Skripsi
Oleh:
Athoillah Tantowi
NIM: 11140321000071
FAKULTAS USHULUDDIN
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
ABSTRAK
Athoillah Tantowi
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Allah SWT, Dialah yang telah melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam dan
nikmat sehat. sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag). Dalam bidang Studi Agama-
bersyukur sekali karena tidak mendapatkan hambatan yang berat atau yang
skripsi ini. Di karnakan sifat keterbukaan para narasumber terhadap penulis. Dan
tentunya, berkat bantuan dari Allah SWT serta dukungan dari keluarga serta
dengan baik.
mendukung baik moril maupun materil dalam penulisan skripsi ini, antara lain:
1. Orang tua penulis, Ayahanda tercinta Udin Rafiuddin dan Ibunda Karneti yang
tidak pernah lelah memberikan doa, semangat, dan nasehatnya untuk penulis.
Wajah mereka yang selalu terbayang ketika penulis mengalami semangat yang
fluktuatif dalam mengerjakan skripsi. Serta kepada kakak dan adik tersayang.
2. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A Selaku Rektor
vi
vii
3. Dr. Hamid Nasuhi, M.Ag selaku dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih
6. Dr. Media Zainul Bahri, MA. Selaku ketua jurusan Studi Agama-Agama UIN
7. Dra. Halimah SM, MA. Selaku seketaris jurusan Studi Agama-Agama UIN
Ushuluddin. Serta dengan Kak Jamil yang membantu dalam informasi tentang
skripsi.
ini.
10. Sahabat-Sahabat: Irfan, Riyan, Swandi, Ibnu, Qoyyum yang selalu ada ketika
penulis merasa lelah di saat penulis menulis skripsi. Untuk Tika makasih atas
hingga terselesaikannnya skripsi ini. Tempat curhat di saat penulis mulai stress
viii
dan tidak tahu harus ke mana lagi untuk bertanya tentang skripsi. kalianlah
ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian semua yang telah tulus
membantu dan selalu memberi warna di kehidupan penulis. Akhir kata semoga
Athoillah Tantowi
DAFTAR ISI
defined.
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ix
x
C. Mendirikan Rumah..................................................................................... 68
A. Kesimpulan ................................................................................................ 75
B. Saran ........................................................................................................... 76
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 80
BAB I
PENDAHULUAN
secara nyata dengan adanya enam agama besar seperti Islam, Hindu, Budha,
Katolik, Protestan, dan Konghucu dan dengan berbagai etnis seperti Jawa,
dikutip oleh Faisal Ismail, Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok etnis,
dari 250 bahasa daerah yang dipakai. Sangat penting diketahui bahwa adanya
bagi Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Hal tersebut juga menunjukkan
arti penting bahwa adat dan ritual dari satu daerah dengan daerah lain sebagai
dunia dan seisinya. Tetapi karena pada prinsipnya manusia waktu itu kurang
1
2
Republik Indonesia menyusun daftar aliran kepercayaan yang ada dan berhasil
mengumpulkan sebanyak 73 aliran. Tahun 1965 jumlah itu naik menjadi 300
aliran. Tahun 1972 di kota-kota besar terdapat 151 aliran, sedangkan menurut
berita ANTARA ada 217 aliran tingkat pusat, dan 427 pada tingkat cabang
2
M. Jandra, Hasil Penelitin Organisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Daerah Istimewa Yogyakarta II (Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990), h.
1.
3
M. Jandra, Hasil Penelitin Organisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Daerah Istimewa Yogyakarta II, h. 2.
3
dalam agama Budha, agama Sunda Wiwitan, agama Samin dan Aliran
yang sangat represif, maka demi menyelamatkan diri mereka dengan sangat
hal-hal yang tadinya tertutup, mulai terbuka. Para penganut kepercayaan yang
atau kepercayaan lokal mereka diakui terpisah dari agama induknya, karena
menurut mereka dari segi ajaran sangat jauh berbeda. Dengan demkian
Keagamaan telah dua tahun berturut-turut pada tahun 2010 dan tahun 2011
mereka.5
Kartawinata lahir pada tanggal 1 Mei 1897 di Kebonjati Bandung. Ada juga
4
Bashori A Hakim, Penyiaran Agama Dalam Mengawal Kerukunan di Indonesia
(Jakarta: Puslibang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
2014), h. 1.
5
Bashori A Hakim, Penyiaran Agama Dalam Mengawal Kerukunan di Indonesia, h. 2.
4
diperoleh dari sekolah rakyat (SR) atau HIS Zendingschool pada zaman
pesantren dan berguru ilmu kebatinan kepada Mochamad Ishak yang dikenal
hakekat dari Al-Quran dan Al-Hadist. Kemungkinan besar ajaran tarekat ini
hari.6
persamaan sikap yaitu mereka menyukai hal-hal yang berkaitan dengan ajaran
6
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” al-Afkar, Vol. 2, No. 1, (Juli 2018): h. 115.
5
sosok Mei Kartawinata yang pada suatu saat dia berada di tepi sungai, lalu
mendengar suara tanpa jasad. Atas dasar peristiwa itu, para pengikutnya
hari Supra atau Jumat Kliwon jam 12.00 tanggal 19 Hasyi (Maulud) tahun
Subang.7
keinginan bapak Mei Kartawinata, melainkan atas wangsit yang ia terima dari
Tuhan Yang Maha Esa. Adapun wangsit yang diterimanya: yaitu, (1)
dirimu tidak lahir dan besar oleh sendirinya,8 (2) Barangsipa yang menghina
dan merendahkan orang lain, sama juga artinya dengan menghina dan
merendahkan diri sendiri. (3) Tidak ada kekuatan dan kekuasaan yang
melebihi Tuhan Yang Maha Belas dan Kasih. Karena hanya tuhanlah yang
memiliki segalanya di dunia ini. (4) Kagumilah dirimu sendiri yang telah
mempertemukan kamu dengan dunia dan isinya. Serta betapa nikmat rasa
yang kamu telah rasakan sebagai hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa. (5)
Kemana kamu pergi dan di mana kamu berada Tuhan Yang Maha Esa selalu
7
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” h. 116.
8
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan (Bandung: T.P, 2005), h. 2.
6
raga dan jiwamu digunakan secara salah untuk memuaskan hawa nafsu, akan
memandang jenis dan rupa, sebab ketika kamu mati, kamu tidak akan
Kodratnya menurut kehendak Tuhan Yang Maha Esa. (9) Jikalau kamu ingin
kayaraya maka bekerjalah dengan sesungguh hati dan kerja keras yang sesuai
belas kasih dari orang lain, akan tetapi adalah hasil kerjamu sendiri. (10)
ajaran-ajaran di antaranya, yakni: (1) Tuhan Yang Maha Esa (2) Rasa Gusti
(3) Badan Jasmani dan Rohani (4) Nafsu-Nafsu (5) Jiwa (6) Cinta Kasih dan
9
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan h. 5.
7
Tentang Alam.
Indonesia, antara manusia dan Tuhan sangat erat sekali hubungannya seperti
yang terlihat dalam ajaran Agama Hindu. Setiap pemeluk agama Hindu
diajarkan lima prinsip kepercayaan yang disebut Panca Sarada yaitu: (1)
Brahman percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa. (2) Aman percaya adanya
roh. (3) Karma Pala percaya kepada segala perbuatan pasti ada hasilnya. (4)
pemeluk Hindu, yaitu ketenangan abadi atau bebas dari ikatan duniawi.
manusia terlihat dari beberapa hal berikut: (1) Kesempurnaan terdiri dari
roh Tuhan itu sendiri. (2) Kesempurnaan itu dapat dicapai degan melakukan
sujud dan mengamalkan wewarah pitu atau tujuh petuah. (3) Buah sujud
yang bersifat alamiah yaitu atom berjiwa. Kekuatan ini dapat dipergunakan
untuk menyembuhkan orang sakit, berhubungan dengan roh yang baik dan
jahat, dan untuk mengalami mati di dalam hidup (mati sajroning urip) dengan
10
Dewa Nyoman Wastika, “Penerapan Konsep Tri Hita Karena Dalam Perencanaan
Perumahan di Bali,” Jurnal Permukiman Nata, Vol. 3, No. 2, (Agustus 2005): h. 75.
8
Kebatinan Perjalanan, adanya bumi dan langit beserta isinya adalah Tuhan
Yang Maha Esa yang menciptakannya, maka bila ingin mencari tuhan carilah
pada diri sendiri, sebab Tuhan Yang Maha Esa ini selalu berada di dalam diri
kita, ketika eling pada diri sendiri maka secara tidak langsung juga eling
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu eling haruslah dipakai untuk
yang benar jangan dipakai untuk melakukan sesuatu yang tidak benar karena
dengan melakukan perbuatan yang baik maka akan mendapatkan hal yang
baik pula.13 Dalam setiap upacara atau ritual terdapat pelaku, kegiatan, benda,
waktu dan tempat tertentu. Tentunya dalam hal ini sebagai pemimpin
pelaksanaan ritual adalah sesepuh, kemudian diikuti oleh para penganut Aliran
Yang Maha Esa yakni dengan melakukan ritual memperingati satu Syuro,
yang dilakukan setiap setahun sekali oleh para panganut Aliran Kebatinan
(rumah ibadah) dan ada juga yang dilakukan di setiap rumah para penganut
11
Harun Hadiwijono, Konsepsi Tentang Manusia Dalam Kebatinan Jawa (Jakarta: Sinar
Harapan, 1983), h. 115.
12
Pak Mait sebagai sesepuh Aliran Kebatinan Perjalanan di Jati Sampurna.
13
Wawancara pribadi dengan bapak Mait, Jati Sampurna. Pada tanggal 29 Oktober 2018.
9
Pisang Raja/emas, kelapa degan, buah buti, kendi isi air, daun anjong, rujak,
B. Rumusan Masalah
Perjalanan?
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
14
Wawancara pribadi dengan bapak Mait, Jati Sampurna. Pada tanggal 29 Oktober 2018.
10
a. Kegunaan Teoritis
b. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi para
dan hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan para peneliti lain dengan
c. Kegunaan Akademis
D. Tinjauan Pustaka
oleh Tim Penulis Dewan Musyawarah Aliran Kebatinan Perjalanan pada tahun
Adapun karya lain yakni sebuah buku dari, Tim Penulis Dewan
Ada pun perbedaan kajian yang akan penulis tulis dengan hasil
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
suatu realitas organisasi tertentu dan fenomena yang terjadi dari perspektif
semua pihak yang terlibat. Penelitian ini mencoba untuk memahami hal
12
tersebut baik “dari dalam keluar” maupun sebaliknya “dari luar kedalam”
penelitian kauntitatif.
2. Pendekatan Penelitian
pendekatan teologis.
15
Jan Joker, Metodelogi Penilitian Panduan Untuk Master dan Ph.D di Bidang
Manajemen (Jakarta: Salemba Empat, 2011), h. 71-72.
16
Lexy J Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdokarya,
1996), h. 27.
17
Boy S. Sarbaguna, Analisis Data pada Penelitian Kualitatif (Jakarta: UI Press, 2008), h.
1.
13
itu muncul sebagai hasil interaksi antara subjek dengan fenomena yang
18
Adeng Muchtar Ghazali, Ilmu Perbandingan Agama Pengenalan Awal Metodelogi
Studi Agama-agama untuk IAIN, STAIN, PTAIS (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 39.
19
O. Hasbiansyah, Fenomenologi, Fenomena, Metode Riset, Vol. 9, No. 1, h. 166.
14
melakukan satu dari dua hal: pertama, studi dalam (insider) yang
dari ancaman atau serangan orang lain. Kedua, eksternal. Dalam hal ini
3. Sumber Penelitian.
Sumber data ini dibagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang dapat
20
Media Zainul Bahri, Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia (1901-
1940) Hingga Masa Reformasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 20.
15
penganutnya sendiri maupun yang ahli dalam bidangnya atau hasil dari
Sumber data sekunder ini digunakan sebagai pelengkap dari sumber data
primer.21
4. Teknik Penulisan
F. Sistematika Penulisan
dan sistematika penulisan. Secara garis besar bagian ini bertujuan sebagai
Bab kedua: Dalam bab ini penulis ingin menjelaskan mengenai sejarah
Bab ketiga: Dalam bab ini penulis ingin menjelaskan ajaran Aliran
Kebatinan Perjalanan.
21
Suharsini Ari Kunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), h.117.
16
kesimpulan yang mencakup semua isi skripsi, saran dan diakhiri dengan kata
penutup.
BAB II
Kartawinata, M. Rasyid, dan Sumitra. Berikut riwayat hidup dari para pendiri
17
18
Pada masa remajanya Mei Kartawinata ikut dan tinggal bersama kakak
Sejati. Aliran ini dikenal sebagai Agama Kuring, atau Ngelmu Garingan,
Islam, seperti shalat yang selalu identik dengan air untuk berwudhu. Dapat
Selain itu Mei Kartawinata juga aktif dalam dunia politik, ia pernah
sumber, sang spiritualis adalah kawan diskusi Bung Karno mengenai berbagai
Indonesia bila merdeka kelak. Selain itu, ia tercatat pernah dipenjara oleh
Belanda di Bandung pada tahun 1937. Menjelang tahun 1955 ia beserta J.B.
22
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” al-Afkar, Vol. 2, No. 1, (Juli 2018): h. 115.
23
Ilim Abdul Halim, Nilai-Nilai Aliran Kebatinan Perjalanan dan Dasar Negara, Jurnal
Agama dan Lintas Budaya, Vol. 1, No. 1, (September 2016): h. 79.
19
sehari-hari orang Sunda, Emang adalah orang yang suka membantu orang lain.
Namun, ketika Mei Kartawinata menyapa orang lain, khususnya warga Aliran
Juragan, dalam bahasa sehari-hari orang Sunda, adalah orang yang menguasai
jiwa dan raga Emang. Mei Kartawinata memang sangat menghormati orang
lain. Dan, ada suatu kelebihan kepribadian Mei Kartawinata, yaitu mampu
mengobati orang yang sakit secara tradisional tanpa memungut bayaran sedikit
pun. Pada tahun 1967, Mei Kartawinata meninggal dunia dalam usia 70 tahun
Ciparay, Bandung.25
persamaan sikap yaitu mereka menyukai hal-hal yang berkaitan dengan ajaran
24
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” h. 116-117.
25
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan (Bandung: Kiblat, 2005), h. 129-130.
26
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” h. 115.
20
bahwa untuk mewujudkan segala cita-cita atau usaha apapun, baik yang
juga karena antara pangkal cita-cita dan keinginan hingga terwujudnya tujuan
akhir terdapat jarak (antara) yang harus ditempuh dan dijalani (dilampahi).
Hal tersebut digambarkan sebagai air yang menetes keluar dari sumber yang
Perjalanan yang harus ditempuh oleh air dari sumber sampai ke samudra
dalam kehidupan masyarakat agar dapat bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain.28
sosok Mei Kartawinata yang pada suatu saat dia berada di tepi sungai, lalu
mendengar suara tanpa jasad. Atas dasar peristiwa tersebut, para pengikutnya
hari Supra atau Jumat Kliwon jam 12.00 tanggal 19 Hasyi (Maulud) tahun
Subang.29
Mei Kartawinata, M. Rasyid, dan Sumitra. Ketiganya ini saling berjanji untuk
hidup rukun, saling cinta-mencintai, serta memiliki tujuan yang sama dalam
hal kebatinan. Akan tetapi meskipun memiliki tujuan yang sama, namun
28
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur (Bandung:
Kementrian Kebudayaan dan Parawista Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung,
2003), h. 7.
29
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” h. 116.
22
kekuatan itu, akhirnya tidak ada lagi yang mampu menandinginya, segala
saling mengganggu maka harus memiliki kekuatan agar tidak dianggap lemah.
menghadapi segala sesuatu hal apa pun itu, baik yang jasmani maupun rohani,
kekuatan dan keadaan menjadi tenang. Bagi Sumitra keadaan semacam ini
mendalami isi dari kitab kuning dengan teologi murjiah yang mendukung
“Iman cukup dengan percaya kepada Allah dan Rasul-Nya”, dari sini dapat
saat itu di cirebon banyak terdapat aliran kebatinan. Oleh karena itu, dapat
30
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 130.
31
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 121.
23
dengan tidak membedakan ras, suku, agama dan lain-lain. Maka dari itu
namun kedekatan dan hidup damai saling pengertian antar sesama. Mei selalu
peduli dengan kepedihan orang lain, kepada orang yang sakit, Mei tidak
lemah. Karena itu, ia ingin membagi ilmunya dengan saudaranya itu, agar Mei
dapat berbuat seperti dirinya. M. Rasyid ingin membagi ilmunya kepada Mei
itu merupakan tanda rasa kasih sayang saudara kepada saudaranya yang
lemah. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mei tidak mau menerima uluran
ketika suatu hari tetangga dekat M. Rasyid bernama Sukarma sakit, kemudian
32
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 131.
24
Sukarma. Hasilnya di luar dugaan, Sukarma ternyata sembuh seketika. Hal ini
Kareumbi.33
jayakawijayan. Karena itu, ia berfikir untuk bunuh diri saja dari pada harus
33
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 131-132.
25
agar perkelahian tidak terjadi, maka Mei bertekad untuk bunuh diri. Tempat
yang dipilih adalah jembatan gantung setinggi kurang lebih sepuluh meter di
datangnya dan siapa orangnya, Mei mendengar suara himbauan yang cukup
jelas. Yakni:
leluhur bangsa.35
Suara yang datang tiba-tiba dan cukup jelas itu menjadikan Mei
menyerahkan segala persoalan yang terjadi pada dirinya kepada Tuhan Yang
Ketika Mei pulang kembali dari rencana bunuh diri, ia bertemu dengan
34
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 133.
35
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan (Bandung: T.P, 2005), h. 2.
26
justru berubah dan berbalik. Namun, atas ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa,
refleks Mei berhasil menangkap kaki Sumitra yang melayang dan mau
Sumitra, dan Sumitra pun terangkat lalu dibanting di atas M. Rasyid yang
Kejadian yang tak di sengaja dan tak diduga itu ternyata menimbulkan
buruk dan rasa permusuhan terhapus. Dalam kondisi inilah datang wangsit
berikut.37
36
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 134.
37
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 134.
27
Ketiga, Tidak ada kekuatan dan kekuasaan yang melebihi Tuhan Yang
Maha Belas dan Kasih. Karna hanya tuhanlah yang memiliki segalanya di
dunia ini.
Setelah datangnya wangsit ketiga ini, ketiga orang itu berikrar kembali
“alangkah besarnya Tuhan Yang Maha Esa. Betapa air yang keluar
setetes demi setetes dari sumber mata air, kini telah tampak bersatu padu
manusia.”
Dalam kondisi seperti itu terdengar oleh ketiganya suara tanpa wujud
mempertemukan kamu dengan dunia dan isinya. Serta betapa nikmat rasa
yang kamu telah rasakan sebagai hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa.
38
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 135.
28
Karena suara itu terdengar dari dalam hutan yang menimbulkan rasa
kaget dan takut di antara ketiganya, dan serentak berlari bersama-sama ke arah
pohon gempol yang letaknya agak jauh. Karena kehabisan nafas, ketiganya
kemudian duduk bersimpuh, tetapi seketika itu juga terdengar wangsit secara
berturut-turut.
Kelima, Kemana kamu pergi dan di mana kamu berada Tuhan Yang
kemerdekaan bangsa.
Dengan badan yang sudah lemah, maka ketiganya tetap berdiam diri
sambil beristirahat, pasrah terhadap apapun yang akan terjadi. Sesudah pulih
dengan pemuasan nafsu tanpa menghiraukan perasaan orang lain. Lalu kerbau,
39
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 3-4.
40
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Ageman
Aliran Kebatinan “Perjalanan” (Bandung: T.P, 2013), h. 4.
29
yang mendalam.
rupa, sebab ketika kamu mati, kamu tidak akan mengubur dirimu dengan
batu besar yang sangat menyolok. Kemudian terdengarlah suara petunjuk lirih,
bahwa batu itu mengandung kekayaan. Serentak dengan tak berfikir panjang,
kekayaan, setelah beberapa waktu giat mencari dan tidak berhasil, ketiganya
yang bernama Sukarlin, ia membawa palu, pahat, dan pikulan menuju batu
30
sesudah penuh lalu dibawa pulang. Dari itu lahirlah wangsit kesembilan.
kebutuhan, kamu bisa menjadi kaya raya karenanya. Dalam hal itu yang
membuat kaya raya bukanlah pemberian batu itu, akan tetapi adalah hasil
kerjamu sendiri.
batu dalam bentuk kubikan. Dan ketika ketiganya bersiap untuk pulang
peringatan dan perintah. Bila ditelaah lebih lanjut, isi dari Dasa Wasita
ini harus bisa berinteraksi dengan sesama manusia. Manusia sebagai individu
41
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Ageman
Aliran Kebatinan “Perjalanan”, h. 4-5.
42
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 5.
31
individualis.43
Oleh karena itu sejak 17 September 1927 itu mereka bertiga secara
baru akan tercapai jika dijalankan secara baik dan benar. Ibarat air sungai yang
mengalir dari hulu menuju hilir (laut), air sungai adalah realitas bersatunya
secara mutlak sekian banyaknya tetesan air, lalu secara bersama tidak dapat
dipisahkan menuju tujuan akhir, yaitu laut. Dalam ajaran Islam, kata
meraih ma`rifat, orangnya disebut salik. Aliran ini berintikan pada tiga hal,
dengan kajian keagamaan, tetapi juga memiliki kaitan dengan aspek politik.
Hal itu dapat dilihat dari tahun didirikannya yaitu tahun 1920 sampai dengan
tahun 1930, saat itu bangsa Indonesia berada dalam masa kebangkitan
seperti PNI lahir 1927, NU lahir 1926, PKI lahir 1924. Pada 1927 itu
43
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” h. 119.
44
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” h. 116.
32
yang dialami Mei Kartawinata menjadi latar belakang lahirnya aliran ini.
ritual dan organisasi keagamaan sampai hari ini. Pada sisi lainnya, situasi
politik pada masa kebangkitan, penindasan dan krisis ekonomi pada tahun
15 orang dan terbatas hanya di Kabupaten Subang. Namun pada tahun 1987,
buku dan dijadikan sebagai pedoman bagi warga Aliran Kebatinan Perjalanan.
Ada dua buku yang menjadi pedoman bagi anggota Aliran Kebatinan
Perjalanan, yaitu:
cm, tebal 23 halaman. Buku ini ditulis oleh Mei Kartawinata, satu dari tiga
Buku ini ditulis pada tahun 1951, di Sukasirna tanggal 1 Mei 1951. Buku
berjudul “Ka Anu Anom” dalam tembang Sinom, yang berisi empat
masing berisi: paragraf pertama tujuh baris, kedua enam baris, ketiga tujuh
baris, keempat berisi lima baris, dan dilanjutkan dengan dialog antara
dan hanya paragraf ketiga berisi delapan baris, dan paragraf keempat berisi
berisi lima paragraf, masing-masing berisi antara empat atau lima baris.
Paragraf satu, dua, dan lima berisi lima baris, sedangkan paragraf ketiga
Perjalanan (DMP AKP). Buku ini ditulis pada tanggal 6 Juli 1987 di
Perjalanan saja, melainkan untuk penganut yang lain pun juga diperbolehkan
keperluan itu, sesuai dengan waktu, tempat dan keadaan. Di antara hari-hari
Saka, karena dianggap sebagai hari yang monumental dalam budaya bangsa
35
Sementara hari-hari lain adalah setiap minggu. Minggu pertama setiap bulan
tertentu yang disebut Pasewakan, untuk tingkat desa; minggu kedua untuk
itu dianggap sebagai hari atau tanggal diilhamkannya cita-cita serta tujuan
kuat atas warganya untuk meletakkan dasar hidup bersama atas dasar
musyawarah. Pada saat itu, digelar suatu acara yang digunakan untuk
meninjau kembali segala usaha yang telah lalu untuk mengambil manfaat
darinya. Pada saat itu pula diadakan musyawarah untuk mufakat dalam
meletakkan pola dasar baru agar upaya yang dilakukan Aliran Kebatinan
Aliran Kebatinan Perjalanan, dengan lahirnya seorang anak dari para penganut
Aliran Kebatinan Perjalanan itu sendiri serta ada dari golongan atau dari
warga sekitar yang tadinya belum masuk dalam organisasi Aliran Kebatinan
Perjalanan. Akan tetapi jika ada dari masyarakat yang bukan penganut Aliran
Kebatinan Perjalanan yang ingin bergabung dalam aliran kebatinan ini, maka
47
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 142-143.
36
tidak sembarang orang yang boleh menganut Aliran Kebatinan Perjalanan ini.
Perjalanan, maka orang-orang yang tidak baik seperti: orang-orang yang suka
mabuk-mabukan, orang yang suka berjudi, orang yang suka berzinah, orang
yang suka melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk maka nantinya itu akan
merusak nama baik Aliran Kebatinan Perjalanan. Bagi setiap orang yang ingin
beberapa tahap seleksi agar badan jasmani dan rohaninya ini terbebas dari sifat
yang buruk. Di antaranya yakni harus menjauhkan tujuh MA. pertama, jangan
manusia saja tetapi juga membunuh usaha orang lain, membunuh pekerjaan
orang dan lain-lain. Jika syarat tersebut sudah bisa dilaksanakan selama 1-2
tahun, maka orang tersebut telah lulus dari seleksi yang ada, maka secara
Kebatinan Perjalanan ini tidak memaksa orang lain bahkan saudara sekandung
dari orang yang menganut Aliran Kebatinan Perjalanan itu untuk menganut
atau masuk ke dalam organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan. Akan tetapi para
37
Pada intinya AKP ini terbuka bagi siapa saja yang ingin menganutnya,
mencoreng nama organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan. Serta tidak ada juga
belum jelas kapan masuknya, karena tidak dibukukan sehingga sulit untuk
mengetahui secara pasti. Menurut cerita dari para nenek moyang, Aliran
Kebatinan Perjalanan ini masuk ke Bekasi pada tahun 1950-an. Pertama kali
data inilah yang dapat dijadikan sebagai acuan asal-usul masuknya Aliran
Di kota Bekasi hingga pada saat ini tercatat bahwa jumlah penganut
suami dan istri saja. Sedangkan untuk anak-anak belum diketahui. Data ini
48
Wawancara Dengan Bapak Mait, Jati Sampurna. Pada tanggal 19 Desember 2018.
49
Wawancara Dengan Bapak Ade Witarsa, Jati Sampurna. Pada tanggal 19 Desember
2018.
BAB III
pencipta alam semesta, namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam
semesta. Menurut panteisme, Tuhan merupakan alam semesta itu sendiri. Para
sifat baik yang sempurna), tak ada yang setara dengan-Nya, serta bersifat
kekal abadi.50
Tuhan segenap umat di dunia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Konsep Tuhan
Yang Maha Esa didalam ajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tuhan Yang Maha Esa itu wujud ada-Nya, namun keadaan-Nya tidak
dapat dipersamakan dengan segala keadaan dunia dan alam semesta serta
50
Diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan pada tanggal 6 februari 2019.
38
39
segala isinya. Keberadaannya juga tidak dapat diraba dan dirasa atau
dilihat dengan cara apa pun, Tuhan Yang Maha Esa itu tidak bersifat
benda ataupun rasa. Tuhan Yang Maha Esa tidak boleh dibandingkan
Maha Esa dengan sesuatu keadaan, baik di bumi atau di manapun, adalah
wujud Tuhan tidak mempunyai rupa dan warna, juga tiada arah dan
gaib. Sebagai contoh, Dia berada pada kayu, batu, semilir angin, riak air,
panas matahari atau api, bahkan dalam hati sanubari setiap umat dan
makhluknya. Kenyataan ini berarti bahwa Tuhan Yang Maha Esa ada di
mana-mana. Dia tidak terbatas oleh ruang dan waktu, bahkan mengatasi
semesta ini. Namun demikian, semua yang disebutkan tadi tidak boleh
dinamakan Tuhan. Misalnya, kayu, batu, riak air, semilir angin, panas
matahari, api, dan hati sanubari disebut Tuhan. Hal itu tidak di
perbolehkan karena Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai rasa, warna,
ataupun bersifat benda. Selain itu, karena Dia tidak boleh dibandingkan
dengan segala sesuatu yang ada di dunia. Perlu lebih dipahami di sini,
51
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur (Bandung:
Kementrian Kebudayaan dan Parawista Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung,
2003), h. 46.
40
membandingkan Tuhan dengan apa pun yang ada di dunia ini sama dengan
memberhalakan-Nya.52
Telah dijelaskan, Tuhan Yang Maha Esa ada di mana saja dan keadaan
di dunia ini. Petunjuk keberadaan Tuhan bukan melalui ucapan yang dapat
secara lahir dan batin melalui kenyataan positif. Wujud kenyataan positif
adanya Tuhan. Oleh karena itu, setiap umat berhadapan dengan benda atau
Wujud Tuhan Yang Maha Esa juga merupakan Zatnya Rasa Gusti.
Dalam ajaran kebatinan Perjalanan, Rasa Gusti adalah asal dari segala asal
rasa dunia. Selama rasa dunia masih belum mempunyai wujud yang nyata,
tetap belum mempunyai nama. Setelah rasa itu mempunyai bentuk atau
b. Tuhan Yang Maha Esa itu terdahulu ada-Nya, karena sudah ada sebelum
c. Tuhan Yang Maha Esa itu kekal dan abadi. Keberadaan-Nya tidak berawal
dan tidak berakhir. Selain itu, Dia juga tidak berubah dan bergeser.
d. Tuhan Yang Maha Esa itu berbeda. Keadaan Tuhan Yang Maha Esa tidak
sama dengan alam semesta beserta isinya, yang memiliki awal dan akan
52
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 47.
53
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 47-48.
41
ada akhirnya. Selain itu, alam semesta beserta isinya juga akan mengalami
e. Tuhan Yang Maha Esa itu mandiri. Dia tidak didirikan dan diadakan oleh
siapa pun.
f. Tuhan Yang Maha Esa itu maha tunggal. Dia adalah Tuhan seluruh umat
dan makhluk, baik yang ada, yang pernah ada, dan yang akan ada
kemudian.54
Tuhan Yang Maha Esa juga memiliki sifat-sifat seperti yang akan
meliputi segala keadaan, kejadian dan peristiwa yang pernah ada, yang ada
dan yang akan ada. Ia tidak terbatas dengan segala situasi, kondisi, tempat,
54
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan (Bandung: T.P, 2005), h. 22.
42
gerakan. Baik dari panca indra, hati maupun i`tikad umat manusia maupun
makhluk-Nya. Oleh sebab itu, segala sesuatu terdeteksi secara jelas tanpa
semua tampak sangat terang dan jelas tidak dapat disembunyikan. Oleh
sebab itu, Tuhan Yang Maha Adil menetapkan hukumnya secara adil atas
segala niat, kehendak, dan perbuatan baik maupun buruk dari semua umat
karena dosa.
demikian, segala sesuatu yang ada di alam semesta dan dunia raya, baik
yang sifatnya wadag (kasar), dapat dilihat atau diraba, maupun yang
sifatnya halus seperti rasa dan segala umat dan makhluk seperti manusia,
43
Sebagai Dzat Yang Maha Esa, Tuhan sering disebut umat-Nya dengan
1. Hyang Maha Agung, diberikan karena Tuhan Yang Maha Esa tidak
2. Hyang Maha Murba, diberikan karena Tuhan Yang Maha Esa di segala
benda, tempat, ruang, dan alam suwung (kosong), bahkan di dalam hati
setiap umat.
3. Hyang Sukma, nama ini diberikan karena Tuhan itu Maha Kuasa, yang
4. Hyang Widi, nama ini diberikan karena Tuhan yang nyata ada-Nya telah
menjadikan pucuk menjadi daun, bunga menjadi buah, telur itik menetas
55
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Ageman
Aliran Kebatinan “Perjalanan” (Bandung: T.P, 2013), h. 24-25.
56
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan (Bandung: Kiblat, 2005), h. 164-165.
44
5. Hyang Manon, diberikan kepada Tuhan karena Hyang Widi tidak pernah
terserah kepada manusia untuk memilih yang baik atau yang buruk untuk
6. Hyang Maha Adil. Nama itu diberikan kepada Tuhan, karena Hyang
bahkan gerak hati manusia pun diketahui-Nya. Tidak ada sesuatu yang
tersembunyi dari-Nya. Yang benar tetap benar dan yang salah tetap
salah.57
7. Hyang Maha Belas Kasih, nama ini diberikan karena Hyang Maha Adil
melindungi semua umat dengan hukum-Nya yang pasti dan kekal, merata
yang memegang air akan basah, garam terasa asin dan sebagainya. Setiap
perbuatan baik atau buruk akan memperoleh balasan, yang menanam pasti
8. Hyang Maha Pemurah, nama ini diberikan kepada Tuhan karena Hyang
dengan sarana lahir dan batin serta dunia dan isinya. Di dalam kehidupan
57
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 166.
45
sifat, adat, dan kodratnya agar dapat berkembang sesuai dengan tuntunan
mempunyai rasa yang beragam. Buah terasa manis, garam asin, cabe pedas,
gula manis, dan lain-lain. Semua itu meupakan manifestasi dari rasa alam.
Rasa alam mengisi segala keadaan dunia dan isinya. Untuk mengatur keadaan
Wujud segala sesuatu pada dasarnya berasal dari Tuhan Yang Maha
manifestasi riil dan empirik yang tunggal (sama). Adapun yang bentuknya
tampak berbeda seperti rasa, keturunan, tanah kelahiran, bangsa, tanah air,
budaya, dan bahasa berbeda. Bahkan ada pemimpin dan rakyat, hahikatnya
Nya mereka menjadi bangsa yang besar, merdeka, berdaulat, adil dan
antara rakyat dan rakyat, antara rakyat dan pemerintah, dan persatuan
58
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 167.
46
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam suasana rukun dan
manunggal(ketunggalan).59
utama dalam kehidupan mereka. Dalam konteks ini, manusia sering disebut
sebagai “orang manusia” terdiri dari sebuah tubuh, pikiran, dan juga sebuah
roh atau jiwa yang kadang memiliki arti lebih dari pada tubuh itu sendiri, dan
bahkan kematian. Seperti juga sering dikatakan bahwa jiwa (bukan otak
ragawi) adalah letak sebenarnya dari kesadaran (meski tak ada perdebatan
sebagian orang dan ditolak oleh yang lainnya. Yang menjadi perdebatan di
manusia, serta ada juga yang percaya akan jiwa kelompok yang diadakan oleh
Manusia itu terdiri atas budi dan daya, budi artinya badan halus dan
daya artinya gerak badan kasar, geraknya badan kasar ini digerakan oleh
59
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 168.
60
Diakses dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/manusia pada tanggal 4 maret 2019.
47
Asal usul manusia tak lepas dari kedua hal tersebut di atas, karena
manusia diciptakan oleh Tuhan melalui sebuah aksioma yang tak dapat
Dimisalkan dalam sebuah analogi, bahwa kita ada sekarang berkat adanya
sebelumnya. Awal kita dikandung oleh ibu hingga waktu sekarang itu
adalah jasa dari ibu dan bapak kita, sebab tidak akan ada makhluk lain
yang lebih mencintai dan menyayangi kita selain kedua orang tua kita
sendiri. Dengan demikian kita wajib mengakui adanya kasih sayang dari
Hubungan ibu dan bapak diawali dengan hal tikah (nikah) yaitu dari
Yang Maha Mulya, contoh: tidak akan Kanjeng Nabi Adam bertemu
dengan Hawa apabila tidak mempunyai lahir dan batin dan dibarengi oleh
Adam dan Hawa, mereka bertemu antara laki-laki dan perempuan, harus
disaksikan oleh kedua orang tuannya, serta harus tau arti cinta, arti kuasa
(kawasa) yang ada dalam dirinnya yang berasal dari Yang Maha Mulya.
Ketika alam dunia sudah penuh dengan manusia, maka ketika orang
61
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 57-58.
48
hingga manusia ini ada di alam dunia atau dunya gede (kabir), yaitu
siapa dirinya. Manusia dibekali dengan akal, dia akan berusaha untuk
mengetahui dan menyaksikan ini adalah diri badan yang komplit serta
sehat seperti: mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, mulut untuk
mengetahui segala hal diatas, maka akan ada peringatan yang harus
tetap yang tidak dapat dirubah kembali dari Yang Maha Suci.63
Sebagai manusia bahwa hidup ke alam dunia ini dari mana asalnya,
apa tugasnya, dan nantinya mau kemana. Bahwa hidup seseorang itu
bukan atas kehendak diri sendiri, bukan juga atas keinginan ibu bapak,
melainkan atas kehendak dari Tuhan Yang Maha Esa. Ibu dan bapak
saripati alam yaitu: pertama, api yang menjadi darah dan daging; kedua,
angin yang menjadi kulit dan bulu; ketiga, air menjadi tulang dan
sumsum; keempat, bumi yang menjadi seisi bandan dan sekujur badan.
62
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 61.
63
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 62.
49
Contohnya sirih ibu sirih bapak sinah disir bumbu menjadi satu (kasih
herang (Satu bulan hidup di dalam kandungan ibu). Dua bulan kita sudah
(ada), empat bulan sudah ngerupa (tampak), lima bulan sudah ngusik
(gerak), enam bulan sudah malik (sang bayi sudah mulai berputar), tujuh
bulan sudah tua. Maka dari itu diadakan selametan tujuh bulan, delapan
dan sembilan bulan sudah lahir ke alam dunia. Maka proses inilah yang
Batin berasal dari rasa gusti yang sejati. Rasa sejati ialah rasa yang
tidak mau di bohongi dan tidak mau di ajak untuk berbohong, karena igin
menjunjung tinggi kebenaran. Batin ini bersifat gaib atau tidak nampak,
memiliki buah yang lebat. Ketika memakan rambutan tersebut maka akan
terasa manis, maka rasa itulah yang disebut batin. Fungsi batin ialah ketika
bergerak, mengalir ke kaki dapat digunakan untuk berjalan. Jika semua ini
dapat dilakukan denga benar maka akan mendapatkan hasil yang benar
atau baik.
64
Wawancara pribadi dengan bapak Ade Witarsa, jati sampurna. Pada tanggal 14 maret
2019.
50
Kuring (aku) disebut indung lanjang bapak bujang kuring sudah ada
(ibu masih perawan bapak masih perjaka aku sudah ada). Kuring sudah
ada, yang menciptakannya ialah Tuhan Yang Maha Esa. Kuring bukanlah
lahir atau batin, akan tetapi kuring harus tau lahir dan batin.65
Apabila dilihat dari segi spiritual, kuring ini bukan sesuata yang dapat
dunia. Manusia dilahirkan dalam wujud lahir dan batin atau badan wadag
dan pancaran Ilahi ini merupakan daya spiritual yang dapat dimanfaatkan
65
Wawancara pribadi dengan bapak mait, jati sampurna. Pada tanggal 19 desember 2018.
