalah-masalah etis dan moral, surat ini juga
merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat di Korintus yang memiliki berbagai
macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya saling
menyombongkan diri.
• Surat ini kemungkinan besar ditulis di Efesus pada musim semi tahun 55, sebelum penulisan
surat Galatia. Pendapat ini didasarkan pada beberapa alasan:
1) Jika dipersandingkan dengan surat Galatia, baik bahasa maupun isinya menunjukkan
bahwa 1 Korintus ditulis lebih dulu.
2) Dalam 1 Korintus tidak terdapat petunjuk mengenai pemahaman tentang Taurat
sebagaimana tercermin dalam surat Galatia. Bahkan kata nomos (hukum) tidak
ditemukan dalam 2 Korintus dan dalam 1 Korintus hanya digunakan delapan kali di empat
tempat (1Kor. 9:8, 9, 20-22; 14:21; 15:56). Tidak seperti surat Galatia, dalam
membicarakan Taurat, tidak satu pun di antara ayat-ayat tersebut menggunakan metafora
yang rumit. Satu-satunya ayat yang mencerminkan garis pemikiran Paulus di kemudian
hari hanyalah 1 Korintus 15:56.
3) Dalam 1 Korintus tidak kita temukan doktrin pembenaran sebagaimana terdapat dalam
surat Roma dan Galatia.
4) Banyaknya kesamaan antara Galatia dan Roma menunjukkan bahwa Galatia ditulis
sesaat lebih dulu sebelum surat Roma.
1.5.2. Struktur Surat
Struktur surat pertama kepada jemaat di Korintus adalah sebagai berikut:
▪ Pembuka (1:1-9)
▪ Kekacauan dalam jemaat (1:10-6:20)
a. Perpecahan dalam jemaat (1:10-4:21)
✓ Suasana perpecahan (1:10-17)
✓ Hikmat Allah dan hikmat manusia (2:1-11)
✓ Pembangunan jemaat (3:1-4:21)
b. Persoalan moralitas (5:1-6:20)
✓ Percabulan dalam jemaat (5:1-13)
✓ Mencari keadilan pada orang tidak beriman (6:1-11)
✓ Menghindari percabulan (6:12-20)
▪ Jawaban terhadap pertanyaan jemaat (7:1-11:1)
a. Perkawinan dan selibat (7:1-40)
✓ Perkawinan dan perceraian (7:1-16)
✓ Tetap dalam keadaan masing-masing (7:17-24)
✓ Tidak menikah itu lebih baik (7:25-40)
b. Persembahan kepada berhala (8:1-11:1)
✓ Jangan menjadi sandungan (8:1-13)
✓ Teladan Paulus (9:1-27)
✓ Bahaya dalam pesta non-Kristiani (10:1-22)
✓ Bertindak demi kemuliaan Allah (10:23-11:1)
Surat-Surat PAULUS| 26
▪ Persoalan dalam pertemuan jemaat (11:2-14:40)
a. Peranan perempuan (11:2-16)
b. Perayaan Ekaristi (11:17-34)
c. Karunia-karunia Roh (12:1-14:40)
✓ Berbagai karunia Roh (12:1-11)
✓ Satu tubuh dengan banyak anggota (12:12-31)
✓ Kasih (13:1-13)
✓ Sekali lagi, karunia Roh (14:1-25)
✓ Pertemuan jemaat (14:26-40)
▪ Kebangkitan badan (15:1-58)
✓ Kebangkitan Kristus (15:1-11)
✓ Kebangkitan orang mati (15:12-34)
✓ Bagaimana orang mati dibangkitan (5:35-58)
▪ Penutup (16:1-24)
1.5.3. Pesan Teologis
• Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan. Mengingatkan jemaat di Korintus untuk
tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di
antara jemaat merupakan perhatian utama Paulus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena
dalam jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu, pertama adanya berbagai
ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor 1:11) dan iri hati (1 Kor 3:3). Kedua, orang yang
"kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga mereka tidak
memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor 10:33), kemudian yang ketiga adanya orang-
orang tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang
datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor 11:17-34), dan yang
terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang saling membanggakan karunianya masing-
masing. Dalam peringatan ini juga, Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota
dalam satu tubuh untuk memberitahu jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.
• Hidup kudus sebagai tubuh Kristus. Sebagai umat Allah, (1 Kor1:24; 10:32) jemaat harus
menunjukkan hidupnya dalam kekudusan. Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka
bukanlah kagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan
serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Peringatan ini diberikan oleh
Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan
seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada
juga yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual penyembahan
berhala. Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak
dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah
rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka.
Untuk menanggapi persoalan bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26.32
bahwa selain merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri. Kedua,
menanggapi slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah
dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus memuliakan
Allah dengan tubuhnya.
• Kebangkitan orang mati. Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok
orang yang tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu
terjadi (1 Kor 15:35). Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan jiwa
Surat-Surat PAULUS| 27
dari tubuh. Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini, karena
pemahaman mereka yang masih dipengaruhi oleh Helenistik yang mengatakan bahwa jika ada
kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan yang tidak
bertubuh. Maka tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat
bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma psychicon) telah hancur, karena menurutnya
kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang
dikenal Allah (soma pneumatikon). Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga ingin
memberitahu pada jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu
iman di atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati. Lewat
pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan
orang percaya pada masa depan tidak terpisahkan. Ketidakterpisahan ini dikatakan Paulus bahwa
kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena mereka mati bersama Kristus dan
kematiannya tidak menjadi binasa karena kebangkitan Kristus. Selanjutnya, Paulus juga
memberikan perhatiannya pada kebangkitan orang percaya pada masa depan. Ia menegaskan
bahwa tanpa kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor15:18.19).
Kesimpulan:
Kebanyakan anggota jemaat Korintus berasal dari orang-orang non-Yahudi (1Kor. 12:2). Hal ini
tercermin dari persoalan-persoalan yang dihadapi jemaat, seperti keikutsertaan dalam upacara-upacara
keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir dan pelacuran. Di samping masalah-
masalah etis dan sosial, jemaat juga menghadapi perpecahan, yang berkisar pada masalah makanan
yang dipersembahkan kepada berhala dan ketidakrukunan jemaat dalam perjamuan Tuhan (1Kor.
11:17-34) yang hanya dianggap sebagai pesta duniawi, serta pemahaman terhadap karunia-karunia
Roh Kudus (1Kor. 12). Menghadapi itu semua, Paulus menekankan beberapa hal, antara lain:
- Kesatuan jemaat sebagai tubuh Kristus (soma Khristou), dengan tugas dan fungsi yang berbeda-
beda. Paulus mengritik berkem-bangnya individualisme dalam jemaat.
- Kebenaran Injil tidak ditemukan dalam hikmat manusia, melainkan dalam iman kepada salib
Kristus. Itulah hikmat Allah yang menjadi kebodohan bagi hikmat manusia.
- Baptisan adalah pertanda pengudusan, karena itu, sebagai tubuh Kristus, jemaat harus hidup
dalam kekudusan.
- Pihak yang kuat dalam iman hendaknya mengingat mereka yang lemah, tidak boleh hanya
mementingkan diri sendiri.
- Bermacam-macam karunia Roh seharusnya menjadi manifestasi keesaan jemaat, seperti halnya
tubuh memiliki bermacam-macam anggota.
- Inti dari semua itu adalah kasih.
1.5.4. Sejarah dan latar belakang 2 Korintus
• Setelah menulis suratnya yang pertama, Paulus pernah kembali berkunjung ke Korintus. Untuk
menentukan tempat dan waktu penulisan surat ini, ada beberapa peristiwa penting yang perlu
dipertimbangkan:
- Perjalanan Paulus dari Efesus ke Korintus merupakan kunjungannya yang kedua (2 Kor.
12:14; 13:1).
- Dengan tergesa dan sangat sedih, Paulus kembali ke Efesus, karena beberapa orang anggota
jemaat melawannya (2 Kor. 2:3-11; 7:8, 12).
- Atas peristiwa itu, Paulus kemudian menulis surat kesedihan yang dibawa oleh Titus ke
Korintus (2 Kor. 7:5-9).
- Di Asia Kecil, kehidupan Paulus berada dalam bahaya (2 Kor. 1:8).
Surat-Surat PAULUS| 28
- Paulus mengadakan perjalanan dari Troas ke Makedonia (2 Kor. 2:12-13).
- Di Makedonia ia bertemu dengan Titus yang sedang dalam perjalanan kembali ke Korintus
(2 Kor. 7:5-7).
Berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi lebih dari enam bulan di atas, kemungkinan 2
Korintus ditulis di Makedonia, paling lambat tahun 55 (bdk. 2 Kor. 7:5; 8:1-5; 9:3-4).
• Paulus menulis surat ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang percaya di seluruh
Akhaya (2Kor 1:1), dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali (2Kor 1:1; 10:1).
Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan
jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam jemaat.
Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut:
1. Setelah beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal di antara Paulus dengan
jemaat itu (misalnya: 1Kor 1:11; 5:9; 7:1), maka Paulus menulis surat 1 Korintus dari
Efesus (awal tahun 55/56).
2. Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah yang
berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini di antara 1 dan 2 Korintus (bdk. 2Kor 13:1-2)
merupakan suatu kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus maupun bagi
jemaat itu (2Kor 2:1-2).
3. Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di Efesus bahwa para
penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan wewenang rasulinya, dengan
harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu untuk menolak Paulus
4. Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus dari Makedonia
(akhir tahun 55/56).
5. Segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (2Kor 13:1), dan
tinggal di situ selama lebih kurang tiga bulan (bd. Kis 20:1-3a). Dari situ ia menulis kitab
Roma.
• Dari 2 Korintus 10:1-8, terlihat bahwa para penentang Paulus (guru-guru palsu) memandang
Paulus lebih rendah daripada kemampuan ekstatis dan kerohanian mereka. Terhadap tuduhan
ini, Paulus menjawab bahwa ia bermegah dalam kelemahannya, sebab justru dalam kelemahan
itulah kuasa Kristus bekerja. Doktrin rekonsiliasi Paulus dalam 2 Korintus 5:11 menimbulkan
perdebatan, karena dua kata kerja Yunani yang digunakan Paulus,
yaitu dilassō dan katalassō keduanya berhubungan dengan perdamaian secara politis.
• Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.
1. Pertama, ia menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia
kepadanya sebagai bapa rohani mereka.
2. Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-menerus
berbicara menentang dia secara pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan
kerasulannya dan untuk memutarbalikkan beritanya.
3. Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang dipengaruhi oleh para
lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan tegurannya. Paulus
meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan
memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.
1.5.5. Struktur Surat 2 Korintus
Struktur surat kedua kepada jemaat di Korintus adalah sebagai berikut:
▪ Pembuka (1:1-11)
▪ Hubungan Paulus dengan jemaat Korintus (1:12-7:16)
Surat-Surat PAULUS| 29
a. Perubahan rencana perjalanan (1:12-2:13)
✓ Kesetiaan Paulus (1:12-22)
✓ Alasan perubahan (1:23-2:13)
b. Karya Pelayanan Paulus (2:14-7:16)
✓ Paulus sebagai pelayan PB (3:1-18)
✓ Pelayanan yang murni (4:1-15)
✓ Penderitaan duniawi dan harapan surgawi (4:16-6:10)
✓ Ajakan untuk berdamai dengan Paulus (6:11-7:16)
▪ Dana untuk jemaat Yerusalem (8:1-9:15)
a. Ajakan untuk membantu (8:1-15)
b. Utusan yang menangani bantuan (8:16-24)
c. Motivasi untuk membantu (9:1-15)
▪ Membela jabatan kerasulan (10:1-13:10)
a. Membela jabatan dan wilayah kerasulannya (10:1-18)
b. Paulus menunjukkan keunggulannya (11:1-13:10)
✓ Tidak kalah dari rasul lain (11:1-6)
✓ Hidup mandiri (11:7-15)
✓ Asal usul dan panggilannya (11:16-33)
✓ Pengalaman batiniahnya (12:1-10)
✓ Paulus, rasul yang sejati (12:11-19)
c. Berbagai nasihat terakhir (13:1-10)
▪ Penutup (13:11-13)
2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.
1. Bagian 1 (2Kor 1:1-7:16), Paulus mulai dengan mengucap syukur kepada Allah atas
penghiburan yang dikaruniakan-Nya di tengah-tengah penderitaan untuk Injil, memuji jemaat
Korintus karena mendisiplinkan orang yang berbuat dosa serius sambil mempertahankan
integritas Paulus dalam kaitan dengan perubahan rencana perjalanannya. Dalam 2Kor 3:1-6:10
Paulus menyumbangkan pengertian yang paling luas dalam PB mengenai sifat yang benar dari
pelayanan Kristen. Ia menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini (2Kor 6:11-7:1) dan
mengungkapkan sukacitanya ketika mendengar dari Titus tentang pertobatan banyak anggota
jemaat di Korintus yang sebelumnya telah menentang wewenangnya (pasal 7; 2Kor 7:1-16).
2. Bagian 2 (2Kor 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati jemaat Korintus untuk
menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang dengan sepenuh hati telah
menyumbangkan persembahan yang telah dikumpulkannya untuk orang Kristen yang
menderita di Yerusalem.
3. Bagian 3 (2Kor 10:1-13:13), nada surat berubah. Di sini Paulus mempertahankan kerasulannya
dengan menguraikan panggilannya, kualifikasi, dan penderitaannya sebagai seorang rasul
yang benar. Dengan ini Paulus mengharapkan jemaat Korintus akan mengenal rasul-rasul
palsu di antara mereka dan dengan demikian mereka dapat luput dari disiplin yang lebih lanjut
ketika ia sendiri datang lagi. Paulus mengakhiri kitab 2 Korintus dengan satu-satunya ucapan
berkat yang menyinggung Trinitas dalam PB (2Kor 13:14).

Surat-Surat PAULUS| 30
Ciri Khas 1-2 Korintus
1 Korintus 2 Korintus
1. Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan 1. surat ini merupakan surat yang
dengan kitab lain dalam PB. Dalam menangani berbagai paling banyak memberitahukan
masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan riwayat hidup Paulus. Banyak
prinsip rohani yang jelas dan kekal (cfr. struktur), di petunjuk pada dirinya ini, dibuatnya
mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara dengan rendah hati, minta maaf dan
menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; bahkan dengan malu, tetapi karena
6:17,20; 7:7; 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 14:1-10; 15:22- terpaksa mengingat situasi yang ada
23). di Korintus.
2. Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal 2. Kitab ini melampaui semua surat
sebagai tubuh Kristus, suatu fokus yang ada dalam kiriman lain dari Paulus dalam hal
pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, menyatakan kuatnya dan dalamnya
dan karunia-karunia rohani. kasih serta keprihatinan bagi anak
3. Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas rohaninya.
mengenai berbagai pokok penting seperti pembujangan, 3. Kitab ini berisi teologi yang paling
perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); lengkap dalam PB mengenai
Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 11:17-34); berkata- penderitaan Kristen (2Kor 1:3-11;
kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan karunia rohani 4:7-18; 6:3-10; 11:23-30; 12:1-10)
dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1- dan mengenai hal memberi secara
31; 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kristiani (pasal 8-9; 2Kor 8:1-9:15).
kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58). 4. Istilah-istilah kunci, seperti:
4. Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk kelemahan, dukacita, air mata,
pengawasan para gembala sidang berhubungan dengan bahaya, kesukaran, penderitaan,
disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13). penghiburan, kemegahan,
5. Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk kebenaran, pelayanan, dan
undur dari iman oleh mereka yang berkanjang dalam kemuliaan, menggarisbawahi sifat
perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada unik dari surat ini.
Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 9:24-
27; 10:5-12,20-21; 15:1-2).

