Anda di halaman 1dari 157

BAB 1

DUNIA HELLENIS PADA AWAL SEJARAH GEREJA


1. KEADAANNYA SECARA LAHIRIAH
Dunia tempat Gereja mulai timbul ialah kekaisaran Romawi. Luasnya kekaisaran itu
dari selat Gibraltar sampai sungai Efrat dan dari tanah Mesir sampai Inggris. Batasnya di
sebelah utara ialah sungai Rind an Donau, akan tetapi kuasa tentang Romawi dirasai sampai
jauh diluar batas itu. Pusat kekaisaran yang besar itu ialah kota Roma, tempat kaisar-kaisar
bersemayam. Sungguh pun kaisar-kaisar itu nampaknya masih member hak kepada rakyat
untuk turut memerintah Negara itu, seperti ketika Romawi masih suatu republic (sebelum
kaisar sendiri sajalah yang memegang kuasa (Monarkhia mutlak)
Dunia barat tidak pernah mengalami persatuan yang besar itu. Hanya satu bahasa
pergaulan dipakai, yaitu bahasa Yunani, yang pada Zaman itu disebut bahasa Koine, artinya
bahasa umum (bandingkan dengan bahasa Indonesia sekarang). Perjanjian Baru juga
dikarang dalam bahasa Koine itu. Tak ada batas-batas didalam kekaisaran Romawi itu, yang
mungkin merintangi kesatuannya. Dimana-mana terdapat jalan raya yang baik, yang bukan
saja digunakan bagi saudagar-saudagar dan pasukan-pasukan kaisar, tetapi juga bagi para
rasul-rasul dan penginjil-penginjil yang perlu berpergian kemana-mana untuk mamasyurkan
Nama Tuhan.
Perdagangan dan lalu lintas didarat dan dilaut mempererat hubungan antara semua
bagian kerajaan. Ketenteraman dan ketertiban terdapat disemua daerah. Perjalanan-perjalanan
Paulus dan perkembangan Gereja yang pesat itu akan sukar diartikan, jika tidak mengingat
keadaan dunia zaman itu, seperti yang diterangkan tadi.
2. KEADAAN SECARA BATINIAH
Sudah tentu kesemuanya itu belum bearti suatu kesatuan batiniah. Sekalipun bangsa-
bangsa di daerah-daerah perbatasan takluk kepada Roma secara politik (umpamanya orang
Kopt di Mesir, orang Siria atau Syam, orang Yahudi, dan sebagainya), tetapi kebudayaan
tinggi, yang menguasai hidup Rohani pusat kekaisaran Romawi itu, kurang mempengaruhi
bangsa-bangsa itu. Mereka masih memelihara sifat dan adatnya sendiri. Sedangkan negeri-
negeri sekitar pusat kekaisaran itupun kurang bersatu secara batiniah. Semangat Romawi
dibagian barat berbeda jauh dengan suasana Yunani, dibagian Timur. Perbedaan itu juga
nyata benar dalam sejarah Gereja, hal mana akan sering kita lihat dalam kitab ini.
Akibat dari perhubungan dan pencampuran bangsa-bangsa pada zaman itu ialah
bangsa-bangsa itu kehilangan ketenteraman jiwa dan adat yang baik. Kesopanan telah sangat
mundur (baca “Surat Paulus kepada jemaat di Roma” 1:18 dyb). Dahulu penduduk hidup
dengan senang sentosa menurut adat istirahat dan agamanya masing-masing, tetapi keadaan
itu kemudian berubah sama sekali. Dewa-dewa kebangsaan rupaya sudah hilang kuasanya
dalam dunia baru yang luas itu. Dasar-dasar Rohani dari kehidupan manusia terguncang dan
tubuh. Tak mengherankan bahwa pada masa peralihan itu orang dengan bimbang bertanya
pada diri sendiri: Apakah yang harus kuperbuat? Apakah yang boleh kuharapkan supaya
selamat didunia ini dan diakhirat? Oleh karena soal-soal yang demikian, maka minat orang
terhadap perkara-perkara Rohani bertambah besar. Tetapi Agama Yunani dan Romawi yang
menjadi agama Negara yang resmi, tak sanggup memuaskan kebutuhan Rohani kebanyakan
orang. Sebagai ganti agama yang kolot itu mereka asyik mempelajari agama-agama dari
bagian timur kekaisaran, yang baru dikenal sesudah pasukan-pasukan Romawi mengalahkan
negeri-negeri disebelah timur Laut Tengah (sejak tahun 150 s.M)
3. PENGARUH AGAMA-AGAMA TIMUR
Apakah sebabnya timbul perhatian orang terhadap agama-agama yang baru itu? Oleh
sebab pokok utama agama-agama itu ialah kelepasan yang dijanjikan kepada manusia, yakni
kelepasan dari pada segala kesukaran didunia ini. Kehidupan yang penuh kesusahan dibumi
ini pandang sebagai persediaan saja untuk kehidupan yang sempurna dan baka diakhirat
kelak. Tujuan yang indah dan mulia itu harus dikejar dengan beraskese, yakni bertarak,
menahan diri, mematikan bahwa nafsu daging, dan dengan ambil bagian dalam bermacam-
macam tahbisan dan lain-lain upacara rahasia (“misteri”), yang melukiskan dan
mengusahakan kemenangan hidup atas maut. Tambahan pula agama-agama ini member
kepada manusia suatu ilmu kebajikan yang baru, suatu perasaan keamanan dan perlindungan
yang menghiburkan hati, serta pengharapan yang sungguh akan dibebaskan kelak dari segala
kesulitan dan kesengsaraan yang diderita oleh Tubuh dan jiwa dalam hidup yang Fana ini.
Dari abad yang pertama sampai abad yang ketiga berkembanglah ibadat kepada
dewa-dewa asing itu diseluruh kekaisaran. Dewa-dewa itu antara lain: dewi Isis dan dewa
Osiris dinegeri Mesir, Baal di Siria, dewa Mitras di Persia dan dewa Kybele di Asia kecil.
Ilmu nujum (astrologia) dari Babel tak kurang pula diselidiki, dan agama-agama rahasia
(misteri) dari Yunani pun bertambah besar pengaruhnya.
Segala agama ini mengajarkan, bahwa dunia yang fana dan bersifat sementara ini
berdasarkan dan berbataskan suatu yang lain. Oleh berjenis-jenis latihan askese dan oleh
rupa-rupa penabisan rohani yang bertingkat, maka jiwa dapat mengalahkan kefanaan
sehingga akhirnya dipersatukan dengan keadaan ilahi yang baka, yang sebetulnya menjadi
dasar dan maksud hidup manusia. Tiap-tiap agama membawa manusia kepada keselamatan
itu, meskipun jalanya berbeda-beda. Sebab itu mereka tak mau berbantah-bantah, melainkan
harga- menghargai dan bersabar satu sama lain. Tak mengherankan bahwa dewa-dewa itu
disamakan saja, karena dianggap berbagai nama saja dari suatu zat ilahi yang am saja.
Mencampur-adukkan agama-agama ini disebut sinkretisme.
Jenis agama ini dapat juga disebut Pantheisme dan Dualism. Pantheisme ialah
kepercayaan bahwa semua (= pan), yakni alam dan segala isinya, termasuk manusia juga,
bersifat ilahi. Ilah (theos) itu ada didalam segala sesuatu dan tiap-tiap barang atau makhluk
mengandung zat ilahi yang esa itu. Dengan demikian sudah tentu bahwa ilah itu tidak
berpribadi. Menurut Dualisme, dunia ini berbagi atas dua bagian yang bertentangan, yakni
yang nampak dan yang tidak nampak, zat benda dan roh, tubuh dan jiwa yang lahiriah yang
jahat dan yang batiniah yang baik, dan sebagainya. Memang Dantheisme dan Dualism itu
berlawanan sama sekali dengan Alkitab dan ajaran Gereja Kristen, sungguhpun pandangan-
pandangan kafir itu sangat mempengaruhi, bahkan memerosotkan hidup dan Theologia
Gereja sepanjang segala abad.
4. PENYEMBAHAN KEPADA KAISAR
Ibadat kepada kaisar adalah salah satu peryataan yang sangat penting dari hidup
keagamaan pada permulaan tarikh Masehi. Kebiasaan ini timbul dari pandangan umum di
timur, yakni bahwa kaisar mengandung khasiat yang mengatasi dunia kodrati (alamiah) ini,
bahkan ia berasal dari pada dunia ilahi. Ia dianggap sebagai Anak Ilah Tuhan. Demikianlah
misalnya perasaan orang terhadap Alexander Agung (Iskandar Zulkarnain), raja Makedonia
yang membawa tentaranya sampai di India (325 s.M), sehingga namanya masyhur di Asia
Timur sampai kini. Kaisar-kaisar ilahi itu menjadi lambing keesaan kekaisarannya yang
sangat luas. Mula-mula mereka hanya disembah sesudah mangkat, tetapi kemudian Negara
menuntut korban bagi kaisar yang masih hidup, dari semua penduduk negeri, sebagai tanda
dan bukti bahwa mereka setia kepada kepala Negara dan orang-orang yang dapat dipercaya
dalam politik. Siapa yang tak mau berbakti kepada kaisar dianggap musuh Negara. Kita dapat
mengerti bahwa tentunan Negara ini menjadi pokok perselisihan yang besar antara
pemerintah Romawi dan Gereja Kristen.
5. ILMU FILSAFAT
Pada waktu Gereja memasuki dunia zaman Hellenisme itu ada juga beberapa
golongan ahli filsafat yang kenamaan, baik di Yunani (lihat Kis 17:18), maupun di Italia dan
di lain-lain negeri. Sungguhpun ajaran mereka kerapkali berlain-lain (umpamanya golongan
Stoa berbeda filsafatnya dengan pengikut-pengikut Epicurus), tetapi pada umumnya
tujuannya sama saja, yakni mereka mau membaharuhi hidup kesusilaan, supaya manusia
boleh mencapai bahagia dan kesenangan batiniah yang di idam-idamkan itu, dengan
mengusahakan kelakuan dan perbuatan yang baik. Yang mengajarkan filsafat moralistis ini,
antara lain ialah: Seneca (guru kaisar Nero), Epictetus dan kaisar Marcus Aurelius (161-180).
Semenjak abad kedua, filsafat Plato, yang hidup di Yunani 400 tahun sebelum
kelahiran Kristus, asyik juga dipelajari di barat, sehingga pandangan-pandangannya sangat
mempengaruhi hidup Rohani banyak orang yang menaruh minat terhadap soal-soal agama.
Filsafat kafir dari Plato yang indah itu pun dipengaruhi oleh mistik timur, sehingga ia
mengajarkan bahwa jiwa berasal dari dunia ilahi yang terang dan murni, tetapi sekarang
terkurung dalam zat benda yang gelap dan jahat. Dengan beraskese dan berakstase (yaitu jiwa
membubung dan meninggalkan tubuh seketika untuk bernapas dan bersukaria dalam suasana
ilahi; bandingkan Petrus “Rohnya diliputi oleh Kuasa ilahi” Kis 10:10; 11:5; lagi 22:7 dan II
Kor 12:2-4), hendaklah manusia berusaha mengembalikan Rohnya kepada asalnya itu. Jadi
filsafat Plato ini juga bersifat moralistis dan Dualistis-Pantheistis, tak ubahnya dengan
kepercayaan rendah dan sederhana dari rakyat yang kurang terpelajar.

BAB 2

KAUM YAHUDI

Gereja Kristus pertama kali timbul yaitu ditengah bangsa Yahudi dan tujuan
pekabarannya kepada orang Yahudi. Keadaan Kaum Yahudi pada saat itu:

1. Ditanah Pelestina. Saat lahirnya gereja, bangsa Palestina tunduk kepada pemerintah
Romawi. Bagian selatan Palestina (Yudea) pernah dikepalai oleh orang Romawi,
diantaranya Pilatus, Festus, Felix. Raja bagian utarawaktu itu ialah Herodes Antipas.
Agama Yahudi dipimpin oleh Majelis Sanhendrin yang terdiri dari imam-imam dan ahli
taurat sebanyak 70 orang, pusat mereka ialah bait Allah di Yeusalem. Orang yang tidak
sempat beribadah ke Bait Allah dibangun ditempat mereka rumah ibadah (sinagoge),
mereka beribadah pada hari Sabat, dibawah pimpinan ahli Taurat yang kemudian
membawa para ahli Taurat lebih berkuasa dari golongan imam.

2. Harapan dan kedatangan Mesias. Kerohanian orang Yahudi tertindas karena mereka
merasa mereka adalah yang dipilih Tuhan untuk memerintah dunia, tetapi kenyataannya
bahwa mereka dikuasai suatu bangsa kafir. Mereka menanti kedatangan Mesias dengan
kerinduan yang besar ntuk memulihkan kedudukan mereka dinegeri itu.

3. Hal melakukan Taurat. Tengah menanti Mesias, timbullah keinginan dalam benak
mereka untuk mempelajari Taurat Musa. Kebanyakan dari mereka masuk golongan Farisi
untuk melakukan Taurat secermat mungkin dalam hal berpuasa, sedekah, menguduskan
hari sabat. Karena menurut mereka, itu semua membawa mereka masuk dalam surga,
namun satu hal yang disayangkan bahwa mereka hanya saleh lahiriah dalam pengertian
supaya untuk dilihat orang saja dan tidak saleh rohaninya. Terdapat juga partai imam
yang disebut Saduki, mereka yang menolak harapan kedatangan Mesias yang disertai
berbagai mujizat. Orang-orag Yahudi sangat berpegang teguh pada kitab Tauratnya yaitu
Perjanjian Lama, sehingga mereka tidak menerima apabila ada kitab yang menambah dari
kitab Taurat mereka dan mereka sangat melawan itu

4. Diaspora. Diaspora yaitu perserakan, hal ini terjadi setelah orang Yahudi mengalami
pembuangan di Babel. Mereka berpencar ke daerah Palestina dan dibagian timur, Mesir,
Aexandria, di Laut Tengah dan dikota Roma. Karena mereka sudah berpencar maka
sinagoge-sinagoge (rumah ibadah) ada dimana-mana dan sekali setahun mereka pergi ke
Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan pesta besar. Mereka sudah lupa memakai
bahasa Ibrani dan mereka menggunakan bahasa Yunani, itulah alasannya Perjanjian Lama
harus diterjemahkan kedalam bahasa Yunani, kira-kira 200 sM. Terjemahan ini
dikerjakan di Mesir yang di sebut Septuaginta yang berarti 70 ahli bahasa yang
mengarangnya.

5. Pengaruh Yahudi. Banyak orang yang mulai menghargai agamaitu bahkan orang kafir
mulai masuk agama Yahudi dan takluk kepada Tauratdan mereka itu yang disebut
“proselit” yang berarti penganut agama Yahudi. Karena menurut pandangan orang itu
bahwa orang Yahudi sehati, sepakat, mereka menyembah satu Allah (monotheis) dan
tidak memakai patung-patung, kitab kudus tua dan amalnya baik. Orang-orang “proselit”
yang menyambut ajaran Injil menjadi peranara bagi Gereja untuk memasuki dunia
Yunani-Romawi.

6. Philo dan Alexandria. Philo adalah seorang Filsuf Yahudi yang berusaha menyesuaikan
ajaran Perjanjian Lama dengan Filsafat Yunan dan Plato dan Stoa. Cara yang dia pakai
ialah dengan cara menafsir Alkitab dengan alegoris dan disitu dia menemukan arti yang
dalam dan indah, dia menemukan bahwa hubungan Allah dengan manusia selaku khalik
dan makhluk disamakannya dengan roh dan zat benda dari filsafat Plato, di menjelaskan
Firman Tuhan selaku “logos” yaitu zat suci yang menghubungkan dunia ilahi dan
jasamani di bumi. Ini berpengaruh dalam sejarah gereja dan banyak ditiru oleh pemimpin
Kristen

BAB 3
JEMAAT KRISTEN YANG MULA-MULA

1. Keadaan sidang itu. Kelahiran Gereja ialah hari keturunan Roh Kudus pada pesta
Pentakosta. Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kristus sehingga mereka berani bersaksi
tentang kelepasan yang dikaruniakan Tuhan kepada dunia. Di mana orang menyambut Injil
dengan percaya kepada Yesus Kristus, di sanalah terbentuklah jemaat-jemaat kecil.
Keadaannya nampaknya seperti mazhab Yahudi saja, karena mula-mula orang Kristen masih
mengunjungi bait Allah dan rumah ibadat serta taat kepada taurat Musa. Walaupun demikian,
nyata juga perbedaan besar antara orang Kristen Yahudi ini dengan kawan sebabngsanya,
karena mereka percaya dan mengajarkan bahwa Yesus dari Nazaret ialah Mesias yang
dijanjikan itu. Dengan demkian taurat, bait Allah dacn sinagoge lambat-laun kurang penting
bagi kaum Kristen.
Permulaan sejarah Gereja dapat kita pelajari dari kitab Kisah Rasul-rasul yang
melukiskan hidup jemaat yang mula-mula itu, yang rukun dan dalam suasana gembira dan
berbahagia. Sudah tentu, kita boleh mengambil contoh dari cinta kasih, kegiatan, kerajinan
dan keberanian jemaat yang pertama itu, tetapi janganlah kita lupa, bahwa mereka itu tak lain
dari manusia yang lemah dan berdosa juga. Ingant saja, Ananias dan Safira (Kis 5),
perselisihan tentang pembagian kepada janda-janda dalam pelayanan sehari-hari (Kis 6) dan
nasehat-nasehat Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus. Kita maklum, bahwa
kesucian/kekudusan jemaat Kristen tidak terdapat dalam dirinya sendiri, melainkan dalam
Tuhannya saja (1 Kor 1:30).
2. Sidang pertama bersifat komunis? Ada orang yang mengatakan bahwa jemaat
yang mula-mula bersifat komunis berhubungan dengan penjualan harta benda yang hasilnya
dibagi-bagikan di antara semua saudara sesuai dengan keperluan masing-masing (Kis 5:4).
Tetapi hal itu bukanlah komunisme, karena pemberian itu tidak diatur dengan resmi, itu pun
tidak di haruskan. Tiada berapa lama lagi maka pangkat syamas diadakan untuk melayani
orang miskin , yakni semua anggota Gereja yang membutuhkan bantuan.
3. Karunia-karunia. Pada masa itu tak sedikit orang Kristen yang diberi Tuhan rupa-
rupa “karunia Roh” atau “karunia oleh Roh Allah” seperti karunia menyembuhkan orang
sakit, mengadakan mujizat, bernubuat dan “karunia untuk berkata-kata dengan bahasa Roh”
(glosolatia), yaitu mengeluarkan bunyi dan bahasa yang tak dapat diartikan oleh orang
banyak, tetapi yang perlu diterangkan maknanya (1 Kor 12:10). Dalam sejarah Gereja dapat
kita lihat, bahwa pada abad-abad kemudian juga orang kadang-kadang dianugerahi karunia
semacam itu, tetapi rupanya bukan maksud Tuhan, supaya tiap-tiap orang yang percaya
dikaruniai demikian. Jangan kita lupa keterangan Paulus tentang hal ini (1 Kor 14 dan 19).

4. Gereja menjauhkan diri dari keyahudian. Mula-mula orang Kristen di


Yerusalem belum sadar akan panggilannya terhadap dunia, tetapi segala aniaya yang diderita
dari pihak orang Yahudi menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk mencelikkan mata mereka
guna melihat tugasnya, yakni menyebarkan Injil kepada semua bangsa. Supaya maksud itu
tercapai perlulah kaum Kristen memisahkan diri dari agama Yahudi. Pemisahan itu mulai
sesudah pembunuhan Stefanus, yang menegaskan bahwa taurat dan korban agama Yahudi tak
berharga lagi oleh kedatangan Kristus. Lalu jemaat Kristen sangat dianiaya oleh Sanhendrin,
sehingga mereka lari ke mana –mana. Dengan jalan itu Injil mulai dikabarkan di luar negeri,
mula-mula kepada orang Yahudi saja, tetapi kemudian juga kepada orang kafir (bangsa-
bangsa lain) pertama-tama di kota Anthiokia. Di sanalah pengikut Yesus mula-mula digelar
“orang Kristen” (Kis 11:26) dan dari Anthiokia pulalah Paulus dan Barnabas diutus, baik
kepada orang Yahudi, maupun ke daerah kafir, Gereja tak terkurung lagi dalam batas-batas
adat agama Yahudi, Gereja sedunia mulai berkembang.
5. Pertikaian. Kemudian terbitlah perselisihan antara jemaat muda diantara orang
kafir dengan jemaat induk di Yerusalem. Paulus mengutus bahwa hanya iman kepada Yesus
Kristus saja yang membawa orang kepada keselamatan, sehingga orang kafir yang telah
bertobat tak usah lagi memenuhi segala tuntutan taurat, misalnya sunat. Banyak orang Kristen
diantara kaum Yahudi tak setuju dengan pendirian itu. Pada persidangan rasul-rasul di
Yerusalem (Kis 15) hal ini diperbincangkan, sampai ke dua pihak sepakat untuk
membebaskan orang kafir yang masuk Kristen dari syarat-syarat taurat, kecuali empat hal
yang wajib diperhatikan (Kis 15:29).
6. Kemunduran jemaat di Yerusalem. Pada waktu kemudian kuasa jemaat di
Yerusalem semakin surut. Jumlah anggotan sedikit saja, jika dibanding dengan Gereja di luar
negeri yang bertambah-tambah besar. Menjelang kemusnahan Yerusalem pada tahun 70 oleh
panglima Romawi Titus, maka orang Kristen asal Yahudi meninggalkan kota itu, karena tak
setuju dengan cita-cita dan maksud kaum pemberontak Yahudi. Mereka pindah ke kota Pella
di daerah sebelah Timur sungai Yordan. Mereka digelar Ebionit (ebion = miskin, bahasa
Ibrani) dan kurang berhubungan dengan Gereja besar, bahkan mereka dianggap penyesat-
penyesat, karena mereka menolak ajaran Paulus, dan tidak mengakui pula, bahwa Yesus
dilahirkan oleh seorang perawan. Di samping Perjanjian Lama mereka memakai “Injil orang
Ibrani” suatu kitab apokrif. Lama kelamaan orang Ebionit dilupakan orang, dan sejak
Palestina ditaklukkan dan diduduki oleh orang Arab pada abad ke VII tidak ada kedengaran
lagi tentang golongan Kristen bekas Yahudi yang kecil dan terpencil itu.

BAB 4

ZAMAN SESUDAH PARA RASUL

1. Perkembangan Gereja

Pada masa sesudah rasul-rasul ( kira-kira 70-140 M ) terjadilah perubahan-perubahan


besar dalam gereja Kristen yang muda itu, baik secara lahiriah, maupun secara batinnya.
Sangat cepat ia berkembang kemana-mana. Cara berkembangnya gereja itu kurang kita
ketahui. Segera terdapat gereja Kristen di tanah Siria, asia kecil dan Yunani, tetapi juga di
Mesir, Mesupotonia, Italia dan di tempat-tempat lain yang lebih jauh lagi. Pada masa Paulus
jemaat Roma sudah besar. Rasul Petrus pun pernah bekerja disana dan disana pula ia mati
syait. Pusat Gereja Kristen pada waktu itu ada di negeri sekitar pantai timur laut tengah.
Perkembangan Gereja yang sangat pesat itu diakibatkan rajinnya semua orang percaya dalam
bersaksi tentang nama Yesus Kristus.

Jemaat-jemaat Kristen bukan memandang pada kelompok sendiri saja, melainkan


mereka merasa dirinya terhisap kepada persekutuan Kristen yang luas dan am (katolik) gereja
menganggap dirinya sebagai tujuan ciptaan Allah, alat Tuhan untuk menyelamatkan dunia,
Israel yang rohani dan benar, yang bertentangan dengan kaum Yahudi yang durhaka itu dan
umatNya yang baru dari zaman akhir.

2. Organisasi
Mula-mula pemimpin gereja diamanatkan kepada rasul-rasul (yaitu bukan saja saksi
kebangkitan Yesus, tetapi juga utussan-utusan Injil yang mengendarai semua negeri),
pengajar(guru-guru agama, yang menafsirkan Alkitab, seperti ahli-ahli taurat, dalam agama
Yahudi) dan nabi-nabi (yang menerima Karunia Roh yang istimewa). Saudara-saudara ini
bukan di pilih, melainkan dengan sendirinya mereka di hormati dan diakui kuasanya dalam
jemaat karena karunianya yang biasa itu dan mereka tidak terikat pada satu jemaat saja.

Disamping kata-kata itu ada penatua-penatua (Presbiter) dalam tiap-tiap jemaat dari
antaranya dipilih orang yang diberi tugas mengamati jemaat (Episkopos atau Uskup, artinya
penilik). Pejabat-pejabat itu diserahi pimpinan harian jemaat mengenai keuangan, organisasi
dsb. Mereka dibantu oleh Syamas (diakonos artinya pelayan), tugasnya ialah melayani orang
miskin, memungut uang derma dan menjaga rumah kebaktian.

Pengembalaan jemaat beralih dari golongan rasul, pengajar dan nabi, yang meninggal
dunia, dengan demikian pangkat uskup bertambah-tambah penting selaku gembala jemaat
dan pemimpin jemaat. Pada abad ke II jemaat di Asia kecil dan Siria dan dikepalai oleh
seorang Uskup. Presbiter-presbiter merupakan satu badan tetap, yang memilih uskup serta
pembantunya dalam kebaktian dan pemerintahan jemaat.

Pada Perjanjian Baru mengajarkan kepada tiap-tiap orang yang percaya bahwa ia
adalah seorang iman, sehingga untuk menghadap Allah, tak perlu seseorang pengantara,
selain dari pada Yesus Kristus. Saat terbentuk suatu kaum pejabat atau Klerus, segolongan
iman yang mengetahui segala seluk beluk agama Kristen, sehingga dapat menguasai orang
banyak, yaitu anggota Gereja yang biasa, yang bukan Klerus itu berkuasa karena jabatannya
di padang ilahi asalnya, bukan lagi karena pekabaranya dan pekerjaannya sendiri. Inilah bibit
“pemerintahan Imam” atau Hierarkhia dari Gereja Romawi di kemudian hari.

3. kebaktian

Pada hari pertama suatu minggu, mengapa orang Kristen berkebaktian karena dihari
minggu Tuhan Yesus bangkit, maka jemaat Kristen juga berkumpul pada hari minggu (dari
kata dominggo, artinya Tuhan, bahasa Portugis). Pada zaman itu selalau mengadakan
perjamamuan bersama dalam perkumpulan (Kis 2:26). Jemaat berdoa, menyanyi dan
mendengarkan pembacaan dan penjelasan Alkitab. Pada awalnya sempat timbul kekacauan (1
Kor 14). Lambat laun kebaktian di langsungkan dengan memakai tatacara atau liturgi yang
lengkap. Bagian pertama terdiri atas doa, nyanyian, pembacaan Firman Tuhan dan Khotbah.
Pemimpin kebaktian (Uskup) mengucapkan syukur atas roti dan cawan, sebab itu dalam
gereja lama Perjamuan itu disebut “eukharistia” (Pengucap syukur).

Jemaat Kristen percaya bahawa Kristus sendiri sungguh-sungguh berada di dalam


Roti dan air anggur, tetapi bagaimanakah beradanya Tuhan itu? Kebanyakan orang Kristen
tentu mengartikannya secara realistis dan magis. Secara realistis itu berarti bahwa roti dan
anggur bukanlah mengiaskan atau melambangkan tubuh dan darah Kristus, melainkan ia
benar-benar dan sungguh-sungguh berada di dalamnya, secara magis ialah pandangan orang
kafir zaman itu, yakni bahwa benda-benda suci seperti itu mengandung suatu khasiat alam
atas atau zat ilahi yang mengatasi alam dunia ini, yang dengan sendirinya memberi berkat
rohani dan jasmani kepada seseorang yang menerimannya. Dengan itu roti dan anggur
dianggap membawa berkat dan karunia Allah, bahkan sebagai obat dan jaminan untuk
mendapat hidup kekal.

Eukharistia mulai di pandang sejalan dengan dan selaku lanjutan dari persembahan
syukur dalam perjanjian Lama. Nama “korban” dan “Mezbah” (altar) kedengaran pula.
Akibat dari pandangan yang salah ini ialah ajaran Gereja Romawi di waktu kemudian tentang
“korban misa”, yang di pandang selaku ulangan yang tak berdarah dari korban Kristus di
Golgota.

Berhubungan dengan sucinya eukharistia itu, tak mungkin lagi perayaan yang kudus
di hubungkan dengan makan bersama baik yang kaya maupun yang miskin akan menikmati
sajian yang ada, dan dipisahkan dengan Perjamuan atau eukharistia yang suci.

4. Ajaran dan Kebajikan

Zaman Rasul-rasul dengan zaman sesudahnya, jikalau kita menyelidiki bagaimana


berita Injil sendiri dipahami oleh jemaat. Ajaran Perjanjian Baru pada umumnya dan ajaran
Paulus pada khususnya, maka Keselamatan manusia bergantung semata-mata pada rahmat
Allah di dalam Yesus Kristus dan bukan pada suatu perbuatan manusia. Pada permulaan abad
ke II pokok utama Injil itu sudah kurang di mengerti orang. Jemaat Kristen tentulah masih
tetap percaya bahwa Allah saja yang dapat memberi keselamatan, tetapi yang di pentingkan
sebenarnya bukanlah lagi kebenaran yang dianugrahkan oleh Tuhan, melainkan usaha dan
perbuatan-perbuatan manusia untuk mencapai kebenarannya sendiri.

Injil menjadi suatu taurat baru. Benar Yesus masih tetap diakui sebagai Anak Allah,
tetapi pekerjaanNya sebagai pembebas berkurang artinya. Segenap hidup Kristen menjadi
suatu perjuangan akan menggenapi segala tuntutan agama yang diajarkan oleh Yesus, supaya
amal dan kebajikan itu kelak diganjari oleh Tuhan. seseorang Kristen penting melakukan
perkabaran Injil namun bukan dalam arti dia tetap dibenarkan dihadapan mahkamah Tuhan,
dosanya yang kecil dapat diampuni di dunia ini sesudah ia dibaptiskan, asal ia menyatakan
penyesalannya yang sungguh-sungguh.

Segala amal patut diganjar. Tak mengherankan, bahwa jemaat mulai membedakan
amal-amal itu menurut harga dan pentingnya. Dosa –dosa pun dibedakan ada yang dipandang
berat, yang membawa kepada maut kekal, karena orang yang melakukannya kehilangan
rahmat dan jangan pula disebut dosa ringan, yang dapat ampuni jika orang yang bersalah itu
mengakui dan menyesal.
Gereaja zaman permulaan abad ke II, isalnya kesaksian Uskup Ignatius dari Antiokhia
didalam surat-suratnya yang bersengat, yang ditulisnya takala ia diantar keroma untuk
menghadap kepengadilan Tinggi (kurang lebih 115). Kebebasan dikaruniakan Kristus, yang
telah menjadi manusia dan menderita sensara karena kita, itulah pusat dan dasar agama
Kristen bagi Ignatius. Di kemudian hari ternyata bagian timur dari gereja lama suka
mementingkan mistik, sedangkan gereja dibarat yang bersifat lebih aktif, suka menekan
kepada amalan dan kebajikan. Tetapi pada abad ke II pada umumnya moralisme marajalela,
baik ditimur maupun dibarat.

Suatu agama dipandang selaku suatu hal yang elok dan menyenagkan alam pikirannya
yang dicarinya alam gereja ialah khasiat sakti dan sukramen yang dengannya akan menjadi
berkat dan untung buat jiwa dan tubuhnya. Sifat orang banyak yang ternyata pula dalam
kitab-kitab apokrif yaitu kitab Injil dan hikayat-hikayat tentang perbuatan rasul-rasul, yang
ditambahkan kepada surat-surat Perjanjian Baru yang diakui sah dan resmi didalam Gereja.
Kitab-kitab apokrif itu (seperti Injil orang Ibrani, Injil Petrus, Injil Thomas, Kisah Para Rasul,
Kisah Petrus dan sebagainnya.

5. Kesimpulan

Dari uraian diatas kita tahu bahwa pada masa sesudah rasul-rasul, sudah tersedia
lengkap dasar gereja Roma dikemudian hari, yakni Hierarkhia, Moralisme, salah paham
tentang sakramen, dan kepercayaan kepada muzijat. Barulah gereja protestan yang menunjuk
kepada jurang perbedaan yang dalam antara berita Perjanjian Baru.

BAB 5

PERTIKAIAN ANTARA GEREJA DAN DUNIA

1. Sebab pertikaian itu mula-mula Negara romawi menganggap kaum kristen sebagai
mezbah yahudi, sehingga merekapun bebas melakukan agamanya. Akan tetapi segera
kemudian ternyata bahwa betulnya agama Kristen itu bukan suatu agama kebangsaan
yang di izinkan melainkan agama baru apalagi yang membentuknya ialah seorang yang
mati tersalib oleh pengadilan romawi sendiri. rupanya orang Kristen itu sangat berbahaya
bagi Negara. Kebanyakkan dari mereka adalah bangsa yunani dan romawi dan sesudah
masuk agama Kristen mereka tidak turut lagi beribadah kepada dewa-dewi itu semua
disangkalnya hanya satu allah saja diakuinya itulah sebabnya mereka mendapat nama
sendirian orang yang tidak berdewa.
Kelakuan orang Kristen sangat berbeda dengan orang kafir. Mereka itu menjauhkan diri
dari persundalan sandiwara arena (gelangga tempat pertunjukkan perkelahian antara binatang
atau pahlawan) dan tida urung pula menjabat suatu pangkat ketentaraan. Oleh karena
istimewa itu mereka di curigai ada yang menyangka bahwa orang Kristen membunuh dan
memakan anak-anak kecil dalam perkumpulannya, karena pernah didengar bahwa mereka
makan daging dan minum darah manusia (Yoh 6:53). Ada pula yang berbisik bahwa tentulah
orang kristen itu peracun berhubung dengan cawan yang dipakainya. Yang lain lagi menuduh
jemaat Kristen melakukan pelacuran keluarga, sebab mereka mendengar tentang cium
persaudaraan yaitu semacam ucapan salah satu sama lain dalam kebaktian. Dengan
berkembangnya gereja Kristen, maka persembahan korban dirumah berhala makin berkurang
pendeknya, kaum Kristen sehingga rakyat berseru-seru lemparkanlh orang Kristen kedepan
singa supaya dengan demikian terhapus dosa mereka terhadap dewa-dewa. Pemerintahan
mencurai kesetiaan dan kejujuran kaum Kristen terhadap Negara mereka tidak mau
mempersembahkan korban kepada kaisar. Itulah bukti bagi pegawai pemerintah, bahwa orang
Kristen tak dapat dipercaya selaku warga Negara. Barangkali mereka adalah anasir politik
yang jahat yang kelak hendak memberontak melawan kaisar.

2. Penghambatan pertama terjadi dikota roma pada tahun 64 atas perintah kaisar nero, yang
mempersalahkan orang Kristen karena kebakaran besar yang memusnakan sebagian dari
ibu negeri itu. pada hal nero sendirilah yang menyuruh orangnya melakukan pembakaran
itu. orang Kristen dianiaya dengan sangat negerinya umpamanya dilabur dengan gala
lantas dibakar hidup-hidup dan dijadikan obor pada pesta malam. Namun sebenarnya
penghambatan yang pertama itu hanya sebentar dan terbatas kepada kota roma saja.
Dalam keabad ke III barulah kebencian roma dan rakyat kafir terhadap kaum Kristen
menyatakan diri dengan sedahsyat diseluruh kekaisaraan. Di bawah pemerintahan
domitius seorang kaisar yang lalim (81-96) jemaat Kristen sangat tertindasdi beberapa
bagian kerajaan. Agama dilarang maklumat kaisar sebab dianggapnya berbahaya bagi
Negara menurut tradisi pada masa inilah rasul yohanes dibuang kepulau patmos. Dibawa
trayanus (98-117) penganiayaan berkurang karena ternyata bahwa orang Kristen bukanlah
penjahat yang mengancam keamanan negeri. Dalam suratnya yang terkenal itu kepada
plinius wali negeri bitinia di asia kecil maka triyanus memberi perintah supaya surat buta
yang mengadukan orang Kristen. sejak waktu itu sampai tahun 250 kedudukan gereja
Kristen dalam kerajaan roma adalah seperti berikut pemerintah curiga terhadap orang
Kristen. tetapi pada umumnya mereka dibiarkan saja. Sekalipun demikian acapkali juga
berkobar api kebencian sehingga disana sini jemaat disiksa dengan bengis agaknya
penganiayaan itu tidak dititahkan langsung oleh kaisar tetapi perlu ada cara melaksanakan
diserahkan kepada pengusaha daerah dan mereka pun biasanya barulah menganiaya kaum
Kristen apa bila di desak atau diasuk oleh rakyat.
3. Sikap jemaat dalam kesengsaraan pada masa itu munculah suatu jenis kalangan yang
melukiskan kepada kita keberanian dan iman orang percaya pada zaman itu, yaitu riwat-
riwat itu syahid (saksi) yang sangat mengharukan hati. Orang Kristen dituduh orang kafir
lalu ditangkap dan dibawa kehadapan hakim. Mereka membawa korban kepada kaisar
dengan jalan menaburkan senggenggam kemenyan diatas mezbah baginya, maka mereka
terus dilepaskan apabila mereka tidak mau mereka dinasehati dulu dengan mengingatkan
hukuman keras yang akan dideritanya. Hukuman itu misalnya dipancung kepala dibuang
kesalah satu pulau yang jauh atau dipekerjakan selalu budak dalam tambang. Orang
syahid (saksi) yang terkenal dari masa penghambatan yang mula-mula yang ceritanya
yang kita ketahui ialah umpamanya polykarpus, uskup smira yang hampir seratus tahun
umumnya (+156) ia berkata kepada hakim. Sudah 86 tahun aku mengabdikan diri kepada
kristus dan belum pernah ia berbuat salah kepadaku bagaimanakah aku mungkin
mengutuk raja dan juruselamatku itu tuan hakim mengancam aku dengan api yang
seketika saja menyala, tetapi tuan mengenal api yang kekal tempat orang fasik akan
dibuang kelak selain ia juga Yustinus Martir blandina seorang budak perempuan muda di
lyon (tahun 177 dimasa pemerintah kaisar marcus aurelius) perpetua dan felicitas di
kartago (202 dimasa pemerintahan kaisar septimius severus) sikap yang gagah berani dari
orang syahid sangat menarik hati, maut yang ngerit itu tidak menggentarkan mereka,
mereka bergembira dan bersyukur kepada tuhan mereka layak dipandang layak menjadi
martyr atau saksi yang mati syahid untuk yesus kristus dengan ambil bagian dalam
sengsara tuhanya itu. orang Kristen akan siksa akan dibunuh karena imannya lebih
banyak dari pada yang menyangkal kepercayaannya. Orangf kafir yang mullai menginsafi
kemuliaan dan kebenaran agama itu dan tak sedikit pula orng murtad sehingga mereka
bertobat lagi dan menyerahkan dirinya kepada hakim demikianlah gereja bertambah besar
justru karena pembaharuan itu, benarlah ucapan tetulianus darah orang syahid itulah
benih gereja.

4. Orang apologet dihadapan mahkamah, orang Kristen yang terdakwa itu tidak diberi
kesempatan untuk membela agamanya dngan uraian yang jelas. Sebab gereja harus
menempuh jalan yang lain untuk mempertahankan diri terhadap kebencian umpat dan
penghinaan oleh kaum kafir itu pada bagian pertama abad ke II beberapa orang Kristen
yang terpelajar mulai mengarang surat pembelaan atau apologia. Para penulis itu sendiri
dinamai apologet. Yang paling terkenal diantaranya ialah yustinus martir yang mati
syahid diroma pada tahun 165. Sebelum bertobat masuk Kristen ia seorang filsuf yang
menurut kebiaasaan zaman itu menjelajahi negeri dengan mengajar dan berkhotbah. Cara
bekerja dilakukan sebagai seorang pekabar injil. Ada dua kitab yang dikarangnya yaitu
apologia dan percakapan dengan tryphon orang yahudi. pada akhir abad itu tampillah
tertullianus, seorang ahli hukum yang alim, dengan kitab apologianya dalam bahasa latin
pada abad kemudian banyaklah ahli theologia Kristen yang berusaha untuk membela
kebenaran gereja dengan karangan mereka. kitab apologia itu biasanya menguraikan tiga
pokok pertama segala fitnah dan tuduhan dibantah. Orang Kristen menimbulkan bahaya
bagi Negara mereka berdoa untuk kaisar segala umpat itu bohong semata-mata dan hidup
mereka sopan dan tidak bercela setelah itu orang apologet mengemukakan pelbagai dalil
yang membuktikan kebenaran agama kisten. Hidup dan kematian yesus telah dinubuatkan
dalam perjanjian lama, kitab kudus yang tua dan mulia itu ajaran injil sesuai dengan
pandangan yang yang terindah dalam filsafat kafir bahkan lebih berharga lagi karena
hidup tinggi dan kebebasan yang hanya diangankan oleh filsaf. Akhirnya orang apologet
menyerang agama kafir menunjukkan kepada kebodohan politdeisme dan percabulan
yang bersangkutan dengannya, filsuf yunani juga belum bebas dari kepercayaan takyul itu
dan segala pikiran mereka yang lebih indah dipungut dari surat musa. Maksud dan
hendak dituju pada apologet itu tidak tercapai oleh karena seteru agama Kristen, tetapi
walaupun demikian opologia itu sangat berfaedah juga karena orang percaya
mempelajarinya serta mempergunakan uraiannya dan pembuktiannya selaku senjata
dalam menangkis segala musuhnya. Dan untuk membela diri apabila disalahkan dan hasil
yang lebih penting lagi ialah bahwa orang apologetlah yang menjadi ahli theologia gereja
yang pertama itu sesudah rasul paulus dan yohanes.

5. Celcus perbantahan secara tertulis dari pihak kafir terhadap sesam agama Kristen barulah
kita temui pada tahun 180 seorang fisuf yang pandai celcus namanya mengemukakan
bermacam-macam tuduhan yang tajam terhadap injil dan pengikut kristus agama Kristen
berasal dari tipu daya yesus bersama muridnya. Celcus sungguh menaruh syak akan jalan
keselamatan yang diajarkan oleh perjanjian baru mustahil Allah telah menyatakan diri
dalam yesus kristus, karena allah yang tak berubah itu tak dapat turun martabadnya
menjadi manusia kemudian celcus dibantah oleh origenes.

BAB 6
GODAAN DARI PIHAK GNOSTIK
1. Wujud gnostik . Salah satu sinkretisme yang dualistis – pantheistis ( lihat bab 1.3) , yang
berusaha menggabungkan filsafat barat dengan agama timur, ialah gnostik, yakni ajaran
tentang gnostik. Kata gnostik ini berarti “pengetahuan,’’ tetapi disini dimaksudkan suatu
“hikmat tinggi’’ yang berahasia dan tersembunyi tentang asal dan tujuan hidup manusia.
Pada zaman itu dengan giat, sebab akal sanubarinya kurang dipuaskan oleh agama biasa
yang mudah dipahami.
2. Gnostik Kristen. Semangat ini mencoba memasuki Gereja yang mudah itu, sebab pada
hemat banyak anggota, berita Injil itu terlampau sederhana.Hikayat-hikayat yang terang
isinya dan ajaran Gereja yang mudah dimengerti itu kurang digemari. Mereka mencari
suatu hikmat yang lebih dalam, lebih indah dan penuh rahasia. Oleh sebab itu mereka
mulai menafsirkan injil secara alegoris, tetapi dengan demikian “kebodohan salib”
ditukarkannya dengan “hikmat dunia” (1kor 1:18-25).
Ajaran gnostik Kristen boleh diringkaskan sebagai berikut :
1. Allah yang tertinggi, yang keadaanya adalah roh, tak ada hubunganya dengan dunia ini
2. Dunia diciptakan oleh suatu ilah rendah (demiurgos’’ namanya, artinya “pencipta
dunia’’) yang dikenal dari perjanjian lama.
3. Manusia mengandung sebagian kecil dari roh Allah dengan tubuh maya (ajaran
dosentisme untuk membebaskan bagian ilahi yang kecil itu
4. Oleh pengajaran dan teladan Kristus, roh menusia diajak untuk berusaha melepaskan
dirinya dari zat benda dan supaya kembali kepada Allah yang tinggi itu ajaran dualisme.
Dengan perkataan yang lain: Kristus yang membawah segala gnosis yang tersembunyi.
Tetapi gnosis itu hanya dapat dimengerti oleh “orang yang rohani atau orang bergnosis,
yang tahu membaca Alkitab secara alegoris. Hanya mereka itulah yang dapat
membebaskan zat ilahi yang tertanam dalam jiwa pada manusia dan yang terkurung
oleh tubuh jasmani yang fana itu, sehingga akhirnya zat rohani itu dapat di persatukan
pula dengan asalnya, yaitu zat Allah.
3. Sejarahnya. Paulus dan yohanes telah mengigatkan pembacanya, supaya jangan tertipu
oleh pengajar-pengajar sesat, yang membanggakan dirinya karena marifatnya yang
istimewa, atau yang menyangkal bahwa kristus telah datang sebagai manusia (1 tim 6-20
1yoh 4:1-3). Tentu baru pada dimana-mana terbentuklah kelompok – kelompok orang
orang kristen yang merasa dirinya lebi berhikmat dan rohani dari pada jemaat biasa.
Kedudukan orang gnostik berbeda-beda di dalam Gereja. Ada yang masih bergaul dengan
jemaat yang lain yang mengadakan perkumpulan sendiri, dan ada pula yang dikucilkan
oleh pemimpin-pemimpin Gereja, sehingga terpaksa mereka merupakan jemaat terpisah.
Puncak pengaruh gnostik terdapat kira pada tahun 150. Pusatnya ialah kota Alexandria,
tempat kerja Basilides, yang mengarang sebuah tafsiran perjanjian baru secara gnostik,
dan kota roma tempat valentines mengajar gnostik Kristen, yang paling masyhur dan
ilahi.
4. Sikap Gereja terhadap gnostik. Sungguh besar godaan aliran mistik yang pantheistis
ini kepada Gereja. Seandainya Gereja tidak menyadari bahaya ini dan membiarkan
dirinya dihanyutkan saja oleh arus gnostik yang menarik hati itu, maka tak dapat tidak
Gereja Kristen akan menjadi salah satu saja dari segala agama rahasia yang banyak itu
dan kelak akan hilang lenyap seperti agama-agama yang lain itu. Akan tetapi syukurlah
Gereja terpelihara dari bahaya itu. Dengan jalan bagaimana? Karena Gereja tetap berpaut
kepada kuasa perjanjian lama. Dengan itu Diakuinya bahwa Allah pencipta dunia tak lain
dari pada Allah bapa Yesus Kristus. Hal ini berarti bahwa dunia tak dijadikan oleh
seorang Demiurgos dan segala dosa dan kejahatan dalah kesalahan manusia sendiri, yang
bangkit melawan Tuhanya dan merusakkan ciptaanya yang baik itu.
Sebab itu kebebasan manusia hanya berdasar pada mujizat rahmat Tuhan saja.
Kebangkitan segala daging (makhluk) pun diikrarkan Gereja, pada hal gnostik
menyangkalnya, berhubung dengan zat benda dihinakannya sesuai dengan ajaranya yang
dualistis itu.
Akan tetapi ada juga yang dipelajari gereja dari gnosti itu.Gereja mulai mengerti lagi
bahwa maksud Injil yang terutama ialah kebebasan dan bukan untuk mengemukakan suatu
taurat baru. Tambahan pula, ahli-ahli gnostik merupakan penunjuk jalan bagi Gereja, sebab
mereka mulai memakai istilah-istilah theologia, suatu kanon perjanjian baru, tafsiran-tafsiran
dan pengakuan iman. Segala perkara itu mendorong Gereja menangkis serangan gnostik
dengan senjata yang serupa itujuga.

BAB 7
KRIKTIK TERHADAP GEREJA RESMI
1. Hidup Marcion. Maecion ialah seorang kaya di Bandar sinope di pesisir laut hitam, ada
perusahaan perkapalannya di daerah itu. tetapi ia meninggalkan kota itu untuk menyebarkan
ke mana-mana di dalam gereja pandangan-pandangannya yang baru tentang injil. Akan tetapi
gereja menolak ajaranya; pada tahun144 dikucilakan oleh jemaat roma. Marcion sangat
bersemangat dan seorang organisator yang cakap. Ia membentuk sebuah gereja baru (gereja
sendiri), yang berkembang dengan cepat, sehingga beberapa puluh tahun kemudian hampir
sama besarnya dengan gereja “katolik” barulah pada abad ke-V gereja Marcion berangsur-
angsur lenyap, oleh karena perlawanan dari negara, yang menghendaki satu gereja Kristen.
Tokoh marciondengan ajarannya dan pengaruhnya yang sungguh-sungguh mengancam hereja
lama itu perlu kita bicarakan lagi dengan jelas.
2. Alasannya. Bahwa marcion menginsafi dan menunjukkan dasar-dasar ajaran paulus, ialah
jasanya yang sangat berharga nagi gereja. Ia mengerti bahwa pembenaran manusia oleh iman,
seperti yang diajkan oleh paulus, adalah intisari Injil. Dengan kecewa dan penuh rasa kesal,
Marcion melihat bahwa gereja pada zaman itu sudah melupakan satu-satunya jalan
keselamatan yang benar, sehingga terperosok ke dalam moralisme, yang menukarkan rahmat
Allah dengan amal dan usaha manusia. Sebab itu Marcion berniat menghidukan pula ajaran
palus di dalam gereja.
Selain dari penemuan ini theologianya pun tertentukan oleh pengalamannya sendiri. hatinya
terharu, karena keadaan dnia ini, yang jahat dan kurang sempurna, dan yang menampilkan
rupa-rupa soal yang sukar dijawab. Masa Allah yang mahakuasa, Bapa yang baik dari Yesus
Kristus, telah menciptakan suatu dunia yang demikian? Barangkali pencipta dunia ini, yaitu
Allah perjanjian lama, adalah Allah yang lain yang kurang mulia dan cakap.
Agaknya Marcion dipengaruhi oleh gnostik yang juga membedakan perjanjian lama dari
baru, Allah Khalik dan Allah penyelamat. Sungguhpun demikian, Marcion buknlah seorang
gnostik, karena ia tidak mencari hikmat rahasiawi selaku jalan kebebasan; keselamatan
manusia diperoleh manusia oleh iman kepada Yesus saja. Apalagi ajaran dan gerejanya
teruntuk bagi segenap umat Kristen, bukan bagi segolongan kecil saja. Marcion memikirkan
dan merencanakan ajarannya sendiri. maksudnya yang terutama ialah untuk mengeritik
tersesatnya jemaat Kristen di hadapa umum, supaya berpaling dari moralismenya dan
kembali kepada Injil Yesus dan theologia Paulus.
3. Ajaran. Menurut Marcion, dunia diciptakan oleh Allah yang menyatakan dirinya di dalam
perjanjian lama. Allah tidak jahat, tetapi renah derajatnya. Ia mau berbuat baik, tetapi tak
sanggup melangsungkannya. Maksudnya ialah untuk memerintah dengan adil, tetatp justru
karena itu ia menjadi keras dan bengis, karena taurat yang elah diberikannya kepada manusia
itu terlalu berat, sehingga mustahillah manusia dapat melakukannya. Makhlukmenjadi kurang
sempurna, sebab khaliknya sendiri kurang sempurna. Tetapi walaupun demikian, Allah
perjanjian lama ini menuntut kegenapan tauratnya seratus persen, sambil mengenakan
hkuman berat atas tiap-tiap pelanggaran, menurut aturan “mata ganti mata, gigi ganti gigi.”
Dengan itu Allah pertama ini tidak dapat ia menjadi seorang hakim yanglalim dan kurang adil
terhadap dunia.
Kemudian Yesus datang. Di dalam khotbahny-di-bukit” Yesus memberitakan suatu keadilan
yang lebih indah, yang tidak berpokok pada pembalasan, melainkan kepada pemurahan dan
kemapunan. Oleh karena itu menjadi nyata, bahwa tentulah Yesus tidak diutus oleh Allah
Perjanjian lama, tetapi oleh Allah yang lain, yang asing bagi dunia ini dan belum dikenal.
Allah itu ialah yang benar, maha tinggi,. Meskipun Allah yang kedua ini tak ada
hubunganNya dengan dan tidak bertanggung jawab atas nasib manusia, namun ia menaruh
belas kasihan, sehingga ia mengutus anakNya untuk membebaskan manusia dari tindasan
khaliknya. Demikanlah Yesus turun ke bumi pada tahun 28 dengan memakai tubuh maya
(dosetisme). Allah khalik merasa dirinya terancam; sebab itu ia mengikhtiarkan pembunuhan
Yesus di kayu salib. Tetapi dengan demikian ia melanggar tauratnya sendiri, karena
Yesusbaik sama sekali. Sekarang ia dihukum menurut aturan pembalasannya sendiri; ia harus
menyerahkan kepada Allah pembebas tiap-tiap orang yang percaya akan Yesus. Segala orang
itu dibenarkan oleh karena imannya dan mewarisi keselamatan yang kekal.
Dengan demikian percaya ialah; menyangkal Allah-khalik dan menyerahkan diri kepada
kasih Allah yang mahatinggi. Penyerahan itu berarti, bahwa orang-orang Kristen patut
mnjauhkan diri dari dunia yang cemar ini dengan jalan bertarak dan beraskese : menyiksa
diri, menahan diri dari daging, minuman keras, bersetubuh, dan sebagainya. Sudah tentu
bahwa Marcion menolak kedatangan kristus kembali dan kebangkitan segala
daging/makhluk.
Kesimpulankita sudah memeriksa ajaran marcion itu ialah: sungguh pun marcion berjasa
kepada gereja, sebab yang ditekankannya ialah pembenaran oleh iman, manun sebenarnya ia
kurang mengerti theologia paulus, karena bagi Paulus, Allah perjanjian lama yang memberi
taurat adalah sama saja dengan Allah perjanjian baru, yang mengaruniakan rahmatNya di
dalam Yesus Kristus. Siapa yang memisahkan keduanya, ia merusakkan Injil.
4. kanon Marcion. Hal merusakkan itu nyata seterang-terangnya dari sikap marcion terhadap
Alkitab. Perjanjian Lama ditolaknya mentah-mentah, dan sama seperti orang gnostik ia
membagi surat-surat tentang Yesus atas kitab-kitab yang sah dan kitab-kitab sah, dengan
memakai kanonnya sendiri. kebanyakan surat-surat itu pun tidak diakuiny, karena tak sesuai
dengan ajarannya. Dari kitab-kitab Injil hanyalah Injil Lukas saja yang dipilihnya, sebab
kurang berbau Yahudi, tetapi riwayat kelahiran Yesus dicoreknya, oleh sebab dosetismenya.
Dan dari surat-surat rasuli hanya surat-surat Paulus saja yang dipakainya kecuali Timotius
dan Totus. Surat-surat yang sedikit, yang dipandang sah oleh Marcion itu, kemudian dirasa
perlu dibersihkan lagi dari segala catat Perjanjian Lama. Akan tetapi segala usahanya itu tak
mungkin berhasil, sebab memang tak mungkin memisahkan perjanjian baru dari dasarnya,
yakni perjanjian lama.
5. Marcion dan Gereja. Gereja katolik belajar dari marcion mengenai beberapa hal yang
penting. Bukan saja gereja mulai menyusun kanonnya sendiri. tetapi terlebih-lebih
theoogianya memperlhatkan dalam karangannya bahwa mereka menginsafi lagi inti Injil,
yakni bahwa bukan kebajikan dan usaha manusia, melainkan Rahmat da keampunan dari
Tuhan. Akan tetpi biarpun demikian, gereja terapaksa jua menolak pandangan-pandangan
Marcion sama sekali. Karena baik gnostik, maupun Marcion mengajarkan suatu jalan
kebebasan yang salah. Menurut Marcion, jiwa harus dibebaskan dar ciptaan yang rendah dan
juga dari pada kuasa khaliknya. Menurut gnostik pula, api ilahi yang tedapat di dalam
manusia, perlu dibebaskan dari dunia jasmani yang jahat. Bertentangan denhan kedua ajaran
yang sesat itu, gereja mempertahankan kesatuan perjanjian lama dan baru, sera mengajarkan
bahwa dunia ini tak lain dari ciptaan Tuhan sendiri, yang akan diluputkan dari dosa oleh
Tuhan itu juga, baik bagian rohaninya maupun bagin jasmaninya.
B. Dari Pihak Montanisme
1. timbulnya Montanisme. Seorang yang ketiga, yang dialami gereja pada abad ke-II, di
samping serangan-serangan gnostik dan Marcion, adalah serangan dari pihak Montanisme.
Gerakan pembangunan rohani timbul di pendalaman Asia kecil kira-kira tahun 160. Banyak
orang Kristen merasa kecewa, oleh karena kuasa Roh Kudus tidak menyatakan dirinya lagi
dengan hebat dan ajaib di dalam gereja seperti dahulu. Hal nubuat, ekstase dan glosolalia,
sudah hilang lenyap. Kaum Kristen hanya memetingkan jabatan yang tetap dan
organisasinya. Tambahan pula, jemaat tidak lagi merindukan kedatangan mempelai laki-laki
itu, gereja sudah turun derajatnya bagi banyak anggotanya, karena merasa senang di dunia. Di
manakah penghibur menurut Roh, yang akan menyertai jemaat Tuhan selaku penolong dan
penghibur menurut janji Tuhan Yesus sendiri (Yoh 14:16).
2. Ajaran Dan riwayatnya. Lagu bangunlah montanus bersama-sama dengan dua orang
nabiah: Priscilla dan maximilla. Mereka itu berkata-kata dengan bahasa Roh (glosalia) dan
kadang-kadang berekstase samapi tak sadar lagi bagaikan orang mati. Itulah tanda, katanya,
bahwaRoh penolong sekarang telah datang, dan berkata-kata dengan mulut mereka.
Kedatangan Yesus Kristus kembali sudah hampir; semua orang percaya yang sejati
dianjurkan supaya meninggalkan segala ikatan bumi ini dengan berkumpul di pepusa, sebuah
desa di Asia kecil; maksudnya ialah untuk menantikan Tuhan di sana. Wajiblah jemaat sejati
itu memperhatikan penyataan yang tertinggi dan akhir itu, yang disampaikan oleh Roh
penolong itu menuntut kelakuan yang suci seorang janda (balu perempuan) dilarang menikah
untuk kedua kalinya; jemaat seluruh menahan nafsu tubh seboleh-bolehnya; pausa harus
dilakukan dengan aturan yang keras; mati syahid (martid) dipandang sebagai suatu
keuntungan dan kehormatan; “Darahmu menjadi anak kunci Firdaus”.
3. Gereja dan Bidat (sekta). Mula-mula gereja merasa sukar menentukan pendiriannya
terhadap sekta montanus. Pada waktu itu untuk pertamakalnya adanya diadakan sdang uskup-
usku, yang disebut sinode, untuk merundingkan baik buruknya gerakan yang baru itu. tak
lama kemudian, kebanyakan uskup menolak montanisme, karena dianggap adalah ajaran
yang sesat.
Montanisme itu hanyalah permlaan dari segala gerakan pembinaan rohani yang banyak itu di
dalam sejarah gereja. Anjurannya supaya hidup di dalam Roh dan kritiknya terhadap
kesuaman kebanyakan anggota jemaat, tentulah penting sekali dan selalu perlu diperhatikan.
Tetapi sungguhpun demikian, gereja wajib melawan asas-asas sekta itu. keberatannya
adalah :
· Salah benar ajaran Montanus bahwa Roh Tuhan mengaruniakan penyataan baru lagi,
yang lebih tinggi dan sempurna dari pada penyataan Tuhan dalam Alkitab. Injil saja
sudah cukup, sehingga tak perlu ditambah lagi
· Jikalau jemaat Kristen mengasingkan dir supaya boleh mengarahkan pikirannya kepada
kedatangan Kristus saja, tak dapat tidak jemaat mengabaikan tugasnya di dalam dan
untuk duni ini. Gereja tak boleh menjadi sekta, yang hanya mengutamakan
keselamatannya sendiri saja, tetapi ia terpanggil untuk memasyurkan Injil kepada semua
manusia di tengah-tengah masyarakat yang berdosa.
· Demi melihat moralisme yang memuncak di dalam montanisme,maka mata gereja
terbuka dan melihat moralisme sendiri, sehingga ulai sadar bahwa gereja bukanlah
prkumpulan orang yang suci atau sempurna, melainkan adalah perkumpulan orang yang
berdosa; jemaat Kristen di bawah rahmat, bukan lagidi bawah taurat.

BAB 8
SENJATA-SENJATA GEREJA

1. KEMENANGAN GEREJA
Oleh karena Tuhan tidak meninggalkan Gereja didalam bahaya yang mengancamnya, maka
segala serangan terhadapnya malah mendatangkan kebaikan baginya. Diantara tahun 150 dan
200 Gereja sanggup menolak segala ajaran yang sesat, dan menginsafi wujud dan tugasnya .
Kemenangan ini barulah tercapai sesudah pergumulan yang hebat. Gereja terpaksa
melengkapi senjatanya untuk melawan sekta. Senjata itu pula menjadi ciri dan peryataan
yang tegas dari wujud Gereja sendiri. Ketiga senjata itu ialah: a. Kanon dari kitab-kitab
Perjanjian Baru, yang diakui sah di samping Perjanjian Lama; b. Pengakuan Iman untuk
menetapkan ajaran Gereja, dan c. jabatan uskup, selaku pengganti rasul-rasul dan pembela
kebenaran. Demikianlah Gereja membedakan ajarannya yang Injili dari segala ajaran yang
sesat.
2. KANON
Sampai waktu itu Gereja hanya mempunyai sebuah kitab saja, yang menjadi Kanon (yaitu
ukuran atau kaidah) bagi kepercayaan dan kehidupan anggotanya, yakni Perjanjian Lama.
Sudah barang tentu bahwa sanbda Tuhannya, Yesus Kristus, dan segala cerita secara lisan
dan tulisan mengenai Tuhan, sangat berkuasa pula dalam Gereja. Hanya kuasa itu belum
dirumuskan dan ditentukan. Jikalau Gereja melawan sekta-sekta yang telah mengumpulkan
banyak (gnostik) atau sedikit (Marcion) surat-surat kudus yang menjadi kanonnya, di
antaranya banyak yang apokirif, maka tugas Gereja yang pertama ialah menetapkan sendiri
kitab-kitab manakah memuat cerita-cerita yang benar tentang Tuhannya. Kaidah yang
dipakainya dalam menimbang dan memutuskan soal itu, ialah apakah kitab-kitab yang
bersangkutan itu berasal dari rasul-rasul atau tidak? Karena hanyalah rasul-rasul dengan
murid-murid mereka sendiri saja yang dapat dianggap sebagai saksi yang dapat dipercaya,
dan pengarang yang diilhami Roh.
Beralaskan pendirian itu maka pada tahun 150 keempat kitab Injil yang kita kenal, sudah
umum diakui “Kanonik” (yaitu selaras dengan kanon). Demikian pula Surat-surat Rasul
Paulus, dan kitab Kisah Rasul-rasul, sebab ditulis oleh murid dan sahabat Paulus, yakni
Lukas. Diantara segala “Kitab Wahyu” (kitab apokaliptik) yang banyak itu, hanya Wahyu
Yohanes saja yang dipandang sah, meskipun ada juga yang berkeberatan terhadapnya.
Mengenai surat-surat kiriman, hanya secara berangsur-angsur tercapai persetujuan, tetapi 1
Petrus dan 1 dan 2 Yohanes segera dianggap “Rasuli”. Surat kepada orang Ibrani lama
disangsikan dibarat, karena tidak dikarang oleh seorang rasul.
Sebaliknya beberapa kitab yang lain dipandang Kanonik oleh sejumlah jemaat. Yang
dimaksud ialah karangan-karangan “Bapa-bapa Rasuli”. Nama ini dipergunakan bagi
beberapa pengarang pada zaman kemudian sesudah rasul-rasul, yakni Clemens, seorang
presbiler di Roma (tahun 95). Ignatius, “Barnabas”, polykarpus, Papias, Hermas, dan lain-
lain. Tulisan-tulisan Bapa-bapa Rasuli itu, dan juga Kitab “Didache” (“Ajaran keduabelas
rasul”) yang tersiar dan digemari dimana-mana, tidak dimasukkan kedalam Kanon, karena
tidak memenuhi syarat-syarat yang terpapar diatas. Umumnya boleh dikatakan bahwa Kanon
Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-kira pada tahun 200 (secara definitive pada tahun 380).
Penetapan kanon itu sangat penting, sebab dengan itu gereja menyatakan dengan berterus-
terus, bahwa masa peryataan Tuhan telah diakhiri dengan Perjanjian Baru. Sebab itu tiap-tiap
gerakan atau aliran rohani yang baru, wajib membuktikan bahwa ajarannya dan tujuannya
sesuai dengan kitab-kitab yang termasuk dalam kanon resmi. (maklum, kata kanon dipakai
juga dalam daftar segala kitab yang diakui sah.) Gereja tunduk kepada kuasa yang lebih
tinggi dan lebih tua dari pada kuasanya sendiri, yakni kuasa Firman Tuhan yang terdapat
dalam Alkitab. Dengan demikian sebenarnya tradisi Gereja sekali-kali tidak boleh
mempunyai kuasa sendiri. Dikemudian hari hal itu dipegang teguh oleh Gereja Prostestan,
tetapi kurang diingat oleh Gereja Katolik Roma.
3. PENGAKUAN
Selain dari senjatanya yang utama, yakni Kanon, Gereja membutuhkan suatu senjata lain lagi
untuk melawan sekta, karena tidak cukup bahwa salah satu kitab dibubuhi nama seorang rasul
saja. Sebab kitab Injil dan Kisah rasul dari kaum gnostik juga diberi nama rasul sebagai
pengarangnya. Jadi hanya isi kitab-kitab sajalah yang dapat menentukan apakah kitab itu
boleh dianggap sungguh-sungguh rasuli. Oleh sebab itu perlu suatu ringkasan iman jemaat,
yang akan menjadi kaidah supaya jangan “diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin
pengajaran” (Ef 4:14).
Untunglah sudah terdapat kesimpulan percaya yang demikian. Pengakuan yang terutama
hanyalah mengenai kristus: “Yesus adalah Tuhan” (1 Kor 12:3). Pengakuan yang pendek ini
kemudian ditambahkan dengan keterangan-keterangan lain tentang Kristus, seperti yang
nyata dalam Roma 1:3,4 dan Fil 2:5-11. Berikutnya ialah hal-hal mengenai keselamatan
ditambahkan juga. Akibat perkembangan ini ialah: keduabelas pasal Iman, yang kita akui
sekarang juga. Meskipun bentuknya yang akhir barulah ditetapkan dalam abad ke-V, akan
tetapi sebelum tahun 200 pengakuan itu sudah dipakai jemaat di Roma sebagai pengakuan
orang yang hendak dibaptiskan. Di barat pengakuan baptisan itu segera dipakai dimana-
mana. Kemudian pengakuan baptisan pada khususnya dan pengakuan jemaat pada umumnya
juga disebut “symbol”. Di bagian Timur lama barulah kemudian ditetapkan pengalimatan
pengakuan iman. Akhirnya pengakuan Nicea, yang muncul pada pertengahan abad ke-IV,
umum diikrarkan di timur.
Pengakuan-pengakuan itu sangat berfaidah bagi Gereja dalam perlawanannya terhadap
gnostik dan Marcion. Umpamanya, pengakuan bahwa Allah adalah “khalik langit dan bumi”
sama sekali menolak pandangan sekta itu, dan sudah tentu segala pokok yang mengenai
Kristus sangatlah bertentangan dengan ajaran sekta yang mengatakan bahwa Kristus datang
kedunia ini dengan tubuh maya saja (ajaran dosetisme)
Pengakuan duabelas pasal Iman itu erat hubungannya dengan Alkitab dan selalu dijelaskan
selaku ringkasan dari rasul-rasul sendiri. Sebab itu timbullah nama “pengakuan rasuli” atau
“Apostolicum”. Menurut kata pertama didalam bahasa latin, yakni “Credo”, artinya: “aku
percaya,” maka nama Credo itu pun lazim dipakai. Sungguh menakjubkan bahwa pengakuan
itu mengandung segala perkara iman masehi yang sungguh penting, sedang yang tidak
memuat hal-hal yang sebenarnya diutamakan oleh kebanyakan anggota jemaat pada zaman
itu, yakni: moralisme dan salah paham tentang sakramen! Keheranan kita juga mengenai
susunan kanon: tiada satu pun di antara tulisan-tulisan yang mencerminkan roh masa itu
termasuk kedalamnya; malah sebaliknya paulus, yang hamper tidak dimengerti lagi waktu itu
dialah yang terbesar didalam kanon! Inilah sesungguhnya suatu bukti yang indah, bahwa Roh
kudus telah mengajarkan didalam gereja abad ke-II itu sesuatu yang jauh mengatasi
kesanggupannya sendiri. Dengan demikian pengakuan Rasuli itu bukan saja menjadi senjata
Gereja pada permulaan sejarahnya, tetapi juga menjadi kesimpulan iman Kristen bagi segala
abad kemudian.
4. PEWARISAN JABATAN RASULI
Tetapi disamping kedua senjata tadi masih perlu senjata yang ketiga. Apa sebab? Oleh karena
kedua senjata tadi, yakni kanon dan pengakuan, barulah berkuasa dalam praktek, kalau ada
manusia yang melaksanakannya dan mempertahankannya. Itulah sebabnya pemimpin-
pemimpin Gereja menunjuk jemaat kepada uskupnya yang dipilih dengan jalan yang sah. Dia
sajalah yang sanggup memberi keputusan tentang segala masalah yang muskil, yang
mengharu-birukankan jemaat karena khotbah dan pengajaran semua guru sekta dan nabi
palsu itu.
Pada masa itu segala jemaat dikepalai oleh seorang uskup saja, dan pada umumnya para
uskup tidak tersesat oleh sekta-sekta itu. Dengan demikian timbullah semboyan:
berpeganglah kepada uskupmu, karena dialah yang mengetahui kebenaran! Akan tetapi lama-
kelamaan semboyan ini, yang timbul dari praktek pengembalaan jemaat, barulah menjadi
suatu suruhan ilahi, oleh karena pangkat uskup makin dijunjung tinggi. Demikianlah pada
akhir abad ke-II kita lihat keadaan berikut ini: rasul-rasul telah mengangkat uskup-uskup
sebagai gantinya, dimana tempat, yaitu seorang uskup untuk tiap-tiap jemaat. (kita sudah
maklum bahwa itu tidak benar!) kemudian uskup itu diganti pula oleh seorang uskup lain,
yang juga dipilih dan ditabiskan dengan jalan demikian dan seterusnya. Sekarang
penggantian yang sah itu menjamin penyerahan kebenaran Injili, yang mula-mula dipunyai
rasul-rasul, terus menerus didalam Gereja segala masa. Setiap kali apabila seorang uskup
ditabiskan maka bersama dengan jabatan itu kebenaran Injili diwarisi dan dimilikinya pula.
Ajaran itu dinamai “dogma pewarisan atau suksesi jabatan rasuli”.
Dengan demikian manusia, yaitu uskup, menerima kuasa yang sama besar dengan kuasa
kanon atau Alkitab, bahkan lebih besar lagi, karena uskuplah yang dianggap berhak dan
berkuasa menjelaskan Alkitab dengan sempurna. Dengan demikian Kristus tidak lagi sempat
menguasai jemaatnya sendiri dengan FirmanNya, karena uskup telah tersisip diantara Firman
Tuhan dan GerejaNya itu. Yang dituntut dari jemaat bukanlah lagi percaya kepada Kristus ,
melainkan taat kepada uskup. Mulai pada waktu itu percaya kepada Kristus, melainkan taat
kepada uskup. Mulai pada waktu itu berlakulah dua macam kuasa didalam Gereja: kuasa
Kristus didalam FirmanNya dan kuasa gereja sendiri di dalam uskupnya. Akhirnya tak dapat
tidak harus timbul pemecahan antara kedua kuasa itu. Pembaharuan gereja (reformasi)
memiliki kuasa Firman tuhan, yang kepadanya segala kuasa lain takluk, padahal gereja Roma
mengajarkan bahwa segenap kuasa dan kebenaran didalam gereja diserahkan oleh Kristus
kepada Paus semata-mata.

Bab 9

GEREJA KATOLIK YANG LAMA

Kini perlu di terangkan dasar dan keadaan Gereja yang lama, seperti yang mulai Nampak
antara tahun 180 dan 300 M. Bibit pertentangan Timur-Barat di kemudiaan hari sudah
terdapat pada abad ke-III.

1. Kebaktian. Jikalau kebaktian Gereja yang lama dibandingkan dengan kebaktian Kristen
pada tahun 100, ternyata betapa Gereja sudah bertambah-tambah di pengaruhi oleh
suasana kafir di sekelilingnya. Kedua pandangan kafir menguasai kebaktian Kristen pada
masa itu, yaitu:

a. Perjamuan Kudus. Perjamuan di pandang baik selaku suatu korban dari pihak jemaat
yang patut di ganjari Tuhan dan sebagai suatu hadiah sorgawi yang di karuniakan Tuhan.
Korban itu dinaikkan oleh imam kepada Allah atas nama jemaat dan dianggap sebagai
suatu persembahan ulang dari Kristus, selaku lanjutan dan ulangan dari korban-Nya di
Golgota. Pandangan ini beralaskan kepercayaan bahwa oleh doa imam maka Roh Tuhan
turun ke atas roti dan air anggur dan kedua itu berubah menjadi tubuh dan darah Kristus,
dan ketika penahbisan kedua benda perjamuan ini menyebabkan tercapainya mujizat yang
suci yang di sebut konsekrasi. Hal ini dapat berlaku, oleh sebab Kristus sendiri mau
berada dalam roti dan anggur itu. Apabila jemaat makan dan minum benda suci itu yang
adalah tubuh dan darah Mukhalis sendiri, maka segala kuasa sakti dan berkat sorgawi
yang ada dalam roti dan anggur itu, mengalir ke dalam batin tiap-tiap orang percaya.
Makanya di bagian Timur Perjanjian Kudus di pandang selaku pemberian Tuhan, dan di
barat di pandang sebagai korban dari pihak manusia.

b. Babtisan Kristen. Ini pun di artikan salah. Jemaat percaya bahwa dalam air baptisan
terkandung khasiat istimewa, sehingga air itu menyucikan secara magis-realitis; oleh
kuasa ilahi, setan dan pengaruhnya di usir dari badan dan jiwa orang yang di baptiskan
itu. Dengan demikian orang yang baru di lahirkan secara lahiriah-batiniah itu, berdiri
suci-murni di hadapan Tuhan pada hari baptisannya itu. Dampak pandangan itu timbul
reaksi dari jemaat. Ada yang menunda babtisannya sampai menjelang ajalnya, supaya
kesuciannya yang di peroleh dari baptisan itu dapat di perlihatkan lebih gampang sampai
hari matinya.

2. Disiplin Gereja. Masalah disiplin di pecahkan di Barat. Menurut pandangan umum,


baptisan membasuh segala dosa yang pernah di lakukan sebelumnya, tapi orang Kristen
tidak boleh jatuh ke dalam dosa yang lebih besar lagi supaya tidak kehilangan rahmat
Tuhan yang di peroleh lewat baptisannya. Dosa yang di pandang kecil boleh di tebus
lewat doa, puasa. Tetapi jikalau dosa yang berat, yang ,mengantar kepada maut kekal
yaitu percabulah, zinah, pembunuhan dan murtad maka harus di singkirkan dari gereja.

Keputusan tentang soal ini diambil pada tahun 217 oleh uskup Roma Calixtus, yang
memaklumi dan dia selaku uskup berhak mengampuni dosa percabulan dengan mengenakan
hukuman yang berat kepada yang bersalah. Banyak jemaat di Roma dengan pandangan itu
dan memisahkan diri. Tetapi pendapat Calixtus menang di seluruh Gereja sehingga membuat
kedudukannya semakin di perteguh dan kuasanya bertambah besar. Ketika tu banyak
penganayaan terjadi, dan hal itu belum pernah terjadi sebelumnya, dan orang-orang yang
murtad itu bertobat kembali dan meminta diterima lagi di jemaat. Cyprianus, uskup Carthago
dan Corenelius, uskup Roma berpendapat bahwa dosa murtad adalah berat dan mengantar
kepada maut boleh diampuni juga. Keputusan ini membuat mereka memisahkan diri dengan
menamakan dirinya “orang suci murni” dan mereka berkembang dengan pesat.

3. Organisasi. Pusat organisasi Gereja adalah oknum Uskup, yang ,mengepalai jemaat baik
mengenai ajaran dan pengakuan, baik dalam kebaktian maupun dalam hal disiplin dan
pemerintahan harian. Seorang uskup yang baru harus dipilih oleh uskup-uskup berdekatan
dan perlu di tahbiskan supaya mewarisi hak dan kuasa rasuli. Makin banyak pejabat
sekeliling wakil Kristus itu disamping presbiter dan diakonos adapula pangkat diakonos
muda, eksorsis( pembuang setan-setan), pembaca Alkitab, dll. Pada tahun 250 barulah
diadakan sinode-sinode di daerah.
4. Uskup Roma. Rasul Paulus, Petrus yang sangat di hormati di dalam Gereja telah bekerja
dan mati syahid. Oleh sebab itu penggantinya adalah uskup-uskup Roma dan mereka
merasa dirinya lebih berkuasa dan mulia dari pada segala uskup-uskup yang lain. Mereka
mempergunakan kesempatan untuk memperkokoh kedudukannya di Gereja sedunia.
Uskup Victor memutuskan hubungannya dengan jemaat-jemaatnya di Asia kecil pada
akhir abad ke-II karena mereka tidak menerima keputusannya tentang tanggal perayaan
Hari Raya Kebangkitan, tetapi sikap itu tidak di setujui oleh uskup-uskup lain. Uskup
Roma memang dianggap yang pertama diantara para uskup yang setara dengan dia tetapi
ia belum di akui sebagai satu-satunya hakim dan pengatur yang perintahnya wajib di
patuhi oleh seluruh Gereja.

5. Cyprianus. Pemimpin Gereja yang terutama dan teristimewa ialah Cyprianus, uskup
Carthago di Afrika Utara. Cyprianus dipilih menjadi uskup pada tahun 248, dan sepuluh
tahun kemudian ia meninggal. Pada tahun 249 kaisar Decius membasmi semua pemimpin
Gereja. Cyprianus bersembunyi untuk mengembalakan jemaatnya yang di dalam
penganiayaan dan sengsara dengan jalan surat menyurat. Karna mengalami siksaan yang
sangat bengis itu banyak jemaat menjadi murtad dan akhirnya banyak yang menyesali
penyangkalannya, sehingga mereka minta di terima lagi dalam jemaat. Golongan pengaku
( Confessores) menjadi pembela orang-orang murtad itu di hadapan uskup Cyprianus.
Mereka meminta pengampunan dosa dan minta di terima kembali di gereja itu. Cyprianus
setuju dengan hal itu bahwa gereja berhak mengampuni semua orang yang jatuh dalam
dosa berat, tetapi tentang jalan penerimaan kembali itu ia mempertahankan pendiriannya,
dan pengampunan itu hanya boleh di berikan sehabisa waktu percobaan yang lama
dimana orang murtad itu wajib menebsus dosanya dengan menjalani hukum Gereja yang
berat supaya pertobatan dan penjelasannya nyata dan terang. Banyak yang setuju dengan
pandangan itu dan tindakan Cyprianus menang dan uskup Cornelius pun setuju. Kuasa
Cyprianus pun bertambah besar di barat.

6. Kesimpulan. Oknum dan pekerjaan Cyprianus mencerminkan semangat barat. Roma


mengutamakan segala hal mengenai hidup sehari-hari, seperti organisasi, kehakiman,
pemerintahan, kemiliteran, juga mempengaruhi Gereja bagian barat. Susunan, pimpinan
dan disiplin Gereja diatur teliti. Timur lebih suka berfilsafat dan bermistik, sehingga
disitulah persoalah teologia yang sulit. Ada persamaan timur dan barat, yaitu Gereja
Kristen bukanlah lagi suatu persekutuan yang berpusat pada Firman Allah melainkan
jemaat besandar pada uskup. Firman Alkitab di tukar dengan kuasa jabatan uskup .
BAB 10
THEOLOGIA GEREJA LAMA

1.Golongan Apologet. Kaum apologet berusaha untuk menyesuaikan Injil dengan semangat
zaman. Maksudnya ialah untuk membuktikan bahwa hanya Injil saja yang menggenapi segala
cita-cita filsafat Yunani. Menurut pandangan Yunani, Allah bersemayam jauh di atas dunia
ini di tempat yag tidak terhampiri. Manusia hanya dapat berhubungan dengan Allah itu oleh
pertolongan roh-roh yang menjadu pengantara antara sorga dengan bumi. Roh pengantara itu
terutama ialah firman atau Logos. Logos adalah sesuatu yang bukan Allah dan bukan pula
dari dunia, melainkan suatu jabatan antara roh dan zat benda, bahkan dengan logos itulah
Allah menciptakan dunia ini. Sekarang orang-orang apologet mulai menyamakan logos,
filsafat Yunani itu, dengan logos (firman), yang disebut Yohanes dalam kitab Injilnya.
Maksud mereka itu tentulah baik, akan tetapi dengan menyamakan kedua-duanya maka pintu
terbuka bagi pandangan-pandangan kafir untuk memasuki theologia Gereja, ini menjadi dasar
segala salah paham tentang ajaran Alkitab dalam Gereja Lama. Sebab menurut Yoh 1:1
“Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah,” padahal Logos
Yunani hanya semacam setengah Allah saja. Jikalau Yoh 1 diartikan demikian, maka tentulah
Yesus tidak lagi dipandang sebagai Allah sendiri yang turun ke bumi, melainkan adalah suatu
zat yang setengah ilahi saja. Sejak timbulnya kaum apologet, maka pandangan itu menjadi
ajaran umum dari Gereja. Barulah di kemudian hari paham Logos itu lama-kelamaan
dibersihkan dari pengertian kafir tadi.
Theologia apologet tentang kebebasan dunia adalah seperti berikut: Allah menciptakan Logos
di dalam rangkaian waktu, sebagai suatu roh yang berpribadi, dan dengan Logos itu Allah
menciptakan segala sesuatu yang ada. Manusia telah digodai setan-setan, sehingga jatuh ke
dalam jurang kesesatan, percabulan dan politheisme. Sebab itu Logos itu sendiri turun ke
bumi dengan menjelma dalam tubuh manusia, yaitu Yesus, dengan maksud untuk
memulangkan manusia kepada jalan yang baik. Demikianlah Yesus membuka mata manusia
terhadap segala tipu muslihat setan-setan sambil memberitakan ajaran yang benar tentang
Allah dan dunia dan hari kiamat yang akan datang. Lagipula ia mengajar mereka tentang
hidup yang berkenan kepada Tuhan. Manusia berkehendak bebas dan dapat meluputkan diri
dari genggaman setan-setan dengan pertolongan pengajaran dan teladan Kristus. Teranglah
bahwa dalam hal ini Kristus bukanlah lagi penebus dan juruselamat, melainkan guru dan
teladan saja. Peristiwa-peristiwa yang mendatangkan selamat (kematian dan kebangkitan
Kristus dan sebagaianya), kurang dipentingkan dalam theologia apologet. Apa sebenarnya
rahmat Allah itu kurang dipahami. Nampaknya theologinya injili, tetapi isinya sangat
dipengaruhi oleh filsafat kafir yang moralistis dan rasionalistis. Walaupun demikian, tidak
pernah kaum apologet dipandang sebagai orang penyesat, karena bukanlah mereka itu saja,
tetapi jemaatpun kurang mengerti inti Injil Yesus Kristus. Apalagi kaum apologet itu selalu
membela Gereja resmi dan tidak mengajarkan suatu hikmat yang lain, sebagaimana dinuat
oleh golongan gnostik.
2. Irenus. Beberapa waktu kemmudian sesudah timbulnya golongan apologet itu, bangkitlah
seorang ahli theologia yang kembali lagi kepada ajaran Alkitab tentang penebusan manusia
oleh Yesus Kristus. Ahli theologia itu ialah Irenius. Ia berasal dari Asia Kecil, suatu daerah
Gereja yang lebih mengutamakan mistik (ingat Yohanes dan Ignatius) Irenius menjadi uskup
di kota Lyon di negeri Perancis pada tahun 178, karena banyak orang Asia Kecil telah pindah
ke sana. Ajaran yang dipakainya untuk melawan gnostik, berlainan sekali dengan theologia
apologet. Secara garis besar beginilah uraianya: Adam serta segenap bangsa manusia
diciptakan untuk hidup yang baka, tetapi oleh karena jatuhnya ke dalam dosa maka manusia
diikuti dengan kefanaan. Untuk melepaskan manusia, Allah mengutus, AnkaNya, yaitu
Logos, yang masuk ke dalam daging manusia. Dengan demikian Kristus menghubungkan
tabiat manusia dengan kuasa Allah yang kekal. Kristus adalah Adam yang kedua, yang
menggenapi segala tuntutan Allah, yang dilalaikan Adam yang pertama. Di dalam
kebangkitanNya Kristus memberi suatu petaruh dan jaminan untuk hidup yang baka kepada
sekalian orang yang percaya kepada Dia. Sekarang Roh Kudus memberikan hidup yang kekal
itu kepada semua orang yang percaya, di dalam baptisan dan perjamuan. Jadi pokok utama
theologia Ireneus ialah “mempersatukan di dalam Kristus sebagai kepala segala sesuatu, baik
yang di sorga, maupun yang di bumi” (Ef 1:10). Sorga Allah dan dunia manusia yang tercerai
sekian lama oleh dosa, sekarang dihubungkan dan dipersatukan kembali. Allah menjadi
manusia, agar manusia mendapat kembali keadaan yang baka.
Segala pandangan ini sudah tentu jauh lebih Injili daripada ajaran apologet, karena di sini
oknum Yesus Kristus diutamakan dan dijunjung selaku mukhalis dan penyelamat.
Sungguhpun demikian, pembenaran oleh iman dan salib Kristus kurang tampil di muka
dalam theologia Ireneus, karena pokoknya bukanlah pertentangan antara akibat dosa, yaitu
kefanaan dan akibat rahmat, yakni hidup yang baka. Segala theologia timur bercorak
pandangan Ireneus ini, sehingga sampai kini Hari Raya Kebangkitan Tuhan Yesus adalah
pesta yang termulia di Gereja timur itu.

3. Tertullianus. Ia seorang ahli hukum yang bekerja sebagai advokat di Chartago. Dengan
mengenal Tertullianus dari kitabnya yang banyak itu, yang dikarangnya antara tahun 195 dan
220. Tertullianuslah yang pertama-tama yang memakai pelbagai istilah theologia yang
menjadi lazim semenjak masa itu, misalnya: dosa turunan, tebusan dosa, jasa, dan lagi
rumusan seperti: Allah berzat satu tetapi berpribadi tiga dan Kristus adalah satu pribadi
dengan dua tabiat dan sebagainya. Ia memandang relasi manusia dengan Allah selaku
seorang terdakwa di hadapan hakim. Sebagai seorang apologet Tertullianus mengajar bahwa
Logos adalah suatu zat ilahi yang lebih rendah daripada Allah, padahal Ireneus berpendapat
bahwa Logos juga adalah Allah, sesuai dengan awal Injil Yohanes.

4. Clemens dari Alexandria (200). Filsafat Yunani dan Gnostik berkembang di kota
Alexandria dan sudah lama kaum Kristen yang terpelajar berusaha menyesuaikan filsafatnya
dengan ajaran Alkitab. Clemens adalah seorang ahli theologia. Gereja yang mencoba
melaksanakan penyesuaian itu, supaya agama Kristen juga disambut oleh golongan kafir
yang berpengetahuan tinggi. Muridnya yang tersohor namanya sebagai ahli theologia yang
terbesar di Gereja Lama bagian Timur, ialah Origenes.
5. Origenes (185-254). Ia lahir di Alexandria. Bapanya mati syahid pada tahun 202, waktu
Origenes berumur 17 tahun. Ketika itu sudah nyata kepandaiannya yang luar biasa. Dengan
rajin dan gembira ia menuntut rupa-rupa ilmu dan segera namanya termasyhur di mana-mana.
Origenes mengarang beratus-ratus kitab besar dan kecil (ada yang mengatakan sampai 6000
karangan), teristimewa kitab tafsiran dan filsafat. Hidupnya sangat sederhana dan beraskese,
bahkan ia mengebiri dirinya menurut Mat 19:12, karena kata orang, asket daging itulah
tempat dosa berdiam, sebab itu lebih baik daging dimatikan supaya jiwa disucikan dari
kejahatan.
Ajaran Origenes adalah begini: Asal dan tujuan segala yang hidup ialah Allah, Bapa abadi,
yang dari kekal melahirkan segala sesuatu yang ada. Yang pertama dilahirkan ialah Logos,
yang ilahi tetapi yang lebih rendah daripada Allah. Logos atau Anak melahirkan Roh Kudus.
Dari Roh itu berpencar segala Roh atau jiwa yang lebih rendah, yang juga bertabiat ilahi,
tetapi berkehendak bebas. Kehendak itu salah dipakainya, ketika mereka melawan Allah.
Cuma satu jiwa saja tetap setia kepada Tuhan. Selaku hukuman maka roh yang jatuh dalam
dosa sekarang sikurung dalam salah satu badan jasmani. Malaikat-malaikat jatuh sedikit saja,
sehingga mendapat badan berupa bintang di langit. Di bawah malaikat ada dunia dan di
bawah dunia terdapat tempat setan-setan yang hidup dalam kegelapan. Malaikat dan setan
berjuang untuk membuat dunia dan manusia. Logos mau meluputkan dunia, sebab itu ia
menghubungkan diriNya dengan satu-satunya jiwa yang tak jatuh itu, lalu ia menjelma di
bumi ini dalam tokoh manusia, yakni Yesus. Yesus membawa kelepasan bagi semua
manusia. Orang sederhana hanya perlu percaya kepada Yesus selaku penebus, tetapi orang
yang berpengatahuan harus memperhatikan pengajaranNya yang mulia itu dan perlu meniru
teladanNya dengan mengusahakan kebajikanNya dan askese, sehingga lama-kelamaan jiwa
manusia itu dipersatukan dengan logos, bahkan diilahikan. Tetapi pada akhirnya segala
sesuatu akan pulang kepada Allah. Setan-setan pun tidak terkecuali. Inilah ajaran
“kebangkitan segala yang ada”, sehingga akhirnya semuanya dipulihkan menjadi seperti
semula. Sesudah itu kejatuhan dan kebebasan akan dimulai pula dan begitulah terus-menerus
berulang-ulang sampai selama-lamanya.
Dasar sistem Origenes, yaitu tafsiran alegoris, terlalu lemah. Tetapi meskipun demikian,
Gereja zaman itu menghormati Origenes selaku seorang bapa Gereja. Barulah pada tahun 399
Gereja sadar bahwa ajarannya tidaklah sesuai dengan Injil, sehingga theologianya ditolak
dengan resmi. Hasil pengaruh Origenes yang terpenting ialah bahwa pengertian Logos
sebagai suatu zat yang lebih rendah daripada Allah, diterima oleh Gereja Lama selaku ajaran
yang sah dan baik.

BAB 11

PERGAULAN HIDUP DI DALAM GEREJA LAMA


Gereja lama belum cukup kita memperhatikan suatu pasal yang tak dapat di
terangkan, sebagaimana orang Kristen menyatakan imamnya di dalam pergaulan mereka
sendiri dan dengan orang kafir. Agama Kristen pada abad-abad pertama terakhir Masehi itu,
baiklah kita melayangkan pandangan kita kepada pendirian kaum Kristen di dalam hidup
sehari-hari di tengah masyarakat zaman itu. Jemaat hanya merupakan suatu kelompok kecil
di tengah dunia yang bukan Kristen dan agamanya masih di hina, nyatalah dengan terang
betapa indah dan istimewa hidupnya. Mereka tidak luput dari pelbagai macam kesesatan,
dosa dan kelemahan, tetapi sekalipun demikian bolehkah kita sebutkan perkataan Paulus,
bahwa “di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, jemaat Kristen
bercahaya seperti bintang-bintang di dunia” (Fil 2 : 15).

1. Derajat kebajikan

Kebajikan kaum Kristen yang suci dan murni jujur berbeda jauh dengan segala
kejahatan itu. Gereja dengan dunia yang bukan Kristen makin kabur, namun perbedaan
derajat dan kebajikan itu tetap Nampak. Tentu ada juga orang kafir, yang berusaha ingin
hidup dengan sopan, tetapi Gereja Kristen ialah satu-satunya persekutuan hidup, yang dengan
pekabaran Injil dan teladannya lama-kelamaan mengangkat rakyat murba kepada tingkat
kesusilaan yang lebih tinggi. Hal ini diakui juga oleh beberapa pujangga kaifr. Tidak
mengherankan, bahwa orang-orang apologet selamanya menunjuk kepada kebajikan Kristen
itu untuk membuktikan kesucian agamanya.

2. Rumah tetangga

Hal nikah dan rumah tangga dijunjung tinggi di dalam jemaat Kristen, meskipun
hidup lajang (tidak kawin) dianggap lebih suci oleh banyak orang. Sebab itu suami-istri
diajak menahan diri seboleh-bolehnya. Nikah kedua sesudah suami-istri meninggal,
dipandang kurang patut. Perkawinan seorang Kristen dengan seorang kafir tidak
diperbolehkan, sungguhpun sering berlaku. Kaum wanita dihormati; juga di dalam hidup
jemaat, kecakapan dan tenaga mereka dipergunakan untuk pelbagai tugas. Suami-istri harus
berkasihan-kasihan dan tidak boleh bercerai. Maksud nikah ialah melahirkan anak. Anak-
anak harus dididik dalam iman Kristen dan wajib menurut segala nasehat orangtuanya.
Rumah tangga Kristen dipandang sebagai suatu persekutuan agama yang erat pertaliannya.

3. Milik

Milik itu adalah pinjaman dari Allah. Sebab itu milik perseorangan diakui baik,
asalkan anggota jemaat sadar dan ingat, bahwa ia bertanggung jawab selaku hamba Tuhan
atas miliknya itu. Dan sebagai seorang Kristen ia tidak boleh hidup mewah. Pakaian,
makanan dan perabot rumahnya hendaknya sederhana, suapaya jangan harta benda itu
menjadi rintangan bagi hidup rohani. Segala kelebihan baiklah diserahkan kepada yang
berkekurangan. Jemaat merasa malu kalau seorang anggotanya miskin atau lapar, tetapi
sekalipun demikian Gereja zaman itu belum insaf, bahwa jurang perbedaan yang mendalam
antara kemiskinan dan kekayaan di dalam masyarakatnya, harus dianggap sebagai suatu
keadaan sosial yang salah dan buruk benar di hadapan Tuhan dan sesama manusia. Gereja
belum mengerti panggilan dan tugasnya untuk memberantas dan membasmi segala keadaan
yang kurang adil itu demi Injil pengasihan Tuhan.

4. Perbudakan

Orang Kristen pada masa itu memandang perbudakan sebagai suatu perkaya yang
biasa juga. Mereka itupun mempunyai budakan juga. Sebaliknya di tuntut dari tuan-tuan
Kristen, supaya mereka memperlakukan budaknya dengan peri kemanusiaan, sehingga nasib
budak orang Kristen jauh lebih baik dari pada nasib kebanyakan budak orang kafir. Akan
tetapi yang lebih penting lagi ialah di dalam lingkungan jemaat sendiri tak ada perbedaan
antara tuan dan budak melainkan semua bergaul selaku saudara-saudara, menurut perkataan
Paulus, bahwa di dalam jemaat tidak ada hamba atau orang merdeka karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus (Gal 3:8)

5. Pergaulan umum

Seorang Kristen, yang ingin hidup, untuk menentukan sikapnya terhadap segala hal
dalam pergaulan masyarakat, karena pergaulan itu sangat di pengaruhi oleh agama kafir.
Lama-kelamaan agama dan adat Kristen mulai di perhatikan serta di hargai oleh panglima
mereka. Juga dalam lapangan masyarakat yang lain, sikap orang Kristen berbeda, ada yang
tetap menjauhkan diri sama sekali dari segala hal duniawi, tetapi lebih banyak yang tidak
begitu berkeberatan tentang pergaulan sehari-hari dengan golongan-golongan yang bukan
Kristen. Makin orang Kristen mencampuri masyarakat umum, makin di perhatikan dan di
hormati oranglah adat mereka.

6. Pengalaman

Sidang Kristen zaman itu suka memberi derma dan pertolongan dengan seluas-luas
hatinya. Pemberian jemaat diletakkan diatas meja Tuhan dalam tiap-tiap kebaktian, lalu
dibagi-bagikan oleh syamas-syamas. Yang diberi bantuan ialah golongan pejabat, orang
miskin, janda, piatu, orangtua dan orang hukuman. Saudara-saudara yang datang dari tempat
lain diberi tumpangan. Siapa saja yang berkekurangan dikunjungi dan diberi pertolongan.
Pada tahun 250 jemaat di Roma, yang waktu itu belum banyak anggotanya yang kaya,
memberi sokongan kepada 1500 orang! Pun kepada kaum kafir, gereja beramal, umpamanya
apabila rakyat ditimpa oleh suatu bencana. Demikian pula jemaat lain diberi pertolongan,
kalau mereka mendapat kesukaran atau menderita penghambatan. Pengalaman kaum Kristen
itu umum disaksikan oleh orang kafir, sehingga mereka mengucapkan: “camkanlah betapa
mereka berkasih-kasihan!”
7. Perawatan orang sakit

Dalam masyarakat kafir belum ada ruah sakit. Perawatan orang sakit yang sangat
perlu itu diserahkan kepada janda-janda (lihat 1 Tim 5), sedang pemeliharaan hidup mereka
menjadi tugas khusus syamas-syamas. Ada pula saudara-saudara yang mendapat karunia
istimewa untuk membuang setan-setan dengan nama Yesus, menurut janji Tuhan dalam Mat
16:17. Mereka dinamai “eksorsis.” Segala keadaan dan kelakuan jemaat Kristen yang
diuraikan tadi, menyebabkan banyak orang tertarik kepada Gereja, sehingga mulai abad ke-
III itu Gereja berkembang dengan cepat. Gereja Lama memasyurkan Injil Tuhan, terutama
dengan jalan memperlihatkan kasih Kristus di dalam perbuatannya dan hidupnya sehari-hari,
dan bukan dengan pengajaran dan kebaktiannya saja.

BAB 12

GEREJA DAN DUNIA PENGHAMBATAN DAN PERDAMAIAN

1. Perkembangan kira-kira tahun180 jemaat kristen sudah terdapat dimana-mana sekitar laut
tengah. Pada waktu itu injil mulai dikabarkan di Germania, Britania, Spanyol dan
Amerika. Dalam abad ke III gereja merambak samapai kedaerah sungai Donau tanah
Persia dan India. Bagian terpenting dari gereja masih terdapat ditimur terutama diasia
kecil. Gereja Kristen yang makin besar ini menjadi suatu masalah politik yang sulit bagi
Negara. Kekaisaraan romawi itu bukanlah suatu kesatuan secara bangsa atau kebudayaan
persatuan segala daerah dan warga Negara hanya dapat tercapai dalam satu agama yang
umum yang diakui oleh penduduk satu Allah, satu Negara, satu kaisar. Gereja tak mau
turut mengakui suatu agama sebab hanyalah Allah bapa dari Yesus kristus itulah allah
yang benar yang harus disembah.

2. Penghambatan baru sebab kaisar mulai pula menganiaya orang Kristen. penghambatan
ini dimulai oleh Decius (249-251) sekarang bukan lagi dengan maksud untuk menguji
kesetiaan orang Kristen terhadap Negara, melainkan untuk mendapat kembali anugerah
dewa dan untuk menjadi ketenteraman Negara untuk waktu yang akan datang
penghamabatan ini dilakukan di seluruh kekaisaraan. Tidaklah mengherankan bahwa
banyak orang kristus menjadi murtad tau mencoba memberi uang suap kepada imam
kafir, supaya mereka mendapat sepucuk surat kekaisaraan bahwa mereka itu telah
mempersembahkan korban rupa diatas mezbah kaisar. Tetapi ada pula ada saudara yang
tetap setia. Kendati mereka disiksa sebengis mereka menai Confessores (pengaku) jemaat
Carthago dibawah pimpinan Cyprianus berkat pertolongan tuhan maka gereja tak kalah
sebaliknya segala ikhtiar kaisar untuk membasmi umat Kristen gagal belaka.
Penganiayaan dibawah Valerianus (257-258) tidak berhasil. Gereja lebih menjadi kuat
lagi bahkan injil mulai masuk kedalam istana kaisar di kalangan tentara golongan orang
bangsawan. Sekarang Negara harus memilih atau membasmi gereja atau mengaku kalah
dan masuk Kristen jalan pertama dicobai lahi oleh Diocletianus tetapi tak berhasil kaisar
Constantinus agung mengerti bahwa jalan kedua itu lebih baik.

3. Puncak dan berakhirnya penghambatan, penghambatan yang hebat dalam sejarah gereja
dilakukan oleh Diocletianus dan penggantinya Galerius dari tahun 303 sampai 311. Untuk
mencapai persatuan agam dan politik maka kaisar mengambil tindakan yang keras.
Banyak gedung gereja dirusakkan milik harta jemaat disita buku gereja dan alkitab
banyak dibakar dengan janji yang mutlak ancaman dan siksaan maka dicobai untuk
menjatuhkan pemimpin gereja terutama uskup. Akhirnya sewaktu menemui ajalnya
galerius memberi perintah untuk menghentikan penghambatan yang tak berhasil itu.

4. Constantius Agung akhirnya tibalah masa yang baik bagi gereja ketika Constantius
merebut tahta sesudah mengalahkan lawannya Maxentius dekat roma pada tahun 312
sehingga ia memerintahkan kekaisaraan romawi bagian barat. Constantius mendapat
penglihatan yakni sebuah salib yang gemilang di udara dengan tulisan menanglah dengan
perantaraan tanda ini. Constantius telah masuk Kristen kira-kira pada tahun 312 ( dia baru
di baptiskan menjelang hari ajalnya tahun 337). Keduanya mengeluarkan edik (putusan)
Milano pada tahun 313 dimana ditetapkan bahwa gereja mendapatkan kebebasan
sepenuhnya. Bahkan segala milik yang dirampas oleh Negara harus dikembalikan atau
dibayar. Mulai saat itu ada perdamaian antara gereja dengan Negara bahkan kaisar
mengharapkan bantuan dan berkat dari pihak gereja untuk keamanan dan kemajuan
Negara. Gereja bertambah kokoh dan penting bahkan diberikan berbagai keuntungan
(umpamanya hak menerima warisan sokongan uang untuk membangun gedung gereja
mengenai penyucian hari minggu) hal ini mulai setelah Constantius mengalahkan licinius
pada tahun 380 gereja diresmikan menjadi gereja oleh kaisar Theodosius.

BAB 13
GEREJA – NEGARA
1. Dunia Dimasehikan

Constantinus ialah supaya Gereja dan Negara diperhubungkan erat-erat. Sebab itu ia
berusaha membasahi semua Gereja sekta di luar Gereja Katolik, seperti sekta Marcion,
Montanus, Novatianus dan lain-lain. Tetapi agama kafir dibiarkan yang dulu, sebab yakin
bahwa agama itu akan lenyap dengan sendirinya oleh pengaruh agama Kristen. Lain sekali
tindakan ketiga anaknya yang mengantikan dia. Mereka itu menaruh dewa-dewa. Akan tetapi
ternyata bahwa agama kafir belum mati sama sekali. Reaksinya masih kuat.

Kaisar julianus yang murtad (Julianus Apostata, 361-363) mau mengembangkan pula
ajaran filsafat kafir dari plato (Neo-platnisme). Meski pun sejak kecil Julianus di didik secara
Kristen, tetapi karena rajin mempelajari kesustraan filsafat kafir sewaktu remaja, maka ia
membuat iman Kristen, lalu ingin membaharui dan memperbaiki kebudayaan dan agama
kafir. Usaha Gereja diri dirintangi. Orang Kristen dipecat dari jabatan pegawai negeri dan
tentara, dan sekolah Kristen dilarang. Akan tetapi segala usaha Julianus untuk membentuk
suatu gereja kafir yang dapat menggantikan Gereja Kristen sama sekali tidak berhasil.
Latewas dalam perang melawan orang persia. Menurut cerita, ucapannya penghabisan ialah
engkaulah yang menang, hai orang Galilea. Theodosius Agung meneruskan dan
menyempurnakan politik Contantinus. Pada tahun 380 ia membuat peraturan bahwa segala
penduduk kekaisarannya harus memperkirakan iman Katolik dari gereja resmi, sesuai dengan
ajaran uskup-uskup Roma dan Alexandria. Pengakuan Iman Kristen yang benar (ortodoks)
diperintahkan selaku suatu kewajiban terhadap negara, dan penganut agama kafir dipandang
sebagai suatu pelanggaran politik, yang harus dihukum. Keadaan ini sangat bertentangan
sekali dengan abad ke-IV itu. Yang dimaksud Gereja Negara adalah Gereja taat dan patuh
sama sekali kepada kepalanya, yakni kaisar, tetapi dalam pada waktu itu Gereja sebagai
pelayan pertama dari kaisar mendapat kehormatan yang terbesar (keadaan ini disebut
byzantinisme atau kaisaropapisme).

2. Gereja duniawikan

Sebenarnya kedudukannnya yang baru dalam masyarakat menimbulkan kerugian rohani


yang besar bagi Gereja. Kuasa gereja tak turut campurnya kaisar dalam urusan Gereja ialah:
Gereja diduniawikan. Sungguh pun rumah berhala dirombak dan agama kafir dilarang, akan
tetapi agama itu masih berpengaruh besar dibawah lapisan hidup kekristenan yang tipis saja.

Bahwa gereja dilindungi oleh kasisar menjadi suatu cobaan yang mengandung bahaya
besar baginya. Pemimpin – pemimpin Gereja sudah takhluk kepada urusan dan perintah
kaisar, karena hal itu membawa untung besar baginya. Bukankah mereka lebih dihormati,
lebih kaya dan berkuasa karenanya? Dulu orang yang mau masuk Kristen memerlukan
keberanian dan iman yang teguh sekarang banyak orang minta dibaptiskan, supaya boleh
dalam masyarakat.
Dunia kodrati (alamiah) masuk gereja (proses ini disebut “sekularisasi”). Buktinya
banyak : kebaktian dan upacara yang makin indah dan megah, jubah pejabat yang berwarna-
warna lilin, kemenyan, gedung-gedung gereja yang besar dan elok, bermacam-macam
arahkan (Prosesi) dan sebagainya. Yang kurang baik lagi, yaitu segala benda suci,
teristimewa sakramen dipandang secara realitas dan kasar. Secara lahiriah Gereja Kristen,
akan tetapi kesalehan anggota-anggota jemaat bercorak kafir. Orang kafir yang masuk
Kristen kehilangan dewa-dewinya yang dapat member pertolongan dalam rupa-rupa
kesulitan. Pengganti dewa-dewi itu sekarang ialah orang-orang kudus. Ibadah pada dewa-
dewi dijadikan ibadah kepada maria selaku “Bunda Allah” yang memelihara dan melindungi
segala orang percaya. Perubahan lagi, yaitu pengakuan dosa dihadapan umum dalam
kebaktian dihentikan, sebab memalukan orang, lalu diganti dengan pengakuan dosa
dihadapan seorang paderi.

3. Organisasi

Gereja harus menjadi pembantu Negara. Untuk itu ada pimpinan yang kuat. Sampai pada
waktu uskup-uskup sama besarnya. Tetapi sekarang kaisar menjadi kepala Gereja. Dialah
hakim dan pengatur undang-undang yang tertinggi. Kaisarlah untuk bersidang selaku “konsili
oikumenis” ( yang pertama di Nicea pada tahun 325). Kaisar menjadi ketua dan ia menjaga
supaya segala keputusan dilaksanakan. Sinode-sinode daerah pun dimasa badan-badan
pengurus dan pelaksana saja.

Dengan semikian gereja negara disusun selaku badan hukum yang berpusat kanistana
kaisar. Dibagian uskup roma memperkokoh kuasanya dan dibagian timur uskup besar dari
kota-kota besar tampil kemuka selaku pemimpin Gereja. Sebenarnya perbantahan dogmatis
dari zaman itu berhubungan rapat dengan persaingan antara Uskup besar Constantinopel dan
Alexandria.

4. Kerahiban

Sudah lama ada anggota jemaat yang mementingkan dan melakukan hal dan akses. Tetapi
kira-kira tahun 300 di Mesir orang mulai mengasingkan diri sama sekali dari masyarakat
yang berdosa, lalu hidup menyindir salaku orang Partapa. Mereka berusaha mematikan segala
hawa nafsu daging, supaya dapat hidup sesaleh-salehnya. Mereka dinamai orang “eremit”
(eremos = pada gurun). Yang terkenal diantara mereka ialah Antonius, mereka ingin terhidar
dari segala pencobaan dunia, tetapi maksud itu tercapai, karena dalam persaingannya itu pun
mereka digoda oleh iblis.

Tidak lama antaranya orang remit berkumpul dalam rumah-rumah Pertapaan atau Biara.
Pada tahun 320 Pachomius mulai mengatur hidup sehari-hari dari orang Pertapa atau rahib-
rahib ini dan peraturannya itu rabih-rabih melepaskan segala kemewahan, milik dan nikah,
agar dengan pertakaran ini mereka dapat menyerahkan dirinya sepenuh-penuhnya untuk
berdoa, merenung, melakukan pelbagi latihan rohani, ibadah dan pelajaran Alkitab.
Sebenarnya mula-mula bergerak dan tujuannya ini tak lain dari suatu reaksi saja terhadap
sekularisasi Gereja, sehingga dunia dibenci dan ditakuti. Tetapi lama- kelamaan biara-biara
itu berfaedah besar bagi masyarakat, sebagai pemelihara hidup rohani dan selaku pusat
kebudayaan, pelajaran, pendidikan dan pengalaman. Pembesar – pembesar Gereja sendiri,
yang hidup ditengah-tengah dunia ini, tahu menghargai dan mempergunakan kesalahan dan
kerajinan rahib-rahib itu.

Ditimur hal mistik dan akses diutamakan dalam biara-biara oleh sebab pengaruh filsafat
kafir yang dualistik. Sebab itu rahib-rahib ditimur bersifat pasif serta mementingkan
pekerjaan merenung dan menyiksa diri.

BAB 14
PERTIKAIAN TENTANG LOGOS
1.Pertobatan Gereja. Telah kita ketahui bahwa ajaran origenes tentang logos sebagai
zat yang “setengah Allah”atau “Allah kedua” merajalela dalam gereja lama. Sungguh ajaib
sekali bahwa pada abad ke IV gereja sudah bertobat dari pandangan yang sesat itu.
sungguhpun constantinus telah membuka pintu gereja bagi dunia, tetapi .berkat pimpinan roh
Tuhan maka theologia tidak lebih diduniawikan oleh pengaruh ilmu kafir Yunani. Malahan
gereja menyingkirkan roh origenes dari teologinya.
2. Arius dan Alexander. Pada tahun 318 timbullah perselisihan di Alexandri antar
seorang presbiter, Arius namanya dengan uskupnya Alexander kata arius tak mungkin yesus
dapat disebut “ setengah Allah” apabila kita percaya kepada satu allah saja tentulah yesus
allah juga atau ia bukan allah melainkan makhluk saja. Demikian lah arius mengajarkan
bahwa anak atau logos itu adalah makhluk Tuhan yang sulung dan yang tertinggi derajatnya
ia bukannya dari kekal, melainkan diciptakan di dalam batas-batas zaman, seperti manusia
juga diciptakan. Logos itu telah datang ke bumi ini selaku pengajar dan teladan bagi segala
makhluk yang lain. Dengan rela hati kristus taat sepenuh-penuhnya pada Allah oleh sebab itu
ia diberi kehormatan ilahi. Alexander tidak menerima pandangan itu, karena apabila hal itu
benar, maka itu berarti bahwa Injil ditiadakan. Jikalau kristus tidak lain dari pada makhluk
saja mustahil kedatangan logos dalam dunia ini berarti penyataan Allah yang benar. Dan
mustahil pula logos itu dapat membebaskan manusia.
Alexander juga tidak merasa puas dengan pergataan origenes bahwa logos adalah
setengah allah. Tetapi kesimpulan Alexander lain segali. Logos diartikannya sama seperti
Yohanes dalam pendahuluan Injilnya dan seperti Ireneus, yaitu logos itu bukanlah suatu zat
diantara Allah dan dunia melainkan logos sendiri pun adalah Allah sedari kekal. Hanya
dengan demikianlah ia dapat membebaskan dunia sesudah ia menjadi manusia.
3. Konsili di Nicea. Perselisihan ini merambak dengan segera diseluruh gereja bagian
timur, serta mengharu birukan jemaat dan masyarakat. Sebab itu Contantinus mencari jalan
untuk memperdamaikan kepada belah pihak yang berbantah-bantah itu, supaya jangan
keesaan gereja Negara terganggu untuk mencapai maksud itu kaisar memanggil suatu konsili
oikumenis bersidang di Nicea (di Asia kecil dekat Constantinopel) pada tahun 325 supaya
konsili ini memperbincangkan dan memecahkan masalah theologia tentang nisbah/relasi
antara bapak dan anak, yang menjadi pokok pertikaian itu jumlah anggota konsili Nicea
antara 250 dan 300 uskup antaranya lima dari barat kaisar menjadi ketua.
Oleh kaisar dan penasehatnya dianjarkan suatu rumus tentang wujud logos yang dapat
memuaskan hati kebanyakkan anggota arius dengan pengikutnya kalah karena ajaranya
disalahkan dan ia sendiri dipecat dan dibuang. Bagaimana kah bunyi rumus yang diterima
oleh konsili itu? mereka setuju bahwa logos atau anak, “homo-usios” dengan bapa
sebenarnya istilah itu berarti “sezat”atau”sehakekat”tetapi menurut Constantinus rumus itu
hanya menyatakan bahwa logos berhubungan rapat dengan Allah bapa. Maksud kaisar ialah
supaya segala golongan dapat menafsirkan homousios sesuai dengan pikiran masing-masing
dengan itu ketenteraman dan persatuan didalam gereja dan Negara terjamin pula jadi tetapi
pada hakekatnya kesimpulan Nicea itu tak lain dari pada suatu kompromi saja. Akan tetapi
akan nyata bahwa kemudian istilah homousios itu mendapat arti dan isinya yang sejati tatkala
Athanasius mulai mempergunakannya sebagai senjata dalam perjuangannya melawan
pengaruh filsat Yunani dalam theologia Kristen.
4. Perjuangan Athanasius. Dengan konsili Nicea pertikaian tentang relasi antara logos
dengan Allah belum diselesaikan, karena golongan yang berlawanan itu bukan saja hendak
bembenarkan theologinya masing-masing, tetapi juga bersaingan untuk merebut kuasa
didalam gereja Eusebius dari Nikomedia seorang sahabat karib dari Arius dan pemimpin
golongan yang tetap berpegang pada theologia Origenes, menjadi uskup Constantinopel pada
tahun 328 Athanasius menggantikan Alexender selaku uskup Alexandria. Karena Eusebius
serta sahabatnya sampai mengatakan dusta dan umpat kepada kaisar tentang Athanasius,
sehingga pada tahun 335 Athanasius dibuang ke Trier di negeri Lotharing. Lepas dua tahun
ia diizinkan pulang ke Alexandria tetapi kemudian ia banyak kali lagi dibuang pulang lagi
terpaksa lari pulang lagi dibuang pula dan begitu seterusnya, bertahun-tahun lamanya. Hal
itu membuktikan bahwa Athanasius berjuang dengan sekuat tenaga untuk melawan ajaran
sesat dengan kaum Arian yaitu pengikut Arius ia tidak jemu menjelaskan kepada gereja
dengan banyak karangan bahwa anak itu bukan suatu makhluk dan bukan setengah Allah atau
Allah yang kedua, melainkan suatu zat dengan bapa dalam segala-galanya. Yang terpenting
bagi Athanasius, ialah kebenaran Injil Yakni ketika anak itu masuk ke dunia ini, Allah sendiri
datang menyelamatkan manusia.
Jemaat di roma memihak kepada Athanasius tetapi lawan-lawannya banyak dan
berkuasa pula. Sejak tahun 340 berkali-kali diadakan sinode tentang soal ini. dimasa
pemerintahan Constantinus, anak Constantinus (353-361) timbul kesulitan besar bagi
golongan Athanasius yang ortodoks itu, karena kaisar itu seorang Arian lalu mendesak gereja
untuk menerima dan mengaku rumusnya yaitu bahwa anak menyerupai (homoios) bapa.
Pengikut lain dari Arius mengajarkan bahwa anak itu tidak menyerupai (an-homoios) bapa,
tetapi pendirian mereka itu sebetulnya sama saja, karena keduanya menyangkal keilahian
logos.
Sekarang Athanasius kembali mempergunakan rumus “homo-usios” yang sudah
diterima di Nicea, tetapi belum diartikan menurut maknanya yang sejati.kata Athanasius
logos sama sekali sehakekat dengan Allah bapa, sungguhpun logos dan Allah harus
dibedakan, tetapi pada hakekatnya mereka satu saja. Pada waktu itu juga setengah dari
penganut Origenes meresa bahwa ajaran golongannya terlalu radikal, sebab demikian anak
diceraikan dari bapa.itu bukan pandangan mereka sebab itu mereka mencari suatu rumus baru
yang mendekati ajaran Athanasius, yakni logos “homousios” dengan Allah artinya zat logos
menyerupai zat bapa. Golongan ini yang biasanya disebut golongan Nicea baru mencari
perdamaian dengan Athanasius dalam sinode di Alexandria pada tahun 362. Walaupun
Athanasius bahwa Nicae baru juga melawan anggapan Arius, bahwa logos kurang tinggi
derajatnya dari pada Allah.
Pertikaian theologia yang hebat dan lama ini baru barakhir sesudah Theodosius
Agung, yang anti arian, naik kaisar pada tahun 379. Konsili oikumenis yang kedua, yang
diadakan di Constantinopel pada tahun 381 memutuskan bahwa anak itu homo-usios dengan
bapa. Dengan demikian keputusan Nicea ditetapkan, tetapi dengan pengertian yang lebih
terang dan dalam. Konsili Constantinopel mengakui pula bahwa roh kudus juga sezat dengan
bapa menurut ajaran Athanasius.
Hasil keputusan Nicea dan Constantinopel nampak dengan tegas dalam “pengakuan
Nicea” atau “Nicenum” yang dikalimatkan pada masa itu, yang mengaku tentang kristus aku
percaya kepada satu Tuhan Yesus kristus anak Allah yang tunggal, yang lahir dari sang bapa
sebelum ada segala zaman, Allah dari Allah, terang dari terang. Allah yang sejati dari Allah
yang sejati, diperanakkan, bukan dibuat sehakekat dengan sang bapa yang dengan
perantaranya segala sesuatu dibuat yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita.
Ajaran kaum Arian dan lain-lain golongan yang tidak menganut theologia ortodoks
disalahkan di Constantinopel. Pengaruh kaum arian lekas surut dalam gereja hanya di antara
suku-suku jerman yang telah masuk Kristen ajaran arian masih mempertahankan dirinya
beberapa abad lamanya.
5. Ajaran Gereja tentang Allah yang tritunggal. Hasil perjuangan Athanasius ialah bahwa
gereja tetap menyingkirkan roh Yunani dan berita keselamatannya sekarang sudah pasti
bahwa kristus, anak sekali-kali tidak berhubungan logos filsat yunani yang hanya zat
setengah ilahi diantara Allah dan dunia.
Sungguhpun demikian masih terdapat perbedaan pikiran antara gereja katolik dibarat
dengan gereja ditimur tentang masalah “trinitas” yaitu Allah tiga oknum yang esa, atau
tritunggal ditimur ahli theologia mulai berpikir dari jurusan ketigaan bapa, anak dan roh
kudus lalu menyimpulkan bahwa ketiga oknum itu adalah esa. Dengan demikian bapa
dianggap sebagain Allah yang sebenarnya yang tidak diciptakan padahal anak dan roh
dipandang sebagai yang diciptakan sehingga zatnya lebih rendah meskipun ilahi juga sebab
gereja timur menyangkal roh keluar dari anak juga, karena pada hematnya itu berarti roh itu
direndahkan lagi dibawah anak, gereja dibarat tetap berpendirian seperti Athanasius yang
berdasar pada keesakan allah, dan sesudah itu baru mulai memikirkan ketigaan Allah
sehingga mengajarkan bahwa diri ketiga oknum itu tak ada yang tinggi atau rendah. Roh
keluar dari bapa dan dari anak pula. Keyakinan itu nampak dengan terang dalam “pengakuan
Athanasius” yang direncanakan dibarat pada abad ke VI.

BAB 15
PERSELISIHAN TENTANG KEDUA TABIAT KRISTUS

1. POKOKNYA
Hasil perbantahan-perbatahan Theologia dalam abad ke-IV itu ialah. Gereja telah
menetapkan pengakuanya tentang keesaan dan kesamaan hakekat Kristus dengan Bapa,
karena Gereja insaf bahwa manusia hanya dapat diselamatkan oleh Kristus apabila ia
sungguh-sungguh Allah. Akan tetapi kebebasan itu bergantung kepada masuknya Allah yang
benar itu kedalam daging dan darah manusia (inkarnasi). Kristus yang sungguh-sungguh
Allah haruslah menjadi sungguh-sungguh manusia pula, jika ia hendak mengembalikan dunia
ini ksepada Tuhan. Dengan demikian terbit lagi soal lain dalam Gereja lama, ialah:
bagaimana hubungan antara tabiat keilahian dan tabiat kemanusiaanNya?
Perbedaan pikiran tentang masalah ini mengacaukan pikiran banyak orang Kristus 250 tahun
lamanya, mulai dari abad ke-V. oleh perselisihan ini Gereja timur pecah dalam beberapa
bagian yang sampai kini belum dipersatukan pula. Perbantahan ini dipengaruhi pula oleh
persaingan antara patriarch-patriarkh Constantinopel dan Alexandria. Sukar sekali bagi
Gereja untuk memutuskan soal ini. Dengan hati-hati Gereja mencari jalan tengah antara dua
ajaran yang bertentangan itu.
2. APOLLINARIS
Pada pertengahan abad ke-IV masalah ini sudah dikemukakan oleh Apollinaris dari Laodicea.
Ia mengajarkan bahwa Kristus telah menjelma dengan beroleh tubuh dan jiwa manusia, tetapi
roh atau “aku” manusia itu diganti oleh Logos ilahi. Ajaran ini ditolak oleh konsili
Constantinopel (381), karena jika demikian tentulah Kristus tidak menjadi manusia sungguh-
sungguh, dan jikalau ia bukan manusia sungguh-sungguh, mustahil kita manusia dipersatukan
pula dengan Allah dan kristus.
3. NESTORIUS DAN CYRILLUS
Barulah pada tahun 428 masalah ini mulai diuraikan sedalam-dalamnya oleh Nestorius,
Patriakh dari Constantinopel. Ia berkeberatan terhadap gelar “Bunda Allah” bagi Maria,
berhubungan dengan ajarannya tentang kedua tabiat kristus yang bunyinya seperti berikut:
apabila Kristus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia pula, maka itu adalah
suatu keduaan, bukanlah suatu keesaan. Sebab itu Nestorius mengajarkan bahwa Yesus
seakan-akan menjadi sebuah rumah kudus bagi logos Allah. Demikian Logos yang kekal itu
dan oknum Yesus yang bebas yang dapat diubah itu, tinggal dua. Ada perbuatan-perbuatan
Kristus yang dilakukan oleh Logos (misalnya mijizat-muzijat), ada lain pula yang hanya
mengenai manusia Yesus (misalnya sengsara dan kematianNya). Sebagaimana Firman
mendiami Yesus, tetapi dengan lebih sempurna. Antara Yesus dan Logos tak ada keesaan
hakekat, melainkan hanya keesaan kehendak yang teguh saja, sebab keduanya berkasih-
kasihan. Relasinya boleh dibandingkan dengan persekutuan suami-istri dalam nikah.
Nestorius serta pengikut-pengikutnya, “golongan Antiokhia” namanya, menitik beratkan
kemanusiaan Kristen dan penceraian kedua tabiatNya. Diri Kristus seolah-olah dibagi dalam
dua oknum, yaitu ilahi dan yang insane. Dengan itu Allah tidak menjadi manusia sungguh-
sungguh.
Ajaran ini dilawan oleh Cyrillus, Patriarkh Alexandria, dengan teman-temannya, yaitu
“golongan Alexandria.” Ia mengajarkan keesaan dari kedua tabiat kristus, sambil menitik
beratkan tabiat ilahi. Akibatnya kemanusiaan Kristus kurang diperhatikan oleh Cytillus.
Katanya: Anak Allah menyelubungi dirinya dengan tabiat manusia, sehingga tabiat manusia
yang tak berpribadi itu telah hilang lenyap. Seperti setitik air susu hilang melebur dalam
samudra. Dengan pertolongan uskup roma, Cyrillus menang, pada konseli oikumenis yang
ketiga, yaitu di Efesus pada tahun 431, ajarann Nestorius ditolak oleh gereja dan Nestorius
dibuang.
4. KEPUTUSAN KONSELI CHALCEDON
Pada tahun 448 perselisihan ini mulai berkorban lagi, tatkala seorang sarjana theologia yang
bernama Eutyches mengajarkan bahwa sebenarnya Kristus hanya bertabiat satu saja.
Kemanusiaan Kristus dipengaruhi oleh atau diisi dengan keilahianNya semata-mata, sehingga
kemanusiaan itu Cuma kelihatannya saja meyerupai kemanusiaan kita. Inilah ajaran
“monophysit” (mono= satu; physis= tabiat). Patriarkh Alexandria, Dioscurus namanya,
membantu Eutyches. Pada tahun 449 “Sinode penyamun” di Efesus dipaksa oleh Dioscurus
dengan rahibnya yang bersenjata supaya mengaku monophysitisme dari Eutyches selaku
ajaran ortodoks. Akan tetapi putusan ini tak disetujui oleh uskup Roma, yaitu Leo I.
Pada Tahun 450 seorang kaisar yang lebih kuat pendiriannya naik takhta di Byzantium
(Constantinopel). Kaisar ini bermaksud melawan kuasa Alexandria yang makin bertambah
itu, supaya mewujudkan persatuan baru dalam Gereja dan kekaisarannya. Atas ajaran Leo I
diundangnya suatu sinode baru, yaitu konseli oikumenis yang keempat yang dilangsungkan
pada tahun 451 di Chalcedon (diseberang selat Constantinopel).
Konseli inilah yang terbesar dalam sejarah Gereja Lama: enam ratus orang uskup bersidang.
Meskipun pengaruh Dioscurus masih sangat kuat, tetapi oleh desakan kaisar maka akhirnya
tercapailah suatu keputusan kompromi (jalan tengah) yang begini bunyinya: Kristus bukan
bertabiat satu (Alexandria) dan bukan bertabiat dua (Antiokhia), melainkan ia “bertabiat dua
dalam satu oknum”. Kedua tabiat ini “tidak bercampur dan tidak berubah” (melawan
Eutyches), dan “tidak terbagi dan tidak terpisah” (melawan Nestorius). Dengan putusan ini
Gereja telah mengaku, bahwa sebenarnya keadaan Yesus Kristus di bumi ini tinggal satu
rahasia yang tak dapat dipahami oleh akal budi manusia.
5. PERPISAHAN DALAM GEREJA TIMUR
Perbantahan ini belum berakhir dengan konseli Chalcedon. Gereja dinegeri mesir dan Siria
menolak keputusan Chalcedon, pertama-tama, sebab mereka tak bersetuju secara theologia,
dan kedua karena mereka tak suka takluk lagi kepada titah kaisar dari constantinopel,
berhubung dengan kesadaran kebangsaan yang mulai timbul dimana-mana.
Gereja dinegeri Persia itulah yang pertama memutuskan perhubungan Gereja dengan
pemimpin-pemimpin Gereja di Constantinopel. Gereja Persia itu mengaku ajaran Nestorius
(duophysit). Dalam abad-abad berikutnya pekabaran-pekabaran injil Nestorian masuk sampai
jauh ke dalam Asia tengah, bahkan sampai ke peking. Demikianlah timbul di Tiongkok suatu
gereja yang besar, yang pengaruhnya besar sekali dalam masyarakat sekitar tahun 1200.
Tetapi kemudian gereja itu lenyap oleh bangsa Mongol yang dalam abad ke-XIII dating
menyerang daerah-daerah itu (bandingkan bab 26.5).
Dalam abad ke-V banyak Gereja yang lain lagi menceraikan diri dari Gereja Katolik, yakni
Gereja Armenia, Siria, mesir (Gereja koptis) dan Abesinia. Semua Gereja ini memihak
kepada theology Cyrillus atau ajaran monophysit. Dalam abad ke-VII, daerah semua Gereja
ini dialahkan oleh orang Islam, sehingga tak dapat berkembang lagi. Sungguhpun Gereja-
gereja ini masih ada sampai kini, tetapi tidak berpengaruh diluar lingkungannya sendiri.

BAB 16

GEREJA ORTODOKS-TIMUR

1. Timur dan Barat

Semakin lama semakin nyata perbedaan berbagai hal dalam Gereja Kristen bagian
Timur dan bagian Barat. Bagian Barat mementingkan perbuatan. Oleh sebab itu ajaran yang
diutamakan adalah tentang amal dan jasa, penebusan dosa atau penyesalan ( praktek
penitensia) dan organisasi gereja. Menurutnya keselamatan adalah perbuatan Allah.

Bagian Timur mementingkan perenungan yaitu merenungkan Allah (mistik) dan


merenungkan kebenaran (dogma). Dalam suasana itu ilmu filsafat Kristen, mistik, askese,
dan kerahiban dapat berkembang. Menurutnya keselamatan dianggap sebagai suatu keadaan
baru yang dikaruniakan. Teologia Timur menekankan inkarnasi Tuhan dalam daging
manusia dan kebangkitan Kristus, yang karenanya manusia beroleh hidup kekal.
2. Keadaan Gereja Timur

Gereja Timur mempertahankan peraturan dan susunan Gereja lama, yaitu uskup lebih
tinggi derajatnya. Gereja Timur menyebut dirinya “Gereja Ortodoks” atau Gereja “Katolik
Gerika”. Gereja ini terdiri dari beberapa Gereja diantaranya di Rusia dan di Balkan, masing-
masing dipimpinb oleh patriakh-patriakh atau sinode-sinode. Di Rusia kini jumlah
anggotanya masih banyak sekali, sekitar 140 juta jiwa. Pada persidangan-persidangan
“gerakan oikumenis” di Eropa Barat sejak tahun 1925, Gereja Ortodoks di wakili oleh uskup-
uskupnya. Disitu nyata betapa indah harta rohani Gereja itu yang dipeliharanya sampai
sekarang ini.

BAB 17
ZAMAN AUGUSTINUS

1. Hieronymus dan Ambrosius. Semenjak zaman Tertullianus (± 200) Gereja barat


mempunyai banyak pimpinan yang cakap, tetapi kurang ahli theologia yang besar. Theologia
barat yang baru ini diperdalam lagi oleh sebab ajaran Paulus tentang manusia dosa dan
rahmat Allah dihidupkan pula. Dua ahli theologia barat yang ternama pada penghabisan abad
ke-IV itu, ialah Hieronymus dan Ambrosius. Hieronymus (345-420) memprogandakan
keindahan dan kesalehan hidup rahib dalam biara. Ia dapat menerjemahkan Alkitab ke dalam
bahasa Latin dari naskah asli dengan memakai beberapa terjemahan Lama yang kurang baik,
yang dibetulkannya dan diubahnya seberapa perlu. Terjemahan Latin yang diusahakan oleh
Hieronymus disebut “vulgata” (untuk umum/rakyat).
Ambrosius (340-397) ialah seorang bangsawan romawi. Ia adalah seorang sarjana
yang menjadi pengantara theologia timur dan barat. Orang kafir dan orang Arian dilawan
dengan keras. Nyanyian dalam kebaktian sangat dimajukannya (nyanyian Ambrosian). Pada
suatu kali (390) kaisar Theodosius Agung membunuh 7000 orang pemberontak di tanah
Yunani karena marahnya. Terus ia ditegur dengan keras oleh Ambrosius dipaksa untuk
membuat penitensia dihadapan umum sebagai tanda penyesalan karena perbuatan yang
bengis itu.
2. Augustinus (354-430). Seorang bapa Gereja yang jauh lebih besar dari kedua
tokoh tadi ialah Augustinus. Di samping Paulus dialah yang terpenting dalam Gereja segala
abad, kita juga mengetahui pekerjaan theologia Augustinus, pikiran dan perasaan hatinya
oleh kitabnya yang termasyhur itu, yang bernama “Confessiones”, artinya pengakuan-
pengakuan. Dalam kitab ini diceritakannya hidupnya sejak masa mudanya sampai kepada
pertobatannya selaku suatu pengakuan yang terbuka di hadapan Tuhan. Dengan tidak
menyembunyikan apa-apa yang membentangkan segala segala kesalahannya sambil mengaku
salahnya, tetapi terlebih-lebih ia memuji Tuhan karena rahmatNya, yang olehnya ia akan
diampuni dan dibebaskan dari ikatan-ikatan dosanya. Pokok kitab ini terus dinyatakannya
pada permulaan pasal pertama, di mana tertulis: “Engkau telah menciptakan kami untuk
Engkau dan hati kami tidak tenteram sebelum mendapat ketenteraman di dalam Engkau.”
3. Hidupnya. Augustinus lahir pada tahun 354 di Thagaste (di Afrika Utara). Waktu
Augustinus berumur 16 tahun pergilah ia ke Carthago untuk menuntut ilmu pidato buat
menjadi retor (pengacara, advokat). Ia belajar rajin, lagipula ia sangat pintar, tetapi ia juga
hidup di dalam percabulan. Dua tahun kemudian ia mendapat seorang anak dari seorang
perempuan yang dengannya ia hidup selama 14 tahun. Waktunya umurnya 19 tahun
Augustinus mulai sadar setelah membaca sebuah kitab filsafat. Mulailah ia mencari
kebenaran satu-satunya. Tetapi Alkitab belum menarik perhatiaanya, karena kitab kudus itu
kurang mendalam filsafatnya, bahkan kasar isi dan susunannya. Augustinus lebih suka lebih
suka mempelajari ajaran-ajaran kafir, semacam gnostik Persia yang sangat asketis dan
dualistis. Kemudian Augustinus berangkat ke Roma dengan tidak mengindahkan permintaan
Monnica untuk tidak pergi. Tetapi di Roma ia juga tidak mendapatkan kebenaran yang
dikerjakan itu. Ia masih tetap menolak Alkitab dan ia tertawa apabila membaca sesuatu
tentang Tuhan yang menjadi manusia.
Di Roma orang menceritakan kepadanya tentang keahlian Ambrosius berpidato.
Sekarang ia mulai masuk kebaktian Gereja untuk mendengar khotbah Ambrosius. Keindahan
bahasanya sangat menyenangkan hatinya dan memperhatikan isi khotbahnya. Sekarang
Augustinus mulai mempelajari filsafat Neo-Platonisme. Pelajaran filsafatnya itu
membawanya lebih dekat lagi kepada agama Kristen bahkan ia mulai menyelidiki surat-surat
Paulus. Namun ia sadar tentang perbedaan besar antara pandangan-pandangan orang Neo-
Platonisme dengan berita kitab Injil. Segala perkara yang ada dalam ajaran Neo-Platonisme
hanya merupakan buah pikiran yang indah saja yaitu tentang kebebasan manusia dari ikatan-
ikatan dunia ini oleh persatuannya dengan dunia rohani, telah diwujudkan dalam penjelmaan
Kristus berupa manusia. Akhirnya Augustinus tahu sungguh-sungguh ia mendapat kebenaran
itu di dalam Injil Gereja Kristen.
Keyakinan yang pasti ini sangat menyukakan hatinya, tetapi ia belum sungguh-
sungguh bertobat. Sekali peristiwa ia dikunjungi oleh seorang kenalannya yang menceritakan
dengan gembira tentang keindahan hidup saleh dalam biara seperti di Mesir. Augustinus
merasa malu dan bingung. Ia pergi ke kebun dengan pergumulan batin yang hebat dan
memikirkan cerita yang sangat mengharukan hatinya, lalu terdengarlah olehnya suara anak-
anak yang menyanyi sambil bermain-main, katanya berulang-ulang: “Ambillah, bacalah!”.
Kemudian ia membuka kitab surat-surat Paulus dan apakah yang dibacanya? Roma 13:13,14,
bunyinya: “Marilah kita hidup dengan sopan, seperti pada sinag hari, jangan dalam pesta pora
dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri
hati. Tetapi kenakanlah Tuhan Yesus Kristus sebagai perlengkapan senjata terang…”
Sekarang ia sungguh-sungguh bertobat. Ia membaca dan merenungkan firman
Tuhan, supaya kemudian ia dapat dibaptis. Ketika usianya 33 tahun, ia dibaptis oleh
Ambrosius beserta dengan anaknnya Adeodatus. Di Thagaste ia tinggal dengan sahabatnya
dalam sebuah biara kecil. Niatnya tak lain daripada berpuasa, berdoa, dan mempelajari
Alkitab. Tetapi maksud Tuhan adalah lain, jemaat di bandar Hippo Regius meminta
Augustinus menjadi presbiter di situ. Sampai ia mneinggal ia tinggal di kota Hippo Regius itu
dan menjadi pemimpin besar dari Gereja bagian barat yang tempatnya terpencil itu.
4. Ajaran Augustinus tentang Allah dan manusia. Pandangan Augustinus
dapat diterangkan dengan perkataannya yang termasyur ini: Aku rindu untuk mengenal Allah
dan jiwa. Lain tidak? Sekali-kali tidak!”. Allah ialah zat yang sempurna, asal mula segala
keselamatan dan kebahagiaan. Nas Alkitab yang dikutip Augustinus berkali-kali ialah
Mazmur 73:28a yang berbunyi: “Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah”. Manusia tak dapat
memperoleh hubungan dengan Allah, kecuali dengan pertolongan Gereja, karena Gereja
mengantar dia kepada Yesus Kristus.
5. Perlawanan Augustinus terhadap sekta Donatis. Telah lebih dari satu abad
lamanya terdapat di situ suatu Gereja sekta yang sebenarnya telah lebih besar daripada Gereja
Khatolik. Anggotanya bernama “orang Donatis”, seorang uskup yang hidup pada permulaan
abad ke IV. Pendirian orang Donatis sangat keras dalam hal ini. Pada zaman Augustinus
mereka mencari kekuatannya dalam hal membela kekudusan Gereja, sama seperti orang
Montanis dan pengikut-pengikut Novatianus.
Pada abad ke V pendirian orang Donatis telah berkurang kerasnya. Mereka itu
menuntut supaya sakramen dilakukan oleh uskup-uskup yang belum pernah berbuat dosa
berat (percabulan dan murtad), hanya dengan demikian saja kesucian Gereja terjamin.
Augustinus melawan ajaran Donatis ini dengan keras dalam beberapa karangan. Akhirnya
kuasa sekta itu ditiadakan oleh Augustinus dalam perdebatan besar di Chartago pada tahun
411, yang dihadiri oleh 286 orang Khatolik dan 279 orang Donatis. Sesudah mendengar
segala perdebatan, wakil kaisar memutuskan bahwa Augustinus menang dan ajaran Donatis
harus ditolak. Semenjak tahun itu pengaruh orang Donatis surut dengan cepat di Afrika.
Augustinus memohon pertolongan pemerintah untuk “menobatkan” orang Donatis dengan
tangan besi, beralaskan nas Luk 14:23, “Paksalah mereka masuk!”. Semboyan ini juga
dipakai oleh inkwisisi Gereja Khatolik Roma pada abad-abad pertengahan.
6. Perjamuan. Gereja lama telah memulai dengan mengajarkan perubahan roti
dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus, ketika ditahbiskan oleh imam; inilah ajaran
transsubstansiasi. Augustinus melawan pandagan ini. Ia membedakan tanda-tanda (roti dan
anggur) dari apa yang ditandakan olehnya (tubuh dan darah Kristus). Hanya iman saja yang
dapat menerima harta benda rohani yang terkandung dalam sakramen itu. Sakramen itu
disebutnya “Firman Tuhan yang kelihatan”. Dikemudian hari Calvin meneruskan pikiran ini.
Karena pengaruh perlawanan Augustinus ini barulah pada tahun 1215 ajaran transsubstansiasi
diakui sah oleh Gereja Roma.
7. Pertikaian Augustinus dengan Pelagius tentang dosa dan rahmat. Oleh
pimpinan yang ajaib dari Tuhan, yang telah dialami Augustinus dalam hidupnya terbukalah
matanya terhadap kebenaran Injili, yaitu bahwa iman bukanlah suatu perbuatan atau jasa dari
manusia sendiri, melainkan dikaruniakan semata-mata oleh rahma Tuhan saja. Inilah ajaran
Paulus yang hampir tak diingat lagi pada masa itu. Diantara Bapa Gereja barulah Augustinus
yang membangun theologianya atas dasar ajaran Paulus.
Menurut Augustinus manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sempurna. Adam
diberi kehendak yang bebas, itulah sebabnya Adam dapat tidak berdosa. Akan tetapi Adam
tidak mempergunakan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya. Adam jatuh ke dalam
dosa oleh kesalahannya sendiri. Di dalam Adam dan semua keturunannya juga berdosa
(Roma 5:12). Tubuh dan jiwa tiap-tiap manusia telah diracuni oleh dosa turunan, yang turun
temurun dari orang-orang tua kepada anak-anaknya.
Jelaslah bahwa theologi Augustinus semata-mata berpusat pada rahmat Tuhan
yang bebas, yang mau mencari dan menyelamatkan manusia walaupun manusia itu
sebenarnya tidak terdapat apa-apa yang layak untuk mendapat cinta kasih Tuhan. Ajaran ini
memang sangat bertentangan dengan pikiran, pendirian dan kelakuan kaum Kristen pada
zaman itu. Karena pada masa itu yang diutamakan ialah amal yang membawa kepada mistik,
askese dan kerahiban. Sebab itu Gereja mengajak anggotanya untuk membuat banyak
pekerjaan yang baik supaya nanti diganjari oleh Tuhan. Sampai pada waktu itu Gereja selalau
melawan pandangan kafir, bahwa manusia ditentukan oleh takdir atau fatum. Tidak
mengherankan bahwa Augustinus mendapat perlawanan keras dari pihak orang rahib,
lawannya yang besar ialah Pelagius.
Pelagius ialah seorang rahib dari Britania, yang tinggal di Roma, pada waktu ia
pindah ke Afrika Utara, di mana ia berkenalan dengan Augustinus. Pelagius sangat keberatan
terhadap ucapan Augustinus dalam “confessiones”: “Berilah apa yang Kau suruhkan, dan
suruhkanlah apa yang Kau kehendaki”. Theologianya adalah seperti berikut: Dosa Adam
tidak menghilangkan kehendak bebas manusia. Tiap-tiap manusia lahir dengan tidak
bercacat, sama seperti Adam di Firdaus. Jadi dosa turunan tidak diakuinya. Duduknya dosa
bukannya di dalam tabiat manusia, melainkan dalam kehendaknya. Tiap kali kalau kehendak
manusia bermaksud berbuat jahat , ketika itulah manusia berdosa. Dosa tidak diwariskan
turun temurun, tetapi teladan Adam yang jahat itu ditiru oleh anak-anaknya. Demikian tiap-
tiap manusia mulai berdosa, sebab ia melihat dan meniru orang sekelilingnya: ibu, bapa, dan
saudaranya. Kematian bukanlah akibat dosa atau hukuman dari Tuhan, tetapi termasuk
hukum alam. Keselamatan yang kekal itu diperoleh manusia selaku pahala karena amal dan
kebajikannya yang dilakukan manusia menurut kehendaknya yang bebas itu. Jadi rahmat
tidak dianggapnya sebagai suatu kuasa rohani daru sorga yang bekerja dalam hati manusia.
Ajaran Pelagius ini dotolak oleh Gereja pertama kalinya di Chartago pada 418 dan akhirnya
oleh konsili di Efesus (431), sebab Nestorius telah menyokong pengikut-pengikut Pelagius.
Sungguhpun demikian, banyak juga orang dalam Gereja yang berkeberatan
terhadap theologia Augustinus. Jikalau keselamatan hanya beralaskan pemilihan dan rahmat,
di manakah penawaran keselamatan itu kepada segenap umat manusia dan di manakah
tanggung jawab manusia? Satu abad lamanya (429-529) perselisihan ini memanaskan hati
ahli-ahli theologia di barat. Di Gallia Selatan timbul ajaran dari orang semi (setengah)
pelagian, yang mencari suatu jalan kompromi supaya moralisme Kristen dapat dipertahankan.
Kata mereka: oleh jatuhnya Adam kehendak manusia hanya dilemahkan saja, sehingga
manusia dapat berbuat baik lagi. Ia tidak mati (Augustinus), dan tidak pula sehat (Pelagius),
melainkan sakit. Oleh karena itu kekuatan manusia sendiri tidak cukup untuk mencapai
keselamatan itu. Ia memerlukan bantuan rahmat Tuhan. Rahmat ialah suatu khasiat secara
batin yang diberikan oleh Tuhan kepada tiap-tiap oknum. Kehendak manusia yang bebas
harus menerima pertolongan, supaya dengan demikian manusia dan Tuhan boleh berkerja
sama sampai keselamatan itu diperoleh (inilah ajaran sinergisme).
Akhirnya semipelagianisme itu ditolak dengan resmi oleh sinode Oranye di
Galilea pada tahun 529, tetapi keputusan sinode ini juga berbeda dengan theologia
Augustinus. Rahmatlah yang mulai mengerjakan keselamatan manusia, dan dosa turunan
diakui pula. Ajaran Gereja Katolik tentang rahmat bersandar pada semipelagianisme. Ajaran
Augustinus tentang predestinasi dan jalan keselamtan barulah dihidupkan pula dan
disempurnakan oleh Luther dan Calvin pada abad ke-XVI.
8. Gereja dan Negara. Pikirannya tentang relasi Gereja dengan Negara
dipaparkan Augustinus dalam kitabnya yang besar dan sangat masyur yakni, “Negara Allah”
(De Civitate Dei). Ia mulai mengarang kitab ini ialah Gereja sangat dipersalahkan oleh orang
kafir pada waktu itu. Kata mereka yang menyebabkan Negara Romawi telah runtuh dan kota
Roma dikalahkan oleh musuh (yaitu oleh Alarik, raja bangsa Got Barat pada tahun 410), tak
lain daripada agama Kristen yang sudah menghalaukan dewa-dewa Negara.
Augustinus menolak segala serangan ini. Kitab yang ditulisnya sebagai apologia
untuk membela Gerejanya. Di dalamnya ia menggambarkan kedua kerajaan besar itu, yang
bertentangan satu sama lain, kerajaan sorga dan kerajaan bumi, atau kerajaan Tuhan dan
kerajaan iblis, terang dan kegelapan, kerendahan dan kecongkakan, kesucian dan
kedurhakaan.
Dalam kitab ini Augustinus menguraikan juga soal kerajaan 1000 tahun yang
terbaca dalam Wahyu 20. Origenes serta pengikutnya tak percaya akan nubuat itu, tetapi
orang Kristen pada zaman itu berharapkan pada pemerintahan Kristus di bumi selama 1000
tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan dan bahagia yang tak terkatakan. di
bumi selama 1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan dan bahagia yang
tak terkatakan. di bumi selama 1000 tahun, di mana umatnya akan merasakan kesentosaan
dan bahagia yang tak terkatakan. Tafsiran Augustinus lain sekali, ia mengajarkan bahwa
kerajaan itu sudah mulai dengan kebangkitan Tuhan Yesus dan dengan kelahiran Gereja.
Orang-orang kudus yang duduk di atas takhta dengan memegang kuasa rohani itu ialah
uskup-uskup yang memimpin Gereja beserta dengan Tuhan (Wah 20:4 dan 6).

