Anda di halaman 1dari 11

Nama : Putri Sihombing

Dosen : Pdt. Perobahan Nainggolan, M.Th


Mata Kuliah : Agama Non Samawi
Tugas : Laporan Baca Agama Kristen Protestan

Laporan Baca Teologi Sistematika

1. Pendahuluan
Protestanisme adalah sebuah denominasi dalam agama Kristen. Denominasi ini muncul
setelah protes Martin Luther pada tahun 1517 dengan 95 dalilnya. Kata “Protestan”
sendiri diaplikasikan kepada umat Kristen yang menolak ajaran maupun otoritas gereja
Katolik. Kata ini didefinisikan sebagai gerakan agamawi yang berlandaskan iman dan
praktik Kekristenan yang berawal dari dorongan reformasi protestan dalam segi doktrin,
politik, dan eklesiologi. Pada kenyataannya, gerakan reformasi protestan yang dilakukan
oleh Martin Luther bukanlah yang pertama kali terjadi di kalangan gereja Katholik sebab
sebelumnya sudah ada gerakan-gerakan serupa seperti yang terjadi di Prancis yang
dipimpin oleh Peter Waldo pada pertengahan abad ke-12 dan di Bohemia dibawah
pimpinan Jan Hus atau Yohanes Hus (1369-1415).1
2. Isi
A. Judul Buku : Teologi Sistematika
Penulis : Henry C. Theissen
Penerbit : Gandum Mas
Tahun Terbit : 1979
Poin penting
Teisme
 Definisi dan Adanya Allah
Karena Allah tidak terbatas, maka suatu definisi yang luas dan lengkap tentang Allah
merupakan suatu kemustahilan. Sekalipun demikian, kita dapat membuat suatu
definisi sejauh kita mengenal Dia dan tahu tentang Dia. Kita pasti dapat menguraikan
sifat-sifat khas Allah yang telah dinyatakan kepada manusia. Dan selanjutnya, kita
dapat mengatakan bahwa Dia adalah Yang Ada, dan kemudian menunjukkan dalam
hal apa saja Ia berbeda dengan makhluk-makhluk lain yang ada. Telah ditunjukkan
bahwa Allah telah menyatakan diri-Nya dan bahwa manusia mampu memahami
penyataan tersebut. Kenyataan akan adanya Allah itu adalah naluriah. Kepercayaan
akan adanya Tuhan juga diperlukan. Kepercayaan itu perlu karena kita tidak dapat
menyangkal kenyataan bahwa Dia itu ada tanpa merusak hukum-hukum sifat dasar
diri kita sendiri. Bila kita menyangkalnya, maka penyangkalan itu merupakan sesuatu
yang dibuat-buat dan pasti hanya bersifat sementara. Sebagaimana halnya bandulan
sebuah jam dapat didorong sehingga berpindah dari posisi setimbang oleh tenaga di
dalam jam itu sendiri atau tenaga dari luar, demikian pula manusia dapat didorong
sehingga berpindah dari kepercayaan normalnya akan adanya Allah.

1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Protestanisme
 Beberapa Pandangan Dunia Non Kristen
Setiap orang yang mempertimbangkan dengan cermat bukti-bukti adanya Allah yang
telah diajukan akan menganggap bukti-bukti itu sudah amat meyakinkan. Nampaknya
tidak ada jalan lain selain mengakui, "Pastilah Allah itu ada!" Allah sendiri
menganggap bukti-bukti itu sudah meyakinkan. Bila Allah tidak beranggapan
demikian, maka Ia pasti sudah memberikan bukti-bukti yang lebih banyak lagi, namun
jelas sekali bahwa bukti-bukti yang ada itu sudah cukup (Kisah 14:17; 17:23-29;
Roma 1:18-20). Alkitab sendiri menganggap bahwa Allah itu ada. Oleh karena itu,
percaya bahwa Allah ada merupakan hal yang wajar dan normal, sedangkan
agnostisisme dan ateisme merupakan pendapat yang tidak normal dan tidak wajar.
Memang, sebenarnya agnostisisme dan ateisme ini mengatakan bahwa Allah tidak
memberikan bukti yang cukup memadai tentang keberadaan-Nya. Sikap-sikap
semacam itu mencela Allah yang kudus dan murah hati sehingga dapat dikatakan
dosa. Pandangan ateistis sangat tidak memuaskan, tidak tetap, dan angkuh. Pandangan
ini tidak memuaskan karena semua ateis tidak memiliki kepastian bahwa dosa-dosa
mereka sudah diampuni; kehidupan mereka dingin dan hampa; dan mereka tidak tahu
apa-apa tentang damai dan persekutuan dengan Allah. Pandangan ateistis tidak tetap
karena bertolak belakang dengan keyakinan-keyakinan terdalam manusia. Baik
Alkitab maupun sejarah menunjukkan bahwa manusia secara universal perlu
mengakui adanya Tuhan. Seorang ateis mumi sebenarnya mengakui kenyataan ini juga
yaitu dengan menerima gagasan yang abstrak untuk menjelaskan dunia ini dan
kehidupan ini. Pandangan ini dikatakan angkuh karena menganggap dirinya mahatahu.