1.6. ROMA
1.6.1. Sejarah
• Surat Paulus kepada jemaat di Roma adalah salah satu surat yang terdapat di Alkitab Perjanjian
Baru yang sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus. Dalam surat ini terkesan bahwa tugas
Paulus di kawasan Timur kekaisaran Romawi, antara lain untuk mengumpulkan dana bagi
jemaat di Yerusalem, telah selesai. Nampaknya surat ini merupakan surat terakhir Paulus yang
ditulisnya di daerah Yunani. Ada anggapan bahwa surat ini adalah sebuah ringkasan
komprehensif dari seluruh teologi Paulus. Hal ini disebabkan keadaan jiwa Paulus yang lebih
reflektif ketika menulis surat ini daripada surat Galatia atau surat Korintus. Surat Paulus kepada
jemaat di Roma ini ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungan Paulus kepada
mereka, dan selain itu, Paulus juga sedang memperhalus beberapa aspek pemikirannya yang
ternyata disalahtafsirkan, sehingga hal ini menjadi prioritas Paulus saat itu.

Surat-Surat PAULUS| 31
✓ Pada zaman Perjanjian Baru Kota Roma merupakan pusat kekai-saran Romawi dan juga sebagai
pusat dunia. Tentang pendiri Kota Roma diliputi oleh legenda. Sebagai pusat dunia, kota Roma
menjadi tempat tinggal banyak bangsa. Penggalian-penggalian membuktikan bahwa, mula-mula
kota Roma adalah tempat bertemu dan bercampurnya bangsa-bangsa, bukan tempat satu suku
bangsa saja. Hal ini dipengaruhi oleh sistem pemerintahan dan sistem administrasi Kekaisaran
Romawi menyerap banyak kota, negara, dan bangsa.
✓ Kota Roma disebut “Kota Abadi”. Ia dilimpahi dengan kemewahan, sejarah, dan bangunan-
bangunan megah, juga terdapat air mancur-air mancur sehingga disebut sebagai “Selokan
Kerajaan”. Kota yang luasnya 12 mil ini berpenduduk kira-kira satu juta orang dan setengahnya
terdiri atas para budak, sebab di kota tersebut praktek jual beli budak sangat marak.
✓ Di kota ini terdapat orang-orang Yahudi kira-kira 20.000 tetapi menurut Witherington
jumlahnya di antara 40.000 atau 50.000. Hal itu menandakan bahwa orang Yahudi cukup banyak
di kota itu. Terbukti karena adanya sinagoge yang cukup banyak. Di Roma sedikit sekali
golongan kelas menengah karena biasanya orang-orang Roma kalau kaya, sangat kaya dan kalau
miskin, sangat miskin.
✓ Negara Roma mencakup segala macam daerah, iklim, suku bangsa, bahasa, dan kebudayaan,
tidak saja dipersatukan oleh politik Romawi teta-pi juga oleh kebudayaan Yunani. Seperti
dikatakan oleh D. Kuhl, “Dalam pengetahuan umum, kesenian, kesusastraan, dan filsafat/logika
kebudayaan Yunanilah (Helenisme) yang menjadi alat pemersatu. Sedang-kan dalam ilmu
hukum, bidang administrasi, dan kemiliteran peranan Romawi yang
berpengaruh.” Sesungguhnya hal ini menyatakan bahwa ada dua kekua-saan yang tetap eksis,
secara politik oleh Romawi dan kebudayaan oleh Yunani. Keduanya secara berturut-turut
menguasai dunia.
✓ Kebudayaan Yunani sangat tinggi sehingga mampu merembesi seluruh daerah Mediterania
bahkan ibu kota penguasa dunia pada saat itu, Roma. Tentang silang dua kekuasaan ini J. I.
Packer menyatakan:
✓ Kekuatan politik Yunani telah berlalu, tetapi budaya dan suasana Yunani telah menjadi fondasi
bagi kebudayaan kekaisaran Romawi, sebagimana seorang penulis Romawi, Horatius,
mengamati bahwa “Orang Yunani yang tertawan telah menawan penawannya.” Kesenian,
literatur, dan gaya pemerintahan Yunani berkembang dengan subur hampir sepanjang periode
Romawi ini. Bahkan bahasa Yunani koine tetap menjadi bahasa resmi dunia usaha di Timur
Dekat, dan Perjanjian Baru sendiri ditulis dalam bahasa ini. Inilah gambaran kota Roma sebagai
alamat surat Paulus. Kota metropo-litan, pusat dunia, dan bersifat plural.
1.6.2. Struktur Surat
Struktur surat kepada jemaat di Roma adalah sebagai berikut:
▪ Pembuka (1:1-15)
▪ Kekuatan Injil (1:16-8:39)
a. Injil, kekuatan Allah (1:16-17)
b. Dosa manusia dan hukumannya (1:18-3:20)
✓ Dosa orang bukan Yahudi (1:18-32)
✓ Dosa orang Yahudi dan perannya (2:1-3:8)
✓ Semua manusia berdosa (3:9-20)
c. Pembenaran oleh iman akan Kristus (3:21-5:21)
✓ Dibenarkan karena iman (3:21-31)
✓ Bukti pembenaran oleh iman (4:1-25)
Surat-Surat PAULUS| 32
✓ Hasil pembenaran (5:1-21)
d. Kehidupan orang yang dibenarkan (6:1-8:39)
✓ Tidak dikuasai oleh dosa (6:1-23)
✓ Sikap terhadap Taurat (7:1-26)
✓ Hidup oleh Roh (8:1-39)
▪ Janji Allah untuk Israel (9:1-11:36)
a. Pilihan atas Israel (9:1-29)
✓ Keistimewaan Israel (9:1-5)
✓ Allah yang setia dan bebas memilih (9:6-29)
b. Keselamatan untuk semua (9:30-11:36)
✓ Bangsa lain selamat, Israel sesat (9:30-10:21)
✓ Penyelamatan Israel (11:1-36)
▪ Kehidupan orang Kristiani (12:1-15:13)
a. Hubungan dengan jemaat (12:1-8)
b. Hubungan dengan orang lain (12:9-21)
c. Hubungan dengan negara (13:1-8)
d. Hidup dalam kasih (13:9-14)
e. Saling menerima (14:1-12)
f. Tidak menjadi batu sandungan (14:13-23)
g. Mengutamakan kepentingan sesama (15:1-13)
▪ Penutup (15:14-16:27)

1.6.3. Pesan Teologis


• Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan
Dalam surat Roma ini, Paulus memberikan penjelasan mengenai Injil secara menyeluruh. Ia
menegaskan bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Allah untuk memberitakan Injil dan
menuntun bangsa-bangsa supaya percaya dan taat kepada Allah. Paulus mendefinisikan Injil
(euangelion) sebagai kekuatan Allah. Ungkapan ini menunjukkan ciri Kristologi Paulus. Injil
menjadi kekuatan Allah yang menyelamatkan.Injil menjadi representasi dari kuasa Allah yang
menyelamatkan, bukan hanya sekadar menjadi informasi tentang penyelamatan Allah. Tindakan
penyelamatan Allah tersebut terjadi di dalam Injil dan bertujuan untuk menyelamatkan setiap
manusia. Injil menyelamatkan semua bangsa baik Yahudi maupun non Yahudi.
• Kutuk dan pembenaran Allah
Paulus juga berbicara mengenai kutuk Allah. Manusia yang hidup tanpa Kristus digambarkan
seperti manusia yang hidup di dalam kutuk. Menurut Paulus orang Yahudi maupun non Yahudi
telah berdosa dan berada di bawah murka Allah. Mereka gagal mengenal siapa Allah
sesungguhnya dan menyembah berhala. Paulus juga mengingatkan bahwa Hukum Taurat dan
sunat memang baik dan suci tetapi tidak dapat dipakai untuk membenarkan manusia di hadapan
Allah. Bagi Paulus manusia dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi oleh iman.
Pembenaran cuma-cuma datang dari Allah melalui Kristus yang telah mati di kayu salib. Dalam
hal ini Paulus tidak setuju dengan pemahaman Yahudi yang meyakini bahwa seseorang dapat
dibenarkan oleh perbuatan.

