Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENGERTIAN “GEREJA”

A. Dalam Perjanjian Lama

1. Asal Kata

Secara etimologis, kata 'εκκλήσίά' (Yunani) sendiri berarti sidang, perkumpulan, perhimpunan,
paguyuban pada umumnya (seperti di kampung, di kota atau negara). Dalam kosakata aslinya,
kata itu malah tidak dipergunakan untuk menyebut 'perkumpulan ibadat'

Dalam terjemahan Alkitab yang berbahasa Yunani (LXX=Septuaginta) kata ' εκκλήσίά'
secara khusus hanya dipakai sebagai terjemahan kata Ibrani 'qahal' (tidak selalu
diterjemahkan dengan kata ' εκκλήσίά'). Dalam Kitab Kejadian, Imamat, dan Bilangan, qahal
disalin (diterjemahkan) dengan kata 'sinagoge'. Dan di tempat lain dipergunakan kata-kata
'ochlos' (kerumun/kerumunan) atau 'plethos' (kumpulan orang).

2. Apa arti qahal ?

• Dalam naskah kuno, 'qahal' jarang dipakai. Dan kalau ada lalu berarti 'kumpulan orang
yang memanggul senjata untuk maju berperang' (Kej 49:6; Bil 22:4; 2 Sam 20:14; 1 Raj
12:21). Dalam Kitab Ulangan, ‘qahal’ menunjuk pada 'pertemuan orang2 untuk adakan
perjanjian secara khusus dengan Yahwe (mis. Ul 23:2 dst). Di situ qahal berarti bangsa
yang dihimpun oleh Yahwe, yang disatupadukan oleh aturan-aturan dari Yahwe dan
yang 'mengambil bagian dalam Perjanjian dengan Yahwe'. Jadi: ‘qahal’ mengandung
nuansa 'keagamaan' dan 'keresmian/formalitas'. Dan itu diterjemahkan dengan 'εκκλήσίά'.
Dari situ, selanjutnya kata ‘qahal’ diterjemahkan dengan 'sinagoge' atau 'ochlos' dalam
lapisan sejarah Israel berikut (lapisan Sejarah Deuterokanonistis) yang memakainya
dalam arti 'profan': lih. 1 Rj 8:65; 12:3dst; Yer 44:15; Esra 10:1; Neh 8:2 dan Yeh.).

• Dalam beberapa kutipan, ‘qahal’ juga mengandung tekanan 'resmi' pada sifat khas bangsa
yang dipersembahkan kepada Yahwe (mis. Bil 16:3; 20:6). Dalam Kitab Tawarich
‘qahal’ muncul 30 kali. Di sini Qahal berarti, baik 'himpunan para pemimpin Israel yang
dikumpulkan oleh raja untuk mengambil sesuatu keputusan, yang barangkali juga
merupakan keputusan keagamaan', maupun berarti 'kerumunan orang sekitar
persembahan dan ibadat' (mis. 2 Taw 20:5.14; 3:2.4). Kerumunan orang yang beribadat
di kenisah itu disebut pula qahal dalam Kitab Mazmur (mis. 22:23; 89:61; 149:1). Akan
tetapi sekelompok orang yang berbuat jahat juga disebut qahal (Mz 25:5).
• Jadi, dari sudut arti kata, qahàl menunjuk suatu perhimpunan orang untuk kepentingan
tugas militer, pertemuan politik atau keputusan pengadilan maupun ibadat (makna profan
sekaligus religius).

3. Dibandingkan dengan kata édàh

• Kata édàh selalu diterjemahkan dengan synagoge dan terutama muncul dalam
Pentateuch dalam naskah yang berasal dari Tradisi Imam: yaitu dari 147x
kemunculannya dalam seluruh kitab PL, 123x ditemukan dalam Pentateuch, -
daripadanya 81x dalam Kitab Bilangan; sisanya, 42x tersebar dalam 4 kitab Pentateuch
lainnya ); 14x dalam Kitab Nabi -nabi (hanya di Yer 6:18 dan Hos 7:12) serta dalam
Kitab Mazmur (10x).

• Kata édàh berwarna tradisi Imam dan berasal dari akar kata Ya'ad, yang berarti
'menunjuk, menentukan‘; juga berarti: 'mengumumkan suatu keputusan/ketentuan yang
harus dilaksanakan pada waktu tertentu'. Kata édàh menunjuk pada kelompok orang
'tertentu' - yang ditentukan untuk meninggalkan Mesir dan merayakan Pesta Paskah
(Kel. 12:3).

• Tetapi édàh juga berarti 'seluruh kelompok sebagai bangsa'. Malah édàh yang menerima
laporan mata-mata (Bil. 13:26; 14:1 dst), menyambut para pejuang kembali (Bil. 31:21
dst) dan menerima pertanggungjawaban para pemimpin (Yos. 9:18 dst). Dan édàh tak
pernah dipakai untuk menyebut bangsa-bangsa non Israel. Jadi édàh sama dengan Israel,
dan berarti 'seluruh Israel'.

4. Kembali ke εκκλήσίά:

• Bila kata édàh berarti umat perjanjian secara keseluruhan, maka kata qahàl berarti
ungkapan resmi bagi perhimpunan yang berkumpul karena perjanjian itu; bagi 'bangsa
Sinai‘; dan dalam arti deuteronomistis: bagi umat dalam bentuk aktualnya. Qahàl juga
dapat menunjuk pada perkumpulan orang untuk keperluan sekuler (Bil. 10:7; 1 Rj. 12:3)
atau kesempatan-kesempatan keagamaan (Mz. 22:26) maupun untuk kerumunan orang
begitu saja (Bil. 14:5; 17:12). Hal ini tampak dalam terjemahan. Kalau qahàl
diterjemahkan dengan kata εκκλήσίά (dalam LXX) itu berarti himpunan orang atau
suatu kelompok orang yang harus mengadili sesuatu (mis. Ul 9:10; 23:31 dst; Hk 21:5.8;
Mich 2:5); kelompok politik (mis. 2X - tahanan politik: Esr 10:8.12; Neh 8:2).
Khususnya dalam Kitab Tawarich, kata εκκλήσίά berarti himpunan orang yang
beribadat (mis. 2 Taw 6:3; 30:2.4.13.17; bdk. juga dengan Joel 2:16 dan beberapa kali
dalam Kitab Mazmur seperti Mz 21:22; 86:6). Namun setiap kali εκκλήσίά bersifat 'umat
yang menjawab panggilan Yahwe'.

5. Sebaliknya kata synagoge


• Sinagògé biasanya berarti perkumpulan, tempat perkumpulan , panen (Kej 1:9; Kel
34:22; Im 11:36) dan rapat pengumpulan prajurit (Yeh 38:4.7). Selain itu, sinagògé
menunjuk pada 'Sifat keagamaan umat Yahwe' sekaligus kenangan pada peristiwa
besar dalam sejarah Keselamatan dan dalam Perjanjian Israel (bdk. Bil 14:7 dst).
Synagògé juga mengandung makna eschatologis (lih. Yes 56:8; Yeh 37:10).

B. Dalam Perjanjian Baru

1. Catatan Umum

• Selain dalam Yak 2:2, para pengikut Yesus tak pernah menyebut pertemuan dan
kelompok mereka dengan kata sinagògé. Di samping Yak 2:2 dan Wahyu 2:9; 3:9, kata
sinagògé hanya muncul dalam Injil (Mat 9x, Mrk 8x, Lk 15x, Yoh 2x) dan Kisah (19x).
Dalam teks itu yang dimaksud dengan sinagògé adalah: tempat pertemuan jemaat Yahudi
atau jemaat Yahudi itu sendiri, mewakili seluruh bangsa Yahudi. Dalam Why 2:9 dan
3:9, jemaat Yahudi disebut 'Sinagògé tou Satana' (jemaah Iblis), sedangkan
pengikut-pengikut Kristus dikatakan sebagai jemaat Allah (Sinagògé tou Theou) atau
Israel sejati.

• Sebaliknya, εκκλήσίά (ekklesia)1 hampir tidak tertulis dalam keempat Injil (kecuali Mat
16:18 dan 18:17). Padahal Lukas memakai kata itu sebanyak 23x dalam Kisah. Rupanya
murid-murid Yesus semasa Dia masih hadir tidak pernah disebut εκκλήσίά. Yang
terbanyak memakai kata εκκλήσίά itu Paulus (46x,- khususnya 22x dalam 1 Kor). Tetapi
εκκλήσίά tidak dipakai dalam kedua surat Petrus, surat kedua Timotius dan surat Titus.

2. Dalam Paulus

• Kata εκκλήσίά dipakai Paulus untuk menyatakan peristiwa pemenuhan panggilan Allah
bertolak dari pewartaan Yesus Kristus (bdk. Rom, 8:29 dst). Maka εκκλήσίά itu
orang-orang yang terpilih dalam Allah Bapa (1 Tim 1:1; 2 Tes 1:1. Bdk. Rom 1:6 dst dan
1 Kor 1:2). εκκλήσίά hanya berarti dalam hubungan dengan Allah (1 Kor 1:2; 11:16;
11:22; 2 Kor 1:1; Gal 1:13; 1 Tes 2:14; 2 Tes 1:4). Hanya Gal 1:2 dan Rom 16:16 yang

1
Kata Perjanjian Baru untuk ”Gereja”, ekklesia, yang berasal dari kata Yunani ek (keluar) dan kaleo/kalein
(memanggil), secara harfiah berarti ”mereka yang telah dipanggil keluar,” yaitu ”kumpulan” atau ”jemaat”. Kata itu
merupakan kata Pentakosta, bukan kata Injil, yang hanya muncul tiga kali dalam Injil terutama dalam Injil Matius
16:18 dan 18:17.
menyebut peran Kristus (ó Christò yang berarti, 'dalam Kristus' atau tou christou yang
berarti 'dari Kristus')2.

• Gereja memang merupakan peristiwa, tetapi terjadinya dalam lokalisasi (tempat/ruang)


tertentu (1 Kor 1:2; 2 Kor 1:2). Sifat 'spatial' ini dikuatkan dengan menyebut Gereja
sebagai 'tubuh' (bdk. Rom 12:1 dst; 1 Kor 12:112-27) atau bangunan (1 Kor 3:9; 10:23)
yang merupakan pernyataan Kerajaan Kristus (1 Tes 2:12; 2 Tes 1;5; Rom 15:9; Gal
1:13; Phil 3:6) karena satu Tuhan, satu baptisan, satu santapan (bdk. 1 Kor 11:29). Hal itu
diperdalam dengan mengakui, bahwa satu Tuhanlah 'Kepala' Tubuh itu (bdk. 1 Kor 12
dan Rom 12 ; Kol 1:18 dan Ef 1:20 dst)3.

3. Dalam Matius dan Lukas

• Mat 18:17 mengartikan Gereja sebagai sejumlah orang yang hidup dan bertemu di satu
tempat serta memandang diri mereka sebagai Israel Sejati karena disatukan oleh Yesus,
Sang Messias.

• Dalam Mat 16:18 tidaklah jelas, apakah Yesus akan 'membangun εκκλήσίά-Nya semasa
hidupNya ataukah sesudah Paska. Sedangkan peranan Petrus juga perlu dijelaskan: sebab
ada orang-orang lain yang disebut sokoguru/tiang-tiang Gereja (Gal 2:9; bdk. Kis 11:1
dst). Tetapi agaknya jelas bahwa εκκλήσίά di sini juga menunjuk pada perhimpunan
eschatologis Umat Allah yang benar. Bagi Lukas, masa/waktu εκκλήσίά adalah bagian
dari Sejarah Keselamatan, antara Kebangkitan Tuhan Yesus dan Parousia. Itu tampak
dari fakta, bagaimana Lukas menggunakan kata εκκλήσίά: samasekali tidak terdapat
dalam Injil, padahal 16x dalam Kisah.

• Dalam Kisah, εκκλήσίά terwujud dalam setiap tempat (5:11; 8:1; 11;22; 12:1.5 dan 13:1;
14:23; 15:41; 16:5) namun merupakan satu Gereja (8:3; 9:31).

4. Dalam tulisan-tulisan Yohanes

2
St. Paulus menggunakan kata ekklesia dengan tiga cara dalam surat-suratnya. Kadang-kadang ia menggunakan
ungkapan ”jemaat di rumah mereka” atau jemaat keluarga, untuk kumpulan orang-orang Kristiani setempat dalam
rumah perorangan (1Kor 16:19; Rm 16:5; Kol 4:15). Jemaat-jemaat keluarga itu merupakan ungkapan paling awal
dari Gereja; di sini orang-orang Kristiani berkumpul untuk pengajaran (didache), persekutuan (koinonia), dan ibadat
(leiturgia) yang mencakup pemecahan roti (ekaristi) dan doa; dan dari jemaat-jemaat itu muncul banyak
kepemimpinan Gereja awal. Secara teologis, tatanan jemaat keluarga menunjukkan bahwa tempat kehadiran
Allah bagi jemaat Kristiani awal bukan tempat khusus, atau tempat kudus tetapi jemaat itu sendiri. Realitas
Gereja ada dalam jemaat umat beriman sendiri.
3
Kerap kali St. Paulus menggunakan kata ekklesia untuk menyebut jemaat setempat seperti ”jemaat Allah di
Korintus” (1Kor 1:2) atau menyebut semua jemaat (1Kor 11:16). Kadang-kadang ia menggunakan kata ”jemaat”
secara umum, penggunaan yang menjadi lebih umum pada Perjanjian Baru yang kemudian (bdk. Kol 1:24; Ef 5:29).
Dewasa ini kita berbicara tentang Gereja yang ”menyeluruh”, ”universal” atau ”Katolik” maupun Gereja ”lokal”
atau ”khusus” yang dipimpin oleh uskup.
• Dalam Injilnya, Yohanes tak memakai kata εκκλήσίά. Tetapi dalam Kitab Wahyu,
εκκλήσίά dipergunakan untuk paguyuban orang yang telah tumbuh dan berhimpun di
suatu tempat (1:4.11.20; 2:1.8.12.18; 3:1.7.14; 22:16).

5. Dalam Yakobus dan Ibrani

• Yak 5:14 menggunakan kata εκκλήσίά dalam arti teknis, sebagai perkumpulan lokal
yang diorganisasikan jelas-jelas dengan pola sinagoga Yahudi. Tetapi Ibr 2:12 mengutip
Mzm 22:22 dan mengartikan εκκλήσίά sebagai pertemuan perayaan kultis/peribadatan.
Sedangkan Ibr 12:23 lebih menunjukkan warna eschatologis.

C. Istilah-istilah lain untuk 'orang Kristiani’

1. Orang-orang Kristiani sering disebut juga 'para murid'.

 Biasanya muncul dalam bentuk jamak (kecuali pada Mat 10:25 dst; Lk 14:16. 33; dan
14x dalam Yoh 18-21). Kata 'murid' dalam dunia Yahudi berarti: orang-orang yang
memeluk ajaran seorang guru dan berkewajiban meneruskannya lagi pada orang lain.
Dalam Perjanjian baru, murid berarti juga ''Saksi'.

 Bila diingat bahwa tulisan itu tidak terdapat di luar Injil dan Kisah, maka 'para murid'
menunjuk pada saat awal berkumpulnya orang-orang sekitar Yesus, ketika istilah jemaat
Kristiani belum diformulasikan.

2. Mereka juga kerap disebut 'orang (para) kudus' (4x dalam Kisah dan 38x dalam
surat-surat Paulus). Para kudus juga disebut 'kaum terpilih' (Rom 1:7; 1 Kor 1:2) untuk
disucikan Allah. Ini mengeratkan umat Kristiani dengan Umat Israel Sejati.

3. Selain itu dipergunakan pula sejumlah istilah dari Perjanjian Lama. 1 Ptr 1:1: menyebut
umat Kristiani sebagai orang-orang asing yang terpilih. Merekapun disebut ras terpilih,
imamat rajawi, bangsa yang khas (1 Ptr 2:9). Inilah istilah2 yang terdapat dalam LXX. Umat
Kristiani di situ dipandang sebagai kelanjutan dan pemenuhan Israel.

4. Orang-orang Kristiani juga dinamakan 'para saudara' (dalam Paulus 96x; lalu sering
juga dalam Kisah, Tulisan-tulisan Yohanes dan Yakobus serta Ibrani).

D. Kesimpulan

• Kata Εκκλήσίά, yang kemudian diterjemahkan menjadi Gereja dipergunakan untuk


kelompok orang-orang yang percaya pada Yesus Kristus. Penggunaan itu untuk saat-saat
sesudah peristiwa Salib dan Kebangkitan Yesus Kristus.
• Akar peristiwa itu ada pada sekelompok murid yang bersehati menjadi saksi
Kebangkitan. Maka, Gereja dapat disebut sebagai 'Paguyuban Umat Beriman'.

E. Tambahan

• Dalam bahasa-bahasa Eropa Utara, Gereja disebut Church (Inggris), Kerk (Belanda),
Kirche (Jerman). Kata itu berasal dari kata Yunani kuriakon atau Kurion yang berarti
'(rumah) milik Tuhan'. Barangkali semua dipergunakan untuk menerjemahkan Εκκλήσίά,
yang bentuknya paling mencolok pada Gedung Gereja dan hal-hal yang berhubungan
dengan itu ('milik Tuhan’).

BAB II.

GEREJA KITA = GEREJA YESUS KRISTUS???

(HUBUNGAN ANTARA YESUS HISTORIS DAN GEREJA)


• Kalau 'Church', 'Kirche' atau ’Kerk' itu berhubungan dengan 'kuriake' dan mempunyai arti
'miliknya Tuhan', maka Gereja erat berhubungan dengan Tuhan Yesus. Boleh dikatakan
bahwa Kristuslah dasar Gereja. Kalau dikatakan bahwa Kristus adalah dasar Gereja,
maka orang dapat bertanya apakah hal itu berarti bahwa 'Yesus telah menciptakan atau
mendirikan Gereja' semasa hidupNya?

• Dalam bukunya L'Evangile et l'Eglise (1908, p. 153), Loisy menuliskan kalimatnya


yang terkenal: "Jesus annoncait le royaume, et c'est l'Eglise qui est venue" (Yesus
mewartakan Kerajaan Allah, tetapi yang lahir malah Gereja). Kalimat itu merangsang
banyak fihak waktu itu mempersoalkan: Sungguhkah Yesus mau mendirikan Gereja?
Kapan? Bagaimana?

• G. Lohfink menghadapi masalah itu dengan mengatakan bahwa pada waktu Yesus
datang, sudah ada paguyuban umat beriman. Yang perlu dipersoalkan adalah: Bagaimana
Yesus menghendaki paguyubanNya? Dalam bukunya Wie hat Jesus Gemeinde gewollt?
(Freiburg, 1983, p.13) G. Lohfink mengatakan, ”Gereja Yesus Kristus adalah suatu
’societas in cordibus’" (persekutuan batiniah).

• Jelas, bahwa pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah maupun karya-karyaNya sangat
terarah dan berkaitan dengan jemaah dan Israel. Dengan panggilan Keduabelasan,
gambaran tentang Israel eschatologik ditampilkan. Penyembuhan-penyembuhan Yesus
pun harus dilihat dalam terang eschatologik itu yaitu tanda2 kedatangan Kerajaan Allah
dan bahwa Kerajaan itu sudah hadir: tak seorang pun akan dikecualikan dari keselamatan.
Bahkan kalau Yesus ucapkan sesuatu yang terkhususkan bagi Israel, maka kaum
non-israel tidak dibuang. Pemikiran Yesus memang teracukan kepada Israel tetapi tidak
terbatas pada Israel. Nas jembatan antara kedua kelompok itu dilihat oleh G. Lohfink
dalam Mat 8:11 dst (par. Lk 13:28 dst) yang dilihatnya bersama dengan nubuat Pesta
eschatologik (Yes 25:6-8) dan gambaran tentang Peziarahan Bangsa-bangsa (Yes 2:1-3).
Kerasnya-hati Israel tidak menyingkirkan janji penyelamatan Allah bagi mereka tetapi
membuka pintu bagi semua bangsa lain. Dengan demikian, gerakan Yesus untuk
kumpulkan pengikut, terutama dalam Keduabelasan, tidak sia-sia, tetapi malah
menghadapi cakrawala yang lebih luas: seluruh umat manusia.

• Tidak semua yang mendengarkan Yesus ternyata mengikutiNya. Para murid yang
mengikutiNya merupakan pralambang umat eschatologik. Hal itu diungkapkan dengan
khusus dalam Sabda di Bukit. Semangat mengikuti Kristus itu secara istimewa terpapar
dalam ucapan-ucapan tentang keluarga baru (bdk Mrk 10:29 dst; 3:20 dst. 31-35; juga Lk
12:52 dst). Arahnya: keterbukaan, melawan struktur penguasa, menerima hanya satu
Bapa. Yesus mengajarkan gerakan menolak kekerasan (bdk Mat 5:39-42 par) dan
pelepasan senjata (bdk Mrk 6:7-11 par; Lk 10:2-16). Yang terlahirkan adalah Paguyuban
Alternatif. Dan yang menyolok: paguyuban semacam itu tidak hidup bagi dirinya sendiri
melainkan hanya mengacu kepada "Yang Lain" dan terus menerus menuju kepada 'Yang
Lain'.

• Pertanyaan yang masih dapat timbul adalah: Apakah Gereja sesudah Kebangkitan Kristus
memang Gereja yang dikehendaki Yesus Kristus? Tampaknya ada beberapa hal yang
sama pada jemaah sebelum dan sesudah Kebangkitan yaitu: solidaritas dengan Yesus
yang membawa keselamatan dan mengikuti Yesus serta menampilkan diri sebagai
pengikut Yesus maupun pewarta pesan-pesan Yesus. Masalah yang perlu ditelaah adalah:
1) Kesinambungan dan 2) Perubahan.

1. Perihal kesinambungan: Soalnya: apabila gerakan sesudah Kebangkitan secara dasariah


sama dengan gerakan jesuanik, maka harus diperlihatkan kesinambungan pola yang jelas;
dan ini secara historik sulit, walaupun dapat diusahakan. Ada beberapa hal yang
senantiasa dapat ditemukan dalam kedua gerakan itu ialah:

* Kesetiaan kepada Yesus: tindakan Yesus mengumpulkan murid dengan arah


eschatologik itu diteruskan seperti tampak dalam hal: bahwa mereka menyadari sudah
datangnya akhir jaman serta menantikannya di tempat mulainya yaitu di Yerusalem;
mereka sama-sama memakai lambang tobat eschatologik yang diajarkan Yohanes
Pembaptis yaitu baptis sebagai tanda pengguyuban eschatologik Israel (bdk Kis 2:37-41);
Keduabelasan sebagai lambang pemanggilan keduabelas suku Israel di akhir zaman juga
mereka pertahankan dengan memilih Matias (Kis 1:14-26).

