Anda di halaman 1dari 183

MAKALAH

“KITAB ROMA SAMPAI KITAB WAHYU”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Mispan

NIM : 86.3194

PRODI : PAK

TKT/SEM : I / II

M.KULIAH : PPPB II

DOSEN : DR FERDINAND SITINJAK, M.TH

“SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT”

“JAKARTA 2023”
KATA PENGANTAR

Syalom buat kita semua, atas kasih karunia-Nya saya bisa menyelesaikan tugas
yang diberikan dosen yaitu DR FERDINAND SITINJAK, M.TH yang dimana tugas
saya untuk melakukan penyelidikan/pencarian terhadap Alkitab yang berawal dari
kitab Roma sampai wahyu. Dan terimakasih kepada kawan-kawan saya yang
tetap setia untuk mendukung saya agar tugas saya bisa diselesaikan dengan tepat
waktu, dan kiranya tugas yang saya selesaikan ini bisa dapat menambah
pengetahuan buat saya, kawan – kawan sekalian, dan kiranya apabila ada
kesalahan terhadap tugas yang saya buat ini, saya berharap supaya dosen dan
kawan – kawan sekalian bisa memaafkan saya, dan semoga tugas saya ini bisa
dipahami dengan benar, sekian kata pengantar yang saya sampaikan, saya
ucapkan terimakasih. Syalom..
BAB I

PENDAHULUHAN

SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA

Latar Belakang

Tema: Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57P.

Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah
berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun
hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia
menegaskan kerinduan yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga
menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rom 15:23-32).

Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga
(bd. Rom 15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah
Gayus (Rom 16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya
Tertius (Rom 16:22), dia sedang merencanakan kembali ke Yerusalem untuk hari
Pentakosta (Kis 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk
menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi
kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera
setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke Spanyol untuk menginjil dan
mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk memperoleh bantuan dari
mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).

Surat Roma adalah salah satu surat yang terdapat di Alkitab Perjanjian Baru yang


sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus. Dalam surat ini terkesan bahwa tugas
Paulus di kawasan Timur kekaisaran Romawi, antara lain untuk mengumpulkan
dana bagi jemaat di Yerusalem, telah selesai. Tampaknya surat ini merupakan
surat terakhir Paulus yang ditulisnya di daerah Yunani.Ada anggapan bahwa surat
ini adalah sebuah ringkasan komprehensif dari seluruh teologi Paulus. Hal ini
disebabkan keadaan jiwa Paulus yang lebih reflektif ketika menulis surat ini
daripada surat Galatia atau surat Korintus. Surat Paulus kepada jemaat di Roma
ini ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungan Paulus kepada
mereka, dan selain itu, Paulus juga sedang memperhalus beberapa aspek
pemikirannya yang ternyata disalahtafsirkan, sehingga hal ini menjadi prioritas
Paulus saat itu.

Ayat-ayat terkenal

Roma 3:23-24: Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma
karena penebusan dalam Kristus Yesus.

Roma 6:23: Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang
kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Roma 8:28: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi
mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Penulis

Penulis surat ini adalah rasul Paulus, yang memperkenalkan dirinya di awal surat
(Roma 1:1) dengan namanya ("Paulus"), identitasnya ("hamba") Yesus Kristus),
tugas panggilannya ("rasul" atau apostolos) dan tujuan pekerjaannya ("dikuduskan
untuk memberitakan Injil Allah"). Surat ini sendiri tidak ditulis tangan oleh Paulus,
melainkan menggunakan jasa seorang sekretaris bernama Tertius, yang
menyatakan dirinya pada ayat Roma 16:22. Paulus bukanlah pendiri jemaat di
Roma, sehingga ia tidak mengetahui langsung keadaan jemaat ini, tetapi ia
mendapat informasi dari orang-orang Kristen yang datang dari Roma ke Korintus,
tempat ia membuat surat ini. Sudah sejak lama Paulus ingin mengunjungi orang-
orang Kristen di Roma, dan sangat ingin menyampaikan Injil di sana, tetapi
keinginannya tersebut selalu terhalang, padahal sewaktu di Efesus, Paulus
merencanakan untuk pergi melalui Akhaya dan Makedonia. Keinginan Paulus
bertambah besar ketika ia mengalami kesulitan di Yerusalem dan ia merasa
kehidupannya seolah-olah akan segera berakhir, saat itu ia mendapatkan
penglihatan bahwa Tuhan berdiri di sampingnya dan menguatkannya untuk dapat
terus menguatkan hati sehingga Paulus dapat bersaksi juga di Roma.

Sebutan Paulus untuk dirinya sendiri, yaitu sebagai hamba atau budak sahaya
(doulos) Yesus Kristus dan juga sebagai "rasul" (apostolos) sama seperti di surat-
suratnya yang lain. Paulus merasa dirinya menjadi seorang hamba bukan karena
keinginan dirinya sendiri tetapi karena kuasa Kristus Yesus.

Tujuan surat

Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma
serta rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.

Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan


mengenai berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa
perlu untuk menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.

Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja
karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom
2:1-29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom
11:11-36), dan Surat Paulus ini sudah pasti ditujukan kepada jemaat
di Roma. Jemaat Roma pada saat itu sedang mendapat banyak tekanan baik dari
orang Yahudi maupun orang-orang Romasendiri dan selain itu di dalam tubuh
jemaat Roma sendiri sedang terjadi konflik. Oleh karena itu Paulus mengirimkan
surat ini untuk menasihati jemaat di Roma, bagaimana seharusnya bersikap
terhadap keadaan mereka dan bagaimana sikap mereka kepada
pemerintah. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang
agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-
orang Kristen. Sepanjang surat ini, Paulus menekankan bahwa
hukum Taurat tidak lagi mengikat sebagai hukum, karena Taurat tersebut tidak
lagi berlaku, kecuali sebagai sejarah kudus yang menceritakan bagaimana umat
bisa sampai pada keadaan sekarang ini. End menuliskan bahwa data mengenai
makna penulisan Surat Roma yang dapat ditemukan dalam surat itu sendiri dapat
diringkaskan sebagai berikut:

(a) berkenalan dengan jemaat, yang tidak didirikan Paulus (1:11 dyb.).
(b) meminta dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke
Spanyol yang sedang direncanakan Paulus (15:24).

(c) meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan konfrontasi dengan
orang Yahudi di Yerusalem (15:30-31).

(d) meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan ketidakpastian paulus
mengenai sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap sumbangan jemaat-jemaat
di Makedonia dan Akhaya yang dibawa Paulus ke Yerusalem (15:30-31).

(e) Agaknya juga meredakan perselisihan yang sedang berlangsung dalam jemaat
Roma (14:1-15:13).

Tempat Penulisan

Informasi dari Surat 1 Korintus, Surat 2 Korintus, Surat Roma ini dan Kisah Para


Rasul menunjukkan bahwa surat ini ditulis di Korintus sekitar waktu Paulus
mengumpulkan uang untuk membantu jemaat di Yerusalem yang saat itu sangat
miskin dan membutuhkan dana dari berbagai jemaat di sekitar Laut
Tengah. Ketika surat ini dibuat, Paulus sudah selesai mengumpulkan dan sedang
bersiap-siap untuk membawakan dana kepada jemaat di Yerusalem. Diperkirakan
bahwa Paulus menulis surat ini ketika tinggal di
rumah Gayus di Korintus. Tampaknya Paulus berniat naik kapal langsung dari
Korintus ke Yudea. Pada waktu itu juga, Febe, seorang diaken perempuan yang
melayani di Kengkrea,akan berangkat dari Korintus ke Roma dan ialah pembawa
surat Roma ini, sehingga Paulus meminta jemaat di sana menyambutnya dengan
baik.

Waktu penulisan

Semua pelayaran di Laut Tengah praktis dihentikan setelah tanggal 11 November,


karena cuaca buruk selama musim dingin, dan baru dimulai lagi tanggal 10
Maret setiap tahunnya, sehingga surat Roma rupanya ditulis sebelumnya, yaitu
pada musim gugur tahun 57 M. Robinson meyakini penulisannya pada musim
semi (antara bulan Maret - Juni) tahun 57 M. Pendapat lain memberi perkiraan
tahun 53-54, atau tahun 53-56.
Rencana Paulus sendiri berubah karena ancaman orang Yahudi, sehingga Paulus
tidak jadi naik kapal dari Korintus, melainkan berjalan kaki ke Makedonia dan
berlayar ke Yerusalem dari Filipi pada musim semi tahun berikutnya (58 M)..
Paulus baru sampai di Roma setelah ditangkap dan diadili di Yudea.

Struktur

Surat Roma merupakan surat yang menyangkut banyak aspek dan hasil dari
penyusunan yang sangat teliti. Untuk memahaminya, surat ini dapat dibagi
menjadi empat bagian:

Pasal 1-8, mengenai masalah kebenaran

Pasal 9-11, berbicara mengenai masalah bangsa Yahudi

Pasal 12-15, mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis

Pasal 16, surat pengantar untuk Febe dan daftar nama orang-orang yang dikirimi
salam oleh Paulus

Muatan teologis

Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan

Dalam surat Roma ini, Paulus memberikan penjelasan mengenai Injil secara


menyeluruh. Ia menegaskan bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Allah untuk
memberitakan Injil dan menuntun bangsa-bangsa supaya percaya dan taat
kepada Allah. Paulus mendefinisikan Injil (euangelion) sebagai kekuatan
Allah. Ungkapan ini menunjukkan ciri KristologiPaulus. Injil menjadi kekuatan Allah
yang menyelamatkan. Injil menjadi representasi dari kuasa Allah yang
menyelamatkan, bukan hanya sekadar menjadi informasi tentang penyelamatan
Allah. Tindakan penyelamatan Allah tersebut terjadi di dalam Injil dan bertujuan
untuk menyelamatkan setiap manusia. Injil menyelamatkan semua bangsa baik
Yahudi maupun non Yahudi.

Kutuk dan pembenaran Allah

Paulus juga berbicara mengenai kutuk Allah. Manusia yang hidup tanpa Kristus
digambarkan seperti manusia yang hidup di dalam kutuk. Menurut Paulus
orang Yahudi maupun non Yahudi telah berdosa dan berada di bawah murka
Allah. Mereka gagal mengenal siapa Allah sesungguhnya dan menyembah
berhala. Paulus juga mengingatkan bahwa Hukum Taurat dan sunat memang baik
dan suci tetapi tidak dapat dipakai untuk membenarkan manusia di hadapan
Allah. Bagi Paulus manusia dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi
oleh iman. Pembenaran cuma-cuma datang dari Allah melalui Kristus yang telah
mati di kayu salib. Menurut Udo Schnelle, dalam hal ini Paulus tidak setuju dengan
pemahaman Yahudi yang meyakini bahwa seseorang dapat dibenarkan oleh
perbuatan.

Hidup dalam pengharapan

Paulus menggambarkan orang beriman adalah orang yang mengalami


penderitaan dan tetap memiliki pengharapan akan pemenuhan janji Allah. Menurut
Paulus ada tiga dasar pengharapan bagi orang beriman.

Kematian Kristus. Paulus menegaskan bahwa kematian Kristus merupakan


inisiatif Allah untuk memenangkan dan mendamaikan manusia dengan Allah.

Kebangkitan Kristus. Paulus mendasarkan pengharapan orang percaya pada


Kristus yang bangkit dan hidup. Meskipun orang percaya akan mati karena
dosa Adamtetapi akan dibangkitkan pada masa yang akan datang.

Pemberian Roh Kudus. Pemberian Roh Kudus merupakan tanda kasih Allah


kepada orang beriman. Ada jaminan yang diberikan kepada orang beriman bahwa
sekalipun mengalami penderitaan, Allah tidak akan mengecewakan mereka.

Di dalam surat ini, Paulus juga melukiskan pengharapan sebagai suatu hasrat
yang besar dalam menantikan Allah yang akan menyatakan status orang beriman
sebagai anak-anak Allah. Status ini yang akan dinyatakan kepada manusia.

Kesetiaan Allah kepada Israel

Paulus juga membahas persoalan yang saat itu dihadapi yaitu masalah
kepercayaan akan Kristus. Banyak yang menganggap bahwa Allah tidak setia
kepada umat pilihan-Nya Israel. Paulus mencoba menegaskan hal ini bahwa Allah
tetap setia kepada Israel. Meskipun demikian, Allah adalah Allah yang Mahakuasa
dan bebas menentukan pilihan-Nya. Allah murka kepada orang-orang Yahudi
karena mereka gagal melaksanakan hukum Taurat. Allah memilih orang non-
Yahudi menjadi umat-Nya untuk membuat orang-orang Yahudi iri. Namun, tidak
selamanya Allah akan murka kepada mereka. Allah akan tetap setia kepada Israel
dan bangsa-bangsa lain jika mereka takut akan Allah.Pada akhirnya, Allah akan
tetap menyelamatkan semua orang Israel baik Yahudi maupun non-Yahudi.

Gereja sebagai tubuh Kristus

Dalam surat ini Paulus juga menghimbau jemaat di Roma untuk


mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup dan
berkenan di hadapan Allah. Untuk mewujudkan hal tersebut, sebagai manusia
yang hidup di dalam dunia, Paulus mengingatkan jemaat di Roma agar tidak
serupa dengan dunia ini melainkan harus berubah oleh pembaharuan akal
budi. Paulus mengingatkan bahwa sebagai sebuah persekutuan, jemaat harus
hidup dalam kasih, dimana golongan yang kuat haruslah mengasihi golongan
yang lemah dan golongan yang lemah harus menerima golongan yang
kuat. Kedua golongan yang ada di jemaat Roma saat itu diingatkan oleh Paulus
untuk saling menerima dan mengasihi satu sama lain, supaya keutuhan
persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus dapat dipertahankan.

Kaitan dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab

Dalam surat ini, Paulus mengutip sejumlah ayat dari Alkitab Ibrani, termasuk
dari Taurat, terutama dari Kitab Kejadian, dan Nevi'im, terutama dari Kitab
Yesaya. Kaitan dengan kitab-kitab Injil terlihat jelas dari pengutipan
kisah Kematian dan Kebangkitan Yesus. Disebutkan juga kota-kota lain yang
pernah dikunjungi oleh Paulus dan dikirimi surat olehnya,
seperti Korintus dan Efesus. Tidak terlihat kaitan langsung dengan surat-surat
ataupun kitab (Wahyu kepada Yohanes) dari rasul-rasul lain (Yakobus, Simon
Petrus, Yohanes, dan Yudas), meskipun sepakat dalam hal muatan iman Kristen.

Garis Besar Roma

Garis Besar
Pendahuluan
(Rom 1:1-17)

I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran (Rom 1:18-3:20)

A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi (Rom 1:18-32)

B. Kebutuhan Orang Yahudi (Rom 2:1-3:8)

C. Kebutuhan Semua Orang (Rom 3:9-20)

II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah (Rom 3:21-5:21)

A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan (Rom 3:21-31)

B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham (Rom 4:1-25)

C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran (Rom 5:1-11)

D. Adam dan Kristus Dibandingkan (Rom 5:12-21)

1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian

2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup

III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman (Rom 6:1-8:39)

A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa (Rom 6:1-23)

1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa (Rom 6:1-14)

2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran (Rom 6:15-23)

B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat


(Rom 7:1-25)

C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan (Rom 8:1-39)

IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel (Rom 9:1-11:36)

A. Persoalan Penolakan Israel (Rom 9:1-10:21)

B. Kemenangan Rencana Allah (Rom 11:1-36)


V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman (Rom 12:1-15:13)

A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri (Rom 12:1-2)

B. Orang Percaya dan Masyarakat (Rom 12:3-21)

C. Orang Percaya dan Pemerintah (Rom 13:1-7)

D. Orang Percaya dan Hukum Kasih (Rom 13:8-15:13)

Penutup (Rom 15:14-16:27)

Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam
Tuhan Yesus dinyatawkan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya
kepada dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari
Injil. Pertama, Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan
manusia akan kebenaran adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang
Yahudi maupun orang bukan Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di
bawah murka Allah, tidak ada seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan
Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui iman kepada Yesus Kristus (Rom
3:21--4:25).

Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan
setelah mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21),
karunia kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan
Kristus (pasal 6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai
kebenaran menurut hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita
sebagai anak-anak Allah dan hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita
kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-39). Allah sedang mengerjakan rencana
penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).

Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus


mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan --
sosial, sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat
Roma dengan keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33)
dan ucapan salam pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung
pujian (pasal 16; Rom 16:1-27).

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.Surat Roma merupakan surat Paulus yang
paling sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.Paulus menulis
dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).Paulus
memakai PL secara luas sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat
sesungguhnya dari Injil.Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti
penyataan Injil (Rom 1:16-17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan
melalui Yesus Kristus.Paulus memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari
dosa bersama dengan persediaan Allah di dalam Kristus untuk masing-
masing aspek:dosa sebagai pelanggaran pribadi (Rom 1:1--5:11), dan prinsip
"dosa" (Yun. he hamartia), yaitu kecenderungan bawaan yang alami untuk berbuat
dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan Adam (Rom 5:12-
8:39).Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam Alkitab
mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.Surat Roma berisi
pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang
Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah
yang bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-
11; Rom 9:1--11:3

SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS

Latar belakang

Penulis: Paulus
Tema: Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56

Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus (disingkat Surat 1


Korintus, I Korintus, 1Kor atau I Kor) merupakan salah satu dari ketiga surat (1 & 2
Korintus serta Roma) yang menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian
Baru di Alkitab Kristen. Surat Korintus yang pertama ditulis
setelah Paulus menerima kabar buruk dari orang-orang Kloe. Berita buruk
tersebut adalah timbulnya persoalan-persoalan, seperti keikutsertaan jemaat
Korintus dalam upacara-upcara keagamaan kafir, penghakiman di depan orang-
orang kafir dan pelacuran. Selain masalah-masalah etis dan moral, surat ini juga
merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat di Korintus yang memiliki
berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu dengan yang lainnya
saling menyombongkan diri.

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota
metropolitan Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak
kota yang makmur pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara
intelek, kaya secara materi, dan bejat secara moral. Segala macam dosa
merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul dan hawa nafsu.

Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya
sendiri (Kis 18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas
bulan pelayanannya di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis
18:1-17). Jemaat di Korintus terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan
adalah orang bukan Yahudi yang dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus
meninggalkan Korintus, berbagai macam masalah timbul dalam gereja yang masih
muda itu, yang memerlukan wewenang dan pengajaran rasulinya melalui surat-
menyurat dan kunjungan pribadi.

Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31)
pada waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai
masalah-masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11);
setelah itu utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat
kepada Paulus yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1;
bd. 1Kor 8:1; 1Kor 12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat
yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat ini.

Ayat-Ayat Terkenal

1 Korintus 10:13: Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-


pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan
karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada
waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu
dapat menanggungnya.
1 Korintus 13:4-8: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan
tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena
kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan
segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.

Konteks Surat 1 Korintus

Kota Korintus bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat


perdagangan, budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini
pernah dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada 146 SM.  Barulah setelah
kehancuran itu, kota Korintus dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 46
SM. Setelah pembangunan kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi
Romawi, yaitu Akhaya yang pada tahun 55 M dipimpin oleh Gubernur Galio dan
menjadi pusat perdagangan yang berkembang, khususnya industri keramik
(barang tembikar).Selain perdagangan tembikar, kota ini dikenal juga karena
kemajuannya yang pesat dalam kebudayaan, pendidikan, dan juga karena
banyaknya agama Hellenis yang terdapat di sana.  Kota ini didominasi
oleh Akrokorintus yang dikenal sebagai dewi asmara dan pemujaan dewi ini
banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman Aristofanes.
Tindakan amoral itu didominasi oleh perilaku seksual yang sembarangan dan
pemujaan dewa-dewi Romawi di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen di
Korintus ada sebagian yang termasuk mengikuti praktik-praktik amoral tersebut.

Gambaran Jemaat di Korintus

Gereja di Korintus didirikan pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua,


sekitar musim gugur tahun 52 M, seperti yang tertulis dalam Kisah Para
Rasul 18:1-18. Di Korintus, Paulus tinggal selama 18 bulan, mengasuh gereja
yang baru ini, sambil sehari-hari bekerja sebagai tukang membuat tenda. Paulus
menyebut orang Korintus 'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'.  Atas
keadaan inilah, jemaat di Korintus menjadi sangat bergembira, namun sikap ini
juga yang membuat jemaat di Korintus menjadi congkak, puas diri, sehingga
keadaan jemaat menjadi kacau.  Akibat kekacauan ini, jemaat Korintus
mengalami ekstase (kegembiraan yang meluap).  Ekstase ini ditujukan bukan lagi
kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-perempuan yang dapat
memenuhi hasrat mereka. Terjadinya berbagai macam penyimpangan moral di
jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas
Yahudi Gnostik. Gnostisisme adalah gerakan spiritual yang mempengaruhi
kehidupan Kristen, awalnya di sekitar Laut Tengah. Selanjutnya, dalam praktik
penyembahan berhala, jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang
rasionalis.

Penulis dan Tempat Penulisan Surat I Korintus

Surat ini menyebut Paulus sebagai pengarang utama surat ini,


bersama Sostenes, seperti yang tertulis di 1 Korintus 1:1. Tampaknya surat ini
ditulis dengan bantuan seorang sekretaris (mengingat tidak mudahnya penulisan
surat di atas kertas perkamen, tetapi di akhir surat ini, Paulus menulis dengan
tulisan tangannya sendiri.  Ia menulis surat ini di kota Efesus.

Waktu penulisan

Berdasarkan informasi dari Kisah Para Rasul 20:31 kemungkinan besar


pada tahun terakhir dari masa tinggal selama 3 tahun di Efesus, sekitar bulan
Maret-April 56 M, yang berarti gereja Korintus saat itu berusia sekitar 4
tahun. Robinson meyakini penulisannya pada musim semi (antara
bulan Maret - Juni) tahun 55 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53,  atau
tahun 53-56.

Tujuan penulisan

Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat
ini:

Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah
diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh
oleh orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.
Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah
ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan
kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat.

Keberadaan jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara


berbagai golongan dan karena perilaku moral mereka yang menyimpang,
sehingga masing-masing membanggakan keunggulannya dan berbuat semaunya
tanpa ada aturan.  Adanya perbedaan antara mereka sebenarnya bukan timbul
dari kejahatan mereka saja, namun juga disebabkan oleh guru-guru agama yang
membuat perbedaan golongan.  Atas perbedaan-perbedaan inilah Paulus menulis
suratnya untuk menegur perpecahan yang telah merusak iman jemaat.

Garis Besar Isi

Secara garis besar, isi surat I Korintus terbagi menjadi sebelas, yaitu:Salam dan
pengantar (1:1-9).Perpecahan dalam jemaat; terdapat perbandingan antara ajaran
Paulus dengan ajaran Apolos (1:10-4:21).Kejadian maksiat (asusila) (5:1-
13).Peringatan lebih lanjut terhadap masalah asusila (6:1-20).Pembicaraan
mengenai perkawinan (7:1-40).Persoalan tentang daging yang dipersembahkan
kepada berhala: tafsiran Paulus mengenai pelayanan yang rasuli (8:1-11:1).
Pembenaran terhadap ketidakberaturan dalam perkumpulan ibadah; tutup kepala
wanita, pesta kasih, dan perjamuan kudus (11:2-34).Karunia-karunia
rohani (12:131; 14:1-40).Konsep tentang Kasih (13:1-13) Ajaran Kristen
yang benar tentang kebangkitan orang mati (15:1-58). Petunjuk tentang
pengumpulan persembahan bagi Yerusalem; berbagai macam peringatan; salam
(16:1-24)

penutup

Tema Pokok

Pergumulan kepemimpinan dalam gereja

Jemaat terpecah menjadi berbagai kelompok yang memilih salah satu dari tiga
pemimpin: Paulus, Petrus, atau Apolos (1:12). Paulus menasihatkan, "adakah
Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu?" (1:10,13).Orang
Kristen yang bertindak buruk Paulus heran dengan banyaknya tindakan yang
bertentangan dengan sikap Kristen. Orang Kristen berkewajiban untuk mengkritik
dan mendisiplin anggota-anggota mereka. Ia menasihati agar "jangan bergaul
dengan orang cabul, kikir, penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu"
(5:11). Bahkan lebih tegas Paulus menambahkan, "usirlah orang yang melakukan
kejahatan dari tengah-tengah kamu" (5:13).

Pernikahan

Tuhan memberikan kepada sebagian orang karunia menjadi suami atau istri, dan
sebagian diberikan karunia untuk tinggal membujang, demi kepentingan kerajaan-
Nya (7:7,32). Paulus mengakui "lebih baik kawin daripada hangus karena hawa
nafsu." (7:9).

Makan hidangan yang telah dipersembahkan kepada berhala

Paulus menganggap masalah ini tidak terlalu penting, karena semua makanan
berasal dari Tuhan, namun demikian orang Kristen harus peka terhadap orang-
orang percaya lain yang berkeberatan makan hidangan seperti itu (8:1-13).

Pakaian untuk ibadah

Orang harus berpakaian dengan pantas, bukan sebagai orang yang pamer,
menarik perhatian untuk diri sendiri, atau sebagai godaan untuk lawan jenis (11:1-
16).

Perjamuan Tuhan

Ini merupakan perayaan bersama untuk mengenang kematian dan kebangkitan


Kristus. Jemaat Korintus telah menggantinya menjadi pemisahan makanan bagi
orang yang kaya dan miskin. Orang miskin hanya makan makanan yang tersisa
(11:20-33).

Karunia Rohani

Tuhan memberikan kemampuan yang berbeda kepada berbagai orang. Setiap


karunia penting dan bermanfaat dalam pekerjaan Tuhan (12:1-31).
Kasih

Puisi tentang kasih muncul setelah Paulus berbicara mengenai karunia-karunia.


Paulus menekankan bahwa semua kemampuan itu tidak berarti jika tidak keluar
dari hati yang penuh kasih. Kemampuan untuk mengasihi seseorang adalah
karunia terbesar dari semua karunia -lebih besar dari pengharapan bahkan lebih
besar dari iman (13:13).

Kebangkitan Kristus dan iman kita

Beberapa orang percaya saat itu tidak percaya bahwa tubuh akan dibangkitkan.
Paulus mengajarkan bahwa, "jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
kepercayaan kamu." Inilah jaminan bahwa orang yang telah mati akan dihidupkan
kembali. Sebab kematian masuk ke dalam dunia dengan perantaraan satu orang,
begitu juga hidup kembali dari kematian diberikan kepada manusia dengan
perantaraan satu orang (15:20-21).

Pokok-pokok Teologis

Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan

Mengingatkan jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati


sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan
perhatian utama Paulus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam
jemaat timbul beberapa alasan yang membuat perpecahan itu, pertama adanya
berbagai ajaran yang membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1
Kor.3:3). Kedua, orang yang "kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual
penyembahan berhala, sehingga mereka tidak memperhatikan keadaan orang
"lemah" (1 Kor.10:33), kemudian yang ketiga adanya orang-orang tertentu yang
melahap habis hidangan saat perjamuan bersama, sehingga orang yang datang
belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan
yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya orang yang saling membanggakan
karunianya masing-masing. Dalam peringatan ini juga, Paulus menggunakan
metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk memberitahu jemaat
bahwa setiap anggota harus saling mendukung.

Hidup kudus sebagai tubuh Kristus


Sebagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya
dalam kekudusan. Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah
kagi "orang biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan,
dikuduskan serta dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh
Kudus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat
yang terlibat dalam hubungan seks, bahkan hubungan seks sesama anggota
keluarga, padahal mereka belum ada dalam hubungan suami-isteri, ada juga yang
datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan melakukan ritual-ritual
penyembahan berhala. Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan dan perzinahan
tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi karena saat itu
sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus menjaga
jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka. Untuk menanggapi persoalan
bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain
merusak, hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya
sendiri. Kedua, menanggapi slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan
bahwa tubuh adalah milik Allah dan merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus,
oleh karena itu jemaat harus memuliakan Allah dengan tubuhnya.

Kebangkitan orang mati

Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang yang


tidak memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan
itu terjadi (1 Kori1ntus 15:35). Masyarakat Roma memahami bahwa kematian
dapat membebaskan jiwa dari tubuh. Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus
tidak percaya akan hal ini, karena pemahaman mereka yang masih dipengaruhi
oleh Helenistik yang mengatakan bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian,
maka hanya merupakan tipe dari suatu keberadaan yang tidak bertubuh. Maka
tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan bahwa orang yang sudah mati dapat
bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma psychicon) telah hancur, karena
menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan diganti dengan tubuh rohani
dalam kepribadian yang dikenal Allah (soma pneumatikon). Melalui masalah
kebangkitan ini, Paulus juga ingin memberitahu pada jemaat Korintus bahwa
mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu iman di atas Yesus Kristus
yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati. Lewat pemberitaan ini,
Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan kebangkitan
orang percaya pada masa depan tidak terpisahkan. Ketidakterpisahan ini
dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena
mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena
kebangkitan Kristus.  Selanjutnya, Paulus juga memberikan perhatiannya pada
kebangkitan orang percaya pada masa depan.  Ia menegaskan bahwa tanpa
kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19).

Survai

Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja
yang para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas
memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor
6:17) - masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22),
toleransi terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada
umumnya (1Kor 6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-
11), pikiran manusiawi tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan
perselisihan mengenai "kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor
10:1-33). Paulus juga menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan
dengan hal membujang dan perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama,
termasuk Perjamuan Kudus (pasal 11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan
uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem (1Kor 16:1-4).

Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat
pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks
ibadah bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB,
pasal-pasal ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah
dalam gereja mula-mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud
Allah bagi gereja meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang
percaya yang setia (1Kor 12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk
pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor 12:28-30) -- keanekaragaman dalam
kesatuan yang disamakan dengan banyaknya fungsi dari tubuh manusia (1Kor
12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi bersama karunia rohani,
Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal membangun pribadi
dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26), dengan
menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus
mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi
pembangunan orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-
6,26).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:

Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam
PB. Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus
memberikan prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap
prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor
1:10; 1Kor 6:17,20; 1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor
15:22-23).

Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu
fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan
karunia-karunia rohani.

Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting
seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40);
Perjamuan Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa
Roh, nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor
12:1-31; 1Kor 14:1-40); kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan
tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).

Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala
sidang berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).
Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka
yang berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada
Kristus dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21;
1Kor 15:1-2).

Garis Besar 1 Korintus

Garis Besar

Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)

I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus


(1Kor 1:10-6:20)

A.Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21)

1.Empat Golongan
(1Kor 1:10-17)

2.Penyebab Perpecahan (1Kor 1:18-4:5)

a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat (1Kor 1:18-3:4)

b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen (1Kor 3:5-4:5)

3. Imbauan untuk Berdamai

(1Kor 4:6-21)
Prinsip:Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah (1Kor 1:10,13)

B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat (1Kor 5:1-6:20)

1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja (1Kor 5:1-13)

2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang


Kristen (1Kor 6:1-11)
3.Masalah Kebejatan Seksual (1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya berperilaku baik
supaya membawa hormat bagi Dia (1Kor 6:17,20)

II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9)

A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan (1Kor 7:1-40)

1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang (1Kor 7:1-9)

2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan (1Kor 7:10-16)

3. Prinsip Kepuasan Hati (1Kor 7:17-24)

4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah (1Kor 7:25-38)

5.Pengarahan Tentang Nikah Ulang (1Kor 7:39-40)
Prinsip:Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang suami atau      
istri kepada orang lainnya,Ia berikan karunia untuk tinggal membujang demi
kepentingan kerajaan-Nya (1Kor 7:7,32)

B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen (1Kor 8:1-11:1)

1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala (1Kor 8:1-13)

2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya (1Kor 9:1-27)

3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan (1Kor 10:1-13)

4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja


Tuhan (1Kor 10:14-23)

5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis (1Kor 10:24-11:1)


Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah;jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara didiskualifikasi dari
pertandingan (1Kor 9:24-27)

C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama (1Kor 11:2-14:40)


1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat (1Kor 11:2-16)

2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan (1Kor 11:17-34)

3.Karunia-Karunia Rohani (1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur (1Kor 14:40)

D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan (1Kor 15:1-58)

1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak


Ada Kebangkitan Orang Mati? (1Kor 15:12)

J. Kepastian Kebangkitan (1Kor 15:1-34)

2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah


Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35)

J. Sifat Tubuh Kebangkitan (1Kor 15:35-57)

3.Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu (1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali (1Kor 15:22-23)

E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus (1Kor 16:1-


9) Pengarahan-Pengarahan Akhir (1Kor 16:10-24)

SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS

Kitab II Korintus

Penulis: Paulus
Tema: Kemuliaan Melalui Penderitaan
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56

Latar Belakang

Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang
percaya di seluruh Akhaya (2Kor 1:1), dengan menyebut namanya sendiri
sebanyak dua kali (2Kor 1:1; 2Kor 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus
selama perjalanan misinya yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan
karena masalah dalam jemaat. Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan
2 Korintus adalah sebagai berikut:

Setelah beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal di antara


Paulus dengan jemaat itu (misalnya: 1Kor 1:11; 1Kor 5:9; 1Kor 7:1), maka Paulus
menulis surat 1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56).

Berikut, Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani


masalah yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini di antara 1 dan 2
Korintus (bd. 2Kor 13:1-2) merupakan suatu kunjungan yang tak menyenangkan,
baik bagi Paulus maupun bagi jemaat itu (2Kor 2:1-2).

Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di Efesus bahwa
para penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan wewenang
rasulinya, dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu
untuk menolak Paulus.Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis
surat 2 Korintus dari Makedonia (akhir tahun 55/56).Segera sesudah itu, Paulus
mengadakan perjalanan ke Korintus lagi (2Kor 13:1), dan tinggal di situ selama
lebih kurang tiga bulan (bd. Kis 20:1-3a). Dari situ ia menulis kitab Roma.Surat
Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus merupakan salah satu dari ketiga
surat (1 & 2 Korintus serta Roma) yang menempati posisi sentral dalam
bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Adalah lanjutan dari surat pertama yang
juga ditujukan untuk jemaat di kota Korintus, Yunani. Surat ini langsung ditulis
oleh rasul Paulus. Melalui surat ini Paulus ingin menerangkan mengapa ia
melakukan perubahan rencana perjalanan ke Korintus. Ia juga menyampaikan
pujiannya kepada jemaat Korintus karena telah menaati pesan yang
disampaikannya pada suratnya yang pertama. Titus adalah orang yang ditunjuk
Paulus untuk mengantarkan surat ini, dengan harapan agar surat yang kedua juga
disambut dengan baik oleh jemaat di Korintus.

Ayat-ayat terkenal di kitab kolintus

2 Korintus 3:17: Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada
kemerdekaan.
2 Korintus 4:6: Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit
terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya
kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada
wajah Kristus.

Konteks Surat korintus

Surat ini berusaha menjawab permasalahan yang terjadi di Korintus. Ketika itu


terjadi pertikaian antara Paulus dan golongan orang yang memfitnahnya. Mereka
adalah rasul-rasul palsu yang memberitakan Yesus yang lain. Akan tetapi,
lawannya justru mengklaim Paulus sebagai rasul palsu sehingga kewenangannya
sebagai rasul patut diragukan.Tindakan Paulus meninggalkan mereka dengan
terburu-buru akhirnya menjadi hal yang disesalinya dikemudian hari, karena
tindakannya itu seolah-olah membuktikan kebenaran tuduhan yang dikenakan
kepadanya. Akhirnya orang-orang Kristen di Korintus ditinggalkan dalam keadaan
yang kacau, di tengah-tengah pertikaian yang belum usai.

Tempat Penulisan

Surat ini dikirim setelah Paulus bertemu
dengan Titus di Makedonia. Titus kemudian diutus kembali ke Korintus untuk
mengantarkan surat dari Paulus bagi jemaat di Korintus.

Waktu Penulisan

Berdasarkan waktu pertemuan dengan Titus, besar kemungkinan surat ini ditulis
di Makedonia pada akhir tahun 56 M.  Robinson meyakini penulisannya pada awal
tahun 56 M.Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56.

Maksud Penulisan

Maksud penulisan surat ini terkait erat dengan pertikaian yang pernah terjadi
sebelumnya. Berdasarkan hal itu ia ingin membenarkan dirinya dari tuduhan yang
sudah dikenakan pada dirinya, sekaligus menjelaskan bahwa ia adalah rasul yang
sebenarnya dan bukan rasul palsu seperti yang mereka tuduhkan. Surat ini juga
mencatat ungkapan syukur Paulus karena segala sesuatu yang sudah dibenarkan,
dan bahwa Tuhan selalu menghiburnya ketika mengalami masa-masa sulit, hal ini
disampaikan untuk menghibur jemaat Korintus yang juga sedang mengalami
masa-masa sulit (pasal 1-7). Dalam surat ini Paulus juga menasehati mereka
memenuhi janjinya untuk mengumpulkan uang yang nantinya akan diberikan
kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem. Surat ini juga menceritakan
kesedihan Paulus karena tidak bisa datang ke Korintus untuk mengunjungi
mereka, dengan ini Paulus berharap kalau mereka tahu kesedihan Paulus karena
sangat mengasihi mereka.

Struktur dan Isi

Struktur dan isi Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus, dapat
dijabarkan sebagai berikut:

Pembukaan Surat (1:1-11).

Salam (ay. 1, 2).

Ungkapan syukur (ay. 3-11).

Paulus membela diri di hadapan jemaat Korintus ( 1:12-7:16).

Pertanyaan mengenai perjalanan Paulus ke Korintus (1:12-2:13).

Paulus mempertahankan kerasulan (2:14-7:4).

Kesetiaan Rasul (2:14-3:6).

Keunggulan Rasul dalam Perjanjian Baru (3:7-4:6).

Kelemahan dan penderitaan Rasul (4:7-5:10).

Pengalamannya pada masa lalu dan masa sekarang (4:7-12).

Harapannya (4:13-5:10).

Rasul sebagai duta besar dan pelayan Allah (5:11-6:10).


Kesimpulan ganda (6:11-7:4).

Perjalanan Paulus berikutnya (7:5-16).

Pengumpulan uang untuk Gereja Yerusalem (8:1-9:15).

Rekomendasi untuk pengumpulan uang dan utusan-utusan (pasal 8).

Rekomendasi kedua (pasal 9).

Pertentangan pendapat dan pertahanan (10:1-13:10).

Paulus mempertahankan diri an pekerjaannya melawan tuduhan pribadi (pasal


10).

Sanjungan diri Paulus (11:1-12:18).

Pemberitahuan akhir (12:19-13:10).

Penutup Surat (13:11-13).

Tema-tema Teologis

Penghiburan di Tengah Penderitaan

Surat ini diawali dengan ucapan syukur kepada Allah karena telah membebaskan
Paulus dari kesedihan dan penderitaan. Penderitaan yang Paulus alami dalam
pelayanannya sangatlah berat, sehingga ia merasa seperti dijatuhi hukuman
mati. Paulus memuji Allah karena penghiburan yang diberikan oleh-Nya di tengah
penderitaan. Penghiburan yang ia rasakan akhirnya menguatkannya dalam
melakukan pelayanan, karena itulah ia pun akhirnya harus membagi penghiburan
tersebut ke orang lain agar merekapun dapat merasakan penghiburan dari Allah.

Hidup di Tengah Kesedihan

Perubahan rencana Paulus untuk mengunjungi jemaat Korintus menimbulkan


banyak tanggapan negatif dari lawan-lawannya di Korintus. Perubahan rencana
tersebut memojokkan Paulus, Paulus dituduh sebagai orang yang memiliki
ketidakmampuan dan ketidakpedulian terhadap pelayanan di jemaat Korintus. Di
satu sisi memang benar kalau Paulus mengadakan perubahan rencana mengenai
perjalanannya ke Korintus, tetapi di sisi lain tuduhan yang dikenakan padanya
tidaklah benar. Itulah sebabnya ia menulis surat kepada mereka dan menceritakan
kesedihan yang ia rasakan supaya ketika ia datang lagi mereka akan bersukacita
(2:3). Surat ini justru ingin mengungkapkan bahwa Paulus mengasihi mereka.

Hidup di Tengah Ancaman Kematian

Bagian ini pun ingin menceritakan tentang penderitaan yang Paulus hadapi dalam
melakukan pelayanan. Penderitaan yang ia alami, membuat hidupnya seperti
terancam dengan kematian. Inilah hal yang membuat ia berserah penuh pada
Allah sehingga ia dimampukan.

Membantu yang Miskin sebagai Wujud Kasih Allah

Sukacita yang ia alami tidak membuatnya lupa dengan keadaan jemaat lain yang
sedang mengalami kesulitan. Ia meminta agar jemaat Korintus mengumpulkan
uang untuk membantu saudara-saudara seiman yang miskin di
Yerusalem. Pemberian persembahan ini merupakan wujud dari pembaharuan
yang telah dilakukan Allah kepada mereka.Tujuan lainnya adalah agar tercipta
keseimbangan di antara umat Allah.

Tujuan menuris kitab korintus ini
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.Pertama, ia
menulis untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia
kepadanya sebagai bapa rohani mereka.Ia menulis untuk menantang dan
menyingkapkan rasul-rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia
secara pribadi dengan harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan
untuk memutarbalikkan beritanya.Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam
jemaat yang sedang dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus
menolak wewenang dan tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan
wewenang rasulinya, menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka
terhadap pemberontakan yang lebih lanjut.Kitab 2 Korintus berfungsi untuk
mempersiapkan jemaat secara keseluruhan untuk kunjungannya yang akan
datang.
Survai
Kitab 2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.

Pada bagian pertama (pasal 1-7; 2Kor 1:1--7:16), Paulus mulai dengan mengucap
syukur kepada Allah atas penghiburan yang dikaruniakan-Nya di tengah-tengah
penderitaan untuk Injil, memuji jemaat Korintus karena mendisiplinkan orang yang
berbuat dosa serius sambil mempertahankan integritas Paulus dalam kaitan
dengan perubahan rencana perjalanannya. Dalam 2Kor 3:1--6:10 Paulus
menyumbangkan pengertian yang paling luas dalam PB mengenai sifat yang
benar dari pelayanan Kristen. Ia menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini
(2Kor 6:11--7:1) dan mengungkapkan sukacitanya ketika mendengar dari Titus
tentang pertobatan banyak anggota jemaat di Korintus yang sebelumnya telah
menentang wewenangnya (pasal 7; 2Kor 7:1-16).

Di pasal 8, 9; (2Kor 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati jemaat Korintus


untuk menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang dengan sepenuh hati
telah menyumbangkan persembahan yang telah dikumpulkannya untuk orang
Kristen yang menderita di Yerusalem.

Pada pasal 10, 13; (2Kor 10:1--13:13), nada surat berubah. Di sini Paulus
mempertahankan kerasulannya dengan menguraikan panggilannya, kualifikasi,
dan penderitaannya sebagai seorang rasul yang benar. Dengan ini Paulus
mengharapkan jemaat Korintus akan mengenal rasul-rasul palsu di antara mereka
dan dengan demikian mereka dapat luput dari disiplin yang lebih lanjut ketika ia
sendiri datang lagi. Paulus mengakhiri kitab 2 Korintus dengan satu-satunya
ucapan berkat yang menyinggung Trinitas dalam PB (2Kor 13:14).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini:

Kitab ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup
Paulus. Banyak petunjuk pada dirinya ini, dibuatnya dengan rendah hati, minta
maaf dan bahkan dengan malu, tetapi karena terpaksa mengingat situasi yang
ada di Korintus.Kitab ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam
hal menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak
rohaninya.Kitab ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai
penderitaan Kristen (2Kor 1:3-11; 2Kor 4:7-18; 2Kor 6:3-10;2Kor 11:23-30; 2Kor
12:1-10) dan mengenai hal memberi secara kristiani (pasal 8-9; 2Kor 8:1--
9:15).Istilah-istilah kunci, seperti: kelemahan, dukacita, air mata, bahaya,
kesukaran, penderitaan, penghiburan, kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan
kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik dari surat ini.

Garis Besar 2 Korintus

Garis Besar

Pendahuluan
(2Kor 1:1-11)

I. Pembelaan Paulus Demi Kepentingan Mayoritas Jemaat yang Setia(2Kor 1:12-


7:16)

A..Penyangkalan atas Tuduhan Bahwa Ia Plinplan (Berpendirian
TidakTetap) (2Kor 1:12-22)

B.Penjelasan Mengenai Perubahan Rencana Perjalanannya(2Kor 1:23-2:17)

C. Penjelasan Mengenai Sifat Pelayanannya (2Kor 3:1-6:10)

1. Pelayanan Terhadap Suatu Perjanjian Baru (2Kor 3:1-18)

2. Pelayanan yang Terbuka dan Dalam Kebenaran (2Kor 4:1-6)

3. Pelayanan Dalam Penderitaan Pribadi (2Kor 4:7-5:10)

4. Pelayanan Dalam Penyerahan yang Penuh Belas Kasihan (2Kor 5:11-6:10)

D. Permintaan Pribadi dan Rasa Hormat yang Penuh Kasih Sayang bagi
Orang Korintus (2Kor 6:11-7:16)

II. Pengumpulan Uang bagi Orang Kristen di Yerusalem yang Membutuhkan


Bantuan(2Kor 8:1-9:15)

A. Sifat Kemurahan Hati Kristen (2Kor 8:1-15)


B. Titus Mengepalai Urusan Pengumpulan Uang Itu (2Kor 8:16-24)

C. Imbauan untuk Tanggapan yang Segera (2Kor 9:1-5)

D. Imbauan untuk Tanggapan yang Berkemurahan Hati (2Kor 9:6-15)

III.Jawaban Paulus kepada Minoritas Jemaat yang Melawan (2Kor 10:1-13:10)

A. Jawaban Terhadap Tuntutan Sifat Pengecut dan Kelemahan (2Kor 10:1-18)

B. Keengganan Paulus untuk Membela Kerasulannya (2Kor 11:1-12:18)

1. Minta Maaf Terhadap Nada Menyombongkan Diri (2Kor 11:1-15)

2. Menegaskan bahwa Ia Tidak Lebih Rendah daripada Para Penganut


Yudaisme (2Kor 11:16-12:10)

3. Menuntut Pengakuan yang Sah atas Kerasulannya (2Kor 12:11-18)

C. Kunjungan Ketiga yang Mendatang Disebut Sebagai Suatu Peringatan (2Kor


12:19-13:10)

1. Kekuatiran Terhadap Jemaat Korintus (2Kor 12:19-21)

2. Ketetapan Hati untuk Bersikap Teguh (2Kor 13:1-10)

Penutup
(2Kor 13:11-14)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA

Penulis: Paulus
Tema: Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM
Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian
Baru di Alkitab Kristen. Kitab ini sebenarnya berwujud sebuah surat yang ditulis
oleh rasul Paulus untuk jemaat di kota Galatia (sekarang di wilayah
negara Turki). Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi
tujuannya. Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku
bangsa Keltikyang masa itu tinggal di Asia Kecil.

Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang


bukan Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang
sejati orang harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa
hal itu tidak perlu -- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk
kehidupan Kristen adalah percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu
hubungan manusia dengan Tuhan menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang
menentang Paulus telah datang ke jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah
di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka berpendapat bahwa untuk berbaik kembali
dengan Tuhan, orang harus melaksanakan hukum agama Yahudi.

Tujuan

Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh
ajaran-ajaran palsu. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran
yang benar.Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah
rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh
Tuhan untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia. Dia juga mengatakan bahwa
tugasnya ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2). Setelah itu,
Paulus mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan
Tuhan diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada
Kristus (3-4). Di dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan
bahwa cinta kasih yang timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman
percayanya kepada Kristus. Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya
menyebabkan orang itu melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan
karakter Kristus, yaitu kasih.

Waktu penulisan
Surat ini diyakini ditulis pada pertengahan kedua (antara bulan Juli - Desember)
tahun 56 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56.

Isi

Garis-garis besar surat Paulus kepada jemaat Galatia:

Pendahuluan 1:1-10

Hak Paulus sebagai rasul 1:11--2:21

Injil tentang rahmat Tuhan 3:1--4:31

Kebebasan dan kewajiban orang Kristen 5:1--6:10

Penutup 6:11-18

Ayat-ayat terkenal

Galatia 3:28: Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu
semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

Galatia 5:22-23: Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di
Galatia" (Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah
suku Gaul di bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa
Paulus menulis surat ini kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia,
Ikonium, Listra, Derbe) di mana ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan
gereja-gereja dalam perjalanan pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28).
Tanggal penulisan yang paling sesuai adalah tidak lama sesudah Paulus kembali
ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya dan sebelum sidang di Yerusalem
(Kis 15:1-41).
Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan
dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41).
Persoalan utama itu meliputi dua pertanyaan:

Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-
satunya syarat untuk selamat?

Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L.
diperlukan untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?

Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai


masalah hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan
pendirian gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan
surat pertama rasul Paulus.

Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu
bahwa jemaat di Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini
juga ditulis di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas yahudi pada
saat itu. Orang-orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka
memasuki juga jemaat yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat
perlawanan dari Paulus.

Orang Yudais itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan


harus dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat
cobaan dan tantangan dalam halam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal
tersebut untuk menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus, dengan
menghasut kerasulannya.

Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleh rasul dan dia juga tidak
menjadi murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat
Yesus dengan mata kepalanya sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang
yang menghasut oleh Paulus. Dari isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan
bahwa usaha tersebut hampir berhasil (1:6). Oleh karena itu, Paulus bereaksi
dengan tegas, emosi, dan terus terang, tetapi juga memiliki argumen yang kuat.

Muatan teologis
Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah
bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia
dibenarkan hanya karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan
Taurat.

Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus


menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai
Mesisas harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum
yang dipaparkan dalam Kitab Suci. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa
cerita Kitab Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari
keturunan Abraham terutama adalah iman (3:8). Bagi orang-orang non-Yahudi
yang bertobat, iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus (3:26).

Dalam Pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya,


tetapi oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.

Kitab Galatia

Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru
dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan
menerima kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan
dan diterima dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini

untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di


bawah perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah
dalam Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan

menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani
oleh iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum
Taurat PL.

Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di
Galatia menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam
gereja-gereja. Mereka menuduh bahwa

Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak
memiliki wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);

berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem


(bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan

beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada


hukum (bd. Gal 5:1,13,16,19-21).

Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.

Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus,


wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus,
dan Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).

Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena
kasih karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).

Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus


yang sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi
dan kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain.
Kebebasan Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum
Kristus (pasal 5-6; Gal 5:1--6:18).

Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang
Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah
yang dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik
(Gal 1:7), penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara
lahiriah dan berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib
Kristus (Gal 6:12). Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka
sebagai orang yang ingin menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara
palsu (Gal 2:4), saudara-saudara yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator(Gal
3:1).
Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:

1. Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB


tentang sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika
Paulus menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12)
dan menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal
1:6; Gal 3:1; Gal 4:19-20).
2. Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk
mengenai kehidupan Paulus.
3. Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada
beberapa jemaat (akan tetapi
4. Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling
lengkap mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).

Garis Besar Galatia

Garis Besar

Pendahuluan
(Gal 1:1-10)

A.Salam(Gal 1:1-5)

B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia (Gal 1:6-


10)

I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi) (Gal 1:11-2:21)

A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus (Gal 1:11-24)

B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes (Gal 2:1-10)

C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus (Gal 2:11-21)


II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran) (Gal 3:1-4:31)

A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14)

B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat (Gal 3:15-24)

C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba (Gal 3:25-4:7)

D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka (Gal 4:8-20)

E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak (Gal 4:21-31)

III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis) (Gal 5:1-6:10)

A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih


Karunia (Gal 5:1-12)

1. Memelihara Kebebasan Kristen (Gal 5:1)

2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat (Gal 5:2-12)

B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk MemperturutkanTabiat


Berdosa (Gal 5:13-26)

1. Perintah Kasih (Gal 5:13-15)

2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa (Gal 5:16-26)

C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus (Gal 6:1-10)

1. Saling Menanggung Beban (Gal 6:1-5)

2. Menolong Pelayan Firman Allah (Gal 6:6)

3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik (Gal 6:7-10)

Penutup
(Gal 6:11-18)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS


Penulis: Paulus
Tema: Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus (disingkat: Surat Efesus) adalah salah satu


kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang ditulis dan dikirim
oleh Paulus dari Tarsus kepada jemaat Kristen di Efesus.

Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan
menduduki tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis
sebagai jawaban terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral
seperti banyak surat lain, sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan
penyataan yang melimpah sebagai hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus.
Paulus menulis surat ini ketika dipenjara karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20),
kemungkinan besar di Roma. Ada banyak persamaan di antara surat ini dengan
surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama sesudah surat Kolose. Kedua surat ini
mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya oleh seorang kawan sekerja Paulus
yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).

Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar
sidang pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat
ini ditulisnya sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia.
Pada mulanya mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri
di Ef 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja
Yesus Kristus yang sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat
kepada jemaat di Laodikea yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.

Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara.
Ketika Paulus menuliskan surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai
tujuan dan ada hal yang menjadi motifasi dia untuk menulis surat tersebut. Tujuan
Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat
Efesus pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih
melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah
pada saat itu adalah mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dan
mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa kesuburan. Selain itu juga
mereka melakukan penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini
tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya kepada jemaat di Efesus.

BAB II

PEMBAHASAN

Surat ini berisikan nasihat perintah,dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dala
m surat ini penulisnya menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam,
baik yang di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai
kepala" (1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya
mereka menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan
seluruh umat manusia melalui Yesus Kristus.

Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu


terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Tuhan telah memilih
umat-Nya, bagaimana Tuhan melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan
membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Tuhan itu dijamin
oleh Roh Kudus. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya
supaya mereka hidup rukun dalam kesatuan mereka sebagai umat yang percaya
kepada Kristus dapat terlaksana.

Untuk menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah menjadi satu karena bersatu


dengan Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh
dengan Kristus sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu
sendinya ialah Kristus, atau seperti seorang isteri dengan Kristus sebagai
suaminya. Penulis sangat terharu ketika mengingat akan rahmat Tuhan melalui
Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan yang dipakainya dalam suratnya
menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan perasaan syukur dan pujian
kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih Kristus, dari segi
pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan kesucian-
Nya.Waktu penulisan Surat ini diyakini ditulis di akhir musim panas (sekitar Agustu
s-September) tahun 58 M.Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59.
Ayat-ayat terkenaL

Efesus 2:8-9: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu
bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan
ada orang yang memegahkan diri.

Efesus 2:10: Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya
kita hidup di dalamnya.

Efesus 2:19-20: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus
Yesus sebagai batu penjuru.

Efesus 6:11-12: Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu


dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah
melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan
roh-roh jahat di udara.

Efesus 6:14-18: Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan


berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil
damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab
dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat,
dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam
segala doa dan permohonan.

Isi Kitab

Surat Efesus dibagi menjadi 6 pasal.

Pasal 1

Terdiri dari 23 ayat. Pasal pertama ini berisi salam Paulus bagi jemaat Efesus,
menceritakan tentang kekayaan orang-orang yang terpilih, dan untuk pengertian
tentang kemuliaan Kristus
Pasal 2

Terdiri dari 22 ayat. Pasal kedua ini menceritakan bahwa semua orang percaya
ada dalam kasih karunia, dan dipersatukan dalam Kristus.

Pasal 3

Terdiri dari 21 ayat. Pasal ketiga ini berisikan tentang rahasia panggilan bagi
orang-orang bukan Yahudi, dan doa Paulus bagi jemaat Efesus.

Pasal 4

Terdiri dari 32 ayat. Pasal ini berisikan tentang kesatuan jemaat dan karunia yang
berbeda-beda, dan maksud dari manusia baru.

Pasal 5

Terdiri dari 33 ayat; berisikan tentang perilaku hidup sebagi anak-anak terang, dan
kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri.

Pasal 6

Terdiri dari 24 ayat. Berisikan tentang ketaatan dan kasih terhadap orang menjadi
tuan kita di dunia, sebagaimana kita taat dan mengasihi Kristus, serta
perlengkapan-perlengkapan rohani. Pada akhir pasal 6 ini, Paulus menutupnya
dengan salam kepada jemaat Efesus, yaitu "Kasih karunia menyertai semua orang
yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa".

Pendirian gereja di Efesus

Kedatangan Paulus yang pertama dan tergesa-gesa dalam periode 3 bulan


ke Efesus dicatat pada Kisah Para Rasul 18:19–21. Pekerjaan yang dimulainya
kemudian diteruskan oleh Apolos bersama Akwila dan Priskila. Pada kunjungan
kedua di awal tahun berikutnya, Paulus tinggal di Efesus selama "tiga tahun",
karena ia melihat "di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan
pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada banyak penentang." dan gereja
di sana dibangun dan diperkuat berkat kerja kerasnya di sana. Dari Efesus, Injil
menyebar ke luar daerah "hampir di seluruh Asia (Kecil)." Firman Allah
"bertumbuh dan berkuasa dengan kuat" sekalipun ia mengalami banyak tentangan
dan penganiayaan.

Pada perjalanan terakhirnya ke Yerusalem, kapal rasul Paulus berlabuh di Miletus,


maka ia mengutus orang untuk memanggil para penatua jemaat di Efesus untuk
datang menemuinya dan ia memberikan wejangan pengutusan perpisahannya
karena tidak berharap dapat melihat mereka lagi.

Berikut adalah sejumlah paralel kata atau frasa khusus yang dapat dilacak antara
surat ini dan pesan pengutusannya kepada jemaat Efesus di Miletus:

Kisah Para Rasul 20:19 = Efesus 4:2. ταπεινοφροσύνη tapeinophrosynē,


kerendahan hati, rendah hati.

Kisah Para Rasul 20:27 = Efesus 1:11. βουλή boulé, maksud (Allah), rencana


pasti (ilahi).

Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 3:20. δύναμαι dynamai, kuasa, kemampuan,


kesanggupan untuk bertindak.

Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 2:20: οἰκοδομέω oikodomeó, dibangun (di atas


suatu landasan/dasar).

Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 1:14,18: κληρονομία klēronomia, artinya


"warisan, hadiah yang dijanjikan" (bahasa Inggris: inheritance, heritage) atau
"bagian (yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus)."

Pengutipan

Surat Efesus ditemukan pada dua kanon paling tua, susunan Marcion (yang
memberinya judul “Surat Laodikea”) dan Kanon Muratori. Juga dikutip oleh para
bapa gereja seperti Klemens dari Roma, Hermas, Barnabas, Ignatius,
dan Polikarpus, demikian pula Tertullian, Klemens dari Aleksandria, dan Origenes.
Naskah ini juga dijumpai di antara surat-surat Paulus pada Papirus 46, salah satu
naskah tertua yang diperkirakan dibuat pada abad ke-2, meskipun ada yang
berpendapat dibuat pada tahun 70 M.

Kitab Efesus
Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:

bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan

bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.

Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan
pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.

Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang
merupakan salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung
penebusan yang sangat indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih,
menentukan dan mengangkat kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra
yang menebus kita dengan darah-Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai
meterai dan jaminan warisan kita (Ef 1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan
bahwa dalam penebusan karena kasih karunia oleh iman, Allah memperdamaikan
kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan sesama umat tertebus (Ef 2:11-15),
dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus dalam satu tubuh, yaitu gereja
(Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan di dalam Kristus sebagai
Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di bumi," (Ef 1:10).

Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi
gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan
kehidupan bersama kita.

Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana


seorang tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.

Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah
dari dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef
1:4), "menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan
panggilan (mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13),
hidup "di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24),
"hiduplah di dalam kasih" (Ef 5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ...
firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau
kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga
dan kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-
prinsip yang menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di
mana mereka hidup.

Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua
rencana jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef
6:10-20).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan
sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama
memohon hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang
kedua berfokus pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).

"Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali
dalam surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali).
"Setiap berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan
dengan perihal berada "di dalam Kristus".

Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.

Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef
1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).

Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose,


karena persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis
Besar kedua surat itu).

Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia
berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih,
hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan
agar hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2).
Oleh karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani
mereka dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan
"dalam Kristus"(Ef 1:3-14; Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef
3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef
3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).

Garis Besar Efesus

Garis Besar

Salam Kristen
(Ef 1:1-2)

I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya(Ef 1:3-3:21)

A.Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14)

1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa (Ef 1:3-6)

2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya (Ef 1:7-12)

3.Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus (Efesus 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani (Ef 1:15-23)

B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus (Ef 2:1-3:21)

1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru di


Dalam Kristus (Ef 2:1-10)

2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan (Ef 2:11-


15)
3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga (Ef 2:16-22)
4.Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja (Ef 3:1-13) Doa: Agar Orang
Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani (Ef 3:14-21)
II. Pengarahan-Pengarahan Praktis-Kehidupan Orang Percaya (Ef 4:1-6:20)
A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21)
1.Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja (Ef 4:1-16)

2. Hidup Baru yang Kudus (Ef 4:17-5:7)

3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang (Ef 5:8-14)

4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh (Ef 5:15-21)

B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Ef 5:22-6:9)

1. Suami dan Istri (Ef 5:22-33)

2. Anak-Anak dan Orang-Tua (Ef 6:1-4)

3. Hamba dan Tuan (Ef 6:5-9)

C. Peperangan Rohani Orang Percaya (Ef 6:10-20)

1. Sekutu Kita – Allah (Ef 6:10-11a)

2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya (Ef 6:11-12)

3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah (Ef 6:13-20)

Penutup
(Ef 6:21-24)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI

Penulis: Paulus
Tema: Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM

Ayat-ayat terkenal

Filipi 4:4: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:


Bersukacitalah! Filipi 4:6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur. Filipi 4:13: Segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir
Laut Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander
Agung. Pada masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer
yang terkenal.

Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius,
Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan
yang Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat
berkembang di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu
mengirim bantuan keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan
bermurah hati memberi kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang
Kristen yang berkekurangan di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali
Paulus mengunjungi gereja ini pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).

Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi (disingkat Surat Filipi) adalah salah satu kitab
dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat kiriman Rasul
Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi. Surat ini dikelompokkan
sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus kepada
jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon.

Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya


yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi.Surat ini terutama
ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik
jemaat dan diaken.

Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan
berdoa bagi jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di
sana. Kota Filipi dulunya bernama Krenides. Kredines dalam
bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air. Kota ini terletak di daerah
pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi
penghubung antara daerah timur dan baratRomawi. Nama Filipi berasal dari nama
seorang raja Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan antara tahun
360-356 SM dan berhasil menaklukkan kota ini. Banyak dari penduduk kota Filipi
adalah para budak dan veteran perang. Penyebabnya, pada tahun 42 SM telah
terjadi peperangan
antara Brutus dan Cassius melawan Antoniusdan Augustus yang dimenangkan
Antonius dan Augustus. Perang terulang kembali pada tahun 31 SM kali ini
Augustus mengalahkan Antonius dan diangkat menjadi kaisar. Orang-orang yang
mendukung Antonius pun dibuang ke Filipi. Tidak mengherankan bila para budak,
veteran perang, penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur di kota ini.

Sementara itu, kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya


di Filipi. Terbukti dengan tidak ditemukannya rumah ibadah Yahudi kecuali sebuah
rumah sembahyang yang terletak di luar kota. Keterangan ini berdasarkan laporan
Paulus tentang perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat dalam Kisah
Para Rasul 16:13. Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus
dalam perjalanannya di Eropa.

Keadaan Jemaat

Jemaat Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50. Jemaat di Filipi terdiri dari
orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 16:33b), orang -orang
Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 16:13) dan disebutkan pula
orang-orang yang takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 16:14). Hubungan Paulus
dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan
mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui
perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya
ada sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis dalam Filipi 1:27-
30; 2:21. Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini secara tajam
dalam Filipi 3:2. Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara
mereka adalah Sintikhe dan Euodia yang seringkali tidak sehati dan sepikiran
dalam pelayanannya.

Penulis dan Tempat

Penulis surat ini adalah Paulus. Pada waktu menuliskan surat ini, Rasul


Paulus sedang berada di dalam penjara (Filipi 1:7,14,17). Lokasi penjaranya tidak
diketahui dengan pasti. Muncul beberapa dugaan bahwa Paulus mungkin
ditempatkan di penjara Roma, Kaisarea atau Efesus. Namun, bila mengacu
pada Filipi 1:22, yang menyebutkan tentang 'istana kaisar' maka besar
kemungkinan penjara yang dimaksud adalah penjara di kota Roma.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim semi (antara bulan Maret - Juni) tahun 58
M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59, atau tahun 53-56.

Maksud dan Tujuan

Untuk memberikan nasihat kepada jemaat di kota Filipi, karena di kota itu terjadi
suatu perpecahan sehingga Paulus menuliskan surat ini dan mengutus seorang
anak rohaninya untuk mengantar surat tersebut, sebab Paulus sendiri saat itu
sedang berada di dalam penjara.

Struktur Surat

Struktur Surat Paulus kepada jemaat Filipi adalah sebagai berikut:

A. Pembukaan (1:1-11)

1. Salam (1:1-2)

2. Ucapan Syukur dan Doa (1:3-11)

B. Kesaksian dan Nasihat-nasihat (1:12-2:30)

1. Kesaksian tentang Paulus (1:12-26)

2. Nasihat-nasihat untuk Gereja (1:27-2:18)

Nasihat untuk keteguhan iman (1:27-30)

Nasihat untuk merendahkan diri (2:1-4)

Kristus sebagai teladan (2:5-11)

Nasihat agar tetap taat (2:12-18)

3. Kesaksian tentang Timotius dan Epafroditus(2:19-30)
Tentang Timotius (2:19-24)

Tentang Epafroditus (2:25-30)

C. Peringatan tentang Ajaran-ajaran Sesat dan pengalaman Paulus serta


kehidupannya sebagai teladan (3:1-21)

1. Peringatan tentang bermegah diri (3:1-3)

2. Kehidupan Paulus, dulu dan kini : Sebuah Jawaban bagi Yudaisme (3:4-11)

3. Peringatan tentang Kesempurnaan ( 3:12-16)

4. Kehidupan Paulus sebagai Sebuah Keteladanan (3:17)

5. Peringatan melawan Pengajar-pengajar Sesat (3:20-21)

6. Kehidupan Paulus: Harapan akan dunia yang akan datang (3:20-21)

7. Nasihat-nasihat Terakhir ( 4:1-9)

E. Ucapan terima kasih atas keramahan orang -orang Filipi (4:10-20)

G. Penutup (4:21-23)

Pokok-pokok Teologi

Bersukacita di tengah Penderitaan

Di tengah penderitaan yang dialami jemaat Kristen di Filipi, Rasul Paulus meminta
mereka tetap bersukacita. Paulus mengangkat pengalaman pribadinya sebagai
seorang pemberita Injil yang harus dipenjara oleh karena Injil yang
disampaikannya. Akan tetapi, dalam penderitaan ia tetap masih dapat bersukacita
karena Injil itu mendapatkan kemajuan. Banyak orang dalam penjara yang
kemudian menjadi percaya setelah mendengarkan Injil yang Paulus beritakan.

Ia juga mengangkat tokoh-tokoh lain seperti Kristus (Filipi 2:5-11), Timotius (Filipi


2:19-24), dan Epafroditus (Filipi 2:19-30). Ketiganya diangkat sebagai contoh yang
patut diteladani jemaat. Yesus harus mengalami penderitaan sebelum akhirnya
ditinggikan oleh Allah (Filipi 2:6-11). Ini menjadi penghiburan bagi jemaat bahwa
jika mereka hidup dalam kesetiaan pada Allah maka mereka juga akan
ditinggikan. Sementara itu, Timotius rela memberi diri menjadi pemberita Injil demi
Kristus dan Epafroditus yang bahkan hampir mati ketika memberitakan Injil
({{Alkitab|Filipi 2:21,23}).

Lebih khusus, Paulus mendorong jemaat untuk memandang kepada Kristus yang
tidak membalas perbuatan buruk orang tetapi mempercayakan semua
kepada Allah. Yang perlu dilakukan jemaat adalah menunjukkan sikap bersahabat
kepada semua orang (Filipi 2:8) dan tetap teguh dalam iman (Filipi 1:27,28).

Ancaman Perpecahan

Euodia dan Sintikhe adalah dua orang perempuan yang terlibat dalam jemaat dan


menjabat sebagai diaken. Akan tetapi di antara keduanya sering terjadi
perselisihan yang dikhawatirkan akan merusak persekutuan di antara anggota
jemaat di Filipi. Akibat perselisihan di antara mereka pun dapat membuat
pertumbuhan jemaat ini menjadi terhambat. Paulus melihat penyebab dari semua
itu adalah kurangnya rasa rendah hati dan semangat bersekutu dalam jemaat
terlebih khusus dalam diri kedua perempuan tersebut. Oleh karena itu, Paulus
meminta kepada mereka untuk menunjukan sikap rendah hati dan juga kepada
semua pihak yang terkait dengan perselisihan kedua perempuan itu agar segera
menyelesaikan persoalan yang ada. Paulus mengangkat sebuah nyanyian tentang
Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai mati di atas kayu
salib. Dengan nyanyian Kristus ini, Paulus mengajak jemaat untuk memiliki kasih
yang rendah hati, siap dan tetap satu sekalipun diperhadapkan dengan
penderitaan. Demikianlah jemaat di Filipi dipanggil untuk meneladan Yesus.

Ancaman Ajaran sesat

Dalam Filipi pasal 3, Paulus menyerang orang-orang dalam jemaat di Filipi yang


sudah terpengaruh oleh lawan-lawan Paulus. Mengenai lawan-lawan Paulus ini,
beberapa tokoh muncul dengan pendapatnya masing-masing. Ada yang
mengatakan Paulus sedang berhadapan dengan orang-orang Kristen yang
menganut aliran Gnostisisme atau para misionaris Yahudi. Ada juga yang
menyebutkan bahwa yang dikecam Paulus adalah orang-orang Kristen Yahudi
yang masih berpegang pada Taurat agar mendapatkan keselamatan. Sementara
pendapat lain menyebutkan Paulus sedang berpolemik dengan Yudaisme, Libertin
isme dan kemurtadan. Namun yang diketahui dengan jelas adalah Paulus sedang
melawan misionaris Yahudi yang disebutnya 'anjing-anjing' dalam Filipi 3:2-11. Ini
mengindikasikan bahwa ada sejumlah orang yang telah berhasil masuk ke dalam
jemaat dan memberikan pengaruh negatif pada anggota jemaat. Oleh sebab itu
Paulus pada pasal selanjutnya menasihatkan jemaat agar tidak membiarkan diri
disesatkan orang-orang itu. Jemaat harus tetap teguh dalam Tuhan sebab
kedatangan-Nya sudah tidak lama lagi (Filipi 4:1,5b).

Kaitan dengan bagian Alkitab lain

Surat-surat Paulus

Surat Filipi diperkirakan ditulis pada periode yang sama dengan surat 2 Timotius.
Satu-satunya alasan untuk memperkirakan bahwa surat 2 Timotius ditulis
menjelang akhir hidup Paulus (kecuali jika disimpulkan dari 2 Timotius 1:8 bahwa
surat ini ditulis di Roma) adalah kesan bahwa Paulus menyadari kematiannya
sudah dekat. Namun, menurut Kisah Para Rasul 20:24, sebelum sampai di Roma,
Paulus sudah mengatakan pada musim semi tahun 57 di Melitus: "Tetapi aku tidak
menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan
menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk
memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah." Namun proses ini ternyata
berjalan panjang. Mulanya Paulus mengira bahwa kasus penanahannya akan
segera selesai begitu kepala pasukan Lisias datang dari Yerusalem ke Kaisarea (
Kisah Para Rasul 24:22) dan ia mengharapkan untuk segera dilepaskan. Sampai
saat itu, sepanjang yang diketahui, Paulus tidak mengalami penahanan dalam
waktu lama, dan kalaupun dimasukkan dalam penjara setempat (seperti insiden di
Filipi yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 16:19-40 sebagai contoh) hanya
semalam saja (Kisah Para Rasul 16:35), meskipun tanpa pengaruh adanya gempa
bumi. Kata yang dipakai untuk melukiskan pengalamannya, φυλακαί (fulakai,
"tahanan"; bahasa Inggris: custody) pada 2 Korintus 6:5; 11:23), tidak pernah
digunakan dalam surat-surat yang ditulis dalam masa penjara, dimana selalu
dipakai kata δέσμοι (desmoi); dan situasi yang digambarkan memang
berbeda.Setelah beberapa bulan, keyakinan Paulus bahwa ia akan dilepaskan
mulai kendor. Dalam surat Filipi, meskipun tidak tahu bagaimana akhirnya, Paulus
yakin akan bertemu mereka kembali sebentar lagi (Filipi 1:25 dst.; Filipi
2:24). Dalam surat Filemon ia berharap, doa-doa mereka dikabulkan (Filemon
1:22). Dalam surat Kolose dan surat Efesus, ia hanya mengatakan bahwa Tikhiku
s akan menyampaikan segara berita mengenai dirinya kepada mereka, serta
berdoa agar diberi kata-kata yang tepat pada waktunya (Kolose 4:7-9; Efesus
6:19-22). Pada waktu menulis surat 2 Timotius tampaknya hanya kemungkinan
kematian yang muncul, harapan untuk dilepaskan rupanya pudar; ia ditinggalkan
dan mengharapkan orang-orang untuk mendatanginya (2 Timotius 1:12; 4:6-
13). Sebagaimana ia menjelaskan kemudian, sebagaimana dicatat dalam Kisah
Para Rasul 28:19, ia "tidak mempunyai pilihan lain" - selain kartu terakhirnya, "naik
banding kepada Kaisar".

Kaitan - dan urutan yang serupa - antara poin-poin dalam surat Filipi dan surat 2
Timotius sangat menarik untuk dilihat, terutama bagaimana ia sampai kepada
kata-kata "menyelesaikan pertandingan" (τελειώσω τὸν δρόμον) yang menurut
laporan Lukas (dalam Kisah Para Rasul 20:24), disampaikan dalam pidatonya di
Miletus. Sebelumnya Paulus menggunakan perumpamaan tentang pertandingan,
tetapi di sana dikatakan "berlari" bukan "mencapai garis akhir" (1 Korintus 9:24-26;
1 Timotius 6:12). Tabel berikut memperlihatkan frasa-frasa yang dipakai dalam
kolom paralel:

Tujuan
Dari penjara (Fili 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31), Paulus
menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada
mereka atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya
dengan perantaraan Epafroditus (Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang
keadaannya yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat
tentang keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30),
menenangkan jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan
tugasnya dengan setia dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Fili
2:25-30), dan untuk mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam
persatuan, kerendahan hati, persekutuan, dan damai sejahtera.

Survai
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan
pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama
surat ini ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu.
Dari salamnya (Fili 1:1) sampai ke doa berkat (Fili 4:23), surat ini memusatkan
perhatian pada Kristus Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang
percaya akan hidup kekal.

Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di
Filipi:

Keputusasaan mereka karena masa hukumannya yang begitu lama (Fili 1:12-


26);benih-benih perpecahan di antara dua orang wanita di dalam gereja (Fili 4:2;
bd. Fili 2:2-4); dan ancaman ketidaksetiaan yang selalu ada dalam gereja oleh
karena para penganut agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran
duniawi (pasal 3; Fili 3:1-16).Karena ketiga masalah yang potensial ini, kita
mempunyai ajaran Paulus yang paling kaya mengenai sukacita di tengah-tengah
segala keadaan hidup (mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-18; Fili 4:4,11-13),kerendahan hati
dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan nilai pengenalan akan Kristus yang
melebihi segala sesuatu (pasal 3; Fili 3:1-16).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan
akrab Paulus dan orang percaya di Filipi.Sangat memusatkan perhatian kepada
Kristus, serta mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (mis. Fili
1:21; Fili 3:7-14).Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam
mengenai Kristologi dalam Alkitab (Fili 2:5-11).

Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.


Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan
rendah hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk mencapai tujuan (Fili 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan
(Fili 4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam
segala keadaan (Fili 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus
yang memberi kekuatan (Fili 4:13).

Garis Besar Filipi

Garis Besar

Pendahuluan

A. Salam Kristen

Flipi 1:1-11 (Fili 1:1-2)

B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat Filipi (Fili 1:3-11)

I. Keadaan Paulus Sekarang Ini (Fili 1:12-26)

A. Injil Mengalami Kemajuan Karena Paulus Dipenjarakan (Fili 1:12-14)

B.Dalam Segala Hal Kristus Diberitakan (Fili 1:15-18)

C. Kerelaannya untuk Hidup atau Mati (Fili 1:19-26)

II. Hal-Hal yang Penting bagi Gereja (Fili 1:27-4:9)

A. Nasihat Paulus kepada Jemaat Filipi (Fili 1:27-2:18)

1. Supaya Tetap Setia (Fili 1:27-30)

2. Supaya Bersatu (Fili 2:1-2)


3. Supaya Merendahkan Diri dan Menjadi Hamba Tuhan (Fili 2:3-11)

4. Supaya Taat dan Berperilaku Tidak Bercela (Fili 2:12-18)

B. Utusan-Utusan Paulus kepada Gereja (Fili 2:19-30)

1. Timotius (Fili 2:19-24)

2. Epafroditus (Fili 2:25-30)

C. Peringatan Paulus Mengenai Ajaran Palsu (Fili 3:1-21)

1. Sunat Palsu Lawan Sunat Benar (Fili 3:1-16)

2. Berpikiran Duniawi Lawan yang Rohani (Fili 3:17-21)

D. Nasihat Akhir Paulus (Fili 4:1-9)

1. Kemantapan dan Kerukunan (Fili 4:1-3)

2. Sukacita dan Kelemahlembutan (Fili 4:4-5)

3. Kebebasan dari Kekhawatiran (Fili 4:6-7)

4. Pengendalian Pikiran dan Kehendak (Fili 4:8-9)

Penutup
(Fili 4:10-23)

A. Pernyataan Terima Kasih Atas Pemberian yang Diterima (Fili 4:10-20)

B.Salam Akhir dan Doa Berkat (Fili 4:21-23)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI KOLOSE

Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose adalah salah satu kitab


dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat dari rasul
Paulus kepada jemaat di kota Kolose, yaitu sebuah kota di Asia Kecil, sebelah
timur kota Efesus.
Penulis: Paulus
Tema: Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim panas (antara bulan Juni-September) tahun
58 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59, atau tahun 56-58.

Ayat-ayat terkenal

Kolose 3:17: Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau
perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap
syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.

Kolose 3:23: Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Latar Belakang

Pada dasarnya bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini. Akan tetapi, ia


mengutus pekerja-pekerja dari Efesus, ibukota provinsi Roma di Asia Kecil pada
waktu itu. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab juga atas jemaat di
Kolose itu. Informasi yang didapat oleh Paulus berasal dari Epafras. Epafras
melaporkan kepada Paulus bahwa di dalam jemaat itu ada guru-guru yang
mengajar ajaran-ajaran yang salah. Guru-guru itu menekankan bahwa untuk
mengenal Tuhan dan diselamatkan dengan sempurna, orang harus menyembah
"roh-roh yang menguasai dan memerintah semesta alam ini". Selain itu, kata guru-
guru itu kepada jemaat di Kolose agar setiap orang harus pula taat menjalankan
peraturan-peraturan sunat, pantangan dan lain sebagainya.

Paulus mendengar hal itu pun tidak tinggal diam. Dia merasa bertanggung jawab
terhadap jemaat di Kolose tersebut. Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini
pun ditulis untuk mengemukakan ajaran Kristen yang benar dan menentang
ajaran-ajaran salah yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Inti dari sari surat ini
ialah bahwa Yesus Kristus sanggup memberi keselamatan yang sempurna dan
bahwa ajaran-ajaran yang lainnya itu hanya menjauhkan orang dari
Kristus. Paulus juga menekankan bahwa melalui Kristuslah, Tuhan menciptakan
dunia ini, dan melalui Kristus pula Tuhan menyelamatkannya. Harapan dunia
untuk diselamatkan hanyalah melalui bersatu dengan Kristus.

Setelah itu, Paulus menguraikan pula hubungan antara ajaran yang agung itu
dengan kehidupan orang Kristen. Tikhikus adalah orang yang membawa surat ini
ke Kolose untuk Paulus. Dia ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh
Paulus untuk kembali kepada tuannya, yaitu Filemon, yang juga merupakan
seorang anggota jemaat di Kolose.

Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil,
kira-kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose
telah didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari Paulus di
Efesus (Kis 20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas
jangkauannya sehingga "semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik
orang Yahudi maupun orang Yunani" (Kis 19:10). Walaupun Paulus sendiri
mungkin tidak pernah mengunjungi Kolose (Kol 2:1), ia telah memelihara
hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras, seorang yang bertobat di bawah
pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol 1:7; Kol 4:12).

Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam
masa depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin
dalam gereja Kolose dan boleh jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk
mengunjungi Paulus dan memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kol 1:8; Kol
4:12), Paulus menanggapinya dengan menulis surat ini. Pada waktu itu ia berada
dalam tahanan (Kol 4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kis 28:16-31) sambil
menantikan naik bandingnya kepada Kaisar (Kis 25:11-12). Rekan Paulus,
Tikhikus sendiri membawa surat ini ke Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7).

Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak diuraikan
dengan jelas dalam surat ini, karena para pembaca yang mula-mula sudah
memahaminya dengan baik. Akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang
menentang ajaran palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang hendak meruntuhkan dan
menggantikan Yesus Kristus sebagai inti kepercayaan Kristen adalah suatu
campuran yang aneh yang terdiri atas ajaran Kristen, tradisi-tradisi Yahudi tertentu
di luar Alkitab dan filsafat kafir (serupa dengan campuran kultus-kultus dewasa
ini).

Isi dalam kitab kolose

Berikut adalah garis-garis besar.

1. Pembukaan Surat (1:1-2)

2. Perkenalan Paulus dan Tujuannya

Bersyukur (1:3-8)

Doa dan Meditasi (1:9-23)

Doa Paulus: Pengetahuan akan Tuhan (1:9-12a)

Alasan Mengucap Sukur (1:12b-23)

Keluaran Baru (1:12b-14)

Ciptaan dan Ciptaan Baru di dalam Kristus (1:15-20)

Ciptaan Baru di Kolose (1:21-23)

Pelayanan Paulus dan Tujuan Suratnya

Pelayanan Paulus di dalam Kristus (1:24-29)


Pelayanan Paulus kepada Jemaat di Kolose (2:1-5)

3. Permohonan kepada Orang Kristen agar Dewasa (2:6-4:6)

Perkenalan: Hidup di dalam Kristus (2:6-7)

Tidak ada seorangpun yang menghukum kamu (2:8-23)

Siap di dalam Kristus (2:8-10)

Kristus dan Musuh-musuh-Nya (2:8-10)

Sunat di dalam Kristus (2:11-12)

Bebas dari tuntutan hukum (2:13-15)

Jangan menukar taurat dengan peraturan Yahudi (2:16-23)

Perkara-perkara yang menjadi diperintahkan Kristus (2:16-19)

Kamu mati demi Kristus untuk dunia dan hukumnya (2:20-23)

Hidup menurut hukum yang baru (3:1-4:6)

hidup di dalam Kristus, Allah yang bangkit (3:1-4)

Pengetahuan dan hidup baru menurut gambar Allah (3:5-11)

Segala sesuatu yang dilakukan dalam nama Tuhan Yesus (3:12-17)

Hidup Baru-di Rumah (3:18-4:1)

Hidup Baru-di dunia (4:2-6)

4. Penutup Surat (4:7-18)

Memperkenalkan hamba-hamba Tuhan (4:7-9)

Pembukaan dari teman-teman Paulus (4:10-14)

Pembukaan kepada orang-orang di Kolose (4:15-17)

Tanda tangan dari Rasul Paulus (4:18)


Muatan Teologinya

Surat Paulus untuk jemaat Kolose menggambarkan secara keseluruhan


pemahaman teologi untuk menolong pembacanya menemukan manusia yang asli
dan kematangan spiritual yang seesuai dengan keinginan Tuhan untuk umat-
Nya. Tuhan itu memberikan penghakiman yang adil dan bijaksana. Dia mengutus
Anak-Nya untuk mencapai pendamaian.Yesus yang menangani dosa manusia
dengan mati di kayu salib agar kehidupan yang diberikan kepada umat-Nya. Hidup
umat yang benar yang diungkapkan melalui hidup yang benar. Hal ini ditunjukkan
melalui ungkapan iman percaya mereka dan dengan dibaptis di dalam Yesus
Kristus. Paulus di dalam suratnya ini pada intinya hendak menyuarakan
pemahamannya akan beberapa tema teologi terbesar.

Adanya makna yang ditujukan kepada gereja. Roh Kudus dan gereja terletak
jejak-jejak yang dapat membantu pemahaman tentang bagaimana membawa
pesan teks kuno ke dalam situasi sekarang ini. Paulus bermaksud agar suratnya
dibaca di dalam gereja (4:16). Hal ini pula mengingatkan gereja bahwa gereja
tidak dapat memahami surat-surat Paulus tersebut secara murni. Setiap orang
Kristen yang dewasa bertanggung jawab terhadap iman percayanya. Tetapi
kebenaran Kristen tetap menjadi milik bersama.

Paulus menulis surat ini untuk memastikan jemaat di kolose adalah warga
Kerajaan Allah. Tidak ada keraguan atas pernyataan ini menjadi bukti iman
kepada Kristus. Manurut Paulus, gereja adalah tubuh Kristus dan memiliki tugas
untuk bersaksi bagi dunia tentang Kerajaan Allah.

Kitab Kolose

Tujuan
Paulus menulis

untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang


menggantikan keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan,
penyataan, penebusan, dan gereja; dan

untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan
tuntutannya pada orang percaya.
Survai
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena
iman, kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju
sebagai orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok
persoalan yang penting: ajaran yang betul (Kol 1:13--2:23) dan nasihat-nasihat
praktis (Kol 3:1--4:6).

Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus
Kristus. Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15), kepenuhan ke-
Allahan dalam bentuk jasmaniah (Kol 2:9), Pencipta segala sesuatu (Kol 1:16-17),
kepala gereja (Kol 1:18) dan sumber yang serba cukup dari keselamatan kita (Kol
1:14,20-22). Kristus benar-benar memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama
sekali tidak memadai -- hampa, palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kol 2:8);
dangkal secara rohani dan angkuh (Kol 2:18); serta tanpa kuasa terhadap
keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kol 2:23)

Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus mengimbau agar hidup ini didasarkan


pada kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara untuk maju dalam
kehidupan Kristen. Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kol 1:27) harus
tampak dalam perilaku Kristen (Kol 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kol 3:18--
4:1) dan disiplin rohani (Kol 4:2-6).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan


Kristus dan kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-
kitab lain dalam PB.Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan
Kristus (Kol 2:9) dan berisi salah satu bagian yang paling agung di PB mengenai
kemuliaan-Nya (Kol 1:15-23).Kitab ini sering dianggap sebagai "surat kembar"
bersama kitab Efesus, karena keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam
hal isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar dari kedua kitab
ini).

Garis Besar Kolose


Garis Besar

Pendahuluan
(Kol 1:1-12)

A. Salam Kristen (Kol 1:1-2)

B. Ucapan Syukur Karena Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (Kol 1:3-8)

C. Doa untuk Kemajuan Rohani Mereka (Kol 1:9-12)

I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya (Kol 1:13-2:23)

A. Keutamaan Kristus yang Mutlak (Kol 1:13-23)

1. Sebagai Penebus Demi Orang Lain (Kol 1:13-14; bd. Kol 1:20,22).

2. Sebagai Tuhan atas Ciptaan (Kol 1:15-17)

3. Sebagai Kepala Gereja (Kol 1:18)

4. Sebagai Pendamai Segala Sesuatu (Kol 1:19-20)

5. Sebagai Pendamai Jemaat Kolose dengan Allah (Kol 1:21-23)

B. Pelayanan Paulus Dalam Rahasia Allah di dalam Kristus (Kol 1:24-2:7)

1. Menggenapkan Penderitaan Kristus (Kol 1:24-25)

2. Menyempurnakan Orang Percaya di dalam Kristus (Kol 1:26-2:7)

C. Berbagai Peringatan Terhadap Ajaran Sesat (Kol 2:8-23)

1. Persoalan:Ajaran yang Tidak Menurut Kristus (Kol 2:8)
Pemecahan: Disempurnakan di dalam Kristus (Kol 2:9-15)

2. Persoalan: Berbagai Perbuatan Ibadah yang Tidak Menurut Kristus (Kol


2:16 23) Pemecahan: Disalibkan Bersama Kristus (Kol 2:20)

II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya (Kol 3:1-4:6)

A. Perilaku Pribadi Orang Percaya (Kol 3:1-17)


1. Bila Kristus Adalah Hidup Kita (Kol 3:1-4)

2. Mengesampingkan Hidup Lama yang Berdosa (Kol 3:5-9)

3. Mengenakan Manusia Baru di dalam Kristus (Kol 3:10-17)

B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Kol 3:18-4:1)

1. Suami dan Istri (Kol 3:18-19)

2. Anak dan Orang-Tua (Kol 3:20-21)

3. Hamba dan Tuan (Kol 3:22-4:1)

C. Pengaruh Rohani Orang Percaya (Kol 4:2-6)

1. Kehidupan yang Diabdikan kepada Doa (Kol 4:2-4)

2. Perilaku Bijaksana Terhadap Orang Luar (Kol 4:5)

3. Perkataan yang Dibumbui Kasih Karunia (Kol 4:6)

Penutup

(Kol 4:7-18)

SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA

Penulis: Paulus
Tema: Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M

Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya
Filipi; kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari
Makedonia, sebuah propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar
200.000 jiwa adalah masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan
gereja Tesalonika pada perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang
berhasil di wilayah itu dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan
Yahudi (Kis 17:1-9).

Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali


lagi pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul
karena orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian
Paulus pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya.
Paulus mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan
jemaat yang masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis
18:1-17). Setelah menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk
melaporkan pada Paulus mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai
tanggapan atas laporan Timotius, Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai
enam bulan setelah gereja itu dimulai.

Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab
yang sebenarnya merupakan suatu surat (yang pertama dari dua surat) kepada
jemaat di kota Tesalonika yang termuat dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab.kri
sten Surat ini (maupun surat yang kedua kepada jemaat yang sama) ditulis
oleh Paulus. Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai untuk
menyebut surat ini, merupakan ibukota dari Makedonia, sebuah provinsi
di kekaisaran Romawi. Paulus merupakan pendiri Jemaat di Tesalonika,
khususnya setelah ia meninggalkan Filipi.

Beberapa lama kemudian, orang-orang Yahudi iri hati kepada Paulus dan mulai


menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang
non-Yahudi. Mereka marah karena orang non-Yahudi telah menunjukkan minat
terhadap agama Yahudi. Oleh sebab itu, Paulus dengan terpaksa meninggalkan
Tesalonika, lalu dia pergi ke Berea. Setibanya di Korintus, ia menerima surat
dari Timotius, danrekan- rekannya yang lain, tentang keadaan jemaat di
Tesalonika.

Tujuan penulisan

Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini memiliki tujuan
khusus. Surat ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada jemaat-
jemaat yang ada di daerah itu. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya
tentang iman dan kasih mereka. Paulus mengingatkan mereka tentang
kehidupannya sendiri ketika ia masih berada di tengah-tengah jemaat-jemaat di
Tesalonika pada masa lalu. Setelah menceritakan semuanya itu, Paulus pun
menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka tentang kembalinya Kristus datang ke
dunia. Ada pun pertanyaan yang mereka ajukan, seperti: kalau seorang Kristen
meninggal sebelum Kristus datang kembali, apakah orang itu menerima hidup
yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan datang kembali?
Paulus pun menasihati mereka supaya terus bekerja dengan tenang sambil
menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.Karena Paulus terpaksa
meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru
bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen.
Ketika Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia
menulis surat ini untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan
ketekunan mereka di tengah-tengah penganiayaan,untuk mengajar mereka lebih
jauh tentang kekudusan dan kehidupan yang saleh, dan untuk menerangkan
beberapa kepercayaan, khususnya mengenai status orang percaya yang telah
mati sebelum Kristus datang kembali.

Penulisan

Para pakar Perjanjian Baru meyakini bahwa Rasul Paulus menulis surat ini dari


kota Korintus, meskipun ada informasi yang ditambahkan di beberapa naskah
kuno (misalnya, Codex Alexandrinus, Codex Mosquensis I, dan Codex Angelicus)
yang menyatakan Paulus menulisnya di kota Atena setelah Timotius kembali
dari Makedonia dengan kabar mengenai keadaan gereja di Tesalonika (Kisah
Para Rasul 18:1-5; 1 Tesalonika 3:6).

Keotentikan

Mayoritas pakar Perjanjian Baru menyatakan Surat 1 Tesalonikato ini otentik,


sekalipun ada segelintir yang meragukannya. Gaya penulisan dan isi surat ini
selaras dengan surat-surat Paulus yang lain, dan informasi pengarangnya juga
dikuatkan di dalam Surat 2 Tesalonika.

Jemaat Gereja
Paulus menyebut dirinya "Rasul untuk orang-orang asing", serta mendirikan
gereja-gereja untuk orang bukan-Yahudi di beberapa kota penting di
wilayah Kekaisaran Romawi.Orang Tesalonika yang dikirimi surat ini umumnya
adalah orang Kristen dari golongan bukan-Yahudi yang merupakan jemaat gereja
yang didirikan Paulus. Ini didukung oleh komentar pendek Paulus dalam 1
Tesalonika 1:9 bahwa mereka "berpaling kepada Allah dari berhala-berhala."
Hanya orang bukan-Yahudi yang berhenti menyembah berhala setelah menjadi
Kristen.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis di permulaan tahun 50 M. Pendapat lain memberi


perkiraan tahun 48-49,] atau tahun 50-51.]

Ayat-ayat terkenal

1 Tesalonika 2:17: Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari


kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang
besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.

1 Tesalonika 4:14: Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah
bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam
Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

1 Tesalonika 5:16-18: Bersukacitalah senantiasa. (5:17) Tetaplah berdoa. (5:18)


Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di
dalam Kristus Yesus bagi kamu.