Pengetahuan yang terbatas dapat menduga adanya Allah, tetapi dengan sombongnya
pandangan ateistis mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap tentang segala
sesuatu, semua pengetahuan, serta segenap kurun waktu diperlukan untuk menyatakan
secara dogmatis bahwa Allah tidak ada. Seorang ateis dogmatis dapat dikatakan tidak
normal. Sebagaimana halnya sebuah bandulan jam kuno dapat dipindahkan dari
pusatnya oleh kekuatan di dalam atau di luar jam tersebut, demikianlah pemikiran
manusia dapat digeserkan dari kedudukannya yang normal oleh sebuah filsafat palsu.
Pada saat kekuatan yang memindahkan tersebut ditiadakan, baik bandulan maupun
pikiran manusia akan kembali kepada kedudukannya yang normal. Kemudian
pandangan agnostis. Pandangan agnostis juga sangat tidak memuaskan dan sangat
tidak tetap, dan sering kali menunjukkan kerendahan hati yang palsu. Pandangan
agnostis tidak memuaskan karena menderita kemiskinan rohani yang sama dengan
pandangan ateistis, dan pandangan ini juga tidak memuaskan dari sudut intelektual.
Agnostisisme menunjukkan kenyataan ini ketika menerima berbagai pandangan yang
bersifat sementara sebagai hipotesis yang memadai. Pandangan agnostis tidak tetap
karena mengakui sendiri tidak pernah mencapai kepastian sepenuhnya.
Bibliologi
 Alkitab: Perwujudan Penyataan Ilahi
Kemungkinan dikerjakannya sebuah teologi bertolak dari kenyataan bahwa Allah telah
menyatakan diri-Nya serta kemampuan alamiah yang dimiliki oleh manusia. Unsur
yang kedua untuk sementara ini telah dibahas secara cukup meluas dan mendalam,
tetapi unsur yang pertama perlu diuraikan dengan lebih lengkap. Pendapat orang
Kristen senantiasa mempertahankan keyakinan bahwa penyataan Allah memiliki
wujud yang tertulis, dan Alkitab merupakan wujud tertulis penyataan Allah tersebut.
Dengan demikian Alkitab merupakan sumber terpenting teologi Kristen. Adapun
bukti-bukti nyata bagi kepercayaan ini yaitu, alasan apriori, alasan berdasarkan
analogi, alasan berdasarkan Alkitab tidak bisa dimusnahkan, alasan berdasarkan sifat
Alkitab, alasan berdasarkan nubuat yang digenapi, dan lain-lain
 Keaslian, Kredibilitas, dan Kanonitas Kitab-Kitab dalam Alkitab
Yang dimaksudkan dengan keaslian dalam hal ini ialah bahwa sebuah kitab memang
ditulis oleh penulis atau para penulis yang namanya dipakai untuk kitab tersebut. Bila
kitab itu sendiri tidak mencantumkan nama penulisnya, ia ditulis oleh orang atau
beberapa orang yang disebutkan dalam tradisi kuno, atau bila tidak demikian maka
yang diutamakan ialah saat penulisan yang disebutkan oleh tradisi. Kitab itu dikatakan
tidak asli lagi kalau tidak ditulis pada waktu yang disebutkan atau oleh penulis yang
diakui oleh buku itu sendiri. Sebuah kitab disebut otentik bila mengisahkan fakta-fakta
sesuai dengan apa yang terjadi. Kitab itu dikatakan tidak otentik lagi bila naskahnya
telah mengalami perubahan dalam cara apa pun juga.
 Pengilhaman Alkitab
Roh Kudus menuntun dan mengawasi para penulis Alkitab sedemikian rupa, sambil
memakai keunikan mereka pribadi lepas pribadi, sehingga mereka itu menulis semua
yang Ia ingin mereka tulis, tanpa tambahan maupun kesalahan. Namun beberapa hal
perlu diperhatikan. (1) Pengilhaman tidak dapat dijelaskan sepenuhnya. Pengilhaman
merupakan karya Roh Kudus, namun kita tidak mengetahui dengan tepat bagaimana
kuasa Roh Kudus bekerja. (2) Pengilhaman, dalam arti yang terbatas ini, terbatas pada
penulispenulis kitab dalam Alkitab saja. Kitab-kitab lainnya tidak diilhamkan dengan
begitu. (3) Pengilhaman pada hakikatnya merupakan tuntunan. Maksudnya, Roh
Kudus mengawasi pemilihan bahan yang dipakai serta kata-kata yang akan digunakan
dalam menulis suatu kitab. (4) Roh Kudus melindungi para penulis dari berbuat
kesalahan serta tidak mencantumkan apa yang harus dicantumkan. (5) Pengilhaman
meliputi juga kata-kata yang dipakai, bukan sekadar pikiran dan konsepnya saja. Oleh
karena itu, kita berbicara mengenai pengilhaman plenary (menyeluruh) dan
pengilhaman verbal (kata demi kata); plenary karena pengilhaman itu meliputi
seluruhnya tanpa batas, maksudnya, meliputi keseluruhan Alkitab (II Timotius 3:16);
verbal karena pengilhaman itu meliputi juga kata-kata yang dipakai (I Korintus 2:13).
