hukum atau Torah. Orang Yahudi biasa menyebutnya ( ןיקךאwayyiqrā) yang artinya “dan
dia memanggil.”1 Kitab Imamat merupakan salah satu bagian kitab Taurat (Thora) yang
dipakai mengenai hukum-hukum. Dalam bahasa Yunani diisebut juga dengan nama
‘Pentateukh’, yang berarti lima jilid. Kumpulan kitab taurat terdiri dari kitab-kitab
Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,Ulangan. Secara umum para ahli teori sumber-
sumber menyatakan bahwa keseluruhan isi Pentateukh dibagi ke dalam dua bagian
istimewa yaitu: (1) Kitab Perjanjian dan (2) kitab hukum-hukum. Dalam hal ini Kitab
Dalam Pentateukh, dalam kanon Ibrani nama kitab ketiga ini didasarkan pada
pemunculan kata pertama dalam kitab ini, yaitu wayyigra (“dan Ia memanggil”). Pada
masa Talmud kitab ini disebut tôrat kohanim (Hukum Para Imam). Judul bahasa Inggris
“Leviticus” dipinjam dari versi Latin Vulgata “Leviticus”, yang diadopsi dari judul di
LXX “Leuitikon” (lit. “yang berhubungan dengan orang Lewi”).3 Pemberian judul di
LXX, Vulgata dan berbagai versi Inggris dalam taraf tertentu dapat dibenarkan, karena
kitab ini memang banyak berhubungan dengan hal-hal yang menyangkut keimaman,
sedangkan para imam memang berasal dari suku Lewi. Di sisi lain, judul ini dapat
dikatakan kurang tepat. Di samping kurang spesifik (lihat pembahasan di bawah ini),
istilah “Lewi” sendiri ternyata hanya muncul dalam satu bagian saja di dalam seluruh
Kitab Imamat (25:32-34). Judul “Kitab Imamat” dalam LAI:TB mengandung makna
1
R. K. Harrison, Leviticus: an Introduction and Commentary, (London: Interversity Press, 1980), hlm.13
2
D.C. Mulder, Pembimbing Ke dalam Perjanjian lama, (Jakarta: BPK Gunung mulia, 1970), hlm. 33
3
Edward J. Young, An Introduction to the Old Testament, (Grand Rapids: Eerdmans, 1964), hlm. 75;
Bnd. Roland K. Harrison, Introduction to the Old Testament, (Peabody: Prince Press, 1999), hlm. 589.
yang sedikit lebih spesifik. Tidak semua orang Lewi adalah imam. Orang-orang Lewi
memang melayani di tabernakel tetapi tidak semua dalam posisi sebagai imam (Bil 1:47-
54; 3:6-10). Para imam hanyalah mereka yang berasal dari keturunan Harun (Bil 28:1,
43). Dengan demikian judul LAI: TB sebenarnya lebih tepat, karena Kitab Imamat lebih
berkaitan dengan hal-hal keimaman saja, bukan dengan tugas tugas lain di tabernakel.
Ada berbagai argumen yang menyatakan tentang pengarang dan waktu penulisan
kitab Imamat. Tradisi kuno dan gereja mula-mula mempertahankan bahwa Musalah yang
menulis kelima isi buku pentateukh.4 Dan jika Musa sebagai penulis buku tersebut sudah
pasti tentu buku itu ditulis pada abad ke-13 sM. Ada empat alasan yang mendukung
tradisi kuno tersebut yang menyatakan bahwa Musalah penulis kitab ini, yaitu:5
4
Gary Damarest, Mastering The Old Testament, (London: World Publishing, 1982), hlm. 17
5
Gordon J. Wenham, The Book of Leviticus, (Michigan: Grand Rapids 1979), Hlm. 8-9.
biasanya menyatakan bahwa Tuhan sedang membawa Israel ke tanah kanaan,
tempat yang telah dijanjikan kepada mereka (Im. 14:34;18:3;23:10;25:2).
b. Alasan kedua, menyatakan tidak ada dalam Kitab Imamat yang tidak berasal
dari zaman Musa. Upacara agama dan sistem pengorbanan di daerah Timur
Tengah adalah bukti masa lampau sebelum zaman Musa.
c. Alasan ketiga, mengedepankan bahwa kitab Imamat tidak sesuai dengan
kebutuhan setelah zaman pembuangan. Sebagai contoh, walaupun Im. 18 dan 20
panjang lebar dengan peraturan tentang perkawinan, namun tidak ada peraturan
mengenai perkawinan campuran seperti yang terjadi pada zaman Ezra dan
Nehemiah (Ezr. 9-10; Neh. 13:23ff.)
d. Alasan keempat, menyatakan bahwa buku Yehezkiel berulang kali mengutip
teks dari Imamat (Misalnya: Im. 10:10//Yeh. 22:26; Im. 18:5//Yeh. 20:11; Im.