Surat-Surat PAULUS| 33
• Hidup dalam pengharapan
Paulus menggambarkan orang beriman adalah orang yang mengalami penderitaan dan tetap
memiliki pengharapan akan pemenuhan janji Allah. Menurut Paulus ada tiga dasar pengharapan
bagi orang beriman
✓ Kematian Kristus. Paulus menegaskan bahwa kematian Kristus merupakan inisiatif Allah
untuk memenangkan dan mendamaikan manusia dengan Allah.
✓ Kebangkitan Kristus. Paulus mendasarkan pengharapan orang percaya pada Kristus yang
bangkit dan hidup. Meskipun orang percaya akan mati karena dosa Adamtetapi akan
dibangkitkan di masa yang akan datang.
✓ Pemberian Roh Kudus. Pemberian Roh Kudus merupakan tanda kasih Allah kepada orang
beriman. Ada jaminan yang diberikan kepada orang beriman bahwa sekalipun mengalami
penderitaan, Allah tidak akan mengecewakan mereka.
Di dalam surat ini, Paulus juga melukiskan pengharapan sebagai suatu hasrat yang besar dalam
menantikan Allah yang akan menyatakan status orang beriman sebagai anak-anak Allah. Status
ini yang akan dinyatakan kepada manusia.
• Kesetiaan Allah kepada Israel
Paulus juga membahas persoalan yang saat itu dihadapi yaitu masalah kepercayaan akan Kristus.
Banyak yang menganggap bahwa Allah tidak setia kepada umat pilihan-Nya Israel. Paulus
mencoba menegaskan hal ini bahwa Allah tetap setia kepada Israel. Meskipun demikian, Allah
adalah Allah yang Mahakuasa dan bebas menentukan pilihan-Nya. Allah murka kepada orang-
orang Yahudi karena mereka gagal melaksanakan hukum Taurat. Allah memilih orang non-
Yahudi menjadi umat-Nya untuk membuat orang-orang Yahudi iri. Namun demikian, tidak
selamanya Allah akan murka kepada mereka. Allah akan tetap setia kepada Israel dan bangsa-
bangsa lain jika mereka takut akan Allah. Pada akhirnya, Allah akan tetap menyelamatkan semua
orang Israel baik Yahudi maupun non-Yahudi.
• Gereja sebagai Tubuh Kristus
Dalam surat ini Paulus juga menghimbau jemaat di Roma untuk mempersembahkan tubuh
mereka sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Allah. Untuk mewujudkan
hal tersebut, sebagai manusia yang hidup di dalam dunia, Paulus mengingatkan jemaat di Roma
agar tidak serupa dengan dunia ini melainkan harus berubah oleh pembaharuan akal budi. Paulus
mengingatkan bahwa sebagai sebuah persekutuan, jemaat harus hidup dalam kasih, dimana
golongan yang kuat haruslah mengasihi golongan yang lemah dan golongan yang lemah harus
menerima golongan yang kuat. Kedua golongan yang ada di jemaat Roma saat itu diingatkan
oleh Paulus untuk saling menerima dan mengasihi satu sama lain, supaya keutuhan persekutuan
jemaat sebagai tubuh Kristus dapat dipertahankan.
Rupanya surat ini ditulis pada waktu Paulus bermaksud mengarahkan pekerjaan misionernya ke Barat.
Ia menganggap pekerjaannya di wilayah Timur kekaisaran Romawi telah cukup dan ingin melanjutkan
pelayanannya di Barat, terutama Spanyol. Ketika menulis surat ini, Paulus hampir berangkat ke
Yerusalem untuk menyerahkan sum-bangan yang dikumpulkan di Makedonia dan Akhaya.
Kemungkinan surat ini ditulis di Korintus, di rumah Gayus pada musim semi tahun 56, dan diantar
kepada jemaat Roma oleh diakones Febe (Rm. 16:1-2).
Alasan Paulus menulis surat Roma adalah untuk memperoleh dukungan, baik personal maupun
material dari jemaat Roma bagi misi pekabaran Injilnya ke Spanyol. Itulah sebabnya Paulus
memperkenalkan diri dengan jalan menguraikan pandangan teologisnya secara panjang lebar.
Sementara itu, perlawanan orang-orang Yahudi-Kristen, terutama di Yerusalem, makin merebak.
Surat-Surat PAULUS| 34
Paulus membeberkan perdebatan-perdebatannya dengan para pelawannya, agar jemaat Roma menjadi
saksi. Garis perdebatan Paulus tampak masih dipengaruhi oleh perselisihannya dengan jemaat Galatia,
termasuk tentang hubungan antara mereka yang kuat dan yang lemah. Sedangkan pergumulannya
mengenai kedudukan Israel dalam pasal 9-11 terkait erat dengan doktrinnya tentang pembenaran.
Jadi, secara ringkas ada empat faktor yang mendorong Paulus menulis surat kepada jemaat Roma,
yaitu:
(1) Paulus membutuhkan dukungan dan bantuan jemaat Roma untuk rencana misionernya ke
Spanyol.
(2) Ia membutuhkan dukungan berkenaan dengan kemungkinan terjadinya perdebatan dengan orang-
orang Kristen-Yahudi di Yerusalem ketika ia menyerahkan persembahan untuk jemaat Yerusalem.
(3) Paulus ingin menangkis agitasi para pelawan Yahudi terhadap misi Paulus, yang diduga telah
mempengaruhi jemaat Roma. Menurut F.C. Baur, di Roma telah ada kelompok anti universalisme
Paulus yang berusaha menyingkirkan orang-orang kafir dari anugerah Allah.
(4) Paulus ingin menjelaskan pokok-pokok teologinya.

