Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian merupakan dasar yang kokoh bagi iman
Kristen. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengatakan
bahwa jika Kristus tidak dibangkitan dari kematian maka sia-sialah kepercayaan jemaat
kepada-Nya dan mereka masih tetap hidup dalam dosa (bdk. 1Kor. 15:17-18). Kebangkitan
Kristus dari kematian itu bukan hanya menjadi dasar kepercayaan bagi orang-orang kristiani
supaya diselamatkan melainkan juga kebangkitan Kristus memberikan makna bagi sengsara
dan wafat-Nya itu bagi umat beriman kristiani dalam peziarahan hidup di dunia ini.
Dalam kuliah ini, Anda akan belajar tentang makna sengsara wafat dan kebangkitan
Kristus bagi kehidupan umat beriman Kristiani. Dengan mengikuti kuliah ini Anda
diharapkan:
(1) mampu MENERANGKAN tentang makna sengsara Yesus Kristus sebagaimana
diwartakan dalam Kitab Suci sehingga Anda dimampukan dalam menghadapi situasi-
situasi sulit dalam hidupmu sendiri serta terdorong untuk membantu orang-orang yang
berada dalam situasi sulit atau bersengsara;
(2) mampu MENGANALISIS tentang makna wafat Yesus Kristus sebagaimana
diwartakan dalam Kitab Suci sehingga imanmu diteguhkan dan Anda pun mampu
meneguhkan iman orang-orang yang sedang bersedih karena kematian yang menimpa
kehidupan keluarga mereka;
(3) mampu MENJELASKAN tentang makna kebangkitan Kristus sebagaimana
diwartakan dalam Kitab Suci sehingga Anda pun mampu meneguhkan iman orang-
orang yang bersedih karena peristiwa kematian yang menimpa kehidupan keluarga
mereka.
b. Yesus bergaul dengan pemungut cukai, orang berdosa dan orang kafir
Sejak tampilnya di depan umum untuk mengajar orang banyak, Yesus tidak pernah
membatasi pergaulan-Nya. Ia bergaul secara terbuka dengan siapa saja tidak pandang bulu,
bahkan Yesus bergaul juga para pemungut cukai dan orang berdosa (Mark 2:16; Luk. 7:36-
39). Yesus juga telah mengunjungi daerah yang dianggap kafir seperti Samaria (bdk. Luk.
17:11.16; Yoh. 4:5.7 dst.) dan bercakap-cakap akrab dengan penduduk di sana yang di-cap
sebagai orang kafir (bdk. Mat. 15:21-28).
Bagi orang Yahudi, dengan bergaul dengan para pemungut cukai dan orang berdosa
dan bercakap dengan orang kafir Yesus telah melanggar adat sopan santun dan aturan
keagamaan yang berlaku saat itu. Bagi orang Yahudi, para pemungut cukai dan pegawai
pajak adalah kaki-tangan penguasa Romawi yang ikut menindas dan memeras mereka dengan
menagih pajak rakyat. Para pegawai pajak itu disamakan dengan para pendosa yang harus
dijauhi dalam pergaulan setiap hari. Mereka itu dianggap sebagai suatu kelas sosial yang
layak dihindari oleh orang saleh seperti Yesus. Semuanya itu menjadi alasan ketidaksukaan
orang-orang Yahudi terhadap Yesus, dan juga menjadi alasan bagi mereka untuk
meyingkirkan-Nya.
Teks-teks Kitab Suci yang telah dipaparkan di atas hanyalah beberapa contoh yang
dapat diketengahkan sebagai bahan refleksi bahwa berdasarkan pendangan orang-orang
Yahudi apa yang dilakukan oleh Yesus itu telah melanggar ketentuan Hukum Taurat. Namun
di sisi lain, sebenarnya Yesus tidak melanggar Taurat tetapi menggenapinya (Mat. 5:17).
Walaupun demikian tentunya apa yang dibuat oleh Yesus itu juga menjadi dasar bagi orang-
orang Yahudi untuk menolak dan menyingkirkan Dia.
“Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Mat
26:39). “Cawan” di sini berarti sengsara.
(c) Injil Lukas mencatat: “Ia sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh berdoa.
PeluhNya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah” (Luk 22:44)
Matius 26:1--27:66
Pemberitahuan keempat tentang penderitaan Yesus -- Rencana untuk membunuh Yesus
(26:1-5)
YEsus diurapi (26:6-13)
Yudas mengkhianati Yesus
Yesus mati
27:45 Mulai dari jam dua belas kegelapan y meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.
27:66 Maka pergilah mereka dan dengan bantuan penjaga-penjaga itu mereka memeterai
SOAL-SOAL LATIHAN: