Anda di halaman 1dari 11

INJIL MARKUS

Dr. Alfons G. Betan, SVD

Dalam injil Markus, ada beberapa perikop khas penginjil ini yang tidak kita temukan dalam
injil-injil lain. Perikop-perikop itu adalah Mrk.3:7-12; 4:26-29; 7:31-37; 8: 22-26; 14:10-11;
16:9-20. Di antara teks-teks ini ada tiga teks yang berbicara mengenai penyembuhan yaitu
Mrk. 3:7-12 dan 7:31-37 dan 8:22-26, sedangkan Mrk.4:26-29 berbicara mengenai ajaran
Yesus tentang Kerajaan Allah yang disajikan-Nya dalam bentuk perumpamaan tentang benih
yang tumbuh. Mrk 14:10-11 berbicara tentang pengkhianatan Yudas, dan Mrk 16:9-37
berbicara tentang tiga peristiwa yaitu penampakan Yesus sesudah kebangkitan-Nya,
perutusan para murid-Nya dan kenaikan Yesus ke surga.
Struktur Umum injil Markus
1.Prolog (1:1-15)
2.Pewahyuan ttg otoritas Yesus di Galilea (1:16-3:6)
3.Reaksi terhadap karya Yesus di Galilea (3:7-6:6a)
4.Kesalahpahaman para murid di Galilea dan daerah-daerah sekitarnya (6:6b-8:21)
5.Ajaran dan karya-karya Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Yerusalem (8:22-10:52)
6.Ajaran Yesus di Yerusalem (11:1-13:37)
7.Penderitaan dan Kematian Yesus di Yerusalem (14:1-15:47)
8.Kebangkitan Yesus, penampakan-Nya, perutusan para murid dan kenaikan-Nya ke Surga
(16:1-20)
1.Mrk. 3:7-12: Penyembuhan banyak orang murid
1.1.Konteks
Setelah dibaptis oleh YP di sungai Yordan (Mrk.1:9-11/parl) dan mengalami pencobaan di
padang gurun (Mrk.1:12-13/parl), dan berkarya di Galilea di mana Ia mewartakan dekatnya
Kerajaan Allah dan pentingnya pertobatan (Mrk.1:14-15/parl),Yesus memanggil murid-
murid pertama (Mrk.1:16-20/parl). Di rumah ibadat di Kapernaum, Ia tampil mengajar
dengan penuh kuasa Ilahi dan kewibawaan. Di situ juga Ia mengusir roh jahat
(Mrk.1:21-28/parl). Sesudah peristiwa itu, Ia menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-
orang lain (Mrk.1:29-34/parl). Sesudah itu pada waktu masih pagi Ia pergi ke tempat sunyi
untuk berdoa, dan memberitakan Injil di kota-kota lain (Mrk.1:35—39/parl).
Penginjil Markus juga memberitakan bahwa Yesus punya perhatian terhadap penderita kusta
dan lumpuh; Ia menyembuhkan mereka (Mrk.1:40-45/parl; 2:1-12/parl). Yesus juga punya
perhatian besar kepada para pemungut cukai yang dipandang oleh masyarakat Yahudi
sebagai kelompok orang berdosa. Ia memanggil Lewi, salah seorang dari mereka (Mrk.2:13-
17/parl). Ia pun menegaskan kepada kaum Farisi bahwa para pengikut-Nya baru akan
berpuasa ketika Ia menderita/wafat (Mrk.2:18-22/parl), dan bahwa Dia adalah Tuhan atas
hari Sabat (Mrk.2:23-27/parl). Dia juga mencela penghayatan hukum Sabat yang legalistis
tanpa hati, iman dan kasih. Yang diutamakan adalah keselamatan orang yang menderita dan
bukannya ketaatan buta terhadap hukum Sabat tanpa kasih terhadap sesama yang menderita
itu (Mrk.3:3:1-6/parl). Sesudah penyembuhan banyak orang seperti yang diberitakan dalam
Mrk.3:7-12 ini, Yesus memanggil dan menetapkan dua belas rasul-Nya (Mrk.3:13-18/parl).
1.2.Susunan
1.2.1.Introduksi (ay 7a)
1.2.2. Datangnya banyak orang yang sudah mendengar tentang Dia (ay 7b-8)
1.2.3.Suruhan Yesus kepada para murid-Nya untuk menyediakan sebuah perahu bagi-Nya (ay
9-10)
1.2.4.Tersungkurnya roh-roh jahat ketika melihat Dia (ay 11)
1.2.5.Larangan Yesus (ay 12)
1.3.Penjelasan

1
1.3.1.Introduksi (ay 7a)
Penyembuhan ini terjadi sesudah peristiwa penyembuhan seorang yang mati sebelah
tangannya di dalam rumah Ibadat (Mrk.3:1-6/parl). Tidak diberitakan secara eksplisit di mana
letaknya rumah ibadat itu. Penyingkiran Yesus ke danau (Galilea) itu terjadi karena
penyembuhan di dalam rumah Ibadat itu dilakukan pada hari Sabat. Kaum Farisi (Mrk.2:24)
memandang hal itu sebagai penajisan kesakralan hari Sabat itu. Hari Sabat adalah hari Tuhan:
orang Yahudi harus berdoa dan berbakti kepada Yahweh, Allah mereka. Tidak ada seorang
pun yang diperkenankan untuk bekerja. Yang melanggar akan dikenai hukuman – perajaman
dengan batu. Murid-murid yang disebutkan di sini, mungkin keempat murid yang sudah
dipanggil-Nya (Mrk.1:16-20/parl) atau juga orang-orang lain yang mengikuti-Nya (para
pengikut). Danau yang dimaksudkan dalam ayat 7a ini adalah danau Galilea (ay 7b). Danau
di Israel itu hanya satu, namun diberi nama yang berbeda-beda (Mrk.1:16; Mat.4:18); dalam
Luk 5:1, disebut danau Genesaret (Ibr.kinneret: Bil.34:11; Yos.12:3; 13:27). KS bahasa
Yunani mengenal sebutan Gennesar (1Mk.11:67) atau Hennesaret yang dikenakan pada
dataran yang subur di sebelah barat danau itu (Mrk.6:53; Mat.14:34). Dalam Yoh.21:1, danau
itu disebut Tiberias. Nama Galilea nampaknya lebih umum / populer, mungkin karena danau
itu terletak di daerah Galilea; Genesaret lebih berkaitan dengan nama salah satu tempat di tepi
danau itu; rupanya tempat itu menjadi tempat perdagangan; sedangkan Tiberias berkaitan
dengan nama Kaiser Romawi pada waktu itu. Nama danau itu diberikan dengan maksud
menghormati kaiser itu.
1.3.2.Datangnya orang banyak yang sudah mendengar tentang Yesus (ay 7b-8)
Mereka yang datang dari pelbagai penjuru itu memperlihatkan bahwa pamor Yesus sudah
semakin meluas. Mereka datang kepada-Nya karena sudah mendengar tentang Dia. Mereka
tidak hanya puas dengan mendengar tentang Dia tetapi mau bertemu secara langsung dengan
Dia: melihat pribdi-Nya dan mendengarkan secara langsung dari Dia.Yang datang itu bukan
hanya dari daerah Galilea, tetapi juga dari luar Galilea yaitu: Yudea (di bagian selatan
Israel), Idumea, seberang sungai Yordan (di bagian timur) dan daerah Tirus dan Sidon –
daerah yang dipandang kafir oleh bangsa Yahudi. Tampaknya lukisan penginjil Markus agak
hiperbolis (cf.kata ‘segala’ dan nama-nama tempat itu), namun hal ini dimaksudkan untuk
menegaskan kuatnya pengaruh komunikasi: kebaikan Allah yang diwujudkan oleh Yesus
dalam waktu relatif singkat begitu menyebar – melampaui batas geografis dan etnis; dan
membangkitkan reaksi positip dari para pendengarnya – sekalipun penginjil ini tidak
menyajikan secara eksplisit bagaimana caranya warta tentang Yesus dan karya-karya-Nya
disebarluaskan ke pelbagai penjuru itu.
1.3.3. Suruhan Yesus kepada para murid untuk menyediakan sebuah perahu bagi-Nya (ay 9-
10)
Ungkapan pada ay 9 kelihatannya bergaya hiperbolis. Namun hal itu hanya dimaksudkan
untuk menegaskan banyaknya orang yang datang karena mereka itu datang dengan pelbagai
macam tujuan, yaitu selain untuk bertemu dan mendengarkan ajaran-Nya tetapi juga untuk
memohon pembebasan dari penderitaan baik dari penyakit maupun dari kuasa roh-roh
jahat. Hal itu bisa kita lihat pada ay.10. Permohonan Yesus kepada para murid menyiapkan
sebuah perahu, maksudnya bukan untuk menjauhkan-Nya dari orang-orang banyak itu, tetapi
supaya dengan adanya perahu – ada sedikit jarak, Dia bisa dengan lebih leluasa melihat,
memperhatikan orang-orang yang datang itu (bdk.Luk.5:1-3). Karya-karya penyembuhan dan
pengusiran roh-roh jahat yang sudah dilakukan-Nya (Mrk. 1:21-34/parl; 2:1-:3:6/parl)
menarik perhatian orang banyak itu; mereka menceritakannya kepada sesama dan kemudian
mereka yang mendengarkan dan merasa tertarik, datang kepada-Nya untuk memohon
pembebasan / kesembuhan. Yesus menjadi tujuan ziarah mereka (bdk.Luk.2:8-15; Mat.2:1-
12).

2
Penyembuhan dari penyakit berkaitan secara langsung dengan kehidupan; orang-orang yang
datang itu mendambakan kehidupan yang membahagiakan, salah satunya adalah karena
adanya kesehatan yang baik. Namun hal itu tidak mereka alami. Penderitaan yang mereka
alami (karena penyakit dan kerasulan setan/roh jahat) membuat mereka merasakan bahwa
betapa jauhnya kebahagiaan itu. Tidak jarang orang-orang dipercayai sebagai dukun bukan
berperan sebagai penyelamat / penyembuh, melainkan sebagai pemeras penderita baik
dengan tuntutan-tuntutan berat maupun biaya. Banyak orang yang sudah banyak
mengeluarkan banyak biaya tetapi kesembuhan yang mereka dambakan tidak kunjung tiba.
Munculnya Yesus dengan figur yang amat berbeda dari para dukun itu, membuat para
pengikut-Nya itu kagum dan percaya.
Penyembuhan yang Yesus lakukan pada umumnya amat sederhana: dengan bersabda
(Mrk.1:25.41; 2:5.11; 3:5); dengan tindakan (Mrk.7:32-34; 8:23-25); Ia tidak banyak
menuntut; tidak pungut bayaran dan yang menarik adalah para penderita itu sembuh seketika
itu juga (Mrk.1:26.31.43-45; 2:12; 3:5). Yesus tidak menunda-nunda memberi
penyembuhan / pembebasan dari belenggu penderitaan / penyakit.
Yang diminta oleh Yesus hanyalah iman atau kepercayaan kepada-Nya. Orang-orang yang
datang itu seperti yang kita temukan dalam ay.10, bahwa “mereka hendak menjamah-Nya”.
Mereka percaya bahwa dengan menjamah Yesus saja, mereka bisa sembuh. Hal seperti ini
dapat kita temukan dalam Mrk.5:25-34/parl. Yesus juga menjamah orang sakit. Hal ini kita
temukan dalam kisah penyembuhan seorang yang sakit kusta. Jadi selain bersabda, Yesus
juga menjamah penderita disertai dengan ungkapan kesediaan-Nya untuk menyembuhkan
(Mrk.1:40-45/parl).
Ada pelbagai macam arti dari kata ‘menjamah’: Ayb.2:5: membuatnya menderita; Yeri.1:9:
menjamah mulut – menguduskan; Za.2:8: mencelakakan, membinasakan; Kis.17:27:
mengungkapkan iman, harapan atau kerinduan; Kis.18:10: memberi perlindungan (tidak
seorang pun yang akan membinasakan); 2Kor.6:17: menjamah apa yang najis; Kol.2:21:
konteks: mencari kehendak Tuhan, bukan yang duniawi; 1Yoh.5;18: kuasa yang jahat tidak
akan mendekati dan menghancurkan.
‘Menjamah’ (Yun: apsṑntai, dari kata kerja aptṑ) orang sakit dalam perikop ini
mengungkapkan kasih, perhatian, belaskasih dan kemauan untuk menolong. Ungkapan ini
menegaskan bahwa tidak ada sekat pemisah antara Allah dalam diri Yesus dan penderita.
Dengan menjamah, Yesus menyalurkan kuasa Ilahi kepada penderita itu utk memperoleh
kesembuhan (Mrk.5:30; 6:56; 10:13; Luk.18:45; 22:51).
1.3.4.Tersungkurnya roh-roh jahat ketika melihat Dia (ay.11)
Ungkapan: “tersungkur” (Luk.5:8) menunjukkan ketidakberdayaan, kekecilan dan
keberdosaan serta ketidaklayakan manusia di hadapan Tuhan yang mahakuasa dan kudus.
Namun ungkapan: “tersungkurnya (Yun: prosepipton, dari kata kerja prospiptṑ) roh-roh jahat
ketika melihat Dia” dalam Mrk.3:11 ini memperlihatkan ketakutan, kekecilan,
ketidakberdayaan dan kekalahan roh-roh jahat itu. Roh-roh itu menampilkan diri sebagai
yang kuat dan berkuasa di hadapan manusia khususnya yang lemah iman dan lemah fisik-
mental karena masalah-masalah psikologis yang sukar diatasi, namun mereka lemah dan
tidak berdaya di hadapan Tuhan dalam diri Yesus yang Mahakuasa/kudus.
Roh-roh itu berteriak: “Engkau Anak Allah.” Teriakan itu mempertegas ketakutan, kekecilan
dan ketidakberdayaan. Roh-roh itu harus berteriak karena mereka takut binasa, mati. Dunia
kejahatan / kegelapan takut dan merasa diri tak berdaya berhadapan dengan dunia kasih,
terang atau kebaikan yang berasal dari Tuhan. Agak sukar memastikan bahwa ungkapan:
“Engkau Anak Allah” yang ditujukan mereka kepada Yesus merupakan ungkapan pengakuan
iman mereka. Yang agak pasti bahwa hal itu keluar berdasarkan reaksi ketakutan akan
kebinasaan. Mereka harus berteriak demikian karena takut dibinasakan oleh Yesus.
1.3.5.Larangan Yesus (ay 12)