Surat-Surat PAULUS| 35
BAB II. DEUTERO-PAULINE
2.1. 2 Tesalonika
2.1.1. Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia menulis surat yang
pertama. Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan saja setelah surat pertama ketika
Paulus masih bekerja di Korintus bersama Silas dan Timotius (2Tes 1:1; bd. Kis 18:5). Rupanya ketika
diberi tahu mengenai penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di tempat itu, Paulus
tergerak untuk menulis surat kedua ini.
2.1.2. Struktur Surat
Salam Kristen (2Tes 1:1-2)
I. Paulus Menghibur Jemaat Tesalonika yang Dianiaya (2Tes 1:3-12)
A. Rasa Syukur Karena Pertumbuhan Rohani (2Tes 1:3)
B. Pujian Atas Ketabahan Gereja Lainnya (2Tes 1:4)
C. Keyakinan Mengenai Hasil Akhir (2Tes 1:5-10)
D. Doa Paulus bagi Mereka (2Tes 1:11-12)
II. Paulus Memperbaiki Pengakuan Kepercayaan Jemaat Tesalonika (2Tes 2:1-17)
A. Hari Tuhan Belum Tiba (2Tes 2:1-2)
B. Manusia Durhaka Akan Dinyatakan Dahulu (2Tes 2:3-12)
C. Berdiri Teguh di Dalam Kepastian Kebenaran dan Kasih Karunia (2Tes 2:13-17)
III.Paulus Menasihati Jemaat Tesalonika Tentang Hal-Hal Praktis (2Tes 3:1-15)
A. Mendoakan Dirinya (2Tes 3:1-2)
B. Tetap Setia Bertahan di Dalam Tuhan (2Tes 3:3-5)
C. Menjauhi Orang yang Tidak Mau Patuh dan Hidup Berdisiplin (2Tes 3:6-15)
Salam Penutup dan Berkat (2Tes 3:16-18)

2.1.3. Tujuan dan Ciri Khas Surat


Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama:
1. menghibur orang percaya baru yang dianiaya;
2. menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja untuk mencari nafkah; dan
3. memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang peristiwa akhir zaman yang berkaitan
dengan "Hari Tuhan" (2Tes 2:2).

Tiga ciri utama menandai surat ini,


1. Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran hukum yang tanpa
kendali dan penipuan pada akhir sejarah (2Tes 2:3-12).
2. Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus digambarkan dengan
istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu (2Tes 1:6-10; 2:8).
3. Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang tidak digunakan di bagian
Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).

2.1.4. Pesan Teologis


Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama bernada seorang perawat
lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7), dalam surat ini nadanya lebih seperti bapa yang
mendisiplin anak-anak yang kurang tertib dan memperbaiki jalannya (2Tes 3:7-12; bd. 1Tes 2:11).
Surat-Surat PAULUS| 36
Namun demikian Paulus memuji mereka karena iman yang teguh dan mendorong mereka lagi untuk
tetap setia dalam penganiayaan yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).
Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman (2Tes 2:1-12; bd. 2Tes 1:6-10). Dari
2Tes 2:2 tampaknya bahwa beberapa orang dalam jemaat menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu
penyataan), "laporan" (berita lisan) atau "surat" (katanya dari Paulus) bahwa masa kesengsaraan
besar dan hari Tuhan sudah mulai. Paulus memperbaiki salah paham ini dengan mengatakan bahwa
tiga peristiwa penting akan menandai tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);
1. akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tes 2:3);
2. Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan diangkat (2Tes 2:6-7) dan
3. "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus menegur mereka di dalam gereja
yang mempergunakan penantian akan kedatangan Kristus ini sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia
mendorong semua orang percaya untuk hidup dengan rajin dan disiplin
(2Tes 3:6-12).

