Anda di halaman 1dari 10

Dekalog

Dekalog [haag]
DEKALOG. (Bhs. Yun.: Deka = 10, logos = sabda). Di kalangan penulis kristen (muncul pertama kali pada Klemens dari Aleksandria) ~D menjadi sebutan yang lazim dipakai untuk apa yang diungkapkan dalam sepuluh perintah seperti yang termaktub dalam Kel 20:2-17; Ul 5:7-21 (bdk.: ungkapan "kesepuluh sabda" Kel 34:28; Ul 4:13; 10:4). 1. (I) BENTUK. Kedua redaksi Kel 20:2-17 dan Ul 5:7-21 pada dasarnya sesuai satu sama lain. Perbedaannya terutama ditemukan pada tambahan-tambahan di dalam perintah 2,3,4,5 dan 10, sedangkan perintah 1,6,7,8 dan 9 merupakan perintah singkat. Bukan hanya ungkapan kata-katanya tidak sama, melainkan pula gaya bahasa (dalam bentuk --> deuteronomis) maupun latar-belakang kebudayaannya (Mis.: Dalam hukum sabat: "orang asing di dalam pintumu") membuktikan bahwa penjelasan itu merupakan sebuah tambahan dari waktu kemudian. Tambahan itu berasal dari pewartaan yang dibuat secara teratur, demikian pula dari keterangan ~D di masyarakat, terutama dalam upacara kebaktian. Meskipun demikian pandangan bahwa dengan memisahkan penjelasan tambahan lalu dapat dibentuk kembali "~D-aseli" dari Musa harus disisihkan. Bagaimana bentuk ~D yang asli itu? Hanya sedikit saja yang dapat dikatakan pasti. Kita tidak mempunyai kepastian, apakah di situ sudah ada persoalan tentang ~D; artinya, sebuah susunan dari sepuluh hukum itu? Tempat-tempat yang menyinggung soal "sepuluh sabda" (bdk di atas) termasuk naskah muda. Meskipun demikian sejak zaman kuno sudah ada kebiasaan mengungkapkan sebuah kesatuan menyeluruh dalam jumlah sepuluh. Kebiasaan tersebut dipakai untuk menghadapi daya-tangkap rakyat sederhana (10 jari). Pada pokoknya dapat diterima, bahwa semua hukum adalah singkat pada permulaannya dan merupakan perintah yang mudah dihafalkan. Apakah semua peraturan itu semula diungkapkan secara negatip? Beberapa eksegit berpendapat, bahwa dulunya memang begitu. 2. (II) PERNILAIAN. Menurut tradisi biblis, Musa mengumumkan ~D kepada rakyat dalam upacara pengukuhan perjanjian di Sinai (Kel 24:3-8). Pandangan itu menunjukkan kenyataan, bahwa bangsa Isr. selalu melihat ~D sebagai tak terpisahkan dengan --> Perjanjian. Kita tahu (terutama dari kerajaan Het dengan bangsa-bangsa vasal), bahwa perjanjian di daerah Timur-tengah waktu itu dikukuhkan dengan penyerahan dan penerimaan sebuah dokumen perjanjian, ~D berlaku bagi bangsa Isr. sebagai pernyataan perjanjian Sinai. Perjanjian dikukuhkan "dengan berdasarkan pada semua kata-kata itu" (Kel 24:8). ~D juga disebut "kitab perjanjian" (Kel 24:7) atau "kata-kata perjanjian" (Kel 34:28; Yer 11:6) dan loh-loh batu yang ditulisi ~D disebut "loh-loh perjanjian" (Ul 31:9,25-26; Yos 3:3 dan seterusnya; Yer 3:16 dbtl.). Oleh sebab itu para Nabi selalu memandang pelanggaran ~D sebagai pelanggaran perjanjian (Yer 11:6-8 dbtl). Dari pengertian ~D sebagai naskah perjanjian, jelaslah sudah, mengapa bentuk ungkapan hukum itu dibuat secara negatip. ~D hanya bermaksud membuat pagar. Orang yang melampaui pagar itu berarti meninggalkan batas-batas perjanjian. Setiap pelanggaran ~D di Isr. purba dikenakan hukuman mati. ~D adalah sebuah kerangka hukum dan bukannya singkatan dari kesusilaan PL. ~D tidak menentukan soal tuntutan maksimal, melainkan

