Anda di halaman 1dari 17

(Yohanes 21:20-23)

Khotbah Ibadah Keluarga MINGGU II


SESUDAH PASKAH RABU, 15 APRIL 2015
MENGIKUT YESUS Yohanes 21:20-23
Khotbah Ibadah Keluarga
MINGGU II SESUDAH PASKAH
RABU, 15 APRIL 2015

MENGIKUT YESUS
Yohanes 21:20-23
Murid yang dikasihi Yesus
21:20 Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang
mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk
dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?"
21:21 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang
akan terjadi dengan dia ini?"
21:22 Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku
datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."
21:23 Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak
akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan
mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku
datang, itu bukan urusanmu."

Penjelasan:
* Yoh 21:20 Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus
sedang mengikuti mereka,1495 yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan
bersama bersandar pada pangkuan1496 Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia
yang akan menyerahkan Engkau?"
Pada waktu Petrus berjalan di atas air di Danau Galilea, dia baik dan aman, sampai saat
dia melihat tiupan angin (Matius 14:30). Ada kesamaan dalam peristiwa ini. Dia baik
dan aman selama dia berjalan dengan Tuhan Yesus, tetapi saat dia berpaling dan
melihat Yohanes, dia mulai "tenggelam" dan perlu pertolongan Tuhan Yesus. Dengan
kata lain, ayat ini mengajar kita supaya kita tetap kagum dan heran terhadap Tuhan
Yesus, supaya hati kita penuh dengan Dia, sehingga kita tidak berpaling dan melihat
orang lain.
Walaupun segan, Yohanes harus menceritakan dirinya karena dia terlibat dalam
peristiwa ini, dan juga sebagai persiapan bagi ayat 24, di mana dia mengaku diri sebagai
murid yang dikasihi Yesus. Yohanes memakai peristiwa Perjamuan Kudus, yaitu pasal
13:24-26, mungkin karena pada saat itu dia berada di tempat yang paling disukainya,
yaitu di pangkuan Tuhan Yesus.

* Yesus, Petrus, dan Yohanes (21:15-24)


Tradisi dan ajaran Katolik terlalu meninggikan perikop ini, sampai Petrus menjadi
pemimpin rasul-rasul yang lain, tetapi sebenarnya hal itu tidak dikatakan dalam kisah
pengampunan dan penabisan ini. Mereka tidak mempertimbangkan bahwa sebenarnya
Rasul Yohanes lebih akrab dan lebih mengasihi Tuhan Yesus. Perkataan Tuhan Yesus
kepada Simon Petrus lebih terkait erat pada penyangkalan Petrus daripada hubungan
Petrus dengan rasul-rasul yang lain. Yang ditekankan adalah bahwa dosa besar Petrus
diampuni. Hubungan antara Petrus dan murid-murid yang lain (misalnya Yohanes)
dengan sengaja dikesampingkan sebagai sesuatu yang tidak usah dipertimbangkan.
Yang pokok adalah bahwa setiap orang percaya harus mengikut Tuhan Yesus, dan tidak
memikirkan keadaan ataupun status orang lain.
Dengan demikian beberapa tema pokok dalam Injil Yohanes terselesaikan dalam bagian
ini. Hubungan Petrus dengan Tuhan Yesus perlu dibereskan, dan kita melihat itu dalam
bagian ini. Hubungan antara Petrus dan Yohanes diuraikan lebih rinci, sehingga kita
dapat mengerti bagaimana mereka saling melengkapi (dan tidak ada persaingan di
antara mereka untuk menjadi pemimpin agama Kristen). Juga identitas murid yang
dikasihi Tuhan Yesus lebih dijelaskan dalam bagian ini.
* Yoh 21:20 21:20 Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus
sedang mengikuti mereka,1495 yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan
bersama bersandar pada pangkuan1496 Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia
yang akan menyerahkan Engkau?"
Pada waktu Petrus berjalan di atas air di Danau Galilea, dia baik dan aman, sampai saat
dia melihat tiupan angin (Matius 14:30). Ada kesamaan dalam peristiwa ini. Dia baik
dan aman selama dia berjalan dengan Tuhan Yesus, tetapi saat dia berpaling dan
melihat Yohanes, dia mulai "tenggelam" dan perlu pertolongan Tuhan Yesus. Dengan
kata lain, ayat ini mengajar kita supaya kita tetap kagum dan heran terhadap Tuhan
Yesus, supaya hati kita penuh dengan Dia, sehingga kita tidak berpaling dan melihat
orang lain.
Walaupun segan, Yohanes harus menceritakan dirinya karena dia terlibat dalam
peristiwa ini, dan juga sebagai persiapan bagi ayat 24, di mana dia mengaku diri sebagai
murid yang dikasihi Yesus. Yohanes memakai peristiwa Perjamuan Kudus, yaitu pasal
13:24-26, mungkin karena pada saat itu dia berada di tempat yang paling disukainya,
yaitu di pangkuan Tuhan Yesus.
*. BAGIAN PENUTUP DARI KITAB (21:1-25)
Beberapa sarjana yang tidak menerima Alkitab sebagai Firman Tuhan berkata bahwa
pasal 21 merupakan suatu tambahan pada Injil ke empat, yang ditulis lama sesudah
pasal 1-20 ditulis. Di antara sarjana itu ada yang berkata bahwa Yohanes sendiri penulis

pasal 21 ketika dia berusia lanjut, tetapi sarjana lain berkata bahwa pasal 21 tidak ditulis
oleh penulis pasal 1-20. Mereka berkata bahwa kosakata pasal 21 berbeda dari kosakata
pasal 1-20, dan bahwa pasal 20:30-31 merupakan puncak dan akhir Injil Yohanes yang
asli.
Dari segi kosakata, memang benar ada 28 kata yang dipakai dalam pasal 21 tetapi tidak
dipakai dalam pasal 1-20. Beberapa kata dari daftar 28 kata itu, misalnya "ikan", "jala",
"tidak berpakaian", "gembalakanlah", dan "mengenakan" terkait erat dengan pokok
yang diceritakan oleh Yohanes, sehingga tidak menjadi bukti yang kuat. Kata-kata itu
dipakai dalam pasal 21 karena perlu dipakai untuk menceritakan kisah yang harus
diceritakan, dan tidak dipakai dalam pasal 1-20 karena tidak diperlukan di situ. Namun
beberapa kata yang muncul dalam pasal 21 tidak biasa dipakai oleh Yohanes (misalnya
kata yang diterjemahkan "bertanya"1443 dalam ayat 12, dan kata benda "anakanak"1444 dalam ayat 5). Sarjana yang mengajukan pendapat itu, bahwa pasal 20
merupakan akhir Injil Yohanes yang asli, juga mengaku bahwa masalah kosakata tidak
merupakan bukti yang cukup kuat. Barangkali setiap pasal dalam Injil Yohanes
mempunyai perbedaan-perbedaan (atau ciri khas) seperti itu.
Selain masalah kosakata, mereka juga meremehkan isi pasal 21, dan berkata bahwa Injil
ini sudah utuh dan tidak perlu dilanjutkan setelah pasal 20:31. Namun kita akan
mengamati bahwa pasal 21 sangat penting dalam susunan Injil Yohanes. Antara lain,
seandainya tidak ada pasal 21, maka tidak ada rekonsiliasi antara Tuhan Yesus dan
Petrus.
Perlu juga dikatakan bahwa antara ribuan naskah Perjanjian Baru yang telah
ditemukan, tidak ada satu pun yang mengandung suatu Injil Yohanes yang berakhir
dengan pasal 20.
* Yoh 21:21 Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah
yang akan terjadi dengan dia ini?"
Beberapa peristiwa dalam Injil Yohanes (dan Injil Sinoptik) telah menyatakan bahwa
Petrus dan Yohanes atau "murid yang dikasihi Yesus" adalah sahabat yang akrab.1497
Oleh karena itu, pertanyaan Petrus lebih mudah dimengerti. Namun pertanyaan itu
berbahaya dan tidak diharapkan. Petrus hendak membandingkan keadaan dirinya
dengan keadaan temannya, suatu kebiasaan yang hanya menghasilkan perasaan iri hati.
* Yoh 21:22 Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup1498
sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.1499 Tetapi engkau: ikutlah Aku."1500
Tanggapan Tuhan Yesus terhadap pertanyaan Petrus merupakan teguran yang keras
dan tegas. Dari satu segi, ada perbandingan yang jelas dengan apa yang dikatakan
mengenai "nasib" Petrus dan keadaan Yohanes, tetapi dari segi yang lain, baik Petrus

maupun Yohanes di bawah keadaan yang sama: keduanya harus ikut Tuhan Yesus ke
mana saja Dia perintahkan mereka.
Sebaiknya kita mengerti bahwa ayat ini berlaku bagi kita juga. Kehidupan setiap kita
masing-masing diatur oleh Tuhan, dan kita tidak usah merepotkan diri kita dengan
keadaan teman-teman, yang tampaknya diberi keadaan yang lebih enak, seolah-olah
Tuhan Yesus tidak fair, misalnya kalau satu orang memperoleh pekerjaan yang baik,
tetapi temannya harus "mulai dari bawah". Sambil mengatur kehidupan dan
pengalaman kita, Tuhan Yesus tidak minta izin dari kita, Dia hanya minta hati yang rela
berpartisipasi dalam kehendak-Nya.
Pada saat kita berseru, "Tuhan, mengapakah aku harus menderita kesusahan ini?", Dia
hanya menjawab dengan ayat ini. Apakah kita rela mengikuti Dia, atau tidak? Apakah
kita siap menghadapi kesusahan itu dengan sikap iman, atau sikap meragukan kebaikan
dan hikmat Tuhan Yesus? Apakah kita sedang berbegang pada keyakinan iman kita,
apakah kita sedang percaya dengan iman yang semakin bertumbuh, sehingga kita dapat
mengalami hidup yang berkelimpahan di dalam Dia?
Dalam bagian ini kita mengerti bahwa Tuhan Yesus menyusun suatu rencana khusus
bagi setiap individu yang telah Dia panggil. Dia merencanakan jalan hidup yang dapat
ditempuh oleh setiap kita, sesuai dengan hikmat-Nya dan kreativitas-Nya. Kebenaran
ini dinyatakan dengan dua contoh yang ekstrem: yang satu Dia recanakan supaya mati
syahid, dan yang satu mungkin direncanakan supaya tidak mengalami maut sama
sekali. Demikianlah hak-Nya!
Kita tidak diberitahu bagaimana hal ini akan diwujudkan dalam pengalaman kita
masing-masing. Yang terlihat bagi kita adalah bentuk Tuhan Yesus di depan kita, yang
telah diilhamkan kepada kita melalui Injil Yohanes ini.
* Yoh 21:22 Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup1498
sampai Aku datang, itu bukan urusanmu.1499 Tetapi engkau: ikutlah Aku."1500
Tanggapan Tuhan Yesus terhadap pertanyaan Petrus merupakan teguran yang keras
dan tegas. Dari satu segi, ada perbandingan yang jelas dengan apa yang dikatakan
mengenai "nasib" Petrus dan keadaan Yohanes, tetapi dari segi yang lain, baik Petrus
maupun Yohanes di bawah keadaan yang sama: keduanya harus ikut Tuhan Yesus ke
mana saja Dia perintahkan mereka.
Sebaiknya kita mengerti bahwa ayat ini berlaku bagi kita juga. Kehidupan setiap kita
masing-masing diatur oleh Tuhan, dan kita tidak usah merepotkan diri kita dengan
keadaan teman-teman, yang tampaknya diberi keadaan yang lebih enak, seolah-olah
Tuhan Yesus tidak fair, misalnya kalau satu orang memperoleh pekerjaan yang baik,
tetapi temannya harus "mulai dari bawah". Sambil mengatur kehidupan dan
pengalaman kita, Tuhan Yesus tidak minta izin dari kita, Dia hanya minta hati yang rela
berpartisipasi dalam kehendak-Nya.