BAB 18

KESENIAN KRISTEN DALAM GEREJA LAMA

1. Katakombe dekat Roma

Orang kafir biasanya membakar mayat orang matinya dan menyimpan abuhnya itu
dalam tempayan. Tetapi kaum Kristen dan Yahudi tidak menuruti kebiasaan ini, karena
mereka menantikan kebangkitan segala daging (semua makhluk). Sebab itu mereka
membentuk perhimpunan-perhimpunan pekuburan agama menurut adat orang Romawi, oleh
karena perhimpunan yang demikian itu diizinkan dan tidak pernah diganggu oleh pemerintah.
Katakombe ini yang bertingkat tiga sampai enam terdiri dari kamar-kamar kuburan yang
kecil yang dihubungkan oleh lorong-lorong yang sempit, dalam dinding lorong-lorong itu
dipahat puluhan ribu kuburan.

Seringkali orang-orang saleh datang berdoa dimuka kuburan orang syahid (orang
martir) pada hari peringatannya, yakni hari kematiannya, yang tak lain dari pada kelahirannya
dalam kehidupan yang kekal. Beberapa katakombe besar di temui pula pada abad ke XIX dan
sampai kini dapat dikunjungi.

Berbagai-bagai gambar dan lambang Kristen yang terlukis pada dinding atau loteng
kamar-kamr kubur itu, bersaksi kepada kita tentang iman, pengharapan dan cinta kasih kaum
Kristen pada zaman purba itu. Nyatalah bahwa perasaan dan pikiran mereka tidak pusat pada
maut atau kefanaan hidup manusia, melainkan pada kebangkitan, sorga dan keselamatan yang
baka. Diantara gambar-gambar itu kita lihat lukisan taman bunga yang permai, yakni Firdaus
yang baru, dimana orang-orang mati sudah masuk kedalamnya, beberapa cerita Alkitab yang
melukiskan keluputan dan kebinasaan, seperti Nuh dalam Bahtera. Daniel dalam gua singa,
Yunus dimuntahkan ikan besar, pembangkitan Lazarus, Musa yang memukul bukit batu,
5000 orang diberi makan dan lain-lain.

2. Basilika

Sejak zaman constantinus Agung, jemaat Kristen mulai membangun gedung-gedung


gereja menurut contoh dari “basilica”, yaitu gedung-gedung kehakiman dan peniagaan dalam
kaisaran Romawi. Bentuknya sederhana, yakni bilik atau kamar empat persegi panjang
dengan dua bagian yang lebih rendah sebelah-menyebelahnya yang pisah dari bilik tengah
oleh tiang-tiang batu. Dalam dinding pada segi pendek yang bertentangan dengan pintu
masuk ada setengah lingkungan, ‘apsis’ namanya tempat duduk Uskup dan presbiter-
presbiter.

BAB 19
GEREJA BARAT MENEMPUH JALAN BARU
1. Perpindahan bangsa-bangsa. Sesudah Eropa dimasuki orang Hun, bangsa asia tengah
yang ganas itu, bangsa suku jerman yang dihalaukan dari negerinya melewati batas
kekaisaran romawi yang hilang kekuatanNya. Kaisar-kaisar Byzantium di bagian timur
kekaisaran itu masih dapat mempertahankan kuasa dan daerahnya, tetapi bagian barat
dibanjiri oleh berbagai bangsa Jerman. Gallia selatan Spanyol utara diduduki oleh orang
Got batar yang berasal dari muara sungai Donau. Spanyol selatan dan afrika utara oleh
bangsa Vandal dari jerman tengah. Gallia timur oleh orang Burgondia dari Jerman Utara,
dan Italia oleh bangsa Got Timur dengan RajaNya Theodorik (kira-kira tahun 500). Kaum
ini berasal dari pantai utara laut Hitam. Dengan itu lenyaplah kekaisaran Romawi barat.
Perpindahan bangsa-bangsa ini akibatnya besar juga bagi Gereja Katolik, karena
sebagian besar dari suku jerman masuk Gereja Arian. Sebab pada abad ke IV orang Got barat
dimasehikan oleh seorang Uskup Arian, Wulfila namanya. Beberapa bagian dari terjemahan
Alkitab kedalam bahasa Got yang disediakan oleh Wulfila itu hingga kini masih tersimpan.
Kemudian bangsa Jerman yang lain pun menganut ajaran arian. Dengan demikian dibarat
terjadilah pertentangan hebat antara penguasa-penguasa baru yang Arian dengan penduduk
asli yang beragama Katolik.
2. Timbulnya kepausan. Ditinjau dari sudut politik, maka masa itu sulit bagi Gereja
Katolik. Tetapi meskipun begitu, pada masa peralihan itulah gereja meletakkan dasar
kuasanya yang dikemudian hari bertambah kokoh dan kuat. Sebab justru di masa itulah
uskup roma mencapai maksudnya yang telah lama dicita-citakannya, yaitu ia mulai
berkuasa atas segala Uskup yang lain serta dengan daerahNya, teristimewa di barat.
Bagaimana jadinya? Tatkala kaisar memindahkan pusat pemerintahan dan tempat
bersemayam mereka ke Byzantium, kota roma tidak berkuasa lagi secara politik. Sebab
itu pada pendapat orang dibarat, gereja katoliklah yang menggantikan Negara, dan uskup
romawilah yang menggantikan kaisar sebagai tokoh yang tertinggi. Terlebih ketika
negeri batar dikalahkan oleh bangsa yang tersebut tadi, orang tak mungkin lagi
mengharapkan pimpinan dan perlindungan kecuali dari Uskup Roma yang berani dan
kuat pendirianNya. Mereka itu segera memakai kesempatan ini untuk memperkuat
kedudukanNya. Sedari abad ke-V itu mereka digelari “Paus” dan menganggap dirinya
terpanggil oleh Tuhan untuk menjadi kepala Gereja selaku “pengganti petrus” (Mat
16:18), bahkan sebagai “wali Kristus” dibumi ini.

Leo I (tahun 450) dialah yang boleh dikatakan menjadi paus pertama. Sesudah kita
ketahui bahwa Leo I mempengaruhi konsili Calcedon. Ia berani menghadapi Attila, raja Hun,
ketika Italia dimasuki oleh tentara Hun (452). Leo I juga yang menghubungkan erat segala
bagian gereja barat seraya memperluas kuasa dan haknya ke Gallia selatan. Spanyol dan
Afrika Utara.
3. Bangsa-bangsa Jerman masuk katolik. Suatu peristiwa yang sangat penting juga bagi
gereja Romawi (baru mulai sekarang kita boleh memakai nama ini) ialah pertobatan
Clavis raja bangsa Frank kira-kira tahun 500. Bangsa kafir ini datang dari Jerman barat
laut dan telah menduduki serta memerintahi negeri Belanda dan Gallia, yang sejak itu
dinamai Perancis. Oleh karena Clovis melihat bahwa keadaan di negeri itu genting,
karena rakyatnya sebagian katolik, maka diambilnya keputusan untuk masuk katolik
bersama dengan rakyat, supaya persatuan dalam kerajaanNya terjamin dan segala harta
benda agama dan kebudayaan Gereja Kristen dapat diterima oleh banngsanya. Tetapi
gereja diperancis itu disusunnya selaku “gereja senegeri”, sehingga raja berpengaruh
besar dalam pemerintahan gereja dan paus kurang berkuasa disitu. Sementara itu bangsa
Burgondia juga masuk katolik.
4. Gregorius Agung. Di italia kuasa arian dari orang Got timur sudah dilumpuhkan (553)
oleh tentara kaisar Byzantium justinianus. Tetapi pada tahun 568 italia dimasuki oleh
bangsa yang lain lagi, yaitu oranng Longorbadia yang sebagian arian dan sebagian kafir.
Untunglah pada akhir abad itu seorang paus naik takhta yang mengemudikan gereja
dengan kuat, yaitu gregorius agung (590-604) yang dahulu menjabat pangkat wali kota
roma. Tidak lama antaranya kaum lingorbadia masuk katolik juga atas desakan gregorius.
Di Spanyol dan di perancis ia memperkokoh kuasanya. Di italia ia memperluas daerah
jemaat roma, sehingga paus menjadi kepala pemerintah dari suatu daerah, kemudian
diperluas lagi menjadi “Negara gereja”.
Paus inilah yang pertama insaf betapa pentingnya pertobatan bangsa jerman yang
muda itu bagi gereja dikemudian hari itulah sebabnya ia menyuruh mengabarkan injil
diantara orang angel dan saks ditanah inggris.
Oleh karena gregorius sendiri dahulu rahib juga, maka hidup dalam rumah biara
sangat dianjurkanNya. Dibarat dalam biara sudah dibaharui oleh Benedictus dari nursia
(tahun 525) yang mendirikan Ordo (perkumpulan) rahib yang pertama (Ordo Benedictin),
dengan menuntut tiga janji kemiskinan, kesucian, kesucian kelamin dan ketaatan.
Dalam lapangan theologia Gregorius agung kurang menyenangkan, karena ia
melemahkan ajaran Augustinus. Menurut Gregorius keselamatan kekal dihasilkan oleh
kerjasama dari rahmat Tuhan dengan amal, jasa dan penitensia manusia. Oleh karena
sumbangan manusia tentulah belum mencukupi pada ketika ajalnya tiba. Gregorius
menetapkan ajaran gereja tentang api penyucian. Di dalam api itu sisa dari siksa atau
hukuman karena dosa haruslah dilunasi oleh orang yang mati itu. untuk mencapai maksud itu
dengan segera keluarga dan sahabatnya boleh membantu dia dengan doa derma dan dengan
membayar misa istimewa. Dengan demikian maka dalam hidup ini hati manusia dipenuhi
dengan pengharapan dan ketakutan terhadap nasibnya yang kekal.
Rahmat Allah terutama diterima dalam perjamuan kudus yang pandang selaku
ulangan yang tidak berdarah dari kurban Kristus di Golgata. Ajaran ini menimbulkan rupa
kepercayaan yang tak lain dari pada suatu macam magi atau jampi. Ganti iman yang besar,
pelbagai macam takhyul tentang malaikat, setan, relikwi, mujizat dan lain-lain menguasai hati
jemaat. Segala perkara tadi mempengaruhi kesalehan Gereja Romawi sampai sekarang.
Walaupun begitu, gereja ini dipakai juga oleh Tuhan sebagai jembatan antara agama Kristen
dengan bangsa jerman karena bagi bangsa itu gereja menjadi pemimpin, pengatur
masyarakat, guru dan pelatih.
5. Serangan Islam. Ketika gereja barat menempuh jalan baru yang menuju kepada
kemajuan besar, gereja timur sama sekali kehilangan kuasa dan pengaruhnya. Mula-mula
bahagian gereja timur itulah yang terpentinng tetapi sesudah agama Islam membanjiri
segala negeri disebelah timur dan selatan laut tengah pada abad ke-VII, maka gereja timur
lekas runtuh karena hidup rohaninnya sudah lama munduh. Hal ini disebabkan oleh
karena gereja itu kurang sadar akan tanggung jawabnya terhadap dunia. gereja barat
meskipun sesat dan beraib, selalu teringat juga akan tugasnnya. Yaitu menyiarkan injil di
antara segala bangsa. Setiap gereja yang hanya mengingat diri sendiri dan melupakan
panggilanNya, yaitu memberitakan Firman Tuhan, lama kelamaan niscaya akan mati.

BAB 20
PERKABARAN INJIL DI EROPAH

1.IRLANDIA DAN INGGRIS


Gereja barat yang mula-mula sadar akan panggilan untuk mengabarkan injil kepada segala
bangsa. Pangkalan pengutusan injil di Eropa terdapat di Irlandia. Menurut cerita lama, injil
dibawa kenegeri itu oleh seorang bernama Patrick pada tahun 432. Dengan segera timbullah
disana suatu gereja kristen yang berkembang dengan cepat. Banyak rahib merasa dirinya
terpanggil untuk meninggalkan “pulau orang-orang kudus” itu. mereka membawa injil
banyak ke negeri di Eropa, misalnya ketanah inggris, skotlandia, jerman barat, bahkan sampai
kepulau Es. Columba memasehikan skotlandia (563) dan columbanus (600) mempengaruhi
hati banyak orang kafir dieropa barat dengan khotbahnya yang memanggil kepada pertobatan.
Sejak abad ke-V inggris dimasuki oleh bangsa Angel dan saks yang datang dari denmark dan
jerman utara. Gereja kristen kecil yang berdiri sebagai hasil pekerjaan rahib Irlandia
diganggu oleh suku-suku kafir itu. sebab itu paus Gregorius Agung mengutus 40 rahib
benedictin ke inggris pada tahun 596 dipimpin oleh seorang kepala biara (“abt”) yang
bernama Augustinus. Rahib-rahib itu mulai memasehikan bangsa angel dan saks itu.
2. willibrord dan bonifatius
Pekabaran injil oleh angel dan saks itu pertama-tama ditunjukkan kepada bangsa fris, yang
pada waktu itu mendiami sebagian besar dari negeri belanda. Pada tahun 690 willibrod
mendarat dipantai belanda dan enam tahun kemudian ia dilantik oleh paus menjadi uskup
utrecht. Karena pekerjaannya yang berasil baik itu, teristimewa di belanda tengah dan selatan,
willibrord disebut “rasul negeri belanda”. Bonifatius melanjutkan pekerjaan willibrord. Di
negeri jerman ia menyambung pekabaran injil rahib-rahib Islandia dengan mengorganisasi
gereja kristen yang muda itu. tetapi akhirnya ia balik pula pada pekerjaan yang paling
disukainya, yakni pekabaran injil di antara bangsa fris utara, walaupun ia sudah sangat lanjut
umurnya, yaitu hampir delapan puluh tahun. Pekerjaan itu berhasil juga, tetapi pada tahun
754 penginjilan yang rajin dan setia itu dibunuh dekat dokkum oleh segerombolan orang
kafir.
3. pekabaran injil di masa pemerintahan karel Agung
Suku-suku jerman dimasehikan dengan khotbah, pengajaran, nasehat dan anjuran. Hanya
pada masa pemerintahan karel Agung saja dipakai juga paksaan. Sesudah agama kristen
dipaksakan; siapa bertahan pada agama kafir dihukum mati. Penasehat karel agung yang
bernama Alcuinus, sangat mengeritik metode dan tindakan kaisar itu. orang kristen jerman
tidak bertabiat pemenung seperti orang yunani, dan tidak pula memandang relasi manusia
dengan Allah dalam suasana kehakiman seperti dibuat orang Romawi, tetapi mereka itu
merasa dirinya terikat kepada kristus sebagai rajanya.

4. Eropah utara dan timur


Negeri-negeri di skandinavia baru dimasehikan kira-kira tahun 1000. Sebelum itu
kebanyakan suku slavia yang telah menduduki jerman timur, Australia, hongaria, balkan dan
rusia, sudah masuk kristen juga; separuh masuk ortodoks gerika dan separuh roma katolik.
“rasul-rasul bangsa slavia” ialah kakak-adik constantinus dan methodius, yang
menerjemahkan Alkitab kedalam bahasa daerah itu dan yang mulia mempergunakan bahasa
slavia itu pula didalam kebaktian. Mereka itu terutama bekerja didaerah yang sekarang adalah
hongaria dan cekoslowakia. Sungguhpun demikian, mereka menyerahkan daerah-daerah itu
kepada kuasa paus

Bab 21
Gereja Dalam Kerjaan Karel Agung
1. sebelum Karel Agung. Dasar kebudayaan Kristen di eropa barat diletakkan oleh kerajaan
dan gereja bangsa frank. Raja frank, karel martel, meluputkan eropa barat dari bahaya islam
dengan mengalahkan tentara arab dekat poitiers (baca puace) di perancis pada tahun 732.
Paus-paus pun mengganggap kerajaan frank itu sebagai pembela dan pelindung gereja.
Tatkala orang longobardia berniat menyerang kota roma, paus meminta pertolongan dari
pepin pendek, anak karel martel. Orang longobardia dialahkannya dan dipaksanya
menyerahkan beberapa daerah yang besar kepada paus. Dengan demikian berdirilah “Negara
Gereja” pada tahun 756.
2. Semasa karel Agung. Kebesaran kerajaan frank memuncak di bawah pemerintahan karel
agung (768-814). Raja Kristen ini mempersatukan eropa barat, sehigga merupakan satu badan
yang kuat, yang jiwanya gereja katolik. Tetapi gereja itu tetap bercorak gereja-gereja. Paus
dihormati oleh karel sebagai warga pertama dari kerajaannya, tetapi tidak diberi kuasa
mencampuri perkara-perkara gereja. Raja sendiri yng memerintahi gereja karena, cita-
citanya ialah mencontoh raja Daud, yakn mewujudkan suatu theokrasi baru di eropa barat.
Bukanlah maksud karel untu mempergunakan gereja untuk kepentingannya sendiri,
melainkan melayani dan membangun gereja sedapat-dapatnya.
Susuan gereja diaturnya lebih baik. Uskup-uskup diangkat dan ditempatkannya. Daerah-
daerah uskup dibaginya dalam “paroki-paroki” yang dikepalai oleh iman-imam (paderi-
paderi) biasa. Tata cara kebaktian di segala daerahnya disamakannya. Khotbah dalam bahasa
daerah dan pengakuan dosa di hadapan imam dimajukannya. Demikian pula pengajaran,
teristimewa pelatihan klerus (kaum pejabat) sangat diperhatikannya. Ada pulanya maksudnya
untuk mengubungkan kebudayaan yang lama dengan tabiat orang jerman, dibawah pimpinan
agama Kristen.pusat pergerakan itu ialah sekolah istana tempat banyak serjana berkumpul,
diantaranya Alcuinus yang berpengaruh besar selaku ahl theologia pertama dari kerajaan dan
penasehat raja Karel.
Pada konsili oikumenis yang terakhir di Nicea (787), gereja timur dalam permupakatan
dengan paus menentapkan suatu peraturan untuk menghormati patung-patung, tetapi putusan
itu dilawan keras oleh karel, dan kemudian ditolak pula selaku perkara takhyul oleh suatu
sinode besar di frakfurt (794). Sementara karel ada di roma pada hari Natal tahun 800
sekonyong-konyong ia dimahkotai oleh paus selaku kaisar. Dengan penobatan itu dinyatakan
bahwa karel menjadi pengganti kaisar-kaisar kekaisaran romawi yang dahulu. Memang gelar
dan pangkat yang baru ini selaras denan cita-cita karel sendiri.
3. Sesudah karel Agung. Sesudah kaisar karel mangkat (814), keadaan kekaisarannya lekas
mundur. Pada tahun 843 kekaisaran itu dibagi tiga: perancis di barat, jerman di timur, dan
lotharing, burgondia dan italia di tengah. Akibatnya ialah bahwa tak ada lagi satu gereja-
negara yang kuat, sehingga gereja mencari pimpinan pada paus. Untuk seketika lamanya
paus nikolas 1(860) behasil untuk membuat takhta petrus di roma menjadi pusat kekaisaran.
Nikols memaklumkan bahwa seharusnya paus saja yang boleh memerintahi gereja dan
negara, sehingga kaisa harus taat kepada paus, juga di lapangan politik. Selaku dasar dan dari
pendirian itu dipakainya beberapa “dokumen” untuk membuktikan bahwa gereja seharusnya
merdeka dalam segala-galanya, dan lagi bahwa kuasa paus dan uskupuskup berdasar teguh
pada putusan-putusan dan aturan-aturan resmi yang ditetapkan sejak zaman dahulu. Pada
masa pembaruan gereja surat-surat tadi ternyata palsu saja.
Paling merosotna gereja, negara dan kebudayaan terjadi kira-kira tahun 900. Pimpinan yang
kuat dan saleh tak ada lagi. Di perancis kaum bangsawan merebut kuasa di dalam gereja dan
merampas milik-milik rumah biara. Di jerman :hertog-hertog” melemahkan kuasa raja.
Jabatan paus di roma jatuh ke dalam tangan orang-orang bangsawan, gereja masih
membutuhkan bantuan gereja.
BAB 22
PERTIKAIAN ANTARA PAUS DAN KAISAR
1. OTTO I (936-973)
Sejak tahun 870 ada tiga kerajaan di Eropa barat, yaitu: Jerman, Perancis dan Italia.
Jermanlah yang terbesar dan kuat. Kaisarnya, Otto I melawan hertog-hertog, yaitu pangeran-
pangeran asli dari suku-suku di negeri itu yang dipersatukan dalam kekaisarannya. Takhtanya
dan persatuan di negerinya diancam oleh hertog-hertog itu. Oleh karena itu kaisar otto
merendahkan derajat mereka dengan menjadikan mereka pegawai-pegawai Negara. Sebagai
ganti mereka, Otto menaikkan derajat uskup-uskup dan abt-abt (kepala-kepala biara) dengan
menjadikan mereka pemerintahan. Sampai pada masa Napoleon (1800), uskup-uskup
dinegeri Jerman terus merangkap jabatan pemerintahan. Sejak Otto I, uskup-uskup itu tetap
dipilih dan diangkat oleh kaisar. Sudah barang tentu bahwa dalam pemilihan itu kepentingan
politiklah yang diutamakan oleh kaisar, bukan kepentingan Gereja.
2. PEMBAHARUAN DARI CLUNY
Pada pertengahan abad ke-X timbullah suatu pergerakan pembaharuan yang hendak
menyucikan keputusan dan Gereja. Pusat pergerakan itu ialah biara Cluny di Burgondia.
Pergerakan itu berkembang sampai ke Italia, Jerman dan Inggris. Pembaharuan Cluny
menuntut: 1. Biara-biara harus diperintai langsung oleh Paus, 2. Raja dan golongan
bangsawan tidak boleh lagi mencampuri pimpinam dan urusan-urusan biara-biara, 3. Kaum
rahib harus taat kepada disiplin yang keras dan wajib hidup lebih saleh.
Sedari abad ke-XI Klerus juga bertambah-tambah dipengaruhi oleh pergerakan ini. Segala
keadaan Gereja yang buruk dilawannya, misalnya “simoni”, yaitu menjual belikan pangkat-
pangkat Gereja, untuk memperbolehkan laba duniawi (lihat Kis 8:18). Karena biasanya
pangkat-pangkat uskup diberi oleh raja kepada orang yang membayar terbanyak; begitulah
pula uskup-uskup sendiri menjual jabatan-jabatan yang lebih rendah.
Selain dari pada itu golongan Cluny berusaha juga supaya paderi-paderi jangan menikah lagi.
Satu abad kemudian, paus Gregorius VII sama sekali melarang mereka menikah (peraturan
“selibat” = hidup lajang kaum pejabat).
3. KEPAUSAN DIBAHARUI
Beralasan asas-asas pembaharuan ini kaisar Hendrik III mulai membetulkan kepausan juga.
Tiga Paus, yang menjabat pangkat itu pada waktu yang sama juga, dipecatnya, lalu
diangkatnya seorang Paus yang baru (1046). Tidak berapa lama antaranya Paus Leo IX
memulihkan kembali kuasa dan kehormatan paus. Dari kaum Klerus tinggi di Roma
dibentuknya suatu badan penolong baginya, yaitu “majelis para cardinal”.
Tetapi makin lama makin keras tuntunan golongan pembaharuan itu, sehingga akhirnya
ditolaknya sama sekali penetapan jabatan-jabatan Gereja ( “investitus”) oleh orang awam,
umumnya kaisar atau raja. Sekarang pengangkatan uskup-uskup oleh kaisar dipadangnya
juga sebagai simony. Paus mau merebut hak investiture itu, tetapi kaisar-kaisar tak mau
mengabulkan tuntunan itu, sebagai tulang-punggung Negara adalah justru golongan “uskup
raja” itu. Kedua belah pihak, baik paus maupun kaisar, tetap pada pendirian masing-masing,
sehingga terjadilah tentangan hak invertitur itu yang berlangsung lama.
4. GREGORIUS VII DAN HENDRIK IV
Pada tahun 1059, Kardinal Hildebrand, seorang yang tak mau tunduk atau mundur, merebut
dari kaisar hak memilih 1073, Hildebrand menjadi Paus, dengan menamai dirinya Gregorius
VII. Sekarang terbitlah pertikaian yang hebat antara paus dengan kaisar. Segala usaha
Gregorius berdasar pada ketiga hal ini: 1. Paus sekali-kali tidak bergantung kepada penguasa
yang lain didunia ini, 2. Pauslah satu-satunya kepala Gereja, jadi segenap Klerus harus
menaati perintahnya saja, 3. Segala kuasa duniawi pun hanya dapat dikaruniakan oleh paus
saja. Segala daya dipakainya untuk mencapai maksudnya itu. Yer 48:10b menjadi
semboyannya: “terkutuklah orang yang menghambat pedangNya dari penumpahan darah.”
Pada Tahun 1075 investitus oleh orang awam dilarang oleh suatu sinode atas titah Gregorius.
Kaisar Jerman Hendrik IV tak suka menerima dan mengakui putusan itu; sebab itu uskup-
uskup dinegeri Jerman disuruhnya memecat paus. Tetapi Gregorius dibantu oleh raja-raja
Jerman. Hendrik IV dikutukinya dan dilepaskan dari pangkatnya. Terpaksalah hendrik
merendahkan dirinya dihadapan paus di Canossa di Inalta Utara (1077). Setelah menanti-
nanti kedinginan tiga hari tiga malam dimuka istana Canossa, tempat paus menumpang,
barulah ia diampuni. Akan tetapi segera juga Hendrik kembali berkuasa lagi, sehingga ia
berani menyerang Gregorius dengan tentaranya. Sesudah kota Roma dialahkannya (1084),
Hendrik dimahkotai sebagai kaisar oleh seseorang paus, yang diangkatnya sendiri. Gregorius
VII dibuang dan tak lama kemudian ia meninggal.
5. PUTUSAN KOMPROMI
Pengganti-pengganti Gregorius VII melanjutkan perjuangan tentang investiture. Hanya
mereka itu tidak lagi mengajar maksud untuk memerintahi seluruh dunia. Lama kelamaan
terdapat suatu jalan kompromi, yakni investiture Gereja dilakukan dengan member cincin dan
tongkat uskup oleh paus, dan disamping itu ada investiture yang dilakukan oleh kaisar dengan
memberikan tongkat kerajaan. Akhirnya diambil keputusan menurut Konkordat
(permupakatan) Worms (1122); uskup-uskup harus dipilih oleh Klerus dan disahkan oleh
paus, tetapi disamping itu kaisar berhak member pangkat raja kepada mereka dan menolak
orang yang tak disukainya.

BAB 23
PERANG-PERANG SALIB

1. Sebab-Musababnya. Kira-kira tahun 1070 Palestina, Siria dan Asia Kecil jatuh ke dalam
tangan orang Turki yang adalah bangsa yang beragama Islam dan kemudian mengancam
kebudayaan dan agama Kristen di Eropa. Orang-orang musafir Kristen yang mengunjungi
tempat-tempat suci di Palestina sangat diganggu dan disiksa oleh orang Turki itu.
Pada suatu sinode di Clermont (Perancis) pada tahun 1095 umat Kristen dikerahkan oleh paus
Urbanus II untuk mengangkat perang suci untuk merebut Tanah Suci dari orang Islam.
Banyak orang dari segala lapisan menuruti ajakan itu. Mereka menempelkan sebuah salib
dari kain merah pada bahu atau dadanya sebagai tanda bahwa mereka mau merebut
Yerusalem tempatdimana Yesus di saliban. Lewat perang itu ada yang mengharapkan
kehormatan dan keuntungan, serta penghapusan dosa (indulgensia) yang dijanjikan Paus.
Paus ingin mengembangkan daerah kekuasaannya ke daerah timur. Bagi umat Kristen perang
salib ini memang mengandung arti rohani yang mulia dan suatu kebajikan yang besar tetapi
dalam prakteknya, perang itu tidak berbeda dari perang biasa. Apalagi tak ada maksud perang
suci itu untuk mengabarkan Injil diantara orang Islam.

2. Riwayatnya. Pasukan-pasukan yang pertama berangkat ke tanah suci kurang dilengkapi.


Hampir segenap tentara ini dibasmi oleh orang Bulgaria dan Turki. Tetapi tentara besar yang
dikepalai Godfried dari Buyon akhirnya mencapai maksudnya, Sebagian Asia Kecil dan
daerah-daerah Siria dan Palestina ditaklukkannya. Godfried menolaj mahkota emas tanda
pangkat raja, karena katanya: dikota ini Yesus telah dimahkotai dengan duri. Ia bergelar
“Pelindung makam suci”.

Perang salib yang kedua dianjurkan oleh Bernhard dari Clairvaux (Klervo) sesudah kerajaan
Edesa di Asia Kesil yang dibentuk saat perang salib yang pertama direbut pula oleh musuh.
Perang salib kedua ini berlangsung dari tahun 1157-1149, tetapi tidak berhasil sebab sudah
lumpuh di muka kota Damaskus.

Direbutnya Yerusalem pada tahun 1187 oleh sultan Saladin dari Mesir menyebabkan perang
salib yang ketiga. Raja-raja Inggris (Richard Hatisinga), perancis (Philip Augus) dan Jerman
(Frederik Barbarossa=janggut merah) menggabungkan usahanya, tetapi kaisar Federik mati
dan pasukan-pasukannya kembali ke negerinya. Akibatnya ialah perang salib yang ketiga ini
gagal.

Perang salib yang keempat (1202-1204) dimulai oleh paus Innocentius III. Dengan maksud
memajukan perniagaan Venetia yang bersaing hebat dengan Byzantium. Pada tahun 1261
kaisar mengusir pula orang-orang barat dari ibukotanya,tetapi oleh segala huru hara ini
kekaisaran timur itu sangat dilemahkan, sehingga kurang sanggup melawan orang Islam.

Hanya perang salib yang keenam saja yang berhasil lagi (1228-1229) Kaisar Federik II
mendapatkan Yerusalem, Betlehem, Nasaret, dan pantai laut denganjalan diplomasi. Tetapi
tahun 1244 Yerusalem jatuh pula ke dalam tangan Islam dan akhirnya perang salib di
hentikan sesudah Bandar Akko direbut orang Islam pada tahun 1291.

3. Akibatnya. Perang salib itu mengakibatkan banyak hal penting bagi barat.Kebudayaan
sangat diperkaya oleh pertemuannya dengan kebudayaan timur. Perdagangan mulai timbul
dengan cepat khususnya di Perancis dan Italia, kota-kota bertambah besar dan timbul lapisan
ketiga dari masyarakat seperti tokowan, tukang, pedagang, pegawai dan sebagainya.
Kerohanian dan gerejani juga semakin luas pandangannya. Kesalehan Kristen sangat
dimajukan, sebab kunjungan ke tempat-tempat keramat itu menyadarkan kaum Kristen
tentang kerendahan dan pengasihan Yesus. Ini yang menerbitkan ibadat baru terhadap
Kristus.

Zaman perang salib timbullah beberapa “ordo ksatria” yang menggabungkan cita-cita rahib
dan ksatria yaitu takluk kepada tuntutan kerahiban dan bersumpa memerangi orang kafir dan
menjamin perlindungan bersenjata kepada musafir. Yang tertua adalah Ordo-ordo Johanit
dan tempelir (± 1120), yan terutama terdiri dari orang Perancis. Tahun 1190 dibentuklah
Ordo Jerman, yang mengalahkan dan memasehikan daerah disebelah timur negeri Jerman.
Lambat laun ordo ini menjadi pasukan-paskan pilihan yang langsung diperintahi oleh paus.

BAB 24
BERNHARD DARI CLAIRVAUX

1. Reaksi terhadap sekularisasi Gereja. Dalam pergerakan pembaruan Cluny,


maksud rohani makin diabaikan dan cita-cita klerus dan golongan rahib makin diduniawikan.
Mereka mengejar kuasa dan kemewahan saja. Pergerakan yang baru ini mempersalahkan
sekularisasi (penjiwaan dengan roh duniawi) hidup rahib-rahib dan berusaha supaya segala
rahib mentaati lagi peraturan askese yang sangat keras.
Biara-biara besar berjanji untuk menuruti satu peraturan hidup dan taat kepada satu
pemimpin. Demikianlah timbul ordo-ordo rahib. Salah satu ordo yang tertua ialah ordo
Chartreuse.
2. Hidup Bernhard (1091-1153). Ia seorang ksatria Burgondia. Pada waktu berumur
24 tahun, ia diangkat menjadi abt (kepala) dari biara cabang di Clairvaux. Di bawah
pimpinannya biara ini sangat diperluas, sehingga pada waktu ia meninggal, Clairvaux
ditumpangi oleh 700 orang rahib, dan jumlah biara-biara cabangnya sampai 160 banyaknya.
Bernhard pertama-tama seorang asket. Dengan sikap dan teladannya ini
dinyatakannya kritiknya yang seterang-terangnya terhadap suasana Gereja yang semata-mata
duniawi itu. Keberatan-keberatannya terhadap politik dan kehidupan paus dan klerus tidak
disembunyikannya. Ia juga menyokong pandangan theokratis Roma bahwa pemerintahan
Allah boleh disamakan dengan kuasa pembesar-pembesar Gereja di dunia ini. Bernhard
adalah seorang yang aktif dan perang salib yang kedua diadakan atas anjurannya.
3. Kesalehan baru. Bernhard juga memperbaharui kesalehan batin dan
diperdalamnya. Sampai pada waktu itu orang Kristen Jerman memandang Yesus sebagai
seorang Raja dan Panglima, yang mereka turut selaku laskarnya yang setia. Bernhardlah yang
menyadarkan umat Kristen, betapa besarnya kasih Yesus dan betapa indahnya hidup di
tengah-tengah umat manusia. Baru pada saat itu cerita-cerita Injil mulai dikenal dan
diperhatikan baik-baik oleh jemaat biasa. Dan akhirnya orang yang mengikut Yesus akan
sampai kepada tingkat yang tertinggi, yakni mengecap kebahagiaan yang mulia dari
persekutuan langsung dengan Yesus. Kristus dan jiwa bergaul seperti mempelai laki-laki dan
mempelai perempuan.
Jasa manusia sama sekali tidak dipentingkan oleh Bernhard. “Segala jasaku terdapat
dalam rahmat Tuhan saja”, katanya. Jelas bahwa Luther sangat menghargai dan menghormati
Bernhard, yang boleh digelar “Augustinus abad-abad pertengahan”.
4. Arnold dari Brescia. Serangan-serangan Bernhard terhadap pimpinan Gereja
dilanjutkan lagi dengan lebih sengit oleh Arnold dari Brescia, seorang pengkhotbah tobat
yang hidup pada masa itu juga. Ia bekerja di Roma dan menuntut dalam suatu peraturan
resmi, supaya segenap Gereja harus melepaskan segala milik dan kuasa duniawi. Jadi bukan
saja akibat-akibat yang salah dari pemerintahan Gereja dipersalahkannya, tetapi pemerintahan
itu sendiri di tolak dan dilarangnya. Akhirnya ia dihukum mati oleh paus.

BAB 25

PUNCAK PEMERINTAHAN PAUS

1. Frederik I Barbarosa

Pada tahun 1152 ada seorang kaisar yang kuat dan budiman naik takhta, yakni Frederik I
yang di gelar Barbarossa. Perintah-perintah Paus tidak di terimanya sesudah sesuatu
pertikaian yang lama ia terpaksa mengaku Alexander III selaku paus pada tahun 1177, tetapi
dalam kekaisarannya ia sendiri saja yang mengepalai Gereja. Setelah Alexander mangkat
pada tahun 1181, kedudukan Frederik bertambah kuat lagi, oleh pernikahannya ia dapat
memperluas kuasanya sampai di kerjaan Naples (Italia Selatan) dan sisilia, sehingga akhirnya
Negara-Gereja di kurung oleh kerajaan Frederik.

2. Innocentius III

Pada ketika itu juga takhta Petrus di duduki oleh Paus yang termulia dalam abad-abad
pertengahan, Innocentius III (1198-1216). Kecongkakan paus-paus dan keinginannya untuk
menguasai seluruh dunia sekarang memuncak. Menurut pendapat Innocentius, “paus kurang
besar dari Allah, tetapi lebih besar dari manusia.” Ia bukan wali Petrus saja, tetapi wali
Kristus sendiri. Semua raja harus taat kepada titah Paus;negeri, mahkota dan kuasa mereka
seharusnya mereka terima selaku suatu karunia dari tangan paus. Sebagai pengampu dan wali
dari kaisar baru, Frederik II, anak Hendrik VI, yang masih muda, ia memerintahi tanah
jerman. Raja perancis, philip August, di paksanya menyambut pula istrinya yang telah di
buangnya. Raja inggris yang tidak mau mengakui uskup besar Canterbury di pecat dan
dikutukinya. Demikian pula kuasa Innocentius bertambah di spanyol, Hongaria, Denmark
dan lain-lain telah kita maklumi juga bahwa perang salib yang keempat di anjurkan oleh
Inncentius dengan maksud menaklukan Byzantium dan kekaisaran timur kebawah
pemerintahannya.

3. Konsili di Lateran

Sebuah istana paus di Roma 1215, menjadi suatu pertunjukan besar dari kemuliaan paus dan
dari kuasa Gereja. Di antara 2000 hadirin terdapat duta-duta dari segala raja Kristen, 71
Patriarkh dan uskup besar, 412 uskup, lebih dari 800. Sebenarnya konsili ini bukan
oikumenis karena Gereja Ortodoks Timur tidak di wakili.

Beberapa perkara penting di tetapkan yaitu :

1. Tiap-tiap anggota Gereja di wajibkan mengaku dosanya di hadapan imam, sekurang-


kurangnya sekali setahun untuk beroleh pengampunan (Absolusi) atas nama Kristus.

2. Ordo-ordo rahib yang baru hanya boleh didirikan dengan paus

3. Dogma transsubstanisasi di sahkan dengan resmi. Menurut ajaran ini, yang harus di
percayai sebagai kebenaran ilahi ialah bahwa dalam misa itu zat atau substansi roti dan air
anggur berubah menjadi tubuh dan darah Kristus yang sungguh-sungguh. Pada saat
perkataan-perkataan yang dahulu di ucapkan kristus sendiri, dim ucapkan lagi imam,
walaupun bentuk tanda-tanda itu tak berubah.

Mulai dari waktu itu juga paus di akui selaku satu-satunya penguasa di dalam Gereja.
Di alah pengurus dan hakim yang tertinggi. Ia mengutuki orang dengan ekskomunikasi
(pengucilan) dan menghukum dengan interdik yaitu dalam salah satu daerah, seluruh
penduduk di larang menerima sakramen. Ia mengepalai suatu organisasi besar yang teratur
rapi dan kuat, terdiri dari ribuan klerus yang mebantu dan melayaninya selaku pegawai-
pegawainya.

4. Frederik II
Pada tahun 1215 saat kemunduran kuasa paus dan tahun itu juga Innocentius mengurus
supaya takhta jerman di beri kepada Frederik II. Frederik tidak suka mematuhi segala
perintah paus saja. Perjuangan baru berkobar untuk merebut kuasa ; pengucilan dan kutuk
resmi di pakai oleh paus selaku senjatanya. Sesudah mangkatnya tahun 1250, kerajaan Italia
Selatan dan sisilia di hadiahkan oleh paus Urbanus IV, seorang perancis, kepada raja
perancis. Kekaisaran jerman makin runtuh dan terbagi-terbagi. Rupa-rupanya paus menang,
tetapi sebenarnya kusanya sudah sangat mundur pula. Lama-kelamaan Roma di kuasai oleh
perancis.
BAB 26
CITA-CITA KEMISKINAN DILUAR DAN DI DALAM GEREJA
1. Sekta-sekta Kathar dan waldens. Cita-cita Arnold dari Brecia di setujui beberapa
golongan sekta. Semenjak tahun 1.100 dari banyak pihak kedengaran tuntutan supaya
gerejs terbaik kepada kemiskinan rasuli.
Sekta yang mulai menasehati gereja demikian ialah orang Albigens atau Kathar (suci
bersih) di perancis selatan. Mereka dipengaruhi oleh Gnostik ajaran kafir dari timur. jiwa
adalah sebagian dari keilahan, tetapi dunia benda ini di ciptakan oleh iblis. Sebab itu
keselamatan hanya tercapai dengan jalan melepaskan dunia sama sekali. “orang percaya”
biasanya belum dapat berbuat demikian, tetapi “orang sempurna”, yang telah menerima
baptisan Roh, rela melepaskan hidup nikah dan milik. Bahkan banyak dianatara mereka lebih
suka mati kelaparan dari pada janiskan lagi oleh dunia ini. tetapi ajaran yang didualistis ini
bertentangan dengan Injil karena dosa tidak bertempat pada zat benda dunia sendiri,
melainkan dalam hati manusia. Dunia di ciptakan Tuhan yang indah itu kurang di hormati
oleh orang Kathar.
Lain sekali keadaan dan sikap sekta besar orang Waldens atau orang miskin dari Lyon.
Mereka itu adalah pengikut seorang saudagar Lyon, Petrus Waldens namanya, waldes mau
mempraktekkan Syariat Injili, teristimewa pesan Yesus dalam Matius 10, sehingga rumah
dan miliknya ditinggalkannya untuk meniru teladan rasul-rasul. Pada tahun 1177 di
bentuknyalah suatu perhimpunan penghkotbah awan yang mau turut mengembara untuk
menobatkan orang dimana-mana. Larangan dan kutuk paus tak dipedulikan mereka.
pergerakan itu berkembang dengan pesat diperancis selatan dan di italia utara. Penganut sekta
ini menolak sumpah dan perang, seraya menjelajahi negeri berdua selaku pengkhotbah tobat.
Jasa mereka yang besar ialah mereka berpegang teguh kepada alkitab, sambil
memperkenalkan isi kitab kudus itu kepada umat Kristen. beralaskan pendirianNya segala
pandangan dan kebiasaan salah dari gereja roma diserangnya dengan keras, misalnya
keselamatan jiwa, api penyucian, indulgensi dan lain-lain. Akan tetapi disamping segala
pendapat yang baik dari mereka itu tak dapat disangkal, bahwa orang Waldens menganggap
injil laksana suatu taurat, sama seperti gereja katolik yang dilawannya. Tetapi sungguhpun
demikian kriktik dan protes mereka terhadap sekularisasi gereja sangat berharga.
2. Reaksi Gereja. Tindakn gereja terhadap sekta ini ialah sekali-kali untuk membasmi orang
Albigenes, perang mana dilaksanakan dengan cara yang bengis dan ngeri (1202-1209). Di
negeri jerman dan perancis dikeluarkan undang-undang resmi, bahwa orang sekta harus di
hukum mati dan pada tahun 1232 Inkwisisi diatur oleh paus, yakni “dinas rahasia” yang
menghambat, menangkap dan menghukum segala orang penyesat secara kejam.
Akan tetapi syukurlah, pembenarantasan sekta itu dilangsungkan dengan cara yng
lebih halus dan melalui jalan kerohanian pula. Memang gereja roma selamanya berusaha juga
untuk mengalahkan lawanNya dengan mengambil dan mewujudkan cita-cita pelawan itu
sendiri melalui jaln gereja. Demikianlah cita-cita kemiskinan diterima oleh gereja timbullah
“Ordo-ordo minta-minta”, selaku bukti bahwa cita-cita theokrasi dapat digabungkan juga
dengan penyangkalan dunia dan askese.
Beda ordo rahib minta dengan segala ordo yang dulu, ialahlah bahwa ordo rahib yang
baru ini sama sekali tak mempunyai segala sesuatu milik, juga sebagai organisasi.
Anggotanya hidup dari sedekah yang diminta dari jemaat. Berkenaan dengan ini mereka
mereka tidak tinggal dipencil di luar kota dan dusun, melainkan didalam kota besar. Dengan
demikian merekalah yang menjadi pengkhotbah dan penggembala dari gereja. Yang sangat
memperhatikan kemajuan hidup rohani jemaat.
3. Franciscus dari Assisi. Ordo yang terkenal ialah ordo Franciscan atau saudara Dina (Ordo
Fratrum Minorum atau OFM), yang didirikan oleh Franciscus yang lahir di Assisi (Italia)
pada tahun 1182.
Selagi muda ia ingin mengejar kehormatan dan kesenangan duniawi, dan cita-citanya
ialah menjadi seorang ksatria yang perkasa. Sekonyong-konyong ia bertobat. Segera ia mulai
membetulkan beberapa gedung gereja yang kecil (kapel) sebagai bukti penyesalanNya. Akan
tetapi pada suatu kali di dengarnya perkataan Yesus yang tertulis didalam Matius 10, lalu
segera segala kekayaan dilepaskannya untuk dapat menuruti pesan Yesus (1208). Kemiskinan
itu disebutnya penggantinya. Dengan berpakaian jubah yang kasar saja dan tidak memakai
sepatu atau sandal, Franciscus mulai mengembara serta menasehati orang untuk meniru
teladanNya. Beberapa kawannya turut serta. Suatu tata hidup disusunnya, yang disahkan oleh
Innocentius III pada tahun 1210. Rahib Franciscan sangat rajin pula mengabarkan injil
diantara bangsa yang bukan Kristen. ada yang pergi ke Spanyol, Maroko dan Siria.
Franciscus sendiri belajar kemesir (1219) untuk menobatkan sultan Alkamil. Tetapi segala
percobaan itu tidak barhasil.
Walaupun Franciscus kurang setuju, tetapi pada tahun 1223 paus membuat ordonya
itu menjadi suatu organisasi yang teratur rapi, dan pencarian nafkah dengan minta saja diganti
dengan kewajiban bekerja unuk penghidupan sehari-hari. Lagi pula cara mengembara
dihentikan sehingga kaum Franciscan mulai tinggal dalam biara-biara.
Oknum dan hidup Franciscus sangat menarik hati kita. bagi Franciscus menurut
Kristen bukanlah berarti menderita sengsara dan menjauhkan diri dari dunia, sebagai
pendirian Bernhard dari Clairvaux, melainkan sesuatu kegirangan yang sangat besar. Alam
dipandanngnnya selaku cermin Allah. Semua makhluk menjadi sahabatnya. Ia bercakap-
cakap dengan bunga-bunga dan burung-burung. Ada suatu kidungnya yang termasyhur,
kepada saudara suria.
Pada tahun 1224 ia mendapat suatu penglihatan dari kristus. setelah itu pada tubuhnya
yang kurus dan sakit itu nampak kelima tanda luka dari Kristus (stigmata). Sungguhpun hal
itu belum dapat diterangkan dengan jelas, tetapi mungkin juga badan manusia dipengaruhi
demikian oleh pergerakan jiwa, sehingga tanda luka seperti itu menjadi nampak, malahan
sampai berdarah. Pada tahun 1226 Franciscus meninggal. Oleh kesalehannya yang sungguh
dan penuh sukacita itu namanya tertera dalam kisah gereja selaku suatu terang yang permai.
Ordo Franciscan berkembang dengan cepat menjadi orang yang sangat besar. Lima
puluh tahun kemudian anggotanya sudah sampai 200.000 orang banyaknnya. Kaum
Franciscan itu sangat dihormati oleh umat Kristen. mereka mengutamakan soal khotbah dan
penggembalaan jemaat. Kemudian Mereka menuntut rupa ilmu pula.
Pada tahun 1212 sudah didirikan suatu cabang wanita dari ordo Franciscan itu oleh
Clara Sciffi dari assisi. Anggota wanita itu disebut “orang Claris”. Ada juga orang awam
yang hendak menurut aturan kaum Franciscan sedapat mungkin. Mereka diorganisasi
menjadi ordo ketiga.
4. Ordo Dominican. Ordo minta-minta yang lain yang penting pula ialah Ordo Dominican
(ordo predecatorum), yang didirikan pada tahun 1216 oleh Dominicus, seorang Spanyol.
Mereka itulah yang berusaha untuk melawan dan menaklukan orang penyesat. Inkwisi
dikepalai dan dijalamkan oleh ordo ini. mereka menjadi pemuka pekerjaan khotbah dan
teologia gereja. Sarjana theologia yang terutama pada abad pertengahan, Thomas dari
Aquino, adalah seorang rahib Domonican.
5. Usaha penginjilan kedua ordo ini. insaflah kaum Francisca dan Domonican, bahwa
selayaknya gereja wajib mengambil tindakan lain terhadap agama islam dari pada
mengangkat perang salib. Mereka mulai mengusahakan pekabaran injil diantara kaum
Arab. Gagalnya percobaan Franciscus untuk menobatkan sultan mesir tidaklah
mengecilkan hati mereka. tetapi sekarang mereka sudah Insaf, bahwa persediaan untuk
usaha sesukar itu perlu diperhatikan baik-baik sebelum menjalankanNya. Sebab itu di
Spanyol orang Dominican membuka suatu pusat pelajaran agama Islam dan Yahudi.

Yang tampil kemuka dalam usahaa ini ialah Raymondus Lullus, yang sebetulnya tidak
masuk anggota resmi dari kedua ordo itu. di pulau Malroca, tempat kelahirannya,
didirikannya sebuah sekolah pekabaran injil. Lullus mengarang beberapa kitab dan ia pergi
berulang-ulang kenegeri Arab di afrika utara untuk meyakinkan Muslim itu dengan
uraiannya,bahwa injil sajalah ajaran yang benar. Pada tahun 1316 ia mati dirajam (dilempari
dengan batu) dikota Aljazair
.
Orang Franciscan berusaha juga memasehikan bangsa Mongol. Pada abad ke XIII,
bangsa Asia tengah yang ganas itu telah mengalahkan seluruh Asia timur (Tiongkok), asia
utara dan asia barat, bahkan dibawah panglima perangnya, Djengis Khan, mereka
menaklukan rusia. Dijerman timur mereka dipukul mundur pada tahun 1241. Cucu Djengis
Khan memberi kesempatan kepada rahib-rahib Franciscan untuk memberitakan Injil dalam
kerajaanNya. Pada penghabisan abad ke XIII mereka sudah maju sampai ke tanah Tiongkok
(ingat juga perjalanan Marco polo, saudagar dari Venetia). Tetapi pada tahun 1368 kota
peking direbut pula oleh orang Tionghoa, sehingga batas kerajaan mereka ditutup pula dan
segala hasil pekerjaan kaum Franciscan itu hilang juga.
6. Perkembangan ordo minta-minta di waktu kemudian. Tidak lama kemudian, ordo itu
dipaksa turut melayani cita-cita paus, yaitu menambahkan kuasa dan milik duniawi
gereja. Bertentangan dengan wasiat Franciscus, paus memberi izin kepada rahib
Franciscan dengan paksa disesuaikan saja dengan pandangan istana paus. Semua orang
melawan perubahan ini, yang tetap memegah teguh aturan Franciscus yang dahulu itu,
dihambat dengan keras oleh gereja.
BAB 27
TERBITNYA PERLAWANAN TERHADAP PEMERINTAHAN PAUS

1. Kekalahan Bonifatius VII. Untuk melumpuhkan kuasa kaisar-kaisar Jerman, Paus


mencari bantuan pada raja-raja Perancis. Tetapi sebenarnya mereka itulah yang
merupakan bahaya besar bagi Paus, karena di negeri Perancis telah timbul kesadaran
kebangsaan baru, yang tak dapat tidak harus bertentangan dengan keinginan Roma yang
mau menguasai dunia.
Pertentangan ini terjadi tarkala Paus Bonifatius VII (1294 – 1303) melarang Philip IV yang
Elok, Raja Perancis, memungut pajak untuk Negara dari Klerus dan biara-biara serta segala
milik Gereja yang lain. Larangan ini tak dipedulikan oleh Philip. Alasan perselisihan itu tak
lain dari soal yang penting ini. Apakah Negara mempunyai kuasa dan hak sendiri, terlepas
dari hak dan kuasa Paus? Bonifatus mengulangi lagi tuntutan-tuntutan Paus untuk
memerintah seluruh dunia. Dalam “bulla-nya” yang beralamat” unam Sanctam” (1320),
diuraikan bahwa kepada Paus diberikang dua pedang (Lukas 22:38), yaitu kuasa rohani dan
duniawi. Akan tetapi sementara Bonifatius menyediakan kutuk Gereja untuk Philip, dengan
tiba-tiba ia sendiri disergap dan ditawan oleh suatu pasukan Perancis atas perintah raja.
Kejadian itu merupakan suatu pukulan besar bagi Paus yang memang terlalu melebih-
lebihkan kekuasaannya. Sesungguh beberapa hari kemudian ia dibebaskan lagi, tetapi karena
akibat segala pengalaman yang berat ini, tak lama kemudian Bonifatius mangkat.
2. Paus di Avignon. Mulai ketika itu Paus-paus dikuasai oleh Perancis. Pada tahun 1309
Paus memindahkan Istanahnya ke kota Perancis Avignon (baca Avinyon). Sampai 1377
mereka bersemayam disana. Lawan-lawan Paus menyebut waktu itu “ Pembuangan ke
Babel”.
Paus Clemens V dipaksa oleh raja membubarkan ordo yang kaya dari tuan-tuan Tempelir
(1312), sebab pada sangka Philip, kuasa mereka berbahaya baginya. Pajak-pajak Gereja
dipunggut menurut aturan-aturan yang sangat keras, yang menyebabkan dompet rakyat
Kristen menjadi kosong dan pembendaharaan Paus semakin penuh. Tak mengherangkan
bahwa dari segala pihak terdengar keberatan sungutan.
Kaisar-kaisar Jerman yang kedudukannya sudah sangat lemah, dilawan terus oleh Paus-
paus di Avignon. Akan tetapi pada tahun 1338 raja-raja Jerman mengambil keputusan bahwa
kaisar-kaisar yang mereka pilih, dengan sendirinya sudah menjadi kaisar yang sah, sehingga
izin Paus tidak perlu lagi.
3. Perlawanan Kesusteraan. Pandangan-pandangan revolusioner ini pun kedengaran
didalam banyak karangan pada abad ke-XIV. Penyair Dante menguraikan dalam sebuah
kitab (1315) bahwa Negara mempunyai panggilan ilahinya sendiri dibumi di samping
Gereja. Dalam karangan-karangan lain di anjurkannya atas kedaulatan rakyat, yaitu raja
wajib menjalankan kehendak rakyat, karena rakyatlah yang merupakan Negara. Bahwa
asas ini berlaku juga pada gereja. Sebab itu seharusnya pemerintahan Gereja disusun
secara demokratis (yaitu oleh konsili-konsili yang terdiri dari wakil-wakil umat Kristen)
dan bukan lagi secara hierarkhis.
Sangat penting juga ajaran William dari Occam (Inggris) yang menganggap Gereja dan
Negara sebagai dua kuasa yang berdiri sendiri, yang satu tak boleh memerintah yang lain.
Hanya apabila salah satu dari kedua ini tak sanggup melaksanakan tugasnya, maka wajiblah
member pertolongan oleh orang lain.
Segala kritik terhadap kedudukan Paus memuncak dalam kitab syair yang termasyur
“Divina Comedia” (komedi Ilahi), karangan Dante (di Florensa Italia, 1256 – 1321). Dalam
syair yang panjang dan indah ini diceritakannya suatu perjalanan khyali, yang dibuatnya ke
neraka, api penyucian dan sorga. Segala keadaan baik dan buruk pada zamannya itu, di
kupasnya dalam cerita perkunjungan ini. Dante gelisah melihat kuasa duniawi Gereja, yang
menyebabkan derajat Gereja menjadi merosot. Ia tak suka melihat pedang dan tongkat
gembala pada suatu tangan. Kedudukan Paus di lukisannya sebagai perempuan sundul dari
Wahyu Yohanes. Dalam nereka antara lain ditunjukan beberapa Paus yang menyerahkan
karunia-karunia Tuhan yang ajaib untuk memperoleh emas dan perak (mengenai Simon).
Menurut gambarannya, badan mereka terbalik didalam lobang-lobang ditanah dengan kaki
mereka ke atas.
Dante megharapkan, bahwa masyarakat Kristen akan di baharui oleh kaisar baru, Hendrik
VII (1308 – 1212), tetapi harapan ini menjadi kandas karena kaisar ini tiba-tiba mangkat.
4. Schisma besar di barat. Pada tahun 1377 tahta Paus di pulangkan ke Roma. Tetapi satu
tahun kemudian, paus Urbanus VI tidak mau menuruti kehendak kardinal- kardinal
Perancis yang banyak dan berkuasa itu, sehingga mereka memilih seorang Paus yang lain
di Avignon. Demikianlah mulai “Schism besar dibarat”. Yang baru berahkir pada tahun
1415. Perancis memihak kepada Avignon, tetapi Jerman dan Inggris kepada Roma.
Kedua Paus itu saling mengutuki, sehingga sehingga sebenarnya segenap umat Kristen
pada masa itu kenak kutuk. Sebab itu banyak orang percaya kehilangan ketenangan
hatinya, karena jikalau hanya kepatuhan pada Paus saja menjamin keselamatan yang
kekal bagi orang Kristen, siapa dapat beroleh kepastian lagi tentang nasibnya diakhirat,
bilamana dua orang Paus berlawanan ? tidak mengherankan, bahwa keadaan ini sangat
merugikan kedudukan Paus dalam Gereja. Timbullah kesangsian dalam hati banyak orang
apakah kuasa Paus benar-benar ilahi. Akibat lain pula dari Schisma ini ialah bahwa orang
mulai memikirkan kemungkinan Gereja-gereja kebangsaan, yang tidak lagi tergantung
kepada Paus.
5. Konsili – konsili besar. Dari Universitas di Paris, yang pada waktu itu menjadi pusat
ilmu internasional, kedengaranlah seruan, supaya Gereja di perbaruhi secara lahiriah dan
batiniah. Seruan ini sangat disetujui oleh segala golongan masyarakat. Untuk mencapai
maksud yang indah itu diadakanlah konsili di Pisa (Italia) pada tahun 1409. Kedua Paus
di Roma dan Avignon dipecat dan seorang Paus baru dipilih, tetapi oleh karena kedua
Paus yang tersebut tadi tak sudi meletakan jabatannya, keadaan Gereja malah bertambah
kacau, sebab sekarang ada tiga Paus.
Perlu diadakan konsili baru Konsili baru. Raja Sigmund dari Jerman mengusahakan
konsili itu, tempatnya di Constanz (pada batas Jerman dan Swiss), dari tahun 1414 – 1418.
Maksudnya yang terpenting ialah untuk menghentikan Schism itu dan akan memperbaruhi
Gereja. Paus-paus membawa banyak pengikut, supaya anggota-anggota bersuara menurut
bangsanya. Jadi tiap-tiap bangsa (Jerman, Spanyol, Inggris, Italia, dan lain-lain) dan lagi
majelis kardinal – kardinal mendapat suatu suara. Dengna jalan demikian cita-cita
kebangsaan dan “konsiliaris” menentang orang “kurialis” (yaitu yang menyongkong Paus).
Mula-mula konsili Constanz berhasil baik. Schisman diselesaikan dan seorang Paus baru
dipilih, yaitu Martinus V pun ditetapkan selaku asas resmi, bahwa konsili yang mendapat hak
dan kuasanya langsung dari Kristus, sehingga tiap-tiap orang yang percaya, sampai Paus
sekali pun, wajib takluk kepada keputusan tentang iman dan kebajikan yang diambil oleh
konsili itu. Maksudnya ialah supaya konsili-konsili harus bersidang pada waktu yang tertentu.
Teatapi sayang segala ikhtiar pembaruan yang lain menjadi gagal oleh karena Negara-negara
kurang setuju. Paus Martinus V mempergunakan keadaan ini, dengan mengatur konkordat
dengan setiap Negara, dimana ia menjanjikan beberapa pembaharuan Gereja untuk tiap-tiap
negeri tersendiri. Dengan itu konsili di Constanz itu tak berdaya lagi.
Berhubungan dengan huru-huru, yang terjadi oleh karena pengikut-pengikut Hus, Paus
terpaksa memangil konsili lagi. Konsili ini bersidang di Besel (Swiss) dari tahun 1431-1449,
tetapi kurang berhasil disebabkan anggota-anggotanya tidak bersatu.
6. Gereja Kebangsaan. Rupa-rupanya golongan konsiliarislah yang kalah dan paus-paus
yang menang, tetapi pada hakekatnya kuasa duniawi dan gerejawi Paus-paus makin lama
makin mundur. Yang sebetulnya menang ialah Negara-negara yang mulai mencampuri
pimpinan Gereja lagi, sama seperti dulu. Gereja Katolik yang am terbagi-terbagi dalam
beberapa Gereja senegeri atau Gereja kebangasaan, meskipun Paus tinggal tetap kepala gereja
juga. Di Perancis raja merebut belbagai hak dalam pemerintahan, pengadilan dan
pemungutan pajak Gereja. Kerajaan Spanyol yang mudah itu pun mempunyai Gereja
negaranya. Misalnya inkwisisis menjadi satu tugas, bahkan menjadi dinas Negara. Hanya di
Jerman saja Paus masih berkuasa, walaupun cita-cita kebangsaan mulai diwujudkan juga
disana, yaitu oleh raja-raja yang menuntut bermacam hak dari Paus untuk negerinya masing-
masing. Kemudian perkembangan dan susunan Gereja Luther beralaskan keadaan ini.
7. Kepuasan sesudah konsili-konsili. Mulai waktu itu Paus-paus tak dapat lagi
mengharapkan pemerintahan atas seluruh dunia. Sekarang mereka hidup dalam “negara
Gereja”. Dimana mereka mengejar kekuasaan, kehormatan dan kekayaan untuk diri sendiri
dan untuk keluarga dan anak-anaknya. Pendirian dan kelakuan mereka tak ubahnya dengan
tabiat raja-raja Italia yang lain, yang hidup sesuka hatinya saja. Kemewahan, cinta dan ingat
diri sendiri, percabulan dan lain-lain dosa, itu adalah perkara biasa dalam istana Paus
Alexander VI Borgia (1492 – 1503). Belum pernah derajat Paus merosot sedalam itu.