Isi dalam kitab ini

Berikut adalah garis besar isi Kitab Satu Tesalonika:

Salam (1:1)

Doa Ucapan Syukur (1:2-3)

Kenang-kenangan Tesalonika (1:4-2:16)

Jawaban untuk Jemaat Tesalonika (1:4-10)


Pengajaran Injil di Tesalonika (2:1-16)

Motif-motif si Pengkhotbah (2:1-6)

Upah si Pengkhotbah (2:7-9)

Perilaku si Pengkhotbah (2:10-12)

Pesan si Pengkhotbah (2:13)

Penganiayaan (2:14-16)

Hubungan Paulus dengan Jemaat Tesalonika (2:17-3:13)

Keinginan Paulus untuk Kembali (2:17-18)

Paulus Bersukacita (2:19-20)

Misi Timotius (3:1-5)

Laporan Timotius (3:6-8)

Kepuasan Paulus (3:9-10)

Doa Paulus (3:11-13)

Nasihat Kehidupan Orang Kristen (4:1-12)

Umum (4:1-2)

Kesucian Seksualitas (4:3-8)

Kasih Persaudaraan (4:9-10)

Upah Kehidupan Seseorang (4:11-12)

Masalah-masalah yang berkaitan dengan Parousia (4:13-5:11)

Orang-orang Percaya yang Mati sebelum Parousia (4:13-18)

Masa Parousia (5:1-3)

Masa Depan (5:4-11)


Nasihat Umum (5:12-22)

Penutup

Garis-garis Besar KitabTesalonika I :]

Sumber

Pendahuluan 1:1

Syukur dan pujian 1:2--3:13

Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen 4:1-12

Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya 4:13–5:11

Nasihat-nasihat terakhir 5:12-22 Penutup 5:23-28

Muatan Teologinya

kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini adalah fokus utama Paulus dalam
suratnya ke jemaat Tesalonika.] Hal ini tidak mengherankan, jikalau kita teringat
sebab-sebabnya Paulus mengarang surat ini. ] Tidak dapat tidak bahwa kesukaran,
yang dialami di dunia ini mengantar pikiran orang saleh kepada saat yang
berbahagia.] Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya dalam segala keagungan
dan kekuasaan-Nya.] Apalagi Paulus merasa dirinya wajib memperbaiki
anggapan-anggapan yang salah tentang zaman akhir pada saat itu. ]

Namun, ini bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu
eskatologi yang lengkap dan teratur. ] Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat
sejarah dan tidak juga mengembangkan pikiran manusia tentang keadaan alam
semesta.] Dia malah menjelaskan tentang penyataan Allah sendiri, yang diakui
dan sah oleh iman dan yang sangat besar artinya bagi jemaat Kristus. ]

Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan
jemaat Kristen akan penggenapan segala janji Tuhan pada kesudahan alam,
semuanya itu tak boleh dipandang sebagai ramalan atau alasan pelbagai
perhitungan saja.] maksud Paulus tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada
jemaat kepastian dan kesempurnaan keselamatan yang sudah disediakan
baginya.] Kepercayaan kepada Hari Tuhan itu seharusnya merupakan sumber
penghiburan, kekuatan, kegembiraan dan ketabahan hati bagi jemaat dalam
sengsaranya.] Pengharapan akan parousia segera memenuhi batin orang Kristen
dengan terang dan pengharapan, yang tidak diberikan oleh dunia ini, dan akan
memberikan kekuatan kepada segenap kehidupan jemaat selama masih berjuang
di bumi.]

Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita
memuji jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah
segala penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman
dengan mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6),
kesungguhan kasih dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes
3:1-10), serta kelakuannya yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).

Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam


kehidupan Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-
24), dan Injil harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus
mendorong jemaat itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan
meremehkan penyataan-Nya, khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).

Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya


dari murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11).
Rupanya beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan
kekhawatiran mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang
akan dinyatakan ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan
rencana Allah bagi orang kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali
bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18) dan menasihatkan mereka yang masih hidup
tentang pentingnya kesiagaan ketika Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus
menutup surat ini dengan berdoa untuk kekudusan dan pemeliharaan mereka
(1Tes 5:23-24).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati
yang dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja
(1Tes 4:13-18) dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).

Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang
percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).

Surat ini memberikan wawasan yang unik

mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh
semangat dan

mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.

Garis Besar 1 Tesalonika

Garis Besar

Salam Kristen
(1Tes 1:1)

I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika (1Tes 1:2-3:13)

A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus (1Tes 1:2-10)

1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (1Tes 1:2-3)

2. Pertobatan Mereka yang Sejati (1Tes 1:4-6)

3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain (1Tes 1:7-10)

B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka (1Tes 2:1-3:8)

1. Meninjau Kembali Pelayanannya (1Tes 2:1-12)

2. Mengingat Tanggapan Mereka (1Tes 2:13-16)

3. Memelihara Perhatiannya (1Tes 2:17-3:8)

C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani


dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan (1Tes 3:9-13)
II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika (1Tes 4:1-5:22)

A. Mengenai Kekudusan Seksual (1Tes 4:1-8)

B. Mengenai Kasih Persaudaraan (1Tes 4:9-10)

C. Mengenai Kerja yang Jujur (1Tes 4:11-12)

D. Mengenai Kedatangan Kristus (1Tes 4:13-5:11)

1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus (1Tes 4:13-18)

2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus (1Tes 5:1-11)

E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani (1Tes 5:12-13)

F. Mengenai Kehidupan Kristen (1Tes 5:14-18)

G. Mengenai Pengenalan Rohani (1Tes 5:19-22)

Penutup
(1Tes 5:23-28)

A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka (1Tes 5:23-24)

B. Permohonan Terakhir dan Berkat (1Tes 5:25-28)

SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA

Kitab II Tesalonika

Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan : Sekitar 51 atau 52 M

Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab
yang umumnya dipandang sebagai salah satu surat (yang kedua dari dua surat)
kepada jemaat di kota Tesalonika yang termuat dalam bagian Perjanjian
Baru di Alkitab Kristen. Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai
untuk menyebut surat ini, merupakan ibukota dari Makedonia, sebuah provinsi
dalam Kekaisaran Romawi. Paulus merupakan pendiri Jemaat di Tesalonika,
khususnya setelah ia meninggalkan Filipi.

Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia
menulis surat yang pertama. Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa
bulan saja setelah surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama
Silas dan Timotius (2Tes 1:1; bd. Kis 18:5). Rupanya ketika diberi tahu mengenai
penerimaan surat pertama dan beberapa perkembangan baru di tempat itu,
Paulus tergerak untuk menulis surat kedua ini.

Penulis

Rasul Paulus umumnya diyakini sebagai penulis asli surat ini. Dalam 2 Tesalonika


1:1 disebutkan bahwa surat ini berasal dari Paulus beserta dua orang rekan
sekerjanya, yakni Silwanus dan Timotius. Berdasarkan anggapan bahwa surat ini
ditulis pada abad ke-2, sejumlah pakar Perjanjian Baru modern meragukan bahwa
surat ini benar-benar ditulis oleh Paulus dengan beberapa alasan, dan
menggolongkan surat ini bersama-sama enam surat-surat Paulus lain, yaitu Surat
Efesus, Kolose, 1 dan 2 Timotius, serta Titus, sebagai "surat-surat deutero
Paulus". Sebutan "deutero Pauline" ("tulisan seorang Paulus kedua") diberikan
karena diduga bahwa penulis surat ini bukan Paulus, melainkan muridnya atau
paling tidak orang yang menganut teologinya, sehingga kemungkinan merupakan
suatu pseudopigrafa yang dengan sengaja memakai nama Paulus sebagai
penulisnya.

Keadaan Jemaat

Gambaran jemaat dalam surat 2 Tesalonika ini dianggap berbeda dengan


gambaran jemaat dalam surat yang pertama. Pada Surat 2 Tesalonika, Paulus
berhadapan dengan para penganut bidah yang menyampaikan kedatangan "hari
Tuhan" (parousia) telah tiba (2 Tesalonika 2:2), membuat jemaat kebingungan
mendengar pemberitaan seperti itu. Melihat keadaan demikian, penulis bermaksud
menanggapi hal itu. Melalui surat ini diharapkan jemaat tetap melanjutkan
kegiatan sehari-hari seperti biasanya sambil tetap melaksanakan kewajiban
sebagai orang Kristen. Dalam jemaat juga berkembang ajaran yang tidak
memedulikan tubuh (sarx, "daging") karena menganggap diri telah disempurnakan
dalam roh. Ajaran demikian membuat jemaat kemudian lebih senang dengan cara
hidup yang malas-malasan dan kurang memperhatikan ketertiban.

Waktu penulisan

Surat ini umumnya diyakini ditulis antara tahun 50-51 M. 0] Pendapat lain memberi
perkiraan tahun 48-49. 1]

Ayat-ayat terkenal

2 Tesalonika 2:7-8: Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi


sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah
disingkirkan, (2:8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya,
tetapi Tuhan Yesus akan membunuhnya dengan napas mulut-Nya dan akan
memusnahkannya, kalau Ia datang kembali.

2 Tesalonika 2:15: Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-


ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.

2 Tesalonika 3:10: Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi
peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.

Struktur surat

Secara garis besar, struktur Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di
Tesalonika adalah sebagai berikut: 2]

1. Salam (1:1-2)

2. Ucapan syukur dan doa (1:13-12)

Ucapan syukur (1:3-5)

Penghakiman Allah (1:6-10)

Doa bagi jemaat di Tesalonika (1:11-12)

3. Tentang "hari Tuhan" atau Kedatangan Kedua Yesus Kristus (2:1-12)


"Hari Tuhan" yang belum tiba ( 2:1-2)

Tentang pemberontakan manusia (2:3-12)

4. Ucapan terima kasih dan dorongan Paulus bagi jemaat (2:13-17)

5. Kesetiaan Allah (3:1-5)

6. Kedisiplinan hidup: tentang ketidaktaatan manusia (3:6-15)

Isi

Tentang ketabahan menghadapi penganiayaan

Masalah penganiayaan yang dialami jemaat di Tesalonika membuat mereka


merasakan penderitaan. Melalui surat ini, penulis kemudian hadir sebagai seorang
motivator yang terus mengingatkan jemaat agar tetap tabah dan memberikan
motivasi melalui ucapan syukur. Dalam ucapan syukur tersebut, Paulus
menyampaikan perasaan sukacitanya atas imanyang dimiliki jemaat yang
dinilainya semakin bertambah (1:3-4). Paulus juga menjelaskan kepada jemaat
bahwa penderitaan yang sedang mereka rasakan menegaskan adanya maksud
dari Allah di balik semua penderitaan yang mereka rasakan.

Menyikapi ajaran sesat dan parousia

Dalam surat yang kedua ini, pemberitaan tentang "hari Tuhan" (parousia) telah
menjadi masalah pelik walaupun tidak disebutkan siapa orang-orang yang
menyebarkan kabar tentang kedatangan Yesus yang kedua. Paulus
menanggapinya dengan menuliskan kepada jemaat di Tesalonika bahwa mereka
telah salah memahami pemberitaan seputar kedatangan tersebut. Ia
mengingatkan jemaat agar tetap berpegang teguh pada "ajaran-ajaran" yang ia
sampaikan sembari tetap menantikan hari ketika Yesus akan datang kembali dari
surga. Namun, Paulus juga menyatakan bahwa sebelum "hari Tuhan" tiba akan
ada tanda-tanda yang mendahuluinya dan mencapai puncaknya pada hari
tersebut.

"Ajaran-ajaran"

Dalam 2 Tesalonika 2:15, Paulus menginstruksikan jemaat supaya "berpegang


teguhlah pada tradisi-tradisi (bahasa Yunani: παραδόσεις, bahasa
Latin: traditiones) yang kami ajarkan kepadamu, baik dengan kata-kata maupun
dengan surat." 3] Mengutip ayat ini, dalam Tentang Roh Kudus karyanya, Basilius
Agung menuliskan, "[Tradisi-tradisi] ini telah disampaikan dari mulut ke mulut dari
Paulus ataupun dari rasul-rasul yang lain, tanpa harus dituliskan,"  dan
4]

menyebutkan pengakuan iman Trinitarian sebagai salah satu contoh "tradisi tak


tertulis". 5] Sirilus dari Yerusalem menuliskan pandangan serupa dalam Pengajaran
Kateketik karyanya, berpendapat bahwa tradisi-tradisi yang dinyatakan Paulus itu
(Alkitab TB menyebutnya "ajaran-ajaran") harus dilestarikan dan diingat,
setidaknya dalam bentuk Kredo (Pengakuan Iman). 4] Dalam khotbahnya tentang
ayat ini, Yohanes Krisostomus membedakan tradisi lisan dari tradisi tertulis.
 Pada saat itu tradisi lisan telah didefinisikan sebagai "tradisi" dan tradisi tertulis
6]

sebagai "Kitab Suci", bersama-sama disatukan dalam "autentisitas asal mula


rasuli keduanya". 7] Everett Ferguson mengatakan bahwa pengacuan Paulus pada
tradisi mengindikasikan kalau "apa yang disampaikan berasal dari
Tuhan",3] dan John Stott menyebut tradisi itu (bahasa Yunani: παράδοσις, parados
is) sebagai "'tradisi' rasuli". 8]

Berdoa dan bekerja

Paulus menasihatkan jemaat agar menjauhkan diri dari orang-orang yang sudah
tidak mau bekerja lagi (2 Tesalonika 3:6), dan mendorong mereka untuk tetap giat
dalam bekerja. Nasihat demikian juga disampaikan Paulus dalam surat yang
terdahulu, namun dalam surat ini Paulus semakin memotivasi jemaat agar
mengikuti nasihatnya. Yang dimaksudkan Paulus adalah mengikuti teladannya
yang tetap "berusaha dan berjerih payah siang malam", selain melaksanakan
tugas utamanya sebagai pemberita Injil. Dengan demikian, jemaat diajarkan
supaya dalam menantikan kedatangan Yesus yang kedua tidak hanya dengan
berdoa, tetapi juga dengan giat bekerja. Dalam 2 Tesalonika 3:10, Paulus
menegaskan bahwa "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan".

Tujuan
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama: menghibur
orang percaya baru yang dianiaya; menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin
dan bekerja untuk mencari nafkah; dan memperbaiki beberapa kepercayaan yang
keliru tentang peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes
2:2).

Survai
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama
bernada seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7), dalam
surat ini nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak yang kurang
tertib dan memperbaiki jalannya (2Tes 3:7-12; bd. 1Tes 2:11). Namun demikian
Paulus memuji mereka karena iman yang teguh dan mendorong mereka lagi untuk
tetap setia dalam penganiayaan yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).

Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman (2Tes 2:1-12;
bd. 2Tes 1:6-10). Dari 2Tes 2:2 tampaknya bahwa beberapa orang dalam jemaat
menyatakan, entah melalui "nubuat" (suatu penyataan), "laporan" (berita lisan)
atau "surat" (katanya dari Paulus) bahwa masa kesengsaraan besar dan hari
Tuhan sudah mulai. Paulus memperbaiki salah paham ini dengan mengatakan
bahwa tiga peristiwa penting akan menandai tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);akan
terjadi kemurtadan dan pemberontakan besar (2Tes 2:3);dan "manusia durhaka"
akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus menegur mereka di dalam gereja yang
mempergunakan penantian akan kedatangan Kristus ini sebagai alasan untuk
tidak bekerja. Ia mendorong semua orang percaya untuk hidup dengan rajin dan
disiplin (2Tes 3:6-12).
Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan
akan diangkat (2Tes 2:6-7) surat ini,

Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran
hukum yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah (2Tes 2:3-12).

Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus


digambarkan dengan istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu (2Tes 1:6-10;
2Tes 2:8).

Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang tidak digunakan
di bagian Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).

Garis Besar 2 Tesalonika

Garis Besar

Salam Kristen
(2Tes 1:1-2)

I. Paulus Menghibur Jemaat Tesalonika yang Dianiaya (2Tes 1:3-12)

A. Rasa Syukur Karena Pertumbuhan Rohani (2Tes 1:3)

B. Pujian Atas Ketabahan Gereja Lainnya (2Tes 1:4)

C. Keyakinan Mengenai Hasil Akhir (2Tes 1:5-10)

D. Doa Paulus bagi Mereka (2Tes 1:11-12)

II. Paulus Memperbaiki Pengakuan Kepercayaan Jemaat Tesalonika (2Tes 2:1-17)

A. Hari Tuhan Belum Tiba (2Tes 2:1-2)

B. Manusia Durhaka Akan Dinyatakan Dahulu (2Tes 2:3-12)

C. Berdiri Teguh di Dalam Kepastian Kebenaran dan Kasih Karunia (2Tes 2:1317)


III.Paulus Menasihati Jemaat Tesalonika Tentang Hal-Hal Praktis
(2Tes 3:1-15)

A. Mendoakan Dirinya (2Tes 3:1-2)

B. Tetap Setia Bertahan di Dalam Tuhan (2Tes 3:3-5)

C. Menjauhi Orang yang Tidak Mau Patuh dan Hidup Berdisiplin (2Tes 3:6-
15) Salam Penutup dan Berkat 2Tes 3:16-18

SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA TIMOTIUS

Kitab I Timotius

Penulis: Paulus
Tema: Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 65 M

Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius (disingkat Surat 1 Timotius) adalah


salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru.[1][2] Timotius adalah
seorang Kristen yang masih muda di Asia Kecil, yang telah menjadi kawan dan
pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah Timotius seorang Yunani dan
ibunya Yahudi.

Tujuan penulisan

Dalam Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius, dibentangkan tiga hal yang
ada sangkut pautnya satu sama lain. Pertama-tama ialah peringatan kepada
Timotius terhadap ajaran-ajaran salah yang terdapat di dalam jemaat. Ajaran-
ajaran itu merupakan campuran paham Yahudi dan paham non-Yahudi
berdasarkan kepercayaan bahwa alam semesta sudah jahat, dan keselamatan
hanya dapat diperoleh kalau orang mempunyai pengetahuan tentang rahasia terte
ntu, dan menaati peraturan-peraturan seperti misalnya peraturan tidak boleh
kawin, pantang makanan-makanan tertentu dan lain sebagainya.

Kedua, ialah petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pengurusan jemaat


dan mengenai ibadat. Dijelaskan baginya sifat-sifat orang yang boleh menjadi
penilik dan pembantu jemaat.Akhirnya Timotius diajar mengenai bagaimana ia
dapat menjadi seorang hamba Yesus Kristus yang baik dan mengenai tanggung
jawabnya terhadap setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim gugur (antara bulan September-Desember)


tahun 55 M.[3] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60. [4]

Ayat-ayat terkenal

1 Timotius 2:5-6: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (2:6) yang telah
menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada
waktu yang ditentukan.

1 Timotius 3:15: Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang
harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang
penopang dan dasar kebenaran.

1 Timotius 3:16: Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia (Yesus),
yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh;
yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia,
diangkat dalam kemuliaan."

1 Timotius 4:12: Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau


muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam
tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Isi
Pendahuluan 1:1-2

Petunjuk-petunjuk mengenai jemaat dan para pengurusnya 1:3-3:16

Petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pekerjaannya 4:1-6:21

Analisis

Surat ini digolongkan "surat-surat Pastoral" yang meliputi juga Surat 2


Timotius dan Surat Titus, dimana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan
surat-surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga
mungkin sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. [5] Ada 4 pokok utama
dikupas di dalamnya:[5]

Guru-guru palsu: mereka yang menggunakan dan menafsirkan Perjanjian


Lama untuk kepentingan mereka sendiri, sehingga Timotius diingatkan bahwa
"hukum Taurat itu baik kalau tepat digunakan." [6]

Iman sejati: untuk menolak ajaran palsu bahwa Allah tidak mempedulikan dunia,
tempat kita hidup ini, perlu diingat kenyataan bahwa Yesus sendiri merupakan
manusia sejati dan Allah sejati, dan dengan demikian membantah ajaran-ajaran
palsu itu.[7]

Perilaku Kristen: harus dijaga dengan baik, terutama hubungan keluarga [8] dan
hubungan dalam jemaat.[9]

Kepemimpinan Kristen: harus menjadi teladan tentang perilaku yang baik bagi
semua orang yang mereka layani.[10]

Pengutipan

Irenaeus (dalam tulisan ~ tahun 180 M) adalah bapa gereja pertama yang secara


eksplisit mengutip dan menyebutnya surat gubahan Paulus. Sebenarnya sudah
dikutip (tanpa menyebut sumber) oleh tokoh-tokoh sebelumnya
yaitu Polikarpus, Yustinus Martir, Heracleon, dan juga pada Surat

1 Klemens.[11] Marcion tidak memuat dalam
daftar kanonnya,"Tertullian mengatakan Marcion menolak surat-surat ini (1 dan 2
Timotius, Titus), tidak mengherankan, karena isi 1 Timotius 4:1-5 sama sekali
antitesis (bertentangan) dengan pandangan Marcionisme.” [12]

Latar Belakang
Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat
Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1)
kepada Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di
gereja. Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat
ini, namun gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat
Paulus yang asli. Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam
Surat-Surat Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia
lanjut dan perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat
menerangkan perbedaan ini dengan cukup menyakinkan.

Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum


dalam pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali
dialami Paulus di Roma (Kis 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim
4:16-17). Setelah itu, menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96
M) dan Kanon Muratoria (sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma
menuju ke arah barat ke Spanyol dan di sana melaksanakan pelayanan yang
sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom 15:23-24,28). Berdasarkan data dalam
Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus kemudian kembali ke daerah Laut Aegea
(khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani) untuk pelayanan selanjutnya.
Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus menugaskan Timotius
sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta. Dari Makedonia,
Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa waktu
kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di Roma,
ketika dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia mati
syahid pada tahun 67/68 M (lihat 2Tim 4:6-8).

Survai
Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya ialah
supaya Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan
membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang
menyelamatkan (1Tim 1:3-7; 1Tim 4:1-8; 1Tim 6:3-5,20-21). Paulus juga
menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para
pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang yang
diizinkan menjadi pemimpin rohani gereja (lih. daftar syarat terperinci di garis
besar).

Antara lain, Paulus menasihatkan Timotius bagaimana bergaul dengan berbagai


kelompok dalam jemaat, seperti perempuan (1Tim 2:9-15; 1Tim 5:2), janda-janda
(1Tim 5:3-16), orang laki-laki tua dan muda (1Tim 5:1), para penatua (1Tim 5:17-
25), budak (1Tim 6:1-2), guru palsu (1Tim 6:3-10) dan orang kaya (1Tim 6:17-19).
Paulus memberikan lima instruksi jelas kepada Timotius yang harus
dilaksanakannya (1Tim 1:18-20; 1Tim 3:14-16; 1Tim 4:11-16; 1Tim 5:21-25; 1Tim
6:20-21). Di dalam surat ini Paulus menyatakan kasih sayangnya kepada Timotius
sebagai anak rohaninya dalam iman dan mengajukan suatu standar kesalehan
yang tinggi untuk kehidupannya dan untuk gereja.

Ciri-ciri Khas

Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di
jemaat Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang
mendalam.

Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini
menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni dan
bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan.

Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua
pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah
bagi para pemimpinnya.

Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai


bagaimana seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan
wanita serta dengan semua kelompok usia dan sosial dalam gereja.
Garis Besar 1 Timotius

Garis Besar

Pendahuluan
(1Tim 1:1-20)

I. Pengarahan Tentang Pelayanan Gereja (1Tim 2:1-4:5)

A. Pentingnya Doa (1Tim 2:1-8)

B. Perilaku Wanita yang Sopan (1Tim 2:9-15)

C. Syarat-Syarat bagi Penilik Jemaat (1Tim 3:1-7)

1. Pribadi

a. Tak Bercacat (1Tim 3:2)

b. Dapat Menahan Diri (1Tim 3:2)

c. Bijaksana (1Tim 3:2)

d. Sopan (1Tim 3:2)

e. Suka Memberi Tumpangan (1Tim 3:2)

f. Cakap Mengajar (1Tim 3:2)

g. Bukan Peminum (1Tim 3:3)

h. Bukan Pemarah (1Tim 3:3)

i. Peramah (1Tim 3:3)

j. Pendamai (1Tim 3:3)

k. Bukan Hamba Uang (1Tim 3:3)

m. Mempunyai Nama Baik (1Tim 3:7)

l. Jangan Orang Baru Bertobat (1Tim 3:6)

2. Keluarga
a. Suami dari Satu Istr (1Tim 3:2)

b. Kepala Keluarga yang Baik (1Tim 3:4-5)

c. Disegani dan Dihormati oleh Anak-Anaknya (1Tim 3:4)

D. Syarat-syarat bagi Diaken (1Tim 3:8-12)

1. Pribadi a. Orang Terhormat (1Tim 3:8)

b. Jangan Bercabang Lidah (1Tim 3:8)

c. Jangan Penggemar Anggur (1Tim 3:8)

d. Jangan Serakah (1Tim 3:8)

e. Orang yang Memelihara Rahasia Iman Dalam Hati Nurani yang Suci


(1Tim 3:9)

f. Diuji dan Tak Bercacat (1Tim 3:10)

2. Keluarga

a. Suami dari Satu Istri (1Tim 3:12)

b. Istri Adalah Orang Terhormat (1Tim 3:11)

c. Mengurus Anak-Anak dan Keluarga dengan Baik (1Tim 3:12)

E. Alasan Gereja Memerlukan Syarat Tinggi bagi Pemimpin (1Tim 3:13-4:5)

II. Pengarahan Tentang Pelayanan Timotius (1Tim 4:6-6:19)

A. Kehidupan Pribadinya (1Tim 4:6-16)

B. Hubungan dengan Orang Dalam Gereja (1Tim 5:1-6:19)

1. Orang yang Tua dan Orang Muda (1Tim 5:1)

2. Perempuan Tua dan Perempuan Muda (1Tim 5:2)

3. Janda-Janda (1Tim 5:3-16)

4. Penatua dan Calon Penatua (1Tim 5:17-25)


5. Budak-Budak (1Tim 6:1-2)

6. Guru-Guru Palsu (1Tim 6:3-10) Sisipan: Nasihat kepada Timotius Sendiri (1Tim


6:11-16)

7. Orang-Orang Kaya (1Tim 6:17-19)

Penutup
(1Tim 6:20-21)

SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA TIMOTIUS

Kitab II Timotius

Penulis: Paulus
Tema: Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67

Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius (disingkat Surat 2 Timotius) adalah


salah satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang sebagian besar
berisi nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius sebagai teman sekerja dan
pembantu yang masih muda. Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia
dinasihati dan didorong supaya terus setia menyebarkan berita tentang
Tuhan Yesus Kristus serta berpegang pada Perjanjian Lama dan ajaran
tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap bertugas sebagai guru dan
pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi penderitaan dan pertentangan.
Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat mengabarjan firman Tuhan dan
menjadi penerus Paulus. Timotius khusus diperingatkan supaya tidak turut campur
dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan tak bernilai. Perdebatan-
perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali merusak pikiran orang
yang mendengarnya.

Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari


kehidupan Paulus—yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya,
kasihnya, ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan.
Surat ini diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya
dan melalui surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.

Latar Belakang
Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang
berusaha untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan
penganiayaan yang bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi
tahanan negara di Roma (2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai seorang
penjahat biasa (2Tim 2:9), ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (2Tim 1:15),
dan sadar bahwa pelayanannya sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat
(2Tim 4:6-8,18; untuk pembahasan yang lebih lanjut mengenai latar belakang dan
kepenulisan).Paulus menulis kepada Timotius sebagai "anakku yang kekasih"
(2Tim 1:2) dan teman sekerja yang setia (bd. Rom 16:21). Hubungan yang erat
serta kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam halnya Paulus
menyebutkan Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat,
kehadiran Timotius dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili 1:1; Kol 1:1;
File 1:1) dan kedua surat pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi
kemungkinan dihukum mati adalah dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya
di Roma (2Tim 4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih
berada di Efesus (2Tim 1:18; 2Tim 4:19).

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim gugur (antara bulan September-Desember)


tahun 58 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60.

Ayat-ayat terkenal

2 Timotius 1:7: Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan,
melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.
2 Timotius 3:16: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran.

Isi

Pendahuluan 1:1-2

Pujian dan dorongan 1:3--2:13

Nasihat dan peringatan 2:14–4:5

Keterangan tentang keadaan Paulus 4:6-18

Penutup 4:19-22

Analisis

Surat ini digolongkan"surat-surat Pastoral"yang  meliputi juga Surat
1 Timotius dan Surat Titus, di mana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan
surat-surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga
mungkin sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. Ada 4 pokok utama
dikupas di dalamnya:Guru-guru palsu: yaitu "secara lahiriah mereka menjalankan
ibadah mereka, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya."

Iman sejati: yaitu segala sesuatu yang telah didengar daripada Paulus hendaknya
dipegang sebagai contoh ajaran yang sehat dan dilakukan dalam iman dan kasih
dalam Kristus Yesus.Perilaku Kristen: mengusahakan supaya selalu layak di
hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus
terang memberitakan perkataan kebenaran. ]

Kepemimpinan Kristen: harus berani membela kebenaran, dengan menyadari


bahwa Injil tidak bergantung kepada pendapat pribadi melainkan kepada Allah
sendiri.Kaitan dengan bagian Alkitab lain

Surat-surat Paulus
Surat 2 Timotius diperkirakan ditulis pada periode yang sama dengan Surat Filipi.
Satu-satunya alasan untuk memperkirakan bahwa surat 2 Timotius ini ditulis
menjelang akhir hidup Paulus (kecuali jika disimpulkan dari 2 Timotius 1:8 bahwa
surat ini ditulis di Roma) adalah kesan bahwa Paulus menyadari kematiannya
sudah dekat. Namun, menurut Kisah Para Rasul 20:24, sebelum sampai di Roma,
Paulus sudah mengatakan pada musim semi tahun 57 di Melitus: "Tetapi aku tidak
menghiraukan nyawaku sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan
menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk
memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah." Tetapi urusannya menjadi
berlarut-larut. Mulanya Paulus mengira bahwa kasusnya akan segera selesai
begitu kepala pasukan Lisias datang dari Yerusalem ke Kaisarea (Kisah Para
Rasul 24:22) dan ia mengharapkan untuk segera dilepaskan. Sampai saat itu,
sepanjang yang diketahui, Paulus tidak mengalami penahanan dalam waktu lama,
dan kalaupun dimasukkan dalam penjara setempat (seperti insiden di Filipi yang
dicatat dalam Kisah Para Rasul 16:19-40 sebagai contoh) hanya semalam saja
(Kisah Para Rasul 16:35), meskipun tanpa pengaruh adanya gempa bumi. Kata
yang dipakai untuk melukiskan pengalamannya, φυλακαί (fulakai,
"tahanan"; bahasa Inggris: custody) pada 2 Korintus 6:5; 11:23), tidak pernah
digunakan dalam surat-surat yang ditulis dalam masa penjara, di mana selalu
dipakai kata δέσμοι (desmoi); dan situasi yang digambarkan memang
berbeda. Setelah beberapa bulan, keyakinan Paulus bahwa ia akan dilepaskan
mulai kendor. Dalam surat Filipi, meskipun tidak tahu bagaimana akhirnya, Paulus
yakin akan bertemu mereka kembali sebentar lagi (Filipi 1:25 dst.; Filipi
2:24). Dalam surat Filemon ia berharap, doa-doa mereka dikabulkan (Filemon
1:22). Dalam surat Kolose dan surat Efesus, ia hanya mengatakan
bahwa Tikhikus akan menyampaikan segara berita mengenai dirinya kepada
mereka, serta berdoa agar diberi kata-kata yang tepat pada waktunya (Kolose 4:7-
9; Efesus 6:19-22). Pada waktu menulis surat 2 Timotius tampaknya hanya
kemungkinan kematian yang muncul, harapan untuk dilepaskan rupanya pudar; ia
ditinggalkan dan mengharapkan orang-orang untuk mendatanginya (2 Timotius
1:12; 4:6-13). Sebagaimana ia menjelaskan kemudian, sebagaimana dicatat
dalam Kisah Para Rasul 28:19, ia "tidak mempunyai pilihan lain" - selain kartu
terakhirnya, "naik banding kepada Kaisar".
Kaitan - dan urutan yang serupa - antara poin-poin dalam surat Filipi dan surat 2
Timotius sangat menarik untuk dilihat, terutama bagaimana ia sampai kepada
kata-kata "menyelesaikan pertandingan" (τελειώσω τὸν δρόμον) yang menurut
laporan Lukas (Kisah Para Rasul 20:24), disampaikan dalam pidatonya di Miletus.
Sebelumnya Paulus menggunakan perumpamaan tentang pertandingan, tetapi di
sana dikatakan "berlari" bukan "mencapai garis akhir" (1 Korintus 9:24-26; 1
Timotius 6:12.

Tujuan
Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan
karena menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan
adanya guru-guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius agar dia
memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan
melaksanakan tugas-tugasnya.

Survai
Dalam pasal 1; (2Tim 1:1-18) Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih dan
doanya yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia tanpa berkompromi
tehadap Injil, memelihara kebenaran dengan tekun dan mengikuti teladannya.

Dalam pasal 2; (2Tim 2:1-26) Paulus menugaskan anak rohaninya untuk tetap
memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang lain yang
dapat dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain (2Tim 2:2). Paulus
menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung kesukaran seperti prajurit
yang baik (2Tim 2:3), melayani Allah dengan rajin dan memberitakan firman
kebenaran dengan tepat (2Tim 2:15), memisahkan diri dari mereka yang
meninggalkan kebenaran rasuli (2Tim 2:18-21), memelihara kemurniannya (2Tim
2:22) dan bekerja dengan tekun sebagai guru (2Tim 2:23-26).

Dalam pasal berikutnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa kejahatan dan


kemurtadan akan meningkat (2Tim 3:1-9), tetapi Timotius harus tetap setia kepada
iman yang diwarisinya dan kepada Alkitab (2Tim 3:10-17).Dalam pasal terakhir
Paulus menugaskan Timotius untuk memberitakan Firman serta melaksanakan
semua tugas pelayanannya (2Tim 4:1-5). Paulus menutup surat ini dengan
memberitahukan Timotius tentang keadaan dirinya pada saat dia menghadapi
kematian, sambil memohon Timotius datang dengan cepat (2Tim 4:6-22).B
Lima ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi perkataan terakhir Paulus yang ditulis sebelum pelaksanaan hukum
mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun setelah pertobatannya kepada
Kristus di jalan ke Damsyik. Surat ini berisi pernyataan yang paling terang dalam
Alkitab mengenai pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Tim 3:16-17): Paulus
menekankan bahwa Alkitab harus ditafsirkan dengan cermat oleh pelayan-pelayan
Firman (2Tim 2:15) dan mendorong penyerahan Firman Allah kepada orang yang
dapat dipercayai yang kemudian dapat mengajar orang lain (2Tim 2:2).

Sepanjang surat ini muncul nasihat-nasihat pendek tetapi tepat misalnya,


"mengobarkan karunia Allah" (2Tim 1:6),
"janganlah malu" (2Tim 1:8),
"menderita bagi Injil-Nya" (2Tim 1:8),
"Peganglah ajaran yang sehat" (2Tim 1:13),
"peliharalah harta yang indah" (2Tim 1:14),
"jadilah kuat oleh kasih karunia" (2Tim 2:1),
"ikutlah menderita" (2Tim 2:3),
"memberitakan perkataan kebenaran" (2Tim 2:15),
"hindarilah" (2Tim 2:16),
"jauhilah kejarlah" (2Tim 2:22),
berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Tim3:1-9),
"tetap berpegang kepada kebenaran" (2Tim3:14), "beritakanlah Firman" (2Tim 4:2)
, "lakukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Tim 4:5), "tunaikanlah tugas
pelayananmu" (2Tim 4:5).

Tema yang berulang-ulang dari banyak nasihatnya adalah untuk berpegang pada
iman (Yesus Kristus dan Injil asli dari rasul-rasul), jagalah iman itu dari
pemutarbalikan dan kerusakan, menentang guru palsu, dan beritakan Injil yang
benar dengan ketekunan yang teguh.Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu
contoh yang mengharukan dari keberanian dan harapan ketika menghadapi mati
syahid yang sudah pasti (2Tim 4:6-8).

Garis Besar 2 Timotius


Garis Besar

Pendahuluan
(2Tim 1:1-4)

I. Pesan Paulus kepada Timotius (2Tim 1:5-18)

A. Mengobarkan Karunia Allah (2Tim 1:5-7)

B. Bersedia Menderita untuk Injil (2Tim 1:8-10)

C. Teladan Paulus (2Tim 1:11-12)

D. Peganglah dan Pelihara Kebenaran (2Tim 1:13-14)

E. Sahabat-sahabat Paulus di Roma yang Setia dan Tidak Setia (2Tim 1:15-18)

II. Tuntutan-Tuntutan Terhadap Hamba Tuhan yang Setia (2Tim 2:1-26)

A. Jadilah Kuat oleh Kasih Karunia(2Tim 2:1)

B. Percayakan Berita kepada Orang yang Dapat Dipercayai (2Tim 2:2)

C. Bertahan Dalam Kesukaran (2Tim 2:3-7)

1. Sebagai Prajurit yang Baik (2Tim 2:3-4)

2. Sebagai Olahragawan yang Berdisiplin (2Tim 2:5)

3. Sebagai Petani yang Bekerja Keras (2Tim 2:6-7)

D. Mati dan Menderita dengan Yesus Kristus (2Tim 2:8-13)

E. Hindarilah Soal-soal yang Bodoh dan Mempertahankan Injil Dalam


Cara yang Tidak Tercela (2Tim 2:14-26)

III.Peningkatan Kejahatan Terakhir yang Mendekat (2Tim 3:1-9)

IV. Ketekunan Dalam Kebenaran (2Tim 3:10-17)

A. Yang Dipelajari dari Paulus (2Tim 3:10-14)

B. Yang Dipelajari dari Alkitab (2Tim 3:15-17)


V. Beritakanlah Firman Allah(2Tim 4:1-5)

VI. Kesaksian dan Pengarahan Paulus (2Tim 4:6-18)

A. Kesaksian Perpisahan Paulus (2Tim 4:6-8)

B. Pengarahan Pribadi untuk Timotius (2Tim 4:9-13)

C.Sebuah Kata Peringatan
(2Tim 4:14-15)

D.Keyakinan tentang Kesetiaan Allah
(2Tim 4:16-18)

Penutup
(2Tim 4:19-22)

SURAT PAULUS KEPADA TITUS

Kitab Titus

Penulis: Paulus
Tema: Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M

Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada
salah seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan"
karena membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan
pelayanannya. Titus, seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3), menjadi
pendamping dekat Paulus dalam pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak
disebutkan dalam Kisah Para Rasul (mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan
erat dengan Paulus ditunjukkan dengan

disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,dia adalah orang yang
bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti
Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8
:23),dijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus
selama perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-
24),dan pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5).

Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya
Asia Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan
yang kedua.Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara
orang Kreta (Tit 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia
(bd. 1Tim 1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada
Titus, menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka
awali bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan
melewati Kreta (Tit 3:13).

Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau
Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus
ikut serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi
tempat tinggal Paulus selama musim dingin (Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa
rencana ini terlaksana (bd. 2Tim 4:10) karena Paulus kemudian menugaskan Titus
di Dalmatia (Yugoslavia sebelum pecah).

Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat Paulus yang
terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.Bersama dengan
surat Timotius, surat ini dikategorikan sebagai surat-surat Pastoral. Dikategorikan
surat pastoral karena surat-surat ini ditujukan kepada Titus dan Timotius yang
menjalankan tugas sebagai seorang pastor. Secara garis besar surat ini berisi
petunjuk-petunjuk untuk menjalani hidup sekaligus untuk menanggulangi ajaran
sesat. Titus sendiri merupakan teman sekerja Paulus dalam pekerjaannya.

Penulis

Rasul Paulus sedang menulis surat-suratnya

Secara tradisional diterima bahwa surat ini ditulis oleh rasul Paulus, seperti yang
tertera dalam kata-kata pembuka surat ini.
Perdebatan mengenai penulis

Ada peneliti Perjanjian Baru yang meragukan apakah penulis surat ini adalah


Paulus, karena mereka menganggap surat-surat pastoral seperti ini hanyalah
bersifat tulisan-tulisan Yahudi yang tidak termasuk di dalam Perjanjian Lama dan
biasanya digunakan untuk memberi informasi penting terhadap latar belakang
Perjanjian Baru. Surat ini sangat berbeda dari surat Paulus lainnya sehingga ada
dugaan tidak mungkin Paulus yang menulis surat ini.

Alasan-alasan yang meragukan bahwa surat ini ditulis oleh Paulus antara lain:

Situasi historis yang digambarkan dalam surat ini tidak sesuai dengan data-data
yang ada di Kisah Para Rasul maupun situasi yang melatarbelakangi surat-surat
Paulus yang asli.

Surat-surat pastoral seperti surat Titus ini menggambarkan masalah-masalah


yang dihadapi oleh generasi Kristen ketiga. Organisasi gereja pada saat itu sudah
lebih berkembang daripada zaman Paulus. Gereja-gereja rumah seperti pada
zaman Paulus sudah menjadi dasar berdirinya jemaat setempat.

Gaya tulisan yang dipakai sangat khas dan berbeda dengan surat-surat Paulus
yang asli.Gagasan-gagasan teologi yang berbeda dengan surat-surat Paulus
seperti gagasan mengenai perempuan.Pemahaman tentang gereja yang berbeda
antara surat-surat pastoral dengan surat-surat asli Paulus.

Oleh karena alasan-alasan tersebut di atas, jika bukan oleh oleh Paulus maka


surat ini diduga ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal, namun beraliran
Paulus. Ada pendapat bahwa orang yang menulis surat ini adalah
seorang Yahudi Hellenis.

Kebanyakan alasan-alasan tersebut tidak mempunyai dasar yang cukup kuat,


sehingga pada umumnya hanya dipakai sebagai bahan diskusi.

Tujuan surat
Surat ini ditujukan kepada Titus yang merupakan teman sekerja Paulus. Titus
merupakan seorang non Yahudi yang menjadi Kristen dan kemudian mengikuti
rombongan Paulus.Paulus juga mengutusnya untuk membantu pelayanannya
di Korintus. Dalam surat ini, Titus digambarkan sebagai orang yang sangat
setia. Oleh karena kesetiaannya, Paulus menaruh kepercayaan yang besar
kepada Titus. Dalam perjalanan, Paulus meninggalkan Titus di Kreta dan diberi
tugas untuk membina jemaat-jemaat baru di sana. Selain ditujukan kepada Titus,
surat ini juga ditujukan kepada semua anggota jemaat, menata apa yang
ditinggalkan Paulus di Kreta, termasuk penetapan penatua (Tit 1:5);membantu
jemaat tumbuh dalam iman, pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Tit
1:1);membungkam guru-guru palsu (Tit 1:11); dandatang kepada Paulus setelah
ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit 3:12).

Tempat penulisan

Tempat dan waktu penulisan surat ini sulit untuk ditentukan. Ada pendapat bahwa
surat ini ditulis ketika Paulus singgah di Nikopolis. Pendapat lain mengatakan
bahwa surat ini ditulis di Roma, atau Efesus.

Waktu penulisan

Jika berpatokan pada persinggahan Paulus di Nikopolis maka diperkirakan bahwa


surat ini ditulis antara tahun 60-64 M, meskipun ahli yang memperkirakan bahwa
surat ini ditulis di Efesus memberi perkiraan sekitar tahun 100 M. Robinson
meyakini bahwa surat ini ditulis pada akhir musim semi (bulan Mei-Juni) tahun 57
M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60.

Ayat-ayat terkenal

Titus 3:3-7: Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat,
menjadi hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan
kedengkian, keji, saling membenci. (3:4) Tetapi ketika nyata kemurahan Allah,
Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, (3:5) pada waktu itu Dia telah
menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi
karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan
yang dikerjakan oleh Roh Kudus, (3:6) yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita
oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita, (3:7) supaya kita, sebagai orang yang
dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai
dengan pengharapan kita.

Titus 3:8: Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin
menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-
sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna
bagi manusia.

Struktur

Pembukaan surat (1:1-4)

Bagian ini berisi catatan mengenai siapa penulis surat ini dan kepada siapa surat
ini ditujukan. Selain itu disampaikan juga oleh penulis surat sebuah salam.

Syarat bagi para penatua (1:5-16)

Di perikop ini dijelaskan bagaimana syarat untuk menjadi pengajar dan pemimpin
yang baik. Selain itu juga diingatkan mengenai pengajar-pengajar palsu yang
muncul saat itu.

Nasihat untuk kehidupan warga jemaat (2:1-15)

Pada pasal kedua ini, Paulus berusaha memberikan nasihat untuk pengudusan


hidup warga jemaat. Nasihat yang diberikan Paulus menyangkut cara
berkehidupan dan moral warga jemaat.

Panggilan orang Kristen (3:1-11)

Setelah membahas nasihat-nasihat bagi internal warga jemaat, pada bagian ini
Paulus membahas panggilan orang-orang Kristen terhadap pemerintah dan
masyarakat.

Petunjuk-petunjuk terakhir dan salam penutup (3:12-15)


Paulus mengakhiri suratnya kepada Titus dengan menekankan kembali apa yang
telah dikatakan sebelumnya. Setelah itu Paulus memberikan salamnya kepada
Titus dan orang-orang lain yang lain.

Muatan Teologis

Sebagai surat Pastoral, ada tiga hal yang dikemukakan di dalam surat ini:

Tugas Titus di Kreta

Titus diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi


pemimpin jemaat. Seseorang yang hendak menjadi penatua maupun pemimpin
jemaat haruslah orang yang tidak bercela atau tidak bercacat di dalam cara
hidupnya.. Hal ini bukan berarti menuntut seseorang yang sempurna tetapi
menuntut seseorang yang cara hidupnya baik sehingga dapat menjadi
panutan. Syarat kedua yang ditetapkan adalah memiliki satu istri saja.  Pada saat
itu sering terjadi poligami ataupun perzinahan. Oleh karena itu, seorang penatua
haruslah dapat menahan nafsunya dan hanya memiliki satu isteri atau satu suami
saja. Kemudian syarat berikutnya adalah memiliki anak-anak yang
beriman.Seseorang hendaknya dapat membina anaknya dengan baik sebelum
membina orang-orang lain atau jemaat. Seorang penatua juga harus rendah hati,
tidak cepat marah, dapat menguasai diri, dapat mendengar orang lain dan tidak
serakah. Penatua adalah orang yang mengurus pekerjaan Allah. Oleh karena itu,
penatua juga harus dapat bijaksana, saleh, dan menyukai hal-hal yang
baik. Penatua bepegang kepada firman Tuhan, berkata benar, dan sanggup
menasihati orang berdasarkan ajaran firman Tuhan. Titus perlu mengangkat dan
menetapkan syarat-syarat tersebut karena kondisi jemaat di Kreta saat itu banyak
yang memberontak dan mengajarkan ajaran palsu.

Pengajaran yang benar

Titus dinasihati mengenai bagaimana pengajaran yang benar. Pokok dasar ajaran


yang benar itu adalah anugerah Allah yang telah dinyatakan demi menyelamatkan
umat manusia. Anugerah inilah yang memampukan umat manusia terutama
umat Kristen untuk hidup dengan cara yang diinginkan oleh Allah sampai
kedatangan Yesus kembali.Nasihat-nasihat tersebut antara lain:
Orang-orang yang sudah tua hendaknya dapat hidup bijaksana, hidup sederhana
dan hidup dalam ketekunan. Begitu juga perempuan yang sudah tua, dituntut
untuk hidup berbakti kepada Allah, tidak suka memfitnah dan senantiasa
mengajarkan hal-hal yang baik. Dengan demikian, mereka dapat mendidik para
orang-orang muda agar dapat juga hidup dengan baik.Juga kepada kaum-kaum
muda, agar dapat bijaksana, menguasai diri, berkelakuan baik, dan jujur.Hamba-
hamba haruslah taat kepada tuannya dalam segala hal yang baik. Seorang hamba
harus setia, taat dan tulus sehingga mereka berkenan pula memuliakan ajaran
Allah.

Nasihat tentang perilaku orang Kristen

Titus diajar mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen terhadap


pemerintah dan terhadap masyarakat. Orang Kristen haruslah taat kepada
pemerintah dalm segala sesuatu hal yang baik. Dengan demikian mereka dapat
dipuji oleh masyarakat dan nama Yesus dimuliakan. Orang Kristen dituntut untuk
ramah dan suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau
menimbulkan perpecahan. Paulus juga mengingatkan bahwa kita diselamatkan
bukan semata-mata karena kebaikan kita tetapi karena rahmat Tuhan kepada
manusia.

Survai
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.

Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan
mereka yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja.
Penatua haruslah orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun
keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).
Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan
menegur para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan
dua rangkuman tentang ajaran yang sehat (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).

Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang patut untuk
laki-laki yang sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita yang sudah tua (Tit 2:3-4),
wanita yang masih muda (Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak (Tit
2:9-10).

Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah
buah yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14; Tit 3:1,8,14; bd. Yak
2:14-26).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari
keselamatan dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).

Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas
landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.

Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang
harus dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).

Garis Besar Titus

Garis Besar

Pendahuluan (Tit 1:1-4)

I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua (Tit 1:5-9)

A. Tetapkan Penatua di Tiap Kota (Tit 1:5)

B. Berbagai Syarat bagi Penatua (Tit 1:6-9)

1. Pribadi

a. Tak Bercacat (Tit 1:6)


b. Pelayan yang Dapat Dipercayai (Tit 1:7)

c. Tidak Angkuh (Tit 1:7)

d. Bukan Pemberang (Tit 1:7)

e. Bukan Peminum (Tit 1:7)

f. Bukan Pemarah (Tit 1:7)

g. Tidak Serakah (Tit 1:7)

h. Suka Memberi Tumpangan (Tit 1:8)

i. Suka Akan yang Baik (Tit 1:8)

j. Bijaksana(Tit 1:8)

k. Adil (Tit 1:8)

l. Saleh (Tit 1:8)

m. Berpegang Kepada Perkataan yang Benar (Tit 1:9)

n. Sanggup Menasihati berdasarkan Ajaran (Tit 1:9)

o. Sanggup Meyakinkan Para Penentang (Tit 1:9)

2. Keluarga

a. Mempunyai Hanya Satu Istri (Tit 1:6)

b. Anak-Anaknya Hidup Beriman (Tit 1:6)

c. Anak-Anaknya Hidup Senonoh dan Tertib (Tit 1:6)

II. Pengarahan Mengenai Guru Palsu (Tit 1:10-16)

A. Tabiat Mereka (Tit 1:10)

B. Kelakuan Mereka (Tit 1:11-12)

C. Penegoran Mereka (Tit 1:13-16)


III.Pengarahan Mengenai Aneka Kelompok Dalam Gereja (Tit 2:1-15)

A. Lingkup Pengarahan (Tit 2:1-10)

B. Dasar Pengarahan (Tit 2:11-14)

C. Tanggung Jawab Titus (Tit 2:15)

IV. Nasihat Tentang Kebajikan (Tit 3:1-11)

A. Kelakuan Terhadap Sesama (Tit 3:1-2)

B. Kemurahan Allah Kepada Kita (Tit 3:3-7)

C. Membedakan yang Berguna dan Mana yang Tidak (Tit 3:8-11)

Penutup (Tit 3:12-15)

SURAT PAULUS KEPADA FILEMON

Penulis: Paulus
Tema: Perdamaian
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Paulus kepada Filemon merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian


Baru di Alkitab Kristen dan salah satu kumpulan surat-surat Paulus. Surat ini unik
karena menjadi surat terpendek di antara surat-surat Paulus yang lainnya. Selain
itu, surat ini juga satu-satunya surat pribadi Paulus yang kita miliki. Secara umum
surat ini berisikan permohonan Paulus kepada Filemon agar Filemon berbaik hati
kepada Onesimus, budaknya yang melarikan diri. Filemon sendiri adalah
seorang Kristen terkemuka yang rupanya menjadi anggota jemaat
di Kolose. Paulus mengirimkan surat ini bersamaan dengan surat kepada jemaat
di Kolose. Surat ini merupakan salah satu contoh surat nasihat. Surat nasihat
seperti ini kerap sekali ditulis dalam dunia Yunani-Roma pada zaman Paulus.

Latar Belakang
Paulus menulis "surat penjara" ini (ayat File 1:1,9) sebagai surat pribadi kepada
seorang bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang
pertama di Roma (Kis 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon
(ayat File 1:1-2,10,23-24) dan Kolose (Kol 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa
Filemon tinggal di Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan diantarkan pada waktu
yang sama.

Filemon menjadi pemilik hamba (ayat File 1:16) dan anggota gereja di Kolose (bd.
ayat File 1:1-2 dengan Kol 4:17), mungkin ia bertobat dibawah pelayanan Paulus
(ayat File 1:19). Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah lari ke Roma; di situ
dia kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan persahabatan
yang kuat berkembang di antara mereka (ayat File 1:9-13). Sekarang dengan
segan Paulus mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh
Tikhikus, teman sekerja Paulus, bersama dengan surat ini (bd. Kol 4:7-9).

Penulis

Rasul Paulus

Surat Filemon ditulis oleh Paulus dan Timotius seperti yang tertera di bagian
awal.Pada abad ke-19, keaslian surat ini dipertanyakan oleh F.C. Baur, yang
beranggapan bahwa surat ini hanyalah khayalan Kristen saja dan nama Paulus
hanya diperalat untuk menyelesaikan masalah perbudakan. H.J. Holtzmann juga
sepaham dengan Baur. Namun berdasarkan penemuan salinan-salinan tua dan
analisis lebih teliti saat ini keraguan itu tidak ada lagi dan diyakini bahwa Rasul
Paulus adalah penulis dari surat ini.Berdasarkan fakta yang ada, surat ini ditulis
ketika Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara (ayat 1, 23, 24). Selain itu, D.
Guthrie dengan tegas menyatakan bahwa Surat Filemon ini sangat mencerminkan
corak berpikir dan gaya tulisan Rasul Paulus. Pada akhirnya para pakar Perjanjian
Barusepakat bahwa Surat Filemon ini ditulis oleh Rasul Paulus.

Tujuan Surat

Paulus menyurati Filemon untuk mengurus persoalan khusus tentang hambanya


Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang
melarikan diri dapat dihukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus
dengan Filemon dan memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah
sebagai orang percaya dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama
sebagaimana dia akan menerima Paulus sendiri.

Sesuai dengan apa yang tertulis pada ayat 1, surat ini ditujukan kepada Filemon
yang disebut oleh Paulus sebagai "saudara" dan "kawan sekerja".Selain itu, surat
ini juga ditujukan kepada Arkhipus, Apfia, dan jemaat di rumah Filemon. Filemon
yang merupakan orang terkemuka di Kolosememiliki sejumlah budak dan salah
satunya adalah Onesimus. Onesimus melarikan dari Kolose dan membawa pergi
harta milik Filemon. Di dalam pelariannya, Onesimus bertemu dengan Paulus dan
akhirnya Onesimus menjadi Kristen (ay. 18-19). Surat ini juga ditujukan kepada
Apfia karena ia merupakan seorang pemimpin rumah tangga dalam kehidupan
sehari-hari dan berurusan dengan budak-budak. Oleh karena itu, Paulus merasa
perlu dan penting untuk melibatkan Apfia dalam pengambilan keputusan
mengenai Onesimus. Beberapa ahli di bidang Perjanjian Baru, seperti E.J
Goodspeed, John Knox, dan H. Greeven meragukan Filemon sebagai penerima
surat ini. Beberapa pandangan John Knox dapat dirangkum sebagai berikut:

Alasan sebenarnya penulisan surat bukanlah permintaan kembali terhadap


Onesimus tetapi permintaan kepada si pemilik budak agar mengizinkan Onesimus 
untuk melayani Tuhan dengan membantu Paulus dalam pelayanannya.Tuan dari
Onesimus bukanlah Filemon, melainkan Arkhipus yang merupakan pimpinan dari
jemaat setempat.Paulus mengirimkan surat ini kepada Filemon karena Paulus
tidak mengenal Arkhipus padahal masalah ini merupakan masalah yang
penting. Oleh karena itu Paulusmengirimkan kepada Filemon yang merupakan
teman sekerjanya.

Namun, pandangan John Knox tersebut bertentangan dengan isi surat ini sendiri


terutama pada ayat 17-22 yang mengungkapkan dengan jelas bahwa Filemon lah
tuan dari Onesimus. Maka dari itu, dengan berpatokan pada teks surat, dapat
disimpulkan bahwa Rasul Paulus menulis surat ini kepada Filemon.

Tempat penulisan
Di kalangan para ahli Perjanjian Baru, tempat dan waktu penulisan surat Filemon
masih menjadi perdebatan. Dari teks-teks yang ada, dapat disimpulkan bahwa
surat Filemon dan surat Kolose dikirim dari tempat yang sama. Ada tiga tempat
yang kemungkinan merupakan tempat penulisan surat Filemon
yaitu Roma, Kaisarea, dan Efesus.

Kaisarea

Pendapat mengenai Kaisarea yang merupakan tempat penulisan surat ini ditolak


dengan alasan bahwa hampir tidak mungkin seorang budak memilih kota Kaisarea
menjadi kota persembunyiannya. Biasanya para budak yang melarikan diri
mencari kota-kota besar sebagai tempat persembunyian karena akan sulit untuk
ditemukan. Selain itu, Onesimus ingin mencari Paulus dan akan sulit untuk mene
mukan Paulus di Kaisarea.

Efesus

Menurut beberapa ahli Perjanjian Baru ada beberapa alasan yang


memperlihatkan bahwa Efesus menjadi tempat penulisan surat ini:Dalam ayat 22
terkesan bahwa
Paulus akan segera tiba di Kolose. Kemungkinan besar ia datang dari Efesus. Ef s
us merupakan tempat yang terkenal sebagai tempat persembunyian para budak. 
Para budak meminta suaka di kuil Artemis.Di Efesus terdapat suatu gedung yang
dikenal dengan nama penjara Paulus.Meskipun demikian, dari berbagai sumber
tidak ada yang memberikan tanda bahwa adanya penahanan di Efesus.

Roma

Roma juga merupakan tempat yang terkenal sebagai tempat pelarian para
budak. Selain itu Onesimus yang sedang melarikan diri dari Filemon pasti memilih
tempat yang jauh yaitu Roma daripada Efesus dan hal ini dibuktikan oleh berbagai
dokumen sejarah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis
di Roma.
Waktu penulisan

Surat Paulus kepada Filemon ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 61 M. Robinson
menyakini surat ini ditulis pada musim panas (antara bulan Juni-September) tahun
58 M.Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59, atau tahun 56-58.

Teks

Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.

Sejumlah naskah tertua terlestarikan yang memuat salinan surat ini antara lain
adalah

Papirus 87, yang ditulis sekitar tahun 250 M

Codex Sinaiticus (~330-360 M)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; ayat 1-2 hilang, sisanya ada)

Codex Freerianus (~450 M; hanya ayat 1-3, 14-16)

Papirus 61 (abad ke-7; terlestarikan ayat 4-7)

Pasal ini dibagi atas 25 ayat.

Struktur

Filemon 1-3: Salam

Filemon 4-7: Ucapan syukur

Filemon 8-20: Permohonan untuk Onesimus

Filemon 21-25: Penutup

Ayat 1-3

"Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara


kita, kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan kepada Apfia saudara
perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada
jemaat di rumahmu: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan
dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu."

Bagian ini menjelaskan bahwa Paulus menulis sebagai seorang hukuman. Selain


itu juga menyatakan kepada siapa surat ini ditujukan yaitu untuk Filemon, Apfia,
dan Arkhipus.

Ayat 4-7

"Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam
doaku, karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan
tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di
dalam iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk
Kristus. Dari kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab
hati orang-orang kudus telah kauhiburkan, saudaraku."

Pada bagian ini Paulus berdoa kepada Tuhan dan mengucap syukur kepada


Tuhan. Di dalam doanya inilah terkandung inti dari tema surat ini yaitu kasih,
harapan dalam doa, pertemanan, dan persaudaraan. Doa Paulus ini juga
menunjukkan sanjungan Paulus atas iman dan kemurahan hati dari Filemon.

Ayat 8-12

"Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk
memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat
kasihmu itu, lebih baik aku memintanya daripadamu. Aku, Paulus, yang sudah
menjadi tua, lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan
permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara,
yakni Onesimus  -- dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang
sangat berguna baik bagimu maupun bagiku. Dia kusuruh kembali kepadamu--dia,
yaitu buah hatiku--."

Bagian ini merupakan pokok dari surat Paulus ini. Di bagian ini, Paulus
mengungkapkan maksudnya menulis surat ini yaitu bahwa ia ingin mengirim
kembali Onesimus, budak yang melarikan diri dari rumah Filemon.

Ayat 13-20
"Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku
selama aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau
berbuat sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan
paksa, melainkan dengan sukarela. Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan
sejenak daripadamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-
lamanya, bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu
sebagai saudara yang kekasih, bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik
secara manusia maupun di dalam Tuhan. Kalau engkau menganggap aku
temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri. Dan kalau dia sudah
merugikan engkau ataupun berhutang padamu, tanggungkanlah semuanya itu
kepadaku-- aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan
membayarnya--agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu
kepadamu!"—karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri. Ya
saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di
dalam Kristus!"

Ia meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus. Paulus juga bersedia


mengganti biaya kerugian yang timbul akibat pelarian dari Onesimus.

Ayat 21-25

"Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih
daripada permintaanku ini akan kaulakukan. Dalam pada itu bersedialah juga
memberi tumpangan kepadaku, karena aku harap oleh doamu aku akan
dikembalikan kepadamu. Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara
karena Kristus Yesus, dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-
teman sekerjaku. Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!"

Paulus yakin bahwa himbauannya dalam surat ini akan dipenuhi oleh


Filemon. Dalam bagian ini juga dikatakan bahwa Paulus akan datang untuk
melihat hasilnya. Paulus menutup surat ini dengan menyampaikan salam kepada
Filemon.

Muatan Teologis
Surat Paulus kepada Filemon ini sangat pendek dan tidak memaparkan doktrin-
doktrin iman Kristen. Akan tetapi surat ini memberikan petunjuk mengenai
bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang Kristen terutama dalam
hubungannya dengan sesama.

Sikap Hidup Orang Kristen

Surat ini memuat ajakan untuk memperlihatkan kasih dan iman sebagai ciri dari


sikap hidup orang Kristen kepada sesama. Onesimus menceritakan
kepada Paulus dan orang-orang banyak mengenai kasih dan iman
Filemon. Kemudian dasar Paulus mengutarakan permohonan kepada Filemon
juga berdasarkan oleh kasih yang ada di antara mereka.Paulus juga
menginginkan Filemon dapat menerima kembali Onesimus, mengampuninya dan
mengasihinya. Kasih yang diinginkan oleh Paulus adalah kasih yang tidak
mengenal batas sosial. Meskipun Onesimus adalah seorang hamba atau budak
tetapi tetap harus dikasihi sebagai sesama orang Kristen.

Persaudaraan Orang-orang Percaya

Melalui surat ini, Paulus menekankan mengenai persaudaraan orang-orang


percaya. Bagi Paulus semua orang yang percaya kepada Kristus adalah saudara
(bhs. Yunani: adelfos) Persaudaraan yang terjalin adalah
berdasarkan kasih dan iman. Paulus juga meminta Filemon diterima kembali
sebagai saudara. Onesimus yang tadinya tidak berguna bagi Filemon telah
berubah menjadi orang Kristen yang berguna bagi Filemon dan Paulus sendiri.