* Faham Umat Allah yang Baru: baik sebelum maupun sesudah Kebangkitan, hal itu
dipelihara dengan indikasi-indikasi penggunaan kata-kata "Kudus" dan malah justru
dengan istilah "Gereja“ yang terbuka kepada umat non-Israel. Namun Paulus, misalnya,
gunakan secara teologik istilah "Keturunan Abraham" (bdk Rom 10:12; 1 Kor 12:13; Kol
3:11 dan terutama Gal 3:28 dst). Semua orang yang seperti Bapa Bangsa itu beriman,
menikmati karunia Israel. Jemaah pasca Paska merasa menjadi Israel Baru berkat
anugerah Roh yang dalam tulisan para nabi dilukiskan sebagai anugerah eschatologik
bagi Umat Allah (bdk Yes 32:15; 44:3; Yehesk 11:19; 36: 26 dst; 37:14; Joel 3:1 dst).
Seperti Yesus, juga para Rasul dalam masa pasca Paska mewartakan Kerajaan Allah dan
membuat mukjizat. Bahkan Paulus melihatnya sebagai karisma penting (bdk 1 Kor 2:4
dst; 12:9 dst.28; 2 Kor 12:12; Gal 3:1-5; 1 Tes 1:5).

* Kebersamaan yang penuh Roh: kebersamaan umat pasca Paska mendobrak batas2
suku, aliran, dll., karena kepenuhan Roh. Koinonia mereka sampai berbagi milik (Kis
4:32). G. Lohfink menunjukkan pentingnya peranan 'saling' dalam proses koinonia (Rom
12:10; 15:7.14; 16:16; 1 Kor 11:33; 1 Tes 5:11.13.15; Kol 3:13; Jak 5:16; 1 Yoh 1:7).

2. Perihal Perubahan:
Soalnya: mengingat bahwa Yesus Mulia itu berkarya tidak lagi secara inderawi sehingga
jemaahNya menempati peranan penting, maka perubahan Jemaah itu perlu diperhitungkan
untuk waktu-waktu kemudian. W. Thuessing menggunakan istilah 'transformasi' untuk hal
ini: (1) dalam arti penampilan Yesus Nazaret berubah sebelum ke sesudah Paska; (2) dan
dalam arti Jemaah mengalami citra Yesus secara baru sehingga mempunyai 'kristologi baru'.
Maka:

a. Warta tentang Kerajaan Allah bergeser menjadi Injil tentang Yesus Kristus.
Pewartaan Yesus ditempatkan dalam rangka Injil tentang Yesus Kristus (Mrk 1:1).
Rupanya pewartaan Yesus mengenai Kerajaan yang berwarna teologik dan teosentrik itu
berkembang menjadi bersifat eschatologik, soteriologik dan kristologik secara
berangsur-angsur. Sebaliknya dari sudut kotbah-kotbah pasca Paska oleh Paulus maupun
Petrus (mis. Kis 2:14-36; 3:11-26; 4:8-12; 5:29-32; 10:34-43; 13:16-40; 17:22-31 dst)
tampaklah bahwa jemaah pasca Paska amat kristosentrik dan kristologik; agaknya
kotbah-kotbah Yesus yang teosentrik dan teologik digeser oleh kotbah-kotbah yang
kristosentrik.

Mungkin masalah di atas dapat difahami dalam pandangan bahwa orang melihat betapa
dalam peristiwa Yesus Kristus itu Bapa berkarya. Dengan begitu, kepercayaan kepada
Yesus Kristus merupakan wujud baru dari iman para murid (post paskah) tentang Allah
mereka. Maka keselamatan yang diwartakan Yesus menjadi juga keselamatan iman
mereka kepada Allah. Dalam penghayatan itu maka "Persekutuan dengan Allah terjadi
dalam persekutuan dengan Yesus Kristus". Lalu, sebagaimana dalam kotbah Yesus itu
persekutuan dengan Allah yang menyelamatkan itu tidak hanya merupakan sesuatu yang
di 'dunia sana' melainkan juga di dunia 'sini' dengan segala keduniawiannya, demikian
pulalah keselamatan dalam Yesus Kristus pada masa pascapaska terlaksana tidak hanya
dalam 'suasana doa pengenangan prive' melainkan dalam hidup sehari-hari, hidup
bersama di tengah jemaah.

b. Penghadiran kembali Yesus Kristus dan Kehadiran Roh. Transformasi pascapaska


mengenai jemaah-baru dalam bentuk perubahan cara penghadiran Yesus dan menjadikan
Gereja berfungsi sebagai sarana utamanya, yaitu sebagai Sakramen persatuan dengan
Allah dan persatuan antara seluruh umat manusia ((LG a.1): Penghadiran Yesus Kristus
itu baik sebagai pewarta Kerajaan Allah maupun sebagai penghadir Kerajaan Allah itu
sendiri. Di situ Yesus Pewarta menjadi Yesus Yang Diwartakan. Dengan begitu pewarta
Kabar Gembira juga bergeser: Gereja menjadi pewarta dan Rasul. Pergeseran itu tidak
berwarna seperti estafet melainkan sbb.: karena Yesus menjadi penghadir Kerajaan Allah
maka pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah merangkum penghadiranNya. Dengan
begitu diharap kelihatan, bahwa Paguyuban Umat Beriman pascapaska memang di
satu fihak merupakan pelanjutan kumpulan murid sebelum Kebangkitan, namun
dari lain fihak juga menghadirkan perubahan yang terjadi justru karena peristiwa
Kebangkitan yang menentukan segalanya kembali. Atas dasar keinginan Yesus
untuk mewartakan Kabar Kedatangan Kerajaan Allah, yang ternyata merangkum
Kabar tentang Yesus Yang adalah Penghadir Kerajaan Itu, maka pewartaan
tentang Kerajaan Allah yang merangkum pewartaan mengenai diriNya juga
dikehendaki. Kalau Dia menghendaki pewartaan itu maka Dia juga menghendaki
adanya pewarta-pewartaNya. Padahal Dia dahulu mewartakan dalam lingkungan
kebersamaan dan untuk menciptakan kebersamaan yang baru, maka disimpulkan
bahwa Dia pun juga menghendaki adanya lingkup kebersamaan yang baru. Dan
itulah Gereja.

Dengan itu tidak hendak dikatakan, seakan-akan segala yang ada dalam Gereja
sekarang ini pasti dikehendaki dan dibentuk oleh Yesus Kristus sejak semula. Kita
melihat bahwa memang Allah mengirimkan Sang Putera untuk menjelma dan karena itu
mengambil bentuk manusiawi, juga yang konkret. Maka sejauh itu saja dikehendaki,
yaitu bahwa pewartaan dan pewujudan Kerajaan Allah itu mengkonkret; tetapi bentuk
tertentu A dan B sendiri merupakan hal kontingen yang dapat dipergunakan, tetapi dapat
pula ditanggalkan (misalnya: Hirarki Gereja sekarang yang terdiri dari Uskup, Imam, dan
Diakon, adalah badan struktural Gereja yang baru muncul kemudian dalam
perkembangan sejarah Gereja, yang memang perlu untuk mengatur kehidupan Gereja,
tetapi bentuknya yang seperti itu bukanlah merupakan hal substansial dalam Gereja).

2.1. Apakah Yesus historis mendirikan Gereja?

• Sebelum kebangkitan-Nya, Yesus tidak mendirikan suatu Gereja, sebab dalam seluruh
pewartaan dan pekerjaan-Nya, Yesus tidak pernah menghadapi suatu kelompok khusus
untuk menyendirikannya dari umat Israel.

• Sewaktu Yesus di Israel terdapat cukup banyak kelompok-kelompok khusus, misalnya


Umat Qumran yang menganggap diri sebagai 'sisa suci', umat pilihan Allah yang
satu-satunya berkenan kepada Allah. Tetapi Yesus tidak pernah mendirikan suatu
kelompok khusus, sebab Kerajaan Allah yang Ia wartakan, tidak hanya untuk suatu
kelompok khusus atau suatu 'sisa suci'. Pewartaan Yesus justru bermaksud mengucilkan
segala diskriminasi dan pengecualian. Kabar gembira yang disampaikan kepada kaum
terhina, mujizat-mujizat-Nya yang menyelamatkan kaum terbuang dari masyarakat,
pergaulan-Nya dengan kaum berdosa, seluruh tingkah laku Yesus ini membuktikan
bahwa Ia hendak mencegah segala pengkhususan atau pemisahan. Yesus tahu bahwa Ia
tidak diutus demi orang-orang saleh, tetapi untuk mengumpulkan seluruh kaum Israel.
Yesus menolak mengadakan pemisahan antara yang baik dan yang jahat, antara gandum
dan rumput. Seluruh kaum Israel dan bukan sebagian atau sekelompok saja,
dipanggil-Nya untuk menerima kedaulatan atau Kerajaan Allah.
• Kalau demikian, apakah artinya kelompok dua belas rasul? Halnya bahwa Yesus
mengumpulkan dua belas murid untuk menjadi rasul-rasul-Nya, tidak bertujuan
mendirikan suatu kelompok khusus, melainkan justru merupakan manifestasi bahwa
seluruh Israel dipanggil. Sambil memilih dua belas rasul, Yesus menunjukkan bahwa
keduabelas suku Israel diundang turut serta dalam Kedaulatan Allah pada akhir zaman.
Keduabelas rasul tidaklah merupakan sisa suci yang disendirikan dari kaum Israel lain-
nya, melainkan duabelas wakil dari seluruh kaum. Mereka menjadi pemimpin dari Israel
pada masa eskatologis, yaitu ketika Putera Manusia bersemayam di takhta kemuliaan,
mereka pun duduk di atas dua belas takhta untuk 'menghakimi keduabelas suku Israel'
(Mat 19:28).

• Tentang hal ini, K. Rahner menulis sbb.: "Tak dapat disangkal bahwa Yesus
mengumpulkan murid-murid. Mereka itu pertama-tama orang Israel. Dalam
mengumpulkan murid itu, menarik perhatian bahwa Yesus membentuk XII. Tak
disangsikan bahwa hal itu harus diartikan secara historis. Yesus mengungkapkan bahwa
maksudnya mau meng-claim kewibawaanNya atas seluruh [12] suku Israel. Dengan
demikian, bahkan secara historis kelirulah untuk mengira bahwa Yesus hanya sekedar
mengumpulkan murid di sekitar diriNya sendiri. Ia memandang pengumpulan itu hanya
sebagai bagian dari persekutuan religius dalam kerangka Israel. Justru dengan angka 12
itu Ia secara simbolis menghendaki representasi seluruh Israel, yaitu Israel
eschatologislah yang ada dalam benak Yesus. Oleh sebab itu mereka diutus Yesus untuk
mewartakan dan berpartisipasi dalam kuasa penyembuhan Yesus, yang merupakan tanda
bahwa kerajaan eskatologis sebagai realita yang nyata dan mendesak sudah berkarya
sekarang dan di sini bagiNya". (K. Rahner, Foundations of Christian faith, an
introduction to the idea of Christianity, London, 1978, p.333).

• Murid-murid lain pun yang dipanggil Yesus untuk mengikutiNya diutus kepada seluruh
Israel (bdk. Lk 10:1). Keselamatan tidak hanya disajikan kepada murid-murid yang
khusus saja ini, melainkan kepada setiap kota dan tempat di Israel. Keanggotaan
kelompok murid-murid itu bukannya prasyarat untuk masuk Kerajaan Allah.