masalah tuntutan minimal yang dapat dipenuhi setiap orang. Ajaran kesusilaan PL tidak bersandar pada tuntutan tersebut, melainkan pada tuntutan kewajiban-kewajiban positip dari kesusilaan seperti yang ditentukan dalam karya hukum yang kuno maupun yang muda serta yang ditentukan oleh para Nabi (bdk. mis.: Kel 23:4-5; Ul 24:19-21; Im 19:18; Yes 58:6-7). Sebenarnya ~D berdiri sebagai pusat kesalehan. Hal ini dibuktikan dari peristiwa, bahwa bangsa Yahudi pada zaman biblis mengikut-sertakan ~D dalam doa Syema Israel dan mengenakannya di dalam --> sabuk-sabuk doa. 3. (III) ~D DI DALAM PB. Dari satu pihak Yesus berdiri tanpa sarat di belakang ~D (Mark 10:17-19 dsj). Di dalam PB selalu ditulis bagian kedua dari ~D. Pembatasan ini menunjukkan adanya tekanan nilai yang lebih tajam atas kewajiban-kewajiban terhadap sesama. Di dalam kotbahnya boleh dinyatakan, bahwa Yesus membongkar sama sekali di depan para pendengar Yahudi akan menyelinapnya sebuah arti yang lebih mendalam pada perintah-perintah ~D (Mat 5:21-22,27-28). Meskipun sudah dipertajam begitu, tetapi PB menerangkan dengan jelas sekali, bahwa ~D hanya merupakan sebuah kerangka hukum. Hal itu bukan hanya berlaku pada waktu lampau bagi bangsa Yahudi, melainkan lebih berlaku lagi bagi seorang pengikut Kristus. Yesus juga memberitahukan, bahwa pedoman kesusilaan kristen yang menentukan adalah kasih (Rom 13:8-10; Yoh 13:34)

Pentateukh
Pentateukh [haag]
Pentateukh. 1. (I) CORAK PENTATEUKH. Kelima bagian dari hukum Yahudi (:Taurat), (-->) Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan yang membentuk sebuah kesatuan. Tradisi menyebut --> Musa sebagai penyusun karya sastra itu. Kata Yunani "Pentateukhos" berarti: Kitab "berisi lima kotak" (artinya: dibagi atas lima kotak, sebab terdiri dari lima buah gulungan). Campuran cerita dan hukum merupakan corak yang paling menyolok dari ~P. Hampir seluruh bagian kedua Kitab Kel memuat naskah-naskah yang berkaitan dengan jenis hukum. Cerita dan hukum diarahkan pada pembentukan umat Allah, pada wahyu perintah-perintah illahi yang harus menjamin kehidupan bangsa Allah (Ul 6:24). Corak susunan sastra ~P itu campuran sekali: Loncatan yang sukar dimengerti (Kej 20:1; Kel 20:1), tinjauan kembali serta ulangan-ulangan (Kej 2:4; 5:1) kelihatan seketika. Pengulangannya tidak terjadi tanpa perbedaan (Kej 12:1-20; 20:1-18; 26:1-35). 2. (II). KRITIK PENTATEUKH. 1. (1) Sejarah. Pada abad 16 dimulailah pekerjaan kritik itu. R. Simon 2. (1679) mulai melancarkan kritik, sehingga menyoloklah metode-metode yang sebenarnya: Mencari naskah-naskah, melakukan analisa naskah per bagian antara lain Simon berpandangan bahwa ~P di dalam keseluruhannya tidak mungkin ditulis sendiri oleh Musa. Lambat-laun orang temukan, arti dan sebabnya tidak ada nama (Tuhan) YAHWE pada Kej 1:1-31. Juga soal perbedaan sastra antara Kej 1:1-31 dan Kej 2:1-3:24. Bagian dengan sebutan Yahwe di satu pihak dan

