A. KISAH SENGSARA
a. Alur Kisah Sengsara dari Alkitab
1. Pemberitahuan tentang Penderitaan Yesus, Rencana Untuk Membunuh Yesus (Mat 26:1-5,
Markus 14:1-2, Lukas 22:1-2)
6. Di Taman Getsemani (Matius 26:36-46, Markus 14:32-42, Lukas 22:39-46, Yohanes 17:1-26)
7. Yesus Ditangkap (Matius 26:47-56, Markus 14:43-52, Lukas 22:47-62, Yohanes 18:1-11)
8. Yesus di Hadapan Mahkamah Agama (Matius 26:57-68, Markus 14:53-65, Lukas 22:63-71)
9. Petrus Menyangkal Yesus (Matius 26:69-75, Markus 14:66-72, Lukas 23:1-7, Yohanes 18:12-
27)
10. Yesus Diserahkan kepada Pilatus, kematian Yudas (Matius 27:1-10, Markus 15:1-15, Lukas
23:8-12)
B. WAFAT
Yesus mati di kayu salib untuk membebaskan semua manusia dari dosa. Karena dosalah Dia
mati. Dengan demikian, tidak ada dasar untuk menuduh orang-orang Yahudi, kekuatan politik
atau militer tertentu sebagai penyebab kematian Yesus. Kematian Yesus sebenarnya sebagai
penebusan yang tidak ada hubungannya dengan bangsa/ras dan politik. Allah-lah yang
bertanggung-jawab atas dosa-dosa. Allah-lah yang mengutus Putera-Nya yang tunggal, agar
dengan demikian kita memperoleh kehidupan. Inti pokok dari sejarah penyelamatan adalah
hasrat Allah untuk menebus.
Kematian Yesus sangat mengerikan dan mengenaskan, namun pentinglah bagi kita untuk
memahami bagaimana kematian-Nya sejalan serta sesuai dengan rencana penyelamatan ilahi dari
Allah sendiri: Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu
salibkan (Kis 2:2). Ingat juga apa yang dikatakan Yesus yang sudah bangkit kepada kedua
orang murid dalam perjalanan ke Emaus: Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu
untuk mempercayai segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus
menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya? Lalu Ia menjelaskan kepada
mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan
segala kitab nabi-nabi (Luk 24:25-27).
Kita dapat melihat bahwa melalui kematian-Nya di kayu salib, kemanusiaan Yesus
memperbaiki kembali ketaatan sempurna dan penuh kasih manusia yang dulu pernah dirusak.
Yesus membuat hal itu mungkin bagi umat manusia (seperti Adam dan Hawa sebelum kejatuhan
mereka) untuk menggantungkan diri dan hidup seturut setiap firman yang keluar dari mulut
Allah. Inilah satu alasan mengapa Allah menjadi manusia.
C. KEBANGKITAN YESUS
Penderitaan dan kematian Yesus bagi kebanyakan orang Yahudi pada zamanNya, Yesus
dianggap gagal, sia-sia dan seluruh karyaNya seolah musnah seiring dengan kematianNya,
seolah-olah Yesus tidak akan diperhitungkan lagi. Tetapi dengan peristiwa kebangkitanNya dari
alam maut, Allah membalikkan semua pikiran tersebut. Kebangkitan Yesus membuat kehadiran
Yesus tidak lagi terbatas pada ruang dan waktu. Ia hadir dimana-mana dalam hati setiap
muridNya. kehadiranNya itu mampu mempengaruh hati manusia, menjadi semangat hidup
banyak orang.
Melalui kebangkitannya orang-orang tidak hanya mengenang karya dan ajaranNya, tetapi
menjadikan dia sebagai kekuatan hidup sehari-hari. Kehadirannya mampu membuat orang tidak
hanya sanggup meneruskan karya-Nya melainkan secara aktif dan kreatif melakukannya.
Kebangkitan Yesus merupakan pembenaran dari Allah terhadap sabda dan karyanya,
pembenaran terhadap perjuangan Yesus Kristus.
Kebangkitan Yesus mencerminkan dua hal yang bersifat hakiki tentang Allah :
1. Kebangkitan Yesus menunjukkan campur tangan ilahi dari Trinitas dalam waktu dan ruang,
untuk menjadikan misi penebusan Yesus berbuah.
2. Kebangkitan Yesus memberi kesaksian tentang dan bagaimana jalan menuju hidup kemuliaan
Bapa surgawi. Kehidupan ini memenuhi janji-janji tentang sebuah hati perjanjian yang baru,
yang dibuat melalui Yeremia dan Yehezkiel, kerinduan Hosea dan Mikha akan keadilan dan
belas kasih bagi semua orang, dan juga antisipasi akan kasih sempurna Allah yang dinyatakan
dalam Kitab Ulangan dan Mazmur 119.
Kebangkitan Yesus adalah permulaan dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan
permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia. Kisah kebangkitan Yesus sendiri tidak banyak
dilaporkan dalam kitab suci. Namun demikian, bukti-bukti yang dapat menunjukkan bahwa
Yesus benar-benar bangkit antara lain:
1. Para murid yang melihat kubur Yesus terbuka dan kosong (Yohanes 20:1-10)
2. Kain kafan Yesus yang tertinggal
3. Berita malaikat yang mengatakan Yesus sudah bangkit
4. Dan beberapa kali penampakan Yesus kepada murid-muridnya.
Akhirnya, selagi kita melihat kemanusiaan Yesus sebagai suatu model untuk kita sendiri,
kita disadarkan bahwa kebangkitan adalah apa yang terjadi dengan kita apabila diri kita tidak lagi
dirusakkan oleh dosa. Diangkatnya Maria ke surga pada akhir ziarahnya di dunia merupakan
ilustrasi tentang akhir-alamiah tubuh kita, sekali kita telah dibebaskan dari segala dosa, seperti
Yesus yang dapat melihat Bapa, muka ketemu muka.
Yesus adalah sang Juruselamat. Ialah penyelamat dan penolong umat manusia. Ia hadir
untuk menggenapi kehendak Bapa. Dengan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus ini, Ia ingin
membuktikan cinta kasih tak terbatas untuk manusia. PenderitaanNya yang amat sangat besar ini,
karena ingin memberi yang terbaik untuk manusia agar pewartaan kerajaan Allah dapat benar-
benar terlaksana. Walaupun saat wafat, Yesus dicemooh karena tidak dapat menyelamatkan
diriNya sendiri, tapi Tuhan datang membangkitkanNya pada hari yang ke-3. Sehingga inilah
yang menjadi bukti kuat pewartaan cinta kasih Tuhan dalam diriNya.
Sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus perlu kita maknai sebagai hal yang benar-benar
baik dan penting. Sengsara dan wafat Yesus menunjukkan cinta Yesus pada umat manusia
melalui pengorbananNya yang amat luar biasa. Dan kebangkitan Yesus merupakan permulaan
dari corak kehidupan baru, kelahiran baru dan permulaan suatu kehidupan yang lebih mulia. Jadi
setelah kita memaknai betapa baiknya makna dibalik sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus kita
bisa mulai merenungkan betapa sakitnya disiksa, dihina, dicela, dan dipaku pada kayu salib.
Belum lagi, ditikam lambungNya.
Tidak tahukah kamu bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis
dalam kematian-Nya? Dengan demikian, kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia
melalui baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara
orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Rm
6:3-4). Kata-kata Santo Paulus tersebut seharusnya memberikan kepada kita pengharapan yang
mendalam.
Karena hidup ini yang adalah milik kita melalui sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus,
maka kita dapat menghadapi hari-hari kita dengan pengharapan dan suatu semangat penuh
sukacita, karena kita merangkul kebenaran yang dicanangkan oleh Santo Paulus: Dalam
semuanya itu kita lebih daripada orang-orang yang menang, melalui Dia yang telah mengasihi
kita. Sebab aku yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa,
baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm 8:37-39).