Bab 28
PERINTIS-PERINTIS REFORMASI

disebut Mereka yang biasa demikian itu sebenarnya masih termasuk kaum abad-abad
pertengahan, jikalau dibandingkan dengan Luther. Karena mereka belum menginsafi
sungguh-sungguh kebenaran Injil, seperti orang-orang tetapi sungguhpun demikian, mereka
telah merintis jalan untuk reformasi, sebab bagi mereka Alkitab menjadi satu-satunya kaidah
dalam ajaran dan tindakannya. Berdasarkan Alkitab, dengan berani mereka melancarkan
segala kritiknya terhadap pelbagai kesalahan dan kekhilafan gereja.
1. Wiclif. John wiclif hidup di inggris ada abad ke-XIV. Ia seorang guru besar di Oxford dan
dialah yang menjadi penganjur dan juru bicara perlawanan nasional terhadap pemerintahan
paus. Pada hebatnya, segala milik gereja di inggris haruslah dianggap kepunyaan negara.
Dasar pandangannya itu ialah bahwa sebaiknya gereja jangan mempunyai milik duniawi,
tetapi patut menjadi miskin dan sederhana. Wiclif mengutus banyak pengkhotbah tobat,
orang Lollard namanya, yang tidak bermilik juga, yang menjelajah segala daerah negeri
inggris. Bersama-sama dengan beberapa orang lain. Alkitab diterjemahkan oleh Wiclif ke
dalam bahasa inggris. Pandangan gereja yang realistis tentang perjamuan Kudus dilawannya
dengan keras; ajaran transsubstansiasi dianggapnya sebagai ibadat kepada berhala.
Akhirnya ketaatan kepada Alkitab mendorong Wiclif untuk menyerang gereja roma dari
segala jurusan. Dengan pedas dilancarkannya kritiknya terhadap susunan gereja yang
hierarkhis itu, tentang kerahiban, pujaan kepada orang kudus dan relikwi-relikwi, kepausan
yang dipandangnya sebagai antikrist sendiri, dan sebagainya. Oleh karena pendiriannya ini
Wiclif harus meletakkan pangkatnya di Oxford, tetapi oleh karena ia dilindungi oleh raja dan
dicintai oleh kaum bangsawan dan rakyat, maka ia sendiri tak pernah dianiaya sampai ia
meninggal (1384). Akan tetapi pengikut-pengikutnya, yakni orang-orang Lollard, sangat
dihambat pada permulaan abad ke-XV, sehingga hampir dibasmi semuanya.
2. Hus dan orang-orang Husit. Pekerjaan wiclif banyak berhasil di negeri bohemia (kini
bagian utara dari Cekoslowakia). Johannes Hus (1369-1415), seorang guru besar dan
pengkhotbah di kota praha, mengajarkan segala ajaran Wiclif kepada mahasiswanya dan
kepada umat Kristen di Bohemia. Tetapi ia tidak menolak transsubstansiasi. Sungguhpun Hus
dikutuki dan Praha kenainterdik dari paus, tetapi seluruh daerah itu tetap memberontak
melawan roma. Perlawanan ini bukan saja disebabkan oleh ajaran baru itu, tetapi juga oleh
cita-cita kebangsaan orang-orang Ceko, yang tidak lagi suka dikuasai oleh orang Jerman yang
kaya itu dan oleh gereja Roma.
Raja Sigmund yang ingin menyelesaikan hura-hara ini dengan cepat, membujuk Hus untuk
perhi ke Constanz, supaya perkaranya dapat dirundingkan di sana dalam konsili. Raja telah
berjanji untuk melindunginya, tetapi Hus ditangkap juga atas perintah pembesar-pembesar
gereja, bahkan ia dipenjarakan dan disiksa dengan sangat bengis. Sigmund mau melepaskan
Hus, tetapi pihak gereja menegaskan kepadanya, bahwa janji kepada seorang penyesat tak
usah digenapi. Oleh karena sigmund ingin supaya konsilinya itu dapat berjalan dengan baik,
Hus dibiarkan saja. Hus tidak tidak mau menarik kembali ajarannya. Ia dihukum mati dan
pada 6 juli 1415 ia dibakar hidup –hidup di Constanz. Tidak lama kemudian sahabatnya
Hieronymus dari praha yang mengikuti Hus ke Constanz pun diadili dan kemudian di bakar.
Tatkala sigmund menjadi raja Bohemia juga (1419), mulaialah perang-perang Husit yang
dasyat itu, baru berakhir pada tahun 1436. Orang Husit melawan raja dan gereja. Golongan
yang bernama orang Calixtin hanya menuntut, supaya kaum awam boleh menerima
perjamuan “dengan dua rupa” yaitu bukan roti saja, tetapi piala anggur juga (calix=piala).
Golongan radikal yang disebut orang Taborit mau membuang segala perkara dan peraturan
yang tidak dipesankan dengan nyata-nyata oleh “taurat Allah), yakni Alkitab,. Mereka itulah
yang memegang pimpinan militer dalam pergerakan ini. Dimana-mana mereka itu
membunuh dan membakar, teristimewa rumah-rumah biara. Pasukan-pasukan paus
dikalahkannya. Gereja terpaksa mengundang pemuka-pemukanya ke basel selaku partai yang
setara dengan konsili, tetapi permusyarawatan itu tidak berhasil.
Lama-kelamaan peperangan ini dapat diakhiri juga. Di Bohemia didirikan dan diakui sebagai
sebuah gereja Husit di samping gereja Roma. Kuasa orang taborit lekas hilang; hanya
beberapa kelompok kecil yang masih kedapatan di Bohemia, yang kemudian dipengaruhi
oleh gereja Protestan.
3. Savonarola. “perintis reformasi” yang ketiga, seorang rahib Dominican yang bernama
Savonarola (1452-1498), Hanya berpengaruh di kota Florensa (Italia) saja. Seperti Yohanes
pembaptis ia menghardik orang-orang sezamannya. Tuan-tuan medici, yang memegang kuasa
di kota Florensa, diusirnya dan sesudah itu savonarola mengajar semua penduduk supaya
bertobat. Segala kemewahan dan keinginan duniawi harus dimatikan. Yesus saja yang boleh
diakui selalu raja Florensa. Dengan khotbah dan polisinya savonarola memerintahi kota itu.
Paus Alexander VI yang durjana itu diserangnya dengan hebat. Tetapi akhirnya savonarola
dijatuhkan oleh seteru-seterunya yang banyak itu dan oleh rakyat yang lekas jemu terhadap
pimpinannya yang sangat keras itu. atas titah paus ia ditangkap oleh inkwisisi, disiksa dan
dibakar.
4. kekuatan dan kelemahan perintis itu. kekuatan wiclif, Hus dan savonarola terltak dalam
sikapnya yang keras terhadap sekularisasi gereja yang dilawannya, tetapi teristimewa dalam
sikap mereka untuk mengalaskan ajaran dan aksinya pada Alkitab. Tetapi sama seperti
lawannya, Injil dipandangnya sebagai suatu taurat, yang hukum-hukumnya harus diturut oleh
manusia untuk memperoleh keselamatan yang kekal. Dengan menyadarkan jemaat Kristus
tentang kesucian dan kesungguhan tuntutan-tuntutan Tuhan itu mereka bekerja selaku perintis
pembaharuan gereja. Akan tetapi inti-pokok Injil itu, yakni manusia dibenarkan karena
rahmat Tuhan saja, oleh iman, dan bukan oleh amal dan pekerjaan manusia sendiri, hal ini
belum dipahaminya. Sebab itu gelar “perintis-perintis Reformasi” harus dipakai dengan hati-
hati.

BAB 29
RENAISSANCE DAN HUMANISME

1. DI ITALIA
Pada abad ke-XIV cara hidup di Italia mendapat bentuk baru. Terutama di Italia Utara kota-
kota bertambah kaya oleh perniagaan, perusahaan dan kerajinan penduduk. Golongan orang
kota itu makin lama makin makmur, makin sadar akan kepentingan dirinya dan makin
berkuasa. Dengan demikian berkembanglah suatu pandangan hidup yang baru , yang antara
lain ternyata dalam syair-syair punjangga Petrarca (1304-1374): sebenarnya manusia tak usah
mengikuti kuasa apapun di atasnya; kaidah dan pusat hidup manusia ialah pribadinya sendiri.
Sikap ini berhubungan rapat dengan pandangan penyair-penyair Romawi dan Yunani zaman
purba, yang telah lama dikenal, tetapi baru sekarang diinsafi dan diulangi pula. Bertentangan
dengan cita-cita askese, bangkitlah perasaan kesukaan akan dunia ini, yang mengandung
banyak kemungkinan bagi manusia, dan akan alam yang indah dan permai itu. Kesadaran
baru akan keindahan dunia dan manusia ini, biasanya disebut dengan kata Perancis
“renaissance” (baca renesanse), yakni “kelahiran kembali” dari kebudayaan dan kesenian
kuno. Pusat-pusat pergerakan ini, ialah Florensa dan Roma. Pun dilapangan politik
renaissance itu menciptakan bentuk-bentuk baru. Orang-orang yang kuat pendiriannya
merebut kuasa. Misalnya keluarga Medici di Florensa. Mereka itu suka memerintah dan
hidup mewah, tetapi kesenian pun sangat dimajukannya.
Dilapangan ilmu pengetahuan dan kesusasteraan gerakan ini dinamai “humanism”, arti kata
yang sebenarnya: “kemanusiaan”, tetapi arti yang lebih luas ialah: perabatan yang diperoleh
dari kebudayaan kuno. Perabatan bangsa-bangsa Romawi yang mendahului perabatan
Kristen, sekarang dipelajari pula. “pulanglah kepada sumber-sumber!” itulah semboyan
humanism; berhubungan dengan itu, maka bukan saja sumber-sumber kesusasteraan Kristen,
yaitu kitab-kitab para bapa Gereja tetapi juga dari karangan-karangan para filsuf dan
pujangga kafir diselidiki dengan teliti oleh orang humanis itu, ialah dikumpulkannya cukup
bukti untuk memastikan, bahwa sehelai dokumen yang disebut “Hadiah Constantinus”
sebenarnya bukan dari zaman dahulu asalnya, melainkan dipalsukan saja. Sebagaimana
diketahui, dokumen itu sudah dipakai oleh paus-paus sejak masa Karel Agung selaku dalil
dan dasar dari tuntunan-tuntunan mereka terhadap pemerintahannya dikota Roma dan daerah
sekitarnya. Akan tetapi bukanlah maksud renaissance untuk melawan Gereja. Memang
banyak orang yang menurut aliran baru ini kurang menghargai Injil, tetapi mereka sekali-kali
tidak bermaksud mau keluar dari Gereja Kristen. Agaknya kurang disadarinya betapa
dalamnya jurang perbedaan antara cita-cita baru ini dengan semanggat Gereja Kristen. Tak
sedikit Klerus yang berjabatan tinggi dan beberapa paus pun menempuh jalan baru ini dengan
tidak merasa keberatan apa-apa.

2. DI JERMAN
Di Jerman gerakan ini dari mulainya lain sifatnya dari pada di Italia. Humanism sangat
mempengaruhi ilmu dan kesusasteraan di tanah itu kaum Humanis di jerman tidak menolak
Gereja sebagai perbendaharaan kebudayaan, tetapi berusaha melayani Gereja dengan
pendapat-pendapatnya yang baru itu. Seorang Humanis Jerman yang kenamaan ialah
Reuchlin, yang membuka jalan bagi pelajaran baru bahasa Yunani dan Ibrani. Dengan
demikian disediakan alat-alat untuk membaca Alkitab nas asli.
3. ERASMUS
Akan tetapi tokoh humanis yang paling termasyur, ialah seorang Belanda, Desiderius
Erasmus namanya, yang lahir dekat Gouda pada tahun 1469. Oleh karena ia sangat dihormati
dan disokong oleh Raja-raja dan pembesar-pembesar Gereja, Erasmus dapat menyerahkan
segenap karunia dan waktunya kepada pelajaran. Tempat kediaman ialah Rotterdam, tetapi
lama juga ia tinggal dan bekerja di Italia, Inggris, Belgia dan Swiss. Pada tahun 1536 ia
meninggal di kota Basel.
Humanism Erasmus adalah campuran pandangan-pandangan Yunani Romawi dengan ajaran
Injil. Ia boleh disebut “bapa aliran kekristenan yang serba bebas (liberal)”. Artinya, pada
pendapat Erasmus, Injil adalah suatu ajaran yang indah tentang kebajikan manusia, ajaran
mana teristemewa terdapat khotbah Yesus dibukit. Yesus ialah kegenapan yang sesempurna-
sempurnanya dari segala perkara yang baik dan benar, yang sudah terdapat juga dalam
agama-agama kafir. Sama seperti orang apologet dulu kala, ia berpendapat bahwa ajaran
filsafat kafir tentang logos, hanya disempurnakan saja oleh Injil dan theologia Kristen.
Dengan demikian segala pandangan, takhyul dan adat Gereja dari zaman itu sangat dikritik
dan diolok-olok Erasmus, tetapi ia tak sampai turut dalam pembaharuan gereja, sebab ia
membenci segala revolusi dan tindakan radikal. Pada hematnya, sebaliknya Gereja harus
makin dipengaruhi oleh semangat humanis, supaya lama-kelamaan Gereja dapat berbalik
pada kesuciannya yang sama.
4. RENAISSANCE DAN REFORMASI
Baik dari pihak liberal, maupun dari pihak K.R. sering kali kedua pergerakan rohani itu,
yakni Reformasi dan Renaissance, dianggap selaku pergerakan yang sejalan dan setujuan.
Tetapi pandangan itu salah benar. Karena renaissance bearti kelahiran dari manusia modern
(zaman baru), yang tidak mengakui kuasa lain dari pada akal budi dan karunia rohaninya
sendiri. Padahal reformasi bearti, bahwa kuasa Firman Tuhan diakui dan dihormati pula.
Memang secara lahiriah ada juga perasaan antara renaissance dengan Reformasi, karena
kedua-duanya telah membuang rantai yang dengannya Gereja mengikat jiwa manusia dan
masyarakat pada abad-abad pertengahan, tetapi sebabnya berbada jauh.
Para pembaharuan Gereja mendapat banyak keuntungan dari hasil-hasil pelajaran orang
humanis, tetapi roh dan maksud renaissance ditolak sama sekali oleh mereka.

BAB 30
THEOLOGIA ABAD-ABAD PERTENGAHAN

1. POKOKNYA. Pada zaman Gereja lama orang-orang Yunani dan Romawi yang telah
masuk Kristen, mempergunakan pengetahuan dan filsafatnya untuk membela iman Kristen
terhadap segala serangan dari pihak kafir dan untuk melawan segala padangan sesat dari
sekta-sekta. Itulah yang kemudian membuat theologia zaman itu tumbuh dari jemaat sendiri
serta mendapat perumusannya didalam putusan konsili-konsili besar, khususnya konsili Nicea
dan Chalcedon. Tetapi beda halnya dengan abad pertengahan, bangsa muda di Eropa Barat
dan Utara menerima semua ajaran theologia yang diwarisi gereja lama yang kemudian
menjadi ilmu yang dipelajari di sekolah-sekolah tinggi sekitar tahun 1000. Theologia ini
adalah theologia yang di usahakan oleh sekolah-sekolah tinggi atau universitas yang
kemudian dinamai Scholastik.
Isi dari ilmu shcolastik bukan menciptakan kepercayaan baru, namun meninjau atau
memikirkan kembali theologi yang diwarisi waktu lampau. Mereka mencari tahu apa yang
telah dinyatakan Tuhan agar dapat diterangkan kepada akal budi manusia. Pokok pemikiran
utama yang dipikir dan dirundingkan oleh scholastic ialah: bagaimanakah relasi antara
penyataan (wahyu) Tuhan dengan akal budi manusia? Dan untuk mengerti itu dipakai
theologia Agustinus dan pola pikir filsafat dalam kitab logika Aristoteles pada abad IX.
2. Anselmus. Anselmus (1033-1109) ialah seorang Italia yang menjadi uskup besar di
Canterbury (Inggris), dia memiliki semboyan”aku percaya supaya aku mengerti”. Ia mulai
percaya kepada segala penyataan Tuhan yang diajarkan Gereja tetapi kemudian itu harus
dijelaskan sehingga kebenarannya bisa diakui sebagai kebenaran oleh otak manusia. Uraian
Anselmus yang termasyur ialah kitab yang dinamai: Apa sebabnya Allah menjadi manusia?
Didalamnya dia mencoba membuktikan perlunya inkarnasi Kristus dan kematian Kristus
harus diakui oleh akal budi. Penjelasannya bahwa kemuliaan Tuhan telah digelapkan oleh
kejatuhan malaikat-malaikat. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan mengganti malaikat-
malaikat itu jatuh juga kedalam dosa sehingga keagungan dan kehormatan Tuhan dihinakan.
Keadilan Tuhan menuntut hukuman dan penebusan karena kedurhakaan itu. Kesimpulannya
adalah manusia adalah manusia yang lemah dan memerlukan oknum yang lebih kuat untuk
menebus dosanya dan oleh karena itulah sebabnya Tuhan sendiri yang turun dari surga dan
menjelma menjadi Yesus Kristus untuk membayar hutang dosa ganti manusia, dengan itulah
rahmat dan kasih Allah digenapi. Pandangan inilah yang kemudian berpengaruh besar bagi
gereja yang kemudian. Sebenarnya rahmat Tuhan yang dinyatakan dalam pekerjaan Yesus
Kristus mengatasi pengertian akal budi kita bahkan tetap menjadi mujizat yang tidak terduga.
3. Abelardus. Abelardus adalah seorang scholastic yang terkenal (1079-1142). Menurutnya,
persesuaian iman dan akal budi adalah lebih sukar untuk diwujudkannya. Semboyannya
ialah: lebih dulu aku harus mengerti, barulah aku percaya. Dalam kitabnya “ya dan tidak” ia
mempertentangkan dan memperbandingkan bermacam-macam ajaran dari tradisi resmi
Gereja, yang berlawanan satu sama lain. Tujuannya adalah untuk menyesuaikan segala
perkara yang tidak bercocokan, supaya akal budi dipuaskan dan iman mendapat dasar yang
teguh. Dengan itu akal budi menjadi kaidah yang tertinggi untuk mengukur dan menilai iman.
4. Zaman kejayaan scholastik. Abad XIII dimana kuasa Gereja memuncak pun menjadi
zaman kejayaan bagi scholastic. Ordo-ordo minta-minta yang baru didirikan itu,
menyerahkan segenap tenaganya kepada ilmu theologia. Yang menjadi dorongan istimewa
scholastik dengan gairah baru ialah sampainya kitab Aristoteles yang kemudian membuat
mereka menghubungkan theologia Augustinus dengan filsafat Aristoteles untuk membangun
pikiran mulia untuk menerangkan perkara yang dibumi dan di surga. Namun kesulitannya
ialah filsafat Arisoteles tidak terdapat uraian tentang dosa dan rahmat, penyataan dan iman.
Dengan itu ahli scholastic yaitu Albertus Magnus (1250) berusaha memasehikan pandangan-
pandangan Aristoteles sebagai suatu dasar theologia Gereja.
5. Thomas dari Aquino (1225-1274). Thomas adalah murid Albertus Magnus yang
termasyur.dia seorang Italia yang mengajar di sekolah tinggi Paris. Theologia Thomaslah
yang menjadi puncak usaha untuk menyesuaikan satu sama lain dan untuk mencari
keseimbangan antara unsur-unsur akal budi dan penyataan, Alkitab dengan tradisi, Aristoteles
dengan Augustinus. Menurut Thomas dunia ini dan kehidupan manusia dibagi atas tingkat
yang dibawah dibentuk oleh hidup kodrati (alamiah) yang dapat dipahami akal budi. Dan
hidup rahmat yang datang dari Tuhan yang mengatasi tabiat kodrati dunia ini dan
menyempurnakan kodrati. Semboyan Thomas :Tabiat kodrati bukan ditiadakan, tetapi
disempurnakan oleh rahmat. Menurutnya manusia mula-mula mempunyai hidup kodrati yang
sempurna dan ditambah lagi dengan anugerah Tuhan, tetapi karena kejatuhan ke dalam dosa
maka pemberian istimewa dan rahmat itu diambil daripada manusia. Kristuslah yang
menghubungkan kembali hubungan Tuhan dengan manusia. Dengan demikian tabiat manusia
beroleh tambahan ilahi itu yang dibutuhkan untuk mengembangkan hidupnya dalam dunia ini
dan supaya diselamatkan untuk selama-lamanya. Theologia Thomas di menyelaraskan agama
dan ilmu dan disesuaikannya satu sama lain. Tahun 1879 ajaran Thomas disahkan sebagai
theologia resmi dari Gereja Katolik Roma oleh paus Leo XII. Tetapi keadaan dunia dan
kehidupan manusia tidak dapat dijelaskan semudah itu. tentunya theologia ini berdasarkan
filsafat kafir sehingga kasih karunia tidak dihargai semestinya. Alkitab mencatat bahwa dosa
adalah kerusakan tabiat manusia dan ciptaan Tuhan. Dan Rahmat bukan saja tambahan tetapi
penyataan kasih Tuhan, yang dengannya manusia dan dunia dibaharui dan didamaikan
dengan Tuhan.
6.Duns Scotus(1265-1308). Dia mengkritik theologia Thomas. Menurutnya tidak mungkin
penyataan dan akal budi dapat disesuaikan satu sama lain. Banyak bukti-bukti yang dipakai
akal budi untuk mengerti sesuatu, dibuang saja oleh Duns Scotus. Dia menunjukkan kepada
suatu dasar lain bagi penyataan Tuhan, suatu dasar yang lebih teguh yakni kuasa rohani
Gereja, karena Gerejalah yang dikaruniai Tuhan dengan hikmat rohani dari atas. Dengan
demikian Gereja Roma memerlukan Duns sebab dialah yang menekankan kuasa Gereja yang
tak bergantung pada pengertian akal budi.
7. Occam. Ahli scholastik yang ternama yang penghabisan ialah rahib Franciscan Inggeris.
William dari Occam (1280-1349). Occam membongkar seluruh akal budi, bukan saja akal
manusia tak dapat menerti penyataan Tuhan; ikrar Gereja pun diserang oleh akal budi dengan
hebat, karena akal budi sekali-kali tidak dapat memasuki dunia Tuhan. Itulah sebab utama
kenapa manusia menggantungkan kepercayaan kepada kehendak Tuhan. Semboyan Occam:
Aku percaya sebab mustahil! Ada beberapa hal yang diajarkan Occam yang sesuai dengan
Alkitab yaitu: iman itu bukan mistik dan bukan pengakuan otak, karena iman tidak sesuai
dengan tabiat manusia; iman tidak lain dari taatnya dan takluknya manusia kepada kuasa
Firman Tuhan yang kedengaran dari dalam Alkitab. Disamping Alkitab itu, Gereja dan Paus
tak mempunyai kuasa sendiri. Luther telah belajar dari pandangan-pandangan Occam tentang
sifat iman ini. Dari Occamlah scholastik mulai berkurang karena tidak menghasilkan
pemikiran yang baru, sehingga pada akhirnya scholastik ditolak dan dicelah oleh ahli-ahli
renaissance dan humanisme.
8. Faedah Scholastik. Maksud scholastik indah dan benar. Manusia hendak meneguhkan
kebenaran Injil Kristen dengan membuktikan bahwa segala ajaran gereja cocok dengan akal
budi. Tetapi pada akhirnya, scholastik terpaksa mengakui bahwa penyataan Tuhan hanya
dapat diterima oleh manusia, jika ia takluk kepada Tuhan sendiri.
9. Rahmat dan Jasa. Masalah rahmat dan jasa menjadi pokok perbantahan hebat pada masa
Augustinus. Bagi Augustinus pokok utama Injil adalah pemilihan, rahmat dan iman tetapi
Gereja mementingkan pencurahan khasiat rahmat dengan perantaraan sakramen pada amalan
dan jasa. Walaupun scholastik mencoba menghubungkan kedua pendirian ini, tetapi
sebenarnya theologia nya menjatuhkan Augustinus dan Paulus. Pada abad XIV dan XV
Gereja sama sekali tidak lagi mengerti ajaran Augustinus. Jasa manusia saja yang
dipentingkan; rahmat telah hilang sifat rohaninya sama sekali, sebab dipandang sebagai suatu
khasiat ilahi yang dapat diterima oleh manusia secara magis dan lahiriah saja.

BAB 31
KESALEHAN ABAD-ABAD PERTENGAHAN
Kita telah mendengar bahwa Bernhard dari Clairvaux memperdalam hidup roahani
umat Kristen. Jenis kesalehan baru itu berlaku terus sepanjang zaman abad-abad pertengahan.
1.Mistik. Jenis kesalehan mistik menjadi teristimewa di biara-biara. Mistik Kristen itu
didasarkan atas Alkitab dan Augustinus, terutama atas pandangan-pandangan filsafat kafir
dari Platonisme. Pokok segala aliran mistik pada segala agama dari segala zaman ialah
keyakinan manusia bahwa dalam jiwanya masih tersimpan sedikit sisa dari zat ilahi yang
memenuhu semesta alam. Ingat bahwa ajaran pantheisme Plato yang dualistis itu. Allah tidak
berpribadi; Ia hanya Roh semesta; Yang sempurna, Yang Mahabaik, Yang Mahaterang, Yang
Mahabesar. Jadi makin jauh dunia menceraikan diri dari asalnya, makin berkurang sifat
ilahinya, makin jahat dan gelaplah keadaan dunia itu. Filsafat pantheistis dan dualistis yang
indah ini menjadi godaan besar bagi Gereja, baik pada zaman dahulu (Origenes dan
Augustinus), maupun dikemudian hari. Teristimewa Gereja Roma mudah sekali
mencampurkan ajaran Injil dengan pandangan-pandangan dan cita-cita mistik. Seperti mistik
yang pantheistis itu menghapuskan batas Allah dan manusia, demikian pula Gereja Roma
mulai meniadakan batas itu oleh ajarannya tentang kuasa paus, wujud ilahi Gereja, sifat misa,
pencurahan khasiat anugerah (kasih karunia). Pada abad XIV dan XV cita-cita mistik itu
bangkit kembali. Iman dianggap sebagai permulaan saja dari hidup suci orang Kristen. Yang
lebih penting dari iman adalah usaha manusia supaya dipenuhi dengan zat ilahi dari atas.
Pusat-pusat mistik itu ialah rumah-rumah pertapaan yang terdapat sepanjang sungai Rin,
terutama biara-biara wanita.
2. Eckhart dan golongannya.Orang mistik yang termasyhur ialah Eckhart (1260-
1327). Menurut pendapatnya, pada dasar batin manusia terdapat api kecil yang berasal dari
zat ilahi yang menggerakkan segala sesuatu. Dalam suasana mistik ini pribadi dan pekerjaan
Kristus bukan lagi pusat kesalehan. Yesus menjadi contoh saja bagi manusia, yang mengajak
dan membimbing dia pada perjalanan mistik. Begitu juga Gereja dan sakramen sudah kurang
penting, karena manusia mau mengajar persekutuan yang berbahagia itu dengan
langsung.Tauler, Suso dan Ruysbroek adalah orang-orang mistik yang ternama. Banyak
jemaat yang kerinduan rohaninya kurang dipuaskan oleh Gereja resmi yang buruk itu,
menyerahkan dirinya kepada kesalehan mistik yang baru itu. Menurut (Yoh 15:14) mereka
suka disebut “Sahabat-sahabat Tuhan”. Kesalehan mereka tidak lagi berdasarkan alat-alat
keselamatan Gereja resmi, meskipun mereka tak mau membuang Gereja.
3. Devosi baru. Seorang pengkhotbah awam, yang bernama Geert Groote (1340-
1384) di kota Deventer, mengumpulkan sejumlah orang klerus dan awam, yang bergelar
“Saudara-saudara yang hidup rukun”. Bedanya Devosi Baru ini dengan mistik ialah
pengikut-pengikut Geert Groote menghormati dan melayani Gereja, dan penurutan Kristus
dinyatakan dalam praktek. Mereka memajukan persekolahan, memperhatikan
penggembalaan, turut menuntut ilmu humanis dan sangat mementingkan kuasa Alkitab.
4. Alat-alat Keselamatan.Pimpinan ini diberikan Gereja terutama dengan
perantaraan sakramen yang telah diamanatkan kepadanya oleh Tuhan. Sejak abad XIII Gereja
Roma mengakui tujuh sakramen, yaitu: perjamuan, baptisan, konfirmasi, pengakuan dosa,
urapan penghabisan, nikah dan tahbisan imam. Dengan sakramen-sakramen ini Gereja
membimbing manusia dari kecil sampai ke kuburnya.Perjamuan (misa, sakramen
mahakudus, sakramen alter, ekaristi). Berdasarkan dogma transsubstansiasi, roti yang telah
ditahbiskan itu dipuja oleh jemaat selaku Tuhan sendiri. Roti suci bernama hostia. Sesudah
misa, hostia disimpan dalam “rumah sakramen”, yang terdapat di atas atau di sebelah
mezbah. Adakalanya diadakan prosesi (perarakan) sakramen, yaitu hostia diarak-arakkan
keliling kota dalam suatu tempat yang elok, yang dibawa oleh seorang imam, yang berjalan di
bawah sebuah payung kehormatan.Baptisan bagi Gereja Romawi adalah sungguh-sungguh
menghapuskan dosa turunan dan segala dosa yang diperbuat oleh orang itu sendiri. Gereja ini
juga mengizin baptisan darurat, jikalau seorang mau meninggal dunia dan imam tak dapat
dipanggil lagi.Konfirmasi (sakramen penguatan). Sakramen ini menyusul baptisan dan
berdasar pada Kis 8:14-17, untuk menguatkan iman dan mengaruniakan Roh Kudus.
Konfirmasi ini dilakukan dengan membuat tanda salib pada dahi dengan minyak suci dan
dengan meletakkan tangan pada orang yang menyambutnya.Pengakuan dosa yang terdiri
dari penyesalan batin yang sungguh, pengakuan dosa dengan mulut di hadapan imam, yang
memberi absolusi (kelepasan dari dosa) atas nama Tuhan dan penebusan dosa dengan amal
atau penintesia.Perminyakan (sakramen orang sakit), yaitu orang sakit didoakan dan
diurapi oleh ketua-ketua (Yak 5:14) dengan membubuh minyak suci pada mata, telinga,
hidung, mulut, tangan dan kaki.Perkawinan yang ditahbiskan oleh imam dan diakui sah oleh
Gereja Roma. Nikah yang ditahbiskan oleh Gereja tidak boleh diceraikan lagi, kecuali dalam
hal istimewa sekali dengan izin paus.Tahbisan imam, yang menjadi satu-satunya pengantara
yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan rahmatNya kepada manusia. Sebab itu
sakramen tahbisan imam menjadi batu alas bagi seluruh bangunan Gereja Roma. Segala hak
dan kuasa rasul-rasul dikaruniakan kepada imam menurut dogma suksesi rasuli.
Selain dari sakramen-sakramen, maka Gereja Katolik Roma banyak menaruh
“sakramentalia”, yaitu perbuatan suci yang juga mendatangkan berkat bagi manusia, tetapi
berkat itu lain rupanya dan kurang berharga daripada kuasa sakramen. Umpanya pemberkatan
atau tahbisan oleh imam terhadap pelbagai perkara. Pelantikan raja, rumah tangga, kebun,
makanan, senjata dan sebagainya, semuanya itu dimasukkan ke dalam lingkungan ilahi dan
magis dari Gereja. Air suci yang dipakai untuk maksud itu, dianggap juga selaku obat sihir
yang berkhasiat luar biasa.

BAB 32

LUTHER

1. Keadaan Masyarakat. Roh Tuhan memimpin gereja Kristus di bumi ini kepada
kebenaran Injil itu tidak belaku dengan berangsur-angsur. Biasanya mata Gereja dicelikkan
oleh Roh dengan sekonyong-konyong, sehingga ia sadar pula akan kesesatannya, dan
kembali lagi pada Firman Tuhan yang Kekal. Hal itu terjadi pada permulaan abad ke-XVI,
dan yang dipakai oleh Tuhan untuk mengusahakan pembaruan itu, ialah Martin Luther.

Pembaruana Gereja itu susungguhnya adalah suatu mujizat dikerjakan oleh kuasa Roh
Tuhan sendiri, karena tidaka dapat diharapkan lagi dari pihak manusia. Dimana-mana
kelihatan tanda-tanda perubahan zaman kecuali di kalangan politik dan sosial. Tak dapat
tidak segala peristiwa yang penting itu mempengaruhi terjadinya pembaruhan Gereja, tetapi
semua itu tak sanggup memulainya. Gereja belum menampakkan alamat hidup baru.
sebaliknya : pembaruan yang dimaksudkan oleh konseli-konseli pada abad ke-XV gagal
belaka karena paus-paus melawannya. Umumnya orang merasa tak senang dan kurang puas
karena keadaan gereja yang buruk itu, tetapi tak ada yang tahu mengubahnya dan orang
hanya mengeluh dan mengkritik saja. Oleh karena Gereja yang diduniakan dan najis itu
masih tetap menjadi satu-satunya pengatara bagi manusia untuk beroleh keselamatan kekal.
Oleh sebab takutnya terhadap neraka dan api penyucian maka orang banyak tetap saja taat
kepada kuasa paus dan Gereja Roma. Bukan sedikit orang yang mengejar ketentraman hati
dan ingin supaya berkenan kepada Tuhan.

Kuasa duniawi uskup-uskup, yang diberikan kepadanya pada abad ke-X oleh Otto I,
sudah mudur juga. Raja-raja memegang pemerintahan dalam daerahnya masing-masing.
Banyak diantara mereka memajukan kebudayaan dalam negaranya untuk mendirikan
sekolah-sekolah tinggi. Timbulnya Refor : karena gereja hendak kembali ke adanya ajaran
gereja-gereja yang menyimpang/teologi, dogma, praktek yang tidak berdasarkan Alkitab.

Keadaan sosial di Jerman pun mempengaruhi jalan Reformasi. Oleh perniagaan,


kota-kota bertambah maju dan makmur. Penduduknya menghargai perkara-perkara rohani,
seperti ilmu, seni dan agama. Tetapi sebaliknya arti dan pentingnya kalangan bangsawan
makin berkurang. Banyak orang bangasawan kehilangan penghasilannya. Khususnya
kalangan petani banyak menderita oleh beban berat yang dipertanggungkan kepadanya oleh
Gereja yang loba itu. Mulai abad ke-XV terjadilah pemberontakan-pemberontakan dari pihak
kaum petani yang malang itu. Luther juga terpaksa menentukan pendirinnya terhadap segala
gerakan dan keadaan masyarakat itu, tetapi menangis godaan menghubungkan Injilnya
dengan sesuatu acara sosial. Pembaruan Gereja menjadi suatu pekara Gereja semata-mata,
walaupun seluruh hidup masyarakatnya mengalami pengaruhnya.

2. Riwayat hidup Luther sampai tahun 1517. Luther berasal dari suatu keluarga petani di
negeri Thurigen, tetapi bapanya, Hans Luther, menjadi pencebak/ penggali tambang. Luter
adalah seorang yang sangat rajin. Kemudian ia naik pangkat dan maju dalam masyarakat;
akhirnya ia dipilih menjadi anggota dewan kota, sehingga dapat mengonkosi anak-anaknya.
Oleh karena Martin ternyata pandai, ia dikirim sekolah menengah di kota Magdeburg. Pada
tahun 1501 Martin masuk sekolah tinggi di Erfurt. Bapanya ingin anaknya yang pandai itu
sebagai ahli hukum. Untuk itu Luther perlu menuntut ilmu filsafat dulu beberapa tahun
lamanya. Dengan jalan demikian ia mempelajari scholastik, yang pada masa itu masih
menguasai sekolah tinggi di Erfurt. Meskipun demikian pandangan-pandangan Occam
mempengaruhi pikiran Luther dalam berbagai hal. Dalam bilik perpustakaan sekolah tinggi
itu, Luther mendapat dan membuka Alkitab untuk pertama kalinya.
Pada tahun 1505 Luther lulus dalam ujian yang memberi hak kepadanya untuk
menuntut ilmu hukum. Tetapi dengan tiba-tiba terjadilah perubahan besar dalam hidup
Luther. Pada tanggal 2 juni 1505, ia ditimpa oleh hujan keras disertai guruh dan halilintar.
Hampir-hampir ia disambar kilat. Dengan sangat takut dan gentar ia beseru: “ Santa Anna
yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi rahib!”. Dua minggu kemudian ia meminta
masuk biara yang aturannya paling keras, yaitu biara orde Eremit Augustin.

Pemimpin-pemimpin Luther di biara Augustin segera memperhatikan kecakapannya.


Ia disuruh menuntut ilmu thelogia. Pada tahun 1507 ia ditabiskan menjadi imam. Setahun
kemudian Luther dipindahkan ke Wittenberg tinggal disana, samabil mengajar filsafat susila
Aritoteles kepada mahasiswa-mahasiswa yang muda. Pada tahun 1510 Luther dikirim ke
Roma sebagai utusan ordonya untuk turut memecakan soal peraturan ordo Agustin. Atas
desakan von Staupitz itu Luther mencapai gelar “doktor” Thelogia, doktor dalam kitab suci.
Pada tahun 1512, ia diangkat menjadi guru besar pada sekolah tinggi untuk memberi
pelajaran ilmu-tafsir tentang beberapa surat Alkitab.

3. Perkembangan kebatinannya. Hidup kebatinan Luther pada Tahun-tahun yang


dibicarakan tadi, karena hal itulah yang paling penting untuk diselidiki dan dipahami dengan
sesama. Luther masuk biara, satu soal yang mengelisahkan hatinya, satu masalah yang muskil
yang dipecahkannya. Bagaimana aku bisa mendapat suatu Allah yang rahmani? Luther sangat
takut akan hari kiamat, dan ia ingin diselamatkan. Menurut orang waktu itu, biarlah yang
menjadi jalan yang terbaik bagi manusia untuk meperoleh keselamatan itu. Di sanalah
manusia dapat berusaha mencapai kesempurnaan yang berkenan di hati Tuhan serta memberi
pahala yang kekal. Dengan tak memandang lelah ia berpuasa, berjaga-jaga waktu pada
malam, menyiksa diri, berdoa dan lain-lain. Tetapi Luther bukan mendapat damai dan
ketentraman hati, malahan ganti (daripada) mendapat kepastian tentang rahmat Tuhan, Luther
merasa dirinya makin jauh dari rahmat Allah, karena ia mengerti, bahwa segala perbuatan
manusia, meski sangat baik dan saleh sekalipun, tidak berharga dihadapan Tuhan. Ia tidak
percaya lagi, bahwa segala amalan dan dosa manusia dihitung satu persatu dalam buku kas
surgawi, lalu dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang mana yang besar, apakah itu
boleh masuk sorga atau harus dibuang ke neraka. Bertobatlah Luther, bahwa buah yang baik
hanya boleh diharap, jikalau pohonnya sendiri baik. Bukan terutama perbuatan yang
diperhatikan oleh Tuhan, melainkan Ia melihat hati manusia.

Akan tetapi menurut ajaran gereja memang manusia tak sanggup beramal dengan
kekuatannya sendiri. Untuk itu ia perlu dibantu oleh kuasa rahmat, dengan kekuatannya
sendiri. Oleh kuasa rahmat yang dicurahkan ke dalam batinnya dengan prantara sakramen.
Dengan demikian sebenarnya perhatian orang berdosa tidak diarahkan kepada Kristus, tetapi
kepada usaha sendiri. Luther mulai benci Tuhan, biarlah ia mati saja dan nama Kristus juga
tidak dapat mengiburkannya. Sebaliknya Luther takut akan Kristus yang akan datang kelak
untuk menghukum kelak semua manusia sesuai dengan perbuatannya.

Firman Tuhan sendiri membebaskan Luther dalam pelajarannya ia telah menemui


perkataan Alkitab, yang termaktub dalam surat Roma 1:17. Bahwa kata “kebenaran” di dalam
Alkitab sama artinya dengan kata itu dalam filsafat Aristoteles, yaitu sifat untuk memberi
kepada seorang apa yang patut diterimannya. Jadi kebenaran Allah adalah sifat Allah untuk
menghukum orang berdosa.

Kata Luther : “Aku mulai sadar, bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada suatu
pemberi yang dianugrahkanNya kepada manusia utnuk memberi hidup yang kekal kepadanya
dan pemberian kebenaran Allah ia harus dikerjakan sendiri. Dengan demikian Tuhan yang
rahmani itu membenarkan kita dengan rahmat dan iman saja. Rahmat Tuhan bukan lagi suatu
tujuan yang jauh, yang mungkin tidak tercapai, melainkan pusat kuasa hidupnya. Hanya oleh
karena pekerjaan Kristus saja, dengan tiada menuntut apa-apa dari pihak manusia selain dari
pada menerima kemampuan itu dengan iman yang sungguh-sungguh karena Allah tidak
menuntut, tetapi ia memberi. Luther mengerti bahwa hidup dari iman dan rahmat adalah lain
benar daripada cita-cita mistik, yaitu supaya hilang tenggelam dalam dasar jiwa, yaitu dalam
zat ilahi yang kekal. Mau tak mau Luther dipanggil untuk melaksanakan tugas yang mulia itu,
sama seperti Musa, Yeremia dan Paulus dipilih dan didorong oleh Roh Tuhan untuk menjadi
alatNya, walaupun mereka sendiri mula-mula kecil dan segan mengangkat tanggungan yang
berat itu.

4. Pertikaian tentang penghapusan siksa. Penjualan surat penghapusan siksa itulah yang
menyebabkan mulianya Reformasi. Peristiwa mulainya Reformasi itu adalah seperti berikut :
Uskup Agung Alberecht dari Mainz mengambil dua daerah uskup yang lain, yang pada waktu
itu tidak ada uskupnya, sehingga ia mendapatkan pendapatan 3 kali lipat. Albrecht
membayar sejumlah uang besar kepada paus. Banyaknya uang yang diminta oleh Albrecht
dari bank Fugger di Augburg, tetapi kemudian susah baginya untuk melunasinya. Lalu paus
menyarankan kepadanya untuk memperdagangkan surat penghapusan sikap secara besar-
besaran di Jerman. Separuh dari hasilnya boleh diambil untuk membayar hutangnya, dan
separuh lagi hendak dikirim ke Roma untuk pembangunangedung gereja Santa Petrus, yang
besar dan indah. Demikian dilakukan secara mufakat paus Leo X.

Luther terpaksa menyerang kebiasaan yang buruk itu, takala orang yang datang
mengaku dosa kepadanya menuntut penghapusan siksa berdasarkan surat indulgensia Tetzel
itu. Sebab itu Luther memutuskan untuk mengadakan perdebatan umum tentang soal itu,
karena pada masa itu belum ada majalah theologia. Begitu pula maksud Luther pada tanggal
31 Oktober 1517 ia memakukan sehelai kertas, berisi 95 dalil dalam bahasa Latin tentang
penghapusan siksa, pada pintu gereja-istana di Wittenberg, dengan permohonan untuk
memperdebatkan pandangan yang dikemukakan dalam dalil-dalil itu. Kesaelamatan yang
kekal tak dapat diperoleh dengan mengadakan perdagangan dengan sorga, tetapi hanya
dengan memikul salib mengikut Kristus saja.

Secara lahiriah dan batiniah berkembangnya Reformasi tidak tertahan lagi. Luther
tertuduh di hadapan paus sebagai seorang penyesat. Tetapi Luther tidak mau. Tuan tanah
Luther, Frederik yang bijaksana, berjanji secara rahasia untuk melindunginya. Dipandang
dari sudut pandang manusia, maka harus diakui bahwa tanpa sikap yang tegas dan bijaksana
dari raja Frederik itu, mustahil pergerakan Reformasi dapat berkembang dan berhasil baik.

Tetapilah sebetulnya Lutherlah yang beruntung dengan debat itu, karena sekarang ia
insaf bahwa hanya Alkitab saja yang harus menjadi ukuran dan patokan. Bukan paus atau
konsili, melainkan Firman Tuhan saja yang berkuasa atas orang beriman. Dengan demikian
seluruh dasar gereja Roma menjadi goyang sama sekali. Pemerintahan rohani, yang
dilakukan oleh kaum pejabat, tak sesuai dengan kehendak Tuhan.

5. pembaruan Gereja berkembang. Pada waktu itu Luther mendapat banyak pengikut yang
berpengaruh di segala kota Jerman. Karena sudah tentu banyak perkara yang menghubungkan
Luther dengan mereka. Sama seperti golongan humanis itu Luther juga sangat penting
pelajaran bahasa asli dari Alkitab, bahasa Ibrani dan Yunani. Pada waktu itu juga Luther
mendapat seorang kawan sepejuangan bahkan kemudian menjadi sahabat karibnya, yakni
Philipus Melanchton. Ia seorang ahli bahasa, filsafat dan theologia sangat pandai. Malanchton
menjadi ahli dogmatik yang terbesar dari Reformasi di Jerman. Selain rakyat dan kaum
humanis, maka golongan bangsawan yang bersifat revolusiaoner pun turut membantu Luther.
Akan tetapi Luther tau mengabungkan gerekannya dengan cita-cita dan tujuan segala
golongan itu. Makin hari makin teranglah jalan yang harus ditempuhnya.

Berikutnya tertiblah kitab Luther “Tentang pembuangan Babel untuk Gereja”.


Karangan ini ditulis dalam bahasa Latin dan bersifat thelogia. Didalam Luther
mengemukakan suatu ajaran sakramen baru yaitu sesuai dengan Alkitab. Dari ketujuh
sakramen Gereja Roma hanya mengaku tiga berpangkal pada janji Tuhan, yakni Baptisan,
Perjamuan Kudus dan pengakuan Dosa, dan tentang yang ketiga itu pun ia masih bimbang.
Dan ia melawan keras ajaran transsubstansiasi dan pandangan yang salah bahwa Kristus
dibuat sebagai persembahan dalam misa jemaat, karena perjamuan kudus itu bukanlah suatu
usaha manusia, melainkan karunia Tuhan. kitab Itulah yang bersaksi tentang pendapat baru
Luther dengan seidah-indahnya. Kepalanya ialah: “tentang kebesaran seorang kristen”, tetapi
sebetulnya lebih tepat kalau disebut “Hanya oleh iman saja”atau “Sola fide”. Ketiga karangan
ini asyik dibaca oleh banyak orang, sehingga dalam beberapa bulan saja, harus dicetak
berulang-ulang. Umumnya dirasakan bahwa segala pandangan baru Luther itu harus
diwujudkan oleh gereja dan masyarakat.
6. Perlawanan dari pihak paus dan kaisar. Pada tanggal 15 juni 1520 tebitlah bulla paus,
yang sudah lama ditunggu dimana 41 ucapan Luther ditolak, karena dianggap sebagai ajaran
sesat. Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berkepala: “melawan kutuk si
Antikrist”. Pada tanggal 10 Desember ia membakar bulla paus dimuka pintu gerbang kota
Wittenberg dihadapan para guru besar dan mahawiswa. Ia juga membakar kitab undang-
undang Gereja K. R., karena kitab itu membuktikan jelas betapa besarnya kelaliman yang
paus lakukan dengan sewenang-wenang terhadap gereja Kristus sungguhpun rakyat Jerman
menghormati Luther selaku pahlawannya, tetapi kaisar Karel tak ragu-ragu lagi. Pada 26 Mei
ia mengeluarkan Edik Worms, di mana Luther dengan para pengikutnya dikucilkan dari
masyarakat dengan kutuk negara. Segala karangan Luther pun harus dibakar. Ia sendiri boleh
ditangkap atau dibunuh oleh siapa saja yang menemui dia. Sebenarnya Edik itu bukanlah
keputusan semua wakil negara, Cuma hanya beberapa pihak gereja yang memilikinya.

7. Arti Luther bagi Gereja. Hanya satu hal saja yang dimaksudkan Luther: ia mau
membebaskan injil dari belenggunya sudah berabad-abad lamanya merintanginya. Lutherlah
yang pertama-tama sadar akan kesesatan dan kekhilafan itu, yang sekian lamanya melemakan
gereja Kristus. Bahkan sedari zaman kemudian sesudah rasul-rasul, gereja salah mengerti
Injil rahmat Tuhan, sehingga memahamkannya seperti suatu taurat baru. Dan oleh iman saja
manusia dibenarkan, berkat rahmat Allah! Bukan para klerus yang berkuasa dalam gereja
Kristus, melainkan Alkitab saja. Semenjak Luther dapat menempuh suatu jalan baru, sebab
kebenaran Injil sudah disadarinya kembali.

BAB 33
PENYARINGAN, PERCERAIAN DAN PELUASAN

1. Perjuangan baru. Sementara Luther berada di wartbung, reformasi diancam oleh


bahaya baru, yaitu banyak orang salah mengerti kebebasan yang dikhotbahkan oleh Luther
sendiri kebebasan itu berarti, bahwa manusia dilepaskan dari kuk taurat, sehingga ia dapat
menyerhkan diri dengan rela hati kepada Tuhan dan mengabdi kepada dia. Tetapi tak sedikit
pengikutnya yang memandang kebebasan baru itu secara negatif saja, yaitu kebebasan dari
rupa-rupa kebiasaan dan aturan romawi sehingga mereka merasa perlu merencanakan dan
melangsungkan pelbagai syarat baru. Dengan demikian mereka takluk lagi kepada suatu
taurat baru, dan rahmat injil yang memerdekakan itu kurang dipahaminya. Itulah sebabnya
pada tahun-tahun yang berikut Luther terpaksa menceraikan dirinya dari beberapa golongan
yang mengacaukan tujuanNya.

2. Di Wartburg. Sepuluh bulan lamanya Luther tinggi di wartburg dengan


berpakaian secara seorang bangsawan dan memakai nama samara, yaitu “Junker Georg”
(raden georg). Masa itu merupakan suatu ujian pula baginya, karena ditempat yang sunyi itu
hatinya sangat digoda oleh banyak pikiran dan kebimbangan. Benarkah ia sungguh mengikut
jalan Tuhan dengan gerakanNya itu.tetapi ditengah godaan itu Firman Tuhan yang dulu
sudah menawan hatinya, sekarang pun menghiburkan dan menegakkan dia. Godaan Iblis
ditangkisnya dengan iman yang kokoh. kata orang, Luther pernah melemparkan sebotol tinta
kepada iblis yang nampak dalam biliknya dan mengganggu dia.

Tetapi sungguhpun Luther digoda demikian, ia menunjukkan tenaga yang luar biasa
yang selama tinggal di wartburg itu. dalam beberapa bulan saja perjanjian baru
diterjemahkanNya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Jerman. Sampai pada waktu itu
terjemahan kedalam bahasa Jerman semuanya berdasarkan terjemahan Latin, yaitu Vulgata.
Lutherlah yang mempraktekkan dalam gereja semboyan humanis kembalilah kepada sumber.
Tetapi di samping sendirian yang sehat itu, maka hasil yang gilang-gemilang dengan
terjemahannya itu, disebabka oleh keahlianNya dalam ilmu bahasa juga. terjemahanNya yang
elok itu yang rajin dibaca dimana-mana sampai kini, sangat besar pengaruhnya atas
pembentuk suatu bahasa persatuan di Jerman, di tengah-tengah dialek-dialek yang banyak itu.
Luther hanya mau melayani Firman Tuhan, tetapi dengan itu ia pun berbakti kepada bahasa
dan bangsanya. Dua belas tahun kemudian (1534), terjemahan segenap Alkitab selesai.

sebuah kitab rencana khotbah (pastille) untuk tiap-tiap hari minggu dari tahun gerejani,
supaya menjadi contoh bagi pengkhotbah Reformasi, yang sangat membutuhkan pimpinan
dalam hal menyusun khotbah. Pada masa itu juga Melanchton di Wittenberg mengarang kitab
pengajaran agama yang pertama yang pertama dari Gereja Reformasi, yang berkepala
“pokok-pokok utama” (Loci communes). Dengan sederhana dan sangat jelaas diuraikan
dalam kitab dogmatic ini segala pokok yang terpenting, yang diajarkan oleh Injil tuhan
tentang iman Kristen. dengan demikian senjata gereja Reformasi disediakan satu persatu.

3. Hura- hara di Wittenberg. Dalam pada itu pengikut Luther di Wittenberg mulai
mewujudkan ajaran baru itu dalam praktek. Pemukanya ialah guru besar Karlstadt. Pertama ia
mau membubarkan segala biara, karena cita-cita dan usaha kerahiban tak sesuai dengan injil.
Luther menyokong ikhtiar itu dari tempat perlindunganNya dengan suatu karangan. Banyak
rahib laki-laki dan perempuan keluar dari biaranya. Bahkan banyak di antaranya dan juga dari
klerus biasa yang kemudian menikah. Selanjutnya misa diserang. Segala hal yang
menyinggung soal mempersembahkan kristus pula kepada Allah oleh Jemaat dicoret dari
tatacara kebaktian misa itu. mulai sekarang, piala juga diberikan kepada jemaat, sehingga
semua orang percaya menerima roti dan air anggur. Banyak sekali orang turut dalam
kebaktian perjamuan yang demikian.

Akan tetapi segera jemaat dihura-birukan oleh kedatangan beberapa “Nabi”, yang
menolak kuasa Alkitab dan hanya bersandar kepada “terang batin” dan penglihatannya
sendiri pun kurang kuat untuk mencegah semanngat yang salah itu. pada bulan Pebruari
1522, rakyat yang tak dapat ditahan lagi. Mereka menyerbu gedung gereja, lalu
memusnahkan mezbah, salib dan patung. Raja frederik tidak sanggup memadamkan hura itu.
sebab itu Luther memutuskan untuk meninggalkan Wartburg dan kembali ke Wittenberg
pada bulan maret 1522. Hal itu membuktikan keberanianNya yang besar, karena kutuk kaisar
sangat besar, tetapi Luther menulis kepada Frederik, bahwa ia tak lagi membutuhkan
perlindungan saja, bahkan pengawalan Tuhan sendiri sekarang Luther mau melindungi raja.
Luther yakin bahwa semangat pemberontak hanya dapat dilawan dengan bersenjatakan
Firman tuhan. oleh sebab itu Luther naik mimbar tujuh hari lamanya dan dengan khotbahnya
ia menasihati jemaat sampai mereka malu dan menyesali kepanasan hatinya. Anasir yang
radikal dihardiknya, karena kurang kasih dan basar yang menyebabkan saudara yang masih
lemah dalam iman, terkejut dan barang kali mau kembali saja kebawah kuasa paus. Jemaat
harus di didik perlahan-lahan. Segala perkara yang lahir tidaklah begitu penting, asal saja
firman diberitakan dengan suci murni. Tetapi karena tidak mengerti itu maka kaum fanatic
telah membuat suatu taurat baru dari kebebasan yang diberikan injil itu. dengan hadirkan
yang tegas itu Luther membendung sifat radikal di Wittenberg. Karlstadt harus
mengundurkan diri. Hanya beberapa perubahab saja diadakan oleh Luther, umpamanya kata-
kata mengenai persembahan kristus dicoret dari dalam misa tetapi pada umumnya tatacara
gereja lama masih berlaku.

Peristiwa ini besar sekali artinya bagi sifat reformasi Luther ia menolak segala
kekerasan dan revolusi, karena yang dikehendakinya ialah supaya pengertian Injil yang baru
itu mengkhamiri gereja dan masyarakat dengan berangsur-angsur, agar jemaat jangan
diperbudak kembali oleh bermacam syariat baru. Memang bukan Luther, melainkan calvinlah
yang memikirkan dan mewujudkan pembaruan bentuk lahiriah gereja.

4. Perceraian dengan golongan fanatic. Makin lama makin terang bahwa jalan dan
tujuan Karlstadt dan nabi-nabi yang fanatic dan mengadakan hura sangat berbeda dengan
maksud dan cita-cita Luther. Karlstadt hidup mengembara dan akhirnya meninggal dibasel.
Thomas Munzer menjadi penganjur golongan ini. ia seorang yang jauh lebih radikal lagi,
sehingga pada tahun 1524-1525 Luther merasa perlu menceraikan dirinya dengan terang dari
padanya. Karena Munzer dengan pengikutnya menerangkan kepada jemaat, bahwa tiap orang
Kristen harus meniru pergumulan batin sebagaimana dialami Luther, tanpa pengalaman
demikian manusia belum dibebaskan dari ikatanNya. Dengan jalan itu manusia dengan
pendapatnya secara mistik menjadi pusat lagi menggantikan rahmat Allah. Firman tuhan
menyatakan diri dengan langsung kepada jiwa manusia sendiri, bukan dengan perantara
alkitab. Dengan demikian Munzer mengikat pula manusia dengan taurat mistik di samping itu
pula ia mengkhotbahkan suatu revolusi sosisal. Rakyat dikerahkanNya untuk membasmi
segala kekejian K.R keadaan masyarakat harus dirombak dan diubah sama sekali. Cita-cita
komunis mulai nampak. Pemberontakan petani disetujui dan diturutnya. Akhirnya Munzer
ditangkap dan dibunuh waktu petani dikalahkan.

Luther sama sekali menolak pandangan dan cita-cita Munzer dengan golongannya.
Karena ia sungguh membebaskan kerohanian dan agama dengan perkara sosial. Revolusi
melawan kehendak Tuhan, dan pemerintah harus dihormati. Tambahan pula ia mengecam
maksud golongan fanatic itu untuk menaklukan manusia kembali kepada abad pertengahan.
Soal dan masyarakat dan relasi gereja dengan Negara lebih baik dipikirkan dan dipecahkan
oleh Protestantisme Calvinis daripada oleh Luther.

5. Percerain dengan golongan petani. Pada tahun 1525 pecahlah pemberontakan


besar dari kaum petani yang tak mau ditindas lagi. Baik petani katolik roma maupun petani
yang mengikut Luther mengangkat senjata. Mereka itu juga salah mengerti khotbah Luther
tentang kebebasan tiap-tiap orang Kristen, sehingga menyangka bahwa Luther akan
membantu mereka. sudah tentu Luther mengaku bahwa tuntutan mereka patut dan pada
tempatnya, tetapi tatkala ia mendengar seluk beluk pemberontakan itu, yaitu bahwa mereka
membakar, merampok, dan membunuh dimana-mana, sikapnya berubah sama sekali. Raja
dan pemerintah yang terkejut dan tak berani membela rakyatnya, ditempalaknya. Beralaskan
surat roma 13 ia mengajak raja membalas segala kejahatan itu. akan tetapi sesudah petani
dikalahkan, ia menegur raja pula supaya mereka jangan bertindak terlalu kejam. Dengan
demikian Luther menunjukkan bahwa injil tidak memihak kepada suatu golongan, melainkan
memberitakan firman tuhan kepada segala golongan masyarakat. Tetapi benar juga, bahwa ia
kurang memperhatikan kebutuhan sosial. Mulai sekarang banyak rakyat merasa kecewa, lalu
membelakangi Luther. Luther sendiri pun kecewa juga dan mengerti bahwa ia tak boleh
bersandar pada rakyat jelata.

6. Perceraian (perpisahan) dengan Erasmus. Mula-mula Erasmus menaruh simpati


benar terhadap Luther, karena keberanianNya memberantas keburukan gereja akan tetapi ia
seorang ulama sejati, yang segan mencampuri gerakan radikal. Ia kurang berkairah dari
Luther. Itulah sebabnya ia terus mengundurkan diri tatkala timbul bahaya bagi luther dari
pihak paus dan kaisar (1520). Tetapi sebagian besar dari pengikutnya tetap memihak kepada
luther, dan sebaliknya penganut iman lama (K.R) menyalahkan humanism Erasmus yang
pada sangkanya menyebabkan reformasi. Sekarang Erasmus terpaksa memilih pihak mana
akan diturutnya, supaya jangan ia nanti tinggal sendiri saja. Tak sukar baginya memihak
pihak gereja roma supaya jangan mendapat susah atau kehilangan anugerah dan sokongan
raja. Walaupun demikian Erasmus tentu tidak menyerang luther tentang soal yang betulnya
disetujuinya.

Pada tahun 1524 ia mengeluarkan suatu karangan yang berjudul “uraian tentang
kehendak bebas” di dalamnya ia menegaskan bahwa rahmat saja tak sanggup
menyelamatkan manusia. Putusan akhir bergantung kepada kehendak bebas, yang dapat
menerima atau menolak rahmat tuhan. tetapi pandangan semi pelagian itu bukanlah
pengakuan iman, melainkan buah pikiran akal budi saja. Setahun kemudian luther
membantah uraian Erasmus itu dengan karanganNya tentang kehendak yang terikat, di
dalamnya ia mempertentangkan Allah yang hidup yang hidup dengan “Allah
filsafat”Erasmus. Manusia yang sungguh beriman mengetahui dan mengaku bahwa hanya
rahmat Allah yang hidup saja, yang menyelamatkanNya. Berdasarkan iman itu, luther berani
mengemukakan pandangan yang rupanya berlawanan. Ia membedakan allah yang
menyatakan dirinya dalam kristus,yang menawarkan keselamatan kepada sekalian manusia,
dengan Allah yang memilih atau menolak manusia, dengan Allah yang memilih atau menolak
manusia menurut musyawaratnya yang kudus dan tersembunyi itu. masalah itu diperdebatkan
berkali-kali dalam sejarah gereja pada masa kemudian.

Oleh perjuangan pena ini golongan humanis terbagi dua. Yang mengikuti Luther
menjadilah Injil, tetapi yang mempertahankan pokok humanism seperti Erasmus tetaplah
menganut agama katolik roma. Pusat theologia mereka ialah manusia dibawah taurat, bahwa
manusia dibebaskan oleh rahmat saja tidaklah dimengerti olehnya. Erasmus menjadi bapa
protestantisme liberal di kemudian hari, juga mengutamakan akal budi dan moralisme.

7. Pernikahan Luther. Oleh karena ketiga perceraian /perpisahan yang dijelaskan


tadi. Tahun 1525 sangat berat bagi Luther. Tetapi ia dihiburkan dan dikuatkan oleh
perkawinanNya dalam tahun ini juga dengan seorang bekas rahib wanita, yang bernama
Katharina von Bora. Istri ini menjadi bantuan besar bagi luther. Sendiri menganggap
nikahNya suatu perkara yang suci, bahkan jauh lebih mulia daripada hidup rahib yang pura-
pura saja rohani.

8. Perkembangan. Dalam pada itu kabar tentang penemuan injil yang benar oleh
luther itu disiarkan kemana-mana oleh percetakan kitab. Terutama dijerman selatan
pergerakan reformasi berkembang dengan pesat di belanda jatuhlah korban pertama tahun
1523 Hendrik Voes dan Johanes van Essen dibakar hidup dikota Brussel. Luther mengarang
suatu syair untuk menghormati saudara yang berani mati syahid karena imannya itu.

Banyak kota yang berdiri sendiri, yang suka memajukan kebudayaan dan agama,
menerima reformasi, dan hal itu biasanya berlaku dibawa pimpinan dewa kota. Dimana hal
itu berlaku, banyak orang keluar dari biara, tatacara kebaktian diubah dan pengkhotbah baru
diangkat. Luther menolak mereka dengan nasehatnya sambil mengusahakan pembaruan
pengajaran dan pemeliharaan orang miskin, berhubung dengan pekerjaan minta sekarang
kurang dilakukan, sebab sedekah tak lagi dianggap sebagai amalan yang menghasilkan pahala
sorgawi.

Perkembangan yang cepat itu dimungkinkan oleh karena Edik Worms tidak
diperhatikan oleh rakyat. Semenjak pertemuanNya dengan kaisar maka luther bukanlah
diganggu, malahan digemari dan dihormati diseluruh jerman. Perhatian kaisar pun terikat
oleh perangnya dengan perancis dan Turki. Sembilan tahun lamanya ia tidak mengunjungi
jerman. Raja tidak bersatu mengenai reformasi dan takut kepada kota yang sudah ikut serta
pembaruan gereja sebab kekuasaanNya yang besar.

Pada tahun 1524 beberapa raja katolik roma mengadakan suatu perjanjian untuk
melaksanakan edik worms, tetapi pada tahun 1526 raja injil berserikat juga untuk mencegah
pelaksanaan itu. pada tahun itu juga kesusahan kaisar bertambah besar, karena ia bermusuh
dengan paus beberapa waktu lamanya. Sebab itu rapat Negara di Speier (1526) menunda lagi
pemberesen perkara reformasi. Raja diizinkan bertindak untuk daerahnya masing-masing.
Aturan itu besar akibatnya kekaisaran sekarang terbagi atas banyak gereja senegeri, sehingga
reformasi dapat berkembang dengan bebas disegala negeri yang rajanya bersifat injili, tetapi
daerah yang diperintahi oleh raja katolik roma tak dapat dimasuki oleh semangat pembaruan.
Tak ubahnya seperti pada abad pertengahan, gereja senegeri itu dipimpin oleh tuan tanah atau
rajanya. Gereja negeri senegeri injili yang pertama berdiri di Saksen dan Hessen. Sudah tentu
organisasi dan keuanganNya masih kacau sekali. Ada juga kekurangan pengkhotbah dan guru
yang cakap. Atas ikhtiar Luther beberapa “visitator” (penilik) diangkat, yang diberi tugas
untuk perbaikan dan pembangunan jemaat. Luther sendiri membantu usaha itu dengan
bermacam-macam kitab untuk mengajar dan menasehati jemaat. Yang terpenting ialah
“katekismus kecil” untuk jemaat, dan “katekismus besar” yang disusunnya untuk pendeta.

Dengan demikian reformasi Luther mendapat bentuknya. Yaitu gereja senegeri yang
diperintahi oleh raja. Bentuk itu memang berlawanan dengan kebebasan gereja dan dengan
imamat am semua orang percaya. Luther menyadari hal itu, tetapi ia setuju dengan ajaran
Occam, bahwa dalam keadaan darurat pemerintah duniawi wajib melindungi dan memelihara
gereja. Tambahan lagi ia sangat menghormati pemerintah yang sudah tentu adalah
pemerintah Kristen pada zaman itu. organisasi dan kedudukan gereja yang demikian itu
mengandung segala bahaya yang bersangkutan dengan hal gereja Negara umumnya.

9. Batas-batas pekerjaan pembaharuan Luther. Sungguhpun Luther mengantar


gereja kristus kepada jalan baru sambil membebaskan dari rupa-rupa perkara yang sesat,
namun dalam beberapa hal ia kurang radikal kebaktian dan susunan gereja kurang
dibaharuinya, ia membiarkan gereja dikuasai oleh pemerintah dan ia kurang menghubungkan
agama dan masyarakat. Ringkasnya, Luther kurang mengerti bahwa injil yang ditemuinya
kembali itu, bersifat theokratis artinya mau mempengaruhi segala lapangan hidup. Itulah
sebabnya Lutheranisme jerman tak sanggup melawan gereja roma dengan secukupnya. Tugas
itu lebih disadari dan dilaksanakan oleh calvinisme. Tetapi Lutherlah yang menjadi pembaru
gereja yang pertama dan yang termasyhur.

BAB 34
ZWINGLI DAN PERTIKAIAN TENTANG PERJAMUAN

1. Bedanya kedua cabang Reformasi itu. Oleh pimpinan Tuhan yang istimewa maka
timbullah di Swiss suatu pergerakan pembaruan, sebagai lanjutan dari Reformasi Luther,
tetapi yang menambahkan beberapa hal yang sangat penting, yang kurang di perhatikan
Luther, yaitu: a. Kesadaran theokratis yang lebih kuat dan radikal; b. Perubahan dan
pembaruan bentuk-bentuk hidup Gereja; c. Pelakssanaan semangat injil di lapangan
sosial; dan d. Sikap aktif terhadap politik. Jenis reformasi itu di sebut Calvinisme. Cabang
reformasi Calvinis itu memang tidak terpikir tanpa Luther, sebab ia tak lagi lain
sumbangan dan lanjutan Reformasi Luther di Eropa Barat, tetapi perbedaannya dengan
Gereja Protestan Lutheran ialah gerakan pembaruan di Swiss, Perancis, Belanda, Inggris
dan Skotlandia di pimpinan oleh oknum yag matanya terbuka bagi tugas dan tanggung
jawab Gereja terhadap segala lapangan masyarakat dan terhadap tuntutan-tuntutan Tuhan
yang lain mengenai pembaruan Gerejanya, yang kurag di pahami oleh Luther dengan
pengikut-pengikutnya.
2. Hidup Zwingli. Sifat istimewa dari cabang kedua protestantisme itu nyata dengan terang
dalam hidup dan pekerjaan pelopornya, yaitu Ulrich Zwingli (1484-1531), seorang Swiss.
Sejak waktu menuntu ilmu theologia di Wina dan Basel, Zwingli di pengaruhi oleh
humanisme. Kemudian ia bekerja antara lain sebagai pendeta tentara dari pasukan-
pasukan Swiss. Pada tahun 1518 Zwingli di panggil ke kota Zurich dan menjadi pendeta
dari gereja yang besar disana.
Zwingli mulai memihak kepada Luther dengan pembaruannya semenjak debat di
Leipzig (1519). Oleh karena Zwingli tidak di didik dalam scholastik dan tidak maasuk biara
seperti Luther, maka penemuan baru itu baginya tidak berarti bahwa pertaliannya dengan
waktu yang lampau terputus sekaligus, melainkan seakan-akan pandangan dan keyakinan
yang sudah di kandungnya sekian lama itu sekarang di perdalam dan disadarinya dengan
jelas.
Pada tahun 1520 Zwingli mempropagandakan berbagai-bagai pembaruan. Lalu
Zwingli menyerang rupa-rupa adat dan syariat gereja roma, misalnya undang-undang puasa,
selibat kaum imam dan sebagainya. Oleh sebab itu dewan kota mengadakan suatu debat
umum atas ikhtiar dan desakan Zwingli membentengkan acara pembaruannya dengan
membela dan menguraikan 67 dalil.
Dalam hal ini nyatalah perbedaan antara Lutheranisme dengan Calvinisme. Sudah
tentu pendirian Zwingli lain dari pada sikap orang-orang fanatik di Wittenbang. Zwingli
berniat membarui Gereja secara lahiriah juga. Akan tetapi Protestantisme “Calvinis” harus
awas, supaya ia jangan menaklukkan anggota-anggotanya ke bawah suatu taurat baru, seperti
yang telah di buat oleh golongan yang fanatik.
3. Keadaan pada tahun 1529. Di Swiss juga Reformasi berkembang dengan pesat. Kanton-
kanton (daerah-daerah) Bern, Basel dan beberapa lagi lekas memihak kepada Reformasi,
tetapi kanton-kanton lainnya tetap menganut pengakuan Katolik Roma. Akkhirnya
kanton-kanton katolik Roma berserikat, sehingga kanton-kanton injili terpaksa berbuat
begitu juga. Pada tahun 1529 hampir-hampir pecah perang saudara. Pada ketika yang
amat genting itu, Zwingli mencari pertolongan di jerman, dan sebaliknya pemimpin
politik dari kalangan Reformasi di Swiss.
4. Pertikaian dengan perjamuan. Akan tetapi maksud itu tak tercapai karena timbullah
pembantahan tulisan yang keras antara Swiss dan jerman selatan pada satu pihak dengan
“golongan Wittenberg”, yakni luther beserta para pengikutnya pada pihak lain. Tatkala
Yesus mengatakan : inilah tubuhkku maka maksud Tuhan tk lain dari menyatakan, bahwa
roti itu kiasan tubuhnya.
Luther tak suka mengadakan perserikatan dengan golongan itu, yang pada hematnya hanya
menghina sakramaen kudus itu. Zwingli merasa, bahwa perselisihan secara theologi itu tak
boleh membatalkan perserikatan militer dan politik yang sangat perlu itu. Phili dari Hessen,
yang juga berpendirian demikian, membujuk Luther untuk mengadakan perdebatan agama
dengan Zwingli tentang perjamuan kudus. Pertemuan itu di laksanakan di Marburg pada
permulaan oktober 1529.
Barangkali kita merasa heran apa sebabnya Luther tak mau berdamai dengan Zwingli
pada suatu ketika yang segenting itu. Oleh sebab misa sudah menjadi pusat dan inti pokok
alam Gereja Roma, maka perlu sekali aarti injili Perjamuan Kudus itu di pahami sebaik-
baiknya oleh Reformasi. Luther mengetahui bahwa keselamatan jiwanya beralaskan
penyerahan kehendak dan akalnya kepada kuasa Tuhan.
Sungguhpun demikian, disamping kesetian Luther kepada bunyi Firman Tuhan,
ternyata juga kerinduannya untuk menerangkan rahasia hadirnya Tuhan dalam perjamuan itu
dengan uraian secara scholastik. Sebetulnya pandangan yang realistis ini adalah perkara yang
canggung dalam theologia Luther, karena ia mengajar bahwa relasi manusia dengan Allah
adalah suatu perhubungan rohani yang diadakan oleh Firman Tuhan dan iman manusia saja.
Kata Luther bahwa ada terjadi pertukaran sifat-sifat diantara tabiat-tabiat ilahi dengan tabiat
insani Kristus. Oleh karena itu tubuh Kristus, yang memang termasuk tabiat insaniNya,
antara lain mendapat juga sifat hadirat sementara tabiat ilahiNya. Sebab itu tubuhnya juga
dapat hadir di mana-mana.
5. Politik dan ajal Zwingli. Luther patut dihormati karena taatnya kepada Tuhan, yang lebih
penting baginya dari pada keuntungan politik. Sudah tentu Zwingli dan protentatisme
“Calvinis” pun mau taat kepada kehendak Tuhan,akan tetapi selain dari itu, dari mulanya
mereka mementingkan pula panggilan dan kewajiban Gereja Kristus terhadap dunia ini.
Pada tahun 1529 Zwingli berikhtiar untuk menggabungkan kuasa semua raja, daerah
dan kota yang beragama protestan untuk bersama-sama melawan keluarga Habsburg, yang
merupakan lawan besar bagi kebebasan iman. Sejak itu Strasburg bertambah penting untuk
perkembangan protestantisme “Calvinis”. Zwingli yang turut dengan pasukan-pasukan
protestan itu selaku pendeta tentara, tewwas dan mayatnya di bagi empat dan di bakar habis.