Teologi (Ajaran Tentang Tuhan)
 Sifat Dasar Allah: Hakikat dan Sifat
Istilah-istilah "hakikat" dan "zat" praktis sinonim bila dipakai untuk Allah. Keduanya
dapat didefinisikan sebagai yang melandasi semua perwujudan keluar; kenyataan itu
sendiri baik yang bendawi maupun yang tidak bendawi; dasar dari segala sesuatu; di
dalamnya semua sifat berada. Kedua istilah ini menunjuk kepada aspek dasar dari
sifat-dasar Allah; bila tidak ada hakikat dan zat maka tidak mungkin ada sifat-sifat.
Ketika berbicara mengenai Tuhan, berarti kita berbicara tentang suatu hakikat, suatu
zat, dan bukan sekadar suatu gagasan atau personifikasi gagasan tertentu. Karena
terdapat perbedaan antara hakikat dan sifat-sifat Allah, maka kita diperhadapkan
dengan soal bagaimana membedakan keduanya. Sifat-sifat Allah, berbeda dengan zat
atau hakikat Allah, merupakan sifat-sifat yang terdapat di dalam zat dan merupakan
perian yang analitis dan lebih terinci dari zat Allah tersebut. Semua sifat Allah itu
harus dipandang sebagai nyata secara objektif, dan bukan sebagai sekadar hasil
pemikiran subjektif manusia tentang Allah. Sifat-sifat Allah itu juga harus dipandang
sebagai perian berbagai cara khusus dari adanya dan bekerjanya hakikat ilahi, bukan
sebagai penunjuk kepada bagian-bagian yang berbeda dari Allah. Sifat-sifat Allah
telah dibagi menurut berbagai klasifikasi. Salah satu yang paling dikenal ialah
pembagian dalam sifat-sifat alamiah, yaitu sifatsifat Allah yang ada kaitan atau yang
kontras dengan alam, dan sifat-sifat moral, yaitu sifat-sifat Allah sebagai pengawas
kesusilaan. Pembagian yang sangat dikenal lainnya ialah pembagian dalam sifat-sifat
imanen, yaitu sifat-sifat Allah yang ada di dalam diri-Nya sendiri, serta sifat-sifat
transitif, yaitu sifat-sifat Allah yang nampak keluar dari diri-Nya dalam hubungan
dengan ciptaan-Nya.
 Sifat Dasar Allah: Keesaan dan Ketritunggalan
Keesaan Allah berarti bahwa hanya ada satu Allah saja dan bahwa sifat-dasar atau
watak Allah tidak dapat dipisah-pisahkan atau dibagi. Bahwa Allah itu esa adanya
merupakan kebenaran sejati Perjanjian Lama (Ulangan 4:35, 39; I Raja-Raja 8:60;
Yesaya 45:5- 6). Kebenaran yang sama juga sering diajarkan dalam Perjanjian Baru
(Markus 12:29-32; Yohanes 17:3; I Korintus 8:4-6; I Timotius 2:5). Akan tetapi, Allah
itu bukan saja esa, Dia adalah satu-satunya Allah; oleh karena itu Allah unik adanya
(Keluaran 15:11; Zakharia 14:9). Hanya ada satu saja oknum yang tak terbatas dan
sempurna. Memikirkan dua atau lebih oknum yang tidak terbatas tidaklah masuk akal
dan tidak dapat dibayangkan. Ajaran trinitas atau ketritunggalan Allah bukanlah suatu
kebenaran yang diperoleh melalui akal budi atau yang dikenal dengan istilah teologi
natural, tetapi suatu kebenaran yang dapat diketahui melalui penyataan atau wahyu.
Akal manusia mungkin dapat menunjukkan kepada kita keesaan Allah, tetapi ajaran
tentang trinitas langsung berasal dari penyataan yang khusus. Sekalipun istilah
"trinitas" tidak ada dalam Alkitab, tetapi istilah ini dipakai sejak awal di dalam gereja.
Bentuk Yunaninya, trias, nampaknya pertama kali dipakai oleh Teofilus dari
Antiokhia (wafat tahun 181 M), sedangkan bentuk Latinnya, trinitas, pertama kali
dipakai oleh Tertulianus (wafat ~ tahun 220 M). Dalam teologi Kristen, istilah
"trinitas" atau tritunggal berarti bahwa ada tiga oknum kekal dalam hakikat ilahi yang
satu itu, yang masing-masing dikenal sebagai Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh
Kudus. Tiga oknum ini dapat dikatakan sebagai tiga kepribadian Allah. Kita
menyembah Allah tritunggal. Syahadat Athanasius mengungkapkan keyakinan akan
tritunggal ini sebagai berikut, "Kita menyembah satu Allah dalam keTritunggalan, dan
ke-Tritunggalan dalam keesaan; kita membedakan antara tiga pribadi, tetapi kita tidak
memisahkan hakikatnya." Syahadat ini selanjutnya mengatakan, "Ketiga pribadi ilahi
ini sama kekal dan sama kedudukan satu dengan yang lain, sehingga ... kita memuja
keesaan utuh dalam Trinitas dan Trinitas dalam keesaan."
