Pengantar
Eskatologia berasal dari kata eschatos, artinya “yang penghabisan” (Kis2:17). Semenjak
abad ke -19 ses M, istilah “eskalogia” ini dipergunakan untuk ajaran tentang hal-hal akhir,
khususnya hal-hal akhir bagi individu dan hal-hal akhir secara umum yaitu umat Israel dan seluruh
dunia.
Dari pengertian istilah “eskalogia” jelas sekali pemahaman tentang “eskalogia” sangatlah
penting. Pengharapan Kristen bukanlah pengharapan yang bertumpu kehidupan dalam dunia
semata, tetapi kepada hidup yang kekal, kehidupan sesudah kematian dan sesudah kesudahan dunia.
Tetapi harus diakui bahwa dalam membicarakan soal-soal yang berkaitan dengan eskatologia
timbul banyak bahaya. Bahaya ini muncul dari keingintahuan yang berlebih-lebihan tentang
eskalogia. Bahaya ini juga muncul dari sikap picik dan terteutup yang mau mempertahankan
pendapat tradisi yang sebenarnya tidak mempunyai pondasi ya ng kuat dari Alkitab sendiri.
Sementara itu Alkitab tidak memberikan informasi yang jelas dan lengkap mengenai eskalogia.
Karena itu sikap yang harus dipegang adalah menghindari kedua bahaya di atas. Lagipula seseorang
tidak boleh memaksakan diri untuk memperoleh informasi tentang hal yang memang tidak
dikemukakan, atau memperoleh kejelasan dari hal yang memang tidak jelas diungkapkan di dalam
Alkitab.
Disamping perlu dipahamni bahwa bahasan tentang “eskalogia” adalah suatu bahasan yang
sangat luas. Oleh karena itu pembatasan dilakukan dalam bahasan ini dengan mengangkat hanya:
- Kematian manusia secara individu dan keadaan sementara,
- Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali, kebangkitan dan penghakiman /keselamatan yang
kekal.
1.1.1 Tubuh jasmani manusia adalah adama (debu tanah) dan basar (daging), dan dalam bahasa
Yunani istilah itu adalah sarx (daging) dan soma (tubuh).
Istilah yang dipergunakan bagi tubuh jasmani secara berdampingan dengan istilah bagi jiwa-roh.
Misalnya dalam Maz 16:9 dikemukakan manusia itu terdiri dari basar-daging dan leb-salah satu
istilah untuk jiwa roh. Maz 16:9 ini dikutip dalam Kis 2:26 dan dalam ayat ini basar
diterjemahkan menjadi sarx.
Istilah-istilah ini adama, basar, sarx juga menghunjuk kepada hidup yang terbatas, yang lemah,
dapat rusak bahkan binasa dan tidak ada bagian dalam Kerajaan Allah dalam kehidupan sesudah
kematian (Maz 78:39-“daging yang tidak akan kembali”- “basar yang tidak akan kembali”; 1Kor
15:50-sarx tidak ada bagian dalam Kerajaan Allah). Soma juga bermakna tubuh jasmani yang
dapat binasa (Mat 10:26) tetapi juga tubuh rohani pada Kerajaan Allah atau Neraka sesudah
kematian (at 5:30), tubuh kebangkitan dijelaskan dengan menggunakan istilah ini.
Tetapi istilah-istilah ini juga dipergunakan untuk keseluruhan eksistensi manusia. Mis, dalam
Yesaya 31:3 –dipakai isilah adam dan dalam Luk 3:6 dipergunakan istilah sarx untuk seluruh
eksistensi manusia. Bahkan kadang-kadang istilah ini dipergunakan dalam makna yang sama
bagi jiwa-roh. Dalam Maz 78:39 bukan hanya basar tidak akan kembali tapi juga jiwa-roh
(ruakh). Dan dalam Maz 63:2; 119:120 bukan hanya jiwa-hoh yang rindu akan Allah tapi tubuh
jasmani dalam hidup di dunia juga memiliki kerinduan yang sama.
1.1.2 Istilah Ibrani dan Yunani yang dipergunakan bagi bagian rohani dari manusia itu adalah
nephes, leb, ruah, psykhe, kardia dan pneuma. Makhluk hidup pada Kej 2:7= le-nephes
khaya.
Istilah nephes dan psykhe ini dipergunakan untuk “nafsuv(makan-minum-membenci-bergirang-
bersyukur), keinginan, rasa lapar, dll”, (Maz 78:18; Peng 6:9; Ams 16:26);
Istilah leb atau kardia dipergunakan untuk bagian yang terdalam dari manusia, yaitu sebagai
tempat kehendak (baik atau jahat) yang dengan penuh kesadaran menilai, memilih dan
mengadili; tempat akal budi yang dapat mengerti dan mengetahui (Kel 35:21; Mrk 7:21; Ams
14:33; Roma 12:2);
Istilah ruah dan pneuma bermakna sebagai alat untuk mengetahui, menghayati dunia luar,
untuk bersaksi, beribadat dan bersekutu (Maz 77:7; Mrk 2:8; Roma 1:9; 8:16; Fil 2:1);
Tetapi istilah-istilah ini juga menunjuk kepada keseluruhan manusia secara pribadi, sebagai
makhuk yang hidup, berpikir, berencana dan mengambil keputusan yang sifatnya bukan
jasmaniah, melainkan rohani (Kej 14:21; Kej 41:8; 1Sam 1:15; 1Raj 21:5)
1.1.3 Kesimpulan
Yang dimaksud dengan pengunaan istilah-istilah bagi tubuh jasmani adalah penempakan
keseluruhan manusia dalam hidupnya di dunia. Manusia bukanlah manusia bila ia tanpa tubuh.
Istilah-istilah itu bermakna keseluruhan bagi manusia dari segi yang lahiriah, segi keduniawian
manusia (Yoh 1:13; 3:5-6)
Yang dimaksud dengan penggunaan istilah-istilah bagi jiwa-roh adalah penempakan
keseluruhan manusia dalam hidupnya di dunia sebagai makhluk yang bernafsu, berkehendak,
berpikir, beribadah, bersekutu, dll. Penempakan itu dari segi batin rohani, manusia bukanlah
manusia bila tanpa jiwa-roh
Dan dalam kehidupan di dunia, jiwa-roh yang bertubuh itu beribadah kepada Tuhan
Dan dalam kematian, tubuh/ daging yang berjiwa itu binasa.
3.5 Hubungan dengan Yes 65:17-25 dengan Wahyu 21:1-4. Penulis Kitab Wahyu mengutip
Yes65:17
“Sebab sesungguhnya Aku menciptakan langit dan bumi yang baru”
...Aku menciptakan Yerusalam penuh sorak-sorak: ...disitu tidak ada bayi yang hidup
beberapa hari...atau ornag tua yang tidak mencapai umur suntuk...mereka dirikan rumah-
rumah...menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya...ornag pilihanKu menikmati
pekerjaan mereka...tidak akan bersusah-susah dengan percuma...tidak akab melahirkan anak yang
mati mendadak...srigala dan anak domba akan bersama-sama makan rumput...”
Menafsir Wahyu 21:1-4 harus melihat makna Yes 65:17-25 dan menafsir Yes 65
Harus memperhatikan konteks bangsa Israel sesudah pembuangan yang sangat kecewa
dengan kondisi mereka, yang sangat berbeda dengan realita, sehingga Yesaya
menyampaikan firman untuk menguatkan merekadalam kehidupan mereka di dunia (akan
ada kehidupan yang lebih baik), tetapi firman yang disampaikan juga bermakna eskatologis
(penggenapan secara sempurna pada kedatangan TY kedua kali)
Tidak boleh harfiah bahwa di langit dan bumi baru nanti akan ada perkawinan, sehinga
ibu-ibu melahirkan; tidak ada serigala dan domba karena binatang tidak mempunyai hidup
yang kekal, tetapi ide-ide tentang kehidupan yang terbaik dalam dunia dipakai untuk
menggambarkan kehidupan kelak di langit dan bumi yang baru
3.6 Wahyu 21:2 ...Yerusalem yang baru turun dari surga ...”
“...Yerusalem...”. seperti dikemukakan di atas, penulid Kitab Wahyu disini mengutip dari
kitab Yesaya. Yang kalau berbicara tentang langit dan bumi yang baru juga bicara tentang kota
yaitu Yerusalem baru (mis.Yes 65:17; 65:18). Dan dulu pada jaman PL kota dengan tembok-
tembok sekitarnya adalah keamanan.
“...turun dari surga...” bermakna bahwa ia berasal dari atau ciptaan Allah
“... surga...” istilah Ibrani yang dipakai untuk kata ini bisa juga bermakna langit (surga)
adalah kediaman Allah. Konsep ini tidak boleh dopahami secara ilmiah atau harfiah tetapi
lambang dari tempat kediaman Allah dan para malaikatNya (UL 26:15; Mat 5:45; Mark13:32)
Allah adalah Allanya surga (Yes 65:17; 66:12; Yoh 1:9; Ep 1:2). Surga yang menjadi
kediaman Allah juga yang adalah yang dinantikan dan menjadi tujuan orang beriman (2 Sam
22:8; Amos 8:27-28; 1Pet 1:4) surga berbeda dengan Firdaus atau tempat sementara bagi
orang beriman (2Kor 12:2).
Jadi surga tidak mungkin tidak penting dan sementara karena itu adalah tempat berdiamnya
Allah dan malaikat dan menjadi tujuan akhir kehidupan manusia.
Bibliography
Berkhof, L.
1974 Sistematic Theology, Michigan, William. B. Eerdmans
Hadiwijono, H.
1990 Iman Kristen, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Deer, J.J.
1978 Tafsiran Wahyu Yohanes II, Jakarta, BPK Gunung Mulia
2002 Tafsiran Alkitab, Injil Matius, Jakarta, BPK Gunung Mulia
Jacob, E
1972 “Death” The Interpreters Dictionary of the Bible, Vl.3, Michigan, W.
Eerdmans
1973 “Immortality”, The Interpreters Dictionary of the Bible, Vl.2
Mc Keinna, David
1994 Mastering of the Old Testament- Isaiah 40-68, Dallas, Word Publishing
Minear, Paul S
1091 New Testament Apocalyptic, Nashville, Interpreting Biblical Text
Mounce, Robert H
1972 “Life”, The Interpreters Dictionary of the Bible, Vl.3
Robinson, J.A.T
1972 “Resurection”, The Interpreters Dictionary of the Bible Vl.4
Van Niftrik, G.E
1995 The New Century Bible Commentary-Isaiah 40-68, London, Wm, B.
Eerdmans Pub Co
Wilcook, Michael
1996 Message o Revelation, The Bible Speaks Today, Leicester, Intervarsity
Wongso, Peter
1996 Eksposisi Doktrin Alkitab: Kitab Wahyu, Malang, Seminari Alkitab Asiaa
Tenggara, 1996
Zondervan, 1974 The Analytical Greek Lexicon, Revised, Grand Rapids, Michigan, 1978