26//Yeh. 24). Hal ini tentu saja memberikan bukti bahwa kitab Imamat ditulis
pada zaman Musa. Hukum menjadi pengikat bangsa Israel oleh karena itu
mereka harus mengabadikan hukum sebagai perjanjian Tuhan dan umatNya.
Munculnya para ahli-ahli PL menolong untuk memahami bagaimana kitab-kitab
membutuhkan waktu yang sangat lama agar menjadi satu bagian dari PL. Untuk itulah
perlu untuk menguraikan kepenulisan kitab Imamat ini. Secara umum keseluruhan kitab
Imamat diakui berasal dari sumber Priest (P). Namun kebanyakan para ahli setuju pada
teori Klosterman yang menyatakan bahwa kitab Imamat berasal dari dua sumber. Sumber
tersebut adalah sumber H (Holiness Code) dan sumber P (Priestly Code). 6 Hukum
kekudusan (Holiness Code) terdapat dalam kitab Im. 17-26. Para penatua bahwa hukum
ini merupakan salah satu hukum yang paling tua diselesaikan pada masa pembuangan.
Hukum ini merupakan hukum resmi dan yang terpenting dalam tradisi Israel yang
6
Brevard S. Childs, Introduction to the Old Testament as Scripture, (Philadelpia: Fortress, 1979), hlm. 180
7
Otto Eissfeldt, The Old Testament an Introduction, (New York: Harper and Row, 1965), hlm. 233
ditulis pada abad ke-7 atau awal abad ke-6 sM. Isinya sangat mirip dengan kitab nabi
Yehezkiel. Oleh karena itu, bagian hokum ini diperkirakan pada permulaan zaman
pembuangan. Bagian hukum kekudusan ini kemudian diredaksi menjadi bagian dari kitab
Imamat setelah bagian ini digabungan dengan sumber P pada akhir masa pembuangan.
Driver8 juga setuju dengan pernyataan itu, bahwa sumber H sangat dekat dengan nabi
Yehezkiel. Hal ini dapat diketahui dari kitab Yehezkiel yang banyak mengutip hukum-
kehidupan karena perlu adanya pertobatan umat dan memperbaiki persekutuan hidup
keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari isinya yang merupakan rentetan sejarah dan hukum
sebagai karakteristik
Imamat pada dasarnya merupakan satu penuntun atau buku panduan mengenai kekudusan
penyembahan kudus dan kehidupan kudus sehingga dengan demikian mereka dapat
menikmati kehadiran dan berkat Allah (bnd. Im. 26:1-13). Berbagai hokum dan instruksi
yang diberikan adalah untuk mengubah mantan budak-budak Ibrani menjadi kerajaan
menguduskan dirimu dan haruslah kamu kudus, sebab Aku ini kudus…” (Im. 11:44-45).
Bagian pertama dari Imamat memuat garis besar tuntutan-tuntutan untuk menyembah
8
S.R. Driver, An Introduction to The Literature of the Old Testament, (Edinburgh: T & T Clark, 1982),
hlm. 45
9
Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas2004), hlm. 192
Yahweh (pasal 1-10), dan bagian kedua menetapkan bagaimana umat perjanjian Allah
kaitan antara kitab ini dengan kitab-kitab yang lain yang berdekatan sekaligus posisi kitab
ini dalam keseluruhan Pentateukh. Pertama, kaitan antara Kitab Imamat dengan Kitab
Keluaran dan Bilangan. Imamat 1:1 “TUHAN memanggil Musa dan berfirman
kepadanya dari dalam Kemah Pertemuan” secara eksplisit membuktikan bahwa kitab ini
merupakan kelanjutan dari bagian sebelumnya yang menerangkan bahwa Kemah Suci
telah didirikan dan Tuhan hadir di sana (Kel 40:34-38). Dari sanalah Tuhan lalu
memberikan semua peraturan yang dicatat dalam Kitab Imamat. Keterangan waktu di
Keluaran 40:17 dan Bilangan 1:1 mengindikasikan bahwa seluruh isi Kitab Imamat
diberikan Tuhan pada masa antara penyelesaian Kemah Suci dan sensus pertama. Kitab
ibadah dan keimaman, mulai dari Keluaran 25:1 sampai Bilangan 10:10. Kedua, posisi
dalam keseluruhan Pentateukh. Kitab Imamat memiliki posisi unik dalam keseluruhan
Pentateukh, karena kitab ini terletak di tengah-tengah Pentateukh. Posisi seperti ini
Pentateukh.11
Ide dari kekudusan adalah “dipisahkan dari” dan “dikhususkan untuk”. Bangsa
Israel telah dikuduskan dalam arti dipisahkan dari bangsa-bangsa lain (20:26). Tahun ke-