2.2. Kolose
2.2.1. Sejarah
• Pada 396 SM, pada Perang Persia, Tisafernes, seorang satrap, dipikat ke Kolose dan dibunuh
oleh seorang suruhan dari pihak Koresh (Cyrus). Plinius mengatakan bahwa wol Kolose
(colossinus) kemudian digunakan untuk nama warna bunga cyclamen. Pada masa Helenis, kota
ini menduduki tempat yang cukup penting dalam perdagangan meskipun pada abad pertama
kedudukannya serta jumlah penduduknya banyak sekali berkurang.
• Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat gereja di Kolose (Kolose 1:2), dan menyebutkan
kepada Filemon bahwa ia berharap untuk mengunjungi kota itu bila ia dibebaskan dari penjara
(lihat Filemon 1:22). Tampaknya Epafras adalah pendiri gereja di Kolose.
• Kota ini tinggal reruntuhan (kemungkinan karena gempa bumi) dan kota
Bizantium, Chonas atau Chonum berdiri di lokasi dekat reruntuhannya. Bila kita meninjau
literatur klasik, Bizantium atau literatur Abad Pertengahan yang menyebutkan situs ini akan
tampak perubahan nama dari sebagian atau keseluruhan bagian kota Kolose menjadi Kona atau
Chonae. Kota ini adalah tempat kelahiran para penulis Abad Pertengahan Nicetas
Choniates dan Michael Choniates.
• Dalam seni Bizantium dan Rusia, tema Mukjizat Penghulu Malaikat Mikail di Kota sangat
terkait dengan situs ini. Biara Chudov (Biara Mukjizat) di Kremlin, Moskwa, tempat para tsar
Rusia dibaptiskan, dipersembahkan kepada perayaan Mukjizat di Kona
2.2.2. Latar belakang
✓ Pada dasarnya bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini. Akan tetapi, ia mengutus
pekerja-pekerja dari Efesus, ibukota provinsi Roma di Asia Kecil pada waktu itu. Oleh sebab
itu, ia merasa bertanggung jawab juga atas jemaat di Kolose itu. Informasi yang didapat oleh
Paulus berasal dari Epafras. Epafras melaporkan kepada Paulus bahwa di dalam jemaat itu ada
guru-guru yang mengajar ajaran-ajaran yang salah. Guru-guru itu menekankan bahwa untuk
mengenal Tuhan dan diselamatkan dengan sempurna, orang harus menyembah "roh-roh yang
menguasai dan memerintah semesta alam ini". Selain itu, kata guru-guru itu kepada jemaat di
Kolose agar setiap orang harus pula taat menjalankan peraturan-peraturan sunat, pantangan dan
lain sebagainya.
✓ Paulus mendengar hal itu pun tidak tinggal diam. Dia merasa bertanggung jawab terhadap jemaat
di Kolose tersebut. Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini pun ditulis untuk mengemukakan
Surat-Surat PAULUS| 37
ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-ajaran salah yang diajarkan oleh guru-guru
palsu itu. Inti dari sari surat ini ialah bahwa Yesus Kristussanggup memberi keselamatan
yang sempurna dan bahwa ajaran-ajaran yang lainnya itu hanya menjauhkan orang dari Kristus.
Paulus juga menekankan bahwa melalui Kristuslah, Tuhan menciptakan dunia ini, dan melalui
Kristus pula Tuhan menyelamatkannya. Harapan dunia untuk diselamatkan hanyalah melalui
bersatu dengan Kristus.
✓ Setelah itu, Paulus menguraikan pula hubungan antara ajaran yang agung itu dengan kehidupan
orang Kristen. Tikhikus adalah orang yang membawa surat ini ke Kolose untuk Paulus. Dia
ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh Paulus untuk kembali kepada tuannya,
yaitu Filemon, yang juga merupakan seorang anggota jemaat di Kolose.
2.2.3. PESAN Teologi
• Surat Paulus untuk jemaat Kolose menggambarkan secara keseluruhan pemahaman teologi
untuk menolong pembacanya menemukan manusia yang asli dan kematangan spiritual yang
seesuai dengan keinginan Tuhan untuk umat-Nya. Tuhan itu memberikan penghakiman yang
adil dan bijaksana. Dia mengutus Anak-Nya untuk mencapai pendamaian. Yesus yang
menangani dosa manusia dengan mati di kayu salib agar kehidupan yang diberikan kepada umat-
Nya. Hidup umat yang benar yang diungkapkan melalui hidup yang benar. Hal ini ditunjukkan
melalui ungkapan iman percaya mereka dan dengan dibaptis di dalam Yesus Kristus. Paulus di
dalam suratnya ini pada intinya hendak menyuarakan pemahamannya akan beberapa tema
teologi terbesar.
• Adanya makna yang ditujukan kepada gereja. Roh Kudus dan gereja terletak jejak-jejak yang
dapat membantu pemahaman tentang bagaimana membawa pesan teks kuno ke dalam situasi
sekarang ini. Paulus bermaksud agar suratnya dibaca di dalam gereja (4:16). Hal ini pula
mengingatkan gereja bahwa gereja tidak dapat memahami surat-surat Paulus tersebut secara
murni. Setiap orang Kristen yang dewasa bertanggung jawab terhadap iman percayanya. Tetapi
kebenaran Kristen tetap menjadi milik bersama.
• Paulus menulis surat ini untuk memastikan jemaat di kolose adalah warga Kerajaan Allah. Tidak
ada keraguan atas pernyataan ini menjadi bukti iman kepada Kristus. Manurut Paulus, gereja
adalah tubuh Kristus dan memiliki tugas untuk bersaksi bagi dunia tentang Kerajaan Allah.

2.3. Efesus
2.3.1. Sejarah
• Ephesos (bahasa Yunani kuno Ἔφεσος, Ephesos; bahasa Turki Efes) atau Efesusadalah
kota Yunani kuno, dan di kemudian hari menjadi kota Romawi, di pesisir barat Asia Kecil,
dekat Selçuk modern, Provinsi Izmir, Turki. Kota ini adalah salah satu dari dua belas kota
anggota Liga Ionia pada masa Yunani Klasik. Pada masa Romawi, selama bertahun-tahun kota
ini menjadi kota kedua terbesar di Romawi setelah kota Roma. Ephesos memiliki populasi
sejumlah lebih dari 250.000 orang pada abad ke-1 SM, yang ketika itu menjadikannya sebagai
kota terbesar kedua di dunia.
• Kota ini dulunya terkenal karena adanya "Kuil (dewi) Artemis" (Temple of Artemis; selesai
dibangun pada tahun 550 SM), salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia Kuno. Kaisar Konstantin
I membangun kembali hampir keseluruhan kota ini dan mendirikan tempat-tempat mandi umum
yang baru. Berdasarkan surat perintah "Edik Tesalonika" (Edict of Thessalonica) dari
kaisar Theodosius I, kuil itu dihancurkanYohanes Krisostomus.[39] Kota ini sebagian hancur