Perbudakan

Pada abad pertama Masehi perbudakan merupakan suatu hal yang wajar. Dalam


hal ini Paulus tidak bermaksud untuk menghilangkan konsep perbudakan yang
sudah ada.Namun, Paulus ingin menekankan hubungan antara tuan dan
hamba. Menurutnya hubungan antara tuan dan hamba adalah sebagai saudara di
dalam Kristus. Seorang tuan harus memberikan kemerdekaan atau kebebasan
bagi hambanya. Paulus memohon kepada Filemon untuk memberi kebebasan dan
menerimaOnesimus kembali lebih dari sekadar hamba, tetapi saudara.

Survai
Permohonan Paulus adalah sebagai berikut:

Dia memohon dengan sangat supaya Filemon, sebagai saudara dalam Kristus
(ayat File 1:8-9,20-21) menerima Onesimus kembali, bukan sebagai hamba tetapi
sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:15-16).

Paulus menyatakan bahwa Onesimus (yang artinya "berguna") yang dahulu "tidak
berguna", tetapi sekarang "berguna" bagi Paulus dan Filemon (ayat File 1:10-12).

Paulus ingin Onesimus dapat tinggal di Roma, tetapi sebaliknya mengirimnya


kembali kepada tuan yang memilikinya (ayat File 1:13-14).

Paulus menawarkan diri sebagai pengganti untuk hutang Onesimus dan


mengingatkan Filemon tentang hutang budinya kepada Paulus (ayat File 1:17-19).
Surat ditutup dengan salam dari beberapa teman sekerja di Roma (ayat File 1:23-
24) dan pengucapan syukur (ayat File 1:25).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

Surat ini adalah yang terpendek di antara surat-surat Paulus.

Lebih dari lain bagian PB, surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja
mula-mula menghadapi persoalan perbudakan Roma. Daripada menyerang
langsung atau menimbulkan pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan
prinsip Kristen yang menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan
akhirnya menghapuskannya sama sekali antara orang Kristen.

Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia
begitu erat manunggal dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut "buah
hatiku" (ayat File 1:12).
Garis Besar Filemon

Garis Besar

Salam Kristen (File 1:1-3)

I. Penghargaan Terhadap Filemon (File 1:4-7)

A. Pokok Doa Syukur (File 1:4-6)

B. Saat Kegembiraan Besar (File 1:7)

II. Permohonan untuk Onesimus (File 1:8-21)

A. Permohonan Bukan Perintah (File 1:8-11)

B. Alasan Mengirim Onesimus Kembali (File 1:12-16)

C. Permohonan Bersifat Penggantian (File 1:17-19)

D. Tanggapan Positif Diharapkan dari Filemon (File 1:20-21)

Hal-hal Terakhir (File 1:22-25)

A. Harapan untuk Segera Mengunjungi (File 1:22)

B. Salam dari Sahabat Paulus (File 1:23-24)

C. Pengucapan Berkat (File 1:25)

SURAT KEPADA ORANG IBRANI

Penulis : Tidak Disebutkan
Tema: Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)

Surat kepada Orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Perjanjian


Baru di Alkitab Kristen dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode
awal kekristenan yang disusun dengan kaidah bahasa Yunani yang
baik. Kristologi yang dipaparkan di dalamnya termasuk kristologi yang
rumit. Sebagai surat, kitab ini tidak memiliki salam pembuka selayaknya surat-
surat kiriman pada masa itu. Kitab ini lebih mirip khotbah yang memuat uraian
teologi yang rumit dan penuh dengan teka-teki. Di dalamnya tidak hanya
dipaparkan tentang keistimewaan Yesus di hadapan tradisi Yahudi, tetapi juga
dalam konteks filsafat platonis.

Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan
kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua
hanyalah, "Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan
bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan
Septuaginta (Alkitab PL dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL
menunjukkan bahwa para penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi
berbahasa Yunani yang tinggal di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari
saudara-saudara di Italia" (versi Inggris NIV -- "mereka dari Italia mengirim
salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa penulis sedang menulis kepada
orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan salam dari orang-orang
percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat ini mungkin terdiri
atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan bagian dari jemaat
gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-
tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada
kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.

Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula
maupun sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal
pembacanya (Ibr 13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis
hilang sekitar akhir abad pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula
(abad ke-2 sampai ke-4) muncul berbagai pendapat mengenai orang yang
mungkin merupakan penulis surat ini. Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini
baru tersebar luas pada abad ke-5.

Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa


Paulus tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan
bercorak Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan
kutipan-kutipan PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan
argumentasi dan hal tidak menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus.
Lagi pula, Paulus senantiasa menunjuk kepada penyataan yang langsung
diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-12), sedangkan penulis surat ini
menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen angkatan kedua yang
memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata pelayanan Yesus
(Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran Lukas
mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis surat
ini.

Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis
dengan kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli.
Karena dalam Surat Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di
bawah pimpinan para imam Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat
bahwa surat ini ditulis sebelum tahun 70 M.

Penulis

Penulis surat ini tidak mencantumkan namanya, sehingga tidak diketahui pasti.
Pada abad-abad pertama kekristenan hingga Abad Pertengahan, surat Ibrani
diyakini ditulis oleh Rasul Paulus, meskipun tidak dimulai dengan nama Paulus,
seperti surat-surat Paulus lainnya. Pandangan ini kehilangan banyak
pendukungnya, karena beberapa hal.

Pertama, gaya penulisan surat ini berbeda dengan gaya penulisan Rasul Paulus.

Kedua, ada keterangan di dalam surat ini yang menyebutkan bahwa si penulis
adalah orang yang menerima perkataan Kristus dari orang lain (Ibrani 2:3),
sementara Paulus sendiri mengaku sebagai saksi mata yang telah melihat Yesus
dan dengan demikian memiliki status yang sama dengan rasul-rasul yang
lain. Barnabas dan Apolos juga disebut-sebut sebagai penulis surat ini, namun
pandangan ini tidak didukung cukup bukti. Akhirnya, para pakar modern sepakat
bahwa tidak ada kepastian mengenai penulis surat ini. Yang jelas, penulisnya
adalah orang berpendidikan yang terlatih dalam hukum Taurat,
retorika Yunani yang juga mengenal dengan baik filsafat Plato.

Tujuan Surat

Frasa "kepada Orang Ibrani" pada perikop surat sama sekali tidak menjadi bukti
bahwa surat Ibrani memang ditujukan untuk orang-orang Ibrani. Frasa ini
dicantumkan oleh gereja mula-mula untuk menggambarkan isi surat yang
berbicara banyak mengenai Kristus dan tradisi Yahudi. Pandangan yang diterima
secara umum adalah Surat kepada Orang-orang Ibrani ditujukan untuk orang-
orang Kristen di Italia (Ibrani 13:24) yang membutuhkan nasihat, bimbingan, dan
penghiburan.

Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang
mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk
memperkuat iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti
keunggulan dan ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus
Kristus. Ia menunjukkan bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang
lama sudah digenapi dan tidak terpakai lagi karena Yesus telah datang dan
menetapkan suatu perjanjian yang baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan
perdamaian. Penulis menantang para pembacanya

untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada


kesudahannya,

untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan

untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara


meninggalkan kepercayaan kepada Yesus Kristus.

Waktu Penulisan

Tidak ada rujukan pasti mengenai waktu penulisan surat ini, kesepakatan yang
umum diterima adalah surat Ibrani ditulis sebelum tahun 100 Masehi. Robinson
menyakini surat ini ditulis pada tahun 67 M. Pendapat lain memberi perkiraan
tahun 81-96, atau tahun 93-96.

Penggunaan istilah-istilah dari Kemah Suci dalam kitab ini memberikan tarikh


penulisannya sebelum kehancuran Bait Suci pada tahun 70 M, karena jika penulis
tahu mengenai kehancuran Yerusalem dan Bait Suci pasti akan mempengaruhi
perkembangan argumennya. Jadi, tarikh penulisan kitab ini diperkirakan adalah
sekitar pertengahan kedua tahun 63, atau permulaan tahun 64, menurut Catholic
Encyclopedia.

Ayat-ayat terkenal

Ibrani 2:18: Sebab oleh karena Ia (Yesus) sendiri telah menderita karena
pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

Ibrani 4:15: Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak
dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita,
Ia (Yesus) telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Ibrani 9:27-28: Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali
saja, dan sesudah itu dihakimi,

(9:28) demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk
menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali
lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada
mereka, yang menantikan Dia.

Ibrani 11:1: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Isi dan Struktur

Ibrani 1:1-4:13: Bagian ini berbicara mengenai Kristus sebagai penyataan Allah
yang paling sempurna. Di sini disebutkan bahwa mengenai Firman Allah yang
disampaikan melalui Yesus Kristus lebih baik jika dibandingkan dengan Firman
Allah yang disampaikan melalui melalui Malaekat dan Musa.

Ibrani 4:14-10:31: Pada bagian ini, kematian Kristus dimaknai pengorbanan paling
sempurna yang menghapus dosa manusia untuk selama-lamanya. Untuk sampai
kepada kesimpulan ini, penulis mengajak pembacanya untuk membandingkan
pengorbanan yang dilakukan Yesus dan peran imam dalam tradisi Yahudi yang
identik dengan kekudusan dan persembahan kurban. Penulis tampaknya mau
menegaskan keistimewaan pengorbanan Kristus, karena sebagai imam Kristus
sendiri mengorbankan dirinya sehingga tidak ada lagi medium "korban" untuk
menghubungkan Allah dan manusia.

Ibrani 10:32-12:29: menyatakan bahwa pengharapan atas korban penghapusan


dosa yang dilakukan oleh Yesus menjadikan manusia layak memasuki dunia
surgawi.

Ibrani 13:1-25: berisi nasihat dan penutup

Muatan teologi

Penulis surat ini berusaha mendorong pembacanya supaya tetap percaya. Untuk
itu ia menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Tuhan yang
sempurna. Tiga perkara dikemukakan oleh penulis surat ini.

Pertama, Yesus adalah Anak Tuhan—Anak yang kekal. Anak Tuhan itu


menunjukkan ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita.
Sebagai Anak Tuhan, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia
pun lebih tinggi dari malaikat atau Musa sendiri.

Kedua, Tuhan telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi


daripada imam-imam dalam Perjanjian Lama.

Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan


dari dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam
Agung, Yesus memberikan kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat
diberikan oleh upacara-upacara persembahan kurban dan upacara-upacara
lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-upacara itu hanya dapat memberikan
gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain tidak.

Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam


sejarah Israel (pasal 11), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya
supaya tetap setia. Di dalam pasal 12 ia mendorong mereka supaya terus setia
sampai akhir, dengan hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga
supaya tabah menderita dan tabah menanggung tekanan-tekanan
dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini diakhiri dengan nasihat dan
peringatan.

Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis
menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini
terdiri atas tiga bagian utama.

Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan
sebagai penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi
daripada para nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua
(Ibr 4:1-11). Di dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh
mengenai berbagai akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman
atau mengeraskan hati dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).

Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi
(Ibr 4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18)
yang sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-
sungguh mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah
mengambil bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).

Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang


percaya agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.

Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.

Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti
sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat"
(Origenes).

Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling
mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin
kecuali Lukas dalam Luk 1:1-4).
Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus
sebagai Imam Besar.

Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua
puluh nama dan gelar untuk Kristus.

Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik
daripada para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian,
perjanjian, pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih
baik.

Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal
11; Ibr 11:1-40).

Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan
pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap
sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.

Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya


kemurtadan rohani daripada kitab lainnya dalam PB.

Garis Besar Ibrani

Garis Besar

I.Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi (Ibr 1:1-10:18)

A.Dalam Penyataan (Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah kepada Manusia

1. Lebih Unggul dari Para Nabi (Ibr 1:1-3)

2.Lebih Unggul dari Para Malaikat (ibrani1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian (Ibr 2:1-4)
3.Lebih Unggul dari Musa (Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan (Ibr 3:7-19)

4.Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13)

B.Dalam Renungan (Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi

1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya (Ibr 4:14-7:25)

 Peringatan:Bahaya Ketidakdewasaan Rohani (Ibr 5:11-6:3) Peringatan: Bahaya


Kemurtadan (Ibr 6:4-20)

2. Lebih Unggul Watak-Nya (Ibr 7:26-28)

3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya (Ibr 8:1-10:18)

a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik (Ibr 8:1-5)

b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik (Ibr 8:6-13)

c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik (Ibr 9:1-22)

d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna (Ibr 9:23-10:18)

II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun (Ibr 10:19-13:17)

A. Dalam Bidang Keselamatan (Ibr 10:19-38)

B. Dalam Bidang Iman (Ibr 10:39-11:40)

1. Sifat-Sifat Iman (Ibr 10:39-11:3)

2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama (Ibr 11:4-38)

3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus (Ibr 11:39-40)

C. Dalam Bidang Ketabahan (Ibr 12:1-13)

D. Dalam Bidang Kekudusan (Ibr 12:14-13:17)

1. Pengutamaan Kekudusan (Ibr 12:14-29)


2. Pelaksanaan Kekudusan (Ibr 13:1-17)

Penutup
(Ibr 13:18-25)

SURAT YAKOBUS

Penulis: Yakobus
Tema: Imanyang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M 

Surat Yakobus adalah salah satu
kitab dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.Digolongkan ke dalam
"Surat-surat Am" (bahasa Yunani: Katholike Epistole) bersama dengan surat
Yudas, surat 1 Petrus, surat 2 Petrus, dan ketiga surat Yohanes, sejak
zaman Eusebius sekitar tahun 260-340 Masehi. Inti dari keseluruhan surat ini
adalah menguraikan berbagai pokok pandangan Kristen seperti misalnya
kekayaan dan kemiskinan, godaan, kelakuan yang baik, prasangka, iman dan
perbuatan, ucapan-ucapan mulut, kebijaksanaan, pertengkaran, keangkuhan dan
kerendahan hati, hal menyalahkan orang lain, membual, kesabaran, dan
doa.Surat ini juga menekankan bahwa dalam menjalankan agama Kristen, iman
harus disertai perbuatan.

Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada
suatu sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada
kedua belas suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya
(Yak 2:19,21) menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang
Kristen Yahudi yang tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini
termasuk orang-orang pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus
mati syahid terserak oleh penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia
dan lebih jauh lagi (Kis 11:19). Hal ini menerangkan

mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita


pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-
12),pengetahuan pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan
nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem,
Yakobus sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.

Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya


"Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di
Yerusalem, pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam
sidang di Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain
dalam PB (mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat
cocok dengan apa yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin
Yakobus menulis surat ini pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk
penulisan surat ini ditunjukkan oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa
Yakobus menyebutkan istilah Yunani synagoge untuk menunjuk tempat
pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut keterangan sejarawan Yahudi,
Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di Yerusalem tahun 62 M.

Penulis

Yakobus adalah sebuah nama yang sangat biasa di kalangan orang Yahudi,


namun Yakobus yang diperkenalkan dalam Yakobus 1:1 bukanlah orang yang
sembarangan. Dalam Perjanjian Baru beberapa kali sempat muncul nama
Yakobus,namun Yakobus ayah rasul Yudas dan
Rasul Yakobus bin Zebedeus bukanlah orang-orang yang menulis surat
Yakobus. Banyak bukti menunjuk kepada Yakobus,saudara laki laki Yesus Kristus 
sebagai penulisnya, yang pernah bertemu secara khusus dengan Yesus setelah
kebangkitan dan mempunyai peran penting di antara murid-murid meskipun tidak
termasuk keduabelas murid. (Matius 13:55; Kisah Para Rasul 21:15-25; 1 Korintus
15:7; Galatia 1:19; Galatia 2:9) Penulis sendiri hanya mencantumkan keterangan
dirinya sebagai “hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus,” (Yakobus 1:1)
seperti Yudas yang memulai suratnya dengan menyebut dirinya “hamba Yesus
Kristus dan saudara Yakobus.” (Yudas 1:1) Lagipula, kalimat pembuka surat
Yakobus ini berisi kata: "Salam!" seperti surat mengenai sunat yang dikirimkan
dari Yerusalem, di mana Yakobus, saudara Yesus, berperan penting dalam
persidangan yang dihadiri “rasul-rasul dan penatua-penatua beserta seluruh
jemaat” di Yerusalem (Kisah Para Rasul 15:13,22,23). Hal ini diakui oleh bapa-
bapa gereja mula-mula dari surat-surat mereka.

Waktu penulisan

Surat Yakobus diperkirakan ditulis sebelum tahun 62 Masehi, karena Yakobus


mati syahid pada tahun itu. Robinson menyakini surat ini ditulis pada tahun 47-48
M.

Pengedaran surat ini sendiri diduga dilakukan agak lama setelah Yakobus
meninggal. Ada keraguan mengenai waktu penulisan ini karena dalam (Yakobus
2:21-24, Yakobus sepertinya menentang pikiran Paulus yang tertulis dalam Roma
4:2; Roma 3:28; Gal 2;16, di mana Yakobus menjelaskan bahwa orang
dibenarkan karena perbuatan dan bukan karena iman belaka, sedangkan Paulus
nampaknya menegaskan bahwa manusia dibenarkan karena iman saja, bukan
karena pekerjaan atau perbuatan. Namun, Paulus sebenarnya menyetujui
pandangan Yakobus, di mana "iman bekerja oleh kasih" (Galatia 5:6). Jadi, hanya
berbeda konteks penulisan saja.

Ayat-ayat terkenal

Yakobus 1:13-14: Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini


datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri
tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri,
karena ia diseret dan dipikat olehnya.

Yakobus 1:19-20: Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap
orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan
juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di
hadapan Allah.Yakobus 2:26: Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati,
demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Yakobus 4:3: Kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena
kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk
memuaskan hawa nafsumu.Yakobus 5:12: Tetapi yang terutama, saudara-
saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi
sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu
katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.

Tujuan

Surat ini ditujukan kepada orang Kristen Yahudi. Hal ini dikarenakan Yesus mena
mpakkan diri pada Yakobus dan memberikan kepadanya anugerah. Tujuan penuli
san surat ini adalah untuk membimbing anggota jemaat keluar dari kesalahan men
uju hidup yang benar.untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang
sedang menderita berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,untuk
memperbaiki berbagai pengertian yang salah mengenai sifat iman yang
menyelamatkan, dan untuk menasihatkan dan membina pembacanya mengenai
hasil-hasil praktis iman mereka dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.

Muatan Teologis

Tentang Allah

Dalam surat ini, dengan tegas dinyatakan bahwa Allah itu esa. Allah juga
dituliskan sebagai Bapa segala terang. Gambaran ini sebetulnya merujuk pada
cerita penciptaan ketika Allah mengatakan jadilah terang (Kej 1:3). Namun, yang
terpenting dalam hal ini adalah firman kebenaran yang dihubungkan dengan
penciptaan menjadi salah satu perhatian.Secara implisit, penulis surat Yakobus
berpegang pada keyakinan bahwa manusia diciptakan sebagai gambar Allah, dan
sebagai gambar Allah orang percaya diberi roh yang ditempatkan dalam dirinya
(Yak 4:5).

Etika

Surat ini memiliki kemiripan dengan ajaran moral para nabi, khususnya mengenai
etika sosial. Etika dalam Yakobus hampir sama dengan etika Yahudi. Dalam
sebuah perikop (Yak 3:13-18)Yakobus mengungkapkan sifat hikmat yang dapat
dihubungkan dengan Yesus yaitu murni, pendamai,peramah, penurut, dan belas
kasihan.

Isi

Pembagian isi dalam Terjemahan Baru adalah:


Pendahuluan 1:1

Iman dan kebijaksanaan 1:2-8

Kemiskinan dan kekayaan 1:9-11

Cobaan dan godaan 1:12-18

Mendengar dan berbuat 1:19-27

Peringatan supaya tidak membeda-bedakan orang 2:1-13

Iman dan perbuatan 2:14-26

Orang Kristen dan ucapan-ucapan mulutnya 3:1-18

Orang Kristen dan dunia 4:1--5:6

Berbagai-bagai petunjuk 5:7-20

Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan
menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya
untuk menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat
daripadanya (Yak 1:2-11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman
dan bukan hanya pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif
dan bukan pengakuan yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-
sungguh mengingatkan tentang berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak
3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi (Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-
10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17) dan kekayaan yang mementingkan
diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan menekankan kesabaran, doa,
dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-20).

Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan
yang saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah:

iman yang teruji (Yak 1:2-16),

aktif (Yak 1:19-27),


mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13),

menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26),

menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12),

mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18),

tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12),

mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17),

tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6),

sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan

tekun dalam doa (Yak 5:13-20).

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.

Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.

Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi
kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada
Khotbah di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.

Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.

Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena

penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan
Kristen yang sejati dan

ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat
dan analogi yang hidup.

Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat
manusia berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk
menyingkapkan tabiat manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).
Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada
kitab PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).

Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat
membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.

Garis Besar Yakobus

Garis Besar

Salam Kristen(Yak 1:1)

I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya(Yak 1:2-18)

A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan(Yak 1:2-4)

B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya(Yak 1:5-8)

C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya(Yak 1:9-12)

D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan(Yak 1:13-18)

II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya (Yak 1:19-27)

III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya (Yak 2:1-13)

IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya (Yak 2:14-26)

V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya (Yak 3:1-5:6)

A. Lidah yang Sukar Dikendalikan (Yak 3:1-12)

B. Hikmat yang Tidak Rohani (Yak 3:13-18)

C. Kelakuan Berdosa (Yak 4:1-10)

D. Memfitnah Saudara Seiman (Yak 4:11-12)

E. Hidup dengan Congkak (Yak 4:13-17)

F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri (Yak 5:1-6)

VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen (Yak 5:7-20)


A. Kesabaran dan Ketekunan (Yak 5:7-11)

B. Kejujuran yang Polos (Yak 5:12)

C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit (Yak 5:13-18)

D. Memulihkan yang Terhilang (Yak 5:19-20)

SURAT PETRUS YANG PERTAMA

Penulis: Petrus
Tema: Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M

Surat Petrus yang Pertama (disingkat Surat 1 Petrus) adalah salah satu surat


yang terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.Penulisnya adalah Simon
Petrus rasul Yesus Kristus, seperti pernyataan di awal surat. Surat ini ditujukan
kepada orang-orang Kristenyang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil.
Mereka disebut "umat pilihan Tuhan".

Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus
(1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan
bantuan Silas (Yun. Silvanus) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas
dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan
bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat
ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya
yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya

kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan
kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus
tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea
setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi,
terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus
yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di
seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara
mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada
hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru
(bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11)
untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen
adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat
mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai
tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan
perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet
2:12-17).

Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah
sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk
Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin
satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang
besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet
5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd.
pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa
60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma
pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh
Nero dimulai (th. 64 M).

Tujuan penulisan

Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya
yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya
kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Injil tentang Yesus
Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah
mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka
hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan
mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga
mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus
Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran
itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada pada musim semi (antara bulan Maret - Juni) tahun
65 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 81-96.

Ayat-ayat terkenal

1 Petrus 2:2-3: Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin
akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan
beroleh keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

1 Petrus 2:9-10: Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa
yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari
kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: (2:10) kamu, yang dahulu bukan umat
Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani
tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

1 Petrus 3:15-16: Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan
siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada
tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan
hormat, (3:16) dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang
memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena
fitnahan mereka itu.

Isi

Pendahuluan 1:1-2

Nasihat supaya mengingat bahwa Tuhan menyelamatkan manusia 1:3-12

Nasihat supaya hidup khusus untuk Tuhan 1:13--2:10


Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan 2:11--4:19

Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen 5:1-11

Penutup 5:12-14

Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya

bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di
dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);

bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan
sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat
kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);

bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi


PL (1Pet 1:10-12); dan

bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak
selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan
dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan
susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun
menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara
melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan
rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini
(1Pet 2:13--3:12).

Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena
kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--
5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena
kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di
dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus
menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan,
pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan
Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang
percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena
persatuan mereka dengan Yesus Kristus.

Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus


menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab
lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).

Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan


perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).

Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya
PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).

Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan
bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ...
pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).

Garis Besar

Garis Besar 1 petrus

Salam Kristen (1Pet 1:1-2)

I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah (1Pet 1:3-2:10)

A. Keselamatan oleh Iman (1Pet 1:3-12)

B. Kekudusan Karena Ketaatan (1Pet 1:13-2:10)

II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya (1Pet 2:11-3:12)

A. Tanggung Jawab Umum (1Pet 2:11-17)

B. Tanggung Jawab Rumah Tangga (1Pet 2:18-3:7)


1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya (1Pet 2:18-25)

2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya (1Pet 3:1-6)

3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya (1Pet 3:7)

C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya dengan


Sesamanya (1Pet 3:8-12)

III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan (1Pet 3:13-5:11)

A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan (1Pet 3:13-4:11)

1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil (1Pet 3:13-17)

2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa (1Pet 3:18-4:6)

3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman (1Pet 4:7-11)

B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan (1Pet 4:12-19)

1. Karena Menguji Realitas Iman Kita (1Pet 4:12)

2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus (1Pet 4:13,14-16)

3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya (1Pet 4:13,17-


19)

C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan (1Pet 5:1-11)

1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba (1Pet 5:1-4)

2. Kepada Orang yang Lebih Muda (1Pet 5:5-11)


Penutup
(1Pet 5:12-14)

SURAT PETRUS YANG KEDUA

Penulis: Petrus
Tema: Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M

Surat Petrus yang Kedua (disingkat Surat 2 Petrus) adalah salah satu surat yang
terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen yang ditujukan kepada seluruh
umat Kristen yang mula-mula. Surat ini ditulis terutama untuk menentang
pekerjaan guru-guru yang mengajarkan hal-hal yang salah, dan juga untuk
memberantas perbuatan-perbuatan tak patut yang dihasilkan oleh ajaran guru-
guru itu. Supaya tidak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran itu, orang Kristen harus
berpegang kepada ajaran yang benar tentang Tuhan dan tentang Yesus
Kristus yaitu ajaran yang disampaikan oleh orang-orang yang telah menyaksikan
dan mendengar sendiri Yesus mengajar.

Yang terutama dirisaukan dalam surat ini ialah orang-orang yang mengajar bahwa
Kristus tidak akan datang lagi untuk kedua kalinya.Surat ini menerangkan bahwa
kedatangan Kristus itu tampaknya lambat karena Tuhan "tidak mau seorang pun
binasa. Ia ingin supaya semua orang bertobat dari dosa-dosanya".

Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis
surat ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan
suratnya yang kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang
percaya yang sama di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama
(1Pet 1:1). Karena Petrus, seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan
yang dibuat oleh kaisar Nero yang jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni,
68 M), adalah sangat mungkin bahwa Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-
68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di Roma (2Pet 1:13-15).
Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa
persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan
perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah
penulis surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya
penulisan dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh
berbedanya situasi Petrus dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat
itu.

Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang
dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh
para guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.

Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia
mempunyai seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang
pertama (1Pet 5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang
kedua itu. Petrus mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau
mengandalkan juru tulis yang tidak sepandai Silas.

Penulis

Penulis surat Petrus yang kedua ini adalah Simon Petrus yang merupakan murid
dan rasul Yesus Kristus. Pernah muncul sebuah teori yang mengemukakan
bahwa surat ini adalah pseudopigrafa, yaitu tulisan yang disebarkan sesudah
kematian seorang ternama, namun tidak ada bukti kuat mengenai hal
ini. Mengenai surat 2 Petrus ini Guthrie mencatat, “tidak ada keraguan bahwa
sang penulis bermaksud agar pembacanya tahu bahwa ia adalah rasul
Petrus.” Pada 2 Petrus 1:1 sang pengarang mengidentifikasi dirinya sebagai
Συμεὼν Πέτρος, “Symeon Petros.” Jikalau pengarang ini seorang Petrus
gadungan dari abad ke-2, rasanya ia tidak akan memakai ejaan ini, terlebih jika
dalam surat ini ia berupaya menghubungkan dengan surat 1 Petrus yang hanya
memakai nama Πέτρος "Petros" saja. Pada ayat 1:14 sang pengarang berbicara
mengenai kematiannya yang segera tiba dan itu sesuai dengan yang pernah
dinyatakan oleh Tuhan (Yesus) kepadanya. Pada ayat 1:16-18 ia mengklaim
sebagai saksi mata peristiwa Transfigurasi Yesus. Ayat 3:1 merujuk kepada surat
terdahulu yang dikirimkannya kepada penerima yang sama. Pada ayat 3:15 ia
tampaknya menempatkan Paulus setingkat dengannya, dengan menyebutnya
“saudara kita terkasih.” Itu semua menguatkan keotentikan Petrus sebagai penulis
surat ini.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 61-62 M, pada periode yang sama
dengan surat Yudas, sebelum kematian Petrus pada tahun 64-65 M, sesaat
setelah kematian Paulus.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan surat ini adalah untuk menasihati penerimanya terhadap bahaya
yang mengancam dari pihak penyesat, nabi-nabi palsu, serta guru-guru
palsu. Selain itu, terdapat juga nasihat mengenai pengertian Firman. Firman
merupakan nubuat-nubuat dalam Kitab Suci yang tidak boleh ditafsir dengan
kehendak sendiri.

Surat ini diyakini ditulis sesaat setelah Paulus meninggal, dan merupakan
kelanjutan dari Surat 1 Petrus. Petrus sendiri menyadari bahwa kematiannya
sudah dekat, sesuai nubuat Yesus Kristus. "2 Petrus 1:12-15 penuh dengan
bahasa khas pidato perpisahan... dan secara eksplisit mengutarakan alasan
penulisan surat 2 Petrus ini adalah kesadaran Petrus bahwa kematiannya
mendekat dan keinginannya agar ajarannya tetap diingat setelah ia
mati." Kematian Paulus (dihukum pancung atas perintah Kaisar Romawi),
membuat rasul Petrus, yang sebelumnya mengkhususkan diri untuk melayani
orang bersunat (orang Yahudi), terdorong untuk menulis nasihat bagi jemaat-
jemaat yang ditinggalkan oleh Paulus dari kalangan bangsa bukan Yahudi; hal
mana diyakini tidak akan terjadi jika Paulus masih hidup (sesuai perjanjian di
antara mereka sebelumnya, sebagaimana tercatat di bagian Perjanjian Baru
lain). Petrus mengantisipasi datangnya para pengajar palsu dalam gereja segera
setelah meninggalnya para rasul (termasuk dirinya dalam waktu dekat) dan
menulis untuk meyakinkan jemaat bahwa mereka tidak akan dirugikan sebagai
orang Kristen yang percaya, meskipun para rasul saksi mata (antara lain Petrus
sendiri) sudah tidak bersama mereka lagi. Paulus sendiri juga telah
memperingatkan jemaat atas datangnya guru-guru palsu (Kisah Para Rasul 20:29-
30). Jadi, Surat 2 Petrus ini merupakan suatu surat wasiat, testamen dan
sekaligus menguatkan para jemaat agar mereka tetap setia pada ajaran para rasul
yang benar (2 Petrus 3:2, 15-16). Untuk itulah ia menyatakan tidak hanya otoritas
dirinya sendiri (1:16-19), tetapi juga otoritas Paulus (3:15-16) dan para sejawatnya
(3:2), karena setelah kematiannya jemaat hanya mempunyai sumber-sumber
tertulis, melawan guru-guru palsu yang hidup pada zaman setelahnya.

Ayat-ayat terkenal

2 Petrus 1:5-8: Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha
untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan
saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua
orang. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu
akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus
Kristus, Tuhan kita.

2 Petrus 3:8: Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak
boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti 1000
tahun dan 1000 tahun sama seperti satu hari.