Soteriologi
 Tujuan, Rencana, dan Cara yang Dipakai Allah
Dengan kemampuan-Nya untuk mengetahui lebih dahulu hal-hal yang akan terjadi,
maka sebelum Allah menciptakan manusia, Ia menyadari sepenuhnya bahwa manusia
akan jatuh ke dalam dosa serta akan hancur samasekali. Sekalipun demikian, Allah
tetap menciptakan manusia untuk kemuliaan dan tujuan-Nya sendiri serta
merencanakan suatu jalan penebusan ketika "di dalam Dia [Kristus] Allah telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-
Nya" (Efesus 1:4). Tujuan tersebut dinyatakan dalam sifat manusia dan dalam Alkitab.
 Pribadi Kristus: Dua Sifat dan Watak Kristus
Kemanusiaan Kristus jarang dipersoalkan. Memang ada ajaranajaran sesat, misalnya,
Gnostisisme yang menyangkal realitas tubuh Kristus, dan ajaran Eutikhes yang
menjadikan tubuh Kristus itu tubuh yang ilahi. Akan tetapi, bagian terbesar dari gereja
mula-mula menerima ajaran bahwa Kristus adalah manusia dan Allah. Penyimpangan
dari doktrin Alkitab lebih banyak terjadi karena menolak sifat ilahi Kristus dan bukan
menolak sifat manusia-Nya. Karena Kristus harus menjadi manusia sesungguhnya jika
Ia hendak menebus manusia dari dosa, maka soal kemanusiaan Kristus bukan hanya
merupakan soal yang akademis, tetapi soal yang sangat praktis. Bukti bahwa Yesus
adalah manusia sesungguhnya yaitu, Yesus lahir seperti manusia lainnya, Yesus
tumbuh dan berkembang seperti manusia lainnya. Kristus memiliki sifat-sifat khas
Allah; berbagai jabatan dan hak istimewa ilahi dimiliki-Nya; hal-hal yang dikatakan
dalam Perjanjian Lama tentang Yehova telah dikatakan dalam Perjanjian Baru
mengenai Kristus; nama-nama ilahi diberikan kepada-Nya; Kristus memelihara
hubungan-hubungan tertentu dengan Allah yang membuktikan keilahian-Nya; Ia
disembah sebagai Allah dan Ia tidak menolak pemujaan itu selama Ia hidup di muka
bumi ini; Kristus menyadari bahwa Ia adalah Allah yang telah menjelma.
 Pemilihan dan Panggilan Allah
Pemilihan yang kita sedang bicarakan menyangkut pemilihan menurut aspek
penebusannya. Alkitab berbicara tentang pemilihan suatu bangsa (Roma 9:4; 11:28);
pemilihan yang berkaitan dengan jabatan tertentu (jabatan Musa dan Harun, Mazmur
105:26; Daud, I Samuel 16:12; 20:30; Salomo, I Tawarikh 28:5; para rasul, Lukas
6:13-16, Yohanes 6:70, Kisah 1:2 dan 24, 9:15, 22:14); dan pemilihan yang berkaitan
dengan malaikat-malaikat yang tidak jatuh (I Timotius 5:21). Menurut aspek
penebusan, maka yang dimaksudkan dengan pemilihan ialah tindakan Allah yang
berdaulat yang dengan penuh kemurahan telah memilih di dalam Kristus untuk
menyelamatkan semua orang yang dari semula sudah diketahui oleh-Nya. Allah
memakai berbagai cara untuk memanggil manusia. (1) Ia memanggil orang-orang
melalui Firman Tuhan (Roma 10:16, 17; I Tesalonika 2:13; II Tesalonika 2:14). (2) Ia
juga memanggil orang dengan perantaraan Roh-Nya (Yohanes 16:8; Ibrani 3:7, 8;
band. Kejadian 6:3). Roh Kudus mendorong orang berdosa untuk datang dan
menerima Kristus. (3) Allah memakai para hamba-Nya untuk memanggil orang (II
Tawarikh 36:15; Yeremia 25:4; Matius 22:2-9; Roma 10:14, 15). Yunus merupakan
contoh yang baik tentang bagaimana Allah memakai hamba-Nya untuk membawa
sebuah kota kepada pertobatan. Firman Allah harus diberitakan kepada orang-orang
yang belum diselamatkan oleh mereka yang sudah dilahirkan kembali, yaitu orang-
orang yang dapat bersaksi mengenai kuasa Firman dan Roh dalam kehidupan mereka
pribadi (I Tesalonika 1:5). Dan (4) Allah memanggil dengan tindakan-tindakan
pemeliharaan. Kebaikan-Nya bertujuan untuk membawa orang kepada pertobatan
(Yeremia 31:3; Roma 2:4), tetapi bila cara ini tidak berhasil, maka penghakiman-
Nyalah yang akan melaksanakannya (Mazmur 107:6, 13; Yesaya 26:9).
 Pertobatan
Pentingnya pertobatan tidak selalu diindahkan sebagaimana seharusnya. Ada orang
yang mengajak orang yang belum diselamatkan untuk menerima Kristus dan percaya,
tanpa pernah menunjukkan kepada orang berdosa itu bahwa ia tersesat dan
membutuhkan seorang Juruselamat. Alkitab sangat mementingkan pemberitaan
pertobatan. Pertobatan merupakan pesan yang disampaikan oleh para nabi Perjanjian
Lama (Ulangan 30:10; II Raja-Raja 17:13; Yeremia 8:6; Yehezkiel 14:6; 18:30).