dengan sebutan Elohim di lain pihak membentuk sebuah kesatuan tersendiri di dalam ~P (: teori tentang dokumen-dokumen). Kelompok lain menganggap ~P sebagai sebuah kumpulan dari berbagai fragmen (J.S. Vater 1802). Sebaliknya para pengikut teori penyempurnaan (H. Ewald) mempertahankan kesatuan ~P kembali dan membedakan adanya sebuah tulisan yang elohistis. Akhirnya seorang penulis Yehowis mengadakan tambahan-tambahan penyempurnaan yang lebih muda. Teori tentang dokumen-dokumen memperoleh angin baru dengan membedakan Elohis yang pertama sebagai tulisan dasar Elohis, kemudian ada tulisan Elohis yang kedua, tulisan Yehowis dan tulisan Ulangan (Hupfeld, 1853). J. Wellhausen pada tahun 1876 menuangkan hipotesa tentang sumber-sumber ~P dalam sebuah bentuk yang klasik: Yang dulu disebut tulisan dasar Elohis disebutnya kodeks Imamat (: sumber ~P) dan dipandang sebagai sumber yang termuda. Kitab Ulangan (sumber D) berasal dari abad 7. Sumber ketiga adalah sumber Yehowis: sebuah campuran dari kedua sumber yang termuda: Yahwis (sumber Y) (abad 9 di kerajaan Selatan) dan Elohis (sumber E) (abad 8 di kerajaan Utara). 3. (2) Sanggahan. Dengan pembuatan skema yang konsekwen mengenai perkembangan rokhani Isr., maka banyak orang yang memperoleh kesan, bahwa sistim Ellhausen menunjukkan titik-tolak pegangan untuk meniadakan sifat ataskodrati pada sejarah Alkitab. Dari kalangan pihak Katolik, maka pimpinan pengajaran gereja mengadakan reaksi. Di kalangan orang-orang pietis di luar Gereja Katolik timbul lawan-lawan untuk hipotesa itu. 4. (3) Perkembangan. Di samping pengujian hasil-hasil kritik sastra juga ditempuh jalan-jalan baru. Sejarah agama semakin kuat diikut-sertakan. Arkheologi Palestina (penting bagi Pentateukh adalah --> Kodeks [-->) Hamurapi, Undangundang bangsa Het dan Asyur) dan penyelidikan atas jenis-jenis sastra (-- kritik bentuk) memberi titik-titik tolak baru. Kini jelaslah jadinya, bahwa pada Kitab ~P orang menghadapi sebuah perkembangan harmonis, yang mau tidak mau timbul dari tuntutan-tuntutan sosial berbagai tahap waktu kebudayaan yang harus dilintasi oleh bangsa Isr. Agama tidak lagi hanya dipandang sebagai sebuah skema perkembangan kosong bagi eksegese ~P. Itulah sebabnya Gereja Katolik secara pelan-pelan membuka kembali sikapnya yang semula telah tertutup itu (--> "Divino afflante Spiritu", 1943; Komisi Alkitab dalam sepucuk suratnya kepada Kard. Suhard, 1948). Berbagai hasil kritik sastra dari waktu lalu kini mulai dipersoalkan kembali. Misalnya dipersoalkan kembali akan waktu timbulnya Kitab Ulangan. Sekolah Skandinavia telah lebih kuat usahanya menekankan soal tradisi lisan, tetapi kritik sastra juga tetap penting. Y. Pedersen menekankan dan M. Noth mengartikan inti pokok ~P sebagai sebuah cerita di dalam ibadat, yang mengingatkan kembali pada pesta-pesta utama Isr., bagaimana mereka tertekan di Mesir dan kemudian bagaimana mereka dibebaskan. Menurut pandangan G.v. Rad, theologi melepaskan cerita-cerita itu dari ibadat dan memperkembangkannya menjadi sebuah kesaksian atas penyelenggaraan yang dilakukan Allah di dalam sejarah. Hal itu terjadi di dalam tulisan sumber Y. Orang telah berusaha menempatkan sumber-sumber Pentateukh di dalam hidup sosial maupun hidup sejarah bangsa Isr.: Sumber Y pasti dihubungkan dengan cerita soal penggantian takhta Daud (2Sam 13:1-39 dst.) dan menyangkut soal-soal pada zaman Salomo,