Surat-Surat PAULUS| 38
akibat gempa bumi pada tahun 614 M. Pentingnya kota ini sebagai pusat perdagangan menurun
karena pelabuhannya lambat laun ditumpuki oleh endapan sungai Cayster (Küçük Menderes).
• Efesus adalah salah satu dari tujuh Jemaat di Asia Kecil yang disebutkan dalam Kitab Wahyu
kepada Yohanes. Diduga Yohanes menulis Injilnya di kota ini. Pada abad ke-5 kota ini menjadi
tempat pertemuan besar orang Kristen, yang disebut "Konsili", salah satu yang terkenal adalah
"Konsili Efesus".
2.3.2. Latar Belakang
✓ Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus
menuliskan surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan ada hal yang
menjadi motifasi dia untuk menulis surat tersebut. Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat
Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus
pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka
sembah pada saat itu adalah mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dan mempercayai
bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan
penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk
mengirimkan suratnya kepada jemaat di Efesus.
✓ Surat ini berisikan nasihat, perintah, dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam surat ini
penulisnya menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang di surga maupun yang
di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala" (1:10). Surat ini merupakan juga seruan
kepada umat Tuhan supaya mereka menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk
mempersatukan seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.
✓ Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu terjadi. Untuk
menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Tuhan telah memilih umat-Nya, bagaimana
Tuhan melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan membebaskan umat-Nya dari dosa,
dan bagaimana janji Tuhan itu dijamin oleh Roh Kudus. Di dalam bagian kedua, diserukan
kepada para pembacanya supaya mereka hidup rukun dalam kesatuan mereka sebagai umat yang
percaya kepada Kristus dapat terlaksana.
✓ Untuk menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah menjadi satu karena bersatu dengan Kristus,
penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus sebagai
kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus, atau seperti
seorang isteri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan
rahmat Tuhan melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya
menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan.
Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-
Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-Nya.
2.3.3. Pesan Teologis
• Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan sejenak oleh
dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon hikmat dan wahyu
dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa,
dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).
• "Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam surat-
surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap berkat rohani"
dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan perihal berada "di dalam
Kristus".
• Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.
Surat-Surat PAULUS| 39
• Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef 1:13-14,17;
Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).
• Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena persamaan
dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama

BAB III. POST-PAULINE (SURAT PASTORAL)


3.1. 1-2 Timoteus
3.1.1. Sejarah
• Surat Paulus kepada Timotius adalah salah satu surat yang sebagian besar berisi nasihat-nasihat
pribadi kepada Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang masih muda. Inti nasihatnya
ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita
tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran
tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan pemberita Injil
dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar
Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus. Timotius khusus
diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak
bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran
orang yang mendengarnya.
• Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari kehidupan Paulus -
- yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya, ketabahannya dan penderitaan
yang dialaminya dalam penganiayaan. Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai
akhir masa kehidupannya dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.
3.1.2. Latar Belakang
✓ Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat Penggembalaan",
adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1) kepada Timotius (di Efesus) dan
Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di gereja. Beberapa pengeritik telah
mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat ini, namun gereja mula-mula dengan tegas
menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan
dan kosakata dalam Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari
Paulus, usia lanjut dan perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat
menerangkan perbedaan ini dengan cukup menyakinkan.
✓ Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam pasal
terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di Roma (Kis
28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan
Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus
meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang
sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28). Berdasarkan data dalam Surat-Surat
Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta,
Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-
65 M), Paulus menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus
di Kreta. Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa
waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma, ketika
dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati syahid pada tahun
67/68 M (lihat 2Tim 4:6-8).
Surat-Surat PAULUS| 40
3.1.3. Pesan Teologi
• Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di jemaat Efesus,
sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang mendalam.
• Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini menekankan
tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni dan bebas dari ajaran palsu
yang akan melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan.
• Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua pencemaran,
panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah bagi para pemimpinnya.
Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bagaimana seorang
gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita serta dengan semua kelompok
usia dan sosial dalam gereja.

3.2. Titus
3.2.1. Sejarah
• Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat Paulus yang terdapat di
dalam PerjanjianBaru di Alkitab Kristen. Bersama dengan surat Timotius, surat ini
dikategorikan sebagai surat-surat Pastoral. Dikategorikan surat pastoral karena surat-surat ini
ditujukan kepada Titus dan Timotius yang menjalankan tugas sebagai seorang pastor. Secara
garis besar surat ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus
untuk menanggulangi ajaran sesat. Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus dalam
pekerjaannya.
3.2.2. Latar Belakang
✓ Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah seorang
pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan" karena membahas masalah yang
berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal
2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak
disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan erat dengan
Paulus ditunjukkan dengan: disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus; dia
adalah orang yang bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti
Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),;
dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama perjalanan
misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-24), dan pelayanannya sebagai
teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5)
✓ Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia Kecil di
Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang kedua.
✓ Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang Kreta (Tit 1:5),
sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Tim 1:3). Tidak lama sesudah
peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan
pekerjaan yang telah mereka awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan
Apolos yang akan melewati Kreta (Tit 3:13).
✓ Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau Tikhikus
dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus ikut serta dengan Paulus
di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi tempat tinggal Paulus selama musim
dingin (Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini terlaksana (bd. 2Tim 4:10) karena Paulus
kemudian menugaskan Titus di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).
Surat-Surat PAULUS| 41
3.2.3. Pesan Teologis
• Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari keselamatan dalam
Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7)
• Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas landasan rohani,
teologis dan etis yang sangat kuat
• Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang harus dipenuhi
pemimpin dalam pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Deuterokanonika, 1974.


Brunot, A., Paulus dan Pesannya, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
Fabris R. - Romanello S., Introduzione alla lettura di Paolo, Roma: Borla, 2006.
Fitzmyer J.A., Paolo. Vita, viaggi, teologia, Brescia: Queriniana, 2008.
Jacobs, T., Paulus, Hidup, Karya dan Teologinya, Yogyakarta: Kanisius, 1980.
Marsunu, S.., Pengantar Surat-Surat Paulus, Yogyakarta: Kanisius, 2016.
Pitta A., Paolo. La vita, le lettere, il suo vangelo, Cinisello Balsamo: San Paolo, 2000.

Surat-Surat PAULUS| 42

Anda mungkin juga menyukai