Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI TEOLOGI TENTANG PENDERITAAN DAN KEMATIAN

YESUS KRISTUS DI KAYU SALIB

Disusun oleh:

Nama : Indra Yosua Sambenaung

NIM : 3021513

M. Kuliah : Dogmatika II

D. Pengampu : Rabiel Sobon. M.Th

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI DUTA PANISAL

PRODI TEOLOGI

2022
REFLEKSI TEOLOGI TENTANG PENDERITAAN DAN KEMATIAN YESUS
KRISTUS DI KAYU SALIB

PENDAHULUAN

Dalam melihat tentang kehidupan dan penderitaan serta kematian Yesus, saudara
mengetahui bahwa Yesus adalah Firman Allah yang turun kedunia dan mengambil rupa
manusia. Disepanjang hidupan-Nya ketika menjadi manusia Dia melakukan banyak hal
seperti diam di bait Allah pada umur dua belas tahun, di umur 30 tahun Ia memulai
pelayanan-Nya. Ia menyebarkan ajaran tentang kerajaan Allah, kasih Allah, dan hidup yang
kekal (Matius 5-7, Lukas 10:25, Lukas 8:1). Memberikan pengampunan akan dosa (Lukas
7:37-50). Memberikan konseling pribadi (Yohanes 3). Memberikan pemuridan (Lukas 11:1-
5). Merangkul dan bergaul bersama orang-orang yang dianggap sampah oleh masyarakat
(Matius 9:10-11). Bahkan dalam kenyataannya, sejumlah murid Yesus dulunya adalah
seorang pemungut cukai (Matius 10:3), yakni seorang penagih pajak, yang dibenci oleh
masyarakat karena dianggap kaki tangan penjajah. Mengadakan mujizat-mujizat (Matius
14:15-21), mengusir roh jahat (Markus 1:23-26), menyembuhkan penyakit (Matius 8:5-13).
Mengecam dan menegur para ahli-ahli agama (ahli Taurat) yang pada saat itu hidup
menyimpang dari ajaran Taurat yang mereka sendiri ajarkan (Matius 12:34).1 Setelahnya Dia
harus mengalami penderitaan dan berakhir mati di atas kayu salib atas dasar memenuhi
keinginan mereka yang membenci Yesus.

Setelah mengetahui sekilas tentang kehidupan Yesus sewaktu Dia di dunia, perlu juga
saudara mengetahui apakah alasan Yesus melakukan dan mengalami semua hal diatas,
mengapa Yesus mau menjalani penderitaan yang begitu dashyat? saudara tahu bahwa Yesus
datang kedunia sebagai wujud kasih Allah akan manusia dan juga atas keadilan Allah dimana
Yesus menjadi pusat dari kasih dan keadilan, dia yang menderita ganti manusia dan mati
untuk menyelamatkan manusia yang seharusnya mengalami penghukuman atas dosa yang
diperbuat (Roma 3:25). Hal ini merupakan sebab dari penderitaan dan kematian yang Yesus
harus jalani sebagai ganti dari kita manusia berdosa. Tetapi perlu untuk semua juga harus
tahu bahwa isu sentral penderitaan serta kematian Yesus bukanlah sebabnya, tetapi

1
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_Yesus#:~:text=Selama%20di%20muka%20bumi%2C
%20Yesus,Lukas%207%3A37%2D50) diakses pada 26 oktober 2022
tujuannya.2 Artinya manusia perlu untuk melihat tujuan Yesus mengalami penderitaan dan
kematian dibanding penyebanya. Hal ini diperlukan agar manusia selain mengerti tujuannya
tetapi juga bisa membuat kita lebih menghargai keselamatan yang diberikan kepada kita
lewat penderitaan dan kematian Yesus.

Melaui hal ini, penulis berusaha untuk menyusun sebuah refleksi tentang penderitaan
dan kematian Yesus Kristus di kayu salib. Tujuannya adalah agar kita dapat memiliki
pandangan yang jelas tentang tujuan penderitaan dan kematian dan berharap ini dapat
membuat saudara lebih paham dan mengerti serta lebih menghargai keselamatan yang
diberikan Allah lewat Yesus Kristus kepada saudara semua.

PEMBAHASAN

Penulis mendasari tema ini dengan mengambil sebuah ayat Alkitab yang terdapat
dalam kitab Yesaya 53:3-9 “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh
kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang
menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. Tetapi
sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya,
padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul, ditintas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita
menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya
sendiri, tetapi TUHAN menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi
dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa
ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting
bulunya, ia tidak membuka mulutnya….. Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup
dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah….. Kekerasan dan tipu tidak ada dalam
mulutnya.” Ayat ini akan memberikan penjelasan akan apa yang akan penulis paparkan
dalam penulisannya.

 Tujuan penderitaan dan kematian Yesus


2
John Piper, Penderitaan Yesus Kristus, (Surabaya: Momentum, 2005), h.2
Menurut Dr.Thomas Hwang seorang Director Antioch Missions International (AMI) Korea
Center, di dalam Yesaya 53:5 terdapat 4 hal yang menjadi tujuan penderitaan dan kematian
Yesus yaitu antara lain3;

1. Yesus tertikam oleh karena pemberontakan kita


Apakah definis pelanggaran? Pelangaran adalah dosa asal dan dosa sehari-hari. Ini
berarti, Yesus ditikam karena dosa Asal dan dosa sehari-hari yang kita lakukan.
Pelanggaran dalam bahasa asli Ibranu adalah Pehsah, dan dalam bahasa Yunani adalah
Paraptoma atau Hamaltia. Hamaltia artinya melewati batas, tidak tepat sasaran, atau
pelanggaran hukum. Hamaltia juga memiliki arti seperti panah yang tidak mengenai
sasaran yang tepat. Ada beberapa ayat dalam Alkitab yang berbicara tentang pelanggaran,
yaitu: Efesus 2:1-5; Filipi 1:10 dan Ibrani 9:7. Namun, tikaman pada lambung Yesus
diatas kayu salib telah mengampuni semua pelanggaran kita.
2. Diremukkan karena kejahatan kita
Dalam Yesaya 53:5 dikatakan bahwa Yesus diremukkan(dilukai) karena kejahatan
kita. Kata ”kejahatan” dalam bahasa Ibrani adalah Avon yang berarti, tidak tepat sasaran.
Luka dapat disebabkan oleh pukulan, tamparan atau tendangan. Luka bukan hanya
merujuk kepada luka fisik, tetapi juga dengan perkataan, maka secara mental kita bisa
terluka. Yesus mengalami luka-luka ini di atas kayu salib karena kejahatan kita.
Umumnya kejahatan ditimbulkan oleh karena akar pahit yang ada dalam diri kita (Ibr.
12:15). Akar pahit dapat dikategorikan seperti; cemburu, amarah, kebencian, dendam,
dusta, kekuatiran, serakah, fitnah, dsb. Yesus diremukkan untuk membebaskan kita dari
akar-akar pahit ini. Saat akar-akar pahit ini disingkirkan, maka kita akan dimurnikan dan
semakin dimurnikan seperti pikiran Yesus.
Saat yesus dibawah kepada Gubernur Pilatus, Pilatus mendengarkan permintaan orang
banyak lalu memutuskan untuk melepaskan Barabas dan menyalibkan Yesus (Mat 27:11-
26). Kemudian para serdadu Romawi mengejek, meninju dan meludahi wajah Yesus
sebelum Ia dibawa untuk disalibkan. Yesus harus menanggung semua kesengsaraan ini
untuk menggenapi nubuatan, bahwa Ia membasuh kejahatan kita.

3. Diganjar untuk keselamatan kita

3
Thomas Hwang, Kristologi, (Yogyakarta: ANDI offset, 2011), h. 364-352
Ganjaran adalah hukuman resmi. Sebelum penyaliban Yesus kita semua berada
dibawah kutuk. Karena dosa-dosa kita, pada hari penghakiman, sebagai hakim yang adil
seharusnya Yesus melemparkan kita kedalam neraka. Kita tertawan di bawah hukum
Allah dan berada di bawah kutuk selamanya. Kita tidak dapat diselamatkan oleh
kebenaran kita sendiri. Agar kita yang berada di bawah hukum Allah bisa dibebaskan dari
hutang dosa, maka harus ada orang yang membayar hukuman dosa kita dan orang
tersebut harus mati menggantikan kita.
Yesus secara sukarela menanggung semua hukuman tersebut demi kepentingan kita.
Dia menanggung semua beban dosa kita di dalam diri-Nya di kayu salib. Yesus dibuat
menjadi dosa secara sah demi mengambil alih semua dosa kita. Dia bahkan memikul
semua dosa umat manusia di atas kayu salib (Yoh. 1:29).
Karena itu secara hukum Yesus telah membayar segala hukuman dan kutuk dosa kita
oleh karena Dia sendiri telah menerima kutuk Allah untuk kita. Pengorbanan Yesus telah
membebaskan kita dari penjara rohani dan juga karena Yesus, kita memiliki keselamatan
dan damai sejahtera rohani, jasmani dan mental.
4. Disesah untuk kesembuhan kita
Dalam Yesaya 53:5 dikatakn bahwa oleh bilur-bilur Yesus kita menjadi sembuh. Ini
digenapi dalam Yohanes 19:1, di mana Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang
menyesah Dia.
Bagian dari ayat Yesaya 53:3 berbicara tentang kesengsaraan. Ini terdiri dari empat
hal yang disebabkan oleh luka-luka, yaitu: tertikam oleh karena pemberontakan kita, di
remukan oleh karena kejahatan kita, dan disesah untuk kesembuhan kita. Yesus menjalani
proses ini sebelum dia meninggal dalam rangka menyelamatkan kita secara rohani,
jasmani dan mental.
Dari penjelasan di atas kita dapat mengetahui bahwa terdapat empat tujuan
penderitaan yang harus Yesus alami yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya di dalam
kitabnya itu.

 Yesus menjadi substitusi kita untuk menerima akibat pelanggaran dan dosa kita
Menurut Dr. Peter Wongso, 1Kor. 5:7 dengan jelas memberitahukan bahwa Kristus
adalah Domba Paskah. Adalah sama dengan catatan Kel 12, yekni Ia adalah Domba yang
mati menggantikan anak sulung orang Israel. Hal ini meyatakan satu hidup menggantikan
hidup yang lain untuk mati; seperti yang dikatakan dalam Yes. 53:6 Allah telah
menimpakan segala dosa manusia di atas diri-Nya; Allah telah menetapkan Kristus yang
tidak berdosa itu menjadi dosa karena kita.4 Yesus di atas kayu salib menanggung dosa
kita. Karya ini digenapi-Nya tanpa perasaan terpaksa, melainkan dengan sukarela (Yoh.
10:17-18). Ide substitus Ini menunjukkan pada status kematian Kristus saja, dalam Mat.
20:28 Kristus sendiri bersabda: “sama seperti Anak manusia datang bukan untuk
dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan
bagi banyak orang.”
Substitusi artinya segala hal digenapi di atas diri Yesus; Yesus mati bagi dosa kita.
Jika kita menerima substitusi Yesus ini, maka kita tidak perlu mati. Kebenaran ini juga
terdapat dalam Kej. 22:13, di mana Allah menyediakan seekor domba untuk
menggantikan Ishak. Yesus menggantikan Barabas memikul salib serta berdiri pada status
barabas untuk mati. Inilah pengertian dari substitusi.
Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa Yesus dengan sukarela menjadikan dirinya
sebagai substusi kita. Yesus menggantikan diri kita untuk menanggung segala penderitaan
sampai pada kematian atas pelanggaran dan dosa kita.
 Ayat-ayat pendukung:
Adapun ayat-ayat pendukungnya yaitu: Yes. 53:6; 2Kor. 5:21; 1Pet. 2:24;
1Pet. 3:4; Rom. 5:6-8; Rom. 8:3; Gal. 1:4; Tit.2:14; Ibr. 9:26-28.
 Ditinggalkan Allah Bapa karena menjadi pengganti orang berdosa (Mar. 15:34)
Ditinggalkan oleh Bapa merupakan puncak tertinggi dari penderitaan Yesus yang
tercantum dalam Mar. 15:34 dimana Ia berseru “Eloi Eloi Lama Sabakhtani?”, yang
berarti Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.

Ungkapan Eloi Eloi Lama Sabakhtani dalam Markus 15:34 merupakan salah satu dari
tujuh perkataan Yesus ketika berada diatas kayu salib, yang tentunya memiliki hubungan
erat tentang siapakah diri Yesus yang sesungguhnya. Perkataan Yesus ini merupakan
perkataan yang paling sulit dan paling mengerikan dalam perkataan manusia sepanjang
sejarah. Setiap orang tidak dapat mengukur dalamnya kata-kata ini, karena kata-kata ini
membawa kita kepada inti penebusan. Namun kata-kata ini jangan ditafsirkan atas dasar
perasaan dan kesadaran subyektif Yesus, seolah-olah ditinggalkan oleh Allah bukan suatu
kenyataan.5 Namun makna dari semua ini adalah bahwa karena Allah tidak dapat melihat

4
Peter Wongso, Kristologi: doktrin tentang Kristus, (Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1998), h. 90
5
Donald Guthrie Donal, Motyer Alec, Stibbs M Alan, Wiseman J, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-
Wahyu, (Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih/OMF, 2003), h.183
dosa (Hab 1:13). Ini adalah benar-benar penderitaan tertinggi yang tiada kesejajarannya,
yang Yesus takuti.