Pertobatan merupakan tema pemberitaan Yohanes Pembaptis (Matius 3:2; Markus
1:15), Kristus (Matius 4:17; Lukas 13:3-5), kedua belas murid (Markus 6:12), dan
secara khusus tema khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kisah 2:38; band. 3:19).
Pertobatan juga menjadi pokok khotbah Paulus (Kisah 20:21; 26:20). Meskipun kita
sekarang hidup dalam zaman anugerah, bukan berarti bahwa pertobatan tidak
diperlukan lagi dewasa ini; pertobatan jelas diperintahkan kepada semua orang (Kisah
17:30). Inilah yang dikatakan Paulus di Atena, daerah yang secara budaya paling jauh
dari pengaruh Yahudi. Pertobatan merupakan tindakan yang sangat menarik perhatian
seisi surga (Lukas 15:7, 10; 24:46, 47). Pertobatan adalah yang paling mendasar dari
segala asas pengajaran (Matius 21:32; Ibrani 6:1), karena pertobatan merupakan syarat
mutlak untuk dapat diselamatkan (Lukas 13:2-5).
Eklesiologi
 Definisi dan Pendirian Gereja
Istilah "gereja" dipakai dengan dua macam arti: arti yang universal dan arti yang lokal.
1. Gereja yang universal. Dalam arti universal gereja terdiri atas semua orang, yang
pada zaman ini, telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah dan oleh Roh yang sama itu
telah dibaptiskan menjadi anggota tubuh Kristus (I Korintus 12:13; I Petrus 1:3, 22-
25). Jelas terlihat bahwa istilah gereja dipakai dalam arti universal ini karena Kristus
berbicara mengenai membangun jemaat (gereja)-Nya dan bukan membangun jemaat-
jemaat atau gereja-gereja (Matius 16:18); 2. Gereja yang lokal. Dalam arti yang lokal
istilah "gereja" dipakai untuk menunjuk kepada sekelompok orang-orang percaya yang
terkumpul di satu tempat. Dengan demikian kita membaca dalam Alkitab tentang
adanya gereja di Yerusalem (Kisah 8:1; 11:22), Efesus (Kisah 20:17), Kengkrea
(Roma 16:1), Korintus (I Korintus 1:2 dan II Korintus 1:1).
 Peraturan-Peraturan Gereja
Ada dua upacara gereja: baptisan dan Perjamuan Kudus. Kedua upacara ini dikenal
dengan nama sakramen. Di samping kedua sakramen ini yang diterima oleh gereja-
gereja Protestan, Gereja Katolik Roma mempunyai lima sakramen lagi: yaitu
pentahbisan, peneguhan, perkawinan, penebusan dosa, dan perminyakan suci yang
diberikan kepada orang Katolik pada saat kematian. Dalam teologi Katolik Roma
"setiap sakramen menganugerahkan atau meningkatkan kasih karunia yang
menguduskan. Kasih karunia yang menguduskan ini dikenal sebagai kasih karunia
sakramental karena berkaitan dengan hak untuk memperoleh pertolongan adikodrati
yang perlu dan berguna untuk mencapai tujuan tiap-tiap sakramen itu." Baptisan atau
Perjamuan Kudus tidak memberikan kasih karunia khusus, meskipun kita memang
bertumbuh dalam kasih karunia Tuhan Yesus ketika kita menaati perintah Kristus dan
mengingat Kristus serta pengorbanan-Nya untuk kepentingan kita.
Eskatologi
 Pentingnya Kedatangan Yesus Kedua Kalinya
Gereja mula-mula sangat tertarik pada doktrin kedatangan kembali Kristus. Para rasul
telah mengemukakan bahwa Kristus mungkin akan kembali pada zaman mereka, dan
generasi-generasi sesudah mereka tetap beranggapan bahwa kedatangan Kristus yang
kedua kalinya merupakan suatu peristiwa yang segera akan terjadi. Baru pada abad
ketiga ada pihak yang tidak menyetujui pandangan ini, dan sejak masa pemerintahan
Konstantinus dan seterusnya, doktrin ini mulai ditolak sampai-sampai nyaris tidak
diperhatikan samasekali. Baru sekitar seratus tahun yang terakhir inilah doktrin ini
dihidupkan kembali dalam gereja. Sekalipun masih ada pihakpihak yang kurang
memperhatikan atau bahkan menentang doktrin ini, perhatian kepada kebenaran
Alkitab ini makin meluas. Sementara orang-orang Kristen yang beriman mengatakan,
"Amin, datanglah, Tuhan Yesus!" (Wahyu 22:20), orang-orang yang tidak percaya dan
para pencemooh tetap mengatakan, "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya itu?
Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula,
pada waktu dunia diciptakan" (II Petrus 3:4). Ketidakpercayaan para pencemooh tidak
mengurangi pentingnya ajaran ini; justru sebaliknya, banyak hal menunjukkan betapa
pentingnya ajaran ini.