BAB 35
LUTHERANISME MENDAPAT KEDUDUKAN YANG TEPAT

1. pengakuan dan pembelaan. Rupa-rupanya pada tahun 1530 nasib Reformasi di Jerman
akan ditentukan. Karel V kembali ke jerman sesudah ia tidak mengunjungi negeri itu
sembilan tahun lamanya, sambil berjanji untuk mendengar segala pertimbangan dan
keterangan dari golongan-golongan yang bersangkutan pada rapat negara yang akan diadakan
di Augsburg (1530). Luther sendiri tak dapat menghadirinya, sebab ia masih terkena kutuk
kaisar. Melanchton dan beberapa ahli theologia protestan yang lain menggantikan dia. Oleh
karena Melanchton mengharapkan perdamaian dengan kaisar, ia berusaha menekankan segala
pokok yang disetujui dan diakui oleh kedua belah pihak, tetapi sudah tentu karangannya
menjelaskan juga dengan amat terang tentang segala pandangan theologia reformasi,
sehingga karangan itu, yang biasanya disebut “pengakuan Augsburg (Confessio Augustana)”,
kemudian terhisap kepada surat-surat pengakuan resmi dari Gereja Lutheran (Lih. Bab 43,2).
Pembacaan pengakuan itu di Augsburg di hadapan kaisar dan banyak pembesar dunia dan
gereja sungguh menarik perhatian sekalian hadirin. Joh Eck dan beberapa pemuka gereja
Katolik Roma yang lain menyusun jawabnya atas uraian Melanchton, yang dibacakan juga.
Selanjutnya Melanchton menyusun karangan yang kedua yang bernama Apologia
(pembelaan). Sebenarnya sikap Melanchton di Augsburg kurang berani; kepercayaannya
akan kemenangan akhir Reformasi sudah surut, ketika dilihatnya kuasa lawan-lawannya itu.
keyakinan itu mendorong dia mencari perdamaian dengan segala daya-upaya yang dapat
dipergunakannya. Tindakan Luther lain sekali. Dengan surat-suratnya itu ia terus mengajak
wakil-wakilnya untuk bertahan dan berjuang sekuat-kuatnya. Politik Melanchton yang lemah
itu makin mempertetap maksud golongan Katolik Roma untuk mempertiadakan Reformasi
selekas mungkin. Golongan injili harus undur dari rapat negara. Edik Worms dibaharui dan
diambil putusan untuk mengadakan konsili am, jikalau dapat dalam waktu satu tahun.
Sekarang daerah-daerah injili terpaksa mengorganisasi pertahanannya secara politik dan
militer, supaya sanggup menetang bahaya yang mengancam mereka itu. di smalkalden raja-
raja dan kota-kota yang memihak Luther mengadakan suatu perserikatan pembelaan (1531).
Kota Strasburg dan beberapa kota lain di jerman-selatan turut juga, sebab pendeta dan
pemimpin reformasi di strasburg, Martinus Butzer, telah merincis jalan bagi perdamaian itu
dengan ajarannya tentang perjamuan Kudus, sehingga ia menjadi pengantara antara golongan
Luther dan Zwingli. Philip dari Hessen berhasil mendapat bantuan dari luar negeri, sehingga
terjadilah perserikatan yang besar dan kuat untuk melawan pemerintahan Habsburg. Dengan
demikian cita-cita Zwingli diwujudkan juga, tetapi oleh kematiaannya dan oleh kalahnya
golongan protestan di kappel, maka tanah swis tak dapat masuk perserikatan Smalkalden itu.
berhubung dengan maksud untuk menetang kaisar maka timbullah soal di antara golongan
Lutheran di jerman, yakni adakah perlawanan sedemikian dibolehkan oleh Firman Tuhan,
karena bukanlah pemerintahan harus dihormati dan dipatuhi, berdasarkan Roma 13? Tetapi
ahli-ahli hukum menerangka, bahwa pemerintah harus sah yang diberi Tuhan , ialah raja-raja
senegeri saja yang bukan kaisar, yang hanya dipilih saja oleh raja-raja itu.
Kaisar tak berani meneruskan tindakan-tindakannya yang keras itu, karena ancaman dari
pihak turki di sebelah timur. Ia memerlukan bantuan semua rajanya untuk menjaga batas
kekaisaran. Tambahan pula, paus belum mau mengadakan konsili. Itulah sebabnya pada
tahun 1532 diadakan perjanjian Neurenberg anatra karel V dengan golongan Protestan.
Protestantisme dibiarkan lagi oleh kaisar, sampai rapat negara yang berikut atau sampai
konsili besar yang diminta oleh karel. Tambahan pula, kaisar meninggalkan tanah Jerman
untuk waktu sembilan tahun lagi.
2. Peluasan dan rintangan. Perhentian permusuhan di Neurenberg mengakibatkan perluasan
besar gerakan Reformasi. negeri-negeri Wurtemberg, Pommeram, Brandenburg dan saksen-
selatan masuk injili juga. Di Jerman-selatan pengaruh Zwingli surut. Bugenhagen, seorang
pendeta di Wittenberg, menolong Luther, sahabatnya itu membaharui organisasi jemaat-
jemaat Protestan yang muda itu. kalangan katolik roma mengharapkan bahwa konsili segera
akan diadakan, tetapi tak jadi. Atas permintaan raja saksen, Luther menyusun lagi satu
karangan, di mana diuraikannya pokok-pokok iman mana dapat menjadi pokok perundingan
dengan pihak katolik roma dan pokok-pokok mana tak usah diperbincangkan lagi, sebab
sudah menjadi pasal kepercayaan Reformasi yang tetap. Karangan ini, yang dinamai “pasal-
pasal Smalkalden”(1537), adalah lebih radikal dan kuat dari pada pengakuan Augsburg
karangan Melanchton. Pasal-pasal itu pun termasuk surat-surat pengakuan resmi gereja
Lutheran.
Sayang di balik sayang, sekarang reformasi mendapat rintatngan besar. Pemimpinnya secara
politik, yakni Philip dari Hessen, terkena perkara yang berat. Ia tidak beruntung dalam
nikahnya, tetapi tak mungkin bercerai dari isterinya, karena Luther tidak memberi izin, sebab
penceraian tidak diizinkan dalam perjanjian baru. lalu Philip mengambil isteri yang kedua
dengan setahu Luther. Hal bagi itu segera maklum seraya menerbitkan kritik-kritik yang
hebat di mana-mana. Kaisar berhak menghukum Philip dengan keras. Tetapi sebagai
gantinya, dosa Philip dipakainya selaku senjata untuk melawan reformasi. Philip terpaksa
menghentikan segala usahanya secara politik untuk membantu reformasi. Dengan itu
perserikatan smalkalden sangat dilemahkandsn perkembangan reformasi dirintangi..
Kaisar sudah merasa lebih kuat pula. Untuk mengetahui mata musuhnya ia menyuruh
mengadakan lagi beberapa pertemuan dan perdebatan agama. Melanchton ditipu oleh daya
yang cerdik itu, sehingga tetap mengharapkan perdamaian dengan kaisar dan dengan gereja
roma. Tetapi akhirnya agaknya tibalah waktunya bagi kaisar untuk memerangi reformasi
sekuat-kuatnya, karena keadaan luar negeri tak menghalangi lagi. Pada tahun 1545 konsili
besar, yang telah dinanti-nantikan sekian lama, dibuka oleh paus di trente (letaknya diujung
selatan kekaisaran Jerman; kini di italia Utara). Akan tetapi orang protestan tidak mau
menghadap paus dengan konsilinya, sebab untuk mengerti apa kelak nasibnya, jikalau
mereka pergi menyerahkan diri ke dalam tangan musuhnya, sekarang peperangan yang sudah
sekian lama ditunda,pecahlah dengan hebatnya.
Pada masa yang sukar sulit itu kaum reformasi kehilangan pemimpin yang besar. Sudah lama
Luther tidak sehat lagi hidupnya pada tahun-tahun penghabisan Disusahkan oleh kekecewaan
karena sikap rakyat yang kurang Injili dan rohani itu dan oleh segala perlawanan dari pihak
lawan-lawannya. Biarpun demikian, ia tetap bersemangat, beriman teguh dan bergirang hati
oleh berkat dan rahmat Tuhannya. Luther meninggalkan dunia pada tanggal 18 feb 1546
dalam usia 62 tahun, di kota kelahirannya, Eisleben; an berada dii sana dalam perjalanan
plang ke wittenberg.

BAB 36
GOLONGAN-GOLONGAN ORANG BAPTIS

Semenjak tahun 1520 timbullah gerakan rohani yang lain di samping reformasi Luther dan
Zwingli. Gerakan yang ketiga ini yang mendapat banyak pengikut, ialah gerakan orang
Baptis atau Anabaptis (yaitu yang membaptiskan kembali). Golongan ini bersangkut paut
dengan kaum fanatic, yang mengharu birukan Wittenberg dan yang menyokong
pemberontakan petani. Telah kita dengar bahwa kaum anatik itu menaruh manusia kembali
dibawah taurat dan ajaran itulah dibuat sebagai pusat agama Kristen; tetapi dengan itu
mereka cenderung kepada ajaran abad-abad pertengahan. Jadi gerakan Baptis itu sebenarnya
bukan cabang pembaharuan Gereja. Akan tetapi mereka berbeda juga dari kaum fanatic,
karena dalam gerakannya itu ditemui rupa-rupa pandangan dan tujuan lain. Agar kita dapat
mengerti keadaan dan cita-cita orang baptis itu, baiklah kita menguraikan satu persatu
anggapan-anggapan yang menguasai golongan itu, yaitu : pengudusan hidup yang
berdasarkan taurat, pengharapan akan masa depan yang berupa pemberontakan, mistik
perseorangan dan kekristenan yang beralasan akal budi dan kebajikan.
1. Pengudusan hidup yang berdasarkan taurat
Di Basel, sekumpulan kaum fanatic mulai menuntut supaya kaum Kristen dibaptiskan lagi,
karena katanya baptisan Kristen hanya boleh dilakukan kepada orang-orang akil balig
beralaskan imannya yang sungguh. Tuntunan ini tetap menjadi tanda istimewa dari segala
golongan Baptis. Zwingli segera berusaha menindas ajaran dan praktek yang salah itu. Orang
baptis diusir dari Basel, tetapi dengan tindakan itu gerakannya belum dihentikan. Sebaliknya,
oleh karena terserak-serak kemana-mana, ajarannyapun disebarkan keseluruh negeri, dari
tanah Swis sampai ke pantai Laut utara. Banyak sekali orang sederhana diantara rakyat yang
masuk golongan baptis itu.
Pokok yang terpenting dari gerakan itu ialah mereka mau membentuk suatu “jemaat tanpa
cacat atau kerut”. Demikianlah jemaat Tuhan disebut dalam Alkitab (Ef. 5:27); tetapi disana
kedudukan jemaat adalah hasil penyerahan diri oleh kristus, kekudusan mana diwujudkan
dalam jemaat dan diantara semua orang percaya dengan memandikannya dengan air dan
firman (E. 5:25,26). Bagi orang baptis kekudusan itu bukanlah karunia kristus, melainkan
tugas manusia yang beriman. Kekudusan itu dikerjakannya dengan menggenapi segala
hukum Tuhan, teristimewa segala syariat untuk hidup Kristen yang terpapar dalam khotbah
Yesus di bukit, yang dianggap seperti kitab undang-undang. Sudah tentu orang-orang percaya
suka dan sanggup memenuhi segala syariat itu, adalah golongan kecil saja dalam dunia yang
jahat ini. Oleh karena itu orang baptis menolak gereja Negara dan gereja rakyat, baik yang
katolik Roma maupun Protestan. Itulah juga sebabnya mereka menolak baptisan kanak-
kanak, yang menyatakan bahwa rahmat Allah adalah pendahuluan dan dasar iman. Baptisan
yang diberi kepada orang dewasa saja tentulah mengutamakan manusia yang harus
mengusahakkan imannya dahulu, barulah dipandang layak menerima tanda belas kasihan
Allah. Sebeb itu babptisan orang akil balig menjadi tanda dan syarat mutlak dari segala sekta
yang bersifat taurat.
Ajaran kebajikan khotbah dibukit pun membuat orang Baptis menjadi segan terhadap segala
sesuatu yang berkenan dengan Negara, misalnya sumpah, pangkat pegawai dan perang.
Mereka suka menyepikan diri dari masyarakat ramai, lalu merupakan perkumpulan-
perkumpulan yang saleh dan suci. Sebab itu mereka menderita dengan penuh sabar dan pasi
segala aniaya yang ditimpakan keatasnya oleh pihak pemerintah. Didalam lingkungan sendiri
mereka melawan semangat duniawi dengan memakai disiplin yang sangat keras; oleh karena
itu memanglah timbul sifat dan roh Farisi di antara mereka, yakni kesombongan rohani dan
menghinaan orang yang kurang kudus dari mereka. golongan baptis termasuk kepada segala
gerakan rohani yang banyak, yang mau membersihkan gereja rakyat yang sudah sangat turun
derajatnya itu, dengan dengan memperingatkan gereja tersebut kepada kekudusan yang
dituntut dari padanya, seraya berusaha mengembalikan gereja kepada keadaan dan
suasananya semua pada zaman rasul-rasul. Orang Montanis, Novatian, Donatis, Waldens,
Baptis, kesemuanya itu mempunyai maksud yang indah dan patut dipuji, tetapi cara dan jalan
yang dipilihnya salah benar. Mereka hanya menukarkan taurat lama yang telah jadi lemah
dengan suatu taurat baru yang lebih keras, padahal satu-satunya jalan yang dapat membawa
gereja kepada kekudusan yang kepadanya ia dipanggil, ia mengganti kuasa taurat dengan
perkabaran rahmat dan iman saja. Berhubung dengan pandangan-pandangannya yang disana-
sini menerbitkan roh pemberontakan, lagipula karena segannya terhadap segala hal ihwal
Negara dank arena baptisan kanak-kanak ditolaknya, maka mereka dihambat oleh semua
perintah, baik yang katolik Roma, maupun yang injili, terutama dari tahun 1525 sampai 1530.
Banyak benar orang baptis yang dihalaukan dari tempat kediamannya, banyak yang
dipenjarakan, dan tak sedikit pula yang dihukum mati. Dengan penyerbuan dan keberanian
yang besar semua orang syahid itu menerima nasibnya. Akibatnya ialah orang baptis
dipandang oleh rakyat selaku orang Kristen sejati.

2. Pengharapan yang revolusioner akan masadepan


Tidak mengherankan bahwa semenjak tahun 1530 gerakan baptis mulai berkembang lagi.
Pemimpinnya pada masa itu ialah Melchior Hoffmann. Hoffmann memasukkan pandangan
lain kedalam gerakan baptis, yakni pengharapan akan kedatangan kristus kembali dengan
segera dibumi ini untuk mendirikan kerajaan damai seribu tahun, diwaktu mana Tuhan akan
membenarkan umatnya yang teraniaya dan akan membalas segala kejahatan seturu-seteru
jemaat itu. Hoffmann sendiri belum menghendaki pemberontakan dalam masyarakat.

Kota Strasburg dianggap Hoffmann sebagai Yerusalem baru yang akan datang itu. Selama 10
tahun ia ditahan dalam penjara di Strasburg, yakni sampai ajalnya ia menantikan datangnya
kerajaan seribu tahun itu. Tetapi khotbah dan ajarannya disebut dimana-mana dengan penuh
kesukaan, terutama dibelanda. Jan Matthijsz dari Haarlem, seorang tukang roti, berkhotbah
bahwa orang-orang percaya sendiri wajib dengan segera mewujudkan kerajaan Allah yang
akan datang, dengan mempergunakan segala daya upaya yang ada padanya. Ia menganggap
dirinya sendiri sebagai penjelmaan nabi Henokh. Pada golongan Anabaptis di jerman-Barat
merebut kuasa di Munster (1534). Banyak penduduk injili dan katolik Roma mengungsi dari
kota itu. Mereka terus digantikan oleh orang Anabaptis dari belanda dan lain-lain daerah yang
membanjiri Munster. Jan Matthijsz pun pindah ke munster, karena disitulah Yerusalem Baru
akan didirikan! Seorang tukang tenun, Knipperdolling namanya, dipilih menjadi walikota. Ia
terus
3. Mistik perseorangan
Pada umumnya boleh dikatakan bahwa taurat dipentingkan sekta-sekta baptis lebih dari pada
mistik. Oleh karena mistik itu selamanya bersifat perseorangan (individualistis), sudah tau
bahwa hanya beberapa oknum saja yang disebut selaku orang mistik dalam golongan baptis,
yaitu sebastian frank dan kaspar schwenkfeld, yang hidup di jerman selatan, daerah “sahabat-
sahabat Tuhan . frank menganggap, “terang batin” lebih penting dari Alkitab, gereja dan
sakramen, yang dipandang perkara lahiriah saja, “sebab hukum yang ditulis mematikan,
tetapi roh menghidupkan” (II Kor 3:6)! Dasar mistik Franck itu memanglah tak lain dari pada
dasar segala mistik, yakni paham Allah yang pantheistis dan paham dunia yang dualistis,
paham mana berbeda jauh dengan pandangan Alkitab tentang relasi Alkitab dan manusia.
Schwenkfeld lebih mementingkan persekutuan orang Kristen, tetapi persekutuan yang
ditunjukannya itu bukanlah gereja, melainkan kumpulan-kumpulan orang yang sehati sepakat
saja.

BAB 37
CALVINISME

Sifat khas Calvin hendaknya kita periksa lebih dalam:


1. Pembenaran dan Predestinasi. Kepercyaan Calvin sama dengan apa yang Luther
percayai. Mereka percaya orang dibenarkan oleh karena Yesus Kristus dan hanya oleh iman.
Predestinasi bukanlah ajaran pokok dari teologia Calvin. Dalam Institutio pokok predestinasi
diuraikan Calvin sebagai tambahan kepada uraiannya tentang penerimaan keselamatan oleh
manusia. Predestinasi memberi kepadanya satu-satunya keterangan bahwa ada dua jenis
manusia: yang menerima Firman rahmat Tuhan dan yang menolaknya. Dibelakang keputusan
manusia itu terdapatlah keputusan Allah sendiri, yang memilih atau membuang. Disamping
itu predestinasi dipandang Calvin selaku dasar yang mesti ada untuk ajaran pembenaran.
Menurut Calvin keselamatan kita tidak bergantung kepada iman kita yang kurang murni dan
tetap, tetapi berdasarkan keteguhan kepada kesetiaan Tuhan yang kekal dan yang tidak dapat
berubah. Kita harus menerima pembenaran kita dari tangan Tuhan dengan iman yang sejati;
hanya dengan itu dapatlah kita beroleh kepastian tentang hal, apakah kita terpilih atau tidak.
Kristus adalah cermin dan kita harus menunjukkan mata kita untuk mengetahui apakah kita
terpilih atau tidak.
2. Predestinasi dan Tangung-Jawab. Calvin tiba pada masalahnya yaitu bagaimana
predestinasi Allah dapat disesuaikan dengan keberdiri-sendirian dan tanggung jawab
manusia. Ini adalah persoalan sukar bagi Calvin, itu sebabnya ia menghubungkan
predestinasi dengan takdir Allah yang am dan dalam hal itupun ia berpendapat bahwa segala
perbuatan manusia, juga yang salah, dipimpin oleh Allah. Allah poko dosa? Dan manusia
tidak bertanggungjawab atas perbuatannya? Kesimpulan yang seprti ini ditolak Calvin. Ia
mengingatkan orang kepada rahasia wujud dan perbuatan Allah yang tidak dapat dipahami
oleh akal budi kita, dengan menunjuk kepada Roma 9:20. Akan tetapi ajaran Calvin itu
mengakibatkan bahwa dikemudian hari teologia Calvinis seringkali terlalu mengutamakan
predestinasi, sehingga hal itu menggelapkan ajaran Alkitab tentang penawaran Injil dan
tanggungjawab manusia terhadapnya, entah Injil itu diterima atau ditolaknya.

3. Kehormatan Allah. Calvin mengutamakan keagungan dan kuasa Allah yang tidak terikat
kepada barang apapun. Manusia yang hina dan cemar, dengan keberatan-keberatan akal
budinya dan dengan amal dan jasanya yang tak berharga, hanya berdiam diri dengan malu
dan gentar. Oleh karena itu Calvin selalu mengemukakan “kehormatan Allah” atau
“kemuliaan Allah”. Poko predestinasi, penebusan dan pengudusan umat pilihan Tuhan, pada
hakekatnya tidak lain daripada jalan untuk mewujudkan pula kehormatan Allah di dalam
surga dan bumi.

4. Kehormatan Allah dan Pengudusan Manusia. Menurut Calvin manusia dipanggil untuk
menyerahkan segenap hidupnya dan segala tenaga dan bakatnya untuk memuliakan Tuhan.
Calvin mementingkan pengudusan hidup orang-orang percaya dan disamping iman yang
murni ia mengutamakan amal-amal yang memang menjadi buah dan hasil yang sewajarnya
dari iman itu. Maksud amal-amal itu semata-mata untuk membesarkan dan memuji nama
Allah yang maha kudus dan maha agung. Calvin menekankan akar pembenaran yaitu
predestinasi dan buah pembenaran yakni pengudusan.

5. Gereja dan Tatagereja. Tata Gereja Calvin ialah usahanya untu membebaskan Gereja
dari campur tangan pemerintah. Gereja Calvinis yang tidak bergantung kepada pemerintah
tumbuh dan mempertahankan diri juga pada waktu aniaya dan penghambatan. Mereka
memerintah diri sendiri , karena mengetahui bahwa sebetulnya Kristuslah satu-satunya
pemerintahan yang penuh.

6. Perjamuan Kudus. Dalam pasal Perjamuan Kudus, Calvin mencoba menghubungkan


kebenaran yang terdapat dalam pandngan-pandangan pembaru-pembaru yang bertantangan.
Calvin sama dengan pendapat Luther, yang mengatakan “perjamuan itu adalah pertama-tama
suatu pemberian Allah dan bukan suatu perbuatan pengakuan manusia, roti dan anggur
bukanlah hanya lambang saja , tetapi alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah
Kristus yang sebenarnya kepada kita. Akan tetapi tubuh itu yang telah mati dan bangkit
untuk kita, kini ada di dalam surga menurut ajaran Calvin . Disana itu tubuh terbatas juga,
sama sepert dibumi. Menurut Calvin, roti dan anggur tidak boleh dianggap sama dengan
tubuh dan darah yang didalam surga melainkann harus dipandang sebagai tanda dan materai
anugerah dan kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus. Calvin menjelaskan sebagaimana orang
percaya it sungguh menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, pada saat itu juga ia sungguh
dihubungkan dengan Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang disurga, yaitu tubuh yang
menaru kebebasan dan hidup yang kekal.

7. Pertikaian kedua tentang Perjamuan. Pada tahun 1552 ajaran Calvin diserang diserang
hebat oleh Joachim Westphal yang menyamakan pandangan Calvin dengan ajaran Zwingli,
dan banyak orang Jerman yaitu pengikut Luther yang mendukung Westphal dan mereka
mengganggap Calvin sebagai penyesat. Jangka waktu yang cukup lama barulah Calvin
menjawab dengabn tajam dan pajit sehingga sempurnalah perpisahan pihak Lutheran dan
Calvinis. Sampai saat ini kedua bagian reformasi ini semakin berjauhan.

8. Gereja dan Pemerintah. Calvin menaruh minat istimewa antara Gereja dan pemerintah.
Dialah yang pertama diantara para reformator Gereja yang membedakan kedua kuasa itu
secara tegas. Calvin menuntut kebebasan Gereja sepenuhnya dari negara, berdasarkan
hubungan mutlak antara Gereja dan Tuhannya. Sebab pemerintahpun wajib takluk kepada
pemerintah Allah. Pemerintah harus melakukan tugasnya dilapangannya sendiri dengan
menjalankan keadilan dan menjamin kehidupan yang aman bagi semua penduduk negeri.
Pemerintah wajib tunduk kepada Firman Allah, bilamana pemerintah melawan atau
mencegah penyiaran Injil, rakyat boleh bangkit melawan pemerintah itu, pemberontakan itu
harus dipimpin oleh perwakilan rakyat atau raja yang sah.

BAB 38
CALVINISME

1. Pembenaran dan predestinasi. Kepercayaan Calvin tidak lain daripada pusat


kepercayaan Luther, yakni pembenaran orang berdosa oleh karena Yesus Kristus, hanya oleh
iman saja. Calvin juga lebih mendekati ajaran Zwingli yang mengutamakan ajaran
predestinasi, yaitu keyakinan bahwa hal kita percaya atau tidak percaya itu semata-mata
akibat dari takdir Allah yang kekal. Calvin tidak takut memikirkan soal predestinasi yang
muskil itu. Ia tidak memperhatikan dan memikirkannya secara filsafat, melainkan
berdasarkan Alkitab saja. Maka dari itu, tidak benarlah anggapan umum bahwa predestinasi
adalah “ajaran pokok” dari sitem teologia Calvin, karena bukanlah suatu dogma yang abstrak
yang menjadi pusat pikiran Calvin, melainkan Yesus Kristus sendiri, yang berbicara kepada
kita dengan FirmanNya.
Pertama-tama, predestinasi memberi kepadanya satu-satunya keterangan yang
sungguh memuaskan tentang kenyataan di dunia ini, bahwa ada dua jenis manusia: yang
menerima Firman Tuhan dan yang menolaknya. Di belakang keputusan manusia itu
terdapatlah keputusan Allah sendiri, yang memilih atau membuang. Tetapi di samping itu,
predestinasi dipandang Calvin selaku dasar yang mesti ada untuk ajaran pembenaran.
Bukankah ajaran ini menjelaskan bahwa orang berdosa tidak sanggup menyumbnagkan apa-
apa, biar sedikitpun atas keselamatannya, melainkan keselamatan itu adalah semata-mata
rahmat Tuhan saja? Jikalau begitu, memang kepercayaan kepada pembenaran juga bukanlah
amalan orang yang berdosa itu sendiri. Kepercayaan itu juga tidak lain daripada pemberian
Allah saja. Keyakinan akan hal itu mengaruniakan suatu penghiburan yang tak terperi kepada
hati yang bimbang. Sekarang kita mengerti bahwa keselamatan kita tidak bergantung kepada
iman yang kurang murni dan tetap, tetapi berdasarkan teguh-teguh kepada kesetiaan Tuhan
yang kekal. Tidak seorang pun yang merebut milikNya dari tanganNya. “Kristus adalah
cermin yang kepadanya kita harus menunjukan mata kita, jikalau kita mau mengetahui,
apakah kita terpilih atua tidak, kata Calvin”
2. Kehormatan Allah. Rahmat Tuhan yang mengampuni segala dosa karena darah
Yesus Kristus, itulah penemuan Luther yang besar, yang melepaskan dia dari segala
ketakutan dan pergumulan batin. Sebaliknya, Calvin mengutamakan keagungan dan kuasa
Allah yang tidak terikat kepada barang apapun. Di hadapan kebesaran dan kekudusan Tuhan,
manusia yang hina dan cemar, dengan keberatan-keberatan akal budinya dan dengan amalan
dan jasanya yang tak berharga, hanya dapat berdiam diri dengan malu dan gentar. Oleh
karena itu, Calvin selalu mengemukakan “kehormatan Allah”. Allah adalah raja bagi yang
diciptakanNya. Maksud dan tujuan segala sesuatu yang ada bukanlah manusia atau kebebasan
dunia, melainkan kemuliaan Allah sendiri saja. Hanya Allah saja yang menjadi satu-satunya
pusat iman dan ilmu teologia.

3. Kehormatan Allah dan pengudusan manusia. Menurut Calvin manusia


dipanggil untuk menyerahkan segenap hidupnya dan segala tenaga dan bakatnya untuk
memuliakan Tuhan di mana-mana. Calvin juga mementingkan pengudusan hidup orang-
orang percaya dan di samping iman yang murni ia mengutamakan amal-amal yang memang
menjadi buah dan hasil yang sewajarnya dari iman itu. Maksud amal-amal semata-mata untuk
membesarkan dan memuji nama Allah yang kudus.
Perbedaan Luther dan Calvin juga tampak pada Kesepuluh Hukum. Bagi Luther,
taurat Tuhan menjadi sumber pengetahuan kita tentang besar dan beratnya dosa-dosa kita,
padahal Calvin memandang taurat itu sebagai peraturan dan penuntun bagi hidup baru di
dalam iman, yang memimpin orang percaya ke jalan penyesalan dan pertobatan, penderitaan
karena Kristus dan penyangkalan diri. Jadi beda Luther dan Calvin dalam hal ini hanyalah
beda tekanan saja. Luther menekankan pusat iman, yakni pembenaran, dan Calvin
menekankan akar pembenaran, yaitu predestinasi, dan buah pembenaran yakni pengudusan.
4. Gereja dan tatagereja. Anggapan Calvin tentang wujud Gereja tentulah bertalian
dengan apa yang diterangkan di atas. Luther lebih banyak memandang Gereja itu secara
obyektif, yakni sebagai tempat yang diberikan oleh Tuhan, di mana kabar Injil tentang
pembenaran manusia oleh anugerah Tuhan diberitakan di dalam khotbah dan sakramen.
Tetapi Calvin mengingat akan panggilan orang-orang percaya, sebab itu baginya Gereja
Kristus bukan hanya tempat yang obyektif, untuk pemberitaan keselamatan, tetapi juga secara
subyektif, Gereja menjadi persekutuan orang-orang percaya dengan Kristus.
Dengan tegas Calvin menerangkan bahwa Gereja yang benar, dapat dikenal dari dua
ciri, yakni pemberitaan Firman menurut Alkitab dan pelayanan sakramen, sesuai dengan
kehendak Kristus, dan kedisiplinan sudah menjadin ciri mutlak untuk Gereja yang benar.
Maksud disiplin dalam Gereja Calvin adalah supaya membentuk suatu persekutuan orang
percaya yang taat dan setia kepada pemimpinnya dan yang rela berjuang bagi perkembangan
hormat dan kemuliaan Tuhan di dunia ini.
Suatu pokok yang amat penting dalam tatagereja Calvin adalah usahanya untuk
membebaskan Gereja dari campur tangan pemerintah. Gereja harus bebas sama sekali dari
penguasa di dunia, jikalau kristokrasi mau diwujudkan di dalamnya. Tetapi pada waktu itu
Luther telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada pemerintah, akibatnya Gereja Lutheran
semakin melemah dari perlindungan dari pihak pemerintah bahkan hilang. Akan tetapi Gereja
Calvinis yang tidak bergantung kepada pemerintah tumbuh dan mempertahankan diri pada
waktu dianiaya dan penghambatan. Mereka memerintah diri sendiri, karena mengetahui
bahwa sesungguhnya Kristuslah satu-satunya pemerintah mereka.
5. Perjamuan kudus. Pada hakikatnya Calvin memihak kepada Luther karena bagi
Calvin juga Perjamuan itu ialah pertama-tama suatu pemberian Allah dan bukan suatu
perbuatan pengakuan manusia. Roti dan anggur bukanlah hanya lambang saja, tetapi alat
yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus yang sesungguhnya kepada kita.
Akan tetapi tubuh itu yang telah mati dan bangkit untuk kita, kini ada di dalam surga.
Ajaran Luther bahwa tubuh Kristus yang dipermuliakan itu, dapat hadir di mana-
mana, di tolak oleh Calvin, karena dengan demikian tabiat manusiawi Kristus yang
sebenarnya diserang. Oleh karena itu roti dan anggur itu sendiri tidak boleh dianggap sama
saja dengan tubuh dan darah yang ada di dalam surga itu, melainkan harus dipandang sebagai
tanda dan materai anugerah dan kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Bertentangan dengan Luther, Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan
oleh tanda itu. Ia menjelaskan bahwa: sebagaimana orang yang percaya itu sungguh
menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, demikianlah pada ketika itu juga ia sungguh
dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang di surga, tubuh mana menaruh
kebebasan dan hidup yang kekal. Demikianlah diadakan persatuan rohani antara Kristus
dengan orang percaya.

BAB 39
TIMBULNYA KONTRA-REFORMASI
1. Wujudnya. Pembaruan gereja oleh luther bukan saja penting bagi kaum protestan , tetapi
juga bagi gereja Katolik Roma karena Lutherlah yang telah memaksa Gereja itu
menyadari keadaannya dan membersihkan rumahnya sendiri. kendatipun segala nasehat
dan uraian Luther tentang kebusukan Gereja K.R. pada masa itu, tetapi masih lama lagi
sampai para pemimpin Roma mulai mengerti sedikit akan ajaran Paulus, seperti yang juga
di kemukakan oleh Luther itu. Di Trente Gereja K.R. memilih jalan yang kedua, yang
sesat itu. gereja itu menutup telinganya terhadap suara panggilan Firman Tuhan,
meskipun rupa-rupa aib dan keburukan di perbaikinya. Umumnya gereja K.R.
meneruskan jalannya yang lama, dengan sikap dan semangat yang lebih fanatic lagi untuk
membinasakan ajaran reformasi. Tindakan dan aksi baru yang hebat dari pihak Gereja
Roma itu di sebut “kontra-reformasi”. Lama-kelamaan gerakan itu mengakibatkan suatu
pergumulan katolik Roma dengan negeri-negeri injili.
2. Suasana di Spanyol dan Italia. Negeri pemimpin kontra-reformasi ialah spanyol, yang
kuasanya juga terasa di lapangan politik pada abad ke-XVI di bawah pemerintahan kaisar
karel V dan anaknya, raja Philips II. Gereja Negara di spanyol selalu melayani paus-paus
di Roma dengan gembira. Inkwisisi di lakukan oleh Negara atas nama Gereja dengan
sangat keres dan bengis terhadap segala gerakan rohani yang di anggap penyesat.
Di Italia suasana pada masa reformasi tahun 1520 di sana mundur sekali hidup
kerohanian dan kebajikan Gereja, tetapi di sana juga terdapat beberapa golongan yang
mengindahkan mistik dan yang di pengaruhi oleh paulus maupun oleh humanism, dan yang
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk merawat badan Gereja yang sakit.
Dalam pada itu semangat fanatic spanyol juga mulai memasuki Italia. Pada tahun
1542 Paus memutuskan untuk merergonisasi jabatan inkwisisi dengan menaruhnya di bawah
perintah paus sendiri. Gereja tua itu menolak kritik Luther terhadap Gereja atas Firman Allah,
sambil membalas kritik itu paksaan dan perang.
3. Konsili Trente. Akan tetapi Gereja Katolik Roma mengerti bahwa Inkwisi dan pelawanan
bersenjata belum mencukupi. Perlulah di adakan suatu dasar hulum untuk menghambat
kaum injili. Ajaran reformasi berlainan dari anggapan dan perasaan umum Gereja abad-
abad pertengahan, tetapi pandangan itu belum di sahkan selaku ajaran resmi Gereja K.R.
Tambahan pula, kaisar karel V sudah lama mendesak paus mengadakan suatu konsili
yang dapat mendamaikan pertentangan-pertentangan di jerman. Tetapi oleh sebab paus
bermusuhan dengan kaisar di lapangan politik, konsili itu di tunda-tunda, akhirnya paus
menyetujuinya dan pada tahun 1545 berhimpunlah suatu sinode besar di Trente, kota
terselatan di kekaisaran jerman. Pada tahun 1547 paus memindahkannya ke Bologna (italia)
di daerahnya sendiri sampai tahun 1549. Dari tahun 1551 hingga 1552 mereka berkumpul
lagi di trente dan lagi pada tahun 1562-1563. Konsili takluk sama sekali kepada kuasa paus,
pada hal paus sendiri tidak terikat kepada konsili. Pada akhirnya persidangan-persidangannya
konsili memohon kepada paus supaya mengasahkan keputusan-keputusan yang di ambil oleh
konsili. Kaum konsiliaris masih cukup kuat untuk mencegah penetapan dogma itu hal itu
berlaku pada tahun 1870.
4. Gereja katolik Roma pada persimpangan jalan. Luther hanya mengaku satu kuasa dalam
gereja, yakni kuasa ilahi Alkitab, bukan kuasa tradisi Gereja. Trente mengajarkan bahwa
Alkitab dan tradisi Gereja adalah dua sumber kuasa ilahi yang setara. Keputusan trente
sangat penting akibatnya, karrena jikalau Gereja mengaku kuasa kedua di samping
Alkitab , yaitu tradisi , maka sudah tentu dalam praktek bahwa tradisi itu menjadi kuasa
baru di atas Alkitab. Alkitab di anggap huruf yang mati dan kurang terang, yang harus di
artikan oleh tradisi Gereja yang hidup. Gereja sendirilah yang mengandung kebenaaran
atau hanya pemberita saja dari kebenaran, yang terkandung dalam Alkitab yang berkuasa
atas Gereja dangan berkatnya dan hukumannya.
Sekarang tidak mengherankan lagi bahwa ajaran Luther tentang keadilan yang di
karuniakan oleh Tuhan, dan tentang pembennaran hanya oleh iman saja, di kutuki oleh
konsili trente, walaupun kedengaran juga suara lain, yaitu dari pihak ordo Augustin, tetapi
keberatan mereka tidak di indahkan, sebab sudah sekian lama surat-surat paulus maupun
kitabAugustinus di tafsirkan menurut tradisi Gereja yang bersifat lain.
Dengan keputusan dan kutuknya ( anathema ) yang demikian trente telah menutup
jalan pembaruan dengan definitive. Sejak itu segala kritik yang berdasarkan Alkitab di tolak
Gereja K.R. jikalau sekarang ia mau bertobat juga, maka hal itu berarti bahwa ia harus
menyangkal dan meniadakan wujud sendiri, dan itu tidak di kehendakinya.
Keputusan-keputusan Trente yang amat penting itu mengurangi harga beberapa
perbaikan yang di setujui oleh konsili itu. organisasi dan keuangan Gereja di betulkan
seperlunya. Kebanyakan peraturan perbaikan itu hanya di laksanakan separuhnya atau
perlahan-lahan.
5. Ignatius dari Loyola. Semenjak Trente, Gereja katolik Roma bersiap untuk mangangkat
perang melawan kaum protestan. Tetapi untuk melangsungkan peperangan yang
demikian, belum cukup hanya dengan mengumumkan resolusi-resolusi sesuatu sinode
yang di butuhkan ialah orang yang mau menyumbangkan segala tenaganya kepada kuasa
dan kebesaran Gerejanya, sambil mengurbankan segenap dirinya untuk mencapai
terlaksananya cita-cita itu.
Ignatius lahir pada tahun 1491 dari keluarga bangsawan di spanyol utara. Ketika
tentara spanyol mempertahankan sebuah benteng dalam peperangan dengan perancis (Karel
V dan Frans I bermusuhan pada waktu itu. pada tahun 1521, Ignatius berjuang dengan segala
keberanian. Hanya dengan hidup yang demikian jiwanya dapat di pusatkan. Sejak sakitnya
itu, Ignatius mengubah haluan hidupnya dengan kehendak yang kuat sekali. Kemudian ia
melihat khayal yang ajaib, tetapi segala sesuatu di paksanya untuk melayani satu maksud
yang mulia saja, yaitu melakukan perbuatan perbuatan besar bagi Allah dan Gereja.
Sesudah mengunjungi Tanah suci dan menyerahkan diri beberapa lamanya kepada
pengalaman dan penggembalaan jiwa, Ignatius memutuskan untuk mulai menuntut ilmu,
walaupun usianya sudah 33 tahun.
Pada tahun 1534 mereka itu bersama-sama bernazar untuk pergi ke palestina buat
menyebarkan agama Kristen di negeri itu. maka Ignatius dengan kawan-kawannya
menghadap paus ke Roma untuk menguraikan maksud dan cita-citanya. Paus terus mengerti
bahwa kegembiraan istimewa Ignatius itu sangat berfaedah bagi Gereja Roma, jikalau di
pakai dan di tunjang oleh pucuk pimpinan Gereja.
6. Ordo Yesuit. Pada abad-abad pertengahan, tiap-tiap pembangunan hidup kerohanian di
dalam Gereja roma di sertai dengan terbentuknya suatu ordo baru. Sekarang pokoknya
bukan membela kebebasan Gereja, atau memperdalam kesalehan klerus dan jemaat, atau
mengembalikan Gereja kepada kemiskinan rasuli. Untuk maksud itulah orang Yesuit
berjuang dengan sekuat-kuatnya. Oleh perjuangan melawan kaum penyesat di Eropa dan
oleh pertobatan bangsa-bangsa kafir di benua baru. Mereka berusaha mengembalikan
segala kekuasaan di dunia ini kepaada Gereja K.R. saja. hal teristimewa di sebabkan oleh
organisasi yang kuat dan rapi, yang di susun oleh Ignatius bagi ordonya dan oleh saringan
keras terhadap bakal-bakal anggota ordo itu. barulah sesudah waktu percobaan yang berat
, calon-calon di terima dalam ordo Yesuit. Orang Yesuit mengurbankan dirinya melulu
untuk tugas hidupnya, di bandingkan dengan tugas itu segala cinta kasih terhadap orang
tua, bangsa, keluarga atau handai-taulan menjadi lanyap.
Hukum pertama ialah ketaatan yang mutlak kepada paus dan jenderal. Taat seperti
bangkai yang tak mempunyai kehendak sendiri , itulah yang di tuntu dari tiap orang Yesuit.
Orang Yesuit adalah lascar Gereja, tetapi mereka juga menjadi di plomat atau ahli politik.
Teristimewa kepada abad ke-XVII kesusilaan Yesuit (moral Yesuit) memperkenalkan dirinya
dengan segala keburukannya. Maksud menyucikan daya-upaya, itulah semboyan yang
berpokok pada roh Yesuit.
Dengan organisasinya dan cara bekerjanya orang Yesuit membawa gereja K.R. yang
sudah hampir runtuh itu kepada kekuasaan dan kehormatan duniawi yang baru..
7. Kesalehan Yesuit. Rahasia kekuasaan ordo itu terdapat dalam kesalehan yang istimewa.
Ignatius telah memberi pimpinan rohani kepada kesalehan itu dengan kitabnya yang
msyur,”latihan-latihan rohani”. Maksud latihan-latihan ialah menujukkan dan
menguatkan kehendak, sehingga ia tidak takluk dengan tidak bersyarat kepada kristus dan
Gerejanya. Puncak segala latihan itu terdapat pada saat orang Yesuit mengangankan
pertempuran antara kristus selaku panglima bala surganya dengan Lucifer, raja kegelapan
itu beserta raja nerakanya.
Kesalehan jemaat yang dipropagandakan kaum Yesuit itu bercorak demikian. Di
segala tempat di mana mereka menjadi pemimpin, berkembanglah kepercayaan kepada
relikwi-relikwi dan mukjizat-mukjizat. Mereka itulah yang memajukan ibadat kepada orang-
orang kudus dan teristimewa kepada hati suci Tuhan Yesus.
8. Ignatius dan calvin. Yohannes calvin dan Ignatius de Loyola hidup dalam waktu yang
sama. Mereka itu seimbang hebatnya perjuangan merreka terhadap Gereja lawannya
untuk membela Gerejanya sendiri. arti mereka berdua berdua di dalam Gerejanya masing-
masing adalah sama, mereka membangunkan semangat gembira yang di butuhkan Gereja
dalam perjuangan politik yang hebat antara kepercayaan lama dan kepercayaan baru
untuk merebut kekuasaan di Eropa.
Akan tetapi perbedaan antara kedua orang dan gerakan ini lebih besar lagi.
Kehormatan Gereja yang di kejar oleh Yesuit itu di perlakukan seakan-akan perkara manusia,
yang wajib di wujudkan manusia dengan jalan manajuapun. Kaum Calvinis sebaliknya
bekerja dengan keinsafan bahwa hormat Allah adalah perkara Allah sendiri, yang boleh kita
layani dengan ketaatan sederhana selaku umat Tuhan.

BAB 40

PERGUMULAN POLITIK

1. Iman dan politik. Perjuangan antara iman reformasi dan iman K.R pada hakekatNya
adalah suatu perjuangan rohani, yang hanya dapat dilaksanakan dengan senjata rohani.
Akan tetapi bagi umat Kristen dieropa sudah berabad-abad lamanya iman dan pilitik itu
amat rapat hubunganNya. Bukan gereja saja, tetapi pemerintah pun tak boleh tinggal
netral terhadap soal yang terpenting bagi masyarakat Kristen, yakni agama manakah yang
benar. Jikalau dalam suatu negeri ada bertentangan dua macam kepercayaan, maka
pemerintahnya harus menentukan sikapnya, agama mana yang disokongnya dan yang
mana harus ditindasnya. Sebab itu pertikaian antara pihak K.R dan reformasi mustahil
terbatas hanya pada lapangan gereja saja dengan tidak menular kelapangan politik. Oleh
karena itu soal yang harus dipecahkan dieropa pada bagian kedua abad ke XVI, mengenai
suapakah nanti memperoleh kekuasaan politik, raja dan pemerintah K.Rkah atau raja dan
negeri injili. Semua raja itu bermaksud untuk membawa gerejanya kepada kemenangan,
tetapi maksud yang indah itu sudah tentu bercampur juga dengan cita-cita memperluas
kekuasaan negerinya dan keluarganya.

Dieropa utara dan selatan kedudukan politik itu tak sukar, karena di Skandinavia
timbul gereja Negara Lutheran, sedang dispanyol dan italia tidak ada golongan lain yang
berani dan sanggup menentang kuasa gereja K.R oleh karena itu peperangan antara roma dan
reformasi sudah tentu dilangsungkan dinegeri eropa tengah. Pada pihak K.R perjuangan bagi
imam itu digabungkan dengan perjuangan keluarga Habsburg untuk merebut kuasa dunia
bagi spanyol. Dengan itu Philips II, putera kaisar karel V, menjadi pemimpin politik kontra
reformasi, ibukota spanyol, Madrid, menjadi markas besar bagi pehlawan gereja katolik roma
terhadap reformasi dan dimana-mana orang Yesuit menghasut. Pergumulan yang hebat itu
mulai pada tahun 1559, ketika kedua kerajaan katolik roma spanyol dan perancis akhirnya
berdamai. Dan peperangan agama itu berhenti untuk sementara pada tahun 1588, tatkala
serangan besar dari spanyol ke inggeris telah gagal lantaran kalahnya “armada besar”.

2. Reformasi di perancis. Sejak abad ke XV dan terutama sedudah tahun 1516, Negara
berkuasa besar di dalam perkara gereja di perancis. Itulah sebabnya raja Frans I (1511-
1547) menginginkan supaya gereja K.R tinggal kuat, agar ia boleh memakainya untuk
maksud politiknya. Oleh karena itu segala orang sekta, teristimewa golongan Lutheran,
berulang-ulang dihambat di bawah pemerintahannya, sehingga banyak orang injil yang
dibakar dan banyak pula yang terpaksa lari, di antaranya Calvin. Sungguhpun demikian,
Frans I tidak membenci kaum injili, malahan perhimpunan orang humanis yang menaruh
simpati terhadap pembaharuan gereja, dilindungi raja dan disokong oleh adiknya yang
baik hati, Margareta dan Navarra.

Pada waktu pemerintahan putera Frans, Hendrik II (1547-1559), penganiayaan


diperhebat atas desakan permaisurinya, Catharina de Medicis, seorang puteri italia. Tetapi
segala aniaya itu tak dapat memadamkan semangat golongan reformasi. Gerakan injili itu
makin lama makin dipengaruhi oleh Calvin dari Jenewa, yang dengan tak berkeputusan
memberi pimpinan dengan suratnya, karangannya dan pertemuannya dengan pemuka gereja
injili diperancis, yang datang mengunjunginya di Jenewa. Demikianlah Calvin mengajak dan
meneguhkan semua saudara yang lemah, serta menggembirakan dan menghiburkan mereka
sekalian. Keberanian dan ketekunan pengaku injili di perancis itu amat indah.

Pada waktu itu mereka mualai disebut “Hugenot” penghambatan memaksa jemaat
protestan untuk berorganisasi, menurut contoh Jenewa.dan pada tahun1559 segenap gereja
perancis yang dibawah salib (artinya yang mendapat bagian dari kesengsaraan TuhanNya)
berhimpun diparis dalam sinode nasional pertama. Pada sinode itu ditetapkan suatu
pengakuan iman (Confesio Gallicana), menurut rencana yang dikirim calvin. Disusun suattu
tata gereja, yang meluaskan dan menyempurnakan hukum gereja Calvinis jenewa dengan
peraturannya yang menggabungkan semua jemaat dalam satu badan gereja nasional tak ada
jemaat yang boleh memerintah jemaat lain, segala perkara yang mengenai gereja pada
umumnya atau yang tidak dapat dibereskan oleh tiap jemaat sendiri, harus diputuskan
disinode provinsi atau nasional sinode adalah perwakilan jemaat, dan terdiri dari pendeta dan
penatua. Bertentangan dengan system hierarkhis (bertingkat) gereja K.R dan dengan
perwalian gereja Lutheran oleh Negara. Maka tata gereja Calvinis menjunjung keberdiri
sendirian (kemandirian) dan pemerintahan sendiri untuk jemaat inilah organisasi gereja
secara presbiterian.

3. Perang-perang Hugenot. Pada masa itu juga beberapa keluarga bangsawan tinggi,
bahkan diantaranya terdapat keluarga raja, telah pindah ke agama prostestan. Wakilnya
yang ternama ialah laksamana Caspar de Coligny, yang menjadi pemimpin kaum
bangsawan injili.mulai sekarang gerakan reformasi itu menjadi suatu partai politik, yang
terseret masuk kedalam pertikaian golongan bangsawan tinggi untuk merebut kekuasaan
diperancis. Keluarga De Guise memimpin partai bangsawan katolik roma. Perjuangan
partai itu menjadi mungkin karena kelemahan pemerintah pusat sesudah tahun 1559
dibawah pimpinan raja yang muda, karel IX. Ibu suri Catharina de medicis, seorang yang
cerdik dan yang kepada katolik roma fanatic,amat berpengaruh di istana.

Kaum injili diperancis hanya dapat luput dari penghambatan dengan mengangkat
senjata untuk merebut pimpinan politik. Pada tahun1562 mulai perang Hugenot, yang
berlangsung dengan terputus sampai tahun 1598. Pada tahun 1570 orang hugenot agak
mendapat kebebasan bahkan pada tahun1571 mereka sudah mempunyai pengaruh besar di
istana raja oleh karena de Coligny. Lantas catharina de medicis, yang mulai kuatir tentang
pengaruhnya sendiri bermupakat dengan golongan bangsawan K.R untuk mematikan gerakan
hugenot dengan sekaligus di bulan agustus 1572 dirayakanlah pesta perkawinan adik raja
puteri margareta dengan putera hendrik dari Navarra Bourbon, seorang hugenot. Banyak
orang bangsawan hugenot diundang keperancis untuk menghadiri pesta yang amat ramai itu.
pada “malam bartolomeus” (24 agustus), de guise dengan pengiringnya menyerbu kaum
hugenot, atas desakan catharina. Beribu orang protestan, di antaranya de Coligny dibunuh
pada “perkawinan darah” itu, dan sesudah itu lagi berlaksa-laksa orang diseluruh perancis,
desertai pembakaran dan perampas. Inilah suatu peristiwa yang paling keji dalam sejarah
kontra reformasi, yang menimbulkan ratapan dan tangisan disegala negeri protestan, tetapi
diroma dan Madrid pembunuhan raksasa itu amat dipuji dan dirayakan dengan keramaian
besar paus menyampaikan hormat dan syukurnya kepada pembunuh itu.

Pada waktu berikutnya kedudukan golongan hugenot amat sukar, teristimewa oleh
hasutan dan tipudaya rahasia orang Yesuit. Akan tetapi pada tahun 1589 nasibnya yang
malang itu berubah, karena hendrikdari Navarra, yang luput dari “malam bartolomeus” dan
yang menjadi penganjur partai hugenot, naik tathta perancis selaku hendrik IV. Ia
memungkiri agamanya pada tahun 1593 dengan masuk katolik roma lagi supaya ia diakui
raja oleh kota paris, yang tidak mau membuka pintunya untuk seorang raja prostestan. Tetapi
pemerintahannya membawa untung dan berkat juga bagi kaum Calvinis. Hendrik
menghentikan segala pertumbuhan darah penganiayaan bahkan pada tahun 1598 ia
mengeluarkan edik nantes, yang menginzikan orang protestan hidup dan bergerak dengan
bebas pada tempat kediamannya sertai mengakui mereka adalag warganegara yang
mempunyai hak dan pengadilan sendiri. demikianlah kaum Calvinis perancis tinggal hidup di
antara rakyat K.R dan dibawah pemerintahan K.R. sebagai segolongan prostestan kecil, yang
seakan-akan merupakan negaranya sendiri di dalam Negara besar. Mereka Cuma
sepersepuluh bagian dari rakyat di antaranya adalah orang terpelajar, bangsawan atau tukang
yang pandai maka pengaruhnya besar juga di dalam masyarakat perancis.

4. Timbulnya gereja Anglikan. Di inggeris pembaruan gereja berlaku dengan jalan yang
berlainan sekali. Walaupun sisa-sisa pengaruh Wilclif dan aliran humanities yang kuat
adalah merupakan jabatan kepada pemberitaan Luther, semua bangsa inggeris yang
konservatif itu tidak gampang menerima reformasi, kebanyakkan orang bersikap sebagai
Erasmus terhadap Luther. Pada masa itu Inggeris diperintah oleh raja Hendrik VIII (1509-
1547) yang ingin memutuskan nikahnya dengan catharina dari aragon, supaya boleh
kawin dengan seorang wanita di istananya. Yakni Anna Boleyn. Tatkala paus tak mau
mengizinkan perceraian itu, raja mengambil keputusan untuk memisahkan gereja Inggeris
dari gereja roma. Gereja Inggeris sudah lama mempunyai ikatan yang erat dengan
pemerintah Negara, sekarang raja sendiri yang menjadi kepala gereja. Mulai waktu itu
paus tidak berkuasa lagi atas gereja Inggeris ia hanya diakui selaku uskup roma saja.
Segala perlawanan di inggeris terhadap tindakan Hendrik VIII itu itu ditindas dengan
kekerasan oleh raja. Perkawinannya sekarang diputuskan, biara dibubarkan dan sejak
milik biara yang banyak itu disita oleh Negara. Demikianlah terbentuknya gereja Negara
anglikan pada tahun 1531 dan yang berikut.

5. Pertikaian tentang roh gereja anglikan. Siapa yang menyanggah pemerintahan paus,
sudah tentu merapati golongan protestan. Akan tetapi hendrik VIII sungguh tak mau
menapak (mengikutu jejak) luther. Maklumlah bahwa ia sendiri sudah pernah menyerang
theologia Luther dengan membela ketujuh sakramen gereja katolik roma segala ajaran
dan adat gereja katolik dipertahankannya dengan tangan besi.sampai dikenakannya
hukuman mati kepada tiap orang yang hendak membarui gereja lahir barin menurut
contoh Luther pada khotbah bertambah besar.

Dibawa pemerintahan putera hendrik, eduard VI (1547-1553) partai injili mendapat


kemenangan. Misa diganti dengan perayaan perjamuan kudus, sama seperti gereja Lutheran.
Pada tahun 1549 parlemen menerima dan mengesahkan kitab tatacara kebaktian yang disebut
“Book of common prayer” (kitab doa umum). Kitab itu dikarang dalam bahasa inggeris dan
dipakai sekarang, baik dalam kebaktian umum, maupun dalam kumpulan kekeluargaan. Pada
masa itu jaga bnyak orang protestan lari mencari perlindungan ke inggeris karena dihambat
dalam negerinya sendiri, misalnyadari jerman (antara lain Butzer dari Strasburg) berhubung
dengan interim dan dari belanda. Dengan perantaraan orang pelarian itu maka calvin mulai
mempengaruhi kaum protestan di inggeris, pengaruh mana masih dikuatkan oleh
korespondensi calvin dengan raja dan pembesar pemerintah inggeris. Sebagai hasil hubungan
dengan jenewa itu maka pada tahun 1552 sisi K.R . dikeluarkan dari kitab doa tadi. Dan
terbitlah suatu pengakuan iman yaitu 42 pasal yang sifatnya campuran Lutheran calvin.

Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Sesudah eduard diangkat pada tahun 1553
(ia baru berumur 16 tahun) takhta inggeris jatuh kepada maria tudor yang bergelar “maria
penumpah darah”. Maria ini adalah puteri tunggal hendrik VIII dari pernikahannya dengan
Catharina karena pembuangan ibunya sejak kecilnya sudah banyak menderita sekarang maria
mulai membalas segala sengsara dan penghinaan itu dengan membalikkan gereja inggeris
kebawah kekuasaan paus maria kawin dengan raja Philips II dari spanyol banyak pemuka
reformasi di inggeris dibakar hidup dan banyak pula yang lain terpaksa lari. Rakyat amat
membenci tindakan ratunya yang bengis itu. untunglah pada tahun 1558 maria, menumpah
darah itu mangkat dalam kemandulannya.

Penggantinya ialah Elisabeth (1558-1603) , puteri hendrik dan anna Boleyn. Tidak
mengherankan bahwa Elisabeth cenderung kepada pihak reformasi. Kitab doa umum
diizinkannya pula, dan kuasa raja atas gereja ditetapkannya hanyalah kuasa itu tidajk
mengenal ajaran gereja. Sekarang banyak orang K.R lari ke luar negeri dan banyak orang
pelarian injili kembali ke inggeris. Lambat laun gereja anglikan berkembang menjadi suatu
gereja protestan. Pada tahun 1563 disahkanlah “39 pasal” yang bersemangat calvinis itu
menjadi surat pengakuan resmi gereja anglikan sampai kini. Akan tetapi ucapan dan
organisasi lahiriah gereja tidak dibaharui. Sehinnga terjadi pertentangan antara ajaran gereja
dengan bentuk lahiriahnya sebenarnya gereja anglikan tidak hidup dengan pengakuannya
melainkan dari kitab doa umumnya. Dan hal itu berate bahwa ia melayang-layang di antara
gereja reformasi dan gereja katolik.
6. Reformasi di skotlandia. Pada abad ke XVI skotlandia masih merupakan kerajaan yang
berdiri sendiri. sejak tahun1527 reformasi telah berpengaruh juga disana terkadang
mengalirlah darah orang injili yang mati syahid karena soal “pembenaran oleh iman saja”.
Mulai tahun 1550 semangat calvin menguasai hati rakyat dan kaum bangsawan seraya
menggembirakan mereka untuk berjuang dengan berani bagi pembaharuan gereja jemaat
injili diorganisasi menurut contoh jenewa. Golongan bangsawan menuntut, supaya
pemerintah sendiri melayani dan memajukan reformasi.

Jiwa gerakan itu ialah John Knox, seorang pemimpin yang perwira perkasa, lagi
bertabiat dan bersikap nabi seperti elia atau yohanes pembatis. Ia didik oleh calvin sendiri
dijenew dan kesadaran theokratis calvin sudah memuncak didalam diri dan pekerjaannya.
Gereja dan rakyat harus takluk tanpa bersyarat kebawah taurat Allah. Rakyat skotlandia harus
menjadi Israel kedua penyembahan kepada baal didalam misa perlu dibasmi dan izebel patut
dilawan. Oleh karena itu Knox tidak berkeberatan menurutkan raja tahtanya atau membunuh
raja lalim jikalau ia merasa bahwa kehormatan tuhan menuntut demikian. Dibawah
pimpinannya kaum bangsawan injili merebut kekuasaan di skotlandia. Patung dipecahkan
digedung gereja, perang saudara berkobar. Pada tahun 1560, parlemen mengesahkan
pengakuan iman calvinis sejati, yang terutama dikarang oleh Knox (cinfessio scotica).
Sekarang pembaharuan segenap gereja dan masyarakat dilangsungkan. Skotlandia menjadi
contoh sebuah Negara Calvinis tulen, theokrasi jenewa ditirunya dan diwujudkan secara
besar-besaran.

Akan tetapi tahun 1561 menjadi saat baik bagi reformasi di skotlandia, berhubung
dengan pulanya ratu muda, mari stuart, dari perancis. Sedari umur 6 tahun, maria diddik
diparis sebagai seorang puteri katolik roma setelah mangkat suaminya. Raja frans II ia balik
ketanah airnya. Agama K.R dan suasana istana perancis yang duniawi itu, dibawanya serta,
maria terus menuju kepada pengembalian seluruh negeri kepada gereja roma. Mustahil kedua
uknum yang sangat berbeda itu dapat berdamai nabi elia John Knox dengan khotbah tobatnya
dan izebel maria dengan agama baalnya dan percabulannya. Dalam tahun berikutnya
terjadilah rupa pertikaian dan pembunuhan. Dengan setahu maria, suaminya yang kedua,
Darnley, dibunuh di Edinburg beberapa minggu kemudian saja, maria kawin dengan
pembunuh Bothwell itu. akhirnya maria terpaksa menyerahkan kekuasaannya kepada
anaknya, jakobus, yang baru berusia satu tahun saja (1567). Karena takut amarah dan
pemberontakan rakyat maka maria lari kepada keponakannya, Elisabeth, ratu inggeris, tetapi
pada tahun 1568 ia dipenjarakan oleh Elisabeth.

7. Inggeris dan kontra reformasi. Sudah barang tentu ada sebabnya mengapa Elisabeth
bertindak demikian, karena hak maria stuart atas takhta inggeris sama besar dengan hak
Elisabeth. Apa bila paus menetukan maria jadi raj inggeris, sebab Elisabeth lahir dari
nikah yang tidak sah. Dengan itu maria stuart menjadi harapan dan titik tumpu aksi kontra
reformasi di inggeris. Pihak K.R yang dipimpin dan didesak oleh paus dan Philips II dari
spanyol mencoba beberapa kali untuk membunuh Elisabeth , tetpi maksud jahat itu selalu
gagal dan hanya menyebabkan rakyat memihak lebih lagi kepada ratunya dan kepada
reformasi di inggeris. Di sini juga orang yesuit menghasut dan berikhtiar dengan tipu
muslihatnya yang rahasia akan tetapi segala daya mereka tidak berhasil.

Pada tahun 1587 usaha roma menjatuhkan Elisabeth memuncak dengan ajakan
sokongan katolik roma di luar negeri bermupakatlah pula segerombongan orang roma untuk
mebunuh Elisabeth, supaya maria stuart boleh dinaikkan menjadi raja. Tatkala mupakat jahat
itu terbuka, Elisabeth menyuruh maria di hukum mati di pacung. Kematian maria yang ngeri
itu tentulah amat mendukakan hati Elisabeth tetapi jalan lain tak ada lagi I terpaksa membela
diri. Philips II dalam amarahnya mau membalas dendam. Untuk menghukum inggeris dan
sebagai usaha yang terbesar dan terakhir dari kuasa romawi spanyol untuk merebut kuasa atas
seluruh dunia bagi keluarga habsburg, maka pada tahun 1588 raja Philips melengkapi dan
mengirim “armada yang tak terkalahkan”. Yakni 130 buah kapal yang lurus mendaratkan
tentara spanyol yang besar di inggeris. Tetapi oleh serangan angkatan laut inggeris dan oleh
karena ditimpa tofan yang hebat maka armada itu kucar-kucir dan hampir binasa sama sekali.
Sejak itu kuasa kontra reformasi di eropa barat laut telah patah.

8. Wujud gereja Anglikan. Gereja Negara inggeris yang timbul dari pergolakan itu, adalah
suatu ciptaan Negara yang bersifat dua. Misa dan pemerintah paus sudah dihentikan.
Ajaran gereja anglikan tentang pembenaran oleh iman dan pokok perselisihan dogmatic
yang lain, memang sesuai dengan injil tetaapi upacara yang lama dan susunan episkopal
tetap dipertahankan dan dilanjutkan. Malahan pewarisan jabatan rasuli pun diakui dan
dijunjung oleh gereja inggeris, kendatipun tidak diakui sah oleh paus. Orang Calvinis
sejati, yang digelar puritan, makin lama makin hebat melawan campuran protestan katolik
itu. nanti kita akan lihat bahwa pada abad ke XVII calvinisme inggeris memisahkan
dirinya dari gereja resmi sesudah menderita banyak sengsara. Sampai kini ada dua haluan
dalam gereja anglikan yakni satu cenderung ke roma. Yang lain menuju ke jenewa tetapi
berkat kesadaran persatuan kebangsaan yang kuat di inggeris maka gereja anglikan
selamanya dapat digabungkan kedua aliran yang bertentangan itu.

9. Kontra reformasi di jerman. Maklumlah bahwa dinegeri jerman telah tercapai


perdamaian agama di augsburn pada tahun 1555, yaitu sebelum kontra reformasi katolik
roma sempat memulai pekerjaannya disana. Aksi roma yang kuat semenjak 1560
menimbulkan ketegangan baru dan akhirnya mengakibatkan suatu perang yang lama yang
baru berakhir pada tahun1648. Kendati segala pembatasan oleh perdamaian ausburg
namun reformasi maju banyak lagi juga sejak tahun 1555 teristimewa didaerah
kepunyaab keluarga habsburg terlebih diaustria kira pada tahun 1570 tujuan persepuluh
bagian penduduk jerman adalah injili.
10. Perang 30 tahun. Akhirnya tindakan raja kontra reformasi tidak bertahan lagi sehingga
pecah perang. Pada tahun 1618 orang behomia yang injili memberontak melawan tuan
tanahnya, yakni kaisar Austria dari keluarga habsburg. Pemeberontakan itu segera
ditindas dan juga negeri palst yang menjadi sekutu bohemia ditaklukan sekarang tentara
kaisar membanjiri seluruh jerman tengah dan mengancam jerman utara. Negeri Denmark
yang turut menyerang pasukan K.R itu supaya jangan jatuh dalam tangan habsburg,
terpaksa mundur telah menderita kekalahan pada tahun 1629. Hampir segenap jerman
utara sedah dalam kuasa tentara kaisar Austria yang dikepalai oleh panglima Tilly dan
Wallenstein. Gereja roma menang dimana dan bersiap untuk membasmi pembaruan sama
sekali. Akhrinya pada pandangan yang ketiga dan kedua abad ke XVI dan bagian pertama
abad ke XVII adalah zaman peperangan agama. barangkali kita membenci perang yang
demikian karena tak berpadanan dengan roh injili dan bertentangan dengan tuntutan
toleransi (kesabaran). Tetapi baiklah kita bertanya kepada diri kita apakah yang lebih baik
mengadakan perang untuk menambah kuasa dan milik duniawi sebagaimana perang
zaman mutakhir ataukah berperang guna kebebasan kebenaran ilahi. Hal ini hanya boleh
diakui sah dan perlu bilamana antara lain kebenaran dan kebebasan agama diperjuangkan
oleh peperangan itu.

BAB 41
PEMBARUAN GEREJA DI BELANDA

1. keadaan politik. Di bawah pemerintahan kaisar Karel V propinsi – propinsi Belanda


digabungkan dan dihubungkan dengan Spanyol dan negeri-negeri Habsburg yang lain.
Karel mencita-citakan kesatuan diseluruh daerahnya; oleh karena itu menyuruh
membentuk suatu pemerintah pusat bagi propinsi-propinsi Belanda, yang ditempat di
Brussel. Tak dapat tidak tatanegara yang baru itu segera bertubrukan dengan
kemerdekaan dan hak-hak lam propinsi-propinsi dan kota-kota Belanda. Pemerintah –
perintahan Belanda sudah kehilangan kuasa dan pengaruhnya dalam pimpinan politik dan
masyarakat di negeri sendiri. Rakyatpun sangat tidak setuju. Umumnya bangsa Belanda
takut kalau – kalau kemerdekaannya nanti sama sekali hilang.
2. Permulaan Reformasi. Pada masa itu Reformasi masuk ke negeri Belanda. Atas
pengaruh Erasmus, semangat humanisme sudah kuat diantara kaum terpelajar di Belanda,
serta kesalehan jemaat telah banyak dibaharui oleh cita-cita dan pekerjaan Geert Groote
dengan saudara-saudara yang Hidup Rukun (bab 31,3). Oleh karena itu, waktu
Pembaruan (Reformasi) Gereja oleh Luther mulai dikenal di Belanda, kebanyakan orang
merasa bahwa cita-cita dan maksud gerekan itu tak banyak bedanya dengan apa yang
sudah diperaktekan oleh mereka sendiri. Mula – mula ajaran baru Reformasi itu kurang
mengutamakan khotbah tentang pembenaran oleh iman saja, tetapi lebih banyak
membahas segala keburukan Gereja Roma dengan memberi tekanan kepada kesalahan
perseorangan yang praktis dan suatu ajaran yang menganggap Perjamuan Kudus selaku
lambang semata-mata. Kita telah melihat bahwa Cornelis Hoen, seorang humanis dari
Deghaag. Dengan demikian umumnya boleh kita katakan, bahwa agama Protestan
Belanda mendapat capnya, baik dari Calvin maupun dari Erasmus; pertentangan itu kerap
kali nyata dalam sejarah Gereja Belanda pada abad – abad.
Segala tindakan pemerintah untuk membasmi pengaruh Reformasi makin bertambah hebat
sehingga banyak pemimpin yang dipenjarakan dan dihukum. Pada masa itu juga Belanda
dibanjiri oleh gerakan Anabaptis dari Jerman Barat, yang menyeret banyak orang sederhana.
Teristimewa orang miskin suka sekali mempercayai datangnya Yerusalem Baru.
3. Penghambatan Baru. Sejak tahun tahun 1540, maklumat-maklumat/ plakat pemerintah
melawan kaum Injil makin keras, dan semenjak tahun 1550 inkwisisi Spanyol, yang
sangat ditakuti dan dibenci itu, mulai dijalankan di Belanda. Segala pergerakan yang
penyesat menurut Gereja K.R. disamaratakan saja. Menurut dugaan orang, di bawah
pemerintahan Karel V ada sepuluh ribu orang Injili yang dibunuh di Belanda. Kesaksian
yang indah, yang sangat memilukan hati, tentang keberanian iman dan sengsara syahid-
syahid itu, terdapat dalam kitab-kitab Syahid yang diterbitkan pada masa itu. Kendatipun
segala penghambatan yang kejam itu, malahan justru oleh tindakan tersebut, Gereja Injili
bertambah-tambah kuat dan besar, menurut hukum lama: darah syahid itu bibit Gereja!
Tetapi perkembangan Gereja itu mula-mula terjadi diluar negeri, karena banyak orang
Injili terpaksa lari ke Jerman dan Inggris. Pada tahun 1555 kaisar Karel V meletakan
jabatanya dan masuk biara. Ia diganti oleh anaknya, Philips II, seorang raja yang tak
kurang fanatik agama Katolik Roma daripada bapanya, tetapi kurang cakap dan bijaksana.
Pada tahun 1559 ia mendirikan organisasi bagi gereja di Belanda, supaya ia bisa memakai
Gereja lebih baik sebagai alatnya. Orang Roma sendiri pun besungut-sungut karena
campur tangan tangan raja Spanyol itu dalam perkara-perkara Belanda. Dengan demikian
lahirlah oposisi yang kuat yang terdiri dari rupa-rupa golongan kaum bangsawan, orang
kota dan sudah tertentu juga kaum Injili.
4. Calvinisme di Belanda. Keadaan di Belanda bertambah-tambah genting. Tetapi yang
menyebabkan meletusnya pemberontakan terhadap Spanyol ialah Calvinisme. Ajaran dan
semangat Calvinis yang datang dari selatan itu mulai meresap ke Belanda sejak tahun
1550; tidak beberapa lama kemudian semangat Calvinisme sudah menang atas Erasmus.
Untuk membuktikan bahwa ajaran dan cita-cita Calvinis berbeda jauh dengan Anabaptis,
ia mengarang suatu karangan pembelaan pada tahun 1561 yang terdiri dari 37 pasal.
Seorang pemimpin calvinis yang lain yang lain, ialah Petrus Dathenus, yang
mengempalai jemaat pelarian Frankenthal (Palts). Pada tahun 1563 dua ahli theologi di negeri
Parls, yang bernama Caspar Olevianus, seorang murid Calvin, dan Zacharias Ursinus,
mengarang kitab pengajaran agama Calvinis yang masyhur : kateksimus Heidelberg.
Akhirnya suatu bentrokan yang hebat antara kaum Injil dengan pemeritahan spanyol tak
dapat dicegah lagi. Tahun 1566 menjadi tahun yang penting sekali bagi Reformasi di
Belanda. Bagi pemerintah sekarang suatu dan kehendak rakyat sudah menjadi terang, tetapi
Margareta sekali-kali tak mau mundur. Dititahkannya rupa-rupa tindakan yang lebih keras
lagi, tetapi raja Philips merasa perlu menganti dia dengan seorang wakil yang lebih kuat.
5. Wilem dari Oranje dan pembrontakan Belanda. Salah seorang yang terpaksa lari
dari Belanda, ialah pengeran Willem dari Oranje. Ia lahir pada ia dididik di Belanda-Selatan
di istana Brussel. Karel V sangat menghormati putra muda itu dan kemudian Philips II
mengangkat Willem menjadi wali negeri untuk tiga propinsi Belanda-Utara yang terpenting,
yakni Holland, Zeeland dan Utrecht. Ia mulai sadar bahwa Tuhan memanggilnya untuk
merebut kemerdekaan bagi rakyat Belanda yang sangat ditindas itu, dengan mengangkat
senjata. Sayang, oleh karena kekurangan uang dan karena rakyat Belanda sendiri belum
cukup berani membantunya, ia harus mundur pula.
Tetapi walaupun demikian, semangat perlawanan dan perjuangan yang sudah lahir dalam
batinnya, tidak terpadamkan lagi dengan tak berkeputusan ia mencari jalan untuk mencapai
maksudnya : demikian ia mendapat hubungan rapat dengan pemimpin-pemimpin Calvanis
diluar negeri.
Kepercayaan kaum Calvinis kepada Tuhan tidak sia-sia. Pada Tahun 1572 tentara
Watergeus sekoyong-koyongnya merebut dan menduduki kota Den Briel dari sebelah laut.
Itu merupakan suatu isyarat bagi banyak kota Belanda utara untuk membuang kuk Spanyol
dan mengaku pangeran Willeam selaku standhouder. Selaku tanda pengehormatan terhadap
keberanian penduduk itu pageran Willeam menghadiahkan kepada Leiden sekolah tinggi
pertama di Belanda –utara pada tahun 1575, terutama dengan maksud supaya universitas itu
boleh melatih pendeta-pendeta yang baik untuk Gereja Hervormd di Belanda. Akhirnya, pada
tahun 1578, seluruh daerah Holland dan Zeeland menjadi merdeka : lama kelemaan daerah-
daerah Belanda utara yang lain menyusul.
6. Pertikaian Katolik Roma. Pemberontak Belanda dipimpin golongan Calvinis yang
kecil, tetapi orang K.R. pun turut juga. Sebenarnya kedua golongan itu masing-masing masih
menjunjung bentuk negara secara theokratis, yang hanya mengizinkan satu agama saja. Oleh
karena itu ia tidak setuju, jika pemerintah-pemrintah Holland dan Zeeland hanya memberi
hak kebaktian kepada Gereja Hervormd saja, meskipun tidak seorang dihambat karena
imannya. Tidak heran golongan Roma menjadi kecewa, sehingga mau menarik diri dari
perjuangan bersama untuk merebut kemerdekaan.
Pada tahun 1579 terjadilah perpisahan antara propinsi-propinsi K.R. di selatan dengan
propinsi-propinsi Calvinis di utara, karena pada tahun itu walinegeri baru, hertog Parma, anak
Margareta, menerima usulan daerah-daerah selatan bahwa mereka mau tetap berkanjang pada
agama katolik Roma, jikalau Spanyol sudi mengaku kedaulatannya secara politik. Meskipun
penganut Gereja atau sekta yang lain-lain tidak dianiaya. Demikian separuh cita-cita pageran
Organje tidak tercapai.
Dari penjelasan baik golongan Katolik Roma dan Calvinis, menunjukan diri ke dalam
perlawanan terhadap Spanyol itu dengan segala tenaganya dan tidak mengenal lelah, yang
menyebabkan mereka bersemangat dan tekun memanglah terang, yakni mereka terutama
berperang untuk kebebasan agamanya. Soal iman lebih penting bagi mereka daripada
kedaulatan politik. Oleh karena Belanda-Utara mengajar suatu hal yang lebih tinggi daripada
kemerdekaan politik, yaitu pemerintahan Atas negerinya.
7. Relasi Gereja dan Negara. Masalah lama tentang relasi gereja dan negara mendapat
kesimpulan yang baru dan baik untuk seluruh Eropa, selaku hasil pemberontakan Belanda
terhadap Spanyol. Sejak Gereja Kristen merebut kemenangan di dalam masyarakat umum,
orang tidak dapat memikirkan lagi negara dan pemerintah yang netral terhadap soal agama,
karena kebenaran Tuhan mau memerintah dengan tidak terbatas atau segenap masyarakat dan
masyarakat. Dengan demikian Gereja selalu menghadapi pemerintahan-pemerintahan dengan
tuntutan theokrasi, yaitu supaya semua pembesar dunia takluk kepada Firman Tuhan, yang
diperdengarkan di bumu ini dari mulut gereja (Mzm 2:10-11). Sebab itu tak dapat tidak pada
masa pembaruan Gereja, pemerintah terpaksa pula memilih ajaran mana yang diakuinya
selaku kebenaran Allah.
Berkat perserikatan pangeran Willeam dengan kaum Calvinis, maka Belanda menjadi
negeri pertama yang menghubungkan theokrasi dan toleransi. Pada hakekatnya Gereja
Calvinis mau mempertahankan bentuk negara secara theokrasi, seperti yang dipaparkan
dalam pasal 36 Pengakuan Iman Belanda, bahwa pemerintah wajib memelihara kebaktian
kudus, untuk mencegah dan membasmi segala ibadah dan berhala dan agama palsu.
Secara resmi semangat resmi Calvinis pemimpin-pemimpin dapat kemenangan di
Belanda, karena Gereja Hervormdlah yang tetap dijadikan satu-satunya agama yang sah dan
resmi, tetapi keinginan dan anggapan pangeran disetujui banyak orang.
8. Organisasi Gereja Hervormd. Sekarang kita mau membicarakan lagi perkembangan
batin Gereja Calvinis di Belanda. Dasar Gereja Hervormd tidak diletakan di Belanda sendiri,
tetapi oleh jemaat-jemaat pelarian diluar negeri. Di sanalah organisasi gereja dirundingkan
dan ditetapkan pada tahun-tahun yang gelap dan sukar bagi Injil. Hal ini membuktikan iman
yang sungguh dari permukaan Calvinis Belanda itu yang tetap percaya bahwa Tuhan akan
membuka pintu untuk pengabaran Injil di Belanda. Untuk menyatakan kesatuan imannya,
anggota-anggota sinode itu menandatangani pengakuan iman-iman belanda . kepercayaan
jemaat-jemaat pengunsian tidak diberi malu.
BAB 42
AGAMA PROTESTAN CALVINIS DI BELANDA

1. Calvinis dan Libertin. Setelah mendapat kedudukan yang tetap di Belanda, Gereja
Hevormd mulai berusaha dengan giat untuk memasukkan semangat Jenewa ke dalam hidup
rakyat. Cara-cara Roma ditinggalkan, latihan pendeta-pendeta diusahakan dengan kuat, dan
pendidikan agama diperhatikan dengan seksama.
Golongan pertama ialah pengikut Erasmus, yang sudah cenderung kepada pembaruan Gereja,
sebelum Reformasi oleh Luthern mereka sudah kurang pengaruhnya sesudah Calvinisme
berkembang dengan cepat, tetapi belum kalah. Orang humanisme itu sangat kecewa melihat
Gereja Injili, yang juga Gereja mereka, sudah mengakui kehendak yang terikat dan kebebasan
rahmat Tuhan dalam memilih manusia untuk keselamatan, sehingga tak ada tempat lagi
dalam Gereja Calvinis itu bagi pandangan-pandangan mereka, yang humanistis dan moralitis.
Golongan kedua terdiri dari regen-regen, yaitu kepala pemerintahan propinsi dan kota.
Banyak di antara mereka kurang mempedulikan propinsi dan kota. Banyak di antara mereka
tidak memperdulikan agama, tetapi hanya turut dalam perjuangan kemerdekaan untuk
melayani kepentingan negara atau keuntungan dirinya sendiri. Para regen itu sebaliknya
bercita-cita, supaya pemerintahan tinggal bebas dari segala campuran-tangan Gereja, dan
Gereja takluk kepada kuasa negara.
2. Pertikaian tentang pengakuan dan tatagereja. Yang menjadi juru bicara semua orang
yang menentang penandatanganan-paksa Pengakuan dan Katekismus, ialah panitera kota
Haarlem, Coornhrt (1522-1590). Ia menghendaki suatu Kekristenan rasionalistis-moralistis
(yang memuaskan akal budi dan yang menyelamatkan pekerjaan dan usaha manusia); Yesus
menjadi contoh kita yang mulia, dan kebajikan adalah tujuan kita yang tertinggi. Prodestinasi
dan terikatnya kehendak manusia disangkalnya. Orang kristen tidak boleh selalu berbantah
karena permusuhan ajaran; bukan dogma-dogma gereja, tetapi peri hidup kita sajalah yang
harus dipentingkan. Di dalam gereja hervormd banyak pendeta dan anggota terpelajar setuju
dengan Coornhert. Pendeta-pendata itu kurang berpengaruh didalam jemaat, tetapi mereka
disokong oleh regen-regen. Berulang-ulang pemerintah-pemerintah memaksa majelis gereja
memanggil pendeta-pendeta yang tidak setuju dengan pengakuan gereja dan yang
merindukan gereja negara. Pemimpin-pemimpin Calvinis melawan haluan itu dengan keras
dalam sidang-sidang gereja, dan umumnya mereka berhasil. Mereka tak mau memaksa suara
hati orang lain dan tidak mengejar kuasa kerohanian, tetapi mereka mau memelihara
kemurnian berita karunia Tuhan yang bebas untuk orang berdosa. Jikalau semangat
Coornhert dibiarkan meresap dalam gereja, itu tak lain dari khianat gereja terhadap berita
yang kudus itu.
Gereja menuju kepada organisasi yang mewujudkan asas-asas kesatuan dan pemerintahan diri
sendiri bagi gereja, tetapi pemerintah-pemerintah mencegah maksud itu. sebabnya ialah
karena adanya tujuh propinsi yang berdiri sendiri, sehingga mereka takut bahwa satu gereja
serikat yang kuat akan menjadi kuasa yang berbahaya bagi pemerintah-pemerintah. Apalagi
perintah tak mau mengakui tata gereja yang menyingkirkan segala pengaruh negara atas
perkara-perkara gereja. Oleh sebab itu tak mungkin bagi gereja Belanda untuk menetapkan
tata gerejanya. Pemerintah tertinggi, Johan van Oldenbarneveldt, ialah yang terutama
menetang cita-cita gereja. Ia menuju ke arah gereja negara. Dengan demikian hanya terdapat
sinode-sinode propinsi, yang juga tak sempat menjalankan asas-asas theokrasi di dalam
gereja. Pemerintah propinsi masih banyak campur tangan dalam sinode-sinode itu, begitupun
pemerintah-pemerintah kota dalam pemanggilan pendeta-pendeta oleh majelis gereja. Sejak
tahun 1580, perselisihan tentang tentang pokok-pokok pengakuan dan tatagereja semakin
meruncing, sehingga tak dapat tidak harus mengakibatkan suatu bentrokan yang hebat.
4. Remonstran dan kontra-remonstran. Pertikaian itu mulai pada tahun 1603; asal-
mulanya ialh pengangkatan pendeta Jacobus Arminius menjadi guru besar theologia di
leiden, atas desakan golongan Libertin, meskipun pihak gereja melawan pengangkatan itu,
karena menyangka bahwa arminius tidak ortodoks ajarannya. Pada tahun yang berikut sudah
nyata perbedaan pikiran yang besar antara Arminius dengan teman sekerjanya, Franciscus
Gomarus, seorang Calvinis sejati, tentang pokok predestinasi.
Gomarus mengajarkan, bahwa pemilihan manusia oleh Tuhan adalah dasar iman, tetapi kata
Arminius sebaliknya; pemilihan manusia untuk keselamatan kekal adalah berdasarkan iman
manusia yang telah diketahui Tuhan sebelum manusia lahir. Kedua orang itu sendiri tak suka
berbantah, tetapi oleh karena segala pertentangan terhadap pengakuan yang sudah terhadap di
belanda dan karena kaum Calvinis takut, jangan-jangan pandangan Arminius akan
berpengaruh di dalam gereja, maka dengan segera nama-nama Arminius dan Gomarus
menjadi lambang dari dua partai yang berlawanan itu, yaitu Libertin dan Calvinis.
Sesudah Calvin, ajaran predestinasi makin menjadi dasar dan pusat theologia Calvinis.
Sebenarnya kita tak dapat setuju dengan pendirian itu, karena pada hakekatnya pokok dan
pusat theologia perjanjian baru bukanlah takdir Allah, takdir yang tersembunyi itu, bukanlah
musyawarah Tuhan, musyawarah yang kekal, yang rahasia itu, tentang nasib masing-masing
manusia di akhirat, melainkan rahmat Tuhan yang telah dinyatakannya dalam anakNya,
Yesus Kristus. Apabila predestinasi, atas pemilihan manusia untuk keselamatan atau untuk
kebinasaan, dijadikan pokok utama theologia, tak dapat tidak akan timbul rupa-rupa soal
yang amat sukar dijawab, misalnya; bagaimana tanggung jawab manusia? yang menjadi
pokok dosa? Sungguhkah Allah mau menyampaikan karuniaNya kepada semua manusia?
adakah gunanya mengajar orang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus? Bukankah
predestinasi itu membawa manusia kepada sikap pasif, menuruti hawa nafsu saja, hidup
dengan sewenang-wenang, atau putus asa? Soal pertengkaran yang lama muncul lagi;
bebaskah kehendak manusia itu atau terikat? Baik Arminius, baik Gomarus bergumul dengan
soal-soal tadi, tetapi jawab dan kesimpulan mereka sangat berbeda.
Arminius berpendapat demikian: apabila saya terpaksa memilih antara takdir mutlak Tuhan
Allah dan tanggung jawab manusia, sudah tentu saya memilih tanggung jawab manusia itu.
sebab itu golongan Arminius menolak predestinasi menurut anggapan Calvinis, meskipun
Arminius sendiri tetap memakai istilah predestinasi juga. Allah menawarkan iman kepada
segala manusia, tetapi dari kekal ia sudah melihat dasn mengetahui siapa nanti menerima
iman itu dan siapa yang akan menolaknya. Jadi sebenarnya keselamatan manusia bergantung
kepada keputusannya sendiri. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa, tetaplah berkehendak
bebas, apabila manusia menolak anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, ia harus binasa,
tetapi nasib itu adalah kesalahannya sendiri. Sebaliknya, jikalau manusia percaya kepada
Kristus dan menerima keselamatan itu, itulah suatu usaha manusia yang patut diganjari.
Tentunlah rahmat Tuhan harus mendahului dan menyertai usaha manusia itu, tetapi tanpa
kehendak manusia sendiri, rahmat itu belum berkuasa dalam hidupnya. Dengan itu iman
manusia menjadi tambah lagi dengan pahala kematian Kristus di kayu salib. Kesimpulan
ajaran ini ialah; manusia sanggup melawan rahmat Allah; seorang yang beriman sungguh-
sungguh, mungkin juga kehilangan pula iman itu, dan tidak ada seorang Kriste n yang
keselamatannya sudah dipastikan sebelum ajalnya.
Gomarus dengan golongannya membantah ajaran Arminius itu dengan sekuat-kuatnya; iman
itu semata-mata pemberian saja yang karuniakan Tuhan kepada tiap-tiap manusia yang telah
dipilihNya dengan bebas. Manusia sama sekali tidak sanggup mengerjakan suatu apapun
untuk memperoleh keselamatan. Rahmat Tuhan, yang memperanakkan kembali manusia
yang berdosa itu, tidak dapat dilawan. Semua orang yang sungguh-sungguh percaya kepada
Yesus Kristus, akan bertekun sampai akhir, dan keselamatan mereka terjamin dengan pasti,
kendati mereka banyak sekali masih berdosa dan sesat.
Jangan kita katakan bahwa pokok pertikaian itu kurang penting, dengan cara bagaimana
manusia diperdamaikan dengan Allah, memanglah sangat penting. Perlu sekali kita
mengetahui, siapakah yang memujudkan perdamaian itu, atau kepada siapa tergantung
keselamatan kekal manusia; kepada Allahkah atau kepada manusia sendiri? Perbedaan
pendirian kedua golongan itu adalah berdasarkan perbedaan anggapannya tentang tabiat dan
kesanggupan manusia. pengikut-pengikut Arminius, yang disebut Arminian, memandang
manusia itu sendiri secara optimistis. Walaupun manisua telah jatuh ke dalam dosa, tetapi ia
belum kehilangan nilainya dan kesanggipannya untuk berbuat baik, sehingga manusia itu
sendiri dapat dan wajib berusaha untuk memperoloh keselamatan, bersama-sama dengan
rahmat Tuhan yang membantunya. Kita lihat bahwa pandangan tentang manusia itu sesuai
dengan anggapan semi pelangian dan gereja K.R. padahal pandangan Alkitab (Paulus),
Augustinus,calvin dan Luther lain sekali, karena manusia dipandang dalam terang kekudusan
Allah.
Golongan Gomarus yang memihak pandangan ini, merasa bahwa ajaran Arminius amat
bengis karena membawa manusia kepada putus asa. Bukankah dengan ajaran itu manusia
yang berdosa disuruh bersandar kepada usaha dan kerajinannya sendiri saja untuk merebut
keselamatan, sama seperti yang diajarkan oleh gereja R.K.? menurut pandapat kaum Calvinis
sejati, seorang berdosa baru mendapat ketenangan hati dan kepastian tentang keselamatannya,
jikalau ia boleh yakin dan percaya, bahwa Tuhan saja yang melakukan keselamatannya dan
bahwa keselamatan itu berdasar teguh-teguh pada rahmat Allah yang telah diuntukkan
baginya sejak kekekalan, kendatipun segala dosa kelemahannya. Oleh sebab itu pokok ini
menjadi soal mutlak, yang mengenai hidup atau mati manusia. jikalau benarlah ajaran
Arminius itu, maka semua perjuangan pembaharuan gereja itu percuma saja dan tak seorang
pun yang mendapat keyakinan yang pasti tentang chalatsnya (keselamatannya) yang kekal.
Arminius sudah meninggal pada tahun 1609, tetapi pertikaian itu berlangsung terus.
Pemimpin baru kaum Arminius, ialah pendeta istana pangeran Maurits yang cakap, johannes
Wtenbogaert (uc. Utenbogaart). Seperti diketahui, Maurits menggantikan ayahnya, willem,
setelah willem mati dibunuh pada tahun 1584 oleh seorang penyahat atas hasutan raja philips
II. Maurits adalah seorang panglima perang yang berkali-kali membawa tentara belanda
kepada kemenangan, sampai diadakan gencatan senjata antara belanda dengan spanjol selama
12 tahun lamanya (1609-1621).pada tahun 1610 Wtenbogaert, beserta 40 kawannya,
mempersembahkan sebuah karangan yang di sebut “Remonstransi” kepada pemerintah
propinsi Holland. Di dalam karangan itu diterangkan pandangan-pandangan Arminian dan
diakui lagi kuasa negara atas gereja. Sejak itu orang Arminian juga disebut Remonstran.
Balasan dari pihak Calvinis dikeluarkan pada tahun 1611 selaku “Kontra-remonstransi”.
Karangan pendeta kota Leiden Ds Hommius, yang sekarang menjadi kepala golongan
“Kontra-remonstran”.
Golongan Remonstran lebih kecil, akan tetapi mereka disokong kuat-kuat oleh para regen
yang libertin dan yang mengidam-idamkan kuasa pemerintahan atas gereja. Teristimewa
Oldenbarneveldt, pemimpin pemerintah holland, berniat mengambil tindakan keras untuk
menunjang golongan Arminian yang kecil itu, supaya jalan itu semangat theokrasi dapat
dikalahkan. Dalam beberapa kota pecahlah huru-hara, karena Umat calvinis di sana ditindas
oleh pemerintah, meskipun mereka golongan besar. Akan tetapi pada tahun 1617 sekonyong-
konyong kaum kontra-remonstran, sebab ia tidak setuju dengan politik Oldenbarneveldt.
Maurits masuk kebaktian golongan Calvinis di Den Haag dan Wtenbogaert dipecah dari
pangkatnya sebagai pendeta istana. Atas desakan Maurits, “Staten Generaal” (pemerintah
umum dari ketujuh propinsi belanda) menyetujui suatu sinode nasional untuk membereskan
perselisihan theologia dan gereja itu, tetapi “Staten” (pemerintah propinsi) Holland dan
Utrecht tetap melawan ikhtiar itu. lalu maurits merebut kuasa dengan kekerasan. Di Utrecht
ia membubarkan pasukan-pasukan sewaan dan menggantikan anggota-anggota pemerintah
yang menetang dia, dengan kawan-kawannya yang kontra-remonstran. Karena Holland tidak
mau tunduk, Maurits meminta dan mendapat kuasa mutlak dari staten-generaal; pemimpin-
pemimpin golongan regen dipenjarakan dan kepada mereka, Oldenbarneveldt, dihukum mati
dipancung pada tahun 1619 dalam usia 72 tahun, atas tuduhan khianat terhadap perserikatan
belanda. Wtenbogaert melarikan diri ke Antwerpen di Belanda selatan.
4. Sinode Dordrecht. Sekarang sinode nasional dapat berkumpul. Pembukaan berlangsung
pada 13 Nov 1618 di Dordrecht dengan upacara yang besar. Anggota-anggota terdiri dari
utusan-utusan dari inggris, palts, Bremen, Emden, Hessen, Swis dan jenewa. Orang Calvinis
perancis tak mendapat izin dari rajanya. Demikianlah sinode Dordrecht, yang diadakan pada
tahun 1618-1619, menjadi satu-satunya sinode Calvinis oikumenis, bersama dengan 18
“Komisaris-politik” (wakil-wakil pemerintah untuk pimpinan lahiriah) anggota sinode
berjumlah seratus orang lebih. Oleh karena pemerintah sudah tidak mengizinkan sinode
nasional sejak tahun 1586, maka pokok-pokok perundingan memang amat banyak. Tetapi
pokok utama ialah pemeriksaan, atau lebih tepat: pengadilan perkara Remonstran. Pasal itu
sudah cukup dipertebatkan bertahun-tahun lamanya dengan karangan-karangan dan dalam
pertemuan-pertemuan kedua belah pihak. Golongan remonstran mengerti, bahwa tak ada
harapan lagi bagi mereka untuk menang; sebab itu mereka membela dirinya sekuat-kuatnya
dan selama mungkin, dibawah pimpinan guru besar Episcopius, pengganti Arminius di
Leiden. Pada tanggal 14 januari 1619 ketua bogerman mencurahkan amarahnya terhadap
lawan-lawan yang keras kepala itu dalam suatu pidato yang sangat kasar; lalu ia mengusir
orang Remonstran keluar dari persidangan sinode. Pada bulan April telah sedia “pasal-pasal
ajaran Dordrecht”, yang juga disebut “Lima pasal melawan Remonstran”. Karangan itu
bersama-sama dengan pengakuan iman belanda (Confessio Belgica) dari Guido de Bres
(1561) dan katekismus Heidelberg dari Olevianus dan Ursinus (1563), merupakan ketiga
surat pengakuan resmi Gereja hervormd belanda, yang biasa di namakan “Tiga pasal
keesaan”.
Di dalam lima pasal Dordrecht” itu sinode menguraikan, bahwa keselamatan manusia
hanyalah berlaku oleh rahmat Tuhan saja. Akan tetapi tanggung jawab manusia diakuinya
juga, meskipun perhubungan antara pemilihan manusia oleh Tuhan dan tanggung jawab
manusia sendiri tidak dapat dijelaskannya dengan memuaskan. Sudah tentu bahwa siapa yang
berusaha memahami rahasia yang melewati batas penyataan Tuhan di dalam Alkitab dan
pengertian akal budi manusia, tak dapat tidak harus mengaku bahwa perubahan kedua
perkara yang rupanya bertentangan itu, susah dimengerti oleh manusia.
Dalam waktu yang singkat banyak lagi perkara yang lain diperbincangkan dan diputuskan di
Dordrecht itu. surat-surat liturgia atau tata cara kebaktian sekarang ditetapkan untuk gereja
Hervormd belanda. Pasal-pasal yang terkenal, yaitu untuk melakukan baptisan dan perjamuan
untuk meneguhkan nikah (yang terjemahannya terhadap dibelakang kitab mazmur-tahlil
Indonesia). Disadur oleh Dathenus dari liturgia jemaat-jemaat di Palts daqn London.
Di samping itu sinode merancangkan dan menentapkan tata gereja Dordrecht. Sinode
berusaha mewujudkan cita-citanya terhadap kesatuan pemerintahan diri gereja dalam
tatagereja itu, tetapi sekarang pun maksud itu gagal karena perlawanan wakil-wakil
kebanyakan propinsi di dlam staten-generaal. Pemerintahan menolak juga tuntutan sinode
supaya gereja berhak mengawasi dan menilik pengajaran di sekolah-sekolah tinggi.
5. Nasib orang Remonstran. Oleh sebab para pemimpin Remonstran yang telah didakwa
dan diadili di Dordrecht itu enggan berjanji untuk berdiam diri, mereka dibuang ke luar
negeri. Oleh karena perkara mereka rapat hubungannya dengan politik Oldenbarneveldt,
mereka mula-mula dihambat keras oleh pemerintah, dengan larangan berhimpun, denda-
denda penyitaan milik, pembuangan dan hukuman penjara. Golongan Remonstran yang kecil
tetapi berani itu, berpegang pada pendiriannya dan tidak mau mengaku kalah. Pada tahun
1619 itu juga mereka membentuk “persaudaraan Remenstran” di Antwerpen, di bawah
pimpinan Wtenbogaert. Setelah Maurits wafat pada tahun 1625, dan adeknya, pangeran
Frederik Hendrik, menjadi stadhouder belanda, mereka dapat memasuki belanda lagi dengan
tidak mendapat bahaya; sejak tahun 1631 kaum Remonstran dibiarkan oleh pemerintah,
sehingga mereka dapat menyusun organisasinya. Sejarah batin persaudaraan Remonstran itu
membuktikan, bahwa syakwasangka orang kontra-remonstran terhadap ajaran Arminian itu
memang pads tempatnya, karena makin lama makin nampaklah sifat humanistis dan semi-
pelangian dalam theologia mereka.
Hasil pertikaian-pertikaian, yang sekian lama mengharukan gereja belanda muda itu,
adalah semangat Erasmus dilenyapkan dari gereja, dan kebebasan gereja untuk mengurus
hidupnya sendiri tercapai, meskipun dalam banyak perkara lahiriah gereja masih bergantung
pada pemerintah-pemerintah. Gereja negara tidak menang di belanda, tetapi negara Gereja,
menurut maksud pasal 36 pengakuan iman belanda, seperti yang diharapkan kaum Calvinis,
pun tidak. Tetapi pemerintah pun harus diuji, bahwa dilapangan negara, toleransi telah
dilakukannya selaku asas yang sah dan baik bagi sikapnya terhadap segala golongan
penduduk. Jadi satu hal yang sangat penting dari perjuangan Calvinis-Remonstran ialah
tercapainya keseimbangan antara cita-cita theokrasi dan toleransi.
6. Terjemahan baru Alkitab. Suatu keputusan sinode Dordrecht yang amat berfaedah,
yakni supaya Alkitab diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Belanda dari naskah asli, yaitu dari
bahasa ibrani dan Yunani. Sudah lama gereja belanda sangat membutuhkan suatu perjemahan
Alkitab yang baik, karena meskipun sudah terdapat beberapa terjemahan belanda, tetapi
terjemahan-terjemahan yang lama itu hanya berpokok pada Vulgata dan terjemahan Jerman
dari Luther.
Sekarang sinode Dordrecht mengangkat suatu panitia-penterjemah yang terdiri dari beberapa
ahli theologia pilihan. Mereka itu berkumpul dan bekerja di Leiden sepuluh tahun lamanya
(1625_1635). Antara lain Bogerman turut dalam perjemahan perjanjian Lama serta Hommius
dan Waleus (Lih. 47,2) dalam perjanjian baru. mereka itu bekerja dengan rajin dan setia,
bahkan tidak berhenti juga pada waktu leider ditimpa bala samapr yang hebat (dalam satu
minggu 1500 orang meininggal). Oleh karena sokongan dan jasa pemerintah itu terjemahan
ini deisebut “Statenvertaling”. Akhirnya pada yahun 1637 Alkitab belanda itu dikelurkan; di
pinggir halaman-halaman tercetak banyak keterangan dengan huruf kecil.
7. Sesudah Dordrcht.sampai pada masa sinode nasiaonal Calvinisme di Belanda adalah
suatu agama yang hidup, yang menggerakkan batin segala penganutnya. Tetapi seperti biasa,
sesuah waktu bersemangat itu, lamabt laun suasana gereja menjadi suam, malahan soal
percaya dan agama dianggap perkara biasa saja. Injil rahmat Allah yangbebas itu sudah
kurang dirasai sebagai suatu mujizat kasilh Tuhan yang senantiasa mengherankan manusia
berdosa, melainkan suatu keadaan yang sudah sewajarnya demikian. Panganut gereja tentang
pasal-pasal yang sukar itu, menjadi suatu taurat yang kepadanya segala anggota gereja wajib
takluk. Iman sudah kehilangan semangatnya dan berpindah dari hati kepada akal budi, sampai
menjadi pengakuan secara pikiran saja dari ajaran gereja. Niscaya besarlah bahaya bagi
gereja bahwa ia mendewakan dogmatik Calvinis yang ortodoks itu.
Apabila ajaran meneka gereja dan iman jemaat mulai memberi tempat kepada semangat
taurat, biasanya jiwa dunia mulai menguasai segenap hidup masyh arakakat Kristen. Hal itu
pun terjadi di belanda pada “abad keemasan” itu. oleh perdagangannnya, kemakmuran dan
kekayaan belanda bertambah-tambah besar pada abad ke-XVII. Salah satu hasil yang indah
dari perkembangan itu ialah kesenian dan kesusasteraan yang berkembang dengan indah.akan
tetapi hasilnya yang kurang menyenangkan, yakni bahwa bangsa belanda mulai hidup dengan
kemewahan, kelimpahan dan juga dengan kecongkakan. Banyak orang yang berangkat dan
yang berada, jadi teristimewa golongan pemerintah dan saudagar-saudagar yang kaya,
hanyalah mereka yang ambil bagian dalam hidup gereja, karena itu dipandang pekara yang
patut dan biasa, meskipun hati mereka tidak turut berbakti kepada Tuhan.
Sudah tentu masih dapat juga pemimpin-pemimpin Calvinis cap dulu, Umpamanya Gisbertus
Voetius (1589-1676), guru besar di Utrecht, yang boleh dianggap selaku lambang Calvinisme
belanda pada abad ke-XVII. Ia banyak berjasa bagi gereja dan rakyat oleh keahlian dan
tenaganya, yang dipakainya untuk melayani ilmu theologia dan pelaksanaan penggembalaan
jemaat. Maka timbullah tiga aliran yang, meskipun dengan jalan dan asas yang sangat
berbeda, berusaha menentang dan mencegah perkembangan suasana taurat dan sekularisasi
(jiwa duniawi) pada abad itu. yang pertama mau mematahkan sistem dogmatik Calvinis
dengan mengutamakan Alkitab;inilah reaksi biblisistis (yakni yang berdasar pada
biblia=Alkitab). Yang ke dua mau membaharui sistem Calvinis beralaskan akal budi
manusia; itulah reaksi rasionalistis. Dan yang ketiga mau melawan jiwa dunia dengan meberi
tekanan pada kelahiran kembali dan pengudusan hidup; reaksi pietistis.
8. Reaksi Biblisistis. Seorang guru besar di Leiden yang bernama Johannes Coccejus (Uc.
Koksejus;+1669), berusaha mengembalikan gereja dan theologia kepada Firman Tuhan saja.
Ia berpaling dari ilmu dogmatik Calvinis kepada sumber iman Kristen dengan yakni Alkitab.
Dengan itu maka dasar pikiran theologianya bukan lagi predestinasi dan musyawarah Allah
dari kekekalan, melaikan sejarah kudus, yang didalamnya kehendak Allah itu telah
diwujudkan. Alkitab menceriterakan sejarah keselamatan itu selaku suatu rentetan perjanjian-
perjanjian yang diadakan Tuhan dengan umat pilihannya. Theologia perjanjian atau theologia
federal itu amat digemari dan disetujui banyak orang yang lebih suka mendasarkan
keselamatannya kepada segala perjanjian (janji) Tuhan dalam Alkitab yang banyak itu, dari
pada mengalaskannya kepada pemilihan oleh Tuhan, pemilihan yang rahasiaitu.
Theologia Coccejus itu menang dibantah oleh Voetius dengan para murudnya. Pokok
pertikaian istimewa antara kedua golongan ini mengenai penjelasan hukum yang ke empat,
tentang hari Sabbat. Menurut Coccejus, penyuruhan itu hanya diberi kepada banyak israel,
sehingga jemaat Kristus tidak lagi terikat kepadanya. Hari minggu perjanjian baru adalah
sautu peraturan Kristen. Voetius melawan pendirian itu pada asasnya dan terlebih-lebih oleh
karena ia kuatir, jikalau jemaat menerima pandangan Coccejus itu.
9. Reaksi rasionalistis. Reaksi kedua ini berdasar pada seorang ahli filsafat perancis, yang
bernama Cartesius (sebenarnya Descartes), yang hidup 20 Tahun di Belanda (1629-1649). Ia
seorang anggota gereja katolik Roma, tetapi dengan filsafatnya ia menyimpang jaug dari
ajaran gereja Roma. Cartesius ialah ahli filsafat yang paling masyhur pada abad ke XVII. Ia
hanya mengaku satu realitas kenyataan yang berkuasa atas manusia, yakni kesadaran
manusia. dengan itu Cartesius mengembangkan pula asas dan pandangan kafir, yang sudah
mulai timbul lagi disebabkan oleh renaissance, yaitu bahwa manusia sendiri adalah kaidah
segala sesuatu yang ada.
Cara perpikir dirasa indah dan berguna oleh sejumlah pendeta di Belanda. Pada hebat
mereka, alangkah baiknya, jikalau dogmatik gereja dihidupkan kembali dengan dengan
mendasarkan isi penyataan Tuhan pada akal budi, bukan lagi pada Alkitab, atau sekurang-
kurangnya penyataan itu disesuaikan seapat mungkin dengan akal budi. Pokok pertentangan
itu ialah; apakah dasar Gereja? Cuma kuasa rahasia kasih Tuhanlah, yang telah
dinyatakanNya di dalam Yesus Kristus, rahasia mana tersembunyi bagi semua orang berbudi
dan berpengetahuan, ataukah kuasa hikmat manusia sendiri, yang tak lain dari kebodohan di
hadapan Tuhan? Pada abad ke-XVII asas renaissance itu masih ditolak oleh gereja, tetapi
oleh karena khotbah Gereja tentang syak dan kebodohan salib Yesus ristus sudah kurang kuat
dan dalam, kalau dibanding dengan masa Reformasi, maka lama-kelamaan gereja mulai kalah
terhadap godaan himat dunia.Cartesius menjadi bapa pencerahan, yakni aliran rasionalistis
yang merajalela di Eropa-barat pada abad ke-XVII, yang mengakibatkan revolusi perancis
dan yang memberi capnya pada suasana segenap masyarakat kristen di barat sejak waktu itu.
10. Reaksi pietistis. Apabila khotbah dalam kebaktian umum menjadi uraian dogmatik yang
panjang dan sukar dipahami oleh jemaat, dan iman berubah menjadi pengaminan akal kepada
suatu sistem theologia, maka alam perasaan dari iman sejati dan praktek hidup kudus selaku
anak-anak Tuhan yang telah dilahirkan kembali oleh RohNya, tentu saja kurang diperhatikan
dan dilaksanakan di dalam Gereja. Aliran Rohani baru, yang muncul pada abad ke-XVII dan
yang mengutamakan kelahiran kembali, pertobatan dan pengudusan, disebut “Pietisme” (dari
kata latin “Pietas”=kesalehan). Voetius dengan golongan pengiringnya punmenyambut
pietisme dengan girang. Seorang pemimpin Pietisme belanda yang terkenal, ialah pendeta
dan penyair, Jodocus van Lodenstein(1677) di Utrecht, yang melakukan askese yang keras
dan mengarang beberapa kidung yang menjadi Nyanyian kebaktian gereja di kemudian hari,
mislanya “Angkat hati, naikkan suji” (Tahlil 43) dan “berbahagia yang rasanya”
Pietisme ada juga bahayanya. Tekanan pada kelahiran kembali oleh pekerjaan Roh Kudus,
gampang menimbulkan sikap pasif, dan tekanan pada pengudusan hidup,segera
mengakibatkan jiwa taurat merampas kemerdekaan Injili dari Jemaat Kristen; dengan
demikian manusia yang saleh dan kudus itu sendiri menjadi pusat hidup rohani sebagai ganti
Kristus. Akan tetapi hal ini masih kurang terdapat pada permulaan perkembangan Pistisme,
yaitu dalam abad yang ke-XVII; barulah pada abad ke-XVIII yang menjadi zaman kejayaan
pietisme, bahaya itu nampak dengan terang.
Orang pietis biasa berhimpun dalam kumpulan-kumpulan kecil, yang dinamakan
“Konventikel”, supaya di sana mereka boleh membangun imannya dalam suasana rohani di
antara saudara-saudara yang masing-masing telah beroleh banyak pengalaman dan
persekutuan dengan Tuhan.

BAB 43
GEREJA PROTESTAN DI PRANCIS DAN JERMAN SAMPAI TAHUN 1700

A. Calvinisme perancis
1. Penghambatan kaum Calvinis
Kendatipun segala aib dan kekurangannya, gereja dan theologia Calvinis di Belanda
berkembang dengan indah pada abad ke-XVII, sehingga Gereja Calvinis Belanda menjadi
pusat sejarah Protestantisme pada zaman itu. Sekolah-sekolah tinggi belanda amat masyhur,
sehingga dikunjungi oleh banyak mahasiswa dari luar negeri.
Akan tetapi lain sekali keadaan Gereja Calvinis di prancis pada masa itu; nasib orang
Calvinis di sana amat malang. Apakah sebabnya? Kita ingat bahwa kaum hugenot telah
mendapat kebebasan beragama dan berpolitik dari raja Hendrik Iv dengan edit Nates pada
tahun 1598. Akan tetapi pada tahun 1629 sebagain janji-janji “Edik kekal” itu dicabut
kembali oleh Louis XIII, dengan jalan melarang golongan Calvinis berorganisasi secara
politik.
Jauh lebih sukar lagi kedudukan orang hugenot sesudah Louis XIV naik takhta perancis.
Dibawah pemerintahan raja agung itu (1643-1715), negeri prancis menjadi negara yang
paling berkuasa di eropah, karena jerman dan Australia masih amat lemah dan penat
disebabkan oleh perang 30 tahun (1618-1648), begitupun spanyol disebabkan oleh perang 80
tahun (1568-1648), sedang inggris dikacau-balaukan oleh revolusi. Louis XIV menuju
kepada kuasa mutlak (autokrasi) raja, selaku satu-satunya pemerintah dan kepala negara
(absolutism, pemerintahan raja mutlak). Katanya: “Negara ialah aku!” ia memandang dirinya
selaku wakil Allah, dan tak mau bertanggung jawab kepada rakyat, melainkan kepada Allah
saja. Menurut pendapatnya, dialah yang berkuasa dan berhak atas hidup dan harta benda
segenap rakyatnya. Raja hidup dalam kemewahan yang sangat besar dalam istananya yang
baru Versailles dekat paris, dimana iya dilayani dan dihormati selaku setengah dewa. Louis
XIV suka disebut “raja matahari”. Dilapangan agama ia menghendaki satu gereja-negara
yang beragama katolik Roma; kaum hogenot dipandangnya orang yang merusakkan kesatuan
bangsa dan agama, sehingga tidak boleh dibiarkan lagi mempengaruhi masyarakat umum.
Akibatnya ialah bahwa mereka semakin ditindas dan dianiaya. Banyak orang hugenot
meninggalkan tanah airnya serta berpindah kebelanda, jerman dan inggris, dimana mereka
disambut dengan kegirangan, karena kepandaian dan tenaga mereka.
Pada tahun 1682 Louis XIV melarang imigrasi (perpindahan keluar negeri) itu, sebab ia tidak
mau kehilangan penduduk yang cakap dan rajin itu bukan maksudnya mengusir mereka dari
perancis, melainkan untuk menobatkan mereka! Untuk mencapai maksud itu, ia memakai
bermacam-macam jalan dan daya upaya yang buruk. Misalnya, anak-anak kecil dirampas dari
orang tuanya, lalu dididik dalam biara secara K.R. banyak orang dibujuk untuk masuk K.R.
dengan menjanjikan pangkat tinggi atau gaji besar, kalau mereka bangsawan, dan uang supa
dan rupa-rupa keuntungan, apabila mereka rakyat biasa. Tindakan paksaan yang paling jahat
ialah menumpangkan serdadu-serdadu yang kasar dalam rumah orang hugenot.
Segala tindakan raja itu memuncak ketika edik nantes ditiadakan sama sekali pada tahun
1685. Dengan keputusan itu kebebasan beragama dilenyapkan seluruhnya diperancis. Kendati
larangan keras untuk berpindah keluar negeri, lebih dari setengah juga orang hugenot lari,
diantaranya 100.000 orang kebelanda. Hal ini sungguh merugikan industri dan tenaga rakyat
perancis. Orang hugenot, yang tinggal tetapi tak mau memungkiri imannya, tetapi dianiaya
dengan sangat begis. Banyak dibunuh atau dipakai selaku hamba pendayung dikapal-kapal
perang. Tetapi segala tindakan negara yang keji tak sanggup mematahkan keberanian iman
mereka. Walaupun dengan kesulitan besar, kaum hogenot dapat mempertahankan dirinya
ditempat-tempat yang sunyi. Mazmur 68:1 menjadi nyanyian peperangan mereka: Hu bangkit
dan mengangkat perang: musuhnya kalah, Hu menang; cerai-beraikan dia!
B. Lutheranisme Jerman
2. pertikaian tentang pembenaran manusia.
Melanchton berpendapat bahwa ajaran Luther tentang pembenaran manusia oleh rahmat dan
iman saja, perlu ditambah sedikit. Bukan maksudnya untuk menyimpang dari theologia
luther, tetapi ia telah mengutamakan tanggung jawab manusia dan amal-amal selaku hasil
iman. Apalagi, melanchtin dengan murid-muridnya, yang disebut orang “philips”, menurut
nama kecil Melanchton, yaitu Philips, mulai cenderung kepada pandangan perjamuan Calvin.
Sebab itu timbullah suatu perselisihan yang agak hebat antara golongan yang menamakan
dirinya golongan “Lutheran-sejati” dengan golongan philips, yang juga diberi nama sendirian
orang “crypto-calvinis”, artinya Calvinis tersembunyi.
Sejak tahun 1550, kedua partai ini sangat bertentangan. Golongan Lutheran-sejati menang
pada tahun 1577, karena pada tahun itu kebanyakan negeri Lutheran dijerman mendatangi
suatu karangan yang disebut “formula concordiae” (pasal persatuan), yang menetapkan
theologia Luther yang asli, dan menolak theologia Calvinis. Syang sekali, dengan demikian
hubungan gereja lutheran dengan gereja calvinis terputus. Sesudah itu disusunlah sebuah
“kitab concordia” yang didalamnya dikumpulkan segal surat pengakuan yang diakui sah oleh
geraja lutheran, yakni: ketiga pengakuan oikumenis dari geraja lama (yaitu pengakuan rasuli,
pengakuan nicea dan pengakuan athanasius), pengakuan Augsburg (1530), apologia
melanchton (1530), pasal-pasal smalkalden (1537), kedua kateksimus luther dan formula
concordiae.
3. Lutheran dan calvinis di jerman
Beberapa negara jerman tidak setuju dengan formula concordiae itu. di jerman barat beberapa
negara kecil berpindah kepada calvinisme, diantaranya nassau- dellenburg, negeri asal
pangeran willwm dari oranje. Negara “reformiert” yang terpenting dijerman, ialah palts.
Rajanya, frederik III yang saleh, menyuruh olevianus dari ursinus pada tahun 1563 menyusun
katekismus heidelberg. Oleh karena pasal-pasal tatacara kebaktian yang dikarang dalam
jemaat pelarian orang belanda, tambahan lagi oleh karena sekolah tingginya yang masyhur di
heidelberg, maka negeri palts mempunyai arti yang sabar sekali bagi calvinisme pada abad
ke-XVI. Sudah tentu bahwa pengaruh Lutheranisme dirasakan juga di daerah-daerah itu,
tetapi jemaat-jemaat disitu ‘reformiert”, karena mereka sungguh berusaha melangsungkan
reformasi dalam gereja dan masyarakat, lebih dari pada jemaat-jemaat lutheran dalam bagian
jemaat lain.
4. ajaran dan hidup dalam gereja Lutheran
Menurut pendapat gereja lutheran itu, ajaran ortodoks sudah dirumuskan dengan sempurna
dalam formula concordiae. Alkitabnya adalah bahwa hidup rohani dalam gereja Lutheran
sudah mulai surut sekali pada abad ke-XVII, seakan-akan tubuh gereja telah laku. Oknum
dan theologia Luther serta segala rurat pengakuan Lutheran, seolah-olah didewakan, sehingga
mereka berpendirian bahwa sebenarnya orang calvinis bukan orang kristen! Sikap yang
terlampau itu biasa dinamakan “confessionalisme”, yakni rumus pengakuan didewakan dan
segala orang yang merumuskan kepercayaan dengan perkataan-perkataan lain, dianggap hina
saja.
Untunglah, disamping ajaran artodoks yang perlu diakui dengan akal budi, dan segala
karangan dogmatik yang banyak, yang tidak memuaskan hati manusia itu, terdapat juga
banyak kitab yang mau memberi sajian rohani kepada jemaat-jemaat. Teristimewa kita
sebutkan nyanyian-nyanyian gereja yang mulai berkembang lagi pada masa itu. kecuali
luther, penyair gereja lutheran yang bermasyur ialah paul gerhardt (± 1676), yang mengarang
beberapa kidung yang sampai kini dinyanyikan diseluruh dunia, umpamanya tahlil 270, 271,
272 dan 273. Dimana hidup jemaat sudah suam dan perlu diperbaiki, maka pemimpin-
pemimpin gereja mengambil contoh dari praktek disiplin gereja-gereja reformiert,
sungguhpun theologis calvinis tetap ditolak mereka.
Sebagai reaksi terhadap ajaran ortodoks resmi, lahiriah suatu aliran mistik, yang lama-
kelamaan diterima juga oleh ahli-ahli theologia. Semenjak tahun 1650, persatuan mistik
dengan kristus (“unio mystica”) itu dipandang sebagaii suatu tingkatan baru di dalam hidup
kesalehan tiap-tiap orang kristen. Yang lebih tinggi dari pada kepercayaan yang sederhana
terhadap pembenaran orang berdosa oleh karunia tuhan. Dengan demikian theologia lutheran
yang sangat ortodoks itu sendiri sudah mulai menyimpang dari sola fide (“oleh iman saja”).

BAB 44
GEREJA KATOLIK ROMA SEJAK TRENETE SAMPAI TAHUN 1700
1. Gereja K. R. di bawah pimpinan Spanyol. Sesudah konsili Trenete Gereja Katolik Roma
berusaha memperbaiki pelbagai keburukannya. Gereja Roma sama sekali menolak ajaran
Injilm tentang keselamatan oleh rahmat saja. Semangat Yesuit yang fanatic itu menuju
kepada pengembalian kuasa dan kemuliaan Gereja yang lama. Sampai tahun 1588, aksi itu
berpusat di Spanyol. Raja Philips II dengan para penasihatnya menganggap dirinya pembela-
pembela kepercayaan yang benar. Paus- paus pada waktu itu kurang kuat pendiriannya,
sehingga semangat baru yang berattuntutannya itu kurang berpengaruh di Roma. Hidup dan
kegembiraan baru itu lebih Nampak dalam ordo-ordo dan kongregasi-kongregasi dimana
mereka mempergiat usahanya dilapangan sosial. Mereka memperhatikan pendidikan pemuda,
pemeliharaan orang miskin, perawatan orang sakit, dan sebagainya. Gereja K.R tidak belajar
dari reformasi, kesalehan mereka bercorak kafir yaitu kepercayaan takhyul yang hampir sama
dengan politheisme dan mistik dan Platonisme, hal-hal ini dikembangkan oleh kaum Yesuit.
Ini berkembang di Spanyol. Dilapangan teologia, ajaran Yesuit yang berbau Pelagian,
dilawan dengan keras oleh seorang guru besar di sekolah tinggi Leuwen (Belgia) yang
bernama Michael Bajus. Bajus berbalik kepada ajaran Agustinus, tetapi sesudah Trenete,
Gereja Katolik Roma tidak mau membuka telinga lagi bagi Agustinus.

2. Gereja K. R. dibawah pimpinan Perancis. Sejak tahun 1600 Perancis makin berkuasa
dilapangan politik dan makin penting selaku benteng Gereja K. R. Di Perancis aliran mistik
yang baru sudah memasuki golongan-atasan orang awam dan membawa mereka kepada rupa-
rupa usaha sosial dengan memelihara orang miskin, orang sakit, orang hukuman bahkan
orang yang kuran diperhatikan. Yang aktif melakukannya kemudian dijadikan orang kudus,
yaitu Franciscus dari Sales dan Vincentius dari Paulo. Abad ke-XVII terjadi tubrukan antara
cita-cita kebangsaan Perancis dengan cita-cita paus di Roma (ingatlah pertikaian Philip IV
dan Bonifatius VIII). Raja Louis menghendaki satu Gereja Nasional yang dalam perkara-
perkara lahiriah dikepalai oleh raja sendiri. tahun 1682 terjadi bentrokan yang hebat antara
raja dan paus. Klerus Perancis memihak kepada raja dan kuasa dan hak paus dibatasi, baik
hak konsili maupun hak kebangsaan. Sejak Trenete, konsili tak mempunyai harapan lagi
untuk merebut kembali hak-haknya, tetapi tuntutan-tuntutan nasional makin lama diakui
dalam praktek, juga sesudah klerus Perancis kemudian menarik-kembali pengumumannya
tadi.

3. Jansenisme. Ini adalah gerakan terpenting dalam Gereja Katolik Roma pada abad ke-
XVII. Cornelius Jansen seorang guru besar di Leuven yang kemudian menjadi uskup di
Yperen (Belia) berusaha mengembalikan Gereja kepada ajaran Agustinus dan kepada
kesalehan Kristen sejati dalam abad-abad permulaan. Sesudah meninggalnya pada tahun
1638, terbitlah kitabnya yang beralamat “Augustinus”. Seruan Jansen diterima diseluruh
Perancis oleh seluruh orang yang jenuh dengan ajaran Yesuit. Biara wanita Cisterciens Port
Royal menjadi gerakan Jansenisme untuk mempelajari kitab-kitab Augustinus dan yang
memerangi kesusilaan dan praktek pengakuan dosa kaum Yesuit yang tohor itu dengan keras.
Tetapi atas anjuran ordo Yesuit dan raja Perancis, paus melarang Jansenisme dengan resmi
pada tahun 1653. Sejak itu orang Jansenis di Perancis terpaka menaklukkan diri dengan rasa
lahiriah kepda kuasa paus, Yesuit dan raja.
4. Pascal. Orang Jensenis yang termasyur, yang juga menjadi salah seoran penganjur agama
Kristen yang terbesar ialah Blaise Pascal (1623-1662). Ia meninggal pada usia 39 tahun,
dimana waktu itu ditemukan di kelim bajunya sepucuk surat kenangan tentang pertobatannya,
didalamnya ia mengucap syukur kepada Allah karena keselamatan yang diperolehnya
didalam Yesus Kristus. Sejak umur 18 tahun Pascal setiap hari menderita penyakit yang amat
hebat. Dalam dirinya ia menghubungkan suatu kecakapan yang luar biasa besarnya . didalam
kitabnya yang berjudul “Surat-surat kepada seorang sahabat di propinsi” (1656), didalamnya
ia membuka kebusukan dan ketohoran aliran Yesuit dengan olok-olokan yang amat tajam.
Yang lebih pentin ialah “buah-buah renungan” Pascal yang menjadi bahan-bahan Pascal
berusaha menguraikan relasi antara pernyataan Tuhan dengan hidup batin manusia. Disitu
terlihat ia bersandar pada pernyataan Tuhan yang hanya dapat diterima manusia dengan
Alkitab saja. Bial manusia sudah lelah dan putus asa, maka iman saja yang dapat memberi
keselamatan kepadanya. Sejak abad ke- Pascal mulai besar pengaruhnya, tetapi bukan di
dalam Gereja Katolik Roma, melainkan dalam teologi Protestan.

5. Gereja K. R. dibawah pimpinan Yesuit. Penghabisan abad ke-XVII, Jansenisme dan


biara Port Royal dimusnahkan atas perintah raja pada tahun 1710. Pengaruh ordo Yesuit pun
menjadi nyata dilapangan kesalehan perseorangan. Yesuit menentang segala jenis kesalehan
yang mendalam oleh karena itu mereka menyerang mistik quietistis. Mereka memaksa paus
untuk menolak mistik itu. dengan demikian semenjak 1700 jemaat K.R di Perancis hanya
dapat menganut takhayul Yesuit atau tidak mempercayai apa-apa lagi. Kaum Yesuit
melemahkan Protestanisme dan segala bentuk kesalehan lainnya. Kaum Yesuit telah
mengejar kemuliaan Gereja Katolik Roma dengan segala daya-upaya, tetapi hidup rohani
Gereja mereka matikan.

BAB 45
INGGRIS PASA ABAD KE-XVII

1. Puritanisme dan absolutisme. Pada masa pemerintahan Elisabeth, Gereja


Anglikan memperlihatkan perbedaan yang besar antara bentuknya yang lahiriah yang
meneruskan susunan episkopal serta banyak upacara dan kebiasaan laindari zaman sebelum
reformasi, dengan teologianya yang sudah bersifat Calvinis. Golongan Calvinis yang besar
itu menuju ke arah penyingkiran segala perkara yang masih berbau Roma. Mereka disebut
“puritan”. Orang puritan menjatuhkan diri dari segala kemewahan dan kesenangan dunia,
mereka tiap-tiap hari memeriksa hatinya dan kelakuannya di hadapan Tuhan, mereka
menguduskan hari sabat dengan sungguh-sungguh dan sebagainya. Golongan puritan ini juga
disebut sebagai presbiterian, karena mereka melawan pemerintahan Gereja oleh uskup-
uskup, sambil menuntut supaya Gereja dipimpin oleh penatua-penatua (presbiter-presbiter),
seperti di Jenewa.
Di bawah pemerintahan Karel, lahirlah apa yang dikemudian hari disebut “aliran
Gereja Tinggi”, aliran itu mau menerapkan dan memajukan bentuk-bentuk K.R,
pemerintahan Gereja secara episkopal, kurban missa, bermacam-macam upacara Roma,
pewarisan jabatan rasul, dan sebagainya. Teologianya merupakan campuran ajaran
Remonstran dan Katolik Roma.
2. Revolusi. Akhirnya tindakan Karel I itu mengakibatkan pemberontakan. Revolusi
itu mulai dengan bangkitnya kaum Puritan di Skotlandia. Untuk berperang dengan mereka,
Karek memerlukan uang dan oleh sebab itu ia terpaksa memanggil parlemen bersidang lagi
pada 1640, sudah sebelas tahun lamanya parlemen tidak berkumpul. Akan tetapi parlemen
terus menyerang politik raja dengan hebat, mereka tidak menerima lagi pemerintahan mutlak
dalam negara dan Gereja. Akibatnya pada 1642 pecah perang saudara di Inggris antara
parlemen dan raja. Sekarang parlemen mengurus supaya diadakan suatu sinode Puritan-
Presbiterian. “sinode Westminster” merencanakan suatu pembaruan Gereja Inggris secara
Puritan, atas permintaan parlemen (1646). Selaku hasil pekerjaannya, sinode mengeluarkan
katekismus, liturgia, dan pengakuan yang disebut “pengakuan Westminster”. Pengakuan
Calvinis di kemudian hari tetap dipakai oleh Gereja-gereja Presbiterian di Inggris, Skotlandia
dan Amerika. Padahal semenjak restaurasi keluarga Stuart, pengakuan 39 pasal dari Elisabeth
(1563) diakui lagi sebagai pengakuan resmi Gereja Anglikan, sampai kini.
3. Golongan Independen. Timbullah gerakan agama baru yang berarti besar bagi
perkembangan politik Inggris yakni gerakan kaum “Independen”. Mereka menggunakan
teologia Calvinis, tetapi dalam organisasi Gereja, mereka berdasar pada kedaulatan mutlak
tiap-tiap jemaat. Orang Independen mau berdiri sendiri dalam segala-galanya, bebas dari
negara, bebas dari uskup-uskup dan bebas juga dari badan-badan Gereja yang lebih tinggi
dari sinode, bebas dari pengakuan-pengakuan yang resmi dan sebagainya. Penganut-penganut
Independentisme ini disebut juga dengan “Kangregasionalis” karena mereka mengutamakan
hak masing-masing jemaat.
4. Oliver Cromwell, ialah Seorang Independen menjadi panglima tentara parlemen.
Cromwell merasa dirinya terpanggil oleh Tuhan untuk melepaskan bangsa Inggris dari
perhambaan oleh raja. Sambil menyanyi mazmur-mazmur mereka menyerbu ke dalam
pertempuran dengan keyakinan yang pasti, bahwa mereka akan menang karena Tuhan sendiri
beserta dengan mereka.
Setelah kekalahan Karel I, berkuasalah Cromwell di Inggris, segala anggota parlemen
dipecatnya dan anggota yang masih ketinggalan, dipaksanya supaya menghukum Karel mati
dibunuh sebagai seorang penghianat terhadap negara, pada 1649 Karel I dipacung di halaman
istana. Sejak itu parlemenlah yang memerintah dan tidak lama kemudian parlemen hanya
terdiri atas orang Independen saja. Pemerintahan Cromwell sekonyong-konyong berakhir
oleh karena kematiannya pada tahun 1658.
5. Gereja dan orang Dissenter. Akhirnya tercapailah juga penyelesaian soal Gereja,
sesudah banyak darah air mata tertumpah. Pada 1689 diumumkanlah kebebasan kata hati
yang sepenuh-penuhnya yang memberi hak kepada segala golongan yang tak dapat setuju
dengan jiwa Gereja Anglikan, untuk mendirikan organisasi Gerejanya sendiri, di luar badan
Gereja resmi.
Orang Quaker adalah segolongan orang yang mementingkan mistik individualistis,
seperti Sebastian Franck di Jerman pada abad XVI. Kaum Quaker mengutamakan “terang
batin” yang dimiliki tiap-tiap manusia dan yang olehnya mnausia belajar mengenal Allah dan
hal yang baik. Dalam perkumpulannya orang Quaker tidak membaca Alkitab dan tidak
mendengarkan khotbah, melainkan mereka berdiam saja sambil menantikan ilham Tuhan
kepadanya. Siapa yang merasa dirinya terpanggil untuk berbicara, berdirilah ia untuk
memberi nasihat kepada saudara-saudaranya. Tentulah cara ini mendatangkan bahaya besar,
yaitu bahwa Roh dicaraikan dari Firman Tuhan. Kini orang Quaker disebut dengan “The
Friends” merupakan suatu golongan Protestantisme liberal.
Aliran Independen juga terpecah-belah, oleh karena sejak 1689, golongan-golongan
Independen tak perlu lagi berjuang bersama-sama, mereka masing-masing berorganisasi dan
menuju cita-citanya sendiri. Tentang Gereja Anglikan, mulai zaman itu hubungan antara
aliran-aliran Gereja Tinggi dan Gereja Rendah sudah kurang tegang, karena orang Puritan
telah keluar dan golongan Gereja Tinggi tidak begitu menghiraukan kembali pertentangan
antara ajaran dan liturgia di dalam Gerejanya. Teologia Gereja Inggris kurang suka
memikirkan soal-soal dogmatik, menurut tabiat Inggris, perkara-perkara praktek yang lebih
dipentingkan. Kebanyakan penduduk Inggris tetap setia kepada Gereja-gereja Anglikan yang
dianggap mereka Gereja kebangsaan dan yang disukainya oleh karena upacara-upacaranya
yang elok dan sifatnya yang praktis.

BAB 46
MISI KATOLIK ROMA DAN KOLONISASI DI AMERIKA
PADA ABAD KE-XVI DAN XVII

1. Misi katolik Roma. Semenjak penemuan Amerika oleh Columbus pada tahun 1492 dan
banyak pelayaran yang lain lagi, terbukalah daerah yang amat luas untuk perkembangan
agama Kristen di benua-bunua yang baru itu. daerah-dareah pekabaran injil yang
terpenting, ialah Amerika Tengah dan selatan, India, Indonesia, Jepang dan Tiongkok.
Dua negeri Eropa yang pada abad ke-XVI mengusahakan pelayaran-pelayaran,
perdagangan dan kolonisasi ialah spanyol dan Portugal. Supaya jangan kedua kuasa
Katolik Roma itu berlawanan dan bersaingan di bagian dunia yang baru itu, maka pada
tahun 1493 di tetapkanlah batas bagi mereka oleh paus Alexander VI Borgia, segala
daerah yang di sebelah barat sasmudera Atlantik (jadi Amerika dan seterusnya), di
serahkan kepada penjajahan, perdagangan dan Misi spanyol, sedang segala benua di
sebelah timur garis perpisahan itu (afrika, india, Indonesia, Timur-jauh) di tentukan bagi
Portugal.
Pemerintah-pemerintah kedua Negara itu tentu hanya membiarkan pekerjaan pengutusan
K.R. yang biasanya kita sebut “Misi” (misi Lat=pengutusan) di daerah-daerah seberang,
bahkan misi di bantu pemerintah dalam segala-galanya. Walaupun gereja K.R. sudah banyak
di lemahkan dan terikat tangannya di Eropa oleh Reformasi, tetapi dengan tenaga dan
pengurbanan yang besar, Gereja itu menerjunkan dirinya ke dalam tugas baru yang seakan-
akan tak terhingga luas dan beratnya. Nama dari ketiga misionaris Yesuit yang paling masyur
Franciskus Xaverius, Roberto de Nobili dan Matteo Ricci.
Yang paling masyur di antara mereka ialah Xaverius, perintis misi di Timur-jauh. Biarpun
Xaverius hanya bekerja sepuluh tahun lamanya di bagian dunia ini (1542-1552), tetapi di
mana-mana ia membuka jalan bagi Misi tanpa tahu lelah, dialah yang meletakkan dasar untuk
Gereja K.R. di India, Malaka, Maluku, dan Jepang. Sebelum Xaverius meninggal dia pernah
bekerja di Indonesia tahun 1606, sebagai seorang Brahmana dan hidup sebagai Brahmana dan
menjalankan kasta yang tertinggi. Ricci yang bekerja di Tiongkok tahun 1577 menyesuaikan
diri dengan adat istiadat Tionghoa, sampai ia turut dalam penyembahan nenek moyang.
Pada tahun 1622, usaha Misi K.R. mendapat organisasi yang rapi dengan terbentuk suatu
“kongregasi untuk mempropagandakan imam-imam”, badan mana dengan singkat di sebut
“propaganda”. Misi berjalan berbimbingan tangan dengan penjajahan dan perdagangan.
Kekejaman dan keburukan hidup kebanyakan orang Eropa kerap kali sangat merintangi usaha
Misi.
Satu perkara yang tetap menimbulkan kritik keras dari pihak kita ialah cara akomodasi
atau penyesuaian diri kepada kepercayaan kafir yang senantiasa orang Yesuit, baik di Eropa
maupun di daerah-daerah Misi. Kita telah melihat, bahwa telah melihat, bahwa telah muncul
akan tetapi meski demikian Gereja Katolik Roma selalu cenderung kepada asimilasi, sebab
menurut theologia Katolik Roma tabiat kodrati (alamiah) manusia tidak di hukum dan di
perdamaikan oleh rahmat Tuhan.
2. Kolonisasi di Amerika-Utara. Pada abad ke-XVII protestantisme mulai berkembang di
luar Eropa. Sungguhpun pekerjaan pekabaran Injil di Indonesia itu amat penting selaku
permulaan pekabaran Injil protestan di seluruh dunia, tetapi perkembangan Protestantisme
yang terbesar pada zaman itu tidak terdapat di timur, melainkan di barat, dan bukan oleh
pekabaran Injil, melainkan oleh kolonissasi.
Pada tahun 1607, orang inggris mulai menduduki daerah pantai Amerika Utara antara
daerah-daerah penjajahan spanyoldan perancis, yaitu Meksiko dan kanada. Pada tahun 1620
ada segerombolan orang puritan, yang meninggalkan Inggris, berangkat ke Belanda untuk
mendapat perlindungan dan kemerdekaan di sana akan tetapi karena belum cukup senang di
belanda, mereka melengkapi sebuah kapal yang bersama “Mayflower” (bunga mei) untuk
membawa mereka ke Amerika. Tidak lama kemudian banyak sekali orang di senter
menyeberang ke Amerika, umpamannya orang puritan, Baptis, kongregasionalisme, Quaker
dan lain golongan.
Di beberapa Negara toleransi itu telah ada dari permulaannya, oleh sebab Negara itu di
bentuk oleh orang yang menjunjung dan menjalankan toleransi secara asas. Demikianlah
halnya dengan Negara Pennsylvania yang didirikan pada tahun 1682 oleh seorang Quaker
yang bernama William Penn. Negara itu menjadi tempat pelarian dan perlindungan bagi
semua golongan yang di tindas dan di hambat di Eropa. Di sana juga Gereja mulai melawan
soal perbudakan.
Begitulah Negara-negara Serikat, yang telah melepaskan dirinya dari Inggris pada tahun
1776 di bawah pimpinan jenderal Washigton, bukan hanya menjadi pemuka di lapangan
politik dan perekonomian, tetapi dalam lapangan Gereja. Dari antara pekabar Injil yang
sedikit itu dan yang berusaha melakukan tugas yang sukar , patutlah dengan hormat kita sebut
nama John Eliot, seorang pendeta presbiterian, yang sejak tahun 1645 bekerja tiga puluh
tahun lamanya diantara orang Indian dekat Boston.
BAB 47
PEKABARAN INJIL DI INDONESIA DARI TAHUN 1500 SAMPAI TAHUN 1800

1. Misi portugis pada abad ke XVI. Pada akhir abad ke XV orang portugis telah mendapat
jalan laut ketimur. Vasco da Gama di pantai india pada tahun 1498. Beberapa tahun
kemudian 1512 kapal portugis mengunjungi kepulauan rempah, Maluku, untuk pertama
kali dan sejak tahun 1522 mereka tinggal tetap di ternate, ambon, benda dan lain tempat
untuk berdagang. Ketika paus membagi dunia baru antara spanyol dan portugis. Maka
salah satu syaratnya ialah bahwa raja harus memajukan misi katolik roma di daerah yang
telah diserahkan kepada mereka.