Bila menganalisa ungkapan ini, bahwa hanya di sinilah, dalam pengembaraan


mengenai Injil, Yesus menyapa Bapa-Nya sebagai ‘Allah”. Perubahan bentuk sapaan
menekankan keretakan persekutuan antara Bapa dan Anak. Pada detik ini, Bapa
tampaknya tidak bertindak sebagai seorang Bapa. Penderitaan Anak begitu tertahankan,
namun untuk bertahan tanpa hadirat Bapa suatu keadaan yang sangat sungguh-sungguh
menyedihkan hatinya..6 Wajah Bapa yang dipalingkan merupakan hal yang paling pahit
dari cawan kesedihan yang Yesus pilih untuk minum.
Ketika Anak Allah menanggung dosa dunia dan Allah Bapa harus berpaling dari satu-
satu Anak-Nya, persekutuan dan kebersamaan mereka terputus. Itu tidak pernah terjadi
sebelum itu bahkan untuk sedetik sekalipun dalam kekekalan tak terhingga pada masa
lampau, dan tidak akan terjadi lagi. Allah hanya meninggalkan Anak-Nya sekali, ketika
Anak itu membayar untuk dosa-dosa kita. Terjadilah finalitas yang mengerikan atas
keadaan Yesus yang ditinggalkan oleh Bapa-Nya dikayu salib.7 Inilah inti dari penebusan
Kristus, dimana ketika Ia ditinggalkan oleh Bapa-Nya merupakan suatu penderitaan yang
tak dapat terkatakan, Dia yang tidak berdosa harus dijadikan berdosa karena manusia
yang berdosa. Semua ini Yesus lakukan, agar manusia memperoleh pendamaian,
penebusan dan pembenaran dari Allah yang kudus.
Dampak dari keterpisahan Yesus dan Bapa merupakan awal dari pemulihan hubungan
Allah Bapa dan manusia yang berdosa.

KESIMPULAN
Penulis merefleksi penderitaan dan kematian Yesus Kristus dari tujuannya yaitu,
bahwa untuk menyelamatkan manusia maka Yesus dengan sukarela menjadikan diri-Nya
sebagai pengganti kita untuk menerima hukuman atas dosa dan pelanggaran kita (Galatia
3:13). Dia harus ditikam, diremukkan, diganjar, dan disesah ganti kita, dia menjadi
substitusi kita dengan mengalami derita dan mati agar kita tidak menderita dan mati, dan
sampai harus mengalami penderitaan terbesar yaitu ditinggalkan Allah Bapa karena dosa
kita yang ditimpakan kepada-Nya agar kita mengalami perdamaian dengan Allah.
DAFTAR PUSTAKA

6
Marianus Patora, Nunuk Rinukti dan Devi Maria Bungaa, Menelisik Ketuhanan Yesus dalam Frasa
“Eloi Eloi Lama Sabakthani”, Jurnal Teruna Bhakti, Vol. 4 No. 1 (Agustus 2021), h. 8.
7
Ibid, h. 9.
Guthrie Donal, Motyer Alec, Stibbs M Alan, Wiseman J, Donald. Tafsiran Alkitab Masa Kini
3 Matius-Wahyu. Jakarta: Yayasan Komunikasih Bina Kasih/OMF, 2003.
J. Piper. Penderitaan Yesus Kristus. Surabaya: Momentum, 2005.
P. Wongso. Kristologi: doktrin tentang Kristus. Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara,
1998.
T. Hwang. Kristologi. Yogyakarta: ANDI offset, 2011
https://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_Yesus#:~:text=Selama%20di%20muka%20bumi%2
C%20Yesus,Lukas%207%3A37%2D50) diakses pada 26 oktober 2022.
Marianus, Nunuk, Devi,. Menelisik Ketuhanan Yesus dalam Frasa “Eloi Eloi Lama
Sabakthani”. Jurnal Teruna Bhakti, Vol. 4 No. 1 2021: 8.
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai