Paul Kritter, Teologi bergantung pada biografi (bersifat kontekstual) artinya dulu dan sekarang bisa berbeda
Sebutan terhadap Allah itu bersifat kontekstual tergantung masa dan tempat.
Yang pasti manusia pada dasarnya memiliki/menyadari adanya roh tertinggi (spiritual capital)
Teologi dibangun dengan bahasa. Bahasa itu terbatas, jadi tidak bisa mendeskripsikan Allah secara utuh (membutu
Maka, kita harus berteologi dengan kerendahan hati.
Ketiga gagasan disatukan dalam agama Kristen, menjadi: Bapa, Yesus, dan Roh Kudus.
Bahkan menjadi Imanen yang lebih dari kebatinan, yaitu Allah yang betul-betul hadir dan rasakan secara pribadi.
- Allah hadir dan lebih dari batin, menjadi nyata (imanen-kekristenan)
Asumsi bahwa Allah itu ada, Allah yang hidup, ini disebut dengan iman
2 Kesetiaan (aktif), iman menuntut tindakan dari manusia (diselamatkan oleh iman)
Dalam proses menuju puncak kesucian, manusia dibantu oleh Roh Kudus.
Meskipun secara posisi kita sudah disucikan/dibenarkan, namun dalam pengalaman kita belum bebas dari dosa.
Kita punya kehendak bebas untuk jatuh dalam dosa/tidak.
Dalam proses inilah kita dituntut kesetiaan.
sa berbeda
ah manusia
mbangun relasi dalam kebatinan
Model 1 (Pemilihan) Penyataan Allah sebagai dalil-dalil (dalam bentuk aturan-aturan, hukum, perintah, dan petunjuk-pe
Doktrin yang di-dektekan kepada manusia.
diberikan langsung kepada Musa dan para nabi yang dituliskan dalam Alkitab.
Alkitab itu tanpa salah, karena di-dekte
(meskipun ada juga pandangan bahwa tidak di-dekte melainkan di-ilhamkan)
Model di-dekte menjadikan alkitab sebagai acuan utama tanpa pandang bulu (superior)
Menurut Eben, Allah menjumpai manusia. Alkitab tulisan dibuat manusia yang mengalam
Model 2 (Penciptaan) Penyataan Allah sebagi pengalaman (Allah memperkenalkan diri melalui pengalaman individual)
Model ini menempatkan semua agama di posisi yang sama, karena semua orang mengalami penga
Model 4 Allah menyatakan diri tidak hanya dalam Yesus, tapi juga seperti Musa
Artinya Allah menjumpai manusia secara personal.
Allah membangun hubungan aku-engkau
dalam Alkitab.
di-ilhamkan)
ulu (superior)
manusia yang mengalami penjumpaan dengan Allah.
engalaman individual)
orang mengalami pengalaman tersebut (penjumpaan dengan Allah)
Bagaimana Teologi memandang Alkitab
Ada 2 cara membaca Alkitab, yaitu
1 Pra-Kritis, mengarah pada kitab yang pragmatis
bersifat satu arah, tanpa mempertimbangkan konteks masa kini
apapun ajaran alkitab diterima begitu saja
hasil dari pandangan teologi ini yaitu kitab suci yang di-dekte Allah
alkitab tanpa salah. (biasanya diterapkan aliran karismatik / evangelikeel)
Dampaknya:
1 Kitab suci maknanya hanya kita terima saja (tidak membuat makna baru dalam konteks kita)
2 Allah telah berhenti berfirman
2 Kritis, alkitab teks suci, namun ditulis pada konteks jaman tertentu, bukan untuk semua tempat dan waktu
teks suci adalah hasil dari pewahyuan bukan di-dekte Allah, bukan teks yang turun dari sorga
teks suci, kesuciannya itu disebabkan karena berisi kesaksian tentang Allah (Firman Allah yang sejati)
Teks suci ini perlu di kontekstualisasi, menarik pola kebenarannya, dengan cara:
Reproduksi Tradisional, membuat makna yang baru dengan cara interpretasi sesuai konteks
Reproduksi Kontekstual, membuat makna yang baru sesuai dengan konteks kekinian kita
Proto-model, kesaksian dari tangan pertama, yang menjadi bagian dari cara kita berteologi.
Firman Allah yang pertama dan utama adalah Yesus (Firman Allah yang sejati)
Artinya segala tindakan dan ucapan Yesus adalah Firman Allah
Alkitab adalah Firman Allah, karena berisikan kesaksian tentang Yesus yang adalah Firman Allah yang sej
alam konteks kita)
dalam kesejahteraan manusia, agama rakyat lebih baik dari agama resmi.
Agama rakyat, dukun/kepala suku/orang yang di tuakan, dipandang sebagai perantara, yang memimpin jalannya rit
Dalam Kristen, Yesus sebagai perantaranya
Ilah tertinggi di agama rakyat, tidak diketahui karena Allah bersifat transenden
ada kepercayaan terhadap roh-roh sebagai perantara
Ilah tertinggi tidak terjangkau, sehingga melalui roh sebagai perantara
Teologi Feminis
Seksualitas, secara biologis (tidak dapat diubah)
Gender, bisa berubah, karena hasil dari konstruksi masyarakat
Sikap Gereja
Kembali ke konstruksi politik dan sosial, kita tidak bisa merasa paling benar
Karena secara saintifik dibuktikan ada pengaruh genetik dan hormon (bukan kehendak mereka untuk memilih)
Teologi Proses
Kemahakuasaan Allah dalam teologi proses, bukan pada pemaksaan kehendak-Nya
melainkan Allah dalam cinta-Nya pada manusia (penderitaan Yesus di kayu salib)
Kesempurnaan menuju model Yesus
Allah tetap maha kuasa namun perlu diingat juga maha cinta
nis (masyarakat dominasi)
Model 1 Negara Theokrasi (Negara dan Agama menjadi satu), Agama negara
Model 2 Negara Sekulerisme (Negara dan Agama terpisah), banyak kekacauan
Model 3 Negara Pancasila (Negara dan Agama berelasi), agama menjadi inspirasi untuk membentuk tatanan yang
Teologi Kemakmuran
Latar Belakang, Amerika menjadi negara makmur (Setelah PD 2)
Teologi Kemakmuran, kekayaan materi merupakan bagian dari iman, karena Allah yang kaya dan penuh berkat ada
konsep iman, untuk mendapatkan apa yang diinginkan
konsep dosa, diabaikan karena membawa penghalang dalam hubungan dengan Allah, dan membawa diri jadi negati
Konsep keselamatan, membawa manusia menjadi positif
konsep doa, mengklaim janji-janji Tuhan dalam alkitab
Dampak
Allah menjadi seperti keinginan manusia
Manusia menjadi terlalu percaya diri bahwa dirinya sudah baik/positif
Pujian dan penyembahan kepada Tuhan dengan motif agar memperoleh kemakmuran
agama borjuis
percayaan)