Misionaris yang pertama menginjakan kakinya di pulau Maluku ialah rahib fransiscan
yang mendarat itu ternate pada tahun 1522 tetapi oleh karena rupa perselisihan di antar orang
portugis sendiri. mereka segera terpaksa berangkat pulang. Lalu mereka mulai bekerja di
Halmahera pada tahun 1534, tetapi oleh kebengisan pembesar portugis rakyat bermupakat
untuk mengusir semua orang kulit putih dan memaksa orang yang sudah masuk Kristen untuk
murtad lagi. Simon vaz, seorang peter fransiscan mati dibunuh selaku syahid pertama di
Maluku 1536 pahlawan ini ditindas dan kemudian pater berusaha untuk menanamkan bibit
agama roma di Halmahera.

Demikianlah keadaan kekristenan Maluku ketika pemerintahan portugis di Indonesia


mulai serang oleh belanda maklumlah bahwa raja spanyol Philips II yang diperangi dengan
hebat oleh bangsa belanda dalam perang 80 tahun 1568-1648. Merangkap juga pangkat raja
portugis sejak tahun 1580 saudagar belanda rindu menguasai perdagangan rempah dengan
kepulauan Maluku. Permulaan tahun 1605 kapal belanda dibawah perintah steven van hagen
berlabuh di teluk ambon. Kaum Kristen bumi putera di ambon leasa yang pada waktu itu
kira-kira 16000 jmlahnya. Beroleh kebebasan beragama asalkan mereka takluk kepada
pemerintah kompeni belanda.

2. Permulaan Sending Belanda. Pada abad ke XVI belum ada kemungkinan bagi gereja
reformasi yang muda itu untuk memperhatikan pemberitaan injil dari luar negeri, karena
segala benua yang baru didapat diakui oleh spanyol dan Portugal yang katolik roma.
Keadaan ini berubah sejak tahun 1600 sebab pada waktu itu belanda dan inggeris telah
merebut kuasa dilaut dari spanyol dan Portugal. Pada tahun 1602 dibentuk kongsi
perkapalan verenigde Oost-indische compagnie. (VOC kompeni) yang berdagang dari
tanjung perharapan (afrika selatan) sampai jepang. Di belanda VOC dikepalai oleh suatu
badan pengurus yang beranggota tujuh belas orang (tuan-tuan XVII) dan di Indonesia
oleh seorang gubernur jenderal dengan pegawainya.

Gereja dibelanda menaruh minat besar terhadap pekabaran injil di Indonesia. Disegala
persidangan klasis dan sinode propinsi disinode umum di Dordrecht (1618/19)dirundingkan
soal mengenai pekabaran injil. Ditempat VOC terutama di Amsterdam, melantik panitia
istimewa. Yang anggotanya disebut utusan (deputat) untuk urusan Indonesia.gereja belanda
untuk memajukan pekabaran injil untuk kehormatan allah dan keselamatn manusia. Akan
tetapi gereja terikat oleh kuasa dan peraturan VOC sehingga ia tak dapat berbuat lain dari
pada memajukan saja segala maksudnya sebagai usul dan permohonan kepada tuan XVII.

Pekabaran injil mendapat perhatian dibelanda Prof Voetius di Utrecht menguraikan


tentang dasar alat objek maksud dan metode pekabaran injil dalam karangannya tentang
penanaman dan penanam gereja. Menurut voetius yang mengutus seharusnya jemaat
setempat berdasarkan Kis 13:1-5 pada hematnya pemerintah wajib menyokong dengan uang
dan pertolongan tetapi tak boleh mencampuri urusan dan pimpinan pekabaran injili.
Pertobatan kaum kafir muslim dan yahudi, penanaman dan pembentukan jemaat setempat
bahkan terutama hormat dan pujian kepada tuhan dan penyataan rahmatnya selain dari
voetius patutlah kita menyebut gurubesar Joh, Hoombeek di Leiden yang menerbitkan
beberapa kitab tentang pemberitaan injil di antara bangsa kafir.

3. Pekerjaan beberapa pendeta. Untuk mendapat kesan tentang usaha pendeta di pelbagai
lapangan pekerjaan. Sebastian Danckearts bekerja di ambon (1618-1622) dan Jakarta
(1624-1634). Di ambon ia berkhotbah dalam bahasa belanda dan melayu. Terutama ia
mementingkan disekolahan atas usulnya tiap hari pemerintah memberi beras kepada
anak sekolah, sehingga banyak anak tertarik. Dibukanya sebuah sekolah guru untuk
melatih penolong yang cakap bagi pekerjaan di jemaat dan di sekolah. Danckaerts
karangannya tentang keadaan agama Kristen di ambon, Danckaerts menghidupkan
perhatian gereja belanda terhadap pekabaran injil.

Permulaan pekerjaan gereja di Jakarta kita di kenal dari laporan tahunan yang panjng, oleh
Adriaan Hulsebos (1616-1622). Dan guburnur Jakarta jan pieterzoon coen mengizinkan
terbentuknya majelis gereja dan perayaan perjamuan kudus 1621. Sebelum pulang kebelanda
Hulsebos diutus ke Maluku untuk mempelajari keadaan gereja disana. Justus Heurnius adalah
seorang pendeta yang sudah menunjukkan perhatian besar terhadap pertobatan kaum kafir,
selagi ia dibelanda. Ia masuk sekolah tinggi lagi untuk menuntut ilmu theology dan
mengeluarkan sebuah karangan yang di dalamnya ia membangunkan perhatian jemaat
belanda untuk mengusahakan tugas pekabaran injil. Pada tahun 1614 Heurnius tiba di Jakarta
dengan segera iadapat membereskan suatu pertengkaran antara Gubernur Jenderal dengan
majelis gereja.

Terjemahan Alkitab, pengakuan iman rasuli, kesepuluh hukum, kitab katekismus dan
khotbah dalam bahasa melayu sudah mulai dikerjakan oleh beberapa orang semenjak
permulaan masuknya agama protestan ke Indonesia. Pada akhir abad ke- XVII terasalah
kebutuhan akan terjemahan sebuah alkitab oleh ahli theologia yang pandai. Dua pendeta
bersaingan dalam hal itu Melchior Leidekker, pendeta di Jakarta `1678-1701 mengerjakan
terjemahan dengan memakai bahasa melayu tinggi sampai kepada efesus 6:6 ia meninggal
pada waktu itu juga Francois Valentijn memimpin jemaat diambon dari tahun 1686-1694 dan
1705-1713. Masyhurlah kitab sejarah Indonesia yang diterbitkan pada tahun 1725 dalam
delapan jilid besar. Valentijn telah menterjemahkan Alkitab kedalam bahasa melayu Maluku
dan ia berdaya upaya supaya tuan-tuan XVII mencetaknya. Akan tetapi terjemahan
Leidekkerlah yang dipilih dan diterbitkan untuk pertama kali pada tahun 1733. Sebagai mana
dimaklumi dikemudian hari justru terjemahan Leidekker inilah yang amat dicintai suku
bangsa ambon.

4. Baptisan dan pemisahan sakramen. Di samping masalah mengenai khotbah, pengajaran


agama dan displin baptisanlah yang menjadi soal yang penting bagi jemaat di Indonesia.
Pemecahan soal ini sudah tentu betalin rapat dengan cara mengembangkan gereja pada
umumnya. Nyatalah bahwa praktek penerimaan anggota baru dalam gereja adalah kurang
sesuai dengan ajaran gereja secara teori. Tentang baptisan anak-anak jikalau orang tua
dua-duanya atau satu diantara orang Kristen, memanglah anak mereka patut di baptis.
Demikianlh putusan sinode Dordrecht karena mereka belum menjdi ahli waris perjanjian
tuhan, baiklah anak yang demikian didik dalan agama Kristen dan barulah dibaptis
setelah dewasaatas pengakuan mereka sendiri. anak-anak yang lahir dari orang Kristen
diluar nikah yang sah, boleh dibaptis, asalkan orang tua ditegur jika dirasa perlu harus
memakai saksi.

Baptisan orang akil balig menimbulkan kesulitan yang lain lagi terus dipandang
sebagai anggota sidi yang berhak turut dalam perjamuan kudus selaku syarat baptisan pada
umumnya dituntut penghapalan doa bapa kami. Kedua belas pasal iman dan kesepuluh
hukum akan tetapi takdapat tidak kebanyakkan calon baptisan kurang memahami arti kalimat
itu. pendeta merasa bahwa tak ada keberatan untuk menerima orang yang demikian dengan
baptisan selaku anggota jemaat Kristen supaya mereka jangan melawan kompeni. Jangan
murtad lagi dan masuk islam, tata gereja tahun 1624 melarang pemisahan sesuai dengan
keputusan sinode Dordrecht tetapi tatagereja baru dari tahun 1643 mengizinkan pemisahan
sakramen untuk daerah pekabaran injil. Pada tahun 1734 sinode dibelanda menolak mentaah
penceraian sakramen.praktek pemisahan itu tak dapat diubah lagi akibatnya ialah bahwa
kaum Kristen protestan di Indonesia pada masa VOC benar banyakbilangannya tetapi
pengetahuan alkitab dan percaya injili kurang. Derajat kebajikan rendah pengaruh kafir di
dalam jemaat besar dan perayaan perjamuan kudus hanya jarang sekali dan melulu untuk
sedikit anggota sidi saja.

5. Rintangan perkembangan dan kesudaha. Jikalau kita menoleh kepada usaha pekabaran
injil di Indonesia di zaman VOC haruslah kita pastikan bahwa pemberitaan injil itu
banyak dirintangi oleh bermacam hal. Secara asas VOC mengaku kewajibannya untuk
mengurus dan menyongkong perkembangan gereja Calvinis, tetapi karena inti pokok
maksud VOC adalah berdagang dan mencari untung. Akan tetapi kendatipun segala
rintangan yang banyak itu pekabaran injil mendapat perhatian dan jemaat tuhan
berkembang diseluruh Indonesia timur pada akhir abad ke XVIII berpuluh ribu orang
sudah masuk Kristen dan berates sekolah sudah dibuka. Pekabaran injil prostestan
mempunyai suatu keuntungan yang sangat besar yang tidak terdapat pada misi K.R yaitu
biar jumlah pendeta belanda berkurang tetapi bilangan pemimpin jemaat bumi putera
bertambah berkat kesetiaan kerajinan dan usaha guru Indonesia itu jemaat hidup terus
juga waktu VOC terpaksa menarik diri selama abad ke XVIII perdagangan VOC sudah
banyak mundur oleh pelbagai sebab sampai akhirnya kerugiannya sudah meningkat
sampai 90 juta rupiah pada tanggal 31 desember tahun 1799 VOC yang mulia itu bubar
segala milik dan hutangnya diserahkannya kepada pemerintah republic belanda.

BAB 48
PIETISME DAN METODE

1. Pokoknya. Aliran, Pietisme yang mulai muncul di Eropa-Barat pada penghabisan abad
ke-XVII, menjadi suatu gerajan pembangunan rohani yang amat penting, teristimewa di
Jerman dan Belanda. Pietisme adalah reaksi terhadap suasana Gereja yang suam itu
terhadap semangat dunia yang sudah merajalela di dalam masyarakat kristen. Menurut
mereka belum cukup jikalau hanya ajaran murni dan digmatik ortodoks saja yangn di
berikan, yang hanya memuaskan otak, tetapi tidak memberi rezeki rohani kepada jiwa.
Pietusme berusaha memberantas semangat yang suam itu dengan mengutamakan dengan
beberapa hal yang hendak membina kembali hidup rohani jemaat :
a. Kesalehan batin perseorangan. Tiap-tiap orang kristen harus ambil bagian dengan
segenap jiwanya dalam hidup rohani yang pintunya telah di buka bagi manusia oleh injil
Yesus Kristus.
b. Praktek kesalehan dalam hidup sehari-hari. Menurut pandangan pietis, pengakuan akali
terhadap ikrar resmi Gereja sama sekali tidak memadai, karena mungkin juga iman serupa
itu hanya ian yang mati.
c. Akibat pendirian itu ialah: 1. Kaum pietis suka beraskese. Sikapnya terhadap dunia
negatif saja, karena segala keramaian dan kesenangan masyarakat yang mengandung
banyak dosa, sangat berbahaya untuk hidup rohani. 2. Pietisme gampang bersifat
moralistis. 3. Pietisme bersifat eskhatologi, karena bumi ini di pandang sebagai lembah
air mata saja, tempat iblis merajalela.
d. Organisasi pietisme berupa konventikal. Orang pietis suka berhimpun dalam
perkumpulan-perkumpulan atau “konvetikel” kecil terdiri dari orang-orang saleh yang
tidak puas lagi dengan kebaktian-kebaktian resmi digedung-gedung gereja.
Jiwa puritan dan pietis memasuki jerman dari Inggris dan Belanda pada penghabisab
abad ke-XVII. Di Jermanlah pietisme mendapat perkembangannya yang paling indah dan
besar.
2. Spener. Bapa Pietisme Jerman ialah seorang pendeta yang bernama philip Jacob Spener
(1615-1705). Keberatannya banyak terhadap semangat Gereja Lutheran pada zaman itu
dan hatinya juga kurang di puaskan oleh misik baru, yang telah banyak timbul tempat
selaku eaksi terhadap ortodoksi Gereja resmi yang mati itu.
Spener bekerja di Frankfort, Dresden dan Berlin. Dimana-mana ia membentuk
konvektikel. Dalam akibatnya yang berkepala “cita-cita saleh” ia mengemukakan bahwa
ajaran Gereja sudah cukup lengkap, tetapi hidup jemaat harus di baharui kembali. Pandangan-
pandangan spener ini sangat di lawan oleh banyak pemimpin Gereja, tetapi juga di setujui
dan di gemari oleh banyak orang.
3. Francke. Pada tahun 1692 August Hemann Francke (1663-1727) menjadi pendeta di
Halle, sambil merangkap pangkat guru besar atas anjuran spener. Pemberian itu di
anggapnya sebagai suatu petunjuk dari Tuhan sendiri, yakni bahwa ia harus mulai lebih
baik dan teratur untuk mengurus orang miskin. Dengan uang yang sedikit itu Francke
membuka sebuah sekolah bagi anak-anak sekolah bagi anak-anak miskin dalam satu bilik
dalam rumahnya sendiri. Di samping itu Francke mendirikan sebuah perkumpulan untuk
menyiarkan Alkitab, yang akan mengusahakan penjualan Alkitab dengan harga yang
amat murah, agar supaya boleh di miliki anggota jemaat.
Sekalipun kita sangat menghormati segala usaha sosial Francke itu, tetapi kita
berkeberatan juga terhadap suasana pietisme di Halle. Dari itu ia berpndapat bahwa tiap-tiap
orang kristen seharusnyalah mengikuti jalan itu juga. Dengan jalan itu orang-orang saleh
wajibmengejar kesempurnaan Injil.
Juga untuk perkabaran injil di luar negeri, Halle mempunyai arti yang besar. Pada
tahun 1706 ia dapat memakai tenaga dua orang muda (ziegenbalg dan plutschau), yang telah
di didik oleh Francke.
4. Perkembangan dan perlawanan. Dalam bagian pertama abad ke-XVIII, pietisme
berkembang dengan pesat di jerman. Diprusia dan beberapa negeri yang lain, pietisme
yang terindah terdapatdi wurtemberg di jerman selatan. Akan tetapi pietisme pun banyak
juga menimbulkan perlawanan dari pihak Gereja Lutheran, dan memang ada banyak
sebab yang sah untuk itu, sehingga pemimpin-pemimpin Gereja sangat berkeberatan
terhadap pengaruh dan akibat pietisme. Tak mengherankan bahwa badan-badan Gereja
dan kebanyakan pendeta Lutheran sangat mempermasalahkan dan melawan pietisme,
tetapi sayang, mereka kurang insaf bahwa aliran itu diakibatkan oleh kesalahan dan
kekurangan Gereja sendiri.
5. Zinzendorf. Pemuka pietis yang terpenting, bahkan merupakan penganjur terutama untuk
Gereja Kristen pada abad ke-XVIII, adalah nicolaus Ludwig Graf von Zinzendorf (1700-
1760). Pada tahun 1722 ia memberi izin kepada sekumpulan “saudara-saudara moravia”
untuk mengambil tempat kediaman didaerah kepunyaannya itu. Dengan izin dan
pertolongan Zinzendorf, orang pelarian injil, orang pelarian injil itu merupakan koloninya
yang diberi nama Herrnhut (perlindungan Tuhan). Mulai sekarang Zinzendorf
mengunjungi banyak negari, seperti Belanda, Inggris dan Amerika.
Organisasi Herrnhut adalah luarbiasa. Sejak tahun 1740 hanya Yesus sendiri di pandang
mereka sebagai pemimpin jemaat, yang kehendaknya ditanya dengan doa dan undian,
umpamanya pada pemilihan-pemilihan pejabat.
6. Metodisme. Dahulu golongan Puritan Inggris telah mempengaruhi kesalehan orang
kristen di Jerman. Pada bagian pertama dari abad ke-XVIII, kesalehan jemaat kristen di
Inggris sudah amat surut. Terlalu banyak anggota Gereja kurang menghiraukan kebaktian,
pengajaran dan pimpinan Gereja Anglikan.Pada masa itu seorang pendeta Anglikan yang
muda, yang bernama John Wesley (1703-1791), berjumpa dengan saudara-saudara
Herrnhut, tatkala ia mengunjungi Amerika-utara dan kemudian di Inggris juga.Pada
anggapan Wesley, seorang kristen sanggup mencapai kesempurnaan dalam pengudusan
hidup, oleh usahanya sendiri dengan bantuan Roh Tuhan. Inilah ajaran “perfeksionisme”
(perfek,Lat=sempurna). Jadi theologi wesley bercorak Arminian. Pandangan itu dilawan
oleh Whitefield, yang mempunyai theologia Calvinis dan mendasarkan pertobatan dan
kekudusan hidup itu pad predestinasi. Perbedaan pendapat ini menyebabkan perpisahan
antara pekerjaan Wesley dan Whitefield (1741), tetapi mereka tetap bersahabat dan harga-
menghargai. Kebanyakan pengikut mereka mengikut Wesley, karena ia seorang pengatur
yang amat cakap. Lama-lama gerakan Wesley itu melepaskan dirinya dari gerej Anglikan
dan menjadi suatu Gereja sendiri yang amat besar di bawah pimpinan Wesley. Gereja
Metodis itu banyak menarik anggota ke luar dari Gereja resmi. Nama “Metodis” itu
berasal dari nama sindiran “Metodis”, yang dahulu diberikan oleh mahasiswa-mahasiswa
lain kepada Wesley dan teman-temannya, tatkala mereka masih belajar di Oxford, yang
mengolok-olokkan metode luarbiasa, yang dipakai Wesley dalam kumpulan-
kumpulannya di sekolah tinggi itu.
Gereja Metodis adalah berdasar pada pertobatan anggota-anggotanya, yaitu perbuatan
dan kehendak mereka sendiri, maka Gereja itu diatur seperti suatu perhimpunan manusia
belaka dan bukan sebagai suatu Gereja sejati. Tiap-tiap anggota menerima sepucuk surat
keanggotaan, yang dibaharui sekali dalm tiap-tiap tiga bulan, jikalau anggota itu berkelakuan
baik dan suci, tetapi apabila seorang saudara kalah dalam pemeriksaan rohani itu, surat
keanggotaannya itu dicabut. Sifat lain yang istimewa pada Gereja Metodis adalah pendeta-
pendeta yang telah dilatih untuk jabatannya, mereka memakai banyak pengkhotbah
pembantu, yang dipilih dari antara kaum awam (laypreachera). Masing-masing anggota
Gereja juga wajib turut menyiarkan Injil.
Gereja Anglikan pun hidup kembali oleh karena adanya suatu gerakan pembangunan,
yang berlaku pada masa revolusi Perancis, ketika masyarakat Kristen di Eropa terguncang
dan banyak orang mencari suatu dasar yang teguh untuk imannya. Gerakan itu memberikan
hasil yang bagus. Pada tahun 1804, didirikanlah “Perkumpulan Penyebaran Alkitab di
Britania dan di luar negeri” (British and Foreign Bible Society).
BAB 49
GEREJA PADA MASA PENCERAHAN

1, Asal Pencerahan. Sebagaimana kita ketahui, renaissance yang timbul pada abad ke-XV,
telah memaklumkan bahwa manusia sendiri adalah kaidah segala sesuatu yang ada, bukan
gereja dan Alkitab. Manusia itu bediri sendiri; ia tak usah takluk kepada sembarang kuasa
lain. Kesadaran kafir renaissance itu, yang bersambungan dengan dunia kafir Yunani-
Romawi zaman dahulu, belum cukup kuat untuk terus membongkar-bangkirkan segenap
masyarakat Kristen di Eropa. Reformasi dan kontra-reformasi masih memimpin masyarakat
dalam abab ke-XVI dan ke-XVII, akan tetapi di samping itu, pengaruh aliran renaissance
makin lama makin meresap diberbagai lapangan hidup, sehingga bertambah banyak orang,
teristimewa dari golongan cendekiawan, mulai melepaskan diri dari kuasa Firman Tuhan.
Ilmu dan pengetahuan dan kebudayaan umum memisahkan diri dari ajaran-ajaran dan
anggapan-anggapan Gereja Kristen. Pada tahun 1543 Copernicus menemukan, bahwa bukan
bumi, melainkan mata harilah pusat semesta alam. Dalam abad ke-XVII, Kepler
menerangkan peredaran bintang-bintang sajarat (Planit) dan atas dasar itu galilei sama sekali
membaharui pengetahuan kita tentang susunan alam. Wewton (1727) menemukan gaya berat
selaku hukum dasar dan asas semesta alam itu.
Akibat penemuan-penemuan yang revolusionar itu,manusia mulai menghina ajaran kolot
Gereja seraya memindahkan perhatiannya dan kepercayaannya kepada ilmu alam yang ajaib.
Mulai abad ke-XVIII, kaum terpelajar merasa bahwa apa yang diamati manusia dengan
pancainderanya dan apa yang di sadari dan diketahuinya dengan akal budinya, itu sajalah
perkara yang wajib dipercaya dan dijunjung. Sementara itu gereja semakin dilemahkan juga
oleh perang-perang agama dan oleh perselisihan-perselisihan di dalam sendiri. Banyak
anggota gereja telah jemu kepada segala pertikaian itu; iman sudah mundur menjadi
pengakuan akali belaka dar ajaran resmi Gereja.
2. Wujud Pencerahan. semangat kepercayaan yang tak terbatas terhadap akal bumi manusia
itu, biasa ita sebut “pencerahan”. Barulah sekarang rasanya manusia berdaulat dan memasuki
zaman bahagia dan kemajuan. Filsuf kant menjadi mulut perasaan umum itu, demi ia
merumuskan demikian; pencerahan adalah keluarnya manusia dari keadaan belum akil balig
itu ialah tak sanggupnya manusia mempergunakan akalnya, jika tidak dipimpin oleh orang
lain”. Meskipun kebanyakan orang tidak hendak menolak penyetaan Allah sama sekali, tetapi
penyataan itu menjadi kurang penting,jika dibanding dengan akal budi yang sekarang berjanji
untuk membuka segala rahasia di dunia. Menurut pendapat umum, maka semua manusia
hanya mempunyai satu saja akal yang tertentu menurut tabiat kodratinya, akal mana sama
wujud dan isinya pada tiap-tiap okmum; Cuma perlu akal tradisi
3. Agama Pencerahan. “Agama kodrati” yang diciptakan oleh filsuf-filsuf penceahan sudah
tentu amat suam dan dangkal, bahkan berbeda jauh dengan agama sejati. Iman kodrati itu
pertama-tama menuju kepada yang mahatinggi, yang dapat dibuktikan dari hikmat dan
ketertiban semesta alam. Menurut agama kodrati itu, tentulah juga Allah menyuruh manusia
melakukan kebijakan. Jiwa manusia tidak dapat mati; dalam hidup dan akhirat, jiwa akan
menemi hukuman atau pahala, yang patut diterimanya. Allah, kebajikan dan hidup baka,
itulah ketiga rukun dasar agama “akali”itu. Yesus sangat dihormati, tetapi memang dalam
agama sejenis itu ia hanya diakui selaku Guru agama kodrati dn selaku teladan bagi kebajikan
yang benar. Semua ajaran untuk Alkitabdan gereja yang bertentangan dengan pandangan itu
mereka ditolak selaku perkara smabil lalu, yang Cuma dikemukakan oleh gereja untuk
menyenangkan jemaat sederhana yang kurang berpengetahuan, atau mereka cela sebagai
tipuan iman-iman. Sikap orang Kristen pencerahan itu yang memperkosa dan
membengkokkan kebenaran Injil adalah lebih berbahaya bagi gereja dari pada enghinaan dan
serangan dari pihak orang yang melawan agama kristen dengan nyata-nyata.
Samalah halnya dengan “kesusilaan kodrati”. Nampak bahwa juga orang yang belum
diperanakkan kembali, dapat berkebajikan. Dengan demikian ilmu kesusilaan pencerahan
adalah bersendikan paham-paham; bahagia, faedah, kebajikan dan pahala. Tak dapat tidak
kesusilaan semacam itu makin lama makin menjauhkan diri dari Alkitab, karwena satu-
satunya dasar kesusilaan Injil yang benar, yakni kegembiraan beragama, telah ditukar dengan
dasar akal yang memetingkan diri (egoistis). Maksud pencerahan ialah untuk bersifat kristen
dan Kodrati, tetapi hasilnya tak lain dari pada suatu sistem agama dan kesusilaan, yang
paham-pahamnya bukan kristen sejati dan juga bukan kodrati semata-mata.
4. Kisah pencerahan. Pencerahan lahir di belanda, karena negeri itu adalah satu-satunya
tempat di eropa yang menaruh toleransi terhadap segala aliran rohani zaman itu dan yang rela
memberi perlindungan kepad tiap-tiap filsuf revolusioner, yang harus lari dari tanah-airnya
sendiri.
Di inggris orang sudah jemu terhadap segala pertikaian gereja pada abad ke-XVII. Sesudah
tahun 1688, banyak orang cendekiawan asyik mencari rezeki rohani yang lain, di luar gereja;
sekarang asas-asas pencerahan dipergunakan untuk membaharui agama. Orang yang
memimpin dan menuruti aliran itumenyebut dirinya “yang berpikiran bebas” (Freethinkers),
tetapi oleh lawannya, mereka diberi gelar “Deis”. Deisme mengajarkan tentang adanya Allah
(lawan atheisme)yang terpisah dari dunia (lawan pantheisme), tetapi yang tidak lagi
mempedulikan makhluk-makhlukNya sesudah dunias diciptakanNya (lawan theisme). Istana
raja da pembesar-pembesargereja bersama-sama memeras rakyat, yang terjerumus dalam
kemiskinan yang dashyat. Pemimpin pencerahan perancis, seorang yang kenamaan, ialah
Voltaire (uc. Volter 1694-1778), yang menerangkap pandangan-pandangan pencerahan
kepada rakyat jelata dan amat membenci agama Kristen pada umumnya dan Gereja roma
Pada khususnya.
Pada tahun 1789 pecahlah revolusi perancis yang hebat, yang lebih nyata lagi membiarkan
pandangan-pandangan anti gereja di antara rakyat murba, sehingga sejak itu menguasai dan
memberi capnya kepada masyarakat umum. Dari tahun 1792 sampai 1794 pemerintah kota
paris menyerang gereja dengan sekeras-kerasnya. Tarikh Masehi dihentikan, banyak gedung
gereja dimusnahkan dan suatu pesta akal budi diadakan, yang memperlihatkan seorang nona
paris bertakhta selaku (Dewi akal) di dalam katedral notre dame.
Di jerman, pencerahan dari mulanya bersifat kurang radikal, tetapi disana juga aliran baru itu
amat digemari dan diturut oleh golongan terpelajar, yang ingin memajukan negerinya
menjadi suatu negara yang berkuasa dan modern. Raja Fredik Agung, yang memerintah
Prusia dari tahun 1740 sampai 1786, menjadikan pencerahan itu suatu perkara negara.
Kira-kira tahun 1800 pujangga-pujangga dan filsuf-filsuf Jerman membuka sautu fase baru
bagi pencerahan, yang biasanya kita sebut; idealisme Jerman”. Demikian akal budi itu
mendalam dan meluas menjadi “Roh”. Batas antara roh manusia ini dengan Roh Allah
hampir tidak diakui lagi, sehingga aliran deisme yang rasionalistis dari abad ke-XVIII,
bermuara kepada suatu pantheisme mistk yang amat menarik hati orang. Pemuka-pemuka
idealisme itu ialah pujangga-pujangga lessing, Herder, Goethedan Schiller, dan filsuf-filsuf
Kant,Fiehte, Schelling dan Hegel.
5. Gereja Protestan dan Pencerahan. Sikap manakah yang diambil Gereja terhadap
bangkitnya manusia autonom itu? tak dapat tidak satu-satunya tindakan gereja yang
seharusnya, ialah mengaku dosanya sendiri, yang telah menyebabkan munculnya pencerahan
dalam masyarakat Kristen, lalu gereja hendaklah bertobat dan taat kembali kepada Firman
Tuhan, dan dengan penundukan demikian kepada Injil Kristus, gereja wajib menyerukan
tuntutan pertobatan itu juga kepada dunia, yang memuja anak lembu emas “Akal-Budi”.
Itulah sepatutunya tugas gereja. Akan tetapi Gereja kurang menginsafi bahaya gerakan baru
itu. Theologia gereja sendiri sudah sekian lama memberitempat kuasa kepada akal budi, di
samping Alkitab, sehingga ia tidak sanggup memberikan kritik untuk menyerang asas-asas
pencerahan itu. Nyatalah bahwa makin berusaha mereka untuk mendasarkan uraian-
uraiannya atas Alkitab, makin sukar juga berhasil maksud mereka untuk memuaskan akal,
karena sudah tentu bahwa Alkitab mengandung banyak perkara yang mustahil dipahamkan
oleh akal-budi manusia. golongan “Kanan” ahli-ahli theologia itu (artinya yang
ortodoks)menjelaskan bahwa perkaras-perkara itu tak lain dari “kebenaran alam-atas” yang
memang mengatasi akal kita, tetapi juga berlawanan dengan akal; padahal ‘sayap kiri”
(artinya theologianya lebih liberal coraknya)menerangkan bahwa apa yang kurang cocok
dengan akal kita disebabkan karena pengarang-penarang Alkitab dengan sengaja
menyesukainnya kisahya kepada pengertian sederhana pembaca-pembaca Yahudi dahulu
kala.
Walaupun demikian, waktu ia juga menghasilkan perkara yang baik bagi gereja dan ilmu
theologia. Dalam abad ke-XVIII barulah ahli-ahli theologia mulai mengindahkan pelajaran
terhadap sejarah hubungan dengan Alkitab dan gereja Kristen.sudah tentu iman mengaku
bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan bahwa sejarah gereja adalah sejarah pimpinan Allah
terhadap umatNya, tetapi sampai pada zaman pencerahan, orang Kristen kurang
mempedulikan soal yang penting bagaimana Alkitab dan gereja telah tumbh dan berkembang
di lapangan sejarah dunia ini, malahan soal itu dipandang berbahaya oleh banyak orang salah.
Akibat penyelidikan itu tentu membawa separuh orang kepada keragu-raguan terhadap dasar
ilahi Alkitab dan Gereja, tetapi sekali pun demikian, nyatalah bahwa pelajaran macam baru
itu kelak akan menolong mencelikkan mata kita kepada keadaan yang luas dan ilahi, yakni
keadaan Alkitab dan Gereja Kristus di bumi ini.
6. Gereja Katolik Roma Dan Pencerahan. Secara bataniah gereja katolik roma kurang
dipengaruhi oleh pencerahan jika dibandingkan dengan gereja-gereja Protestan, tetapi secara
lahiriah gereja Roma kena rugi yang yang lebih besar.
Kemenangan yang paling penting yang dicapai oleh pencerahan atas gereja K.R. ialah
pembubaran ordo Yesuit. Ordo yang sangat berkuasa itu telah menyingkirkan segala anasir
dari gereja K.R. pemuka-pemuka pencerahan sangat menbenci orang Yesuit, karena
propagandanya tentang pelbagai takhyul, tunjangannya kepada kuasa paus,perlawanannya
terhadap segala kemajuan dan terutama karena politik mereka, yang berusaha mengukuhkan
dan memperluas kuasanya dengan segala ikhtiar, entah yang baik atau yang buruk. Hal ut
terjadi di portugal, spanyol, perancis, Napels dan Parma (italia-utara). Sedangkan pada tahun
1773, atas desakan raja-raja, ordo Yesuit dibubarkan untuk selama-lamanya oleh paus
Clemens XIV yang mendasarkan keputusan itu atas ilham Roh Kudus. Akan tetapi pada
tahun 1814, ordo Yesuit itu sudah diizinkan kembai, sehingga mereka tak usah bekerja lagi
dengan sembunyi-sembunyi, tetapi boleh meneruskan pekerjaan dnan resmi. Dibawah
pemerintahan kaisar Napoleon, kedudukan gereja sudah lebih baik lagi; ia mau memakainya
selaku alat untuk menambah kuasa. Gereja diberi beberapa hak, tetapi tetap di bawah
pengawasan keras dari pihak negara. Smapai dua kali Negara Gereja dibubarkan dan paus
ditawan oleh Napoleon (1798-1800 dan 1809-1815). Salah satu hasil penting dari perubahan
itu ialah bahwa tak mungkin lagi mempertahankan peraturan perdamaian agama Augsburg
pada tahun 1555, yang menentukan bahwa tiap-tiap negeri atau daerah jerman mempunyai
agamanya sendiri.
7.Gereja Belanda dan Pencerahan. Di tanah belanda bibir percerahan bertumbuh dengan
segera, karena kita maklum bahwa hidup rohani disana sudah lama dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan oleh cita-cita Libertin. Proses ini dipercepat lagi oleh kecenderungan
golongan atasan untuk menjunjung, memuji dan meniru segala perbuatan-perbuatan perancis
dan oleh kemewahan hidup dan kendurnya kebajikan dan kerajinan yang semakin nampak
itu. yang tampil ke muka pada akhir abad ke-XVIII ialah antara lain Petrus Hofstede di
Rotterdam, seorang pembela kepercayaan ortodoks. Hofstede juga menaruh minat istimewa
terhadap pekabaran injil Indonesia. Wajiblaj kita menghormati Hofstede dengan kawan-
kawannya, oleh karena perjuangannya untuk menjauhkan pengaruh pencerahan dari gereja;
usaha itu sudah pernah diambil oleh gereja oleh karena kebenaran, misalnya terhadap orang
pelangian dan Remonstran, tak boleh dipermudah atau ditiadakan dengan memakai
semboyan-semboyan yang betul-betul indah bunyinya, tetapi memperkosa kebeanran Injil
Yesus Kristus. Dalam bagian kedua abad ke-XVIII, pandangan-pandangan pencerahan lekas
memasuki rakyat dan Gereja. Ada lagi suatu perubahan lain yang lebih penting bagi gereja
belanda. Pada tahun 1795, revolusi perancis membanjiri juga negeri belanda, lalu
membongkar masyarakat dan gereja.
8. Untung-rugi pencerahan bagi Gereja. Alangkah besarnya perbedaan kedudukan gereja
dalam dunia pada permulaan abad ke-XIX dengan keadaan satu abad sebelumnya. Selain dari
itu sekularisasi masyarakat dan pemisahan antara gereja dan negara, yang diakibatkan oleh
revolusi di eropa, menjadi sebab juga untuk bersedih hati, karena oleh sebab itu kuasa Injil
atas rakyat dan pemerintah tidak lagi diakui, malahan ditolak. Zaman theokrasi, seperti yang
dicita-citakan dan dijalankan oleh paus-paus pada abad-abad pertengahan, oleh Celvin di
jelewa, john knox di akot dan kaum Calvinis sudah lampau dan tak akan kembali lagi.
Sebaliknya, patut kita besyukur karena Kristus tidak meninggalkan gerejaNya, tetapi
melahirkan kebaikan dari kesulitan gereja itu. sejak zaman pencerahan, dunia menyatakan
dirinya sebagai sebenarnya. Sebab itu gereja sempat pula mengkhotbahkan syak dan
kebodohan injil dengan leluasa di hadapan bangsa manusia yang congkak dan berdosa.
Keutungan lain lagi ialah pemisahan gereja dari negara, yang menghindarkan gereja dari
bahaya yang selalu mengancam theokrasi, yakni gereja terikat secara canggung dengan kuasa
dunia. Godaan itu sekaarang berkurang sekali. Umpamanya, gereja belanda dibebaskan oleh
revolusi pada tahun 1795 dari suatu pengawasan negara, yang sangat menindasnya meskipun
baru pada tahun 1848 gereja bebas sekali.
BAB 50
GEREJA DALAM DUNIA ABAD KE-XIX

Yang dimaksud di sini dengan abad ke-XIX ialah zaman sejak jatuhnya Napoleon (dalam
pertempuran di waterloo pada tahun 1815) sampai pecahnya perang dunia pertama pada
tahun 1914. Maka abad ke-XIX ini mengandung demikian banyak perkembangan, peristiwa
dan kenyataan yang penting dan berpusparagam, sehingga terpaksalah kita menarik beberapa
garis besar untuk uraian kita, walaupun sukar juga mengatur segala hal ihwal itu menurut
suatu bagan yang tentu.
1. perkembangan politik dan sosial
Kejatuhan Napoleon disusul oleh waktu reaksi yang hebat. Raja-raja yang diusir dari tahtanya
pada zaman revolusi dan perang-perang napoleon sekarang kembali. Banyak diantaranya
tidak belajar apa-apa dari segala pergolakan dan perubahan masyarakat yang disaksikannya.
Mereka tak mau menurut aliran zaman baru, melainkan berniat melanjutkan saja
pemerintahan raja yang mutlak dari abad ke-XVIII. Dengan keras mereka menindas segala
gerakan revolusioner dan cita-cita kedaulatan rakyat. Zaman ini disebut “zaman restaurasi”
karena mau merestaurasi (artinya membangun kembali) keadaan yang lampau.
Akan tetapi zaman baru tidak membiarkan dirinya ditiadakan lagi. Rakyat di Eropah sudah
sadar dan bangkit berdiri menuntut halnya. Akhirnya keadaan genting itu meluap dengan
mengakibatkan revolusi lagi dibeberapa negeri pada tahun 1848. Semenjak saat itu Eropah
mulai diperintahkan menurut asa-asa demokratis, yakni tiap-tiap negeri membuat konstitusi
atau undang-udang dasarnya, yang kepadanya raja-raja wajib takluk.
Sesudah perang perancis-jerman pada tahun 1870-1871, timbullah masalah baru. hasil besar
teknik dan kemajuan kapitalisme dilapangan perekonomian menimbulkan perkembanganya
industri dimana-mana dan semakin bertambahnya proletariat dikota-kota. Semua untung
besar masuk kantong kaum pengusaha pabrik dan para majikan, tetapi kaum buruh hidup
dalam kemiskinan dan kemelaratan yang menyedihkan. Autonomi selamanya bearti
pemerintah kepentingan sendiri. Bertentangan dengan selamanya diri kaum majikan, kaum
buruh mengatur kepentingannya sendiri; mereka bersiap untuk berjuang bagi perbaikan sosial
masyarakat dengan menyerang sistem kapitalisme. Gerakan ini disebut sosialisme, bertambah
kuat sejak tahun 1848 dan menjadi sosial internasional sejak tahun 1870.
Sedikit waktu kemudian, dan teristimewa sejak tahun 1900, dunia kita mulai mengalami
masalah sulit lagi pula, yakni masalah imperialisme. Negara-negara yang menimpa Eropah
sudah mengembangkan kuasanya keseluruh dunia oleh karena perdagangan dan penjajahan,
terutama inggris. Jerman terlambat dalam persaingan yang hebat itu untuk membagi dan
merebut benua-benua dunia ini, karena baru sesudah kemenangannya pada tahun 1870-1871
jerman mulai bersatu dan berkuasa dilapangan politik dibawah pimpinan Bismarck.
Ketegangan internasional itu akhirnya menyebabkan pecahnya perang dunia yang pertama.
Demikianlah zaman 1870-1914 dikuasai oleh sosialisme dan imperialisme.
2. perkembangan Rohaniman
Sejajar dengan perkembangan politik yang menunjukkan tiga zaman pada abad ke-XIX,
yakni zaman-zaman reaksioner, konstitusional dan sosialistis-imperialistis, dapat pula kita
membedakan tiga zaman dalam perkembangan hidup rohani, yaitu zaman idealisme, zaman
liberalisme dan zaman naturalisme.
a. Zaman pertama itu dipimpin oleh ahli filsafat berlin hegel (1831), yang
menyempurnakan idealisme jerman, yang telah kita perkatakan dalam bab yang lalu.
Semua yang ada, dipandanya sebagai satu saja dalam perkembangan keabadian “roh”,
yaitu akal dunia. Oleh karena itu sistemnya bersifat konservatif; dari sebab itu ia
dijunjung oleh orang-orang zaman restaurasi. Agama kristen, yang dipahaminya secara
pantheistis, dipandangnya selaku bentuk yang terindah dan tertinggi dari segala agama.
b. Lain sekali pendirian dan anggapan para pengikutnya, seperti david friedrich strauss
(1874), yang menyerang kebenaran injil. Pada tahun 1835 strauss menerbitkan kitabnya
yang banyak dibaca orang tentang “Hidup Yesus”. Dalam kitab itu ia mengemukakan
bahwa pengarang-pengarang kitab-kitab injil mengaburkan gambaran nabi Yesus dengan
dongeng-dongengnya yang ganjil. Roh semesta alam tidak menuangkan kelimpahannya
kedalam satu oknum saja, misalnya yesus. Mustahil manusia Yesus adalah Allah sendiri,
karena hal itu melawan akal. Karena itu segenap agama kristen patut ditolak, karena
ajarannya tidak tak dapat diterima dan diakui oleh akal budi. Dengan pandangan-
pandangan strauss itu mulailah zaman kedua, yakni masa liberalisme, yang semakin
menguasai golongan cendekiawan di eropah. Roh Liberalisme itu dengan langsung
bersambung dengan pencerahan samping itu liberalisme amat keterlaluan
penghargaannya terhadap perkembangannya sendiri dan dalam celaannya terhadap agama
kristen ortodoks, yang menurut meraka dalah terlaku kolot. Heran bahwa golongan liberal
melupakan toleransinya terhadap gereja, malam Cuma tau menghina dan membenci
gereja yang berdasarkan injil Yesus kristus sejati.
c. Dalam pada itu ilmu pengetahuan berpaling kepada pengamatan alam dengan
pancaindra, sehingga perhatiannya tertarik pada ketertiban alam yang diatur menurut
hukum-hukum yang tetap. Hal ini mengakibabtkan bahwa mulai kira-kira tahun 1860
bukan lagi roh, melainkan tabiat alam (natura) yang dipakai selaku dasar untuk
menerangkan dunia. Karena jikalau roh menjadi pengkalan pikiran kita terhadap rahasia
dunia ini, sudah tentu tak mungkin kita menerangkan segala perkara kebendaan sekarang,
yaitu zaman naturalisme, orang menjelaskan bahwa dunia tidak lain dari pada benda
belaka, dan apa yang kita sebut roh, cumalah perkara sambil lalu saja. Oleh karena itu
aliran ini boleh juga dinamakan materialisme.
3. gereja pada zaman restaurasi
Pada zaman reaksi sesudah tahun 1815, gereja dihormati lagi, bersama dengan segala kuasa
lain yang telah dihalaukan oleh revolusi perancis. Sekarang gereja dijunjung lagi karena
memelihara tradisi dan kuasa yang dahulu, sudah tentu gereja romalah yang mendapat untung
terbesar dari hormat dan penghargaan baru itu; tetapi juga didalam gereja-gereja reformasi
dimana-mana kelihatan pembangunan, dan minat baru terhadap Alkitab.
Hal ini terutama nampak dijerman, yang sekarang menjadi pusat protestantisme. Tahun 1817,
tahun perayaan peringatan 300 tahun lahirnya pembaharuan (reformasi)gereja, menjadi pula
tahun kelahiran beberapa gerakan pembaharuan.
a. Raja prusia memaklumkan bahwa pertikaian antara golongan Lutheran dan calvinis perlu
dihentikan. Pada tahun 1817 ia mengadakan persatuan kedua golongan itu dalam satu
gereja yang disebut “union”. Akan tetapi, yang dijadikan dasar union itu bukanlah suatu
pengertian baru terhadap dasar orang Lutheran dan calvinis, dasar mana sama saja bagi
kedua-duanya, yakni dasar penemuan kembali injil, melainkan persatuan itu hanya dapat
mungkin hanya oleh karena kedua belah pihak kurang menghiraukan ajaran gereja.
Ajaran itu memang kurang diperhatikan, baik oleh orang yang dipengaruhi pencerahan
maupun oleh kaum peitis. Oleh sebab itu unio tadi menimbulkan banyak perselisihan dan
kurang mendatangkan berkat. Dan juga kurang terang, apakah union bermaksud mencapai
persatuan pengakuan atau hanya persatuan organi saja. Semenjak waktu itu dijerman
terdapat tiga macam jemaat: yang lutheran, yang calvinis dan yang turut union.
b. Pada tahun 1817 lahir juga suatu gerakan pembangunan rohani baru, yang bersifat pietis.
Semangat pietisme belum padam lagi dijerman, tetapi tetap merupakan reaksi terhadap
ortodoks yang mati. Juga dalam abad ke-XIX pietisme mengusahakan pekabaran Injil
didalam dan diluar negeri, sebagaimana nantinya akan diuraikan lebih lanjut.
c. Gerakan ketiga, yang timbul pada tahun 1817 itu, didirikan di kiel oleh claus horms,
yang mengumumkan 95 dalilnya untuk membaharui lutheralisme. Dengan aksinya itu
terbitlah ortodoksi lutheran yang baru (neo-Lutheranisme), yang menjauhkan diri dari
gerakan pietis dan sangat menentang union. Kekuatan mereka terletak dalam hal bahwa
mereka menjunjung ajaran pembenaran oleh karena iman saja saja, tetapi pendirian
mereka lemah karena mereka hanya kembali kepada formula concordiae, sedang mereka
kurang melaksanakan semangat Lutheran dalam hidupnya sendiri.

4. gereja pada zaman Liberalisme


Dijerman, liberalisme itu kurang berpengaruh dilapangan kerja, jika dibandingkan dengan
lain-lain negeri. Tahun 1848, yang sebenarnya adalah permulaan waktu liberalisme menjadi
kuasa neolutheranisme di dalam gereja. Theologia moderen terbatas pada sekolah-sekolah
tinggi. Perubahan lain,yang dialami gereja sejak tahun 1848, berhubung dengan pemerintahan
negeri yang telah menjadi konstitusional, ialah bahwa dikembangkan negeri jerman pimpinan
gereja oleh raja-raja diganti oleh suatu susunan gereja yang prebisterial-sinodal.didalam
gereja injil di perancis pertentangan antara golongan ortodoks dan liberal mengakibatkan
perpisahan, yang menimbulkan suatu gerakan ortodoks yang bebas. Perkembangan politik di
eropah pun membawa keuntungan bagi protestantisme., yaitu diitalia, dan Australia gereja-
gereja protestan yang kecil dinegeri itu dapat hidup dan bekerja tanpa dicegah atau diganggu
lagi. Malahan di Australia, sejak tahun 1898, beribu-ribu orang berpindah keagama protestan,
akibat “gerajan lepas dari roma”.
5. gerakan pada zaman naturalisme
Pada zaman ini dipastikan perpisahan gereja-gereja dari negara. Dengan itu berakhirlah
peerwalian negara yang hanya mengutamakan satu gereja saja, maupun kesempatan bagi
gereja untuk mewujudkan cita-cita theokrasinya didalam masyarakat. Didalam lingkaran
gereja-gereja sendiri sayap “kanan” (ortodoks) dan sayap “kiri” (liberal) bergumul untuk
merebut kuasa lambat laun sayap kiri bertambah kuat, sehingga semakin menimbulkan
banyak pertikaian. Golongan ortodoks berjuang untuk mempertahankan kuasanya dan kurang
mengerti, bahwa pokok perkara dalam gereja bukanlah kuasa kita, melainkan hak dan kuasa
kristus; kedua perkara itu biasanya terlalu gampang disamakan saja.
Sementara itu kaum cendikiawan dan kaum buruh makin menjauhkan diri dari gereja.
Masalah sosial semakin susah diselesaikan. Pemuka-pemuka gereja dinegeri-negeri besar
menginsafi kewajiban gereja terhadap perbaikan masyarakat, sehingga dibanyak tempat
mereka mulai menyesuaikan pekerjaan gereja kepada kebutuhan zaman dengan
mengutamakan pekerjaan dikota-kota besar dan dengan melawan kecenderungan golongan
terpelajar soal-soal itu; mereka lebih memperhatikan perselisihan-perselisihan didalam
gereja. Dijerman semangat pietisme mulai hidup kembali didalam ‘gerakan persekutuan’
(gemeinschafts-bewegung), yang adalah reaksi terhadap sekulirasi disayap kiri dan terhadap
semangat taurat sayap kanan. Pengaruhnya dirasai sampai jauh diluar lingkungan sendiri.
Diamerika, kebanyakan gereja atau denominasi lekas kehilangan cap calvinisnya. Minat
kekrestenan Angelsaks terhadap pemecahan-pemecahan soal-soal praktek menghubungkan
diri dengan pandangan evolusi dari naturalisme, sehingga timbullah cita-cita “injil sosial”
(sosial gospel) injil sosial mengajarkan bahwa kerajaan Allah tak lain dari pada mahkota atas
perkembangan dunia ini, sehingga kedatangan kerajaan itu boleh dipercepat, bahkalan
diwujudkan oleh usaha kebudayaan dan sosial dari kita manusia sendiri, menurut asa
demokrasi Amerika. Pendirian itu memang bukanlah injili lagi, karena menurut Alkitab,
kerajaan Allah bukan sekali-kali adalah hasil kehendak baik dan usaha kaum kristen,
melainkan anugerah Tuhan sendiri, malahan pada ketika kerajaan itu dinyatakan dari atas,
dunia ini akan diadili oleh Allah. Umumnya boleh kita katakan, bahwa gereja-gereja
Amerika, yang diantaranya gereja Metodis dan gereja baptis yang paling besar, sudah tentu
menyumbangkan kerajinan dan tenaganya kepada banyak-banyak perkara sosial yang
penting, tetapi dengan mengabaikan pokok berita Alkitab, yakni hukuman dan rahmat Tuhan.
Sikap gereja-gereja Eropah terhadap masalah sosial, yang menjadi soal pokok sesudah tahun
1870.
BAB 51
THEOLOGIA ABAD KE-XIX
1. Pokoknya. Panggilan dan tugas yang mulia untuk theologia ialah menjaga kemurnian
pemberitaan Injil. Theologia harus senantiasa teguh berdasarkan firman Tuhan, supaya dari
dasar ini dia mampu menghadapi dunia ini dengan rahmat Allah. Tetapi pada abad ke-XIX
tidak memenuhi tuntutan itu sehingga dunia menjadi bersandar dan berharap kepada
kesanggupannya sendiri. kuasa Alkitab ditolaknya. Demikian theologia zaman itu tetap
memusakan pikiran dan perhatiannya kepda manusia, sama seperti zaman Pencerahan dan
Pietisme. Ajaran-ajaran theologia yang serba ragam abad ke-XIX hendak kita bagi menurut
dasar yang dipilih oleh ahli-ahli theologia bagi agama Kristen:

2. Teologia perasaan. Abad ke-XIX dipengaruhi oleh seorang dari Berlin, yaitu Friedrich
Schleiermacher (1768-1834). Dia mengemukakan persetujuan antara penyataan Tuhan
dengan semangat zaman. Dalam kitabnya yang bernama “urian-uraian tentang agama”
(1799), menempatkan agama dalam batin dan perasaan sambil menerangkan selaku
kecenderungan dan nafsu kepada baka. Kitabnya yang terpenting berjudul “ Iman Kristen”
(1821-1822) didalamnya ia berusaha menyesuaikan pikirannya kepada imam jemaat.
Kesalehan dia rumuskan sebagai “merasa diri bergantung semata-mata kepada Allah”. Kita
ini tak sanggup memperlihatkan perasaan itu dengan secukupnya; itulah dosa kita. Kristen
adalah satu-satunya manusia yang didalamnya perasaan itu berkembang dengan sempurna.
Dialah manusia Allah (abdi Allah), artinya perkembangan tabiat manusia. Hanya denga
hubungan dengan Kristus perasaan itu dapat menguasai hidup rohani kita. Itulah pembebasan
menurutnya.

3. Theologia akal budi. Hegel memperdalam pandangan-pandangan Pencerahan, dengan


mengajarkan bahwa akal budi (rasio) adalah tenaga pendorong smesta alam. Demikian
theologia masa itu menegaskan bahwa agama Kristen ialah agama yang paling sesuai dengan
akal budi. Kita mengerti bahwa pendirian theologia yang demikian itu mustahillah syak dan
kebodohan penyataan Tuhan dipahami dan dijunjung dengan sepertinya. Maksud istimewa
theologia ini ialah suatu penjelasan yang memuaskan akal budi tentang masalah yang muskil,
yakni bagaimana jadinya seorang Yesus beroleh pengaruh yang sekian besar diantara
pengikutnya sehingga terbentuk Gereja Kristen yang berbakti kepadaNya yang mengakuiNya
sebagai anak Allah. Golongan ini berpusat dikota Jerman, Tubingen. Mereka menyelidiki
Perjanjian Baru.
Wakil utama dari golongan ahli theologia yang memakai kal budi sebagai dasar kaidah
dogmatic ialah guru besar J.H. Scholten di Leiden (1811-1885), yang pada abad ke-XVI
bersambung dengan kekristenan Liberal dan kemudian menjadi pemimpin Liberal pada abad
ke-XIX di belanda.
Didalm bukunya ‘Ajaran Gereja Hervormd-Belanda ia mencoba memasuki
pandangannya kedalam theologia para pembaru Gereja. Akal budi adalah antipasti ilahi
manusia, selama manusia berpaut kepada nafsunya akal budi iu digelapkan, itulah tingkat
hidup yang rendah yang disebut dengan dosa. Akal budi kita dihaluskan oleh Yesus, sehingga
akal mengaku Dia selaku pernyataan yang tertinggi dari hikmat ilahi..
4. Theologia kesusilaan. Tahun 1860 berusaha mengadakan hubungan anatara agama
Kristen dengan semangat zaman berdasarkan kesadaran susila manusia. Pemimpin theologia
ini adalah Albrecht Rittschl (1882-1889) seorang sarjana yang berpengaruh di Jerman abad
XIX. Ia mendasarkan isi penyataan Kristen kepada kebutuhan susila manusia. Ia katakana
bahwa masalah yang terpenting bagi manusia ialah mempertahankan oknum sendiri
diahadapan alam yang tidak beroknum ini, yang berkembang sesuai dengan hukumnya
sendiri. Menurutnya, Kristus menju kepada maksud susila yang termulia, yaitu Kerajaan
Allah selaku persekutuan oknum-oknum bebas, yang memerintah dunia ini.

5. Theologia kelahiran kembali. Neo-Calvinisme timbul dan berpengaruh di Gereja Belanda


dengan theologia Dr. Abraham Kuyper (1837-1920) pendeta, pengarang guru besar di
Universitas Bebas di Amsterdam, perdana menteri. Kuyper menghidupkan kembali theologia
Calvin bagi banyak anggota Gereja;bahkan yang merebut tempat kehormatan Calvinisme
ditengah-tengah dunia yang menjauhkan diri dari asas dan cita-cita Calvinisme. Kuyper sadar
bahwa Calvinisme membutuhkan bentuk baru didunia liberal ini. Kesadaran itu ternyata
dalam kitab-kitabnya “tentang rahmat Umum”, “Calvinisme” dan yang terpenting “
Encyclopedia Theologia Suci”. Dasar pikiran Kuyper dalam kitab-kitabnya iaalh kenyataan
yang berdasarkan pengalaman bawha ada dua macam manusia; yang telah diperanakkan
kembali dan yang belum diperanakkan kembali. Kelahiran kembali ialah proses yang tidak
disadari, yuang menayatakan diri dalam hidup sadar sebagai pengakuan bahwa Alkitab
adalah Firman Tuhan. Denga pandangan itu Kuyper mengambil dasarnya pada asas theologia
yang subyektif (yaitu kelahiran baru orang saleh) dan dari sana ia melangkah kepada asas
theologia yang obyektif (yaitu penyataan Tuhan dalam Firman-Nya). Theologia Kuyper
menjadi dasar politik-gereja Kuyper. Ia sangat melawan Gereja-rakyat; segala orang Kristen
yang diperanakkan kemabali, segala pengaku-pengaku Kristus yang benar ,hendaklah
berkumpul dalam sebuah Gereja-bebas. Hendaklah rakyat yang Calvinis mengasingkan diri
dari masyarakat besar dalam lingkungannya sendiri ; disanalah hendaknya kaum Calvinisme
membina budayanya sendiri, dimana “hormat Allah di segala lapangan hidup” diakui dan
dijalankan sepenuh-penuhnya.

6. Theologia historis-kritis. Pada akhir abad-XIX, yaitu zaman naturalism, orang sudah
kurang mengharapkan jembatan antara Alkitab dan manusia modern. Pengalaman dan ilmu
yang bebas dari segala ikatan dogma dan tradisi, itulah yang sekarang dijunjung tinggi. Ahli-
ahli theologia ini pendiriannya mulai sdyik mengupas isi Alkitab; makin lama makin tercelik
matanya pda kebenaran bahwa ada jurang yang dalam antara berita Alkitab dan manusia
zaman muttakhir ini. Golongan Tubingen telah merintis jalan bagi pandangan-pandangan
demikan terhadap penyelidikan Perjanjian Baru. sekarang cara ini mulai dipergunakan pada
Perjanjian Lama oleh Wellhausen dari Jerman dan Kuenen guru besar Belanda. Mereka
berusaha membagi Alkitab menurut sumber-sumber kitab itu, yang mereka pikirkan telah
dipisahkan oleh ahli-ahli theologa dengan pengupasan yang teliti. Mereka yakin bahwa
pemeriksaan yang demikian membuktikan bahwa dibelakang pekabaran Alkitab yang sampai
pada waktu itu dipandang sah dan benar oleh kaum Kristen , ada tersembunyi anggapan-
anggapan yang berlainan sekali. Mereka mengajarkan bahwa kitab-kitab nabi-nabi jauh lebih
tua daripada kitab-kitab Musa, dan bahwa agama Israel pada hakekatnya bepokok
politheisme yang primitive , dari dasar itu berkembang ibadat kepada satu ilah-kebangsaan
saja, dan dikemudian hari barulah monotheisme yang bersifat rohani dan susila, akhirnya
pengarang-pengarang Perjanjian Lama menulis kitab-kitabnya dengan pendirian seakan-akan
agamanya telah berada pada tingkat yang tertinggi itu sedari semulanya. Pendapat seperti ini
perlu ditolak karena mereka memperkosa Alkitab dengan menutup hati dan telinga bagi
kesaksian yang khas yang diperdengarkan Alkitab di dalam dunia ini. Gerakan ini berakhir
abad ke-XIX pada tempat permulaannya.

7. Hasilnya. Rupa-rupanya hasil theologia abad ke-XIX adalah negative saja. Ole kritik yang
tajam terhadap Alkitab, sekarang kita tahu bahwa mustahil memeriksa Alkitab, apabila
menyelidiki tidak menghampiri Alkitab itu dengan sikap iman dan taat kepada Firman
Tuhan. Theologi Firman itu jauh lebih murni kita bida dapati pada dua orang bernama
Kohlbrugge dan Kierkegaard.

8. Kohlbrugge. Dia lahir di Amsterdam pada tahun 1803. Dia adalah seorang pendeta jemaat
Lutheran di Amsterdam, ia memberitakan dengan kuat pembenaran oleh iman saja, tetapi
sesudah beberapa bulan ia dipecat karena menuduh seseorang pendeta liberal tentang ajaran
yang tidak ortodoks. Sejak tahun 1847 sampai ajalnya (1875), Ia melayani jemaat Reformiert
selaku pendeta. Teologi Kohlbrugge menekankan bahwa dihadapan Allah manusia sungguh-
sungguh tak lain daripada sifat daging. Di luar Kristus, taurat kudus Allah hanya dapat
mematikan kita, tetapi oleh inkarnasi Kristus kita luput dari kebinasaan. Artinya Kristus telah
menerima sifat kita yang olehnya Ia menjadi dosa ganti kita. Di Golgota , pekerjaan
pembebasan itu sudah dipenuhi tanpa kita untuk kita. Kita hanya perlu mengaku dan percaya
bahwa kendati kita manusia berdosa dan durhaka sekalipun, tetapi didalam Kristus kita
dibenarkan juga. Hal itu hanya dicapai dengan iman saja.

9. Kierkegaard. Dia adalah ahli theologia Denmark. Dia memerangi semangat duniawi yang
merajalela dalam agama Kristen sehingga orang Kristen kurang mengerti lagi perbedaan yang
mutlak antara Allah dengan manusia. Kierkegaard (1813-1855) mulai mengadakan
serangannya yang hebat terhadap kekristenan Gereja resmi yang pada hematnya adalah
tiruan belaka dari agama Kristen sejati menurut Perjanjian Baru. Kierkegaard mengajarkan
kepada jemaat bahwa betapa sungguhnya soal kekristenan itu karena Kristus menjadi pusat
agama. Penyataan Tuhan berlawanan dengan pengertian kita (paradoks) yaitu perkara yang
kelihatannya ganjil tetapi sesungguhnya benar. Kierkegaard menyimpulkan bahwa
kekristenan yang tulen tidak dikenal dan tidak di praktekkan dalam Gereja yang anggotanya
hidup dengan senang didalam dan untuk dunia ini. Kierkegaard meninggal diusia muda dan
sisa uangnya cukup untuk mengongkosi pekuburannya. Semasa hidup dia tidak dihargai dan
tidak dimengerti, tetapi dikemudian hari kitab-kitabnya banyak dibaca, dan pikiran-
pikirannya menimbulkan hasil yang indah, teristimewa dalam theologia Karl Barth.
BAB 52
PEKABARAN INJIL, PENGALAMAN DAN KEADILAN

1. Pangkalan dan pekerjaan Injil.Abad ke-XIX, memperlihatkan proses


sekulerisasi, yang membuat masyarakat barat makin lama makin kehilangan sifat Kristennya.
Tetapi pada pihak lain, abad ke-XIX disebut “abad pekabaran Injil (sending)”. Kemunduran
agama Kristen di Eropah berjalan bersama-sama dengan kemenangan Injil di benua-benua
kafir. Itulah tanda pimpinan dan pemeliharaan Tuhan yang melindungi jemaatNya. Pada
masa revolusi Prancis dan Napoleon yang gelap itu, di Inggris dan Belanda telah bangun
kesadaran baru terhadap tugas Pekabaran Injil, selaku hasil gerakan pembangunan rohani.
Sekarang pimpinan Pekabaran Injil berpindah kepada Gereja-gereja di Inggris, negeri
penjajah yang berkuasa itu. Perhimpunan-perhimpunan Pekabaran Injil Inggris mengutus
pendeta-pendetanya ke Australia, New-Zealand, Afrika, India, dan Tiongkok. Utusan-utusan
Injil Jerman pergi ke Afrika Selatan dan barat, ke Tiongkok, India, Palestina, Pantai Emas (di
Afrika). Pada zaman Bismarck, tenaga dan minat jemaat Kristen di Jerman
bertambah lagi, karena pada masa itu Jerman beroleh daerah-daerah jajahannya
sendiri. Teristimewa di Indonesia kita ini terkenang kepada “Sending Barmen” yang bekerja
di tanah Batak dan di pulau Nias. Juga di Amerika kita melihat keadaan yang serupa itu:
banyak perhimpunan Pekabaran Injil partikulir, dan beberapa yang dilakukan Gereja, dengan
resmi mengutus pekerja-pekerjanya di mana-mana, teristimewa ke India dan Timur Jauh.
Di dalam Gereja Katolik Roma terbentuklah beberapa ordo dan kongregasi baru, yang
bermaksud meluaskan Gereja di antara bangsa-bangsa kafir. Misi Katolik Roma berbeda dari
Sending Protestan disebabkan kerelaannya untuk menyesuaikan pekerjaannya kepada
anggapan-anggapan dan adat-istiadat kafir, oleh karena itu misi Katolik Roma tidak bertujuan
untuk menyiarkan Firman Tuhan yang berkuasa. Tetapi mereka terutama berusaha untuk
menawarkan dan mempropagandakan Gerejanya sendiri.
Tak dapat disangkal bahwa Pekabaran Injil baru itu mula-mula kurang mengerti
keadaan khas masyarakat ketimuran. Dan tentu, apabila suku-suku bangsa kafir yang primitif
itu mulai memasuki zaman modern yang dimasehikan, maka terjadilah segala pengorakan
segala ikatan adat dan agama yang dahulu menghubungkan dan menentukan hidup
masyarakat: perombakan segala bentuk hidup yang lama itu mengakibatkan rupa-rupa soal
yang muskil dipecahkan mengenai kebudayaan dan peraturan hidup bangsa-bangsa itu. Cara
mengabarkan Injil, membentuk hidup Kristen perseorangan dan membina masyarakat Kristen
sesuai dengan keadaan tiap-tiap bangsa.
Kebanyakan perhimpunan Sending berusaha mengongkosi pekerjaannya dengan
mencari pendapatan tetap, sehingga pendeta-pendetanya menerima gaji tetap juga. Badan lain
tidak mau meminta-minta, tetapi mengharapkan segala pendapatannya dari doa; sebab itu
mereka tidak meminta uang dengan aksi propaganda dan tidak menjamin gaji tetap kepada
para pekerjanya. Pendirian ini di dasarkan pada iman semata-mata, tetapi inilah anggapan
yang salah tentang iman.
Pada abad yang lalu, Pekabaran Injil terutama diusahakan oleh perhimpunan yang
bersandar pada minat dan derma orang partikulir. Padahal sebenarnya pemberitaan Injil
kepada segala bangsa di dunia adalah tugas segenap jemaat Kristen. Gereja sendiri wajib
memperhatikan dan melaksanakan Sending itu dengan penyerahan segenap cinta kasih dan
tenaganya. Gerejalah yang dipanggil untuk melayani dunia ini dengan Injil Kristus, dan
pelayanan itu harus dijalankannya sampai ke ujung bumi.
2. Wichern. Pada 1808-1881 Wichern telah mengubah keadaan ini dengan
kegembiraan dan tenaganya. Dialah yang mengatur Pekabaran Injil di dalam negeri serta
menjadikan perkara umum dan tugas resmi ddari Gereja. Pada 1833 Wichern membuka
sebuah rumah untuk melepaskan permpuan-perempuan sundal dari hidupnya yang cemar dan
untuk mendidik anak-anak yang terlantar. Dia juga memperhatikan nasib orang hukuman di
penjara-penjara, kaum emigran, pengudusan hari minggu , di samping itu ia juga membentuk
perhimpunan-perhimpunan pemuka Kristen, ia memajukan pekabaran Injil secara
evangelisasi (yang dengannya Injil dilakukan di antara orang banyak yang tidak lagi
mengenal isi Alkitab dan yang tak pernah masuk kebaktian-kebaktian Gereja), ia membuka
rumah penginapan Kristen dan sebagainya. Masalah sosial pun menarik perhatian Wichern, ia
berusaha memperbaiki perumahan kaum buruh di kota-kota industri.
Pada 1848, Wichern berhasil menggembirakan Gereja untuk mengangkat tugas sosial
itu secara resmi. Gereja-gereja Injili membentuk suatu “Badan Pusat Pekabaran Injil di dalam
Negeri”, yang mengumumkan sebagai berikut: “Maksud pekabaran Injil di dalam Negeri
ialah melepaskan rakyat Injili daripada kemelaratannya yang rohani dan jasmani, dengan
mengabarkan Injil dan menyokong semua saudara yang berkekurangan, di dorong oleh cinta
kasih Kristus. Pekerjaan itu tetap berkembang dan Wichern tinggal menjadi jiwa pendorong.
3. Filedner. Pada 1800-1864, ia berkeyakinan bahwa jikalau Gereja mau
melangsungkan pelayanannya dengan semestinya, misalnya terhadap perempuan sundal dan
anak-anak kecil, maka perlulah jabatan syamaset (atau syamas wanita atau diakones) di
jemaat Kristen mula-mula (Rm 16:1,2) dihidupkan kembali.
4. Lohe. Ia adalag seorang pendeta Bavaria (1808-1872) berpendirian bahwa segala
soal usaha sosial itu harus dikerjakan oleh Gereja saja dan bukan oleh perhimpunan-
perhinpunan partikular. Rumah diakones Lohe dalam jemaatnya di Neuendettelsau yang
bersemangat Lutheran sejati itu, menjadi pusat banyak pekerjaan belas kasihan Injili di
Bavaria. Semboyan Lohe ialah “Apakah yang kau kehendaki? Melayani! Melayani siapakah?
Tuhan, di dalam semua kaum yang melarat dan miskin. Dan apakah upahku? Upahku ialah
bahwa saya boleh berbuat demikian? Lohe manjadi teristimewa bekerja di pantai utara Irian-
Timur sejak tahun 1886.
5. George Muller. Muller menjadi pendeta Baptis di Bristol. Di kota itu ia
mendirikan “lembaga penyiaran pengetahuan tentang Alkitab-Alkitab” dan menjadi
pemimpin bermacam-macam usaha filantropis (cinta kasih terhadap manusia). Usahanya
yang paling masyhur ialah kelima rumah piatunya yang besar di Bristol. Pada usia 93 tahun
ia menyerahkan diri kepada pekerjaan evangelisasi yang khusus, dengan memberitakan kabar
kesukaan di seluruh dunia.
Suatu ciri yang luar biasa dari pekerjaan Muller ialah bahwa ia tidak pernah meminta
sokongan berupa uang, tetapi percaya bahwa atas doanya Tuhan akan mencukupi segala
keperluaannya dengan menggerakkan hati orang untuk menyumbangkan dermanya.
6. Gereja dan masalah keadilan sosial. Dari keterangan yang ada Pekabaran Injil di
dalam negeri terutama berusaha untuk mengurangi kemelaratan sosial yang terdapat di
golongan bawah masyarakat. Tetapi apabila jemaat Kristus sungguh menginsafi arti dan
maksud belas-kasihan Kristus terhadap orang yang dalam kesukaan jasmani dan rohani,
mustahillah Gereja berpendapat bahwa pertolongan dan perawatan itu sudah memadai. Pada
masa penindasan, kaum buruh merupakan suatu noda yang ngeri di dalam masyarakat, nyata
sekali bahwa sokongan kepada masing-masing orang yang dalam kesusahan, tentulah belum
mencukupi untuk memperbaiki keadaan masyarakat. Keadaan umum itu harus berubah,
artinya perlu adanya keadilan, yang mengubah syarat-syarat hidup, dan bukan belas-kasihan
yang ditujukan kepada kebutuhan tiap-tiap orang sendiri.
Gereja abad ke-XIX memang sudah mengerti tuntutan keadilan sosial itu terhadap
golongan masyarakat yang ditindih, meskipun kita patut mengakui bahwa kesadaran itu
terutama terdapat di antara pemimpin-pemimpin di Gereja, tetapi kurang nyata di dalam
khotbah resmi. Seruan nabi-nabi yang berjuang bagi pemberantasan segala kebusukan
masyarakat (bd Yes 1:17, Am 8:4-7) kurang kedengaran. Pada umumnya Gereja suka
bersahabat dengan golongan majikan yang hartawan, dan orang miskin dihiburkan dengan
menjanjikan dalam surga kelak pembebasan dari segala kesukaran. Tetapi banyaj orang
Kristen yang secara perorangan bergumul dengan masalah kemasyarakatan yang sulit itu,
berdaya upaya dengan sungguh untuk mendapat penyelesaian soal-soal sosial itu. Nyatalah
bahwa tak gampang menempuh jalan tengah yang Injili antara kapitalisme dan sosialisme
karena tak mungkin bagi orang Kristenuntuk menerima segala hal yang bersangkutan dengan
sosialisme abad ke-XIX itu, seperti tuntutannya tentang penyerahan segala modal partikulir
kepada umum, daya yang dipakai untuk mencapai maksudnya ialah perjuangan golongan,
dan perserikatannya dengan atheisme. Yang diutamakan oleh orang-orang Kristen dalam hal
memikirkan masalah sosial dari sudut Injil ialah cinta-kasih terhadap sesama manusia dan
dengan pendirian tersebut mereka menentang kedua belah pihak yang suka bertentangan itu.

BAB 53
PERTIKAIAN GEREJA DI BELANDA

Gereja Hervormd kurang sanggup mengatur sendiri. Dari itu negara memutuskan untuk
membantu Gereja dan pada tahun 1816 dengan penetapan raja di umumkan peraturan umum
untuk pimpinan Gereja Hervormd.
Organisasi yang baru itu sendiri lebih tidak menyenangkan pula dari pada cara
melaksanakannya. Pengaruh raja amat besar dalam pembentukan badan-badan Gereja dan
persidangannya. Pada abad ke 17, Gereja menjadi Gereja negara yang berpengaruh besar
terhadap pemerintah, tetapi sekarang sebaliknya, Gereja Hervormd (itulah namanya yang
baru) merupakan suatu Gereja negara yang sama sekali takluk kepada pemerintah.. sekarang
pemerintahan diri sendiri yang di bangun dari bawah itu , di ganti dengan suatu pemerintahan
dari atas oleh badan-badan pengurus (tata Gereja sinodal). Sampai tahun 1852 badan-badan
pengurus terdiri dari pendeta-pendeta saja. Sistem sinodal itu yang mencontoh pemerintahan
diktatorial willem I, sangat berlawanan dengan wujud gereja. Di dalam Gereja tak ada tinggi
dan rendah, karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara (Mat 23:8) oleh
sebab itu pemerintahan diri sendiri, dengan perantaraan pejabat-pejabat yang mewakili
jemaat adalah satu-satunya tata gereja yang sesuai dengan wujud Gereja Kristus.
Di dalam peraturan umum hanya di nyatakan bahwa badan-badan pengurus wajib
“memelihara ajran Gereja”, tetapi kurang di tekankan bahwa dalam segala hal Gereja harus
takluk dan taat kepada Alkitab. Orang proponen (bakal-pendeta) di wajibkan berjanji bahwa
selaku pendeta mereka akan menjunjung “ajaran yang menurut Firman Tuhan telah di
paparkan dalam pasal-pasal keesaan Gereja Hervormd Belanda bab 42,2 akan tetapi segera
ternyata, bahwa rumus ini dapat di tafsirkan dengan dua arti. Sebenarnya arti dan maksud
janji ini ialah supaya proponen-proponen mengaku bahwa ajaran Gereja yang di tetapkan di
sinode Dordrecht itu perlu di junjung, oleh sebab sesuai dengan Firman Tuhan; tetapi banyak
proponen yang liberal mengartikan rumus itu secara lain, yakni bahwa mereka akan
menjunjung ajaran itu sesuai dengan Firman Allah.
3. Reaksi-reaksi pertama. Oleh sikapnya yang suam itu Gereja Hervormd sendiri pun
bersalah, karena menerima saja organisasi tahun 1816 yang di berikan kepadanya dari atas.
Yang menjadi perintis untuk gerakan pembangunan baru di Belanda, ialah pujangga-
pujangga willem Bilderdijk +1831 dan muridnya Isaac da costa, seorang Yahudi yang telah
bertobat dan menjadi seorang pengikut Yesus kristus yang gembira. Kitab da costa keberatan-
keberatan terhadap semangat zaman tahun 1823 menimbulkan amarah besar di antara kaum
liberal di Belanda. Gerakan reveil itu (penyadaran), nama perancis itupun di pakai di Belanda
bersifat ortodoks dan calvinis, dengan tekanan yang kuat pada pelaksanaan iman dan
pengududsan hidup.
Reaksi pertama terhadap organisasi tehun 1816 itu muncul dari pihak bagian jemaat
yang masih mengindahkan tradisi calvinis. Pada tahun 1827 seorang pendeta di Den Haag,
Ds. D. Molenaar, mengeluarkan suatu seruan kepada segala sudaraku yang seiman dalam
Gereja Hrvormd; dalam karangan itu ia menjelaskan kepada jemaat bagaimana janji
proponen di permainkan oleh banyak pendeta dan menunutut suatu sinode besar, yang harus
membereskan perkara itu. Pada tahun 1833 sinode menasehati pendeta-pendeta liberal supaya
mereka memperhatikan kemurnian ajarannya, akan tetapi pada tahun berikutnya seorang guru
besar theologi mengemukakan, bahwa pendeta-pendeta tidak boleh lagi di ikt dengan surat-
surat pengakuan calvinis yang dulu, dan pada tahun 1835 sinode mengumumkan jawaban
atas pertanyaan yang banyak tertidak-tidaknya pelayan-pelayan gereja kepada pengakuan
resmi, dengan menyatakan bahwa sinode merasa dirinya tidak berhak dan berkuasa untuk
mengammbil keputusan terhadap pokok-pokok iman, sehingga tak mau menafsirkan atau
mengubah rumus jannji porponen itu.
4. pemisahan (afscheiding). Ds. Hendrik di cock (1801-1842) menjadi seorang penganut dan
pembela bersemangat ajaran calvinis sejati dalam jemaatnya Ulrum di propinsi Groningen.
Berhubung dengan itu, lagi pula oleh karena de Cock telah menyerang dengan hebat dua
teman sekerjanya yang liberal, maka untuk sementara waktu ia di hentikan oleh badan
pengeurus propinsi. De Cock di pecat oleh badan ini karena ia dengan bahasa yang tidak
senonoh telah menista Tahlil-tahlil injili yang termuat dalam kitab nyanyian resmi Gereja
Hervormd. De Cock memanjat (naik banding pada) pengadilan sinode, yang memmberikan
waktu setengah tahun kepadanya untuk menarik kembali perkataan-perkataanya.
Atas desakan seorang temannya, Ds. Scholte, yang sangat di pengaruhi oleh reveil
Swis, sehingga ia mencita-citakan suatu Gereja bebas hanya terdiri dari orang-orang percaya
sejati saja. Pada 13 0ktober 1834 majelis-majelis jemaat Ulrum memaklumkan pemisahannya
(Afchelding) dari Gereja Hervormd, yang di sebut Gereja palsu.
Apabila kita hendak menimbang baik-buruknya pemisahan itu sudah selayaknya kita
membedakan pihak subyektif (sikap orang-orang terpisah itu dengan pihak obyektif (arti dan
akibat pemisahan). Selama Firman Allah dapat di kabarkan dalam Gereja dengan tidak
mendapat gangguan, dan selama sakramen-sakramen dapat di lakukan di sana ada mennurut
pesan kristus , Gereja itu boleh di sebut “kurang murni” atau sakit tetapi bukan palsu. Mereka
lupa bahwa Gereja Hervord adalah milik kristus. Pemisahan bererti menyangkal dan
melepaskan pemerintahan kristus dalam Gereja, sebab itu masalah pembersihan Gereja tidak
pernah tercapai dengan jalan memisahkan diri.
5. Zaman Greon van Prinsterer. Di samping gerakan pemisahan, perjuangan untuk
membaharui Gereja berlangsung untuk membaharui Gereja berlangsung terus. Suatu
permohonan kepada sinode, yang di tandatangani oleh 8000 orang supaya organisasi Gereja
boleh di ubah dan pengakuan dari tiga pasal keesaan di pertahankan, di tolak oleh sinode,
tetapi sinode memaklumkan bahwa ajaran Gereja harus di pelihara sebagaimana ajaran itu
merupakan wujud dan pokok pengakuan Gereja Hervormd. Akan tetapi sinode menerangkan
pula, bahwa ia badan pengurus saja, sehingga tak berkuasa untuk mengambil keputusan
dalam pertikaian mengenai pokok-pokok ajaran. Orang-orang tersebut tadi adalah pemuka-
pemuka gerakan Reveil, pemimpin mereka ialah Mr. G Groen van Prinsterer (1801-1876),
seorang murid Bilderdikjk, yang memegang peranan penting di lapangan Gereja, politik dan
ilmu sejarah di Belanda pada abad yang lalu. Groen van printerer, Heldring dan lain-lain
berpendirian bahwa jalan peradilanlah yang lebih baik. Pengakuan Gereja harus di
pertahankan dengan menjalankan disiplin yang kuat atas ajaran pendeta-pendeta dan anggota-
anggota jemaat, agar supaya lama-kelamaan segala anasir yang tidak takluk kepada
pengakuan resmi dapat di singkarkan dari Gereja.
Keadaan Gereja Hervord banyak diperbaiki oleh undang-undang dasar baru dari
tahun 1848 dengan segala akibatnya. Perwakilan Gereja oleh negara yang sudah kurang di
rasakan di bawah pemerintahan raja willem II (1840-1849) di hentikan sehingga peraturan
umum perlu di ubah. Perubahan itu, yang di laksanakan pada tahun 1852, memberi kebebasan
kepada jabatan-jabatan di dalam Gereja.
Dalam tahun 1850-1870 rupa-rupanya terwujud cita-cita pembaruan Gereja makin
sukar tercapai, karena pada masa itu aliran theologi modern dari scholten dan kawan-
kawannya meluas dalam Gereja. Liberalisme mereka jauh lebih radikal lagi; kekuatan mereka
terletak dalam sikapnya yang negatif: mereka menyangkal penyataan Tuhan, mukjizat-
mukjizat dan kebenaran Alkitab. Beberapa pendeta moderen meletakkan jabatannya dan
banyak anggota golongan itu berpindah ke Gereja Remonstran. Pada pihak lain, banyak orang
ortodoks yang telah putus asa terhadap pembaruan Gereja Hervormd , masuk anggota Gereja
Christelijk.
Groen van Prinsterer, yang dahulu berusaha memperbaiki segenap Gereja dengan
jalan yang sah, sudah putus pengharapannya dan mulai mendesak jemaat supaya melawan
badan-badan pengurus.
6. Kuyper dan Doleansi. Abraham Kuyper bertobat dari modernisme Scholten kepada ajaran
Calvinis, sementara ia bekerja selaku pendeta dalam jemaatnya yang pertama. Gereja
harusterdiri dari pengaku-pengaku nama Kristus yang sejati saja, yang telah membuang “kuk
sinode” dan menjunjung tiga .pasal keesaan.
Kuyper menerima saja negara netral dari revolusi Perancis dan menghendaki supaya
di dalam masyarakat yang netral itu bagian rakyat yang calvinis membina kebudayaan
kristennya sendiri “di segala lapangan hidup”. Kuyper adalah seorang pemimpin yang amat
cakap dan kuat pendiriannya.
Tatkala pada tahun 1876 fakultas-fakultas theologi dari ketiga universitas negara di
ubah menjadi fakultas ilmu yang netral, kuyper mulai berusaha untuk mendirikan sebuah
“Universitas Bebas”, yang harus menjadi suatu benteng pertahanan melawan semangat
zaman yang liberal, dengan memakai tiga pasal keesaan itu sebagai dasar penuntutan ilmu.
Pada tahun 1880 sekolah tinggi baru itu di buka di Amsterdam. Kuyper menjadi guru besar.
Ia dan teman sekerjanya Dr. F.L. Rutgers merangkap jabatan penatua di jemaat Hervormd
Amsterdam.
Pada tahun 1885 terjadilah bentrokan itu. Majelis-gereja Amsterdam yang ortodoks
tak mau menerima dalam pangkat sidi sejumlah murid katekisasi dari pendeta-pendeta
moderen. Akan tetapi badan penerus Gereja propinsi dan sinode dan menuntut supaya majelis
Gereja Amsterdam menyerahkan surat-surat tersebut. Atas desakan Kuyper dan Ruutgers
majelis Gereja dengan segera memutuskan untuk mengubah beberapa pasal dalam peraturan
tentang penyelenggaraan milik-milik Gereja (14 Desember 1885), supaya segala milik jemaat
Amsterdam tetap dalam tangan golongan Kuyper, jikalau seandainya terjadi pertikaian antara
majelis Gereja dengan badan-badan pengurus yang lebih tinggi. Dengan demikian gagallah
maksud Kuyper, supaya seluruh jemaat Amsterdam menarik diri dari organnisasi Gereja
Hervormd, tindakan mana kemudian mudah-mudahan akan di contoh oleh banyak jemaat
lain. Pada 1 Des 1886 tuan-tuan yang di hentikan itu di pecat oleh sinode dengan definitif,
karena sinode memastikan bahwa dalam masa perantaraan itu mereka sudah memisahkan
dirinya dari Gereja dengan perkataan dan perbuatannya. Beberapa jemaat lain pun
melaksanakan reformasi, kuyper mengharap supaya segala majelis Gereja tak mau supaya
anggota-anggota jemaat memaklumkan bahwa jabatan-jabatan dalam jemaatnya sudah
terluang dan mereka sendiri akan memilih majelis-gereja baru, berdasarkan jabatan orang
percaya.
Pada kongres Gereformeerd, yang di adakan di Amsterdam pada bulan januari 1887,
terbentuklah organisasi Gereja-gereja yang telah membebaskab dirinya. Mereka menyebut
diri “Dolerende kerken”. Dolerend (dolere, Lat=berdukacita), karena mereka berduka oleh
sebab milik-milik Gereja tidak di serahkan hakim kepada mereka dan kerken (gereja-
gereja :jamak) oleh karena mereka mendasarkan hukum gerenya pada jemaat-jemaat
setempat dan berdiri sendiri bertentangan dengan tatagereja sinode Gereja Hervormd.
7. Gereja-gereja Gereformed. Pada tahun 1892 kaum Doleansi (dolerende kerken)
bergabung dengan kaum pemisahan (Christelijke Gereformerde Kerk). Sesudah bergabung
itu mereka barnama “Gereformede Kerken In Nederland” (gereja-gereja gereformerd di
Neerdeland). Pada permulaan abad ini Geereja-gereja gereformerd lekas bertanbah besar. Di
dalamnya terdapat semangat berkorban dan kegiatan yang mengakibatkan pula beberapa
pertikaian yang hebat dalam lingkungannya sendiri. Pada 1926 Dr. J. G. Gelkerken di pecat
sebagai pendeta oleh sinode do Assen, oleh karena ia menyangsikan arti arti lurus dari
kejadian 1-3. Pada tahun 1944 sebagian besar dari Gereja itu memisahkan diri oleh karena
adanya suatu pertikaian dengan sinode menngenai ajaran baptisan dan penafsiran tatagereja,
sehingga terbentuklah Gereja-gereja Gereformerd yang di bebaskan, menurut pas 31 dari
tatanegara Drodrecht.
8. hoedemaker. Yang paling mengerti bahaya-bahaya yang bersangkutan dengan Doleansi,
ialah Ds. Ph. J. Hoedemaker (1839-1910). Ia juga banyak keberatannya terhadap organisasi
tahun 1816, yang kurang calvinis itu. Meskipun ia turut dalam Doleansi, tetapi dari
permulaan ia memperingatkan kawan-kawannya, “ bahwa reformasi Gereja harus
mendatangkan faedah bagi segala orang, yang terhisap kedalam perjanjian Allah. Akhirnya
menjelang pembukaan Kongres Gereformerd, Hoedemaker menarik diri, karena pada
pendapatnya kaum Doleansi menuju kepada kebidatan (kesektean), padahal ia menghendaki
keselamatan Gereja seluruhnya. Sebab itu Hoedemaker tidak mau membiarkan umat Gereja
rakyat yang telah di baptiskan itu. Ia menghendaki suatu Gereja rakyat yang mengaku nama
Yesus Kritus, dengan tataGereja presbiterial, dimana jabatan-jabatan di junjung kembali dan
Firman Tuhan dapat menguasai lagi segenap hidup Gereja.
Akan tetapi maksud dan harapan terakhir Hoedemaker adalah lebih tinggi. Ia
mengidam-iadamkan perbaikan segenap Gereja, supaya Gereja itu dapat pula memimpin dan
memberkati segenap kehidupan rakyat, dengan pengakuannya. Di sini muncul lagi ciita-cita
theokrasi Calvin. Segenap Gereja dan segenap rakyat. Itulah semboyan Hoedemaker.
Cita-cita negara Gereja Calvin telah pecah pada kuyper dan Hoedemaker, menjadi dua
pendirian yang bertentangan. Seperti seorang nabi,ia mengerahkan segenap rakyat Kristen
Belanda untuk bertobat dan takluk kepada Raja Kristus, tetapi oleh sebab pribadinya kurang
kuat, pegaruhnya hanya sedikit. Sebaliknya, Kuyper sebagai pahlawan yang gagah di
lapangan Gereja, politik dan masyarakat, dapat menggembirakan beri-ribu orang.
9. Gereja Hervormd dari tahun 1900-1940. Pada tahun 1900 Prof. Gunning, pemimoin
theologia ethis, mulai memihak kepada dan membantu Hoedemaker, yang olehnya gerakan
reorganisasi di perdalam dan di perluas. Di samping itu didirkan juga “Gereformerde Bond
untuk menyebarkan dan mempertahankan kebenaran dalam Gereja Hervormd-Belanda”.
Sejak tahun 1900 banyak usul telah di kemukakan kepada sinode dari berbagai pihak
untuk membereskan pertikaian Gereja. Golongan liberal atau “vrijzinning” yang telah
berorganisasi dalam “vereniging vanVrijzinning Hervormerd” sejak tahun 1913 dan beberapa
saudara yang beraliran ethis, mengusulkan supaya mengadakan perwakilan yang beribang
dalam badan-badan Gereja bagi semua aliran.
Sesudah peran dunia pertama, pengaruh “theologia Firman” karl Barth dengan kawan-
kawannya membaharui cita-cita rreorganisasi. Tatkala suatu rancangan reorganisasi yang rapi
telah di tolah oleh sinode pada tahun 1929 dengan 10 lawan 9 suara, terbentuklah dua
perhimpunan untuk mengusahakan pembaruan organisasi Gereja Hervormd, yakni kerkheste
(“pemulihan Gereja”,1930, dari pihak sayap kanan)dan “kerkopbouw”(“pembangunan
Gereja”, 1931).
10. Gereja di Belanda sejak tahun 1949. Perlawanan terhadap ajaran dan praktek nasional-
sosialisme selama pendudukan Belanda oleh jerman dari tahun 1940 sampai 1945 akhirnya
memmberikan kepada Gereja Hervormd apa yang tak sanggup di capai manusia dalam satu
abad lebih. Semua aliran bersatu dalam perjuangannya untuk membela Firma Tuhan terhadap
jiwa dan kuasa kekafiran moderen itu. Pada umumnya lahirlah kembali kesadaran bahwa
Gereja tak boleh dinamakan “Gereja”, jikalau ia tidak berpengakuan.
Sekarang sudah terang kepada semua aliran dalam Gereja, bahwa wujud dan amanat
Gereja yang baru disadari kembali itu, tidak sesuai dengan organisasi tahun 1816. Dengan
hampir suara bulat sinode menerima suatu usul untuk mengadakan “sinode besar”, yang
terdiri dari 45 anggota, yaitu seorang wakil dari tiap-tiap klasis, sehingga benar-benar
menjadi pewakilan seluruh Gereja dan bukan badan pengurus administrasi saja.
Di gereja-gereja Gerevormerd terjadilah selama perang dunia suatu konflik baru
mangenai suatu baptisan dan hukum Gereja, tetapi yang juga berkaitan dengan pelbagai
pertentangan-pertentangan pribadi. K. Schilder menyanggah pendapat Abr. Kuyper tentang
baptisan, yaitu seakan-akan baptisan itu di berikan berdasarkan kelahiran kembali yang di
andaikan. Schilder mengemukakan terhadap ini, bahwa baptisan itu memateraikan janji-janji
Allah, lepas dari keterangan apapun yang ada pada orang baptisan itu. Sinode atau sidang
raya menuntut supaya schilder tunduk kepada keputusan sinode itu. Schilder pun
membebaskan dirinya pada tahun 1944, dengan mengandalkan kepada pasal 31 peraturan
gereja dari Dordrecht (kerkorde van Dordrecht).
Oleh lembaga Alkitab Belanda (Nederlands Bijblelgenootschap) di tawarkan di tahun
1951 suatu terjemahan baru Alkitab, yang di terima dengan baik di Gereja-gereja. Ketika
ternyata bahwa di perlukan juga suatu terjemahan dalam bahasa Belanda yang sederhana,
maka hal itu pun di usahakan juga. Dengan kerjasama antar-gerejani di terbitkanlah pada
tahun 1973 suatu buku nyannyian yang baru sama sekali, dimana mazmur-mazmur
disajakkan secara baru.

BAB 54

GEREJA DI INDONESIA SEJAK TAHUN 1800

1. Pekabaran injil baru. Minat baru terhadap sending yang timbul di inggeris pada akhir
abad ke-XVIII segera berpindah ke belanda oleh pengaruh London Missionary Society
dan atas anjuran Dr.Joh Theodorus van der Kemp, yang ingin berlayar sendiri ke afrika
selatan untuk mengabarkan injil di antara bangsa Negro, pada tahun 1797 didirikan
Nederlands Zendeling Genootschap di Rotterdam selama belanda dibawa kuasa perancis
1795-1813 dan Indonesia dibawah pemerintahan sementara inggeris Gubernur Jenderal
Raffles 1811-1816, N.Z.G memulai pekerjaan sending di Indonesia akan tetapi setelah
kepulauan Indonesia dikembalikan menjadi jajahan kerajaan belanda yang baru di bentuk.
Maka N.Z.G terus mulai mengusahakan pemeliharaan jemaat Kristen di Maluku, timur
dan setempat lain di Indonesia timur. sejak tahun 1830 N.Z.G mengutus pendeta ke
minahasa untuk membawa injil kepada suku bengsa yang beragama suku di sana.

Pada pertengahan abad ke XIX muncullah perselisihan dalam badan N.Z.G di belanda
karena banyak anggota merasa bahwa perhimpunan mereka sudah terlalu dipengaruhi oleh
semangat modernisasi sehingga semboyan N.Z.G damai oleh darah salib kurang dijunjung
dalam praktek pekerjaan utusan N.Z.G di Indonesia anggota di antaranya Mr. Groen van
Prinsterer menuntut supaya N.Z.G mengutamakan pertobatan kaum beragama suku dan
bukan pengembangan peradaban barat.dengan demikian terbentuklah dua perhimpunan
zending yang baru Naderlands Zendingsvereniging pada tahun 1858, yang mulai
mengabarkan injil dijawa barat tahun 1862 dan disulawesi tenggara 1915 dan utrechtse
zendingsvereniging pada tahun 1859 yang bekerja di irian 1863 Halmahera 1866 dan buru
1885. Usaha dalam pekabaran injil dijawa timur tahun 1848 di poso 1890 dan di antara suku
batak karo di beli 1890 sangat indah.

Untuk membantu usaha pekabaran injil dengan cara yang baru, yang lebih murah dan
yang mudah lebih besar hasilnya, maka tahun 1847 di bentuk perhimpunan “penginjil
tukang”oleh Ds. OG. Heldring ialah supaya utusan injil itu bekerja selaku tukang atau petani
untuk penghidupannya sendiri sambil melayani dan memberi teladan bagi suku bangsa yang
beragama suku dan di samping pekerjaan itu mereka boleh mengabarkan injil dengan leluasa.
Mereka lebih gampang menarik hati kaum beragama suku daripada pendeta biasa dan mereka
itu lebih bebas dalam menentukan tempat dan cara penginjilan mereka pendapat heldring
“bapa Gossner”

2. Gereja protestan. Sejarah dan perkembanga beberapa gereja Indonesia pada abad ke XIX
dan sampai sekarang. Yang menjadi lanjutan jemaat VOC kembali pemerintah belanda ke
Indonesia pada tahun 1816, raja Willem I merasa bahwa kewajiban Negara untuk
memperhatikan nasib gereja secara resmi. Pada masa itu jemaat protestan tidak sanggup
menyusun organisasinya dan menyelenggarakan keperluan jasmaninya sendiri. gereja
protestan diurus dan dipimpin oleh pemerintah seperti gereja Hervormd di belanda pada
pimpinan di Jakarta.

Di minahasa pekerjaan N.Z.G dimulai oleh Riedel dan Schwarz dan yang diteruskan
oleh banyak pendeta lain. Sehingga hampir segenap suku minahasa masuk Kristen 380.000
jiwa mula mula N.Z.G membiayai gaji para pendeta dan penolongnya. Kaum Kristen
diterima dalam gereja protestan tahun 1870. Hanya sekolah dalam urusan N.Z.G Sampai
tahun 1933.

Di bolaag Mongondow sudah terasa pengaruh sending diminahasa selama abad yang
lalu tahun 1904 ditempatkan pendeta N.Z.G di mongondow sehabis perang dunia kedua
jemaat merupakan G.M.I B.M. yang berdiri sendiri. di kepulauan timur N.Z.G
menyelenggarakan jemaat Kristen didaerah kupang dan di rote tahun 1820, pekerjaan banyak
diselangi oleh masa “dibiarkan saja, tidak dipedulikan”. Mulai + tahun 1875 pendeta menjadi
hulpprediker dan jemaat ditimur rote dan sawu masuk gereja protestan.

Ke empat bagian gereja protestan juga maju menuju kedaulatan gereja diminahasa
maaluku dan timur yang berdiri sendiri dibentuk berturut-turut pada tahun1934, 1935 dan
1947, tetapi mulanya masih takluk pada sinode umum. Gereja protestan bergumul dengan
soal bagaimana keempat gerejanya dapat berdiri sendiri masing-masing, tetapi dengan
memelihara kesatuan kesimpulannya diperoleh dalam sinode di bogor 1948, yaitu gereja
protestan di Indonesia bagian timur berdiri sendiri sepenuhnya tetapi sekali dalam tiga tahun
mereka bertemu dalam sidang gereja Am dan di samping itu dibentuk suatu badan pekerja
Am, agar dengan jalan demikian kesatuan dan kerjasama terjamin. Di dalam masalah
pengakuan tatagereja dan tatakebaktian keempat gereja berusaha mengejar dan mewujudkan
keesaannya itu.

3. Beberapa Gereja lain. Tak mungkin menguraikan perkembangan semua gereja di


Indonesia dalam ruangan yang sempit hanya keadaan beberapa gereja saja dapat kita
tinjau di sini dengan selayang pandang. Rasul suku bangsa batak Ludwig nommensen
mulai bekerja di antara kaum batak toba di lembang silindung pada tahun 1862.
Pekerjaan yang banyak dan pengantar jemaat dan guru sekolah dengan secukupnya dari
permulaan, maka lama kelamaan gereja Kristen ditanah batak meluas sampai menjadi
gereja muda yang paling besar di dunia ini 750.000 jiwa. Semangat untuk mengabarkan
injil di antara ratusan ribu orang sebangsanya yang belum mengenal kristus, desakan
islam dan aksi katolik roma kini merupakan masalah yang berat bagi gereja batak. Di
pulau nias sudah terdapat 18.000 orang Kristen sesudah pekerjaan setengah abad yaitu
pada tahun 1915, tetapi pada tahun itu lahirlah suatu gerakan pembangunan rohani yang
sangat mengagumkan dan menggembirakan.

Dijawa timur injil mulai di khotbahkan di antara orang jawa pada pertengahan abad
yang lalu oleh dua orang yang bukan pendeta resmi Coolen seorang eropah peranakan
memberitakan injil kepada orang kampong yang bekerja di dalam kebunnya, yang berlainan
dengan coolen mengajak orang jawa yang bertobat oleh khotbahnya supaya hidup menurut
adat eropah. Pendeta Jellesma mengumpulkan orang Kristen jawa dalam sebuah desa Kristen
yang dinamai Mojowarno. Di kemudian hari malanglah yang menjadi pusat yang kedua
dengan rumah sakit besar sukun dan sekolah pendeta bale Wyata. Gereja jawa timur yang
mempunyai 65.000 anggota. Telah berdiri sendiri tahun 1913 semenjak itu pendeta belanda
tidak memimpin lagi melainkan menjadi penasihat dan penolong.

Gereja jawa tengah selatan 25000 jiwa sudah lama di didik untuk memimpin dirinya
sendiri. zending Gereformeerd menyelenggarakan lapangan pekerjaan dengan banyak pekerja
yang cakap. Gereja ini telah bergabung dengan jemaat Kristen dari sending salatiga dijawa
tengah utara, yang beranggota 7000 orang. gereja jawa tengah mengusahakan pemberitaan
injil diantara kaum kolonis jawa di sumatera selatan.

Di pasundan lebih kuat islam menguasai batin rakyat dan masyarakat umum. Masuk
Kristen berarti dibuang keluar dari persekutuan penduduk. Tetapi dengan demikian mereka
tak dapat memberi kesaksian tentang kristus di tengah bangsa. Gereja pasundan sudah
mendapat dasar yang teguh dan berkembang perlahan-lahan 7000 anggota.

Di seluruh jawa, gereja harus berjuang pada dua front melawan pengaruh sekularisasi
modern dan terhadap kuasa islam yang bertambah berani tampil kemuka pada masa yang
mutakhir. Yang terkenal ialah golongan yang mula-mula dipimpin oleh sadrach pada abad
yang lalu. Oleh karena itu gerakan mereka tidak disetujui pemimpin zending. Sekarang
pengaruh mereka sudah hampir hilang akan tetapi soal yang tetap muskil ialah bagaimana
injil harus di jelmakan ke dalam bentuk jawa tulen.

4. Perkembangan gereja pada masa kini. Perkembangan gereja diindonesia secara batiniah
dan lahiriah sangat dipercepat oleh perang dunia kedua. Setelah belanda diduduki jerman
mei 1940 pimpinan dan sokongan dari pihak itu berhenti dengan tiba-tiba. Pucuk
pimpinan zending amerika memberi tunjangan uang besar kepada segala “lapangan
sending piatu”. Dan segenap jemaat protestan di Indonesia turut menyumbangkan
dermanya untuk membantu saudara yang dalam kesusahan. Bantuan itu berakhir dengan
timbul perang pasifik sejak tahun 1942. Gereja Kristen menderita banyak sengsara karena
agama islam dihormati.

Salah satu keuntungan yang didatangkan oleh masa perang ialah bahwa gereja
terpaksa belajar mengurus dirinya sendiri. tentu saja sudah perang proses ini berlangsung
terus gereja yang sudah mempunyai sinode sendiri belum perang. Kini memilih pendeta
Indonesia untuk semua pangkat yang terdiri di dalam badan gereja. Pekerja asing itu sekarang
hanya diutus diatas undangan gereja di Indonesia dan mereka bekerja di mana dan selama
dikehendaki oleh jemaat Indonesia sendiri. biasanya dalam tugas istimew hampir segala
gereja yang belum berdaulat dengan resmi sebelum perang berturut berdiri sendiri juga
sumba 1946 timur sangir dan poso 1947 Halmahera 1949 dan bolaang Mongondow 1950.

Latihan pendeta secara seksama memang merupakan kebutuhan yang paling penting
bagi pembinaan gereja muda.sekolah theologia tinggi yang dibuka di Jakarta mula-mula
beberapa tahun di bogor sebelum perang terutama atas inisiatif dan ikhtiar Dr, H. Kraemer
besar artinya sebagai latihan untuk bakal pemimpin gereja. Sekolah ini yang sejak tahun
1954 berderat sekolah tinggi theologia. Dan fakultas theology dari universitas nommensen di
pematang siantar menyelenggarakan pendidikan theologia atas taraf universiter. Pengajaran
theology di sekolah pendeta yang lain diperluas dan diperbaiki sesudah perang umpamanya di
sipolohan batak kini di pematang siantar Yogyakarta. Malang bale wyata, Banjarmasin,
ambon, tomohon. Untuk gereja di seluruh bagian timur Indonesia didirikan sekolah theologia
di makasar.

Cita-cita kesatuansangat kuat di antara gereja di indonesiateristimewa pada zaman


yang akhir ini. semenjak permulaan abad ini memang sudah terdapat kantor perwakilan
sending dijakarta yang dibentuk dengan pertolongan lembaga alkitab belanda dan dibawah
urusan dewan pekabaran injil belanda sejak tahun 1946. Jasa biro konsul zending itu sungguh
besar karena membantu gereja dalam segala hal ihwal, terutama dengan mewakili dihadapan
pemerintah.

Boleh kita simpulkan bahwa Indonesia adalah suatu daerah pekabaran injil yang
diberkati Tuhan dengan hasil yang indah dan besar atas penaburan bibit firman Tuhan.
jumlah orang Kristen prostestan sudah 13 juta lebih akan tetapi jangan kita lupa di tengah 150
juta penduduk. Jadi tugas sending gereja muda dibenua ini masih amat luas dan berat. Bukan
saja sisa kaum kafir yang tidak beberapa banyak yang perlu mendengar kabar kesukaaan
tetapi juga kaum muslimim yang besar, yang merupakan benteng agama yang sukar rakyat
jelata. Yang harus ditaklukan untuk kristus tetapi jugadan terutama para pemimpin
masyarakat, kaum cendekiawan, golongan atas tengah.

Pelaksanaan tugas raksasa selayaknya jangan hanya dijalankan dengan perkataan saja,
tetapi juga dengan perbuatan. Segala usaha pekabaran injil yang sudah mulai pada masa dulu
hendaknya dilanjutkan bahwa harus ditambah. Penterjemahan Alkitab kedalam bahasa daerah
oleh ahli lembaga bahasa alkitab yang sudah menjadi suatu berkat rohani yang tak terkatakan
besar. Harus terus diusahakan dengan rajin perawatan orang sakit tetap menjadi suatu jalan
yang indah untuk menyatakan belas kasihan dan pertolongan tuhan Yesus terhadap semua
yang cacat tubuhnya. Pengajaran dan pendidikan orang Kristen sekali tak boleh diabaikan
oleh gereja. Gereja Kristen tentulah dapat mengusahakan lembaga sendiri untuk melayani
rakyat dan untuk menjadi kesaksian tentang Yesus Kristus dan tanda kerajaan Allah yang
datang (misalnya Universitas Kristen Indonesia di Jakarta, Universitas Nommensen di
sumatera utara dan Universitas Satya wancana di salatiga). Tanggung jawab dan tugas gereja
terhadap kekurangan dan kebutahan sosial dalam masyarakat, adalah perkara yang penting
saja suatu usaha yang baru, ialah rancangan pertolongan bagi penduduk kampong yang perlu
dibantu dalamperdagangannya untuk memperbaikin perekonomiannya dan mempertinngi
derajat hidupnya disegala lapangan. Dengan segala jalan dan daya upah ini gereja Yesus
kristus mau bergumul untuk merebut jiwa raga bangsa Indonesia dari cengkeraman kegelapan
rohani dan jasmani supaya dalam keselamatan yang satu-satunya dapat dikenali dan ditempuh
oleh segenap rakyat.
BAB 55
GEREJA KATOLIK ROMA PADA ABAD KE-XIX

1. Perjuangan Politik. Abad ke-XIX menjadi zaman perjuangan lahiriah dan batiniah bagi
Gereja Katolik Roma dan hampir selalu ia yang menang. Dalam abad sebelum itu, Gereja
rubuh, diperkosa, diduniawikan; rupanya tidak dapat bagun lagi. Tetapi dalam waktu
beberapa puluh tahun saja keadaanya sudah berubah sama sekali. Sejatuh Napolen, tibalah
masa restaurasi; semua orang mengunjungi kembali kuasa dan tradisi dari abad-abad yang
terdahulu.
Suasana yang baik itu terus dipergunakan oleh Paus Pius VII untuk merebut beberapa
keuntungan politik. Pada tahun 1814 ia mendirikan dan mensahkan kembali ordo Yesuit.
Perbuatan itu adalah bukti yang nyata, bahwa Gereja Roma mau meneruskan jalan yang
diirintis oleh trente, menuju kepada pemerintahan mutlak Paus.
Terjadi pemberontakan yang hebat seperti di Prusia yang Protestan itu dalam
pertikaian Gereja Koln. Tatkala negara menuntut supaya dalam nikah campuran anak –anak
harus ikut kepercayaan bapa, maka khatolik menolak peraturan itu.
Berkat revolusi riberal dari tahun 1848, Gereja Katolik Roma dapat melepaskan diri
dari berbagai rintangan yang tertalian dengan perwalian negara dalam masa sebelum tahun
itu. Walaupun demikian, paus Pius IX yang amat kuat dan aktif, sangat berpolitik anti liberal,
karena pengalamnya yang kurang menyenangkan dalam Negara Gereja.
Disana tetap terdapat kebencian yang keras terhadap sikap reaksioner Gereja K.R.
ordo Yesuit sudah dibubarkan (1800), semua pengaruh gereja disingkirkan dari pengajaran,
dan akhirnya pada tahun 1905 segala milik gereja dinyatakan menjadi kepunyaan negara,
milik-milik itu hanya dipinjamkan oleh negara kepada perhimpunan-perhimpunan agama.
2. Perjuangan Rohani. Pada umumnya Gereja Katolik Roma dapat mempertahankan dirinya
ditengah-tengah tofan politik abad ke-XIX, seperti yang kita lihat tadi. Tetapi gerakan-
gerakan rohani abad itupun mengetuk pintunya, supaya dibuka.
Guru besar Hermes di Bonn di Jerman Barat mau membangun ilmu theologi di atas
dasar filsafat Kant akan tetapi segera Hermesianisme itu ditolak dengan keras oleh
pemimpin-pemimpin Gereja. Yang pandangan bahwa Reformasi adalah perintis zaman
moderen, bahkan sejiwa dan setujuan dengan anggapan-anggapan moderen itu. Demikian
materialisme dan kebebasan kata hati.
Sungguhpun demikian dalam waktu yang berikutnya banyak orang cenderiawan K.R.
tidak tahan lagi melihat sikap keras Gereja terhadap kebudayaan moderen. Dari keberatan
muncullah gerakan Modernisme, yang cita-citanya sejajar dengan modernisme dalam gereja-
gereja Protestan. Dari segala uraian yang diatas itu nyatalah bahwa gereja Roma sangat
kurang dipengaruhi oleh roh zaman, dibanding dengan Gereja Protestan.
3. Perkembangan batiniah. Perjuangannya dilapangan politik dan rohani tidak menjadi
halangan bagi Gereja Katolik Roma untuk mengembangakan lagi ajarannya pada abad ke-
XIX, dan untuk maju terus dijalan yang ditempuhnya sejak Trente. Memproklamasikan
dalam suatu bulla dogma “Maria dikandung tanpa noda dosa”. Bahwa Maria hidup dengan
tidak berdosa, itulah hal yang sudah lama dipercayai umat K.R. tetapi ahli-ahli theologia
belum setuju, apakah Maria lahir juga dengan bebas dari dosa turunan. Konsili terpaksa
memutuskan pekerjaannya sebelum masanya, berhubung dengan pendudukan Roma oleh
tentara Italia. Diseluruh Eropa yang cerah itu berkobarlah suatu tofan amarah karena dogma
inim : paus tak mungkin bersalah akan tetapi kebanyakan uskup yang mula-mula melawan
lekas takhluk. Hanya sekelompok kecil dari klerus dan anggota jemaat yang cendekiawan di
Jerman, tetap menolak keputusan konsili Vatikan.
Pada abad ke-XIX gereja Katolik Roma meneruskan dengan konsewensi jalan yang
telah dipilihnya di Trente. Hal itu sungguh menyedihkan dan mengejutkan. Kehidupan dan
kegiatan baru yang diperlihatkannya dalam abad itu, tidak membawa kembali kepada Alkitab
saja dan ramatnya.
BAB 56
SEKTA-SEKTA/BIDAT-BIDAT

1. WUJUD SEKTA
Buku ini mau menguraikan sejarah gereja dan bukan sejarah sekta-sekta, akan tetapi oleh
karena gereja sering dipengaruhi oleh sekta-sekta itu, maka perlu kita membahas dengan
pendek gejala sekta itu. apalagi, dalam perkembangan gereja sudah banyak kita bertemu
dengan bermacam-macam sekta, seperti montanis, donatis, albigens, anabaptis, dan
sebagainya.
Wujud sekta atau bidat lebih gampang kita merasakannya dari pada merumuskannya. Bagi
banyak anggota gereja nama sekta itu bercorak hina saja, tetapi pada hakekatnya, jika
ditinjau dari sudut historis, tak boleh demikian. Sekta-sekta ialah semua persekutuan kristen
(yang kecil), yang dengan sengaja memisahkan dirinya dari gereja-gereja (yang besar), oleh
sebab pada pendapatnya gereja-gereja sudah mengabaikan beberapa pokok yang penting dari
kepercayaan kristen. Pokok-pokok pengakuan itu dijunjung oleh sekta-sekta, sehingga
mereka menganggap dirinya suatu pernyataan yang lebih murni dan sempurna dari jemaat
kristen dibumi ini. Akibatnya ialah bahwa unsur-unsur iman kristen tadi sangat ditekankan
mereka secara berat-sebelah, misalnya: hal pertobatan dan pengudusan hidup;karunia-karunia
berkata-kata dengan bahasa roh; penantian akan datangnya kembali Tuhan; keasinga gereja di
tengah-tengah kuasa-kuasa dunia ini, dan sebagainnya. Memang dalam segala hal ini gereja-
gereja sering alpa dan berkekurangan. Namun sekta-sekta itu sendiri juga banyak sedikitnya
telah melepaskan keseluruhan kesaksian Alkitab, sehingga theologianya dan praktek
kesalahannya biasanya membengkokkan kebenaran injil.
Meskipun sudah ada sekta sejak permulaan sejarah-sejarah gereja, namun barulah pada abad
ke-XIX sekta-sekta mulai timbul dimana-mana, teristimewa di inggris dan amerika. Pada
abad ke-XIX, asa toleransi dijunjung oleh hampir semua negeri Eropah, sehingga abad ini
menjadi zaman kejayaan sekta-sekta.
2. ORANG ADVENTIS
Penantian akan datang datang kembali (“advent”) Tuhan Yesus kristus dengan segera, yang
diutamakan oleh banyak sekta, membawa william miller di Amerika kepada perhitungan
yang teliti tentang saat berlakunya peristiwa yang hebat itu, meskipun Yesus sendiri telah
mengatakan bahwa tidak ada seorang yang mengetahui hari dan ketika itu. menurut miller,
kristus mau datang kembali antara 21 Maret 1843 dan 21 Maret 1844. Salah satu golongan
Adventis yang paling penting, ialah “Adventis hari ketujuh” (seventh day adventists”; ing.)
atau “sabbatis”, yang menganggap bahwa dosa besar gereja ialah membuat hari minggu/hari
pertama menjadi hari istirahat sebagai ganti hari sabat. Lain sifat istimewa sekta adventis
ialah: mereka percaya bahwa sesudah mati, tubuh dan jiwa manusia tidur sampai kepada hari
kebangkitan, sesudah mati, tubuh dan jiwa manusia tidur sampai kepada hari kebangkitan,
bahwa kristus telah membangun kerajaan seribu tahun didalam surga sebelum hari kiamat
yang akhir dan bahwa semua orang yang tak percaya akan ditiadakan.
3. SAKSI-SAKSI YEHOWA
“saksi-saksi yehowa” atau “penyelidik-penyelidik Alkitab yang sungguh”, yang didirikan
oleh Chharles Russel (1916) dan kemudian dipimpin oleh Rutherford (1942) dan knorr.
Mereka telah menantikan kedatangan kristus pada tahun 1914, sehingga pecahlah perang
dunia pertama dihubungkannya dengan Wah. 12:7-12; kesimpulan mereka ialah pada saat itu
kristus telah naik takhanya disurga. Negara dianggap mereka selaku alat setan dan gereja-
gereja sebagai kaki tangganya. Penghayatan dosa dan rahmat telah menghilang dibelakang
kesadaran pemangilan mereka untuk berjuang bagi hormat Yehowa. Gerakan ini merupakan
suatu protes yang kuat, walaupun primitif dan legalistis, terhadap meranana harapan dan
merajalelanya roh dunia dalam gereja-gereja besar.
4. GERAKAN PENTAKOSTA.
Golongan-golongan pentakosta menitikberatkan soal bernubuat, berbahasa roh,
menyembuhkan orang sakit, dan sebagainya. Ekstase dan kegembiraan menjadi ciri-ciri
mereka. Gerakan pentakosta dizaman modern mulai muncul di Amerika (california),
kemudian berpengaruh di Eropah (khusus dijerman), dan sekarang digemari juga oleh banyak
orang kristen dalam “gereja-gereja muda”, yang gampang terpengaruh oleh metode-metode
dan suasana kebaktian gerakan-gerakan pentakosta.
5. GERAKAN DAN SEKTA
Sungguh menggembirakan, bahwa gereja dimasa ini sudah mau membuka telinganya bahwa
seruan roh kudus, yang disampaikan kepadanya melalui sekta-sekta itu. beberapa gereja
mulai memberi kelapangan kepada penyembuhan melalui doa dan iman. Gereja mencari
hubungan dengan golongan-golongan masyarakat yang sudah membelakanginya, misalnya
ordo-ordo protestan, yang mau mewujudkan cita-cita sekta didalam lingkungan gereja sendiri
dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dijerman (Evangelische
Michaelisbruderschaft), skotlandia (ionacommunity), perancis (biara protestan di taize) dan
swia (biara wanita protestan di granchamps).
BAB 57
GEREJA SEJAK TAHUN 1918

1. Keadaan politik
Sehabis perang dunia pertama (1914-1918), mula-mula timbullah semangat optimisme dan
idialisme, yang sebenarnya adalah lanjutan semangat abad ke-XIX. Demokrasi dan
sosialisme dijunjung tinggi; orang berharap bahwa sekarang dunia menuju kepada zaman
keadilan, kemakmuran dan damai. Mudah-mudahan segala negeri mau membuang senjatanya
bdan takluk kepada perserikatan bangsa-bangsa.
Demokrasi dan sosialisme sekarang ini juga berkuasa dinegeri-negeri yang menurut sejarah
dan tabiatnya kurang bersedia untuk memakainya: jerman, Australia dan Rusia. diJerman
kerajaan mengakibatkan suatu perkara yang baik, yakni kebebasan gereja sama sekali dari
negara. Kira-kira pada tahun 1930, keadaan krisis dan meleset berkembang seluruh Eropah
dan lebih luas lagi. Italia yang mula-mula melaksanakan pandangan ini. Sudah sejak tahun
1922 tatanegara demokrasi diganti dengan bentuk negara “fasis”. Dan dijerman, yang paling
menderita oelh karena kemelaratan asas “pemimpinnya” dan tatanegara totaliter (sejak tahun
1933) sebagai suatu pembebasan yang besar. Tetapi juga dinilai-nilai negeri mala-kelamaan
semangat nasionalisme menang atas cita-cita demokratis. Semangat itu bertambah kuat lagi
di eropah oleh karena peran dunia yang kedua pada umumnya dan pendudukan musuh pada
khususnya. Di Asia dan di Afrika tak kurang juga meningkatkannya semangat kebangsaan itu
disebabkan perjuangan memerdekakan diri dari Eropah.
2. keadaan rohani
Sebelum perang dunia pertama, ilmu pengetahuan sudah mulai melepaskan pandangan
hidupnya dan naturalisme dan materialistis. Agaknya ilmu dan iman dapat diperdamaikan
juga. Dimana-mana orang menjunjung kerohanian kembali. Tetapi perubahan itu tidak bearti
bahwa dunia barat kembali kepada Firman Tuhan. Lapisan bawah masyarakat semakin hari
semakin mengasingkan diri dari gereja, disebabkan propaganda sosialis.banyak orang
mengangap bahwa gereja turut menyebabkan timbulnya krisis ekonomi dan keruntuhan
peradapan barat. Sebab itu orang semakin banyak membelakangi gereja.
Pada masa idealisme baru itu, tak lama kemudian pada masa pessimisme dan putusan asa
baru, hasil besar bagi agama tidak dipungut oleh gereja, melainkan oleh pelbagai aliran
rohani yang tidak bertumpu kepada injil. Sejak tahun 1700, kebudayaan eropah telah
melepaskan dirinya dari kuasa firman Allah, lalu mendasarkan kepercayaan kepada dunia,
kepada manusia dan akalnya, kepada roh dan zat benda, dan sebagainya denganrupa-rupa
jalan. Sekarang kebudayaan barat itu sedang kehilangan kepercayaan kepada kekuataan
dirinya sendiri. Akan tetapi manusia tidak kembali dari dunia kepada Tuhan, melainkan tetap
mendewakan dunia saja.
Mula-mula aliran rohani ini menggemari pantheisme-mistik, agama-agama ketimuran, ajaran
thesofis, dan sebagainya. Diantara kaum sosialis banyak yang berpaling dari materialisme.
Karl Marx kepada suatu sosialisme keagamaan. Makin rubah beragamaan barat makin orang
mencari bantuan rohani kepada kuasa yang mengatakan orang-orang. Bahwa pada sejak
tahun 1930 nasionalisme menjadi bentuk yang terpenting dari cita-cita agama yang baru itu.
berjuta-juta orang mulai memuja bangsa, rakyat dan negara.
3. gereja dan semangat zaman
Cita-cita terhadap kekuasaan, persekutuan, perkara-perkara yang mengatasi akal, dan hadis,
kedengaran dalam gereja. Tetapi gereja sekarang tidak hendak menyesuaikan beritanya lagi
kepada semangat dunia, seperti yang pernah dilakukannya dikedua abad yang lalu. Itulah
yang menyebabkan gereja mendengarkan lagi dengan hormat dan perhatian dengan sungguh-
sungguh kepada penganjur-penganjur seperti luther dan calvin, yang sudah
lamadikesampingkan selaku orang kolot. Umumnya boleh dikatakan bahwa zaman sesudah
tahun1918 mengakibatkan pertobatan untuk gereja. Pertobatan pertama berlaku dilapangan
kehidupan gereja yang lain. Didalam dunia abad ke-XIX, yang sadar dan bangsa atas
kesanggupannya sendiri, gereja merasa malu dan ragu-ragu; tetapi kini, diwaktu dunia sedang
tak keruan dan bingung, gereja mendapat kembali kebenarannya.
Sudah barang tentu bahwa jika theologia abad ke-XIX undur dengan perlahan-lahan saja dan
sampai kini belum mati. Tetapi umumnya boleh dikatakan bahwa gereja kembali kepada
sumber Alkitab yang hidup dibidang oleh pembaru-pembaru gereja yang besar. Persintuhan
demikian berlaku dijerman, karena disanalah golongan yang menyebut dirinya “kristen
jerman” mencita-citakan suatu kekrestenan yang sesuai dengan sifat bangsa jerman. Untuk itu
mereka mau membuang segala hal dalam injil, yang tidak cocok dengan tabiat jerman itu.
4. gerakan katolik roma
Pada masa perang tahun 1914-1918 gereja K.R. dan terutama paus mengusahakan banyak
amalan guna orang tawanan, orang luka dan kurban perang lainnya. Oleh sebab itu paus
benedictus XV (1914-1922) dihormati umum, tetapi ia tidak berhasil memegang perana
penting dalam komperensi perdamaian sehabis perang. Dibawah pemerintahannya dibaharui
hukum gereja katolik Roma. Pada tahun 1918 mulailah dijalankan kitab hukum gereja yang
baru, yang memang mempunyai kuasa ilahi bagi umat K.R. didalam relasinya gereja dan
negara dirumuskan dengan hati-hati benar.
Pengganti Benedictus ialah pius XI (1922-1939), seorang diplomat dan sarjana. Ia
meneguhkan kedudukan gereja dengan mengadakan konkordat (persesuaian, persetujuan)
dengan banyak pemerintahan. Dengan konkordat lateran pada tahun 1929, kuasa duniawi
paus didirikan kembali sebagai negara-negara “kota vatikan” dan dengan mengaku gereja
katolik Roma selaku gereja-gereja Italia. Pius XI juga terkenal oleh karena banyaknya
enksiklik-enksiklik yang diumumkannya untuk memimpin kawanan dombanya: pada tahun
1928 ia menolak debat oikuminis dengan gereja-gereja lain: pada tahun 1929 pendidikan oleh
negara ditolaknya karena menyinggung hak ilahi gereja dan hak kodrati (alamiah) rumah
tangga terhadap pendidikan anak-anak; pada tahun 1930 paus menasehati umatnya terhadap
aggapan-anggapan moderen mengenai pernikahan, dan pada tahun 1931 pius XI
memaklumkan ensikliknya “ouadragesimo Anno” (dalam tahun keempat puluh).
Eugenio pacelli menjadi paus pius XII (1939-1958). Amat penting keputusannya pada tahun
1945 untuk mengisi lowongan-lowongan golongan kardinal, dengan melantik teristimewa
bukan orang yang hukan italia untuk jabatan yang tinggi itu, sehingga pengaruh besar italia
didalam pemerintah gereja banyak surut. Paus joannes XXIII telah memanggil suatu “konsili
oikumenis” yang baru, supaya bersidang pada tahun 1962. Dengan ini mulailah muncul suatu
pembaharuan yang besar berkenaan dengan hidup iman dan panggilan gereja untuk
memberitakan injil dalam dunia medern.
5. Rusia
Revolusi Bolsyewik dirusia pada tahun 1917 mengakibatkan terbentukntya suatu negara
bagian komunis menurut rancangan Marx, jadi atas dasar materialis srtheis. Agama
diterangkan sebagai candu bagi rakyat dan gereja sebagai suatu kuasa kontra-revolusioner.
Kebencian yang hangat dari penguasa-penguasa baru terhadap gereja rusia ortodoks ada juga
sebab dan dasarnya. Selaku gereja negara dahulu, gereja selalu menjadi kaki tangan dan
lembaga propaganda dari pada pemerintahan lalim tsar-tsar.
Pada tahun 1918 dilaksanakan perpisahan gereja dan negara dan penyitaan segala milik
gereja. Semenjak itu pengaruh gereja direbut satu-persatu, sampai akhirnya propaganda
agama apa saja dilarang pada tahun 1930. Sejak tahun 1942 ketegangan antara negara dan
umat kristen sudah banyak kendur. Pada tahun itu tentara-tentara jerman telah maju sampai
kedaerah pendalaman rusia. Orang berduyun-duyun masuk gedung-gedung gereja untuk
berdoa dan membaca misa guna orang mati. Pemerintah sovyet terpaksa membiarkan saja
perkobaran baru api agama yang memang tidak padam jiwa manusia. beberapa tanda bahwa
gereja rela menyediakan dirintya dipergunakan untuk maksud itu, tak kurang dari zaman tsar-
tsar.
6. gereja oikumenis
Dalam sejarah yang panjang, gereja yang esa sudah terpecah belah menjadi banyak-banyak
gereja. Sering kali orang kristen merasa dirinya terpaksa bercerai, oleh karena mereka tidak
setuju lagi tentang kebenaran Tuhan yang dinyatakan dalam injil. Usaha untuk merapatkan
kembali bagian-bagian gereja sedunia dimuali oleh perserikatan-perserikatan pemuka kristen
internasional dan oleh pekabaran injil sedunia, dibawah pimpinan John Mott seorang amerika
yang menjadi menganjur dan pahlawan besar untuk sending dan evangelisasi diseluruh dunia
(1955). Sejak tahun 1910 sudah terdapat gerekan lain lagi, yang tidak hendak mencapai kerja
sama gereja-gereja dilapangan praktek, melainkan kemajuan kesatuannya didalam iman dan
tatagereja. Gerakan ini timbul karena diantara orang Anglikan diamerika.
Pada tahun 1939 diadakanlah suatu konperensi sedunia untuk kaum pemuda kristen di
amsterdam (1600 hadirin), dimana pimpinan-pimpinan gerakan pemuda dari banyak negeri
mendapat kesempatan untuk saling mengenal dan untuk mempelajari hasil-hasil konperensi-
konperensi di oxford dan edinburg. Kemudian diadakan lagi konperensi pemuda-pemuda
seperti itu di oslo dan di travankore.
Kemudian dari tahun 1948 mulailah babak baru dalam usaha oikumenis; terjadilah
konsolidasi dari apa yang sudah tercapai. Komperensi mengenai “iman dan tatagereja” di
lund pada tahun 1952 mengakhiri suatu masa penyelidikan tentang soal bagaimanakah
gereja-gereja dapat melangkah bersama-sama kearah pean baru.
7. pembaharuan theologia
Ahli filsafat agama jerman rudolph otto menerbitkan sebuah kitab pada tahun 1917, yang
beralamat “yang kudus”. Dalam kitab ini ia mengemukakan bahwa agama bukanlah suatu
gerakan jiwa yang besar dalam manusia sendiri, sebagaimana anggapan umum sejak
schleiermacher. Dalam kitab itu ia masih kuat dipengaruhi oleh luther dan kierkegaard.
Dengan rendah hati ia memaklumkan bahwa karangannya itu tak lain dari suatu “keterangan
dipinggir” saja, tetapi pada hakekatnya kitabnya merupakan suatu serangan yang hebat
terhadap usaha theologia abad ke-XIX untuk meyesuaikan Firman Allah kepada manusia.
Sesudah tahun 1960, muncullah dieropah dibidang theologia suatu generasi yang lebih muda,
yang padanya umumnya tidak lagi tertarik kepda cara berpikir sistematis orang-orang besar
dari dasawarsa yang lampau. Juga negeri belanda mengalami segala pengaruh ini. Kedua
theologia asli belanda pada masa ini tentulah o. Noordmans (1956) dan A.A van ruler (1970)
van ruler menolak cara berpikir kristosentris dari barth dan lebih menekankan fungsi
tersendiri roh disamping kristus, dan didalam fungsi ini khususnya aspek-aspek politik; jadi
dengan itu ia memperbaharui cara berfikir theokratis hoedemaker.\
8. gerakan-gerakan dibidang gereja dan theologia
Lagi seorang sarjana theologia yang berpengaruh sekarang, ialah reinhold nicbuhr lahir pada
tahun 1892, yang mengajar di union theological seminary di new york dan yang menjadi
pimpinan bagi banyak orang, yang menginginkan suatu pembaharuan hidup rohani atas dasar
Alkitab selaku pengganti optimisme yang dangkal buat kemajuan peradapan manusia.
dibelanda masih tampak perbedaan yang mendalam antara golongan-golongan ortodoks dan
liberal didalam gereja. Dalam abad ini, karena pengaruh dua orang guru besar di leiden, yakni
roessingh (1926) dan heering (1955), sudah terbit aliran “liberal-kanan”, yang jatuh lebih
mementingkan kenyataan-kenyataan dosa, rahmat, penebusan, dan dengan demikian juga
oknum kristus, dari pada modernisme abad ke-XIX. Rasanya seakan-akan pada masa depan
akan bertumbuh suatu persetujuan yang lebar dan dalam mengenai pokok-pokok asasi iman
kristen; usaha theologia dari D.G.D. menajdi suatu pernyataan dan suatu dorongan yang kuat
terhadap perkembangan ini.

BAB 58
GEREJA SEDUNIA ZAMAN INI

1. Konperensi-konperensi Sending Internasional


Tiga konperensi Sending sedunia yang besar, yang diadakan di abad ini. Ketiganya itu
diketuai oleh penganjur gerakan oikumenis dan Sending yang mulia, Dr. John Mott, selaku
ketua Dewan Pekabaran Injil Internasional (I. M. C. Internasional Missionary Council).
Jasanyab untuk organisasi, pergabungan, dan kemajuan pekerjaan Sending adalah luar biasa
besarnya.
Pertama diadakan di Edinburg pada tahun 1910. Konperensi ini merundingkan
bersama-sama segala hal-ihwal mengenai Sending yang diusahakan oleh Eropah dan
Amerika, dan untuk memperkenalkan segala badan dan Gereja yang melakukan Sending satu
sama lain. Hasil konperensi ini ialah daerah dan pekerjaan Sending sedunia dapat dibagikan
lebih baik. Dari 1200 hadirin hanya beberapa saja yang bukan berasaldari Eropah atau
Amerika.
Kedua, diadakan diatas bukit Zaitun, Yerusalem pada tahun 1928. Disini berkumpul
250 utusan, diantara 50 lebih utusan asli dari daerah-daerah Sending sendiri. mereka
mewakili Gereja-Gereja yang didirikan di daerah Sending itu. di Yerusalem istilah “Gereja-
gereja muda” mulai dipergunakan. Relasi Sending menjadi relasi antara Gereja tua-Gereja
muda.
Ketiga, konperensi Sending sedunia ketiga diadakan di Tambaram, Madras, India.
Disitu berhimpun 182 wakil-wakil dari Gereja-Gereja pengutusan dan 189 wakil Gereja-
Gereja muda. Muktamar melepaskan perbedaan lama antara daerah-daerah Gereja dan
daerah-daerah Sending.
Keempat, Sending yang keempat ini diadakan di whitby, Canada pada tahun 1947,
selama perang dunia kedua banyak Gereja muda mengalami penindasan dan penganiayaan;
justru itu karena gereja-gereja itu sudah lebih menyadari tugas bersaksi mereka sndiri.
Kelima, konperensi kelima ini terjadi di Willingen, Jerman pada tahun 1952. Negara-
negara baru di Asia mengakui kebebasan beragama, tetapi oleh karena disebabkan
nasionalismenya . Sending sedunia mendapat pukulan hebat, tatkala semua utusan luar negeri
dipaksa meninggalkan kelompok.
Keenam, yang keenam ini dilakukan di Ghana, Afrika Barat (permulaan 1958,
keputusan yang penting ialah 1. Dibentuk dana Pendidikan Theologia untuk memajukan
pelajaran theologia di Asia, Afrika dan Amerika-Selatan; 2. Secara asasi sudah disetujui
untuk menyediakan peleburan Dewa Gereja-gereja sedunia dan Dewan Sending
Internasional; 3. Untuk cabang Asia Timur diangkat tiga orang panitera.
Sending sedunia ini terlibat dalam peralihan kepada suatu babak baru, diantaranya: 1.
Gereja-gereja Barat dan Timur bekerja sama untuk memenuhi pesan sending yang
dipercayakan kepadanya; 2. Supremasi (kuasa) barat atas dunia yang bukan barat sudah
berakhir di Asia dan Afrika; 3. Suatu pertemuan sejati antara agama Kristen dengan agama-
agama besar lainnya tidak dapat dihindari lagi.

2. Timur-Jauh
Timur- jauh ini adalah semua negeri Asia dari India hingga Tiongkon dan Jepang.
Dibenua itu terdapat kebudayaan tinggi dari zaman purbakala, disertai dan dipikul oleh
agama-agama yang mulia seperti Hindu di India, agama Konfutse di Tiongkok, agama Shinto
di Jepang, dan agama Buddha diseluruh Asia-Timur. Terhadap segala kebudayaan agama
yang mendalam itu boleh dikutip perkataan Paulus, bahwa mereka “Menyembah makhluk
dengan melupakan penciptanya” (Roma 1:25). Peradaban dunia mulai meresap, diantara
bangsa-bangsa ketimuran itu bangkitlah perasaan kesadaran diri. Pertemuannya dengan dunia
barat yang berbeda itu membangun kasih baru terhadap tanah air dan milik rohaninya sendiri.
Sikap baru terhadap barat itu memang medatangkan kesusahan bagi Gereja Kristen
dibenua-benua timur. Kekristenan di curigai karena dari barat. Sekarang Sending dan Gereja-
Gereja muda wajib membuktikan, bahwa Alkitab dan Gereja adalah hal-hal yang
supranasional, yaitu mengatasi perbedaan bangsa-bangsa. Mereka seboleh-bolehnya berusaha
untuk menjauhkan diri dari asalnya yang terdapat di barat supaya dunia timur yakin bahwa
kepercayaan Kristen sekali-kali tidak perkara berat saja. Pemakaian nama Kristen di negeri
Timur-Jauh lebih besar artinya dibandingkan dengan Eropah; dan ditimur pengaruh Gereja
jauh lebih luas daripada golongan pengaku-pengaku sejati.

3. Timur-Dekat
Nama ini dipakai untuk negeri-negeri dari Iran (Persia) sampai Mesir, daerah-daerah
ini merupakan suatu kesatuan rohani, Afrika-Utara pun termasuk kesitu. Disini kita berada
dalam suasana yang berlainan sekali dengan Timur-Jauh, oleh karena Islamlah yang berkuasa
disini. Sulit sekali memberitakan Injil di negeri-negeri ini karena telah terpengaruh agama
islam yang adalah agama politik yang menciptakan negara-agama. Mereka memusuhi agama
Kristen dengan fanatic.
Disini golongan Muslim yang meliputi hampir semua penduduk, didaerah ini masih
tersisa Gereja-gereja Armenia, Persia, Siria dan Mesir. Berabad-abad Gereja-gereja itu hidup
terasing yang pada mulanya perrpisahan Nestorian dan oleh Monophysit dan kemudian hari
oleh kemenangan-kemenangan Islam.
Pada zaman baru, pertama-tama Injil dibawa ke Iran oleh Henry Martyn, ia
menyelesaikan terjemahan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Persia sebelum ia mati pada usia
muda. Pada tahun-tahun akhir ini semangat kebangsaan telah mengahalaukan system
pemerintahan Islam yang theokratis dari dalam kehidupan politik dan masyarakat.
Pemerintah tidak bersikap antipat terhadap Gereja Kristen; agama Kristen tidak dipandang
anti-nasional. Kini disitu terdapat sebuah Gereja Injil yang anggotanya terutama terdiri dari
orang-orang yang bertobatb dari agam Islam. Gereja ini semakin berkembang mencapai
6.500 jiwa, berbeda dengan Timur-Dekat lainnya dan sudah mencapai persatuan yang
menggirangkan.

4. Hari depan Gereja.


Sejarah Gereja Yesus Kristus telah ditinjau secara garis besar sejak hari tercurahnya
Roh Kudus sampai sekarang ini. Tetapi pada hakekatnya yang kita ketahui ialah bahwa
pekerjaan pekabaran Injil sedunia sebenarnya baru dimulai, masih banyak daerah yang belum
mendengarkan Injil. Baiklah kira berusaha dan menyerahkan kepada Kristus sendiri untuk
memutuskan selesainya tugas itu. diseluruh dunia ini semangat kebangsaan bertambah kuat,
dan semangat itu jarang sekali menyukai agama Kristen. Bagi mereka Injil adalah suatu
kebodohan. Pemberita Injil harus memberitakan Injil yang kekal itu didalam bentuk-bentuk
bahasanya dan bangsanya sendiri. itulah syarat mutlak bagi Gereja yang mau menjadi saksi
Kristus ditengah-tengah bangsanya. Tetapi ada lagi tuntutan yang penting yakni
menyaksikan dalam persekutuan dengan Seluruh Gereja disegenap muka bumi, bahwa hanya
ada satu Tuhan dan tidak ada Tuhan lain.

Anda mungkin juga menyukai