• Tidak mengherankan bahwa Injil-injil tidak menyajikan perkataan Yesus yang menunjuk
kepada tindakan mendirikan Gereja, maupun suatu sabda Yesus yang mengundang orang
untuk menjadi anggota kumpulan suci yang khas. Seandainya Yesus telah mendirikan
suatu umat yang khusus, maka corak radikal dan universal dari pewartaan Yesus
dikaburkan oleh-Nya.

• Dalam tradisi Injil-injil, tidak ada petunjuk2 bahwa demi masuknya ke dalam Kerajaan
Allah, Yesus telah menuntut lebih daripada kepercayaan akan kabar-Nya dan pertobatan
kepada kehendak Allah.
• Mat 16:18, adalah teks satu-satunya dari keempat Injil di mana ada kabar tentang
'Εκκλήσίά' (Gereja) dalam arti Gereja total. Dalam eksegese dipersoalkan entah perkataan
ini merupakan sabda Yesus yang otentik atau tidak. Bagaimana pun juga, ternyata bahwa
sabda Yesus itu tidak berupa undangan kepada kaum Yahudi dan orang-orang lain untuk
menjadi anggota jemaat yang khusus. Sabda ini tertuju kepada para murid dan menunjuk
kepada masa depan. Dalam saat atau masa depan itu Gereja akan dibangun.

2.2. Tidak ada Gereja tanpa Yesus historis

(a) Dalam pewartaan dan karya Yesus, Gereja telah disiapkan.

• Sebelum Paska, Yesus telah meletakkan dasar-dasar Gereja. Sesudah Paska, Gereja
muncul dan berkembang, yakni karena pewartaan akan Yesus dan karya-karya-Nya.
Maka semua tradisi Injil-injil menaruh perhatian besar atas pekerjaan dan pewartaan
Yesus sebelum Paska, bahkan sampai pada detail-detailnya. Munculnya Gereja sesudah
Paska mempunyai kaitan langsung dengan tingkah laku Yesus sebelum Paska. Apa
sebabnya?

1) Yesus telah mewartakan bahwa Kedaulatan Allah yang akan datang pada akhir
zaman, sudah datang dan dekat sekarang, yakni dalam dan melalui Yesus sendiri.
Maka olehnya karya Yesus bagi para penyaksi (para rasul) merupakan saat yang
menentukan demi keselamatan mereka. Iman atau ketakpercayaan, ketaatan atau
kedurhakaan sifatnya menentukan untuk selama-lamanya. Yesus mengundang
seluruh kaum untuk bertobat dan percaya akan kabar gembira. Akibatnya bahwa
kabar itu telah membuat suatu pemisahan antara mereka yang menerima dan
menolaknya. Walaupun Yesus tidak mengumpulkan kaum beriman dalam suatu
umat yang khusus, namun mereka yang percaya diterima oleh Yesus sebagai
calon-calon warga Kerajaan Allah atau cikal-bakal anggota Umat Allah
eskatologis.
2) Di samping 'yang Duabelas', Yesus telah mengumpulkan cukup banyak murid di
sekitarnya. Murid-murid itu turut serta dalam cara hidup Yesus. Anggota-anggota
pertama Gereja sesudah Paska identik dengan murid-murid sekitar Yesus sebelum
Paska. Mereka telah menerima janji-janji Yesus yaitu bahwa mereka boleh ambil
bagian dalam perjamuan dengan Allah Bapa dalam Kerajaan Allah kelak.
3) Menjelang kematian-Nya dan penolakan oleh kaum pemimpin Yahudi, kiranya
Yesus sudah yakin bahwa pengutusan-Nya kepada kaum Israel tidak berhasil
sewaktu hidup-Nya. Kedaulatan Allah hanya dapat diterima oleh orang lain (non-
Israel), kalau Yesus menerima peranan Hamba Yahwe. Sekurang-kurangnya sejak
munculnya keyakinan itu, Yesus telah memperhitungkan suatu masa yang agak
panjang antara hidup-Nya dan kedatangan Kedaulatan Allah yang definitif. Dan
karena Yesus melihat lebih dahulu bahwa Israel yang dipanggil menolak
undangan yang disampaikan oleh Yesus, sehingga kaum pemuja berhala akan
diundang untuk turut serta dalam perjamuan pesta eskatologis, maka Yesus
mewartakan bagi zaman terakhir juga suatu Umat Allah yang baru yang meliputi
segala bangsa.

(b) Ikatan antara murid dan Yesus bersifat menetap

• Tentu saja Yesus yakin bahwa murid-murid-Nya mengikat diri secara definitif dengan
Yesus. Yesus tahu bahwa sesudah kematian-Nya, para murid akan berkumpul lagi dan
turut serta dalam perjamuan yang sama. Ia yakin juga bahwa murid-murid-Nya akan
dianiaya oleh anggota-anggota Umat Israel yang tidak beriman, sehingga mereka mau
tidak mau merupakan suatu kumpulan khusus di tengah-tengah Umat Yahudi.
Penghayatan bersama akan pribadi Yesus dan pewartaan-Nya, peringatan akan
kebersamaan secara pribadi dengan Yesus, tentu akan mendorong para murid untuk
berhimpun dalam peringatan atau kenangan akan Yesus itu.

• Jadi menurut pengharapan Yesus sendiri, ikatan pribadi murid-murid dengan Yesus akan
menetap setelah wafat-Nya. Khususnya bilamana para murid berkumpul untuk makan
bersama-sama, tentulah mereka memperingati Yesus Kristus, karena sewaktu hidup-Nya
para murid sering makan bersama dengan Yesus itu.

2. 3. Gereja ada sejak Paska

(a) Gereja ada sejak orang beriman akan kebangkitan Yesus.

• Sejak orang-orang berkumpul karena iman akan Yesus yang telah bangkit untuk
menantikan pemenuhan Kedaulatan Allah dan kedatangan Tuhan yang Bangkit dalam
Kemuliaan (Parousia), sejak saat itu Gereja ada. Dengan demikian, sejak Paska, dan
bukan sebelum Paska ada kabar tentang Gereja.