2 Petrus 3:9: Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia
menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang
berbalik dan bertobat.
2 Petrus 3:15: Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu
untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah
menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Muatan Teologis

Mengenai Manusia

Pada dasarnya pemahaman 2 Petrus mengenai manusia tidak jauh berbeda


dengan 1 Petrus. Dalam surat ini, jiwa diartikan sebagai manusai seutuhnya, dan
bukan sekadar sisi rohani kehidupan manusia. Namun demikian, sebagian orang
menilai gambaran tentang manusia khususnya dalam 2 Petrus 1:4 menjadi
sangat Hellenistik, sehingga tidak sesuai dengan gagasan mengenai manusia
dalam teks-teks Perjanjian Baru yang lain. Kesulitan ini timbul sebetulnya
dikarenakan adanya anak kalimat supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian
dari kodrat ilahi. Secara implisit, anak kalimat ini sebtulnya mengandaikan pada
dasarnya manusia memiliki kodrat ilahi, hanya saja untuk sementara waktu
mereka terpisah dari Allah sehingga harus kembali kepada Allah. Dengan
ungkapan demikian, penulis 2 Petrus dinilai telah menggunakan terminologi
Hellenis, sebagaimana digunakan oleh Filo dan Flavius Yosefus.

Surga dan Neraka

Dalam surat 2 Petrus, pandangan tentang masa depan berpusat pada kehadiran
langit dan bumi, kehancurannya oleh api serta langit dan bumi yang baru (3:5, 10,
12, 13). Langit dan bumi yang diperbarui akan ditandai dengan kebenaran. Petrus
menjelaskan bahwa kekudusan di sini adalah persiapan bagi kebenaran dalam
keadaan kelak.

Struktur

Struktur Surat Petrus yang Kedua dapat dijabarkan sebagai berikut:

Salam (1:1)

Ciri-ciri Pengetahuan yang Benar (1:2-21)


Suatu Karunia Tuhan (1:2-4)

Suatu Pertumbuhan dari Pengalaman (1:5-11)

Suatu Dasar Kepastian (1:12-21)

Bahaya Meninggalkan Pengetahuan (2:1-22)

Timbulnya Kesesatan (2:1-3)

Contoh-contoh Kesesatan (2:4-10a)

Kegiatan Kesesatan (2:10b-19)

Bahaya Kesesatan (2:20-22)

Pengharapan Dalam Pengetahuan yang Benar (3:1-18)

Teladan dari Masa Lalu (3:1-7)

Janji bagi Masa yang Akan Datang (3:8-13)

Ketekunan Dalam Pengharapan (3:14-18)

Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar
mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan
Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah
mulai dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan
moral, pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-
saudara, dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa
dan pengenalan yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).Pasal berikut
dengan sungguh-sungguh mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru
palsu yang muncul di kalangan gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu
sebagai orang yang tidak mengenal hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17) yang menuruti
keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet 2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet
2:3,14-15), congkak (2Pet 2:18) dan keras kepala (2Pet 2:10), dan menghina
pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha untuk melindungi orang
percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan itu (2Pet 2:1)
dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat.

Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-


guru ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh
dengan keliru mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah,
para pencemooh ini juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi
dengan tindakan menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Pet
3:5-6), Kristus akan kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-
12) lalu menciptakan tatanan baru yang benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya
ini, orang percaya harus hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).

Ciri-ciri,Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman,
keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).Pasal dua dan surat
Yudas sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang
kemudian menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu,
menggunakan bagian-bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan
hal yang sama.

Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan
Kristus yang kedua.Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus
sebagai Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-
tulisan yang lain" (2Pet 3:15-16).

Garis Besar 2 Petrus

Garis Besar
Salam,Kristen
(2Pet 1:1-2)
I.Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21)
A.Kuasa Pengenalan Akan Allah yang Mengubah Hidup
(2Pet 1:2-4)
B.Sifat Progresif Pertumbuhan Kristen
(2Pet 1:5-11)
C.Kesaksian Rasul Terhadap Firman Kebenaran
(2Pet 1:12-21)
1.Motivasinya
(2Pet 1:12-15)
2.Metodenya
(2Pet 1:16-21)
a.Saksi Mata dari Firman yang Dinubuatkan
(2Pet 1:16-19)
b.Pengilhaman Kitab Suci yang Dinubuatkan
(2Pet 1:20-21)
II.Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:1-22)
A.Yang Dapat Diharapkan dari Guru Palsu
(2Pet 2:1-3)
B.Yang Dapat Mereka Harapkan dari Allah
(2Pet 2:4-10)
C.Beberapa Ciri Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:10-19)
D.Bahaya-Bahaya Kemunduran dari Kebenaran
(2Pet 2:20-22)
III.Kepastian Kedatangan Tuhan
(2Pet 3:1-18)
A.Penyangkalan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:1-7)
B.Kepastian Kedatangan-Nya
(2Pet 3:8-10)
C.Hidup Menantikan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:11-18)
BAB III

PENUTUP.

SURAT YOHANES YANG PERTAMA

Ucapan berkat 2petrus 3:18

Penulis : Yohanes
Tema : Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M

Surat Yohanes yang Pertama (disingkat Surat 1 Yohanes) adalah salah satu surat


yang terdapat di dalam Perjanjian Baru di AlkitabKristen yang merupakan sebuah
surat yang dikirim dan diedarkan kepada kelompok lain, di mana tulisan itu berupa
sebuah wejangan untuk membina iman yang sejati. Sebetulnya 1 Yohanes tidak
benar-benar berupa surat, karena nama penulis, nama si teralamat dan ciri-ciri
lazim dalam sebuah surat pada zaman kuno tidak ada. Hal ini dapat terlihat
dalam 1 Yohanes 2:1, pembaca langsung disapa dengan "anak-anak" dan "yang
terkasih".

Latar Belakang

Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan kitab
Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut
namanya di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus,
Tertullianus, Klemens dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh
rasul Yohanes, salah seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam
gaya penulisan, kosakata, dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes
memperkuat kesaksian kekristenan mula-mula yang dapat diandalkan bahwa
kedua kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes.
Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat,
atau peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan
kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus,
Yohanes menulis surat yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang
berada di bawah tanggung jawab rasulinya (bd. Wahy 1:11). Karena jemaat-
jemaat itu mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis
surat ini sebagai sebuah surat edaran dan mengutus utusan pribadinya yang
membawa salamnya secara lisan.

Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah
ajaran palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam
diri orang percaya. Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang
pembaca, kini sudah meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2:19), tetapi hasil
dari ajaran palsu mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana
mereka bisa "mengetahui" bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi
doktrin, ajaran sesat mereka menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2:22;
bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2-3); dari
segi etika, mereka mengajarkan bahwa menaati perintah Kristus (1Yoh 2:3-4;
1Yoh 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari dosa (1Yoh 3:7-12) dan dari dunia
(1Yoh 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang menyelamatkan (bd. 1Yoh 1:6;
1Yoh 5:4-5).

Penulis

Surat Yohanes yang pertama ditulis oleh Yohanes sang Penginjil ketika berada


di Efesus sekitar tahun 100 M. Orang yang paling awal mengutip isi surat ini
adalah Bapa Gereja Polikarpus yang merupakan uskup dari Smirna. Polikarpus
sendiri menjadi Kristen karena pemberitaan dari para rasul yang kemudian
menahbiskannya menjadi uskup.
Sifat dan Maksud

Secara umum, surat Yohanes yang pertama banyak mengikuti


kebiasaan Yahudi di Asia Kecil. Dalam tulisan surat 1 Yohanes, terdapat
permasalahan yaitu adanya peperangan melawan bidat. Maksud dari penulisan
surat ini adalah untuk melawan ajaran sesat
yaitu Gnostikisme,terutama Doketisme. Ciri utama ajaran sesat yang dilawan
adalah penyangkalan bahwa Yesus adalah Kristus.

Waktu Penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M. Pendapat lain memberi perkiraan
tahun 90-100.

Ayat-ayat terkenal

1 Yohanes 1:9: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil,
sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala
kejahatan.

1 Yohanes 3:16: Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah
menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita
untuk saudara-saudara kita.

1 Yohanes 4:7-8: Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi,


sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari
Allah dan mengenal Allah. (4:8) Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal
Allah, sebab Allah adalah kasih.

1 Yohanes 5:6: Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus
Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah
yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.

1 Yohanes 5:7-8: Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa,
Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. (5:8) Dan ada tiga yang
memberi kesaksian di bumi: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
Muatan Teologi

Kristologis

Secara positif surat ini menyatakan peran Kristus dalam seluruh rangkaian karya
penyelamatan Allah dan bagaimana orang-orang beriman dapat bersekutu
dengan Yesus dan Allah Bapa. Penulis surat ini memberi kesaksian bahwa Kristus
adalah Firman hidup (1:1), Anak Tunggal Allah (1:3, 7; 3:23; 4:9, 14), yang berasal
dari Allah (4:1-3), yang Kudus (2: 20), pengantara Bapa (2:1), pendamaian bagi
dosa-dosa kita (2:2; 3:5; 4:10,14), penyata Allah Bapa (1:2; 5:20).

Kehidupan Umat Allah

Umat Allah harus berusaha bersekutu dengan Kristus dan dengan demikian juga
bersekutu dengan Allah. Maksud bersekutu disini adalah berada dalam hubungan
yang erat dan benar dengan Allah. Orang beriman dipanggil agar tidak mengasihi
dunia ini, tidak berjalan dalam kegelapan, tidak menuruti keinginan daging,
keinginan mata dan keangkuhan hidup, sebab semua itu tidak berasal dari Allah
(2:15-16).Sebaliknya, kita dipanggil untuk mengikuti terang dan kebenaran karena
dengan berbuat demikian, orang percaya boleh disebut sebgai orang-orang yang
lahir dari padanya (2:29).

Allah

Surat 1 Yohanes menyatakan bahwa Allah adalah kasih. Kasih Allah adalah dasar
dari semua kebenaran. Kita diperintahkan untuk mengasihi Allah karena Allah
lebih dahulu mengasihi kita, dengan jalan mengutus Yesus Kristus agar menjadi
pendamaian bagi dosa-dosa manusia (4:9-10). Kasih itu berasal dari Allah, jadi
untuk mengenal Allah, manusia harus mengasihi Allah dan saling mengasihi satu
sama lain (4:7-8).

Isi

Prakata 1:1-4 

Persekutuan dengan Allah 1:5--2:6 

Perintah Baru 2:7-17 


Orang Kristen dan antikristus 2:18-27 

Anak-anak Allah 2:28-3:10 

Kasihilah sesama 3:11-18 

Keyakinan 3:19-24 

Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan 4:1-6 

Allah adalah kasih 4:7-21 

Kemenangan iman 5:1-5 

Kesaksian tentang Anak Allah 5:6-12 

Pengetahuan akan hidup yang kekal 5;13-21 

Tujuan
Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:

untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru
palsu, dan

untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan


persekutuan yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh
(1Yoh 1:4) dan kepastian (1Yoh 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada
Yesus sebagai Putra Allah (1Yoh 4:15; 1Yoh 5:3-5,12), dan dengan kehadiran
Roh Kudus (1Yoh 2:20; 1Yoh 4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini
juga ditulis untuk menemani Injil Yohanes.

Survai
Kepercayaan dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru
palsu, yang oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yoh 2:18-22) sedang
meninggalkan ajaran rasuli mengenai Kristus dan kehidupan yang benar. Seperti
surat 2 Petrus dan Yudas, surat ini dengan penuh semangat menolak dan
menghukum guru palsu (mis. 1Yoh 2:18-19,22-23,26; 1Yoh 4:1,3,5) dengan ajaran
dan kelakuan mereka yang merusak.

Dari segi yang positif, surat ini mengemukakan ciri-ciri persekutuan yang sejati
dengan Allah (mis. (1Yoh 1:3--2:2) dan menyatakan lima ujian khusus bagi orang
percaya untuk mengetahui dengan yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang
kekal:

ujian kebenaran rasuli mengenai Kristus (1Yoh 1:1-3; 1Yoh 2:21-23; 1Yoh 4:2-
3,15; 1Yoh 5:1,5,10,20);

ujian iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yoh 2:3-11; 1Yoh 5:3-4);

ujian hidup yang kudus, yaitu berbalik dari dosa kepada persekutuan dengan Allah
(1Yoh 1:6-9; 1Yoh 2:3-6,15-17,29; 1Yoh 3:1-10; 1Yoh 5:2-3);

ujian kasih akan Allah dan sesama orang percaya (1Yoh 2:9-11; 1Yoh 3:10-
11,14,16-18; 1Yoh 4:7-12,18-21); dan

ujian kesaksian Roh (1Yoh 2:20,27; 1Yoh 4:13; 1Yoh 5:7-12). Yohanes
menyimpulkan bahwa orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka
memiliki hidup kekal (1Yoh 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini nyata
dalam hidup mereka.

Ciri-ciri,Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang


bertentangan dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di
antara terang dan gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih
dan kebencian, mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-
anak setan.

Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara


mengenai Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada
saat kita sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh
14:16-17,26; Yoh 15:26; Yoh 16:7-8).

Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian
rasuli dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.

Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan


suatu bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan
darah (yaitu, salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.

Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas


berbagai istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal",
"mengenal", "mengasihi", "kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup
kekal".

Garis Besar 1 Yohanes

Garis Besar

Pendahuluan
I. Persekutuan dengan Allah (1Yoh 1:5-2:28)
A. Prinsip-Prinsip Persekutuan dengan Allah (1Yoh 1:5-2:2)
1. "Tidak Ada Kegelapan" Dalam Allah (1Yoh 1:5)
2. Tidak Ada Persekutuan Dalam Kegelapan (1Yoh 1:6)
3. Persekutuan Dalam Terang (1Yoh 1:7)
4. Persekutuan Dalam Penyucian dari Dosa (1Yoh 1:8-2:2)
B. Manifestasi-Manifestasi Persekutuan dengan Allah (1Yoh 2:3-28)
1. Ketaatan (1Yoh 2:3-5)
2. Keserupaan dengan Kristus (1Yoh 2:6)
3. Kasih (1Yoh 2:7-11)
4. Pemisahan dari Dunia (1Yoh 2:12-17)
5. Kesetiaan Kepada Kebenaran (1Yoh 2:18-28)
II. Anak-Anak Allah (1Yoh 2:29-3:24)
A. Ciri-Ciri Khas Anak-Anak Allah (1Yoh 2:29-3:18)
B. Keyakinan Anak-Anak Allah (1Yoh 3:19-24)
III.Roh Kebenaran (1Yoh 4:1-6)
A. Mengenali Roh Kesesatan (1Yoh 4:1,3,5)
B. Mengakui Roh Kebenaran (1Yoh 4:2,4,6)
IV. Kasih Allah (1Yoh 4:7-5:3)
A. Asal-Usul Ilahi dari Kasih (1Yoh 4:7-10)
B. Tanggapan yang Layak Terhadap Kasih Allah (1Yoh 4:11-13,19-21)
C. Tinggal Dalam Kasih Allah (1Yoh 4:14-16)
D. Kesempurnaan Kasih (1Yoh 4:17-18)
E. Ketaatan Kasih (1Yoh 5:1-3)
V. Jaminan dari Allah (1Yoh 5:4-20)
A. Mengenai Hal Mengalahkan Dunia (1Yoh 5:4-5)
B. Mengenai Keterandalan Injil (1Yoh 5:6-10)
C. Mengenai Hidup Kekal di Dalam Anak-Nya (1Yoh 5:11-13)
D. Mengenai Jawaban-Jawaban untuk Doa (1Yoh 5:14-17)
E. Mengenai Tiga Kepastian Besar (1Yoh 5:18-20)
Penutup
(1Yoh 5:21)

SURAT YOHANES YANG KEDUA

Penulis : Yohanes
Tema : Berjalan Dalam Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M

Surat Yohanes yang Kedua (disingkat Surat 2 Yohanes) adalah salah satu surat


yang terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen yang ditujukan pada
sebuah jemaat untuk memberikan beberapa petunjuk mengenai sikap yang harus
diambil oleh jemaat-jemaat Kristen terhadap orang-orang yang diketahui telah
menyebarkan ajaran yang menyesatkan. Surat ini ditulis oleh "pemimpin jemaat"
(Rasul Yohanes) kepada "Ibu yang dipilih oleh Tuhan" dan kepada anak-anaknya
yang dicintai. Mungkin yang dimaksud dengan "Ibu dan anak-anaknya" ialah
sebuah jemaat dan anggota-anggotanya.

Latar Belakang

Penulis memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (ayat 2Yoh 1:1). Barangkali ini


adalah gelar terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes sepanjang dua
dasawarsa terakhir abad pertama karena usianya yang sudah lanjut dan
kedudukannya yang sangat terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih
hidup.

Yohanes menulis surat ini kepada "Ibu yang terpilih dan anak-anaknya"
(ayat 2Yoh 1:1). Beberapa orang menafsirkan "Ibu yang terpilih" ini secara kiasan
sebagai suatu gereja lokal, "anak-anaknya" sebagai anggota jemaat, dan "anak-
anak saudaramu yang terpilih" (ayat 2Yoh 1:13) sebagai jemaat tetangga. Orang
lain lagi menafsirkan istilah ini secara harfiah sebagai seorang janda terhormat
yang dikenal Yohanes dalam sebuah jemaat lokal di Asia Kecil yang di bawah
pengawasan rohani Yohanes. Keluarganya (ayat 2Yoh 1:1) dan keluarga
saudaranya (ayat 2Yoh 1:13) adalah orang terkenal dalam gereja-gereja di
wilayah itu. Sebagaimana surat Yohanes lainnya, 2 Yohanes tampaknya ditulis
dari Efesus pada akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

Penulis

Penulis surat 2 Yohanes dan 3 Yohanes adalah orang yang sama. Ia


memperkenalkan dirinya sebagai seorang "Penatua" (2 Yohanes 1; 3 Yohanes
1). Gelar penatua merupakan sebuah gelar kehormatan yang mengandung
kewibaan penulis.Gelar penatua juga bukan merupakan gelar petugas/pejabat
jemaat seperti dalam surat-surat pastoral. Penatua adalah seorang tokoh yang
berwibawa secara pribadi.
Para ahli ilmu tafsir yang sesuai dengan tradisi menerima bahwa penulis Injil
Yohanes dan Surat 1 Yohanes ialah rasul Yohanes, yaitu salah seorang
dari keduabelas Rasul yang dipilih sendiri oleh Yesus Kristus. Hal ini juga
bersesuaian dengan 2 Yohanes dan 3 Yohanes yang menyatakan Si Penatua
adalah rasul Yohanes. Namun, dalam tradisi ditemukan juga pendapat bahwa
penulis 2 Yohanes dan 3 Yohanes, yaitu "Penatua", berbeda dengan rasul
Yohanes (Hieronimus, tahun 400 Masehi, Sinoda Roma tahun 382Masehi).

Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu tentang hal
memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling (guru,
penginjil, dan nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan
menyebarkan ajaran palsu, agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan
ajaran yang salah sehingga ikut bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang
sama dengan yang dikecam dalam surat 1 Yohanes. Survai
Surat ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1 Yohanes
mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan
menyimpang dari berita rasuli (ayat 2Yoh 1:7-8). Yohanes memuji "Ibu yang
terpilih" dan anak-anaknya yang "hidup dalam kebenaran" (ayat 2Yoh 1:4). Kasih
yang sejati terwujud dalam menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama
(ayat 2Yoh 1:6). Kasih Kristen harus membedakan di antara kebenaran dan
kesalahan dan tidak membuka pintu bagi guru palsu (ayat 2Yoh 1:7-9). Menerima
guru palsu dengan ramah berarti berpartisipasi dalam kesalahan mereka
(ayat 2Yoh 1:10-11). Surat ini singkat karena Yohanes merencanakan untuk
berkunjung kepada ibu ini untuk berbicara "berhadapan muka" (ayat 2Yoh 1:12).

Waktu Penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M. Pendapat lain memberi perkiraan
tahun 90-100.

Teks

Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.


Sejumlah naskah kuno tertua yang memuat bagian pasal ini adalah:

Codex Vaticanus (~ 325-350)

Codex Sinaiticus (~ 330–360)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Uncial 0232 (abad ke-5/ke-6 M; terlestarikan: ayat 1-9)

Papirus 74 (abad ke-7; terlestarikan: ayat 1,6-7,13)

Surat yang hanya terdiri dari satu pasal ini dibagi atas 13 ayat.

Ayat-ayat terkenal

Ayat 5

Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu--bukan seolah-olah aku menuliskan


perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari
mulanya--supaya kita saling mengasihi.

Ayat 6

Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah
perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah
kamu dengar dari mulanya.

Ayat 9

'Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah
keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia
memiliki Bapa maupun Anak.

Permasalahan dalam surat

Masalah yang nyata dalam surat ini adalah untuk memutuskan Surat Kedua
dikirimkan kepada seorang individu ataukah pada sekelompok
orang. Permasalahan ini muncul karena ada ungkapan ibu yang terpilih yang
dalam bahasa Yunani memiliki arti eklekte kuria. Dalam memahami ungkapan ini,
terdapat tiga cara untuk memahaminya, antara lain:

Eklekte adalah suatu nama diri dan kuria adalah suatu alamat pemanis yang


lazim.Ada kemungkinan untuk memahami kuria sebagai nama diri.Harus
menyimpulkan bahwa yang dimaksud Ibu yang terpilih adalah gereja.Muatan
Teologi

Kebenaran, Kasih, dan Ketaatan

Kata kebenaran dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai atletheia. Kata


kebenaran ini terus mendominasi bagian pembukaan surat khususnya dalam ayat
1-3. Dalam ayat 2 jelas dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kebenaran
adalah iman Kristen.Maksud dari kata kasih sendiri adalah sesuai dengan
kebenaran Allah, yaitu kasih yang tulus, yang tidak dimotivasi oleh keinginan untuk
menguntungkan diri sendiri. Ketaatan juga tidak dapat dipisahkan dengan kata
kasih dan kebenaran. Hidup yang mengasihi berarti hidup yang berjalan menurut
kehendak Allah. Hidup dalam kasih sama artinya dengan hidup dalam kebenaran
sesuai dengan perintah Bapa. Hidup dalam kebenaran sama artinya dengan hidup
dalam ketaatan. Jadi, kasih, kebenaran, ketaatan merupakan sebuah rangkaian
yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Ketaatan tanpa kasih
merupakan pembudakan diri, kasih tanpa ketaatan merupakan kedustaan, dan
tanpa salah satu semuanya merupakan ketidakbenaran.

Kristologi

Secara implisit, pandangan Kristologis mengenai surat 2 Yohanes terdapat dalam


"Anak Bapa" dalam ayat 3.

Isi

Pendahuluan (ayat 1-3)

Pentingnya kasih (ayat 4-6)

Peringatan terhadap ajaran-ajaran yang salah (ayat 7-11)


Penutup (ayat 12-13)

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini:

Surat ini merupakan kitab terpendek dalam PB.Surat ini sangat mirip dengan 1
dan 3 Yohanes dalam berita, kosakata dan gaya penulisannya yang
sederhana.Surat ini memberikan keseimbangan yang penting bagi berita surat 3
Yohanes dengan memperingatkan terhadap dukungan yang sembarangan kepada
pekerja yang bukan dari jemaat sendiri. Surat ini mendorong supaya memakai
kebijaksanaan saksama dengan mengingat ajaran Kristus dan para rasul sebelum
membantu pekerja tersebut.

Garis Besar 2 Yohanes

Garis Besar

Salam Kristen
(2Yoh 1:1-3)

A. Kepada Ibu yang Terpilih dan Anak-Anaknya (2Yoh 1:1)

B. Oleh Karena Kebenaran (2Yoh 1:2-3)

I. Pujian dan Perintah (2Yoh 1:4-6)

A. Kesetiaan yang Lampau kepada Kebenaran Dipuji (2Yoh 1:4)

B. Kasih dan Ketaatan Diperintahkan (2Yoh 1:5-6)

II. Nasihat dan Peringatan (2Yoh 1:7-11)

A. Mengenali Guru-Guru Palsu (2Yoh 1:7)

B. Waspada Agar Jangan Terpengaruh oleh Mereka (2Yoh 1:8-9)

C. Jangan Membiarkan Mereka Memakai Rumahmu (2Yoh 1:10-11)

Penutup
SURAT YOHANES YANG KETIGA

Penulis: Yohanes
Tema : Bertindak Dengan Setia

Tanggal Penulisan: 85-95 M
Surat Yohanes yang Ketiga adalah bagian dari Perjanjian Baru dalam Alkitab Krist
en. Merupakan surat yang ditujukan untuk melawan para pemimpin palsu yang
menganggu kehidupan jemaat. Surat ini ditulis oleh "pemimpin jemaat" (Rasul
Yohanes) kepada seorang pemuka jemaat yang bernama Gayus. Penulis surat ini
memuji Gayus karena bantuannya kepada orang-orang Kristen lainnya. Ia juga
memperingatkan Gayus terhadap seorang laki-laki bernama Diotrefes. Gayus
dalam 3 Yohanes tidak diketahui secara jelas, yang cukup jelas hanyalah ia
memegang peranan penting dalam jemaat setempat. Surat ini ditutup seperti 2
Yohanes. Dikirim salam dari teman-teman Gayus dan kepada sahabat-sahabat
ditempat tinggal yang isinya adalah bagaimana seharusnya hidup berjemaat.

Latar Belakang
Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut dirinya "penatua" (ayat 3Yoh
1:1). Surat pribadi ini dialamatkan kepada seorang percaya yang setia bernama
Gayus (ayat 3Yoh 1:1), barangkali anggota jemaat di salah satu gereja di daerah
Asia Kecil. Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat ini kemungkinan besar
ditulis dari Efesus pada bagian akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

Mendekati akhir abad pertama Masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada
umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung
dan kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka (ayat 3Yoh 1:5-8;
bd. 2Yoh 1:10). Gayus merupakan salah seorang Kristen setia yang dengan
murah hati menyokong dan menampung para pekerja keliling ini (ayat 3Yoh 1:1-
8). Akan tetapi, ada seorang pemimpin bernama Diotrefes yang dengan sifat
sombong menentang wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-
saudara seiman yang diutus Yohanes.

Penulis
Surat 3 Yohanes sebetulnya merupakan sebuah kesatuan dengan surat 2
Yohanes. Pengarang surat ini menyebut dirinya penatua (3 Yoh 1). Sebutan
penatua sebetulnya menunjuk pada dua kemungkinan:

Seorang anggota presbuterion yang tak dikenal, yang menggunakan sebutan itu


dengan maksud tertentu dan tidak diketahui.

Seorang yang oleh Papias, Irenaeus, dan Klemens (Clemens) disebut sebagai


penjaga tradisi apostolik.

Waktu Penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M. Pendapat lain memberi perkiraan
tahun 90-100.

Teks

Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.

Sejumlah naskah kuno tertua yang memuat bagian pasal ini adalah:

Codex Vaticanus (~ 325-350)

Codex Sinaiticus (~ 330–360)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; terlestarikan: ayat 3-15)

Papirus 74 (abad ke-7; terlestarikan: ayat 6,12)

Surat yang hanya terdiri dari satu pasal ini dibagi atas 15 ayat.

Ayat-ayat terkenal

3 Yohanes 1:5: Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang


percaya, di mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara,
sekalipun mereka adalah orang-orang asing.
3 Yohanes 1:11: Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat,
melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi
barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah.

Sifat dan Maksud

Surat Yohanes yang ketiga memiliki permasalahan dan situasi yang sama
dengan Surat 1 Yohanes dan 2 Yohanes. Dalam surat ini juga terdapat pengajar-
pengajar palsu yang mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan
kekristenan.  Dengan demikian, surat ini memiliki maksud untuk memperingatkan
para pembacanya agar siap siaga menghadapi para pengajar sesat. 

Muatan Teologi

Mengambil Bagian Dalam Pekerjaan Gereja[sunting | sunting sumber]

Dalam surat ini, terdapat seorang tokoh yang berperan yaitu yang
bernama Gayus. Sang penatua dalam surat ini memuji kebaikan Gayus sebagai
contoh yang patut ditiru. Dia menyatakan tindakan menolong para utusan gerejawi
merupakan tindakan yang seharusnya dilakukan seluruh umat Kristen. Dalam
hubungan ini, yaitu menolong para utusan, Gayus telah mengambil bagian dalam
pekerjaan untuk kebenaran.

Isi

Pendahuluan 1-4

Gayus dipuji 5-8

Diotrefes disalahkan 9-10

Demetrius dipuji 11-12


Penutup 13-15

Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan
tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta
mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan
mempersiapkan jalan untuk kunjungannya sendiri.

Survai
Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.

Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam
kebenaran (ayat 3Yoh 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi
saudara seiman yang berkeliling (ayat 3Yoh 1:5-8).

Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena


kesombongannya ("ingin menjadi orang terkemuka", ayat 3Yoh 1:9) beserta
manifestasinya: menolak surat Yohanes yang dikirim sebelumnya (ayat 3Yoh 1:9),
memfitnah Yohanes, menolak untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan
mengancam akan mengucilkan orang yang menerima mereka (ayat 3Yoh 1:10).

Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam
suatu masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi
baik dan setia kepada kebenaran (ayat 3Yoh 1:12).

Ciri-ciri Khas
Dua ciri utama menandai surat ini.

Sekalipun singkat, surat ini memberikan pengertian mengenai beberapa segi


sejarah gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.

Terdapat beberapa persamaan mencolok di antara 2 Yohanes dengan surat ini.


Meskipun demikian, kedua surat tersebut berbeda dalam satu aspek penting: 3
Yohanes menganjurkan penyediaan tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling
yang dapat dipercaya, sedangkan 2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan
dukungan tidak disediakan bagi pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga
orang percaya tidak dituduh mendukung perbuatan jahat.

Garis Besar 3 Yohanes

Garis Besar

Salam Kristen (3Yoh 1:1)

I. Pujian bagi Gayus (3Yoh 1:2-8)

A. Karena Kesehatan Rohaninya (3Yoh 1:2)

B. Karena Hidup Dalam Kebenaran (3Yoh 1:3-4)

C. Karena Kesediaan Menerima Saudara-Saudara yang Dalam Perjalanan (3Yoh


1:5-8)

II. Nasihat untuk Gayus (3Yoh 1:9-12)

A. Mengenai Contoh Jelek Diotrefes (3Yoh 1:9-11)

B. Mengenai Teladan Baik Demetrius (3Yoh 1:12)

Penutup
(3Yoh 1:13-14)

SURAT YUDAS

Penulis: Yudas
Tema: Berjuang untuk MempertahankanIman
Tanggal Penulisan: 70-80 M

Surat Yudas merupakan salah satu dari kumpulan surat rasuli yang terakhir pada
bagian Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen.Suratini ditulis untuk memperingatka
n para pembacanya supaya waspada terhadap guru-guru palsu yang menyebut
dirinya Kristen.Dalam surat yang pendek ini, yang isinya mirip dengan surat Petrus
yang kedua, penulis memberi dorongan kepada para pembacanya supaya terus
berjuang untuk iman.

Teks

Surat Yudas hanya terdiri dari 1 pasal, yang dibagi atas 25 ayat.

Sejumlah naskah kuno tertua yang memuat bagian pasal ini dalam bahasa
Yunani antara lain adalah

Papirus 72 (abad ke-3/ke-4)

Papirus 78 (abad ke-3/ke-4; terlestarikan: ayat 4-5, 7-8)

Codex Vaticanus (~325-350 M)

Codex Sinaiticus (~330-360 M)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; terlestarikan: ayat 3-25)

Papirus 74 (abad ke-7; terlestarikan: ayat 3,7,11-12,16,24)

Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (ayat Yud
1:1). Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan
Yakobus adalah saudara tiri Yesus (Mat 13:55; Mr 6:3). Mungkin Yudas
menyebutkan nama Yakobus karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di
Yerusalem akan membantu menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri.