10
Ibid., Andrew E. Hill & John H. Walton, hlm, 192
11
See Nam Kim, Pentateuch, (Los Angeles: International Theological Seminary, 2000), hlm. 14
Kitab Imamat terutama berisi hukum. Kerangka sejarah untuk hukum-hukum ini
mengacu pada kehidupan Israel ketika bangsa itu menetap di Sinai. Kitab ini dapat dibagi
sebagai berikut:12
Dalam pembagian ini terlihat bahwa isi kitab Imamat terutama terdiri dari hukum-
hukum peribadatan. Pada saat yang sama, harus dicatat bahwa tujuannya adalah untuk
tidak ditulis oleh Musa karena kitab Imamat ditulis jauh sesudah zaman Musa. Kitab ini
berasal dari sumber Priest (P) yang ditulis pada akhir abad ke 6-5 BC oleh para imam. 13
sebab materi-materi yang ada berasal dari kalangan imam pada abad 6-5 BC. Imamat
supaya memperingati perayaan-perayaan, yaitu tahun Sabat dan Yobel. Perayaan tahun
Sabat dan Yobel sudah menjadi hukum yang mentradisi di masyarakat Israel. Tahun
Sabat dan Yobel menjadi peringatan kepada Allah yang telah membebaskan bangsa
Israel dari tanah perbudakan di Mesir. Oleh karena itu, setiap tindakan yang dilakukan
oleh bangsa Israel di dalam kehidupannya sehari-hari harus didasarkan pada imannya
12
W. H. Gispen, “Imamat, Kitab” dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I, J. D. Dougllas (peny),
YKBK/OMF, Jakarta 2002, hlm. 428-429
13
Otto Eissfeldt, Op.cit., hlm. 207
kepada Allah, yakni Allah yang membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Jadi tidak ada
alasan bangsa Israel untuk bersikap tidak peduli/menindas sesama karena mereka sama-
sama beriman kepada Allah, yakni Allah yang telah membawa bangsa Israel keluar dari
tanah perbudakan.
Pada tahun Sabat (Ibr. שבת, syabat = hari istirahat) tanah harus mendapat
perhentian artinya sesudah 6 tahun masa tanam,pemeliharaan dan panen, tanah dibiarkan
tidak ditanami selama 1 tahun. Tanaman yang tumbuh sendiri di ladang hanya
diperuntukkan bagi orang miskin dan sisanya bagi hewan. 14 Tahun Yobel, semua hutang-
hutang dinyatakan lunas, hak milik dikembalikan kepada pemilik aslinya dan orang
Ibrani yang menjadi budak akibat hutang dibebaskan. Isi tahun Yobel ialah kebebasan
h. Penghapusan utang
14
The Late D. Freeman, Sabat, , dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, J. D. Douglas (peny),
Jakarta 2002, YKBK/OMF, hlm.337.
15
Einar M. Sitompul, Gereja Menyikapi Perubahan, (Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2004), hlm. 145
Kehidupan Politik bangsa Israel di Pembuangan Babel akan lebih mudah dipahami jika
dilihat mulai dari runtuhnya kerajaan Yehuda. Raja yang berkuasa pada zaman itu adalah
Nebukadnezar, memerintah dari tahun 605-562 sM. Ia seorang raja yang terkenal, baik
dalam perkara kemiliteran maupun dalam berbagai usaha dalam negeri, yang paling
terkemuka di antaranya adalah memperindah kota Babel. Pada zaman tersebut Babel
menjadi pusat kekuasaan politik di seluruh daerah Mesopotamia. 16 Kerajaan Asyur telah
dibagi antara orang Babel dan sekutunya bangsa Media. Babel menerima lembah sungai
Tigris dan Eufrat dari garis yang tepat di Timur sungai Tigris dan semua Negara bagian
di barat sampai ke utara sejauh bagian Tenggara dari Asia Kecil. Kemudian
Media memerintah daerah sebelah Timur, Urartu, dan bagian sebelah Timur dari Asia
Kecil.17
menghancurkan Asyur dengan jalan menghentikan kemajuan tentara Mesir, yang hendak
terbunuh pada peperangan itu. Yosia digantikan oleh Yoahas, tetapi kemudian Firaun
Nekho dari Mesir yang sedang berkuasa menangkapnya. Yoyakim putra kedua Yosia
tunduk kepada Babel dengan membayar upeti, tetapi pada tahun 600, ia mulai menentang
kerajaan Babel dengan tidak membayar upeti. Hal ini dikarenakan Nebukadnezar masih
sibuk dengan urusan politik untuk menghempang kekuatan Asyur dan Mesir. Setelah
Yoyakim mati dan digantikan anaknya Yoyakhin (2 Raj. 24:8), yang kemudian terpaksa
menyerahkan kotanya 597 sM19. Nebukadnezar merampas istana dan bait suci Yerusalem
tetapi meninggalkan kedua tempat itu dalam keadaan utuh dan mengakibatkan Yoyakhin
juga dibawa20 ke Babel.21 Yoyakhin hidup sebagai seorang tahanan selama sisa
pemerintahan Nebukadnezar, kira-kira 35 tahun lamanya. Raja baru yang naik tahta
itu (2 Raja 25:27-30). Mereka diberi kebebasan untuk berusaha melalui perkebunan,
perdaganan bahkan membangun rumah sendiri. Yoyakhin terus dihormati sebagai raja
Yehuda, sekalipun masih dalam tahanan.22 Ketika Yoyakhin berstatus sebagai tawanan
pemerintahan Babel (Jer. 29:3) sebelum bergabung dengan kekuatan Mesir pada tahun
591 sM. Pada tahun 589 sM kira-kira tahun terakhir pemerintahan raja Psammtikhus II
dengan Mesir untuk melakukan pemberontakan terhadap Babel.24 Akan tetapi bantuan
tentara dari Mesir tidak sanggup untuk melawan tentara Babilonia, sehingga bangsa itu
19
Mengenai penanggalan jatuhnya Yehuda ada berbagai pendapat para ahli, John Bright menyatakan pada
tanggal 16 Maret 597, Lih. John Bright, A History of Israel, Westminster, Philadelphia: 1981, hlm. 327.
Robert B. Coote & Mary B. Coote, menyatakan pada tahun 598, Lih. Robert B. Coote & Mary P. Coote,
Kuasa Politik dan Proses Pembuatan Alkitab, BPK Gunung Mulia, Jakarta: 2004, hlm. 86
20
Berdasarkan 2 Raja-raja 24:14 bangsa Israel yang dibawa ke Babel adalah orang-orang yang memiliki
peran penting di Yehuda. Hanya masyarakat lemah yang tinggal atau tidak diangkut ke Yehuda.
Peristiwa ini sering disebut dengan pembuangan pertama sekitar tahun 596 SM.
21
John Bright, A History Of Israel,(Philadelphia: Westminster, 1981), hlm. 327
22
David F. Hinson, Sejarah Israel Pada Zaman Alkitabiah, (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001), hlm. 192
23
Zedekia mengadakan pertemuan anti-Babel di Yerusalem yang dihadiri delegasi-delegasi Edom, Moab,
Tirus, Sidon dan Amon, tetapi hanya Amon lah yang tinggal dengannya untuk memberontak. Lih. Robert
B. Coote & Mary P. Coote, Op.cit., hlm. 87
24
Peter R. Ackroyd, Exile and Restoration, (Philadelphia: Westminster, 1968), hlm. 18
terpaksa menanggung kekalahan (Yer. 37:7-9). Yerusalem kemudian berhasil direbut
tentara Babilonia setelah mengepungnya beberapa bulan lamanya (Januari 588) (2 Raj.
25:1; Yer. 52:4). Pada musim panas Juli 587 Nebukadnezar menangkap Zedika dibawa
ke Babel, semua anak laki-laki Zedekia dibuh (2 Raj. 25:6 ff; Yer. 52:9-11). Orang Babel
menjarah semua apa yang tertinggal di Yerusalem, selain itu istana dan bait suci
dihancurkan (Yer. 21:3-7).25 Jumlah mereka yang terbuang dipastikan tidak terlalu
banyak. Dalam Yer. 52:28-30 jumlah mereka dalam tiga periode pembuangan (tahun 597,
5877 dan 582 sM) berjumlah 4.600 jiwa. Jumlah hanya termasuk orang-orang dewasa
saja, kemungkinan jumlah total keseluruhan ditambah anak-anak, tiga atau empat kali
Gedalya28 menjadi Gubernur atas bangsa Yehuda. Gedalya berusaha untuk mendamaikan
bangsa itu (Yer. 40:7-12), dan mencoba untuk mengembalikan para petani untuk
mengerjakan pertanian (Yer. 40:10). Akan tetapi Israel dari keluarga kerajaan Daud
bekerjasama dengan raja Amon dan para pendukungnya untuk orang Mesir untuk
25
John Bright. Op.cit., hlm. 329-330
26
Ibid., hlm. 345
27
Keadaan Yehuda-Yerusalem kelihatan tidak berpenghuni setelah kehancurannya; hanya sejumlah orang
yang tetap tinggal di dalamnya (Lih. Rat. 1:4, 11; 5). Keadaan bangsa itu memprihatinkan sulit untuk
mendapatkan makanan (Rat. 2:11-12, 19); pemerkosaan wanita (Rat. 5:4); pembunuhan para imam dan
para nabi (Rat. 2:20); para pemimpin digantung dan tidak hormat kepada yang lebih tua (Rat. 5:12). Bnd.