 Kebangkitan
Alkitab mengajarkan bahwa ada kehidupan setelah kematian. Perjanjian Lama tidak
jelas mengenai hal ini. Berkumpul dengan kaum leluhur, turun mengapatkan anaknya,
serta ungkapan-ungkapan lain semacam itu, menyiratkan adanya kehidupan yang
sadar, sekalipun hal itu tidak dinyatakan dengan gamblang. Pengkhotbah 9:5, 6, 10
nampaknya menolak bahwa kehidupan setelah kematian merupakan kehidupan secara
sadar, karena ditegaskan di situ bahwa "tak ada pekerjaan, pertimbangan,
pengetahuan, dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi."
Namun, kita harus ingat bahwa kitab ini ditulis dari sudut pandangan pengetahuan di
bawah matahari, maksudnya, dari sudut pandangan manusia duniawi. Hanya
penyataan ilahi yang dapat menerangkan sifat yang sesungguhnya dari kehidupan
setelah kematian. Yesaya 14:9-11, 15-17 dengan jelas sekali mengajarkan bahwa
kehidupan setelah kematian adalah kehidupan yang sadar. Dan apa yang tersirat dalam
Perjanjian Lama diajarkan dengan jelas dalam Perjanjian Baru. Yesus mengajarkan hal
itu dalam Matius 22:31, 32, dan dalam kisah orang kaya dan Lazarus (Lukas 16:19-
31). Orang kaya dan Lazarus dapat berbicara, berpikir, mengingat, merasa, dan
mempedulikan orang lain. Hal yang sama tersirat dalam pernyataan Yesus kepada
penjahat yang bertobat bahwa pada hari itu juga ia berada di Firdaus bersama dengan
Kristus (Lukas 23:43). Secara tidak langsung, Perjanjian Baru nampaknya
mengajarkan adanya dua ruangan di Hades, satu ruangan untuk orang-orang benar dan
satu ruangan untuk orangorang fasik. Ruangan untuk orang-orang benar dinamakan
Firdaus; sedangkan ruangan untuk orang-orang fasik tidak bernama, tetapi
digambarkan sebagai tempat penyiksaan. Jadi, jelaslah bahwa istilah "tidur" kalau
digunakan untuk kematian, hanya merujuk kepada tubuh (Matius 27:52; Yohanes
11:11-13; I Korintus 11:30; 15:20, 51; I Tesalonika 4:14; 5:10).
 Penghakiman
Mengapa perlu bagi Allah untuk melaksanakan penghakiman? Strong mengatakan,
"Tujuan penghakiman akhir bukanlah untuk memastikan, melainkan untuk
menyatakan watak serta penetapan berbagai keadaan lahiriah yang sesuai dengan
watak tersebut." Allah sudah mengetahui keadaan semua makhluk moral, sehingga
akhir zaman hanya akan menyatakan betapa adilnya penghakiman yang dilaksanakan
oleh Allah. Ingatan, hati nurani, dan watak kita merupakan persiapan dan bukti untuk
penyingkapan yang terakhir itu (Lukas 16:25; Roma 2:15, 16; Efesus 4:19; Ibrani 3:8;
10:27). Peristiwa-peristiwa penghakiman ini akan terjadi untuk menunjukkan keadilan
Allah dalam berurusan dengan manusia. Di hadapan pengadilan Allah semua mulut
akan tertutup (band. Roma 3:19). Tidak perlu beranggapan bahwa setiap orang akan
mengakui bahwa ia menerima imbalan yang sesuai dengan perbuatannya, namun
tersirat bahwa tidak ada orang yang akan mempunyai alasan yang tepat untuk
mengeluh, dan karena itu tidak ada yang mengeluh.
 Penghakiman Terakhir
Nampaknya penghakiman ini akan terjadi pada suatu tempat di angkasa, karena kita
diberi tahu bahwa, "lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya"
(Wahyu 20:11). Bahasa yang dipakai membuat kita beranggapan bahwa munculnya
takhta putih dengan Tuhan yang duduk di atasnya, telah menyebabkan lenyapnya
langit dan bumi itu. Nampaknya, penghakiman ini hanya akan dialami oleh orang-
orang yang tidak diselamatkan, sekalipun mungkin orang-orang percaya yang mati
selama masa kerajaan seribu tahun juga dihakimi pada saat itu. Di sini kita melihat
kebangkitan yang kedua, dan itu terjadi setelah seribu tahun. Menarik untuk
mencamkan bahwa laut akan menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya,
sebagaimana juga halnya dengan maut dan Hades atau kerajaan maut. Setelah semua
orang yang namanya tidak tertulis dalam buku kehidupan telah dicampakkan ke dalam
lautan api untuk selama-lamanya, maut dan Hades juga akan dicampakkan ke tempat
hukuman itu. Penghakiman ini harus dibedakan dengan penghakiman bangsa-bangsa
(Matius 25:31-46). Selanjutnya, kematian yang kedua bukanlah pemusnahan,
melainkan hukuman kekal.