Surat yang singkat namun tegas ini ditulis untuk menentang para guru palsu yang
terang-terangan berhaluan antinomisme (yaitu mereka mengajarkan bahwa
keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan mereka untuk berdosa tanpa
dijatuhi hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli tentang pribadi dan tabiat
Yesus Kristus (ayat Yud 1:4). Dengan demikian mereka memecah-belah gereja
mengenai apa yang harus dipercaya (ayat Yud 1:19,22) dan bagaimana harus
berperilaku (ayat Yud 1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang tak berprinsip
ini sebagai "orang-orang fasik" (ayat Yud 1:15) dan juga sebagai orang "tanpa
Roh Kudus" (ayat Yud 1:19).

Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan 2Pet 2:1--3:4 mempunyai


sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin Yudas
mengetahui tentang 2 Petrus (ayat Yud 1:17-18) dan oleh karena itu ia menulis
setelah 2 Petrus ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak
disebutkan secara khusus, tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus.

Penulis

Di awal surat ini tertera nama penulisnya: "Yudas, hamba Yesus Kristus dan


saudara Yakobus". Ada sejumlah nama Yudas yang
lain dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru, kebanyakan percaya bahwa Yudas,
saudara Yesus merupakan penulis surat Yudas, meskipun dalam keseluruhan
surat Yudas, tidak pernah disinggung mengenai relasi khusus dengan Yesus,
selain sebagai "hamba Yesus Kristus." Dengan demikian, Yakobus yang
dimaksudkan adalah Yakobus, saudara lain dari Yesus Kristus yang tertera
namanya dalam Yakobus 1:1 sebagai penulis surat Yakobus dan merupakan
kepala jemaat perdana di Yerusalem, tetapi bukan rasul Yakobus anak Zebedeus.

Waktu Penulisan

Surat Yudas ditulis dalam jangka waktu antara penulisan Surat Yakobus dan


penulisan Surat 2 Petrus. Surat Yakobus diperkirakan ditulis sebelum tahun 62
Masehi, karena Yakobus mati syahid pada tahun itu sedangkan
rasul Petrus diduga mati syahid tahun 64-67 Masehi. Jadi disimpulkan surat Yudas
ini ditulis antara tahun 62-67 Masehi.Robinson menyakini surat ini ditulis pada
tahun 61-62 M, pada periode yang sama dengan surat 2 Petrus, sedangkan surat
Yakobus pada tahun 47-48 M. Ada juga yang berpendapat bahwa Surat
Yakobus ditulis sekitar tahun 80/90 Masehi dan Surat 2 Petrus tahun 125 Masehi,
sehingga diduga surat Yudas ditulis tahun 100 Masehi.

Perhitungan lain adalah dari perkiraan usia Yudas yang diyakini sudah mati
sebelum tahun 70 M. Dengan demikian Yudas kemungkinan lahir antara tahun 4
SM dan 10 M, dan jika ia menulis suratnya pada tahun 70 M, ia bisa jadi berusia
paling sedikit 60 tahun dan mungkin 70-an. Meskipun mungkin saja Yudas hidup
lebih lama lagi (tidak ada bukti eksternal), tahun 70 M paling masuk akal sebagai
batas akhir (terminus ad quem').

(2) Hegesippus menceritakan bagaimana cucu-cucu Yudas dibawa ke hadapan


kaisar Domitian karena mereka dicurigai hendak menggulingkan pemerintahan
Romawi. Tetapi mereka menjelaskan bahwa kerajaan yang mereka nanti-nantikan
bersifat eskatologis dan sorgawi, bukan politis dan duniawi. Domitian kemudian
menyuruh mereka pergi dan mengakhiri penganiayaan atas gereja. Meskipun
cerita ini dicurigai kebenarannya, fakta bahwa cucu-cucu Yudas, bukan ayah
mereka atau Yudas sendiri, yang dibawa ke hadapan Domitian mengindikasikan
bahwa Yudas rupanya sudah meninggal sebelum tahun 96 M.

Pada awal abad ke-3, surat Yudas tersebar luas di kalangan umat Kristen, tetapi
selanjutnya sampai abad ke-4 jarang dikutip oleh bapa gereja. Eusebius dari
Kaisarea mencatat bahwa ada sejumlah jemaat yang tidak mengakui keaslian
surat ini, meskipun pada abad ke-5 surat ini mulai dipakai lagi oleh gereja.

Konteks Penerima

Di awal surat tertulis "kepada mereka, yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah
Bapa, dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus.". Jelas bahwa surat ini ditujukan
secara khusus kepada sekelompok murid-murid Yesus yang "terpanggil",
"dikasihi" dan "dipelihara", bukan kepada orang luar.

Surat Yudas memiliki ciri menggunakan kepustakaan apokrif Yahudi. Sebagai


seorang Yahudi, penulis surat Yudas bisa dengan bebas
memanfaatkan Perjanjian Lama dan beberapa kitab dari tradisi Yahudi.

Ayat-ayat terkenal

Yudas 1:20: Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah


dirimu sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh
Kudus.
Yudas 1:21: Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan
rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.

Muatan Teologi

Dalam surat Yudas, terdapat penekanan terhadap tema penghakiman. Yudas


mengutip perkataan Henokh yang mengatakan bahwa Tuhan akan melaksanakan
penghakiman pada hari kedatangannya (Yudas 1:14-15). Ia berbicara tentang
malaikat-malaikat yang tidak taat yang ditahan olehnya dengan belenggu abadi di
dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar (Yudas
1:6). Kehancuran Sodom dan Gomora dikutip sebagai contoh dari hukuman
siksaan api kekal (Yudas 1:7).

Tiga analogi kelautan

Ada tiga kiasan atau analogi yang berkaitan dengan kelautan digunakan
pada Yudas 1:12-13 yang unik. Yudas tidak dikenal sebagai seorang nelayan
(cucu-cucunya mengaku berprofesi sebagai tukang (kayu), sebagaimana kakek
buyut mereka, dengan bukti tangan-tangan mereka yang kasar di hadapan kaisar
Domitian), sehingga tampaknya analogi ini diberikan untuk kepentingan para
pembacanya. Analogi ini juga lebih tepat untuk laut lepas, bukan danau
seperti Danau Galilea. Pada ayat 12, Yudas menyebut guru-guru palsu itu adalah
"noda (σπιλάδες, spilades, = batu karang tersembunyi di bawah permukaan laut
yang berbahaya) dalam perjamuan kasihmu." Metafora pertama ini digunakan
Yudas untuk memperingatkan bahaya yang mengancam di bawah permukaan air,
yang dapat menenggelamkan kapal yang mengira berlayar di perairan yang aman.
Pada ayat 13 ia berbicara mengenai “ombak laut yang ganas, yang membuihkan
keaiban mereka sendiri", yaitu gambaran jelas tentang kejijikan yang dibawa
mereka. Kiasan terakhir adalah "bagaikan bintang-bintang (yang berpindah)"
(ἀστέρες πλανῆται, asteres planētai), sehingga bukanlah penuntun yang
terpercaya bagi para pelaut untuk mengetahui posisi mereka yang tepat. Jadi,
dalam ketiga kiasan kelautan ini, para guru palsu adalah berbahaya, tidak
bermoral (menjijikkan), dan tidak dapat dipercaya sebagai pemimpin. Yudas juga
menggunakan kiasan yang berhubungan dengan pertanian, tetapi analogi ini
tidaklah unik karena juga dipakai pada sumber-sumber Perjanjian Lama maupun
sastra Yahudi lain. Dari kiasan-kiasan kelautan ini dapat disimpulkan bahwa
Yudas menulis kepada suatu jemaat yang berlokasi di dekat pantai Laut Tengah,
antara lain mungkin kota Efesus.

Kaitan dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab

Dalam Surat Yudas, disebutkan mengenai sejumlah nama dan kejadian yang
dicatat kisahnya dalam kumpulan kitab Taurat Musa, khususnya dalam Kitab
Kejadian (Kain; Henokh/keturunan ketujuh dari Adam; kehancuran kota Sodom
dan Gomora), Kitab Keluaran ("Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah
Mesir"), Kitab Bilangan (Bileam dan Korah), dan Kitab Ulangan (mayat Musa).
Selain itu juga disebutkan mengenai malaikat Mikhael yang hanya disebutkan
dalam Kitab Daniel di dalam Alkitab Ibrani (bagian Ketuvim), atau Wahyu kepada
Yohanes di dalam bagian Perjanjian Baru. Sejumlah ungkapan tampaknya dikutip
dari kitab-kitab para nabi (Nevi'im) misalnya Kitab Zakharia. Referensi mengenai
"hidup kekal" dalam Yesus Kristus, yang disebut sebagai "Penguasa" dan
"Tuhan", menunjukkan kaitan dengan kitab-kitab Injil. Sebagian isi surat juga
berkaitan dengan surat Yakobus dan Surat 2 Petrus. Nubuat mengenai "pengejek-
pengejek" pada waktu kemudian juga berkaitan dengan Surat 1 Timotius yang
ditulis oleh rasul Paulus.

Tujuan
Yudas menulis surat ini

untuk sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para
guru palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan

untuk menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit
dan "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada
orang-orang kudus" (ayat Yud 1:3).

Survai
Setelah memberikan salam (ayat Yud 1:1-2), -mula ialah menulis tentang sifat
keselamatan (ayat Yud 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis
surat ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan
dengan demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (ayat Yud 1:4). Yudas
menuduh mereka sebagai tidak suci secara seksual (ayat Yud 1:4,8,16,18),
berkompromi seperti Kain (ayat Yud 1:11), serakah seperti Bileam (ayat Yud 1:11),
suka memberontak seperti Korah (ayat Yud 1:11), congkak (ayat Yud 1:8,16),
penipu (ayat Yud 1:4,12), sensual (ayat Yud 1:19) dan memecah-belah (ayat Yud
1:19). Yudas menyatakan kepastian hukuman Allah atas semua orang yang
berbuat dosa seperti itu dan menggambarkannya dengan enam contoh dari PL
(ayat Yud 1:5-11). Gambaran dua belas ciri kehidupan mereka menunjukkan
bahwa mereka siap untuk menerima murka Allah (ayat Yud 1:12-16). Orang
percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh belas kasihan bercampur
ketakutan bagi mereka yang goyah (ayat Yud 1:20-23). Yudas menutup suratnya
dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya (ayat Yud 1:24-
25).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap
para guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu
terhadap iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.

Surat ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai


rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (ayat Yud 1:5-7),
tiga ciri guru palsu (ayat Yud 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL
(ayat Yud 1:11).

Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk
kepada sumber-sumber tertulis:

Alkitab PL (ayat Yud 1:5-7,11),

tradisi Yahudi (ayat Yud 1:9,14-15) dan

2 Petrus, serta mengutip langsung 2Pet 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari
rasul-rasul (ayat Yud 1:17-18).

Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.

Garis Besar Yudas


Garis Besar

Salam Kristen
(Yud 1:1-2)

I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini (Yud 1:3-4)

II. Menyingkapkan Guru-Guru Palsu (Yud 1:5-16)

A. Ajal Mereka Digambarkan Dalam Masa Lampau (Yud 1:5-7)

1. Pengalaman Israel (Yud 1:5)

2. Pengalaman Malaikat-Malaikat Pemberontak (Yud 1:6)

3. Pengalaman Sodom dan Gomora (Yud 1:7)

B. Penggambaran Mereka Sekarang Ini (Yud 1:8-16)

1. Bahasa yang Tidak Sopan (Yud 1:8-10)

2. Sifat yang Tidak Kudus (Yud 1:11)

3. Perilaku yang Salah (Yud 1:12-16)

III.Nasihat bagi Orang-Orang Percaya Sejati (Yud 1:17-23)

A. Ingat Nubuat Para Rasul (Yud 1:17-19)

B. Peliharalah Dirimu di Dalam Kasih Allah (Yud 1:20-21)

C. Tolonglah Orang Lain Dengan Kemurahan, Bercampur Dengan Takut (Yud


1:22-23)

Lagu Pujian (Yud 1:24-25)

WAHYU KEPADA YOHANES

Penulis: Yohanes
Tema: Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Kitab Wahyu kepada Yohanes (singkatnya Kitab Wahyu) adalah kitab terakhir
dalam kanon yang menutup sejarah Perjanjian Barudalam Alkitab Kristen. Kitab ini
juga merupakan sebuah kitab Kristen yang berisikan penglihatan, lambang, tanda,
bilangan, serta hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran Tuhan kepada
bangsa Yahudi. Selain itu, Kitab Wahyu merupakan salah satu kitab yang sulit
dipahami dalam Alkitab sehingga menimbulkan banyak penafsiran atasnya. Pada
abad 2 Masehi, orang Kristen memiliki pemahaman bahwa kitab Wahyu adalah
kode simbolis yang meramalkan orang-orang atau peristiwa-peristiwa tertentu
yang mengantar pada akhir zaman. Pada saat itu, sekelompok
kaum Montanis pergi ke padang gurun Frigia untuk menyaksikan Yerusalem surga
wi turun dari langit, namun mereka semua kecewa dengan penantian mereka.

Struktur

Menurut Metzger, kitab Wahyu ini dapat dibagi sebagai berikut:

Prolog {{Alkitab|Wahyu 1:1-8

Tujuh bagian paralel, dengan pembatas pada ayat-ayat:

Wahyu 3:22

Wahyu 8:2

Wahyu 11:19

Wahyu 14:20

Wahyu 16:21

Wahyu 19:21

Epilog Wahyu 22:6-21

Ayat-ayat terkenal

Wahyu 1:8: (Yesus berfirman:) "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah,
yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."
Wahyu 1:17-18: (Yesus berfirman:) "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan
Yang Akhir,  18dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai
selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut."

Wahyu 3:20: (Yesus berfirman:) "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok;
jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan
masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia
bersama-sama dengan Aku."

Wahyu 22:20: Ia (Yesus) yang memberi kesaksian tentang semuanya ini,


berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!

Ayat terakhir Wahyu 22:21: Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian!
Amin.

Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar
biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu
nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat
(Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. apocalypse) berasal
dari kata Yunani apocalupsis, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20).
Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu
nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan
alamat tujuannya.

Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal
1 (Wahy 1:1-20).

"Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).

Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui


Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy
1:1,10-18).

Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy
22:8).
Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara
ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus),
oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).

Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy
1:4,11).

Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul
Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus
mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara
tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan
Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)

Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus
ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan
Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu
pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan
orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi,
kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami
penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang
dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy
2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6;
Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).

Penulis

Penulis kitab ini menyebut nama Yohanes, sebagai "saudara dan sekutumu dalam
kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di
pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang
diberikan oleh Yesus." Jelas ia tidak menulis secara anonim Sejumlah pakar
menganggap penulisnya adalah rasul Yohanes bin Zebedeus. Hal ini juga
didukung oleh pendapat Yustinus Martir yang tertulis dalam Dialog
dengan Trypho pada tahun 135. Penulis Wahyu memperkenalkan diri sebagai
seorang nabi (Wahyu 1:2-3; Wahyu 22:6,9,19). Ia berkarya di Asia Kecil dan
merupakan seorang keturunan Yahudi. Pada masa itu umat Kristen disiksa dan
dikejar-kejar karena kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus sebagai Anak
Allah, sehingga dengan menulis kitab ini sang penulis berharap ingin memberi
semangat kepada para pembaca dan pendengarnya, dan juga untuk mendorong
mereka supaya tetap percaya pada waktu situasi demikian.

Situasi Sosial dan Politik

Setelah kekaisaran Romawi mengalahkan kerajaan Yunani/Greece pada


tahun 168 sebelum masehi, maka pemerintah mengharuskan rakyat menyembah
dewi Roma. Namun, dewi ini tidak memiliki wujud dan terdapat sebuah pemikiran
apabila dewi ini nantinya akan disembah maka akan sulit untuk mendapat
dukungan dari berbagai suku bangsa yang berbeda. Oleh karena hal inilah, maka
kekaisaran Romawi mulai memberlakukan pemujaan terhadap kaisar. Pada saat
itu kaisar Nerolah yang memimpin bangsa Romawi. Ia melakukan kekerasan dan
penganiayaan pada orang Kristen hingga akhirnya pada tahun 64 Nero membakar
kota Roma dan orang Kristen dijadikan kambing hitam atas kebakaran tersebut.

Pada masa pemerintahan Domitian, kaisar dengan giat melaksanakan pendewaan


atas dirinya sendiri. Ia menyebut dirinya sebagai allah, bagi siapa saja yang tidak
setia kepada dia akan dinyatakan menghujat allah serta dinilai sebagai penghianat
kerajaan. Ia juga membuat peraturan di dalam kerajaan, salah satunya adalah
setiap pembesar kerajaan yang ingin berbicara dengannya atau datang
memberikan laporan kepadanya haruslah menyapanya dengan Tuhan.

Setelah kuasa politik pemerintahan kekaisaran Romawi stabil, misalnya sistem


transportasi yang maju, jaminan keamanan bagi masyarakat, serta jaminan
keamanan perdagangan, maka tercetuslah sebuah istilah dalam sejarah
politik Romawi yaitu Pax Romana. Pax Romana merupakan sebuah istilah yang
dipakai oleh rakyat untuk mengucapkan tanda terimakasih pada kaisar. Setiap
tahun juga telah ditetapkan bahwa rakyat wajib untuk membakar kemenyan untuk
menyembah kaisar dalam kuil. Orang-orang Kristen yang hidup pada masa ini
mengalami tekanan dari para pembesar pemerintah. Namun, demi iman
kepercayaan mereka yang terus mereka pertahankan mereka rela untuk dianiaya
dan dibunuh. Hal ini menyebabkan banyak orang Kristen yang menjadi martir.

Apokaliptik

Kitab Wahyu merupakan sebuah kitab yang mengutarakan pemikiran serta


kesusasteraan apokaliptik. Pemikiran dan jenis sastra apokaliptik sebetulnya
sudah berkembang di kalangan orang-orang Yahudi sejak zaman
kelompok Makabe (abad ke-2 SM) sampai akhir abad ke-2 Masehi(sekitar
tahun 200). Kesusasteraan apokaliptik dalam kitab Wahyu diperlihatkan dengan
adanya berbagai macam bentuk penglihatan.Penglihatan yang disampaikan
terutama menyangkut pada zaman terakhir. Pada zaman terakhir ini, kuasa-kuasa
jahat akan menindas umat yang setia pada ajaran agama, tetapi pada akhirnya
kejahatan itu akan dihancurkan dan umat yang beriman akan
diselamatkan. Kristusakan menang melawan kejahatan dan membebaskan semua
umat beriman.

Penglihatan-penglihatan dalam kitab Wahyu penuh dengan kiasan dan lambang


yang sulit untuk dipahami. Namun, kiasan dan lambang dalam kitab Wahyu tidak
dapat dimengerti secara harafiah. Lambang tersebut tidak dapat digambarkan
atau dikhayalkan sebagai suatu kenyataan.

Memahami Kitab Wahyu

Dalam memahami Kitab Wahyu, terdapat tiga macam pandangan teologis yang
sangat menentukan cara pendekatan untuk memahami Kitab Wahyu antara lain
pandangan profetis, pandangan spiritualistis, dan pandangan historis-kritis.

Pandangan Profetis

Pandangan profetis menganggap Wahyu sepenuhnya merupakan nubuatan


tentang akhir zaman, terutama jika dihubungkan dengan Kitab Daniel dan bagian-
bagian eskatologis lain dalam Alkitab. Pandangan profetis terbagi dalam tiga aliran
yaitu pandangan preteris, pandangan futuris, dan
pandangan historis. Pandangan preteris berusaha memahami Kitab Wahyu
dengan melihat peristiwa-peristiwa pada abad pertama, misalnya mengenai
penganiayaan terhadap gereja yang digambarkan seperti metafora "ibu dari
wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Wahyu 17:5). Hal lain lagi
yaitu Harmagedon (Wahyu 16:6) dipandang sebagai penghakiman Allah atas
orang orang Yahudi yang dilakukan oleh prajurit prajurit Romawi yang digambarka
n sebagai binatang. Pandangan futuris menganggap semua atau sebagian besar
nubuat Wahyu adalah mengenai peristiwa yang akan terjadi pada masa depan,
menjelang kedatangan Kristus kedua. Pandangan futuris juga mempercayai
bahwa kesengsaraan dahsyat akan terjadi yakni periode tujuh tahun, ketika orang
percaya di seluruh dunia akan mengalami penganiayaan dan kesyahidan serta
akan disucikan dan dikuatkan olehnya. Pandangan futuris ini pertama kali
dimunculkan oleh dua orang penulis Katolik yaitu Manuel Lacunza dan Ribera. Pa
ndangan historis menganggap Wahyu sebagai nubuat untuk rentang waktu dari
abad pertama hingga kedatangan Yesus yang kedua. Secara politis, simbol-
simbol dalam kitab ini dimaknai sebagai nubuat mengenai perpecahan tahap demi
tahap dan kejatuhan kekaisaran Romawi, timbulnya perpecahan di Eropa Barat da
n bangkitnya kerajaan Islam di Timur. Secara gerejawi Wahyu dipahami`sebagai
nubuat mengenai perluasan gereja, bahwa setelah penganiayaan yang dialami,
gereja terus berkembang hingga menaklukkan seluruh dunia.

Pandangan Spiritualistis

Pandangan ini menekankan maknaspir itual di balik pewartaan Kitab Wahyu. Peng
lihatan-penglihatan yang dipaparkan dalam kitab ini dipahami sebagai ungkapan
kebenaran rohani yang kekal, yang selalu dinyatakan di sepanjang sejarah. Dalam
pandangan ini,pewartaan kitab Wahyu selalu dimaknai secara alegoris. Gambaran
-gambaran yang ada di dalamnya dianggap sebagai alegori peristiwa-peristiwa di
akhir zaman.

Pandangan Historis Kritis

Pandangan ini memahami Kitab Wahyu dengan pendekatan historis-


kritis. Menurut pandangan ini, pesan kitab Wahyu tidak mungkin dipahami tanpa
analisis historis atas latar belakang penulisannya. Bahasa-bahasa apokaliptis
yang digunakan dapat dipahami apabila latar belakang konteksnya lebih dahulu
diketahui. Pandangan historis-kritis memahami kitab wahyu dalam konteks historis
abad pertama dalam sastra apokaliptik Yahudi dan Kristen.
Muatan Teologi

Eskatologi

Pemahaman eskatologis kitab ini terdapat dalam Wahyu 1:7, di sana digambarkan


mengenai peristiwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Selain itu, eshkatologi
kitab ini juga bukan lagi peristiwa masa depan yang dinantikan, melainkan
peristiwa masa kini yang mendemonstrasikan kuasa Allah, karena Yesus berkata
"Aku datang segera". Selain itu, tema kerajaan Allah dalam
kitab Wahyu dipengaruhi oleh pengertian kerajaan seribu tahun. Sebelum adanya
kerajaan seribu tahun, pasti akan ada kesusahan yang besar, namun kesusahan
tersebut akan hilang ketika Kristus mengalahkan sumber kesusahan.

Etika

Dasar etika Kristen dalam kitab Wahyu dikemukakan dalam Wahyu 1:5,


"...memang Tuhan menyelamatkan umatnya dari tanah Mesir, namun sekali lagi
membinasakan mereka yang tidak percaya." Secara simbolis dan tipologis,
pengalaman Israel ini merupakan ilustrasi bagi gereja. Dalam Yesus, Allah telah
menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka pada masa lalu, namun mereka
yang tidak percaya akan dibinasakan. Berita ini merupakan dasar perintah di
mana orang beriman dipanggil untuk menarik garis pembatas dengan orang yang
tidak beriman, sebab semua akan dihakimi berdasarkan perbuatannya. Perbuatan
memiliki arti sebuah respons yang tepat terhadap karya keselamatan Allahdalam 
Yesus, yang telah diterima oleh orang-orang percaya.

Eklesiologi

Eklesiologi kitab Wahyu mencerminkan bahwa jemaat terdiri dari saudara-saudara


laki-laki dan saudara-saudara perempuan dalam satu keluarga Allah. Semua
anggota jemaat disebut sebagai hamba-hamba atau pelayan-pelayan. Bahkan
malaikat pun disebutkan sebagai sesama hamba (Wahyu 22:9). Gagasan dasar
ini menjelaskan struktur jabatan gereja yang diduga telah diterapkan di Asia
Kecil pada akhir abad pertama. Satu-satunya jabatan khusus dalam kitab Wahyu
adalah nabi, namun tidak menunjukkan bahwa jabatan tersebut
dilembagakan. Dilihat dari sudut pandang ekumenis, penulis Wahyu sangat
memperhatikan situasi jemaat lokal, sebab jemaat itu merupakan komponen yang 
menentukan masa depan gereja secara keseluruhan.

Tujuh Gereja di Asia

Yohanes diperintahkan untuk menulis surat kepada ke tujuh jemaat/gereja di Asia


Kecil (Wahyu 1:4, 11) yaitu:

1. Efesus (Wahyu 2:1-7)

2. Smirna (Wahyu 2:8-11)

3. Pergamus (Wahyu 2:12-17)

4. Tiatira (Wahyu 2:18-29)

5. Sardis (Wahyu 3:1-6)

6. Filadelfia (Wahyu 3:7-13)

7. Laodikia (Wahyu 3:14-22)

Tujuh ucapan bahagia

Menurut Metzger, dalam kitab Wahyu ini terdapat tujuh ucapan bahagia, yaitu
pada ayat-ayat Wahyu 1:3, Wahyu 14:13, Wahyu 16:15, Wahyu 19:9, Wahyu
20:6, Wahyu 22:7, Wahyu 22:14.

Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata


nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya
sudah dekat.

Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-
orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh,
"supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala
perbuatan mereka menyertai mereka."
"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan
yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan
jangan kelihatan kemaluannya."

Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke


perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah
benar, perkataan-perkataan dari Allah."

Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama
itu. Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan
menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja
bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.

"Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti


perkataan-perkataan nubuat kitab ini!" Berbahagialah mereka yang membasuh
jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk
melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.

Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.

Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang
parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di
Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan
kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan
berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.

Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja


dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan
iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk
memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal
setia sampai mati sekalipun.

Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang
zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan
gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang.
Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului
kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang
kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh
kedatangan Kristus kali kedua.

Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang
penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh
berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai
Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak
Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan
membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran
simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut
(antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat
dan kuasa dunia).

Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian
pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang
menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-
jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di
Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran
simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian
terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-
kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan
suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini
menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang
hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang
agung itu.Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-
penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak
Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan
suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana
Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal
4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah
gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab
ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk
membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam
meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang
telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan
dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama
menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah
kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan
datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang
menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan
besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan
besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai
ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala.
"Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi
Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi
nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala
ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan
segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari
rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).

Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci
mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya,
Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi
harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan,
yang terdiri atas

si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),

binatang laut (Wahy 13:1-10), dan

binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi


penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam
kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan
mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian,
suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan
hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal
17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24).
Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak
Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).

Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes
melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja
segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan
semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului
dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu
Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan
sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9)
dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy
20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang
besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy
21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang
kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk
mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).

Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini. Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB
yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu. Sebagai suatu kitab apokaliptis,
beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan
kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap
memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.Banyak sekali angka digunakan,
termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000;
12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini
menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang
melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.Penglihatan-penglihatan begitu
mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke
sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas
dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.Kitab ini
bersifat polemik yang
menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan
dirinya sebagai allah, dan menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung
dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16). Kitab ini juga
dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan
tegas. Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara
formal dari PL itu sendiri.

Penafsiran Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan.


Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya
tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya
pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan
lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.

Penafsiran preterist (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan


nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli
dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang
masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.

Penafsiran historicist (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu


sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak
zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.

Penafsiran idealist (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-


lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani
tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa
menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.

Penafsiran futurist (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal


4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah
yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini
menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.

Garis Besar Wahyu

Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)

I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya (Wahy 1:9-3:22)

A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian (Wahy 1:9-


20)

B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat (Wahy 2:1-3:22)

II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah (Wahy 4:1-11:19)

A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga (Wahy 4:1-5:14)

1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona (Wahy


4:1-11)

2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak (Wahy 5:1-14)

B.Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai dan Tuj
uh Sangkakala (Wahy 6:1-11:19)

1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama (Wahy 6:1-17)SELINGAN PERTAMA:


Dua Kumpulan Orang,Banyak (Wahy 7:1-17)

2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh Sangkakala


(Wahy 8:1-6)

3. Enam Sangkakala yang Pertama (Wahy 8:7-9:21) SELINGAN KEDUA:


Gulungan Kitab Kecil (Wahy 10:1-11) Dua Orang Saksi (Wahy 11:1-14)

4. Sangkakala yang Ketujuh (Wahy 11:15-19)

III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis (Wahy 12:1-
22:5)

A. Perspektif mengenai Konflik Itu (Wahy 12:1-15:8)

1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi (Wahy 12:1-13:18)

a. Naga Besar (Wahy 12:1-17)


b. Binatang Laut (Wahy 13:1-10)

c. Binatang Bumi (Wahy 13:11-18)

2. DariPandangan Sorga (Wahy 14:1-20) SELINGAN KETIGA: Tujuh


Malaikat dengan Tujuh Malapetaka (Wahy 15:1-8)

B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu (Wahy 16:1-19:10)

1. Tujuh Cawan Murka Allah (Wahy 16:1-21)

2. Hukuman Atas Pelacur Besar (Wahy 17:1-18)

3. Jatuhnya Babel yang Besar (Wahy 18:1-24)

4. Sorak-Sorai di Sorga (Wahy 19:1-10)

C. Puncak Konflik Itu (Wahy 19:11-20:10)

1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus (Wahy 19:11-18)

2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya (Wahy 19:19-21)

3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan (Wahy 20:1-10)

D. Sesudah Konflik (Wahy 20:11-22:5)

1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar (Wahy 20:11-15)

2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar (Wahy 20:14-15; 21:8)

3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (Wahy 21:1-22:5) Epilog


(Wahy 22:6-21

KESIMPULAN
Kitab perjanjian baru ini tentabg latar belakang dan tentang ayat yang berkaitan
dengan ayat, ini dan atat yang berkaitang ini terdapat di setiap kitab ada dari roma
sampaai dengan wayuh setiap ayat ada ayat pendukung ayat tersebut dan Paulus
memiri pergi ke spanyor untuk memberitakan injir di spayor dan,kemudian dia
menginjiri di sana, dengan baik dan pada suatu hari dia kembari dari spanyor ke
Roma untuk memberitakan injir di Roma lagi dan kepada jemat di yahudi dan
kemudia mereka di jemat yahudi,dan yunani mereka takut karna Paulus,sangat
jahat dan Paulus pun membritakan kepada jemat, di yahudi dan di yunani dan
paulus memberitakan injir di Roma dan Paulus pun menginjir sampai kedua jemat
di yahudi dan yunani ini, mereka bertobat karna Paulus pun menginjiri dan yesus
berkata kepada Paulus kamu menpersiapkan diri ketika musiba apa pun akan km
angap atau nanti kamu adapi nanti,tapi rasul paulus.mengutuskan bahwa musibah
apa pun,dia akan adapi demi memberitakan injil kepada ke 13 kitab, dia relah
berkorban untuk jematnya dan ia menjalani hidupnya, untuk menginjili jematnya
sehinga ia pun berhasir mencetak 13 kitab dalam perjajian baru,tentan kitab-
kitabnya dan kita juga harus seperti rasul Paulus ini ketika kita mengadapi musiba,
apapun kita makai jejak rasul, Paulus ini kita menginjili seperti rasul Paulus ini kita
sudah ikuti jejak rasul Paulus ini kita akan menerima apa yang TUHAN YESUS
merikan kepada kita kita akan terima sebagai rasul Paulus ini

Hormat saya,

Mispan

Anda mungkin juga menyukai