3
Larangan keras dari Yesus, dapat ditemukan juga dalam Mrk.1:34; 5:43; 7:36; 8:26.
Larangan itu ditujukan baik kepada roh-roh jahat maupun kepada orang banyak yang datang
itu. Tampaknya penginjil Markus mau memberitakan rahasia Mesianis. Rahasia itu
mengundang manusia untuk berjuang mencaritahu sekalipun sulit menjelaskannya secara
rational. Perjuangan itu diwujudkan a.l.lewat kesetiaan untuk mengikuti-Nya kapan dan di
mana saja.
Yesus yang datang ke dunia mewartakan kasih Bapa-Nya itu ingin supaya mereka (orang
banyak) itu sungguh-sungguh mengenal Dia dan karya misi-Nya. Ia mau agar mereka setia
mengikuti-Nya kemana saja Ia pergi dan di mana saja Ia berada termasuk dalam situasi-
situasi sulit seperti penderitaan dan kematian. Ia mau agar mereka itu mewartakan-Nya secara
benar, karena Ia tidak mau disamakan dengan para dukun, pemegang black magic atau
pemimpin politis. Ia jauh melampaui semuanya itu. Ia adalah Putera Allah yang dengan kuasa
Ilahi-Nya datang ke dunia bukan untuk memerintah dengan tangan besi atau untuk memeras /
menindas, melainkan untuk melayani sampai menyerahkan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi
banyak orang (Mrk.10:45). Oleh karena itu, kepada mereka itu, secara implisit dengan
larangan itu, Ia menghimbau agar mereka setia mengikuti-Nya, bersedia mengikuti jalan
hidup yang Ia jalani – yaitu menjadi pelayan semua orang bahkan sampai menyerahkan
nyawa untuk keselamatan sesamanya. Hanya dengan itu, mereka memperoleh keselamatan.
Menjadi ‘pelayan’: ambil insisiatip untuk mendatangi orang (yang menderita) dan
menolongnya.
Karya penyembuhan dan pengusiran setan merupakan bagian integral dari karya pewartaan
Kerajaan Allah (Mrk.1:15). Bagi mereka yang datang kepada-Nya itu, dihimbau agar
menyadari bahwa mereka bisa disembuhkan dan dibebaskan dari pelbagai penyakit dan kuasa
setan / roh jahat dan layak serta mampu menjadi pewarta Kerajaan Allah apabila mereka setia
beriman dan mengikuti Yesus terutama dalam situasi sulit. Mewartakan Dia bukan terutama
dalam konsep teologis tetapi dari pengalaman konkrit dan penghayatan iman mereka
berkaitan dengan situasi-situasi sosial konkrit yang mereka jumpai. Bagaimana Tuhan (dan
Roh-Nya) hadir dalam situasi-situasi itu. Mengakui Yesus bukan terutama karena ketakutan
seperti roh-roh jahat itu, melainkan karena merasa bahwa Dia hadir dan berkarya bagi
mereka. Ungkapan: “takut akan Tuhan” (Ul.6:2.13; Yos.24:14; Mzm.19:10; 34:10; 111:10:
Ams.9:10; 112:1; 128:1; Ams.1:7; 3:7; ; Kis.9:31; Kol.3:22) mempunyai arti positip yaitu
keterbukaan iman kepada Allah, siap sedia melaksanakan kehendak-Nya dan berbuat baik
kepada sesama sebagai perwujudan imannya kepada Tuhan. Larangan Yesus dimaksudkan
agar mereka semua itu kelak bisa mempunyai spiritualitas takut akan Tuhan. Namun harus
diakui bahwa penghayatan dan perwujudan spiritualitas ini butuh peranan atau keterlibatan
Roh Allah sendiri. Karena itu orang yang menghayati spiritualitas ini biasanya bersikap
terbuka terhadap kehadiran dan karya Roh Allah itu sendiri (cf.para penulis Kitab Suci).

2.Mrk.9:38-41/Luk.9:49-50
2.1.Konteks
Perikop ini ditempatkan penginjil Markus sesudah ajaran Yesus ttg pentingnya menjadi yang
terakhir, terkecil untuk melayani sesama (Mrk.9:33-37); sesudah itu ia memperlihatkan ajaran
Yesus tentang pentingnya menjadi sesama yang baik dengan tidak menyesatkan mereka,
disertai dengan kesediaan untuk menjadi garam yang baik dalam relasi dengan sesama
(Mrk.9:42-50) atau garam dan terang dunia ( bdk. Mat.5:13-16).
Yang mau ditampilkan oleh Markus adalah sikap Yesus yang positip terhadap siapa saja;
dalam diri mereka ada hal-hal yang positip yang harus dilihat dan diakui; mereka berhati baik
dan berbuat baik sekalipun mereka itu bukan termasuk para pengikut-Nya. Ada ketergerakan
batin dalam diri mereka untuk percaya kepada Tuhan yang diimani / dipercayai para pengikut
Yesus walaupun hal itu tidak mereka ungkapkan secara eskplisit. Hal inilah yang mau ia

4
wartakan kepada komunitas Kristen Romawi pada saat itu. Cerita ini kita temukan juga dalam
Luk.9:49-50.
2.2.Susunan
2.2.1.Pemberitahuan Yohanes kepada Yesus tentang pencegahan terhadap orang yang
mengusir setan (ay 38)
2.2.2.Jawaban / hardikan Yesus (ay 39-41)
2.3.Penjelasan
2.3.1.Pemberitahuan Yohanes kepada Yesus tentang pencegahan terhadap seorang yang
mengusir setan (ay 38)
Dalam Luk.9:49 ditulis: “Kami lihat seorang mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah
orang itu karena ia bukan pengikut kita.” Dalam Mrk.9:38, seorang yang mengusir setan itu
langsung diberi ciri khas yaitu ‘bukan pengikut kita’ disusul dengan alasan pengcegahan
‘karena ia bukan pengikut kita’ seperti dalam injil Lukas. Ada pendobelan ciri khas dalam
Markus. Hal itu dimaksudkan untuk menegaskan bahwa orang yang mengusir setan itu
sungguh-sungguh bukan termasuk dalam kalangan para pengikut Yesus. Dalam pemikiran
Yohanes dan mungkin para murid lain bahwa sebetulnya orang itu tidak berhak / berkuasa
berbuat demikan. Yang berhak / berkuasa mengusir setan hanyalah orang-orang bergabung
dalam kelompok pengikut Yesus. Kita lihat adanya sikap egois dan kebanggaan yang dangkal
serta sempitnya pemikiran Yohanes ini.
Ay 38: Yohanes di sini mungkin Yohanes anak Zebedeus, saudara Yakobus (Mrk.1:19/parl).
Yesus disapa oleh Yohanes dengan Guru (Yun: didaskalos). Yohanes menempatkan dirinya
sebagai murid Yesus. Di kalangan Yahudi, para guru (rabi) mempunyai murid-murid yang
belajar pada mereka. Yesus pun dipandang sebagai Guru yang wibawa-Nya jauh melebihi
kewibawaan para rabi Yahudi itu, karena Ia mempunyai otoritas dan kewibawaan Ilahi; Ia
tahu baik apa Ia ajarkan; metodenya menarik, dan Ia mengajar dan melaksanakan apa yang Ia
ajarkan, bahkan mengajarkan berdasarkan apa yang Ia telah perbuat – pembasuhan kaki
(Yoh.13:1-17). Hal itu amat berbeda dengan para rabi atau ahli-ahli Taurat / kaum Farisi.
Mereka mengajar tetapi tidak melaksanakan apa yang mereka ajarkan; mereka amat legalistis
tetapi tanpa hati/jiwa, kasih yang ikhlas; Itulah yang menjadi kecaman-Nya terhadap mereka
(Mrk.12:38-40/parl).
Yang dilihat oleh Yohanes adalah seorang yang bukan pengikut Yesus mengusir setan dalam
nama Yesus. Tidak dinyatakan secara eksplisit oleh Markus tentang identitas orang itu;
mungkin dia adalah seorang bukan Kristen / pengikut Yesus, orang Romawi - mengingat
sasaran penulisan injil ini adalah orang-orang Kristen Romawi yang waktu itu sedang
mengalami pengejaran dan penganiayaan oleh kaisar Roma; mungkin dia juga adalah orang
bukan Yahudi atau dari suku bangsa lain.
Yang menarik sekaligus menantang adalah bahwa Ia mengusir setan demi / dalam nama
Yesus (bdk.Petrus dalam Kis.3:6). Itu berarti sekalipun ia tidak/belum bergabung dengan
kelompok para pengikut Yesus, namun sudah ada ketergerakan batinnya untuk mempercayai
Yesus sebagai Putera Allah yang mempunyai kuasa Ilahi untuk mengusir setan
(bdk.Mrk.1:34/parl; 3:20-30/parl; 5:1-20/parl). Mungkin sekali situasi sulit saat itu
membuatnya belum menyatakan secara eksplisit di depan publik bahwa ia seorang pengikut
Yesus.
Yohanes sendiri mungkin mengenal orang itu atau mendengarnya sendiri tentang praktek
pengusiran setan yang dilakukan orang itu. Penginjil Markus tidak memberitahukan nama
orang itu. Kemungkinan, orang itu adalah salah satu kaum yang tidak bernama / tidak
terkenal, tidak penting dalam masyarakat Romawi waktu itu (cf.Mrk.12:41-44/parl;
Luk.7:36-50; Yoh.4:1-42; 5:1-8; 9:1-41); dia adalah seorang beriman, miskin, sederhana,
pinggiran masyarakat.
2.3.2.Jawaban / hardikan Yesus (ay 39-41)