• Jadi anggapan seakan-akan pada permulaan ada suatu jangka waktu Gereja tidak dikenal
dan hanya sejumlah orang yang bersemangat akan Yesus Kristus saja, sedangkan Gereja
baru dibentuk kemudiannya sebagai suatu organisasi yang ketat, anggapan sedemikian
tidaklah benar. Bersama dengan kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus, maka
hal mendirikan Gereja dipandang sebagai suatu pekerjaan Allah juga. Dan sebagai
institusi Allah, Gereja dilihat sebagai persatuan orang-orang yang secara fundamental
berbeda dengan himpunan-himpunan manusiawi lainnya.

(b) Tanpa kebangkitan, pewartaan Yesus dan iman kepercayaan sia-sia.


• Dikatakan oleh Paulus dalam 1 Kor 15:14-20 bahwa tanpa kebangkitan Yesus Kristus,
pewartaan Kristiani dan iman kepercayaan kita sia-sia saja. Tanpa kebangkitan Yesus
Kristus, umat beriman yaitu Gereja, tidak ada arti dan dasar. Baru karena kepastian
bahwa Dia yang tersalib kini hidup dalam kemuliaan Allah, maka misteri hidup dan
pekerjaan Yesus sampai pada penyelesaiannya; arti dan tujuan kehidupan-Nya menjadi
nyata. Lagi, berkat kebangkitan, hidup dan wafat-Nya mulai menjadi suatu kuasa abadi
yang memungkinkan dan menyanggupkan manusia untuk berhimpun dalam kesatuan
damai dan cinta. Dengan demikian, Gereja menjadi mungkin dan riil berkat kebangkitan
Yesus Kristus. Setelah karya keselamatan dalam Yesus Kristus selesai, maka Gereja lahir
dari lambung Yesus yang terbuka sebagai buah pertama karya keselamatan.

(c) Sabda Pengutusan Yesus yang bangkit menciptakan Umat Baru

• Menarik perhatian bahwa penampakan-penampakan Yesus yang Bangkit sering diakhiri


dengan Sabda-sabda Pengutusan Yesus yang di dalamnya murid-murid dilantik menjadi
saksi kebangkitan dan saksi tentang segala-galanya yang diajarkan dan dibuat Yesus
waktu hidup-Nya. Pengutusan mengambil tempat sentral dalam karya Yesus yang
bangkit.

• Mateus mencatat perintah pengutusan: "... pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku
dan baptislah mereka ... Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman"
(Mat 28:19-20). Mrk 16:15: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala
makhluk ... Mereka pun pergi memberitahukan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut
bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya". Lk 24:47;
"... dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan
kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini" (bdk.
juga Kis 1:8). Yoh 20:21: "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang
Aku mengutus kamu ....".

• Yang menyolok dalam teks-teks yang dikutip di atas dan sesungguhnya dalam semua
ceritera tentang penampakan Yesus yakni bahwa Gereja muda tidak mempergunakan
kesempatan untuk meletakkan dalam mulut Yesus yang bangkit sabda-sabda yang
menunjuk kepada hal mendirikan Gereja. Yang selalu ditonjolkan ialah pengutusan
murid-murid ke segala penjuru dunia untuk memaklumrkan pengampunan dosa dan
menjadikan sekalian orang menjadi murid Yesus.

• Jadi berdasarkan sabda-sabda pengutusan itu harus dikatakan bahwa sesudah Paska pun
Gereja tidak dilihat sebagai suatu kelompok khusus yang disendirikan dari kaum Israel
untuk menerima keselamatan bagi dirinya sendiri, melainkan sebagai suatu kelompok
yang mendapat pengutusan demi seluruh dunia dan segala bangsa. Para murid berkumpul
lagi dalam kesadaran bahwa mereka diutus untuk menjadi saksi. Pengutusan dan
kesaksian itu merupakan undang-undang pokok dari eksistensi Gereja. Tidak ada Gereja
di luar pelaksanaan pengutusan dan kesaksian itu. Gereja tidak berada demi dirinya,
melainkan demi orang-orang lain.

(d) Pengakuan iman akan Yesus yang Bangkit menciptakan Umat Baru.

• Roh Kudus merupakan anugerah masa eskatologis atau Kurnia dari zaman terakhir. Hal
itu merupakan anggapan para nabi juga. Kehadiran dan kegiatan Roh merupakan tanda
pilihan dan tanda kehadiran Allah sendiri. Melalui Yesus Kristus, Roh Kudus itu
diberikan kepada Umat dari Perjanjian Baru. Hal ini dialami oleh Umat Baru itu.
Pengalaman ini bagi mereka merupakan pengalaman istimewa dan dahsyat, karena dalam
Pencurahan Roh itu menjadi nyata bahwa Umat Baru itu merupakan ahli waris Perjanjian
Lama serta menjadi Umat pilihan Allah. Lagi, pencurahan Roh itu berarti bahwa dalam
pelaksanaan pengutusan dan kesaksian atas perintah Yesus, masa eskatologis mulai
berlangsung, sama seperti dalam pekerjaan dan pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah.

• Roh Kudus mengerjakan dalam Umat Baru itu pelbagai kharisma atau pelbagai kurnia
demi pembangunan Umat: nabi-nabi, pewarta-pewarta, pemimpin-pemimpin, pengajar,
kurnia berbicara dalam pelbagai bahasa, kurnia membuat mujizat-mujizat dan
teristimewa kurnia cintakasih satu sama lain. Dengan ini menjadi nyata bahwa Umat baru
ini merupakan Umat dari zaman terakhir, karena Umat baru ini dilahirkan oleh karena
karya Allah eskatologis itu yang bersifat definitif dan menentukan bagi sekalian manusia.

Anda mungkin juga menyukai