Penulisan ini lebih merujuk pada aspek Trinitas yang bisa dipakai sebagai model
persekutuan antar sesama yang di dalamnya mencakup perbedan agama. Dibilang model karena
dalam teologi Kristen untuk saat ini, bukan sama dengan kekristenan pada zaman pra modern
yang modelnya hanya tunggal. Dimaksudkan tunggal bahwa apa yang ada di dalam teks kitab
suci itulah yang harus diwarisi dan dilakukan secara harafiah tanpa melihat aspek sosio-historis
dalam hal ini aspek, sosial, budaya, dan juga konteks, padahal dilain sisi semua aspek tersebut
turut mempengaruhi sampai munculnya rumusan-rumusan teks kitab suci. Dengan demikian
Tritunggal, dengan tujuan untuk mendapatkan teropong baru dalam melihat makna dari
Tritunggal yang menjangkau orang yang diluar dari keyaknian orang Kristen, sehingga dalam
wacana-wacana lintas iman, konsep mengenai Tritunggal tidak hanya bersifat kaku tetapi bisa
dipakai juga sebagai benang merah dalam merajut kepalbagaian sosial dalam konteks yang
majemuk.
Secara etimologi kata Trinitas berasal dari bahasa latin yakni dari kata sifat Trinus
yang berarti rangkap tiga, atau menyatakan bahwa Allah adalah tiga pribadi atau hipostasis
yang sehakikat (konsubstansial : Bapa, Putra dan Roh Kudus).1 Di sebut kata sifat karena Allah
adalah unsur yang transenden, yang abstrak, yang penuh dengan segala misteri, dan kadang
1
See discuccion in Herbermann, Charles, Ed. (1913). “Person Catholic Encyclopedia.
New York : Robert Appleton Company.
akal manusia tidak mampu mendefenisikannya. Dengan demikian karena Allah itu abstrak dan
misteri maka Allah itu bisa muncul dalam segala rupa dan bentuk apapun.
Ada analisis menarik dari Choan Seng Song untuk melihat bagaimana konsep
Allah dalam bentuk konteks Asia. Choan Seng Song memberikan analitis menarik terkait
dengan menemukan wajah Allah dalam konteks Asia. Istilah yang Choan Seng Song gunakan
disini yakni Transposisi. Transposisi adalah suatu perpindahan atau suatu komunikasi yang
berada pada pusat kegiatan manusia yang berusaha menyampaikan ide, keyakinan, dan makna
dalam cara-cara yang komunikatif. Perhatiannya tertuju di konteks India yakni orang
menggelengkan kepala berarti ‘’tidak’’ atau menolak. Inilah salah satu fakta dasar yang harus
dipelajari bila kebetulan berada di India, maka harus menyadari bahwa sudah ditransposisikan
ke sebuah kebudayaan di mana ya dan tidak, diungkapkan dalam cara yang berbeda.
Maksud dari Choan Seng Song menaruh perhatian pada trasposisi untuk melihat
apakah Allah itu hanya statis dan tidak berubah ? Padahal Alkitab membantu saya untuk
melihat bagaiamna Allah bertransposisi baik dari Perjanjian lama bahkan juga sampai
perjanjian baru, wujud Allah bukan hanya dominan satu tetapi bisa dari Roh ke daging dan
sebaliknya (Kebhinekaan Allah). Contoh konkrit sebagaimana Allah itu ada dalam kesaksian
injil, pertanyaan paling sederhana apakah injil tidak mengalami perubahan ataukah injil hanya
dalam bentuk aslinya ? Jika injil hanya dipertahankan dalam bentuk asli maka injil hanya cocok
dengan satu situasi, contoh jika injil itu berbentuk segi empat maka ia tidak bisa ditempatkan
dalam bentuk lingkaran, atau mungkin jika ia berwajah putih ia tidak bisa jadi wajah hitam atau
coklat.2
2
Choan Seng Song, Allah yang Turut Menderita, Usaha Berteologi Transpossional, terj. Stephen Soleeman
( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1995), 11.
Maksud dari penulis memaparkan pemikiran Chon Seng Song untuk
memperlihatkan bahwa Injil itu dapat muncul dalam bentuk, warna dan bahasa apapun. Lebih
lanjut dalam teologi Kristen jangan mengurung Allah hanya di dalam Alkitab dan melihat di
luar dari Alkitab tidak ada Allah, tetapi sebaliknya melihat Intisari dari injil itu ialah Allah yang
bertransposisi menjadi daging dalam diri manusia kemudian menjadi Roh Kudus, dengan
demikian jika Allah bisa bertransposisi ke dalam wujud daging maka Allah juga bisa muncul
dalam suatu konteks yang di dalamnya ada berbagai macam corak kegamamaan. Oleh sebab itu
konsep Trinitas harus dipahami sebagai konsep pengahayatan akan karya Allah yang
melampaui batas-batas iman, batas-batas keagamaan yang bermuara pada nilai-nilai untuk
memanusiakan manusia lain dan hal tersebut harus dihidupkan dan dirayakan dalam bentuk