5
Jawaban / tanggapan Yesus dalam Luk.9:50 ditulis lebih pendek: “Jangan kamu cegah, sebab
barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu.” Jawaban Yesus ini lebih panjang.
Dalam Lukas: “Jangan kamu cegah “ lebih umum, maksudnya, siapa saja yang berbuat
seperti itu jangan dicegah.” Alasannya dalam Lukas: ditujukan kepada ‘kamu’, yaitu
Yohanes dan teman-temannya. Orang yang mengusir setan demi nama-Ku (Yesus) adalah
orang baik (simpatisan: cf.sida-sida dalam Kis.8:26-40), atau yang percaya kepada Yesus
walaupun tidak secara eksplisit). Dia berbuat baik kepada sesamanya; dia juga tidak membuat
sesuatu yang merugikan / membahayakan ‘kamu’. Yesus datang ke dunia untuk berbuat baik
(menyelamatkan siapa saja); Yesus memanggil dan memilih lalu mengutus para murid-Nya
untuk mewartakan Kerajaan Allah (Luk.5:1-11/parl; 6:12-16/parl; 9:1-6/parl; 10:1-12). Salah
satu kebajikan sebagai perwujudan nilai Kerajaan Allah yaitu apabila ada ‘kebahagiaan
dalam hidup’ karena misalnya mempunyai kesehatan jasmani-rohani yang baik, dan bebas
dari pelbagai penyakit dan kuasa setan. Kalau para murid berbuat demikian, maka mereka
berbuat baik mencontohi Yesus. Dalam cerita ini, perbuatan mengusir setan yang dilakukan
orang itu demi nama Yesus menunjukkan bahwa ia adalah orang baik; dengan jalan hidup
dan caranya sendiri, ia pun mewujudkan nilai Kerajaan Allah seperti yang diwartakan Yesus
dan para murid-Nya. Kalau demikian, ‘ia pun tidak melawan kamu (para murid Yesus); ia
berada di pihak kamu.’ Ia harus dipandang sebagai sesama, saudara, rekan / mitra kerja
mereka.
Jawaban Yesus dalam Markus, kita temukan pada ayat 40: “Barangsiapa tidak melawan kita,
ia ada di pihak kita.” Kalau dalam Lukas, jawaban Yesus lebih ditujukan kepada kelompok
Yohanes dan teman-temannya (para murid/pengikut-Nya), maka dalam Markus, dengan
memakai kata ganti diri ‘kita’, jawaban Yesus mencakup diri-Nya sendiri: jadi Dia bersama
mereka. Dalam Markus, umat Kristen Romawi yang menjadi sasaran penulisan injil Markus
ini, hendaknya bersikap positip terhadap sesamanya yang mungkin tidak seagama, sealiran,
keyakinan, punya latarbelakang budaya yang berbeda; mereka itu pun bisa beriman kepada
Yesus (Tuhan) yang sama-sama disembah / diimani oleh jemaat Kristen Romawi itu; dalam
kepercayaan mereka kepada Tuhan (Yesus) mereka itu juga berbuat baik kepada sesamanya,
khususnya yang menderita karena kerasukan setan itu. Jemaat Kristen harus berterima kasih
kepada mereka karena memberi contoh yang baik; jemaat Kristen itu harus terbuka untuk
belajar dari mereka; dan bukan mencegah atau menghalangi mereka.
Dalam injil Lukas, dengan menggunakan kata ganti diri ‘kamu’, penginjil Lukas mau
menyadarkan jemaatnya di daerah diaspora waktu itu bahwa Yesus berada bersama mereka.
Mereka itu pada umumnya miskin, dan penginjil Lukas mau menyadarkan mereka bahwa
Yesus ada bersama mereka; Dia mencintai mereka dan bersama mereka, Ia berjuang lewat
Roh-Nya mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi dalam hidup konkrit. Karena Dia
berada dan mencintai serta berjuang bersama mereka, maka mereka pun hendaknya sadar
bahwa mereka juga harus berada, mencintai dan berjuang bersama baik di antara mereka
(intern) tetapi juga bersama orang-orang lain yang bukan seiman, sealiran, yang berbeda
pandangan dan budaya dengan mereka. Dalam hal ini mereka pun harus terbuka untuk
melihat dan menyadari bahwa Roh Tuhan (Yesus Kristus) pun bisa hadir dan berkarya dalam
diri sesama yang lain itu (Kis.8:28-40; 10; 16:19-34). Roh Tuhan yang satu dan sama itu
menyanggupkan mereka untuk beriman dan berbuat kasih terhadap sesama yang menderita
termasuk membebaskan mereka dari belenggu roh jahat. Roh Tuhan itu mempersatukan
mereka (intern) dan mendorong mereka untuk bersatu dengan sesamanya (esktern);
menghargai mereka dan bekerjasama dengan mereka mewujudkan Kerajaan Allah di dalam
masyarakat.
Ay 39: Jawaban Yesus pada ay 39 dalam Markus lebih ditujukan kepada orang yang
mengusir setan. Jd lebih spesifik dibandingan dengan sajian dalam injil Lukas. Sekalipun

6
alasan larangan pencegahan itu tampaknya lebih umum sebab penginjil Markus tidak
menggunakan kata ganti diri ‘dia atau ia, namun bisa juga kita aplikasikan kepada orang ini.
Ay 40: “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” Dengan mengusir setan demi
nama Yesus, ia memperlihatkan bahwa ia sudah membuat mujizat seperti yang dilakukan
Petrus ketika menyembuhkan orang lumpuh dalam Kis.3.6. Dia mengusir setan dalam nama
Yesus – berarti dia percaya kepada Yesus. Ada indikasi bahwa ia mempunyai keterbukaan
hati, iman dan penyerahan diri kepada Yesus (Tuhan) dan memohon Tuhan agar menurunkan
kuasa Ilahi baginya agar ia mampu mengusir setan. Dalam hal ini, sulit dipahami bahwa
pada saat ia mengusir setan demi nama Yesus, pada sat itu pun ia menghina atau mencai-
maki Yesus. Gaya penulisan Markus seperti ini unik, karena di satu pihak ia
memperlihatkan hal positip dan di pihak lain hal negatip dimasudkan untuk menegaskan
bahwa orang yang mengusir setan itu adalah orang beriman, baik dan patut dicontohi, tidak
diragukan. Itu mengandaikan juga bahwa selain Roh Allah yang hadir dan berkarya di dalam
diri orang itu tetapi juga karena kepercayaannya kepada Tuhan. Dengan mengusir setan demi
nama Yesus, jelas orang itu beriman kepada Yesus dan ia berbuat baik, dan hal itu juga yang
Yesus harapkan dari para pengikut-Nya, agar selalu beriman kepada-Nya dan berbuat baik
kepada siapa saja tanpa memandang latar belakang sosialnya.
Ay 41 memperlihatkan aspek universal karya Roh Tuhan dalam diri siapa saja. Siapa pun
berbuat baik yakni memberi mereka (para murid) minum secangkir air karena mereka
adalah pengikut-pengikut-Nya, tidak akan kehilangan upahnya. Dalam situasi sulit yang
dialami Yesus dan para murid-Nya, muncul orang-orang yang kadang-kadang tanpa diduga-
duga berbuat baik memberi ‘secangkir air’ (ibu mertua Simon Petrus: Mrk.1:31;
2:13-17/parl; perutusan kedua belas rasul: 6:6b-12/parl; Maria dan Marta: Luk.10:38-42;
perempuan Samaria: Yoh 4:1-42; kepala penjara di Filipi: Kis.16:19-34).
Ungkapan: ‘Secangkir air’ (Yun: poterion udatos) bisa dipahami dalam arti sesungguhnya –
berarti memberi minum bagi orang yang sedang kehausan. Air merupakan salah satu
kebutuhan hidup manusia; memberi air sekalipun hanya secangkir (sedikit), bermanfaat bagi
kelangsungan hidup. Secangkir air bisa dimengerti juga dalam arti simbolis: memberi hati,
perhatian, kasih, waktu, tenaga, kebutuhan materiil, finansial, penginapan, tempat,
kepercayaan, dll. ‘Cangkir itu biasanya dibuat dari proselin yang mahal (bdk.Kej.44:1-34;
Yer.51:7; Why.17:4). ‘Proselin yang mahal’ itu merupakan simbol cinta yang ikhlas.
‘Secangkir air’ itu tidak banyak, tetapi amat bermakna di kala orang yang menerima
pemberian itu sedang mengalami kehausan yang amat sangat. Air itu baik dalam bentuk air
konkrit maupun dalam bentuk simbolis (misalnya perhatian, kunjungan, peneguhan,
penghiburan, bantuan tanpa pamrih dan mungkin penuh risiko – mempertaruhkan nyawa)
turut memperpanjang kehidupannya, apalagi kalau pihak pemberi sekalipun ia sendiri
berada dalam situasi sulit (penuh penderitaan) memberikannya atas dasar cinta yang ikhlas
(cf.Yusuf dari Arimatea: Yoh.19:38-42/parl; Paulus dan kepala penjara di Filipi: Kis.16:19-
40). Janda miskin (Mrk.12:41-44/parl) sulit membeli proselin yg mahal; bahan secangkir air
yang ia miliki sederhana, tidak mahal. Namun bahan yg tidak mahal itulah ‘proselinnya.’
Dalam hidup dan karya pewartaan para murid, Roh Tuhan akan hadir dan berkarya di dalam
banyak orang lain dan mereka itulah yang akan memberi ‘secangkir air’ kepada mereka.
Mereka menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk menerima para utusan-Nya dan berbuat
baik kepada mereka. Karena itu, para murid diminta untuk tidak cemas tentang
kehidupannya. Tuhan yang memanggil dan mengutus, Dia jugalah yang akan menyertai dan
menjamin kehidupan mereka. Untuk itu, mereka hendaknya bersikap lepas-bebas demi karya
pewartaan Kerajaan Allah (Luk.4:42-44/parl; 5:1-11/parl; Luk.12:11-34/parl). Sikap lepas-
bebas merupakan suatu kesadaran dan kesediaan seseorang untuk membebaskan dirinya dari
keterikatan-keterikatan duniawi tertentu (keluarga, harta kekayaan, status, jabatan, daerah
asal, profesi/pekerjaan; pemikiran, keinginan pribadi) demi mewujudkan ‘sesuatu yang lebih

7
luhur’. Untuk itu, orang yang bersangkutan harus bersedia untuk berkorban yang hendaknya
dilandasi oleh kasihnya kepada Tuhan dan sesama tanpa membeda-bedakan latarbelakang
sosialnya. Hanya dengan cara itu ia memperoleh tujuan hidupnya (kebahagiaan) dan dengan
itu pula, ia bisa membahagiakan sesama.
Sering ‘para pemberi secangkir air itu’ memberi dengan ikhlas hati sekalipun yang diberi itu
mungkin sedikit dan tidak berarti (janda miskin: Mrk.12:41-44/parl). Para murid hendaknya
melihat pemberi dan apa yang diberikannya; menyadari kebaikan mereka, mencintai,
menghargai mereka dan berterima kasih kepada mereka. Mereka yang berbuat baik ini, akan
mendapat ganjaran dari Tuhan sendiri baik selama masih hidup maupun sesudah kematian
mereka, yaitu hidup abadi dalam Kerajaan-Nya (bdk.Mat.25:31-46).
Mrk.16:1-8
Nampaknya injil ini belum selesai karena berakhir dengan berita bahwa para perempuan tidak
berani mewartakan kebangkitan Kristus. Sekalipun demikian, penginjil Markus bermaksud
menampilkan ketakutan para perempuan itu. Mereka takut memberitakan kebangkitan Kristus
seperti yang dikatakan seorang pemuda (malaikat): Mrk.16:5 (bdk.Mat.28:2: dua malaikat;
Luk.24:2 dua orang berdiri dekat mereka berpakaian berkilau-kilauan).
Maksud penginjil Markus adalah menampilkan rahasia Mesianis. Ia mau memberitakan
makna rahasia Mesianis dalam diri para pengikut Yesus yang diwakili oleh para perempuan.
Dalam sikap takut akan Tuhan ini mereka diharapkan untuk kembali (pergi) ke Galilea-
Galilea mereka masing-masing dan menjumpai Kristus yang bangkit :
1). Dalam setiap situasi hidup mereka terutama dalam penderitaan. Seperti pengalaman
Yesus, tidak ada kebangkitan tanpa didahului oleh salib, penderitaan dan kematian. Begitu
juga tidak ada kebahagiaan dan keberhasilan tanpa didahului oleh perjuangan, kerja keras,
pengorbanan dan penderitaan.
2). Penting untuk disadari bahwa sikap ‘takut akan Tuhan’ hendaknya tidak dipandang secara
negatif, tetapi harus secara positif oleh komunitas Kristen (Markus): sikap itu maksudnya
sikap iman yang dewasa kepada Tuhan dan yang mendorong mereka untuk mewujudkannya
dalam kata-kata dan perbuatan-perbuatan baik terhadap Tuhan dan sesama (bdk.Ul.6:2.13;
10:12; Yos.24:14; 1Sam.12:14; 1Raj.18:12; Ayb.28:28; Mzm.15:4; 19:10; 25:12; 34:10;
111:10; 112:1; Ams.1:7; 3:7; 10:27: 14:26: Yes.11:2: 50:10: Yer.5:24; Yun.1:9; Mal.3:16;
Kis.9:31; 2Kor.5:11; Kol.3:22). Mereka hendaknya selalu siap sedia melaksanakan kehendak
Tuhan sekalipun harus menghadapi banyak tantangan dan penderitaan. Mereka harus
berusaha memiliki dan menghayati ‘spiritualitas takut akan Tuhan.’ Tuhanlah yang akan
membantu mereka mengatasi semua tantangan itu; berkat bantuan Tuhan, mereka akan
berhasil dan menemukan kebahagiaan dalam hidup.
3). Penginjil Markus mau mengangkat martabat kaum perempuan yang lewat peristiwa
kebangkitan Kristus memiliki sikap ‘takut akan Tuhan.’ Komunitas Kristen Markus
hendaknya setia mengikuti Yesus dalam setiap pengalaman hidup terutama dalam
penderitaan. Kristus yang bangkit itu menampakkan diri-Nya dalam pengalaman harian
mereka termasuk dalam penderitaan. Ia hadir menyertai dan mebantu mereka. Namun untuk
itu, mereka hendaknya sadar akan dosa-dosa dan penyelewengan mereka, dan berusaha untuk
bertobat dan memperbaharui hidup. Mewartakan Kristus yang bangkit akan lebih bermakna /
berhasil apabila para pewarta itu sungguh bertobat, orang yang sudah menjadi ‘manusia
baru’ (Ef.2:14-15; 4:20-24).
Seperti Tuhan mempercayakan kaum perempuan menjadi pewarta kebangkitan-Nya, maka
komunitas Kristen (Markus) khususnya kaum pria hendaknya menghargai martabat kaum
perempuan; memberi kepercayaan kepada mereka untuk melaksanakan tugas-tugas penting
dalam masyarakat, bekerjasama dengan mereka mewujudkan kesejahteraan bersama.
4). Lewat seorang pemuda yang berpakaian (berjubah) putih yang tampil memberitakan
kebangkitan Kristus, hendak diberitakan bahwa Kristus yang bangkit itu dijumpai dalam diri

8
utusan-utusan Tuhan yang beriman, yang memberi kebahagiaan, peneguhan; dan yang tampil
dalam kesederhanaan, yang berhati murni, tulus seperti yang disimbolkan oleh warna putih
dari jubah (pakaian) pemuda itu. Lewat pemuda itu, mau diwartakan tentang Yesus yang
bangkit dalam segala kemuliaan, namun tampil sebagai orang yang sederhana. Hal itu
dimaksudkan agar menyadarkan para pengikut-Nya agar selalu menghayati gaya hidup
sederhana (simple life style) dan dengan demikian juga terdorong untuk memperhatikan dan
mencintai kaum kecil,miskin dan sederhana.
Mrk.16:9-20:
Dalam perkembangan Gereja, Mrk.16:9-20 ditambahkan kemudian sesudah Markus; diambil
dan diolah berdasarkan Luk.24; Kis.1:1-11 dan Yoh.20. Bagian ini dimasukan ke dalam
kanon KS pada akhir abad ke dua. St.Ireneus dari Lyon dalam karyanya sering mengutip
bagian ini (Mrk.16:9). Bagian ini pun terdapat dalam Vulgata (terjemahan KS dalam bahasa
Latin), dan dinyatakan oleh Konsili Trente thn.1546 sebagai bagian kanon KS; alasannya:
karena bagian ini sudah sangat tua; dan disusun berdasarkan Luk.24; Kis.1:1-11 dan Yoh.20.
Kemudian, Mrk.16:9-20 ini dimasukan ke dalam Alkitab Katolik; juga diterbitkan dalam
penerbitan-penerbitan KS Gereja Protestan sekalipun diberi tanda kurung. Alasan
penambahan Mrk.16:9-20:
1). Kebangkitan Kristus harus diwartakan. Sebagai Mesias, Yesus harus berkarya sebagai
pelayan sampai mengalami penderitaan dan kematian (salib). Para pengikut-Nya diajak
untuk mencontohi Dia. Untuk itu, mereka harus bersedia menyangkal diri, memikul salib dan
mengikuti-Nya (bdk.Mrk.9:34).
2).Yesus memberi kuasa / kepercayaan kepada para murid untuk menjadi pewarta
kebangkitan-Nya, bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga lewat perbuatan-perbuatan baik
(mujizat). Kuasa yang mereka terima dari Yesus itu harus dipergunakan demi karya
pewartaan, bukan untuk kepentingan pribadi. Mereka telah menerima dengan Cuma-Cuma;
karena itu mereka pun harus memberikannya dengan Cuma-Cuma juga (bdk.Mat.10:8).
3). Roh Kudus yang adalah Roh Cinta Allah Bapa dan Putera akan membantu para utusan
dalam melaksanakan dan melanjutkan karya misi Yesus.
4). Untuk itu, mereka harus setia berdoa, berdialog dengan Tuhan, dan terbuka bagi
kehadiran dan karya Roh Kudus. Mereka hanya bisa bertahan, berhasil dan bisa
membahagiakan sesama, apabila mereka setia berdialog denganTuhan dan terbuka bagi karya
Roh-Nya.
Rangkuman
Penginjil Markus dan Yohanes menampilkan Yesus yang sudah dewasa, dan yang siap
melaksanakan karya perutusan; penginjil Matius dan Lukas menampilkan Yesus, sejak masa
kelahiran sampai dengan kebangkitan-Nya; (Luk: kenaikan-Nya ke surga; Kis: karya Roh
Kudus yang adalah Roh Cinta Bapa dan Putera dalam diri para rasul).
Injil Markus dimulai dengan munculnya Yoh.Pembaptis dan karya perintisannya (Mrk.1:1-
8/parl): ia menyiapkan orang-orang Yahudi untuk menyongong kedatangan Mesias.
Persiapan itu harus dinyatakan lewat pertobatan dan dilanjutkan dengan pembaptisan
(Mrk.1:9-11/parl).
Dalam peristiwa pembaptisan Yesus (Mrk.1:9-11/parl) nampak kehadiran Allah Tritunggal.
Bapa menyertai Yesus dan Yesus tampil sebagai Pribadi yang penuh dengan Roh Kudus.
Bapa dan Roh-Nya menyertai perjalanan hidup dan karya perutusan-Nya. Sesudah terjadinya
penangkapan Yoh.Pembaptis, Yesus tampil di Galilea menyerukan pentingnya pertobatan
dan kepercayaan kepada Injil (Mrk.1:14-15/parl); alasannya karena waktunya sudah tiba,
Kerajaan Allah sudah dekat. Sejak saat itulah Ia memanggil beberapa orang (nelayan) utk
menjadi murid-murid-Nya (Mrk.1:16-20/Mat.4:18-22; bdk.Luk.5:1-11). Sekalipun Ia adalah
Anak Allah, tetapi Ia juga adalah Anak Manusia, butuh rekan kerja dan pelanjut karya-karya-
Nya nanti (Mrk.16:9-20). Pada akhir Mrk.7, penginjil ini menampilkan penyembuhan

9
seorang tuli oleh Yesus (7:31-37). Penginjil dengan peristiwa ini mau memberitakan
pentingnya kesediaan untuk mendengarkan Sabda Tuhan, bukan hanya dengan telinga, tetapi
terutama dengan hati yang dilandasi oleh keterbukaan iman.
Dengan ajaran dan karya-karya-Nya Yesus mengharapkan agar baik sesama Yahudi pada
umumnya maupun para murid-Nya secara khusus, memahami baik pribadi dan karya
perutusan-Nya. Namun hal itu belum terpenuhi. Pada awal Mrk.8, penginjil ini memberitakan
mujizat perbanyakan roti dan ikan (8:1-10). Reaksi negatip datang tidak saja dari orang-orang
luar (orang banyak), tetapi juga dari kalangan para murid Yesus. Salah satu karya yang
dilakukan Yesus adalah perbanyakan roti dan ikan. Mujizat ini dimaksudkan untuk
menyadarkan semua pengikut-Nya (orang banyak dan para murid-Nya) bahwa Dialah
Mesias, Penyelamat. Dia adalah sumber hidup mereka; Ia memberi makanan jasmani (roti
dan ikan), namun Dia juga akan memberi mereka makan rohani (tubuh dan darah-Nya sendiri
lewat peristiwa Paskah). Itulah yang dikenal sekarang dengan sakramen Ekaristi.
Mrk.8:27.30 disusul dengan Mrk.8:31-9:1, penginjil memberitakan pengakuan iman Petrus
dan pemberitahuan pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikuti-Nya.
Ramalan tentang penderitaan Yesus itu ditemukan lagi dalam Mrk.9:30-31/parl dan 10:32-
34/parl. Maksud tiga kali ramalan ttg penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus adalah
menegaskan adanya orientasi atau tujuan misi Yesus. Angka tiga merupakan angka keramat,
dikenakan pada Tuhan atau yang berhubungan dengan Tuhan. Tiga kali ramalan itu
menandaskan bahwa tujuan misi itu dilaksanakan Yesus dalam relasinya dengan Bapa yg
mengutus-Nya ke dunia. Juga ditegaskan ttg penyertaaan Bapa bagi pelaksanaan karya misi
itu. Jadi ada kekuatan Ialhi untuk melaksanakan dan menyelesaikan karya pelayanan itu
sekalipun harus lewat penderitaan dan kematian. Cinta Allah jauh lebih kuat dan berkuasa
mengalahkan kuasa kejahatan (penolakan, kedengkian) dan kematian.
Mrk.9:2-13/parl: Transfigurasi: antisipasi kemuliaan Paskah. Hal itu dimaksudkan untuk
menyadarkan para murid, pengikut Yesus bahwa kemuliaan tsb akan terjadi pada peristiwa
kebangkitan. Namun untuk itu, Yesus harus terlebih dulu menderita dan wafat karena harus
mewujudkan cinta Bapa demi keselamatan orang-orang berdosa.
Memberi penyadaran agar bisa memahami apa yang diharapkan butuh waktu, proses; tidak
secara otomatis terjadi sesuai dengan harapan. Hal itu nyata dari reaksi-reaksi yang muncul.
Selain memperoleh reaksi negatif dari para murid-Nya (Petrus: Mrk.8:32), Yesus juga ditolak
oleh sesama bangsa-Nya yang lain khususnya para pemimpin. Pada awal Mrk.12, Yesus
memberi ajaran dalam bentuk perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur
(12:1-12/parl). Ajaran itu ditujukan kepada para imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua
bangsa Yahudi (11:27). Ajaran itu dimaksudkan-Nya agar mereka bermawas diri, mengakui
segala kesalahannya dan bertobat. Namun bukan reaksi positip yang Ia terima, tetapi justru
reaksi negatif: mereka mau menangkap-Nya, tetapi takut terhadap orang banyak (12:12).
Pelampiasan kedengkian mereka itu terwujud dalam Mrk.14-15. Pada akhir Mrk.12, penginjil
menyajikan kisah tentang persembahan janda miskin (12:41-44/parl). Memberi dengan kasih
– maksudnya memberi dari segala kekurangan bahkan seluruh nafkahnya kepada Tuhan. Ia
berbuat demikian karena dilandasi oleh imannya yang kokoh kepada Tuhan sebagai sumber
kehidupannya. Hai itu seharusnya merupakan contoh yang baik bagi setiap orang yang mau
memperoleh keselamatan.
Mrk 13 merupakan kotbah / ajaran tentang akhir zaman (13:1-37). Para pengikut Yesus
diharapkan agar membuat orientasi hidup yang jelas dan mengarahkan hidupnya menuju
kehidupan eschatologis. Hidup di dunia tidak berakhir dengan kematian, tetapi berkelanjutan
dalam kehiudpan eschatologis. Agar bisa memperolehnya, mereka harus mengisi kehidupan
di dunia ini dengan hal-hal yang baik.
Harus ada kesadaran dalam diri mereka bahwa Yesus sebagai Anak Manusia akan datang
pada saat yang tidak disangka-sangka. Dalam nubuat itu, Yesus memberitakan juga tentang

10
keruntuhan Bait Allah (13:1-2/parl); munculnya pelbagai macam penderitaan dan tokoh-
tokoh tertentu yang menamakan diri sebagai mesias. Namun mereka itu adalah mesias-mesias
palsu (13:3-23). Para pengikut-Nya harus berwaspada, tetap berpegang teguh pada iman
yang benar kepada Tuhan; Kalau tidak demikian, maka mereka akan membuang imannya dan
jatuh; mereka juga harus pandai membaca tanda-tanda zaman, dan berjaga-jaga (13:24-37):
yaitu dengan berdoa dan berbuat baik seperti janda miskin itu (12:41-44/parl). Mereka hrs
punya iman yg kuat, punya kepekaan rohani dan sosial yg baik, dan tidak diseret oleh
mesias-mesias palsu dan tidak jatuh ke dalam belenggu dosa.
Mrk.14-16 menyajikan misteri Paskah: kisah sengsara, wafat, kebangkitan Yesus dan
perutusan para murid-Nya. Injil (Mrk.1:1: Yun: euaggelion= Khabar Gembira) mencapai
puncaknya pada misteri Paskah. Para pengikut Yesus diajak untuk setia mengikuti-Nya
sampai masuk ke dalam misteri Paskah. Hanya lewat jalan itu, dan dibantu oleh Roh Allah
sendiri mereka berusaha menghayati dan mewujudkan ‘rahasia Mesianis’ dalam spiritualitas
‘takut akan Tuhan’ dan mewartakannya dalam sikap dan perbuatan-perbuatan baik kepada
sesama.
Namun harus disadari bahwa ‘rahasia Mesianis’ yang dihayati dalam ‘spiritualitas takut akan
Tuhan’ hanya akan jauh lebih bermakna lewat kesetiaan dalam iman yang ditempa dan
dimurnikan oleh salib, penderitaan dan bahkan kematian. Tidak ada kebangkitan tanpa salib,
penderitaan dan kematian; begitu juga tidak ada keberhasilan dan kebahagiaan tanpa
didahului oleh perjuangan dan penderitaan.
Dengan ini, dapat dilihat bahwa penginjil Markus membuka warta Injil (Mrk.1:1) dengan
penampilan Yoh.Pembaptis dan karya keperintisannya dan mengakhiri injilnya (16:9-20) –
dengan perutusan para murid memberitakan Injil Yesus Kristus (16:20). Injil yang
dimaksudkan di sini bukan lagi Sabda Tuhan yang ditulis dalam KS, tetapi Sabda Tuhan yang
hidup dalam diri para pewarta itu sendiri. Maksudnya, bagaimana mereka itu menjalin relasi
personalnya dengan Tuhan dan membiarkan Roh-Nya hadir dan berkarya dalam dirinya.
Dengan demikian siapa pun yang dilayani bisa merasakan dan mengalami ‘kehadiran Tuhan
yang bangkit’ lewat kehadiran dan karya mereka itu. Itulah rahmat sekaligus tantangan !

11

Anda mungkin juga menyukai