B. Judul Buku : Systematic Theology
Penulis : Anthony C. Thiselton
Penerbit : Wm. B. Eerdmans Publishing Co
Tahun Terbit : 2015
Poin Penting
Tuhan: Kepribadian, Tritunggal, Cinta Kudus, dan Anugerah
 Bagi penanya filosofis, “Apakah Tuhan itu pribadi?” mungkin sering menjadi
perhatian akut. Bagi umat Kristiani, Yahudi, Islam, ini tampak seperti pertanyaan yang
konyol sama seperti pandangan Kierkegaard yang dianggap penghinaan yang tidak
tahu malu atas argument yang menanyakan keberadaan Tuhan. Barth menjelaskan,
kita tidak dapat menghindari personifikasi Tuhan ketika kita mengingat bahwa Yesus
Kristus adalah Firman Tuhan. Barth menganggap perkataan Tuhan sebagai tindakan
kasih-Nya: “Firman Tuhan itu sendiri adalah tindakan Tuhan, dan Roh Kudus tidak
dapat dipisahkan dari firman”
 Bagi orang Kristen, sifat Tritunggal adalah perhatian utama. Meskipun ini mungkin
tampak sebagai komplikasi prima facie namun hal ini menegaskan bahwa kepribadian
Tuhan melampaui apa yang kita maksud ketika kita menyebut sebagai manusia. Tuhan
sebagai Tritunggal Mahakudus adalah suprapersonal, bukan tiga pribadi seperti
manusia.
Tuhan dan Dunia
 Beberapa pertanyaan muncul sebagai bagian dari sifat manusia yang mengatakan
“Mengapa ini terjadi pada saya?” ketika penderitaan menghantam kehidupan, tanpa
pernah bertanya “Apa yang telah kulakukan hingga aku pantas menerima ini?”.
Beberapa bersikeras bahwa kejahatan adalah hukuman pribadi dan kebaikan adalah
hadiah pribadi. Tetapi ini akan merusak apa yang telah dicatat mengenai kasih dan
anugerah Tuhan. Materi Alkitabiah memberi beberapa contoh pengalaman mendalam
tentang penderitaan, mulai dari Ayub, Pengkhotbah, dan Mazmur hingga penderitaan
kematian Yesus. Ayub merefleksikan anugerah hidup “bagi yang sengsara sampai
yang pahit jiwanya yang merindukan kematian” (Ayub 3:20-21). Pengkhotbah
mengakui, “Aku benci hidup” (Pengkhotbah 2:17). Pemazmur menyatakan, “Jerat
maut meliputi aku, aku menderita kesusahan dan kesedihan” (Mazmur 116:3). Namun
demikian, para teolog Kristen tidak beranggapan bahwa kebaikan Tuhan atau
kedaulatan dan kemuliaan Tuhan berkurang. Tuhan tetap mengasihi umat-Nya.
Tantangan Ateisme: Pelajaran Bagi Umat Kristen
 Dari zaman dunia kuno hingga pasca reformasi, kepercayaan pada Tuhan atau dewa
dianggap relative normal. Atheisme eksplisit sebagian besar merupakan pengecualian.
Ateis, tidak menganggap adanya Tuhan. Artinya, ateis tidak memiliki kepercayaan. Di
Inggris, ateisme yang diakui atau eksplisit muncul dalam dekade terakhir abad
kedelapan belas. Seperti beberapa ateis Prancis, mereka berpendapat bahwa dunia
tidak membutuhkan Tuhan. Sebagai orang Kristen, harus tetap yakin dengan
kepercayaannya pada Tuhan. Orang Kristen harus meneguhkan imannya agar tidak
mudah dihasut oleh orang lain.
Potensi Manusia dan Citra Tuhan
 Tuhan menciptakan manusia menurut gambar-Nya, baik pria maupun wanita. Agama
rakyat popular menerapkan hal ini pada bayi yang baru lahir, seolah-olah menyandang
citra Tuhan adalah kualitas atau hak alami yang diberikan Tuhan. Menurut catatan
Alkitabiah, hanya Yesus Kristus lah gambaran Allah yang sempurna. Tetapi jika
Tuhan benar-benar suci, penuh kasih, dan murah hati lalu siapa yang dapat
mengatakan bahwa bayi yang baru lahir sepenuhnya mencerminkan ini sebagai
gambar Tuhan yang terlihat? Lossky berkata bahwa citra Tuhan harus dicapai oleh
kasih karunia. Dia berpendapat bahwa tanpa citra Tuhan, diri manusia tidak lebih dari
seorang individu. Poin utama tentang Tuhan khususnya cinta yaitu terciptanya
hubungan yang tidak terputus dengan Tuhan. Untuk memulihkan citra Tuhan dalam
diri manusia, maka harus memperbaiki hubungan dengan Tuhan.
Penghakiman Terakhir, Keabadian, dan Pemulihan Segala Sesuatu
 Paulus dan orang-orang Kristen awal berharap bahwa penghakiman terakhir akan
bersifat universal. Banyak orang Kristen ragu untuk percaya bahwa perbuatan baik
mereka bisa benar-benar baik. Oleh sebab itu, banyak orang yang cemas dan gelisah
apabila penghakiman terakhir tiba. Namun tidak ada tempat yang terhindar dari
penghakiman terakhir ini karena hal itu memang akan terjadi. Seorang penulis
menegaskan,”Manusia ditetapkan untuk mati sekali dan setelah itu penghakiman”
Oleh karena itu, setiap orang harus mempersiapkan diri sebelum hari penghakiman itu
datang.
