Anda di halaman 1dari 8

Pandangan Tentang Allah Tritunggal

Nama : Daniel Marasoki


NPM : 200120815
Prodi : Teknik Elektro

Diagram "Perisai Trinitas" atau Scutum Fidei mengenai simbolisme Kristen Barat abad pertengahan menurut
tradisi

I. Definisi
Misteri Tritunggal memang telah membingungkan banyak orang sepanjang
berabad-abad lamanya. Tetapi Alkitab mencatat banyak bukti mengenai Allah
Tritunggal meskipun kata itu tidak muncul di dalam Alkitab. Karena itu saat
mempelajari Tritunggal ini kita perlu memperhatikan hal-hal berikut : (1) Ajaran
tentang Tritunggal sebagaimana beberapa ajaran dasar lainnya (misalnya, seperti
ajaran tentang pemilihan) mengandung misteri. (2) Ajaran Tritunggal ini
bagaimana pun rumitnya adalah ajaran Alkitab. Ajaran ini mungkin sulit dipahami
namun tidak membuatnya menjadi tidak benar. Kesulitan dipahami tidak sama
dengan ketidakbenaran. (3) Karena Allah tidak terbatas dan kita terbatas, tentu saja
kita tidak akan dapat sepenuhnya memahami Allah Tritunggal. Tetapi keterbatasan
pengertian kita tidak berarti ajaran Tritunggal itu tidak benar. (4) Perlu ditegaskan
bahwa Alkitab tidak mencoba untuk menjelaskan sepenuhnya ajaran Tritunggal
ini, tetapi mengajarkannya. Dan karena Alkitab mengajarkannya maka kita
menerimannya

Istilah “tritunggal” merupakan padanan untuk kata Inggris “trinity”. Kata “trinity”
sendiri merupakan singkatan dari kata “triunity”, yaitu gabungan dari kata “tree”
yang berarti “tiga” dan “unity” yang berarti “kesatuan”. Pemunculan pertama kali
dari kata ini harus ditelusuri sampai pada zaman Theophilus dari Antiokhia1 atau
Tertulianus. Keduanya hidup pada waktu yang hampir bersamaan (Theophilus mati
sekitar tahun 181-188 M, sedangkan Tertulianus pada tahun 220 M). Jadi kata ini
digunakan untuk menekankan kesatuan di antara pribadi dalam Trinitas tetapi juga
menekankan keterpisahan dan kesetaraan dari tiga pribadi dalam Tritunggal. Kata
“trinity” sendiri berasal dari bahasa Latin “trinite” yang berarti “keadaan menjadi
tiga”. Sebuah denisi yang baik tentang Trintas menyatakan “Ada satu Allah yang
benar dan satu-satunya, tetapi di dalam keesaan dari Keallahan ini ada tiga Pribadi
yang sama kekal dan setara, sama di dalam hakekat tetapi beda di dalam Pribadi”

II. Ajaran Allah Tritunggal

Pentingnya ajaran tentang Allah Tritunggal terlihat dari pernyataanpernyataan


para ahli Alkitab dan teologi berikut ini. Teolog Pentakostal William W. Menzies
dan Stanley M. Horton menyebutkan bahwa doktrin Tritunggal adalah doktrin
yang vital dan mendesak. Mereka menuliskan, “Kita menghadapi suatu misteri
besar karena hanya ada satu Allah, hanya ada satu Tritunggal, kita tidak
mempunyai analogi yang memadai, atau perbandingan, untuk membantu kita
memahami Tritunggal Keallahan. (Pribadi ilahi yang ada dalam kesatuan yang
terdiri atas Pribadi yang berbeda . Walaupun sulit memahami kebenaran ini doktrin
tersebut fatal dan mendesak . Sejarah gereja mengandung kisah – kisah tragis dari
kelompok – kelompok yang gagal menunjukkan penghargaan yang layak terhadap
konsep Tritunggal”. Teolog Kharismatik J. Rodman William mengatakan bahwa
“Ketika kesaksian dalam Alkitab semakin terbuka, jelaslah bahwa Allah
dinyatakan ada dalam tiga pribadi — yaitu, Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Calvin
berbicara tentang ini sebagai ‘pengetahuan yang lebih intim tentang sifat Allah’,
sebab ‘sementara Dia menyatakan kesatuanNya, Dia juga dengan jelas menyatakan
kepada kita bahwa Dia ada dalam tiga Pribadi’. Pemahaman kita yang penuh
tentang Allah sangat diperkaya dengan memahami realitas tiga PribadiNya.”

Michael Horton, seorang teolog Calvinis mengatakan, “Dalam doktrin


Tritunggal, tulis Herman Bavink, berdetak jantung seluruh pewahyuan Allah tentag
penebusan manusia. Sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus, Allah ada di atas kita, di
depan kita, dan di dalam kita. Doktrin Tritunggal, Allah sebagai satu hakikat dan
tiga pribadi, membentuk dan membangun seluruh iman dan tindakan orang
Kristen”. Paul Enns, seorang teolog Injili Dispensasional menjelaskan bahwa
ajaran Allah Tritunggal penting karena ajaran ini merupakan sebuah doktrin yang
fundamental bagi iman Kristen. Kepercayan atau ketidakpercayaan pada
Tritunggal menandai Ortodoksi atau bukan Ortodoksi.

III. Ajaran yang benar tentang Allah Tritunggal

1. Allah Adalah Satu Dalam Esensi.

Esensial kesatuan dari Allah didasarkan pada Ulangan 6:4, “dengarlah, hai
orang Isreal: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!” kata esa berasal dari kata
ibrani “ ekhad” yang berarti “gabungan kesatuan ;satu kesatuan”

( Yakobus 2 :19)

2. Allah Adalah Tiga Dalam Pribadi.


Walau istilah “Pribadi” cenderung menimbulkan pemahaman keliru tentang
kesatuan dalam Tritunggal, tetapi kata ini terus dipertahankan karena tidak ada
kata lain yang lebih mendekati kebenaran yang disingkapkan Alkitab tentang Allah
Tritunggal ini. Istilah “Pribadi” banyak menolong dalam menjelaskan Tritunggal,
karena kata itu menekankan bukan hanya suatu manifestasi tetapi juga pribadi
sebagai persona (individu). Dengan menyatakan bahwa Allah adalah tiga dalam
kaitan dengan pribadi hal ini menekankan bahwa (1) adanya distingsi persona
dalam Keallahan; (2) setiap Pribadi memiliki esensi yang sama dengan Allah; dan
(3) setiap Pribadi memiliki kepenuhan Allah. Jadi, dalam Allah tidak ada tiga
pribadi bersama dan terpisah satu sama lain, tetapi hanya perbedaan pribadi
diantara esensi Ilahi. Pernyataan tersebut merupakan suatu perbedaan yang penting
dari Modalisme atau Sabellianisme, yang mengajarkan bahwa satu Allah hanya
memanifestasikan diriNya dalam tiga cara yang berbeda.

3. Setiap Pribadi Memiliki Relasi Yang Berbeda.

Diantara Tritunggal ada suatu relasi yang diekspresikan dalam arti


subsistensi. Bapa tidak dilahirkan dan tidak berasal dari Pribadi manapun; Anak
secara kekal berasal dari Bapa (Yohanes 1:18; 3:16,18; 1 Yohanes 4:9). Istilah-
istilah yang digunakan untuk menjelaskan relasi diantara Trinitas adalah
“generatio” dan “prosesi”. Istilah “generation” digunakan untuk menjelaskan
bahwa dalam relasi Tritunggal Anak secara kekal lahir dari Bapa, Roh Kudus
secara kekal berasal dari Bapa dan Anak (Yohanes 14:26; 16:7)

4. Ketiga Pribadi Setara Dalam Kekekalan Dan Otoritas.

Meskipun istilah “generatio” dan “prosesi” dapat digunakan dalam


hubungan dengan fungsi di antara Tritunggal, adalah penting untuk menyadari
bahwa ketiga Pribadi adalah setara dalam kekekalan dan otoritas. Bapa diakui
sebagai kekal dan berotoritas paling tinggi (1 Korintus 8:6); Anak juga diakui
setara dengan Bapa dalam segala hal (Yohanes 5:21-23); Demikian juga Roh
Kudus diakui setara dengan Bapa dan Anak (Matius 12:31).

5. Opera Ad Intra dan Opera Ad Extra

Istilah “Pribadi” dalam Tritunggal tidak dipakai untuk menunjukkan bahwa


ada tiga Allah yang berbeda. Karena hanya ada satu Allah. Allah adalah satu
keberadaan, adalah satu kesatuan, kesatuan dalam kejamakan. Esensi Ilahi tidak
terbagi-bagi diantara ketiga Pribadi Ilahi tetapi secara penuh dengan segala
kesempurnaan atribut Allah berada dalam setiap Pribadi. Kesatuan Tritunggal di
Alkitab selalu dibicarakan dalam hal esensiNya seperti, misalnya :
ketidakterbatasan, kemahatahuan, kemahakuasaan, kemahahadiran, kekekalan dan
atribut-tribut lainnya. Bukan hanya itu, kesatuan dalam Keallahan juga termasuk
kesatuan pikiran dan kehendak Ilahi. Karena Keallahan memiliki satu pikiran dan
satu kehendak maka dengan demikian Keallahan hanya memiliki satu roh. [23]
Menurut John Calvin Roh adalah hakikat dari seluruh esensi.[24] Itu sebabnya
Westmister Shorter Cathechisme (Pertanyaan 4) mendeskrispsikan Allah sebagai
berikut, “Allah adalah Roh, tidak terbatas, kekal, dan tidak berubah, dalam
keberadaan, hikmatNya, KuasaNya, KekudusanNya, keadilanNya, kebaikanNya
dan kebenaranNya.”[25] Dan sekali lagi, harus dimengerti bahwa kesatuan
(keesaan) Allah selalu berada dalam area esensiNya.

IV. Ajaran yang salah tentang Allah Tritunggal

1. Triteisme.

Pandangan ini menolak keesaan Allah dan percaya pada tiga Allah. Dalam
sejarah gereja mula-mula, John Ascunages dan John Philoponus mengajarkan
bahwa ada tiga Allah dan ketiganya berhubungan dalam asosiasi yang bebas.
Ajaran ini serupa dengan hinduisme yang memiliki dewa tiga serangkai yaitu
Brahma, Wisnu dan Syiwa, tetapi pandangan ini sama sekali berbeda dari
pandangan Kristen Alkitabiah tentang Tritunggal. Tritunggal Kristen bukan bahwa
Allah itu tiga dalam pengertian yang sama dengan pengertian keesaanNya. Allah
bukanlah tiga pribadi dan pada pengertian yang sama adalah satu pribadi; juga
Allah bukanlah tiga Allah dan satu Allah pada pengertian yang sama. Ajaran
Tritunggal Kristen mengajarkan bahwa hanya ada satu Allah yang berdistingsi
dalam tiga pribadi; Ia adalah tiga pribadi dalam satu Allah.

2. Monarkianisme.

Monarkianisme adalah pendahulu dari Sabellianisme. Monarkianisme


mengajarkan bahwa Allah Anak hanya merupakan mode lain dari pernyataan Allah
Bapa. Ada dua bentuk dari Monarkianisme, yaitu Adopsionisme dan Modalisme.
Dalam bentuk adopsianistiknya, Monarkianisme yang diajarkan oleh Theodotos
dari Byzantium (210 AD) memandang Yesus sebagai manusia yang diberikan
kekuatan oleh Roh Kudus pada saat baptisanNya. Dalam bentuk modalistiknya,
Monarkianisme mengajarkan bahwa satu Allah yang secara beragam
memanifestasikan dirinya dalam tiga bentuk atau mode keberadaan (Modalisme).
Di Gereja Barat, Monarkianisme yang modalistik dikenal sebagai Patri-
passianisme. Nuetus dan Praxeas adalah pemimpin-pemimpin dalam gerakan ini
yang mengajarkan Patripassianisme, yaitu Allah Bapa yang berinkarnasi di dalam
Anak juga menderita di dalam Anak, di saat penyaliban. Di Gereja Timur,
Monarkianisme yang modalistik dikenal dengan Sabellianisme.

3. Sabellianisme.

Sabellius dari Ptolemais (200 AD) menyatakan bahwa Bapa, Anak dan Roh
Kudus adalah tiga bentuk eksistensi atau tiga manifestasi dari satu Allah. Menurut
Pandangan ini, Trinitas bukan berkaitan dengan natur Allah, tetapi hanya cara
Allah dalam menyatakan diriNya. Pandangan ini mengajarkan bahwa sebagai
Bapa, Allah adalah Pencipta dan Pemberi Hukum

4. Arianisme.

Arius, seorang Penatua yang anti Trinitarian dari Alexadria mengajarkan


Allah yang kekal yang esa dari Anak yang diperanakkan oleh Bapa, dan karena itu,
Anak memiliki permulaan (diciptakan). Jadi Arius mengsubordinasikan Anak pada
Bapa. Ia juga mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah yang pertama diciptakan oleh
Anak, karena segala sesuatu dijadikan oleh Anak. Arius beranggapan bahwa Allah
Bapa adalah satu-satunya yang sama sekali tidak mempunyai permulaan. Bapa
menciptakan Anak dan Roh Kudus dari ketiadaan sebagai tindakan penciptaan
awal. Anak disebut Allah karena Ia datang langsung dari Allah dan sudah diberi
kuasa untuk menciptakan. Arius dan ajarannya dinyatakan sesat pada konsili Nicea
tahun 325 AD.

5. Socinianisme.

Socinus, pada abad keenam belas mengajarkan pandangan yang mirip


dengan Arianisme. Socinianisme mengajarkan bahwa adalah keliru untuk
mempercayai Pribadi-Pribadi dari Trinitas memiliki satu hakikat yang esa. Paham
ini mengajarkan bahwa hanya ada satu zat ilahi yang terdiri hanya satu Pribadi.
Walau mengikuti Arius, tetapi Socinus melampaui Arianisme dalam
penyangkalannya tentang pra eksistensi Anak dan menganggap Anak hanya
seorang manusia. Socinus mendenisikan Roh Kudus sebagai kebajikan atau tenaga
(energi) yang mengalir (keluar) dari Allah kepada Manusia.

Anda mungkin juga menyukai