Pada saat kita berseru, "Tuhan, mengapakah aku harus menderita kesusahan ini?", Dia
hanya menjawab dengan ayat ini. Apakah kita rela mengikuti Dia, atau tidak? Apakah
kita siap menghadapi kesusahan itu dengan sikap iman, atau sikap meragukan kebaikan
dan hikmat Tuhan Yesus? Apakah kita sedang berbegang pada keyakinan iman kita,
apakah kita sedang percaya dengan iman yang semakin bertumbuh, sehingga kita dapat
mengalami hidup yang berkelimpahan di dalam Dia?
Dalam bagian ini kita mengerti bahwa Tuhan Yesus menyusun suatu rencana khusus
bagi setiap individu yang telah Dia panggil. Dia merencanakan jalan hidup yang dapat
ditempuh oleh setiap kita, sesuai dengan hikmat-Nya dan kreativitas-Nya. Kebenaran
ini dinyatakan dengan dua contoh yang ekstrem: yang satu Dia recanakan supaya mati
syahid, dan yang satu mungkin direncanakan supaya tidak mengalami maut sama
sekali. Demikianlah hak-Nya!
Kita tidak diberitahu bagaimana hal ini akan diwujudkan dalam pengalaman kita
masing-masing. Yang terlihat bagi kita adalah bentuk Tuhan Yesus di depan kita, yang
telah diilhamkan kepada kita melalui Injil Yohanes ini.
* Yoh 21:23 Maka tersebarlah kabar1501 di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu
tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak
akan mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku
datang, itu bukan urusanmu."
Pada waktu Yohanes menulis Injil ini, dia sudah lanjut usia. Menurut sumber-sumber
sejarah, sesudah rasul-rasul yang lain telah mati syahid, Rasul Yohanes masih hidup.
Tampaknya perkataan Tuhan Yesus diubahkan menjadi nubuatan bahwa Yohanes tidak
akan mati. Maka pentinglah supaya kabar angin itu diperbaiki, supaya nanti pada waktu
Yohanes meninggal, tidak ada orang yang berpikir bahwa nubuatan Tuhan Jesus gagal.
* Yoh 21:23 Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu
tidak akan mati. Tetapi Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak
akan mati, melainkan: "Jikalau Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku
datang, itu bukan urusanmu."
Pada waktu Yohanes menulis Injil ini, dia sudah lanjut usia. Menurut sumber-sumber
sejarah, sesudah rasul-rasul yang lain telah mati syahid, Rasul Yohanes masih hidup.
Tampaknya perkataan Tuhan Yesus diubahkan menjadi nubuatan bahwa Yohanes tidak
akan mati. Maka pentinglah supaya kabar angin itu diperbaiki, supaya nanti pada waktu
Yohanes meninggal, tidak ada orang yang berpikir bahwa nubuatan Tuhan Jesus gagal.
* Sumber SGDK:
MINGGU II SESUDAH PASKAH

