Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI KHOTBAH MATIUS 5: 1-12

Oleh
Marcho David Pentury

Jemaat yang selalu dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus, sebentar nanti
kita akan ada dalam persidangan jemaat GPM Lohiatla yang ke 28, sebab itu apa
makna teks injil Matius 5 ayat 1-12 bagi momen persidangan kita, dan bagaimana
teks ini membantu kita sebagai umat dalam melangkah untuk mengakhiri bulan ini
dan memasuki bulan yang baru.
Menariknya di dalam khotbah di bukit, latar bukit selalu memainkan peranan
yang penting, saya mencatat beberapa peristiwa penting yang terjadi di bukit
misalnya kisah pencobaan Yesus di dalam injil matius 4, hal itu terjadi di bukit,
perintah pemuridan atau amanat agung, hal demikian juga terjadi di bukit, bahkan
musa yang naik ke gunung sinai dan membawa taurat kepada orang Israel itu juga
terjadi di atas bukit. Bukit bagi tradisi orang Israel adalah tempat perjumpamaan
manusia dengan yang Ilahi. Sama halnya di dalam sejarah peradaban kita sebagai
anak-cucu negeri Lohiatala juga mengalami perjumpaan dengan Tuhan di atas
bukit, yang dikenal dengan kampong lama dan di baptis dengan nama Bethel.
Inilah akar sejarah kita sebagai jemaat negeri lohiatala. Sebagaimana di dalam injil
matius, orang-orang berjumpa dengan Yesus di bukit untuk menerima pengajaran,
sementara kita memaknai pegunungan sebagai tempat kehidupan bermula atau
muncul, dari generasi pendahulu kita yang hidup di gunung barulah memancar ke
luar, ke berbagi tempat. Di gununglah generasi pendahulu kita, atau orang tatua
kita membuat janjian dengan Tuhan barulah memancar ke seluruh Seram.
Berdasarkan latar sejarah itu, apa yang hendak Firman Tuhan mau katakana
kepada kita, yang pertama:
Berbahagialah, berbahagia menurut teks asli, Bahagia itu berarti anugerah
Allah atas keadaan yang kita alami, atau hadapi. Artinya berbahagia adalah kondisi
yang mujur atau beruntung. Tetapi, ketika saya mendalami makna Bahagia di
dalam teks Matius 5 1-12, merubah sudut pandang saya, bahwa bahagia itu bukan
tentang kondisi hidup yang mudah dan serba seanang tetapi Bahagia itu tentang
apa yang diperjuanngkan. Contohnya dulu beta berfikir bahwa bahagia itu bisa
diperoleh dengan cara membahagikan diri sendiri, ternyata beta salah, bahagia itu
ketika kita bisa membahagiakan orang yang kita sayangi, maka di situlah baru kita
merasakan kebahagiaan sejati, seperti bapa-ibu yang membanting tulang, berupaya
menyekolahkan anak-anak, harapanya satu yakni ingin melihat anak-anak berhasil
di bangku Pendidikan, dan ketika anak-anak berhasil, maka mata air
kebahagiaanlah yang bapa -ibu cucurkan.
Jadi yang perlu disadari dalam hidup ini, jika kondisi tubuh bapa-ibu baik,
maka kita menyebutnya sehat, jika kondisi atau lingkungan menyenangkan, kita
menyebutnya kesenangan, jika pikiran kita menyenangkan dan tidak ada beban
pikiran kita menyebutnya kedamaian, jika emosi kita atau perasaan kita
berbunga-bunga kita menyebutnya cinta, tetapi tetapi untuk mau membuat
tubuh, pikiran,emosi dan auara kita menyenangkan itu adalah tugas kita, jadi
dalam hidup kita, jika kita tidak dapat melakukan apa yang kita tidak
mampu lakukan, itu tidak masalah, tetapi jika kita tidak dapat melakukan
apa yang mampu kita lakukan itu adalah malapetaka. Artinya ketika kita
bisa membahagikan orang-orang disekitar kita, tetapi kita tidak
melakukannya, maka itu sama saja dengan kita tidak menghargai kehidupan.
Dengan demikian kebahagiaan harus diperjuangklan maka gereja sebagai
suatu komunitas Kristen perlu menghidupi semangat atau sprit bahagia itu sendiri.
Kepada siapakah sprit bahagia itu ditujukan? Menurut Mat 5 ayat 1-12 yaitu
kepada orang yang miskin, teks matius menjelaskan berbahgialah orang miskin
karena merekalah yang mempunyai kerajaan sorga. Mksdnya bukan kita miskin
lalu masuk sorga? karena kalau kita miskin terus berbuat dosa juga yhaa, berarti
tidak masuk sorga, tetapi kalua kita mampu melayani orang miskin dengan murah
hati maka sorga jaminannya. Sebab itu teks berbahagialah orang yang miskin
bermakna panggilan pelayanan terhadap yang miskin untuk mengatasi bencana
kemiskinan atau kelaparan yang disebabkan oleh berbagai hal. Makanya GPM
mencanangkan keluarga menanam sebagai suatu upaya atau strategi untuk
memanfaatkan potensi alam dalam menopang keberlanjtutan kehidupan manusia.
Berikutnya sprit bahagia perlu ditujuakan kepada mereka yang berduka,
Yakni orang-orang yang sementara berkabung, bersedih hati. untuk menghibur
orang-orang yang berkabung, agar bisa mengelola kekhawatiran menjadi harapan.
Posisi kita sebagai umat Tuhan, harus bisa memberikan harapan bagi kebuntuan,
Yang lemah lembut (praeis) Atau lembut hati juga penurut (Ing. meek) yakni
orang-orang yang tidak memiliki sikap arogan, tidak kasar, dan tidak menindas
atau opresif menggemakan Mazmur 37:11, dimana orang-orang yang rendah hati
akan mewarisi bumi. Sikap lemah lembut sendiri juga merupakan sikap dari Tuhan
Yesus (Mat. 11:29)., maupun juga kepada orang yang hatinya suci, kepada mereka
yang membawa damai, kita bisa belajar dari orang-orang yang hatinya tulus, penuh
damai untuk merasakan bahagia itu sendiri.
Bahkan di kondisi ketika kita dicela atau kita sebagai orang yang haus akan
kebenaran, ditindas, difitnah bahkan banyak yang menghujat kita, Tuhan ingatkan
agar kita terus melakukan pekerjaan Tuhan dengan suakcita, karena orang yang
jujur, orang yang hatinya bersih, dan tidak berkompromi dengan dosa atau
kejahatan, kehadirannya pasti dianggap ancaman, tetapi ia mendapat tempat di hati
masyarakat dan di hati Tuhan sendiri. Selamat bersidang kiranya sprit atau ajakan
berbahagia bisa menguatkan kita sebagai peserta persidngan agar program-
program kerja pelayanan yang nantinya dihasilkan dan ditetapkan bisa menjawab
persoalan umat. Tuhan memberkati Kita semua, Aminn.

Anda mungkin juga menyukai