sehingga nampak maksud-maksudnya, yaitu hendak menyatakan pengesahan Salomo dan kenisah yang dibangunnya. Hanya janji-janji kepada para nenekmoyang serta pembebasan Isr. yang dilakukan oleh Musa menjamin keselamatan bangsa dari pihak Tuhan. Sumber E lebih jauh terpisah dari ideologi Monarki (: sebab berhubungan dengan gerakan para nabi). Keselamatan bangsa dan jaminan illahi dimasukkan dalam bentuk sebuah perjanjian -- Elemen dasar dari Kitab Ul, maupun sumber E berasal dari kerajaan Utara. Kitab-kitab para raja bergantung pada Kitab Ulangan dan tertuju pada Bait Kudus Daud di Yerusalem. Penyusunan pertama nampaknya berasal dari para imam Lewi di kerajaan Utara, yang lari ke istana raja Hizkia. Kodeks imamat (: sumber ~P) mempertahankan jabatan keselamatan oleh para imam. Uraian sejarahnya secara skematis menunjukkan masalah institusi-institusi suatu umat Isr., yang di tengah para bangsa kafir tetap setia pada imam para nenek-moyangnya dan mengharapkan sebuah eksodus (: keluaran) baru. Pada zaman setelah pembuangan kodeks Imamat (: sumber ~P) masih disempurnakan dengan tambahan-tambahan yang terutama memuat soalsoal liturgi. Dengan demikian, maka akhirnya ditemukanlah penutupan naskah dasar dari agama Isr. Yahudi, yang diawali -- dalam bentuk yang bagaimanapun -, dengan Musa. Sejarah sastranya menjangkau lebih-kurang seribu tahun. Makna Tradisi Sekaten Jun 30, '08 10:31 AM untuk

3. Menyingkap Makna Tradisi Sekaten Dari Masa Ke Masa 4. SEKATEN: TONTONAN DAN TUNTUNAN 5. 6. POSMO-Rabu, 19 Maret, malam nanti, Gamelan Sekaten yang sudah seminggu berada di pagongan lor (utara) dan kidhul (selatan) Masjid Agung Yogyakarta, akan kembali diarak masuk ke peraduannya. Pada siang selanjutnya, puncak acara sekaten, Grebeg Mulud, akan dilangsungkan. Perburuan berkah pun bakal kembali terjadi. 7. 8. Perihal berkah mistis yang bisa diperoleh dari sebuah laku, dalam khasanah budaya spiritual Jawa sudah mentradisi sejak zaman pra-Hindhu. Laku ini semakin menemukan bentuknya, ketika raja-raja Hindhu berkuasa di jagat ini. Berbagai laku menyatu dan mengkristal dengan adat tradisi Hindhu, sebagaimana tampak pada penggunaan sejumlah sesaji. Dalam hal sesaji, sekiranya agama Hindhu adalah masternya. 9. Bila kita hendak menyebut angka tahun, permulaan zaman itu menurut DR Franz Magnis Susesno, Jr, terjadi pada sekitar abad VIII. Sanjaya adalah raja Hindhu pertama yang berkuasa di Mataram-Jawa Tengah. Ini didasarkan pada bukti sejarah berupa peninggalan

candi-candi Siwais di dataran tinggi Dieng. Namun terkait perburuan berkah dalam tradisi sekaten, cikal-bakalnya baru tampak pada abad-abad sesudahnya, yakni pada zaman Majapahit di Jawa Timur. Cikal-bakal tradisi sekaten itu adalah Upacara Srada. 10. Penelitian sejarah sekaten yang dilakukan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1991-1992, menyebutkan, Upacara Srada merupakan ritus keagamaan umat Hindhu yang diadakan oleh raja, untuk mengenang dan memuja arwah leluhur atau rajaraja Hindhu yang telah wafat. Ritual itu diadakan di candi-candi. Namun, sejak pemerintahan Prabu Hayam Wuruk di tahun 1350-1389 M, Upacara Srada diadakan di tengah kota. Diawali sejak peringatan wafat Ibu Suri Baginda Sri Wisnu Wardhani. 11. Ritual Srada terdiri dari dua tahap, Aswameda dan Asmaradana. Tahap Aswameda diadakan selama 6 hari, berupa ritual doa-doa serta nyanyian pujian disertai tetabuhan, yang mengandung arti memuja arwah leluhur, permohonan berkat dan perlindungan. Tahap Asmaradana diselenggarakan pada hari ke-7 sebagai penutup. Pada tahap kedua ini, dilakukan semedi atau mengheningkan cipta. 12. 13. Srada Di Zaman Brawijaya V 14. Upacara Srada yang berintikan pada ritus religius umat Hindhu, pada zaman pemerintahan Prabu Brawijaya V, dimeriahkan dengan keramaian yang lebih besar. Seluruh kerajaan bawahan diwajibkan menyumbangkan tontonan atau pertunjukan. Maka, Upacara Srada itu semakin heboh dan menjadi tradisi besar yang mengundang banyak pengunjung. Tradisi itu lalu populer dengan sebutan Pasadran Agung. 15. Prabu Brawijaya V memiliki sebuah perangkat gamelan berupa Gong yang sangat terkenal karena tuah dan kekeramatannya, bergelar Kiai Sekar Delima. Pada setiap hajatan Pasadran Agung, Gong itu dibunyikan. Dipercaya, Gong Kiai Sekar Delima mampu memberikan berkah kententraman bagi siapa pun yang mendengarkan alunannya dengan khidmat. Gong tersebut merupakan maskawin puteri Cempa. 16. Pakar sejarah dan kebudayaan kuno, DR Purwadi MHum menyebut puteri Cempa menikah dengan Prabu Brawijaya V ketika raja pamungkas di Majapahit itu masih menjadi putra mahkota. Sebagai maskawinnya, puteri Cempa yang berasal dari negeri Cempa di daratan China, memberikan maskawin berupa Gong Kiai Sekar Delima dan

Kereta Kuda tertutup yang diberi nama Kiai Bale Lumur, serta Pedati Sapi yang diberi nama Kiai Jebat Betri. 17. Sementara di abad-abad terakhir kejayaan Majapahit itu, kadipaten Demak Bintoro membuat tradisi keramaian yang serupa, namun dengan inti peringatan yang berbeda, yakni peringatan kelahiran (Maulud) Nabi Besar Muhammad SAW. Sunan Kalijaga yang dikenal lihai dan waskita dalam segala ilmu, sengaja tidak menggunakan rebana, melainkan gamelan. Ini dilakukan demi kepentingan syiar atau dakwah agamanya. Gamelan yang dibuat oleh Sunan Bonang itu diberi nama Kiai Sekati. Konon, nama ini merupakan hasil evolusi panjang dari kata syahadat atau syahadatain, yang kini kemudian menjadi kata sekaten. 18. 19. Sekaten Di Masa Peralihan Majapahit-Demak 20. Keramaian jelang Maulud Nabi Muhammad SAW di Demak Bintoro, bermula dari pertemuan rutin para Wali pada setiap tanggal 6-12 bulan Rabiullawal atau selama 7 hari. Pada hari terakhir pertemuan, diadakan keramaian untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW. Lama pertemuan para Wali inilah yang hingga kini diuri-uri dengan tetap mengadakan sekaten selama 7 hari, terhitung sejak keluar hingga masuknya kembali Gamelan Sekaten dari dan ke Kraton (Jogja dan Solo). Adapun pasar malam sekaten yang diadakan selama satu bulan lebih, adalah keramaian yang diadakakan guna memeriahkan ritus religius itu. 21. Karena perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW di zaman itu diadakan di masjid Demak, para pengunjung yang datang diwajibkan membaca kalimat Syahadat. Maka, keramian itu kemudian terkenal dengan syahadatan atau syahadatein, yang kini lalu menjadi kata sekaten. 22. Sementara itu, keramaian dan dominasi Demak Bintoro yang didukung oleh para Wali sakti dan waskita, membuat Prabu Brawijaya V bersedih. Selama 12 hari Brawijaya V bersemedi, memohon kepada para Dewa agar diberi keselamatan. Para ahli gendhing kraton Majapahit menciptakan tembang baru untuk menghibur Prabu Brawijaya V. Namun, tembang baru itu terdengar seperti suara Kinjeng Tangis. Sang Prabu pun justru semakin sedih. Tetabuhan gamalen yang membuat Sang Prabu kian sesek ati atau sesak hati, kemudian juga diartikan sebagai asal kata sekaten.

23. Ketika Kerajaan Majapahit akhirnya benar-benar runtuh, seluruh harta kekayaan termasuk Gong Kiai Sekar Delima menjadi milik Demak Bintoro. Dengan demikian gamelan menjadi dua, Kiai Sekati dan Kiai Sekar Delima. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga, Gong Kiai Sekar Delima diubah namanya menjadi Nyai Sekati. Dua gamelan ini kemudian dikenal sebagai Gamelan Sekaten yang harus selalu sepasang. 24. 25. Sekaten Era Sekarang 26. Kini, setelah ratusan abad berlalu, tradisi sekaten masih tetap diuri-uri oleh kedua kerajaan pewaris kejayaan Islam di masa lalu: Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta. Sentuhan zaman modern merubah wajah penampilan tradisi sekaten, meski tak sampai merombak inti perayaannya. Namun seperti disayangkan oleh banyak pihak, sekaten di Jogjakarta pada tahun tahun lalu lebih dominan aspek bisnisnya. Ini diakui oleh Herry Zudianto, Walikota Jogjakarta. 27. Karena itu, menurutnya, sekaten tahun ini dikembalikan pada fungsinya semula, yakni dengan menekankan fungsi dakwah. Ini disampaikan kepada wartawan, usai upacara Wilujengan Ageng Pemancangan Pathok Pertama Perayaan Pasar Malam Sekaten, 10 Januari, lalu. Sedangkan secara resmi, sekaten dibuka pada 8 Februari dan akan berakhir pada 20 Maret ini. 28. Benarkah tradisi sekaten tahun ini telah dikembalikan pada fungsinya semula sebagai media dakwah agama Islam, sebagaimana dulu dilakukan oleh para Wali? Drs. H.M. Basis, MBA, spiritualis di Jogjakarta mengatakan, dari tahun ke tahun, sekaten hanya untuk tontonan, bukan tuntunan. Sekaten belum berfungsi sebagai forum yang mengutamakan aspek dakwah (Islam), melainkan hanya perayaan, hiburan dan pasar malam. Kita bisa mengatakan, kadar dakwahnya tak lebih dari 15% saja, ujarnya kepada Posmo, belum lama ini. 29. Oleh karena itu, lanjut HM Basis, berbagai pihak, antara lain pemkot Jogjakarta, Dinas Pariwisata, Depag, lembaga-lembaga dakwah, pekerja-pekerja seni-budaya dan berbagai pihak terkait lain, harus memikirkan solusi untuk menempatkan sekaten pada fungsi historisnya secara proporsional sebagai media dakwah (Islam). 30. Untuk itu, ke depan, porsi yang dihidangkan dalam sekaten harus direstrukturisasi dan direvitalisasi. Menu hiburan pasar malam atau bisnis dan sebagainya jangan dihilangkan.

Hanya porsi atau menu dakwah yang harus dibuat lebih variatif. Ini mudah dilakukan, bila pemkot Jogjakarta dan pemda DIY memang memiliki good will, pungkasnya. KOKO T. 31. BEDA KATOLIK DAN PROTESTAN 32. Category: 33. Common Interest - Religion & Spirituality 34. Description: 35. Protestan adalah sebuah mazhab dalam agama Kristen. Mazhab atau denominasi ini muncul setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalil nya. Kata Protestan sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas Gereja Katolik. Pada kenyataannya, gerakan Reformasi (Pembaruan) yang dilakukan Martin Luther bukanlah yang pertama kali terjadi di kalangan Gereja Katolik, sebab sebelumnya sudah ada gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi di Prancis yang dipimpin oleh Peter Waldo (dan kini para pengikutnya tergabung dalam Gereja Waldensis) pada pertengahan abad ke-12, dan di Bohemia (kini termasuk Ceko) di bawah pimpinan Yohanes Hus (1369-1415). Gereja Waldensis banyak terdapat di Italia dan negara-negara yang mempunyai banyak imigran dari Italia, seperti Uruguay. Sementara para pengikut Yohanes Hus di Bohemia kemudian bergabung dengan Gereja Calvinis. Ada beberapa perbedaan mendasar antara Gereja Katolik dengan Protestan : 1. Dalam hubungannya dengan penafsiran Kitab Suci, Protestan menganut paham 'sola scriptura' yang artinya 'hanya Kitab Suci', sementara Gereja Katolik selain menganut 'sola scriptura' juga menganut 'sola gratia' yang artinya 'hanya rahmat'. Jadi dalam Protestan setiap orang berhak menafsirkan Kitab Suci sesuai dengan pemahamannya sendiri, sedangkan dalam Gereja Katolik Kitab Suci hanya dapat ditafsirkan secara resmi oleh orang-orang yang mendapat 'rahmat' untuk itu (pertama dari Bapa Paus, diturunkan pada Kardinal, Uskup, Pastur, dst). Maka dari itu untuk membedakan buku terbitan Protestan dan Katolik, dapat dilihat apakah ada tulisan 'Nihil Obstat' dan 'Imprimatur'. Kalau ada berarti buku itu adalah terbitan Katolik yang telah disahkan kebenarannya oleh yang berwenang. 2. Gereja Katolik didirikan di atas dasar 'PETRUS', batu karang yang teguh, sebagaimana tertulis dalam kitab Matius 16:18 Dan Akupun berkata kepadamu: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." Maka dari itu dalam Gereja Katolik ada Bapa Paus, sebagai penerus dari St. Petrus. Sedangkan Gereja Protestan menyatakan bahwa gereja didirikan di atas dasar Kristus sendiri. 3. Dalam Gereja Protestan setahu saya hanya ada dua sakramen yakni sakramen Baptis dan sakramen Pernikahan. Sedangkan dalam Gereja Katolik seperti yang kita ketahui ada tujuh sakramen, antara lain sakramen Baptis, Krisma, Tobat, Ekaristi, Imamat, Pernikahan, dan sakramen Pengurapan Orang Sakit. 4. Gereja Katolik merupakan persekutuan para kudus, sehingga umat dapat berdevosi

kepada para santa/santo, asalkan devosi itu pada akhirnya tetap mengantarkan umat kepada Allah Tritunggal sendiri. Gereja Protestan menolak ajaran ini. 5. Dalam Gereja Protestan, satu-satunya sumber kebenaran adalah Kitab Suci, sedangkan Gereja Katolik juga mengakui Tradisi Suci sebagai sumber kebenaran di samping Kitab Suci sendiri. 6. Salib pada Gereja Protestan tidak ada Corpus Christi/Tubuh Kristus.
1. Ex-Cathedra dalam arti harafiahnya adalah dari tahta, namun dalam teologi hal ini merupakan suatu dokrin atau ajaran oleh Paus. Dan kata ini mulai didefinisikan dalalm Konsili Vatikan I (1869-1870), Sess, IV, Const. de Ecclesia Christi, c.iv, yang intinya mengatakan bahwa adalah merupakan suatu dogma yang diwahyukan oleh Tuhan bahwa penerus Rasul Petrus, dalam hal ini adalah Paus, kalau Paus berbicara ex cathedra, maka tidak akan pernah salah. Hal ini sering disalahartikan oleh orang-orang yang mungkin tidak tahu secara persis pengajaran ini dan kemudian mengatakan bahwa bagaimana mungkin seorang Paus, yang juga manusia tidak pernah salah. Maka mari kita melihat keberatan-keberatan ini: 2. Doktrin ex cathedra ini berdasarkan akan janji YESUS sendiri di Mat 16:16-20 Maka jawab Simon Petrus: Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!Kata YESUS kepadanya: Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yangkauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Penerus dari Petrus adalah Paus, dan dengan janji yang sama maka kunci kerajaan surga juga diteruskan oleh penerus Rasul Petrus, yaitu para Paus. Oleh karena kita percaya bahwa janji YESUS adalah YA dan AMIN, kita juga harus menyakini bahwa pada saat seorang Paus berbicara ex cathedra, maka Tuhan sendiri yang akan melindunginya dari kesalahan. 3. Bayangkan seorang direktur yang akan meeting di luar negeri, dan kemudian dia mendelegasikan wewenangnya dan kekuasaannya kepada seseorang. Semua orang tidak akan bertanya-tanya tentang hal ini kalau orang tersebut menggunakan kekuasaannya sebagai seorang direktur agar perusahaan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Demikian juga dengan YESUS yang tahu bahwa Dia akan meninggalkan dunia ini, Dia memberikan kekuasaan-Nya kepada rasul Petrus, agar Gereja yang mengembara di dunia dapat mencapai tujuan akhir, yaitu surga. 4. Dengan demikian Paus juga merupakan tanda kesatuan dari seluruh umat beriman. Tanpa adanya seseorang yang berada di puncak pimpinan, maka gereja akan tercerai berai. Mungkin Anna dapat merefleksikan kejadian seperti ini. Kalau misalkan ada sesuatu ketidaksetujuan tentang suatu ajaran di Alkitab, maka siapa yang akhirnya dapat menentukan mana yang benar? Apakah pendeta di gereja tersebut, sidang gereja lokal, atau siapa? Bagaimana kita bisa tahu bahwa seseorang atau sidang gereja mengajarkan sesuatu yang pasti benar? Nah, di dalam Gereja Katolik, YESUS memberikan kuasa ini kepada Paus, dan juga para uskup terutama dalam konsili dan juga dalam persatuan dengan Paus. Pada saat mereka menentukan pengajaran yang bersifat Ex-Cathedra, seluruh umat Katolik akan berkata Amin, kami semua percaya. Ini adalah suatu misteri iman yang berdasarkan janji KRISTUS sendiri, untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman. Dan selama dua ribu tahun lebih, tidak ada ajaran Ex-

Cathedra yang menyimpang dari pengajaran KRISTUS. 5. Apakah persyaratan seorang Paus dapat memberikan pernyataan Ex-Cathedra? Ada 3 persyaratan: 1) Seorang Paus berbicara di atas kursi Petrus, atau dalam kapasitasnya sebagai seorang Paus.Jadi kalau seorang Paus berbicara dalam kapasitas pribadi, dia tidak berbicara ex- cathedra. 2) Kalau Paus berbicara dalam masalah iman dan moral. Jadi seorang Paus dapat salah kalau dia berbicara tentang science, art, dll. 3) Kalau Paus memberikan doktrin yang berlaku universal atau untuk umat Katolik di seluruh dunia.Jadi kalau Paus hanya memberikan pengajaran di keuskupan atau negara tertentu, maka dia tidak berbicara ex- cathedra. (Lihat: Katekismus Gereja Katolik/KGK, 891, Lumen Gentium/LG, 25).

Anda mungkin juga menyukai