RABU,.15 APRIL 201 5


MENGIKUT YESUS
Yohanes 21:20-23
LATAR BELAKANG NAS
Nampaknya kitab-kitab Injil seringkali menampilkan Simon Petrus, Yohanes dan
Yakobus sebagai murid-murid yang mendapat perhatian lebih dari Yesus ketimbang
murid-murid yang lain. Contohnya ketika Yesus dimuliakan di atas bukit di mana hanya
ketiga murid ini yang diajak serta oleh-Nya. Demikian juga yang teriihat di pasal
terakhir injil Yohanes ini. Setelah sarapan pagi dan perbincangan khusus antara Tuhan
Yesus dengan Simon Petrus, tampak jeias bagi Simon Petrus bahwa Tuhan Yesus tidak
sekadar menampakkan diri kepada mereka karena la sudah bangkit dari kematian,
melainkan juga memberi tugas kepada mereka, khususnya kepada Simon Petrus untuk
menggembalakan orang~orang percaya. (ay. 15 - 17).
PENJELASAN NAS
Ayat 20 - 21. Simon Petrus yang telah mengerti makna kebangkitan Yesus, kini bertanya
kepada Tuhan Yesus tentang makna penting keberadaan dan peranan murid yang
dikasihi (maksudnya Yohanes) di dalam persekutuan murid-murid Yesus (ay.21). Simon
Petrus yang bertanya ini seolah-olah memperlihatkan Simon ia peduii kepada Yohanes.
Murid yang dikasihi Yesus adalah dia yang kepadanya Yesus mencurahkan kasih-Nya.
Keintiman Yohanes dengan Yesus dan peranannya di dalam persekutuan para murid
diperlihatkan ketika ia menjadi perantara untuk mengetahui siapakah yang akan
menjadi pengkhianat di antara mereka (Yoh. 13 : 21 - 26). Di sini Petrus diperlihatkan
sebagai jurubicara para murid, namun ia membutuhkan perantara yang Iebih dekat
dengan Yesus, dan perantara itu adalah Yohanes. Kemudian pada saat Yesus masih
hidup dan berada di atas kayu salib hanya ada Yohanes yang dekat salib, sehingga Yesus
menyerahkan pemeliharaan ibunya kepada Yohanes, bahkan tidak kepada saudarasaudara-Nya sendiri (Yoh. 19 : 25 - 27). Pada saat Maria Magdalena memberitahu
bahwa kubur Yesus telah kosong, Petrus dan
Yohanes beriari menuju kubur, tetapi Yohanes berlari lebih duiu. Hal ini menunjukkan
bahwa Petrus mengikuti Yohanes dan ketika sampai di kubur Petrus melihat kubur
kosong dengan mata jasmani, sementara Yohanes melihat kubur kosong dengan mata
rohani, sehingga ia percaya bahwa Yesus sudah bangkit walau belum bertemu (Yoh.
20:1-10).
Di pantai Tiberias, Yohanes memberitahukan kepada Petrus bahwa yang berdiri di
pantai itu adalah Tuhan (Yesus) sebab Petrus tidak mengenali-Nya. Dari sini dicatat
pula bahwa Yohanes adalah murid yang lebih dulu tahu dan mengimani bahwa Yesus
telah bangkit lalu memberi informasi itu kepada Petrus. Ayat 22.Jawaban Yesus

terhadap pertanyaan Petrus dalam ayat 22 terbagi dalam 2 bagian. Jawaban pertama,
yaitu "apakah urusanmu tentang itu" adalah jawaban mengenai hal lain (pertama
keberadaan Yohanes dan kedua, rahasia Allah tentang Yohanes). Jawaban kedua, yaitu
"ikutlahAku" adalah jawaban yang ditujukan untuk Simon Petrus sendiri.
Jawaban Yesus terhadap pertanyaan Petrus dalam bagian pertama, yaitu "apakah
urusanmu tentang itu" seolah-olah begitu ketus, tetapi di sini Yesus sesungguhnya
sedang memberitahukan kepada Petrus bahwa masalah kehidupan dan masa depan
seseorang adalah rahasia Allah, yang penting bagi Petrus
adalah bagaimana la fokus dalam melaksanakan tugas dan tanggung-jawab yang telah
diberikan oleh Yesus untuk menggembalakan kawanan domba Allah. Sedangkan isi
jawaban Yesus yang kedua, yang ditujukan kepada diri Simon Petrus sendiri yakni
"ikutlah Aku". Kali ini, kehendak, perintah dan ajakan Yesus "ikutlah Aku" terasa begitu
berbeda sekali bagi Simon Petrus yang telah menolak dan menyangkal-Nya di masa lalu.
Ayat 23. Rupanya telah terjadi kesalah-pahaman dalam mengartikan jawaban Yesus
bahwa Yohanes tidak akan mati sebelum Yesus datang kembali. Karena itu, Yohanes
memberikan penjelasan mengenai arti perkataan Yesus tersebut.
RELEVANSI NAS
1. Kuasa kebangkitan (baca: kuasa Allah) mengarahkan kehadiran Tuhan yang bangkit
untuk dikenal sebagai Tuhan atas kehidupan. Percakapan-Nya dengan Simon Petrus
dimaksudkan agar Simon Petrus (baca: pendengar rman) mendengarkan dengan
seksama dan melaksanakan apa yang didengar itu dengan baik.
2. Sebagai satu persekutuan, para murid Yesus tentunya sudah saling mengenalsatu
dengan yang lain. Karena itu, adalah sebuah kebiabaan yang manusiawi jika Simon
Petrus berkeinginan untuk mengetahui peranan dan masa depan murid lainnya, dalam
hal ini Yohanes, sebab Petrus sendiri sudah mengetahui tentang masa depannya sendiri
seperti yang dikatakan oleh Tuhan Yesus (ay. 15 - 19). Namun, bukan hal ini yang
menjadi perhatian dan sesuatu yang penting bagi Yesus untuk Simon Petrus. Tuhan
Yesus menghendaki agar Simon Petrus memberi perhatian khusus dan berkonsentrasi
(fokus) pada tugas
dan tanggung-jawab yang sudah diberikan kepadanya, yakni menggembalakan kawanan
domba Allah. Sementara "nasib" murid yang dikasihi itu adalah rahasia dan tanggungjawab Allah.
Memberi perhatian khusus dan fokus untuk melaksanakan tugas dan tanggung-jawab
dengan sebaik-baiknya adalah sesuatu yang begitu penting dimiliki orang percaya dan
sebuah lembaga Kristiani. Karena itu, adalah baik dan bijak jika pelayan rman dapat
mengarahkan pemberitaan rmannya pada pengertian ajakan Tuhan Yesus kepada
Petrus "ikutlah Aku".

Mengikuti Yesus dalam konteks bacaan ini adalah meniru perbuatan Yesus. Perbuatan
Yesus dalam hal melaksanakan tugas dan tanggung-jawab yang Allah berikan kepadaNya. Pengutusan Bapa terhadap Yesus telah dilaksanakan dengan begitu balk oleh
Yesus, penuh ketaatan dan kesetiaan. Yesus bisa menjadi utusan Allah yang sempurna
karena la memberi kepatuhan dan kesetiaan penuh kepada Allah. lni berarti gereja juga
harus menjadi utusan yang patuh dan setia meniru Tuhan Yesus (Filipi 2 : 8).
ARAHAN UNTUK DISKUSI
Setiap orang diberi tugas dan tanggung-jawab dalam kehidupannya. Apakah yang sering
membuat kita tidak dapat melaksanakan tugas dan tanggung-jawab dengan balk'?
Kecenderungan negatif yang ada sekarang dalam gereja-gereja adalah dalam
melaksanakan tugas dan tanggung-jawab pelayanan gerejawi. Orang sering
melaksanakannya dengan sekehendak hatinya, bahkan kalau ada dana dari gereja baru
bersedia melaksanakan tugas. Mengapa hal seperti ini begitu tampak?
Meniru Tuhan Yesus dalam tugas dan tanggung-jawab dengan baik, sudah menjadi
keharusan bagi orang percaya. Bagaimanakah kita memotivasi diri agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung-jawab kita dengan semaksimal dan seoptimal
mungkin?

Yohanes 21:20-23
Itu Bukan Urusan Kamu!
Yohanes 21:20-23

Wow .. tema kita minggu ini hebat juga yah: "Itu Bukan Urusan Kamu!"
Saya agak kaget sih dengan tema kita hari ini, karena biasanya kalau kita ngomong "itu bukan
urusan kamu!" kesan yang kita dapat itu, biasanya gak enak.
Akan tetapi hari ini kita mau melihat bahwa ternyata ada sisi Alkitabiahnya perkataan "Itu bukan
urusan kamu!"
Ada satu cerita ...
Ada seorang bapak yang sudah bertahun-tahun nabung untuk bisa bertemu dengan Paus di Italia.
Sebelum berangkat ke Italia, bapak ini mampir dulu ke tukang cukur mau potong rambut biar
keliatan lebih rapi ... Dan terciptalah obrolan antara tukang cukur dan pelanggan barunya itu ...
"Oh .. jadi bapak mau ke Italia yah ... ngomong-ngomong, mau naik pesawat apa ni pak ke
Italianya??" Tanya si tukang cukur.
"Saya naik Italian Airlines." Jawab si bapak.
"Jangan! Jangan naik Italian Airlines ... pelayanan mereka buruk terhadap penumpang pak!
Anda pasti gak akan suka naik pesawat itu." Komentar si tukang cukur.
"Lalu ... mau ngapain nih bapak ke Italia??" Lanjutnya bertanya.
"Saya mau ketemu sama Paus." Jawab bapak itu singkat.
"Hah .... mau ketemu sama Paus?? Mang bapak ini siapa? Bapak kan bukan orang penting!" si
tukang cukur kembali berkomentar.

Tiga bulan kemudian ...


Bapak ini pulang dari perjalanannya di Italia dan ia mampir lagi ke tempat tukang cukur yang
kemarin mencukur rambutnya itu.
"Halo pak .. apa kabar??? Gmana Italianya??" Tanya si tukang cukur yang mengenali
pelanggannya itu.
"Saya terbang ke Italia naik Italian Airlines dan pelayanan mereka ternyata sangat memuaskan.
Lalu saya juga ketemu dengan Paus, bahkan sempat berjabat tangan pula dengan Paus dan
kami ngobrol sebentar ..." Jawab si bapak.
"Wowww ... bapak sempat ngobrol sama Paus?? Hebat bener pak! Terus, apa kata Paus ke
bapak???" tanya si tukang cukur bersemangat.
"Oh .. Paus waktu itu ngeliatin saya dan ngomong ke saya gini: Potongan rambut kamu jelek
sekali, mangnya kamu potong rambut di mana??"
Tukang cukur: "$%$*^*&%&$^%$$#%^$%##"
Kalau dikaitkan dengan tema kita hari ini, maka apa yang mau bapak itu katakan tadi sebenarnya
adalah: "Urusin dulu nih potongan rambut saya yang kamu cukur, malah komentar macemmacem yang enggak-enggak - Itu Bukan Urusan Kamu!"
Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, perkataan "Itu bukan urusan kamu" diucapkan oleh Yesus
kepada Petrus ... Pertanyaan pentingnya adalah apa yang sebetulnya terjadi sehingga Yesus
berkata kepada Petrus: "Itu bukan urusanmu!"

Ayat 19
Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan
Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."
Tuhan memberitahukan kepada Petrus tentang jalan hidupnya yang akan digunakan untuk
kemuliaan nama Tuhan! Bahkan kematian Petrus pun digunakan oleh Tuhan sebagai alat bagi
kemuliaan nama Tuhan!!
Yang menjadi persoalan adalah ketika Petrus dalam ayat 21 bertanya:
Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: "Tuhan, apakah yang akan terjadi
dengan dia ini?"
"Oke Tuhan, tadi itu jalan hidup saya .. Lalu bagaimana dengan dia ini???"
Nah, dalam kerangka Petrus ngorek-ngorek datanya Tuhan itulah Yesus pun kemudian
menjawab: "Itu bukan urusanmu!" ayat 22.
Jawab Yesus: "Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan
urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku."
Apakah mungkin saat ini Tuhan juga berkata kepada kita: "Itu bukan urusan kamu!" ?? Sangat
mungkin!
Contoh kecil:
Nge-gosip! - Ngomongin orang lain - komentarin jalan hidup orang lain. Padahal belum tentu
kita tahu persoalan yang sebenarnya!
Lihat ayat 23:
Maka tersebarlah kabar di antara saudara-saudara itu, bahwa murid itu tidak akan mati. Tetapi
Yesus tidak mengatakan kepada Petrus, bahwa murid itu tidak akan mati, melainkan: "Jikalau
Aku menghendaki supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu."
Sudah tersebar, tapi salah info, gak tahu yang sebenarnya kata-kata Yesus tuh apa.
Syukur kalau beritanya baik, lah kalau beritanya itu sudah ngehakimin jelek dan ternyata salah,
gmana???
Itu yang pertama ...
Yang terakhir.
Setiap kita pasti diberikan kepercayaan sama Tuhan untuk berkarya bagi Dia ditempat di mana
Tuhan menaruh kita saat ini. Satu kepercayaan yang sangat khusus untuk kita kerjakan dan urus.
Dan kalau kita melalaikan panggilan khusus dari Tuhan itu, maka bisa jadi gak akan ada orang
lain yang bisa menggantikan diri kita dalam melaksanakan tugas panggilan pelayanan seperti
yang Tuhan nyatakan dalam diri dan kehidupan kita ...
Misalkan ...
Pernahkah kita berpikir bahwa seorang Glenn Fredly adalah bukan seorang penyanyi??
Di dunia ini .. satu-satunya orang, Glenn Fredly, ya cuma dia itu ... di dunia ini satu-satunya
orang .. ibu ... ya ibu cuma satu .. bapak cuma satu ... saya juga cuma satu di dunia ini kan ...

Itu artinya: hanya ibu yang bisa melakukan apa yang Tuhan percayakan kepada ibu untuk
mengurus apa yang menjadi urusan ibu dari Tuhan. Jadi guru: ya hanya ibu yang punya sentuhan
khas ketika mengajar di sekolah .. yang lain punya kekhasannya sendiri juga ... Jadi penyanyi:
banyak penyanyi, tapi yang punya suara Glenn ya cuma Glenn doangan kan.
Merespon pernyataan Yesus: Itu bukan urusanmu! Apakah kita sudah menyadari sepeuhnya apa
yang menjadi urusan kita - tugas kita, tanggung-jawab kita, kepercayaan yang sudah Tuhan
berikan kepada kita di tengah hidup berkeluarga, berkarya dan bekerja, bermasyarakat dan
berjemaat??
Semoga kita gak lalai dalam menjawab kepercayaan yang sudah Tuhan berikan kepada kita.

Alkitab

Bahan

Blog SABDA

Training Intern di SABDA

Galau; I am survived SABDA Training

Berbagi Pengalaman Mengikuti Klub e-Buku SABDA

SABDA dan Generasi Digital di PPA GBIS Samaan

Selamat Tua Ayub!

more

Forum Anak ICN

Alat Peraga

Makna Paskah

Yang Tidak Boleh di Sekolah Minggu

Memuridkan anak dengan firman Tuhan

more

Navigation

Mobile Site

Recent posts

Feed aggregator

YLSA
sabda.org
Blog SABDA
SABDA Katalog
Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs PEPAK

Tanggung Jawab -- Apakah Artinya?


Wed, 10/12/2011 - 11:36 admin

Jenis Bahan PEPAK: Bahan Mengajar


"Saya belajar nilai kerja keras dan keuletan dari keluarga saya." -- Michael Jordan
Ketika saya masih kecil, saya memunyai seekor kucing hitam yang besar, yang kami namakan
Sir Blackie Tomcat. Kebanyakan Anda menganggap, bahwa anjinglah yang bisa diandalkan,
bukan kucing. Tetapi Sir Blackie itu benar-benar dapat diandalkan, seperti anjing yang paling
baik. Setiap hari -- setelah saya pulang sekolah, Sir Blackie selalu menantikan saya dengan sabar
di anak tangga beranda belakang. Setiap pagi dan sore hari, ia muncul pada waktu yang sama
untuk makan. Blackie pasti tahu bahwa saya pun dapat diandalkan. Ia tahu ia bisa mengandalkan
saya untuk memberinya makan pada waktu yang sama setiap harinya.
Suatu hari, ketika kami berdua sedang di beranda, seekor anjing -- besar dan galak, tiba-tiba
masuk ke rumah kami, menggonggong Sir Blackie. Orang bilang bahwa anjing itu memakan
kucing. Saya pun melompat, membentak, dan mengusir anjing tersebut. Sir Blackie tidak
bergerak dari tempatnya. Ia hanya mengeong. Pasti ia tahu bahwa ia lagi-lagi bisa mengandalkan
saya. Dan ia benar. Saya mengusir anjing galak tersebut.
Saya bertanggung jawab terhadap Blackie, dan ia tahu bahwa ia bisa mengandalkan saya untuk
merawat dan menjaganya.

Kamu pun perlu bertanggung jawab. Seseorang yang bertanggung jawab melaksanakan apa yang
dijanjikannya. Dengan demikian, ia dapat dipercaya. Ibumu perlu mengetahui bahwa kalau kamu
mengatakan akan pulang jam berapa, kamu pasti memenuhi janjimu. Kalau kamu menemui
masalah, kamu akan meneleponnya. Kalau orang tahu bahwa kamu bertanggung jawab, mereka
tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kamu. Orang tua biasanya akan memberimu kebebasan
lebih besar, dan para guru biasanya akan memberimu keistimewaan. Tanggung jawab
membantumu belajar menjadi pemimpin -- seseorang yang berinisiatif dan melancarkan
segalanya. Itu juga berarti bertanggung jawab terhadap diri sendiri -- belajar memikirkan pilihanpilihan dan mengambil keputusan-keputusan yang baik, tentang cara-cara bersikap, dan hal-hal
yang harus diperbuat. Bertanggung jawab itu membantu dunia menjadi lebih baik.
Bagaimanakah Caranya agar Kamu Bertanggung Jawab?
Kita masing-masing bertanggung jawab atas perbuatan, perkataan, pemikiran, dan pilihan kita
sendiri. Apakah artinya bagimu?
Perbuatanmu
Kamu bertanggung jawab atas hal-hal baik yang kamu pilih untuk kamu perbuat. Apakah kamu
serahkan PR-mu tepat pada waktunya? Apakah kamu selesaikan tugasmu di rumah pada
waktunya? Apakah kamu menjaga pakaian dan mainanmu sendiri? Apakah kamu menjaga
kesehatanmu dengan makan makanan bergizi? Apakah kamu menjaga dirimu? Apakah kamu
mematuhi aturan di rumah dan di sekolah? Apakah kamu mematuhi hukum di komunitasmu?
Kalau ya, kamu bertanggung jawab.
Kamu juga memilih cara untuk memperlakukan lingkungan di sekelilingmu. Apakah kamu
membuang sampah sembarangan? Apakah kamu mencegah sesamamu membuang sampah
sembarangan? Apakah kamu mendaur ulang kertas, kaleng, atau kaos kaki bekas? Apakah kamu
perlakukan hewan dengan baik? Kalau kamu memunyai hewan peliharaan, apakah kamu
memberinya makan dan merawatnya?
Apakah kamu bertanggung jawab soal harta benda? Apakah kamu bersikap hati-hati, ketika
membersihkan rumah dengan menggunakan mesin penyedot atau sapu, sehingga tidak
menghantam tembok serta perabotan? Apakah kamu menangani piring dengan hati-hati ketika
mencucinya? Apakah kamu menyimpan buku-buku dan kertas-kertasmu, agar dapat
menemukannya lagi dengan mudah?
Perkataanmu
Bertanggung jawab atas perkataanmu, artinya bahwa ketika kamu mengatakan akan melakukan
sesuatu, kamu menindaklanjutinya dan melaksanakannya. Kamu tidak membuat janji-janji yang
tidak bisa kamu penuhi. Itu juga berarti kamu berpikir sebelum berbicara. Kamu kendalikan
perkataan yang keluar dari mulutmu, dan kamu bisa memutuskan untuk mengucapkan sesuatu
atau tutup mulut. Kamu bisa memilih menggunakan kata-kata yang baik atau tidak baik. Kamu
tidak bisa mengendalikan hal-hal yang dikatakan orang kepadamu, tetapi kamu bisa
mengendalikan hal-hal yang kamu ucapkan sebagai balasannya.

Pemikiranmu
Kamu juga bertanggung jawab atas hal-hal yang kamu pikirkan. "Tunggu dulu!" Kamu mungkin
mengatakan, "Ide-ide selalu bermunculan di kepala saya. Terkadang ide-ide yang muncul
memang buruk. Saya tidak mungkin mengendalikannya." Mungkin benar. Tetapi kamu bisa
memutuskan, apakah kamu akan membiarkan ide buruk tersebut menetap di benakmu? Apakah
yang bisa kamu perbuat untuk menyingkirkannya? Cobalah mengabaikannya. Pikirkanlah
sesuatu yang baik sebagai gantinya. Atau gantilah kegiatanmu. Kamu bisa mengganti saluran
televisi atau membaca buku yang baik. Kamu bisa mengobrol dengan teman atau bermain
dengan adik atau kakakmu. Hal-hal yang baik akan menyingkirkan hal-hal yang buruk.
Penting!
Terkadang orang memunyai demikian banyak pemikiran buruk, sehingga mereka tidak tahu apa
yang harus mereka perbuat. Kalau ini terjadi kepadamu, bicaralah kepada orang dewasa yang
kamu percayai. Ceritakanlah pemikiran-pemikiran buruk yang tidak mau hilang. Kalau kamu
tidak sanggup mengubah sesuatu sendiri, sikap bertanggung jawab artinya mencari pertolongan.

Menanamkan Rasa Tanggung Jawab dalam Membantu


Orang Tua
Bagaimana seorang anak Kristen harus bersikap di rumahnya bukan semata-mata tanggung
jawab orang tuanya. Sekolah Minggu juga memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan
bagaimana seorang anak harus berlaku di rumah mereka. Sehubungan dengan edisi minggu ini,
kita akan melihat bagaimana guru Sekolah Minggu dapat menanamkan rasa tanggung jawab
anak untuk membantu orang tua mereka di rumah.
1. Berikan teladan bagi murid-murid Anda.
Jangan pernah memaksa anak untuk bisa membantu orang tua mereka dalam urusan
pekerjaan rumah jika para guru Sekolah Minggu tidak dapat memberikan teladan yang
baik. Teladan yang Anda berikan bisa berupa:
1. Membersihkan ruangan kelas dan menata barang-barang yang tidak ada pada
tempatnya.
2. Dalam pembukaan ibadah, Anda dapat menyisipkan sedikit pesan moral dengan
mengatakan kepada mereka, tentunya harus jujur, hal-hal yang sudah Anda
kerjakan di rumah Anda sendiri sebelum berangkat Sekolah Minggu. Misalnya:
Selamat pagi adik-adik! Wah hari ini cerah ya . Tadi pagi waktu Kakak
membantu Ibu Kakak menyapu halaman, Kakak melihat matahari yang baru saja
terbit. Indah sekali!

2. Menceritakan kisah-kisah dalam Alkitab sehubungan dengan membantu orang tua.


Banyak kisah dalam Alkitab yang dapat Anda gali mengenai anak- anak atau mereka
yang setiap hari bertanggung jawab untuk membantu orang tua mereka. Misalnya:
1. Daud yang membantu orang tuanya menggembalakan domba.
2. Yakub yang membantu orang tuanya memasak.
3. Anak-anak Yakub membantu orang tuanya bertani dan
menggembalakan ternak-ternak mereka.
4. Maryam membantu orang tuanya menjaga adiknya, Musa.
5. Sem, Ham, dan Yafet yang membantu Nuh membuat bahtera.
6. dll..

Jika Anda menceritakan kisah-kisah tersebut semenarik mungkin, bukan tidak mungkin
pula anak-anak yang Anda layani dapat mengerti arti pentingnya membantu orang tua
mereka di rumah.
3. Mengadakan kegiatan-kegiatan khusus.
Untuk memotivasi anak-anak membantu orang tua mereka di rumah, beberapa kegiatan
khusus bisa dilakukan, seperti:
1. Membuat daftar tugas harian berisi pekerjaan-pekerjaan rumah yang mampu
mereka lakukan. Setiap minggu daftar itu harus di bawa ke Sekolah Minggu dan
sudah ditandatangani oleh orang tua mereka, sebagai konfirmasi bahwa mereka
benar-benar melakukan pekerjaan tersebut. Berikan apresiasi berupa pujian yang
tulus akan hasil usaha mereka.
2. Lomba menulis kegiatan anak-anak Sekolah Minggu saat sedang di rumah.
Jangan beritahukan bahwa yang akan diperhatikan oleh tim penilai adalah
kegiatan-kegiatan mereka bekerja di rumah. Jika seluruh proses penilaian selesai,
umumkan tujuan Anda meminta mereka menuliskan kegiatan rumah mereka,
yaitu untuk mengetahui apakah mereka membantu orang tua mereka atau tidak.
Sekalian juga nasehati mereka akan arti pentingnya membantu orang tua mereka.
3. Saat melakukan program kunjungan, guru-guru Sekolah Minggu bisa juga
sekaligus bertanya kepada orang tua mengenai kegiatan anak-anak di rumah. Jika
ada laporan dari orang tua bahwa anak mereka sangat sulit membantu mereka
melakukan pekerjaan ringan sekali pun, kita dapat membantu orang tuanya
dengan melakukan pendekatan khusus kepada anak tersebut.

Petunjuk-pentunjuk di atas tidak akan membawa hasil yang sama bagi setiap anak. Kesabaran,
ketekunan, dan doa dari Anda dalam menanamkan hal-hal positif berdasarkan firman Tuhan
dalam hidup murid-murid Anda. Termasuk seluruh kegiatan mereka di rumah.

Anda mungkin juga menyukai