C. Judul Buku : Systematic Theology in One Volume
Penulis : Norman L. Geisler
Penerbit : Bethany House
Tahun Terbit : 2011
Poin Penting
Alkitabiah (Bibliologi)
 Alkitab diklaim sebagai buku dari Tuhan. Memang, para penulis Alkitab mengatakan
bahwa mereka digerakkan oleh Roh Kudus untuk menuliskan firman-Nya yang telah
diilhami oleh Tuhan sendiri. Artinya, nubuat kitab suci bukanlah berasal dari
kehendak manusia tetapi manusia berbicara dengan Tuhan melalui Roh Kudus.
 Asal mula Alkitab adalah ilahi, sehingga dapat dimengerti bahwa ada beberapa
karakteristik ilahi yaitu, adanya kekudusan Tuhan, kekudusan firman Tuhan, dan
otoritas ilahi dari Alkitab.
Sejarah (Historis)
 Sebuah survey tentang sejarah gereja Kristen dari Reformasi hingga akhir-akhir ini
mengungkapkan bahwa ada persetujuan yang hampir bulat bahwa Alkitab adalah
firman Tuhan yang diilhami secara ilahi dan sempurna. Ini mengikuti pandangan dasar
dari gereja mula-mula dan penyimpangan dari pandangan ini sangat jarang terjadi
sebelum akhir abad kesembilan belas ketika liberalism dan neo-ortodoks menantang
posisi lama dari gereja Kristen Katholik dan Protestan.
 Pandangan neo-ortodoks tentang kitab suci muncul dari reaksi terhadap ortodoks mati
serta reaksi terhadap liberalism yang mati. Dalam kasus Kiergaard sendiri diatur
penyangkalannya di kemudian hari dengan menggeser penekanan dari doktrin ke
pengalaman eksistensial. Pandangan neo-ortodoks tentang kitab suci memiliki banyak
pujian, termasuk penolakannya terhadap dikte mekanis, penekanannya pada sentralitas
Kristus, fokusnya pada wahyu sebagai tindakan Tuhan, dan kebutuhan akan
penerangan. Pada pemeriksaan yang cermat, neo-ortodoks tidak berdasar kepada
Alkitabiah, tidak didukung secara historis, tidak konsisten secara filosofis, keliru
secara logis, dan praktis tidak berbuah.
D. Judul Buku : Systematic Theology
Penulis : Wolfhart Pannenberg
Penerbit : T&T Clark International
Tahun Terbit : 2004
Poin Penting
Konsep Tuhan dan Pertanyaan tentang Kebenarannya
 Dalam budaya sekuler modern, kata “Tuhan” semakin kehilangan fungsi di benak
publik. Realitas yang dilambangkan dengan istilah tersebut menjadi tidak pasti. Dalam
pikiran public, pernyataan Tuhan hanyalah pernyataan yang kebenarannya tidak perlu
diuji secara umum bahkan tidak layak didiskusikan secara terbuka. Yang lebih
tajamnya lagi adalah kesadaran publik menjadi acuh tak acuh dengan keberadaan
Tuhan. Hal yang seperti ini sudah tidak lagi benar. Sebagai orang Kristen, seharusnya
mengakui dan percaya kepada Tuhan dan jangan malu untuk mempublikasikannya
kepada umum. Alkitab jelas memberitahu bahwa Yesus adalah Juruslamat manusia
dan sebagai orang percaya kita harus mengikut Dia.
Wahyu Tuhan
 Realitas Tuhan merupakan praduga pemujaan manusia terhadap Tuhan, maka
pengetahuan tentang Tuhan adalah titik awal agama. Tetapi pengetahuan manusia
tentang Tuhan bisa menjadi pengetahuan sejati yang sesuai dengan realitas ilahi.Tuhan
hanya bisa dikenal jika Dia memberikan diri-Nya untuk dikenal. Jika pengetahuan
tentang Tuhan dipahami sedemikian rupa dengan kekuatan sendiri maka itu salah
karena bertentangan dengan konsep Tuhan. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
Tuhan hanya melalui wahyu. Yang dimaksud dengan wahyu adalah Tuhan memberi
pengetahuan atau berbicara dengan seseorang yang sudah Dia pilih.

3. Kesimpulan
Dari berbagai laporan baca tersebut mengenai teologi sistematika sama-sama membahas
tentang Alkitab, sejarah Alkitab, teisme, penghakiman, dan lain-lain. Sebagai orang
Kristen harus mengerti firman Tuhan supaya kita jangan keliru memahaminya. Setelah
mengerti isi firman Tuhan, kita juga harus melaksanakannya di dalam kehidupan sehati-
hari sebagai orang percaya. Orang Kristen harus mengetahui ajaran Kristen. Kristus dan
para rasul-Nya adalah pengkhotbah-pengkhotbah ajaran Kristen (Markus 4:2; Kisah 2:42;
II Timotius 3:10), dan kita juga diamanatkan untuk mengkhotbahkan ajaran Kristen (II
Timotius 4:2; Titus 1:9). Orang percaya yang dengan saksama telah diindoktrinasi dengan
Firman Tuhan akan mampu menjadi pekerja Kristen yang efektif dan pembela iman yang
gigih dan tidak kenal gentar. Hanya bila kita mengetahui apa yang kita percayai maka kita
akan mampu bertahan terhadap serangan-serangan dari si jahat serta melangkah maju
terus menuju kepada kemenangan yang disediakan Kristus bagi kita.

Anda mungkin juga menyukai