Georg Fohrer, Introduction To The Old Testament, Abingdon, USA: 1968, hlm. 307-308
28
Gedalya adalah putra Ahikam, cucu Safan. Dia ditunjuk menjadi menteri kepala dan memerintah atas
Yehuda oleh Nebukadnezar II tahun 587 SM (2 Raj. 25:22). Bersama Yeremia ia dipercayakan mengurus
beberapa anak raja dan orang-orang Babel (Yer. 41:16; 43:6). Ia menjadikan Mizpah tempat tinggalnya,
dan kesitu Yeremia datang bergabung dengan dia (Yer. 40:6), juga beberapa pembesar dan masyarakat
yang lolos dari musuh. Mereka diberi perlindungan dengan syarat harus memelihara perdamaian (Yer.
40:7-12); Lih. Gedalya dalam J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Yayasan Bina
Komunikasi/OMF), 2002, hlm. 329
melarikan diri ke Amon dan sebagian lagi dari antara mereka melarikan diri ke Mesir
kebebasan bagi umat Yehuda. Ketidakstabilan itu berlangsung sangat cepat yang diawali
meninggalnya Nebukadnezar. Oleh karena itu bagi umat buangan, keadaan itu dianggap
sebagai permulaan dari keselamatan dan akhir masa pembuangan. Pandangan seperti itu
muncul karena tidak ada lagi penerus yang dapat menggantikan kepiawaian
waktu tujuh tahun. Bahkan mahkota kerajaan telah berpindah tangan selama tiga kali.30
Setelah itu mahkota kerajaan diambil oleh Nabu-na’id (Nabondius) yang berasal
perselisihan yang besar bagi bangsa Babel. Perselisihan tersebut terjadi oleh karena ia
penyembahan kepada dewa Bulan untuk penghapusan dosa dan penyembahan kepada
dewa Bulan sebagai kultus religi tertinggi untuk di Babel.31 Hal itu akhirnya
menimbulkan banyak permusuhan terutama dari kalangan imam Marduk karena mereka
tidak mendapat upah lagi sebagai imam. Melihat pemerintahan yang otoriter tersebut,
padang gurun Arab di bagian Timur-Tenggara dari Edom. Ketika Nabondius diasingkan
keagamaan.
ditambah ancaman dari negara luar juga semakin besar. Bangsa Babel memiliki musuh
yaitu bangsa Median yang dipimpin oleh Astyages (585-550). Dalam menghempang
kekuasaan Median, Babel meminta bantuan kepada raja Cyrus (Kores). Dibawah
pimpinan Kores akhirnya kerajaan Median dikalahkan. Setelah itu daerah kekuasaan
Kores menjadi luas, ia menguasai seluruh wilayah atas rute Mesopotamia, Syria Utara,
Cicilia, Lydia, semakin banyak wilayah Asia Kecil hingga Laut Aegean (Aegean Sea).
Ekspansi Kores tetap berlanjut hingga akhirnya Babel juga menjadi daerah
kekuasaannya. Sebelumnya dia menguasai Palestina dan Syria Selatan. Pada tahun 538,
pertama adalah mengeluarkan dekrit untuk pemulihan komunitas Yehuda dan Kultus di
Palestina. Di wilayah itu Kores tidak hanya memerintahkan untuk pembangunan kembali
bait suci, tetapi jua memberi ijin bagi umat Yehuda untuk kembali ke kampung halaman
mereka. Umat Yehuda juga diijinkan ke tempat kudus yang diambil oleh Nebukadnezar
(bnd. Ezr. 1:7-11). Bait suci kembali dibangun di bawah pimpinan Shesh-Bazzar
“pangeran Yehuda”, salah satu dari anggota istana kerajaan. Kemungkinan besar Shesh-
BAzzar adalah namayang sama dengan Shenazzar yang ditemukan di 1 Taw. 3:18, yaitu
anak Yoyakhin. Nama itu diambil dari beberapa nama di Babel yaitu Sin-ab-usur. Ijin
32
John Bright, Ibid, hlm. 360
yang diberikan Kores bagi Yehuda untuk kembali ke Palestina, memungkinkan mereka
untuk membangun kembali kultus tua yang ada di sana dan membangun istana kerajaan.33
mereka selama berada di Pembuangan (Yeh. 8:1; 14:1; 20:1 dst.) keadaan ini dapat
dilihat ketika raja Yoyakhin juga ikut terbuang ke Babel (597 sM), ia masih diakui
sebagai seorang raja diantara orang Yehuda selama 35 tahun. Setelah Nebukadnezar
meninggal pada tahun 562 sM, penggantinya Amel Marduk34 dengan kerendahan hatinya
mengangkat Yoyakhin dan memberi kedudukan yang bebas dalam kerajaan (2 Raj.
25:27-30). Hal itu bukan menunjukkan bahwa Yoyakhin diakui seutuhnya, atau
tanda persahabatan.35 Menurut pemberitaan nabi Yeremia (bnd. Yer. 29:5-7) pada saat
peristiwa pembuangan 597, pihak kerajaan Babel mengijinkan ekonomi yang bebas dan
perkembangan sosial di desa dekat Nippur dimana mereka ditempatkan. Hal ini
menunjukkan bahwa keadaan ekonomi bangsa Yehuda sebagai bangsa yang terbuang
kebebasan tersebut. Bangsa Yehuda sangat cepat dalam berinteraksi dan berbaur dengan
masyarkat dan cara hidup di Babel. Hal itu ternyata memberi keuntungan kepada orang-
33
John Bright, Ibid,, hlm. 361
34
Dalam Alkitab nama Amel Marduk tidak ada, tetapi disebut dengan Ewil Merodakh. Ia menggantikan
Ayahnya Nebukadnezar II pada tahun 562 SM. Menurut Yosefus dari Berosus, ia memerintah dengan
lalim dan bengis; namanya terdapat hanya dalam lempeng-lempeng administratif. Dia dibunuh kira-kira
pada tanggal 7-13 Agustus 560 SM dalam suatu persekongkolan yang dipimpin oleh iparnya, Neriglisar.
Lih. Ewil-Merodakh dalam D.J. Wiseman, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Yayasan Bina
Komunikasi/OMF, Jakarta: 2002, hlm. 297
35
Martin Noth, Op.cit., hlm. 282-283
orang yang dibuang untuk melanjutkan hidup di daerah jajahan. Bangsa Babel
pengadilan, tukang besi, dan lain-lain. Selain itu merek dapat mencari tempat tinggal
sendiri di kota. Sebagaimana kota Babel merupakan kota pusat perdagangan, orang-orang
Yehuda lebih banyak mengambil pekerjaan sebagai pedagang. Bangsa Yehuda tinggal
pembuangan. Itulah sebabnya ketika mereka diberi kebebasan oleh Kores untuk kembali
Yehuda walaupun mereka memiliki status sebagai orang yang terbuang. Itulah sebabnya
ekonomi cukup subur di kerajaan Babilonia yang baru. Bagi bangsaYehuda ada peluang
yang tak terbatas untuk setiap orang dalam mencoba usaha baru. Bangsa Babilonia juga
tidak pernah mencoba membuat usaha apapun untuk merintangi bangsa Yehuda dalam
bangsa Yehuda bisa hidup mapan dari pekerjaan mereka dan tidak sedikit diantaranya
menjadi kaya.38
36
W.O.E. Oesterley and Theodore H. Robinson, A History of Israel, (London: Oxford University, 1951),
hlm. 44
37
Georg Fohrer, Op.cit., hlm. 307-308, Lih. Juga S. Wismoady Wahono, Di sini Kutemukan, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2004), hlm. 245
38
R.K. Harrison, Old Testament Times, (Michigan:Grandrapids, 1984), hlm. 261. Lih. Juga John Bright,
Op.cit., hlm. 345-346
Pembuangan orang-orang Yehuda ke Babel (587 sM) mengakibatkan bangsa itu berada
dalam kelas sosial yang rendah yaitu menjadi orang asing bagi orang-orang Babel karena
perbedaan peradaban. Hal itu mengakibatkan terjadinya krisis dalam bidang keagamaan
bagi kelompok Yahweh. Ibadah persembahan korban tidak mungkin lagi dilakukan
terutama karena dewa Marduk39 seolah-olah menjadi lebih kuat daripada Yahweh.
Kebiasaan pada zaman itu adalah bangsa yang kalah menunjukkan kekalahan tuhannya.
Dengan demikian bangsa yang kalah wajib untuk menyembah dewa pemenang. Itulah
sebabnya orang-orang Israel yang ada di pembuangan tidak lagi setia kepada Yahweh.
sebagai tambahan pemujaah terhadap Yahweh (Yer. 14:1-14), ada juga ahli-ahli sihir
13:18).40 Selain itu ada beberapa pemujaan yang penting bagi agama Babilonia, yaitu:
pemujaan Ihstar (Yer. 7:18), pemujaan terhadap dewa Tamuz dan ibadah yang
berhubungan dengannya (Yeh. 8:9-18), dan pemujaan terhadap dewa Matahari (Yeh. 6:4-
6, 8:16, 5:11).41
Secara khusus sebagai raja dari pada dewa dan manusia, selalu diadakan
pemujaan besar-besaran setiap awal tahun baru yang dirayakan di luar kota kepada dewa
Marduk. Perayaan ini disebut dengan Festival Rumah Tahun BAru (New Year’s Festival
House) atau dalam bahasa Akkadi disebut dengan bit akitum. Pada masa perayaan ini
39
Tuhan Babilonia disebut dengan Marduk. Nama ini berasal dari kota Merodakh (Yes. 39:1). Marduk
merupakan jelmaan dari dewa Matahari. Itulah sebabnya Marduk dipercayai orang-orang Babel sebagai
Bel atau Tuhan (Yes. 46:1; Yer. 50:2; 51:44) dan juga sebagai raja dari para Dewa dari manusia. Martin
Noth, Op.cit., hlm. 292
40
Georg Fohrer, Op.cit., hlm. 307
41
W.O.E. Oesterley and Theodore H. Robinson, Op.cit., hlm. 57
selalu diceritakan ulang tentang Syair kepahlawanan Ciptaan Babilonia yang besar (The
Walaupun demikian, salah satu hal yang sangat penting bagi kehidupan bangsa
Israel dalam pembuangan adalah dituntut untuk tetap kudus. Mereka dituntut untuk tidak
terbawa arus agar tidak kehilangan identias mereka yang telah terpelihara lama yaitu
Babel merupakan penghakiman Yahweh atas bangsa Israel, sebab sebelum pembuangan
juga atau setelah kematian Yosia bangsa Israel banyak yang telah meninggalkan Yahweh
dan memuja dewa lain. Itulah sebabnya bangsa Israel mulai terbagi-bagi dalam beberapa
seperti yang pernah dilakukan di Yerusalem. Oleh karena itu mereka ingin menyembah
pohon atau batu seperti yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain, hal ini mungkin mereka
tiru dari kebiasaan bangsa Babel. Namun hal ini segera diprotes oleh nabi Yehezkiel
(Yeh. 20:32). Dengan demikian Penyembahan terhadap Yahweh masih tetap dipelihara
oleh sebagian orang-orang yang ada di pembuangan, walaupun mereka tidak dapat
untuk kemurnian sebagai suatu cara untuk mencapai kekudusan itu. Melalui penekanan
42
Martin Noth, Op.cit., hlm. 292
43
Georg Fohrer, Op.cit., hlm. 246
Oleh karena pengaruh nabi terjadi perkembangan di tengah-tengah mereka.
Keterpisahan dari kegiatan kultus di bait Allah Yerusalem mereka tanggapi melalui dua
kultus tradisional.
sederhana yang terdiri dari doa, nyanyian, dan ceramah. Sekolah ini dipengaruhi oleh
SEkolah Deutronomy oleh karena itu ibadah Synagoge sering diasumsikan sebagai
penafsiran historis saja. Melalui sekolah ini dicoba untuk menjelaskan kepada orang-
orang terbuang bahwa pembuangan terjadi adalah menurut kehendak Yahweh, semuanya
itu harus terjadi sebagaimana yang sesungguhnya telah dinyatakan sebelumnya, dan hal
yang penting dan terutama adalah untuk kembali kepada Yahweh sebab dengan jalan
itulah ada pengharapan. Dan hanya dengan demikianlah dapat diperoleh berkat dari
Yahweh, yang telah dimateraikan melalui sumpah pada awal sejarah Israel, yang
kesulitan telah terjadi di antara mereka; tetapi jika pada akhirnya mereka patuh, maka
akan ada pengharapan. Hukum telah ditetapkan; tidak dapat dirubah lagi dengan alasan
44
S. Wismoady Wahono, Op.cit., hlm. 246
45
Georg Fohrer, Op.cit., hlm. 311
Dalam pembelajaran, guru hukum berada pada garis paling depan (diutamakan).
Pengajaran seperti ini juga telah ada sejak pada tahun-tahun terakhir sebelum
penerapannya kepada berbagai kasus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga
membentuk ibadah untuk hari Sabat. Ketaatan merupakan hal yang paling utama dalam
ibadah; untuk memelihara hari Sabat sebagai hari yang kudus, oleh karena itu menjadi
kehidupan bangsa Yehuda. Hukum ini kemudian disebut dengan Hukum Kekudusan 47
(terdapat dalam Im. 17-26). Rumusan dasar sebagai ciri khas hukum ini adalah
pengulangan kalimat, “Kuduslah kamu, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, kudus” (dengan
sedikit variasi). Sebagai inti dari Hukum ini adalah untuk saling mengasihi sesamanya
(Im. 19:18). Dengan demikian membantu yang lemah dan yang tertindas. Hukum itu
18 Pergaulan/Perhubungan Seksual
prinsip tingkah laku bangsa Israel. Hal ini jua mengangkat status hidup bangsa Israel
lebih optimal. Hukum Kekudusan ini dipegang sebagai jalan untuk tetap kudus dalam
peribadahan dan kehidupan moral. Karakteristik dari hukum ini dinyatakan dalam
periode padang pasir ketika zaman sebagai pengembara, yang mencerminkan kedaaan
tinggal di luar Palestina dan berharap untuk memiliki kependudukan yang baru (memilih
wilayah teritorial). Sebagai tambahan, setiap hukum dinyatakan kepada seseorang harus
melalui Musa sebagaimana ia menjadi mediator di gunung Sinai, sehingga figur Musa
untuk selanjutnya menjadi pemberi hukum; oleh karena itu dipakai otoritas Musa bagi
tiap-tiap hukum.
kehidupan namun yang menjadi intinya adalah pergerakan dalam ibdaha, sebab selam
hukum etis diterima sebagai bagian dari ibadah/upacara agama, maka akan dapat
mempengaruhi kehidupan keagamaan dalam pembuangan. Hal itu berarti hidup dapat
dijaga di dalam batas hukum yang sempit, tetapi berpengaruh besar. Penentunya adalah
tindakan keluar yang benar, yang harus dilakukan dalam suatu orientasi yang sesuai
dengan hukum dengan demikian manusia hidup tulus dan saleh melakukan/memenuhi
dibandingkan sebelumnya. Dengan demikian ada beberapa tradisi keagamaan yang masih
a. Sunat
Tanah perjanjian telah hilang dari tengah-tengah bangsa Yehuda. Oleh karena itu,
Sunat menjadi suatu upacara penting bagi bangsa Israel sebagai tanda mereka berbeda
dengan orang-orang Babel yang tidak mengenal praktek sunat. Sunat juga berarti
b. Berpuasa
Selain itu, ibadah lain yang dipraktekkan adalah berpuasa dan tidak mabuk-mabukan
demi menghormati Yahweh. Hal inilah yang menjadi upacara terpenting dalam
ibadah pada upacara ratapan yang dilakukan di pembuangan Babel. Ketaatan terhadap
Bait Allah tidak ada lagi untuk mempersatukan dan tempat memuja Yahweh. Dengan
demikian ada tradisi sabat sangat perlu untuk menyembah Yahweh. Ketaatan
merayakan sabat adalah salah satu perintah utama dasa titah dari zaman Musa.
memelihara Hari Sabat sebagai hari yang kudus, oleh karena itu sabat merupakan
suatu kewajiban yang harus dipatuhi. Demikian juga mengenai tahun Yobel (tahun
49
Georg Fohrer, Ibid., hlm. 314. Lih. Juga David F. Hinson, Op.cit., hlm. 201. Lih. Juga John G.
Gammie, Holliness in Israel, )Mineapolis:Fortress, 1989), hlm. 20
d. Mazmur-mazmur
dinyanyikan pada waktu ibadah. Selain itu mazmur juga berguna untuk menghibur,
e. Hukum-hukum Allah
karena itu selama di pembuangan hukum-hukum menjadi penting sekali bagi mereka.
Upacara dan ibadah tertentu diterima lebih peka selama di pembuangan dibanding
Yahweh karena sebelumnya Yehuda miliki status yang tinggi dan intim kepada Yahweh.
Dalam pembuangan ada unsur penting yang menentukan keadaan Yehuda, yaitu mereka
tetap percaya pada Yahweh; berpengharapan (kiranya sebagian besar dari mereka
pemenangnya (Yahweh). Itulah sebabnya selama periode itu pikiran Israel adalah mereka
telah dikirim untuk semua bangsa untuk menyatakan kekuatan Yahweh, dengan demikian