66
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 61.
67
Suwarno Imam S. Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 138.
51
manusia ini dibekali dengan akal, sedangkan makhluk yang lainnya tidak
diberi akal, mereka hanya diberi insting. Dengan akal dan budi dayanya,
manusia dituntut untuk menata dunia dan isinya, sehingga hukum saling
kelestariannya.
binatang, karena ia mempunyai hidup, nafsu dan budi pekerti (moral) atau
akal, sehingga ia mengetahui mana yang buruk dan mana yang baik, yang
wajib dan tidak wajib untuk dilakukan. Dengan kata lain bahwa manusia
manusia sudah tidak lagi menjalankan akal budi pekertinya, maka ia akan
68
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 64-65.
52
ditentukan oleh sifat dan sikap hidup. Sikap hidup itu akan tercermin
dalam:
4. Sifat-Sifat Manusia
dan akan merusak hati nurani manusia, sehingga manusia menjadi jahat.
Di sinilah letak pentingnya kita harus selalu dekat dengan Tuhan Yang
Maha Esa, karena Tuhan Yang Maha Esa akan melindungi umat-Nya, dan
seperti buto.
ialah cinta kasih dan ketunggalan. Untuk mencapai kedua hal tersebut,
maka manusia harus berbuat baik terhadap sesama makhluk dengan cara:
c. Silih asih (saling mengasihi), silih asah (saling belajar), silih asuh
69
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 68.
54
dunia disebut “mulih ka jati mulang ka asal” artinya kembali pada asal
rohani akan kembali ke alam, dan jasmani akan kembali ke bumi. Sebagai
masih perjaka, ibu masih perawan Aku ada di mana. Jawaban dari
pertanyaan tersebut adalah Aku ada di alam padang. Jawaban pasti tentang
keberadaan manusia setelah mati ialah “di alam padang poe panjang
yang terus menerus tanpa terputus (tiada siang dan malam), tiada
Namun untuk bisa mulih ka jati pulang ke asal bukanlah soal yang
sederhana, selain Aku, juga jasmani dan rohani harus kembali ke asalnya
Caranya adalah, pertama, badan jasmani yang berasal dari bumi sudah
tentu saling terikat dengan hakikat asalnya akan kembali pulang ke bumi.
Siloka berkata, “kudu bisa mulangken cai susu ibu” artinya, harus bisa
70
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 71.
55
karena ibu yang melahirkannya. Dengan kasih sayang, ibu mau menyusui
dan merawatnya sampai bisa hidup mandiri. Oleh sebab itu, sepatutnya
pangan, dan papan, semua berasl dari bumi, sehingga tanpa bumi manusia
takan mampu bertahan hidup. Oleh sebab itu, manusia harus mencintai
kehidupan jasmani.71
Keberadaan badan jasmani yang terdiri atas empat unsur saripati itu
badan jasmani yang tampak, dapat diraba, dan dirasa. Badan jasmani yang
bersifat wadag, sesuai dengan kondisinya, gigi putih, rambut keriting, dan
sebagainya. Sementara itu, badan rohani yang terbentuk dari rasa alam
yang tiada warna dan rupa, maka badan rohani tidak tampak, tidak dapat
diraba. Karena itu, tidak seorang pun bisa atau mampu menyatakan secara
konkrit bagaimana sifat warna, rupa, manis, asam dan sebagainnya, karena
bersifat halus dan abstrak. Berkenaan dengan itu, badan demikian disebut
raga purusa (batin). Adapun badan jasmani karena sifatnya yang konkrit,
71
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 206-207.
56
maka disebut raga sarira (lahir). Raga purusa menunjang kekuatan raga
sarira.72
sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia akan selalu terikat oleh alam
kuat tidak terpisahkan satu sama lain, meskipun secara riil antara manusia
dan alam sekitarnya tampak seperti terpisah. Ini sesuai dengan siklus
kehidupan.
Ketiga, alam juga segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan
sesuatu yang ada di dunia ini. Kelima, yang bukan buatan manusia. Keenam,
1. Asal-usul Alam
Wujud Tuhan Yang Maha Esa, adalah dzat-Nya rasa gusti, asal dari
segala rasa yang ada di dunia dan alam semesta. Rasa gusti mengadakan:
72
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 169.
73
Diakses dari http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Alam pada tanggal 4 maret 2019.
57
api. Kedua, pada tempat atau bagian tertentu yang tidak terkena panasnya
matahari terjadilah rasa dingin, yang kemudian menjadi air. Ketiga, karena
adannya hawa panas dan dingin terjadilah daya tarik-menarik dengan rasa
adannya matahari dan angin, terjadilah penguapan dan terjadilah rasa tetap
Uap yang ada diudara ditiup angin dan tertahan oleh bagian-bagian
kembali menjadi air dan jatuh kembali ke bumi. Namun dengan adannya
angin, jatuhannya itu tidak seperti aliran air terjun, tapi butiran-butiran
tempat dan tanah menjadi subur. Dengan adannya tingkat kesuburan tanah
serta iklim yang panas, air dan angin yang menunjang, maka timbulah
dalamnya terdapat unsur sari pati: api, air, angin, dan bumi.74
Api, air, angin dan bumi mempunyai sifat wadag (kasar) yang
disebabkan berasal dari sari rasa alam, tentu ruang geraknya berbeda juga.
74
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 7.
58
Ruang gerak badan jasmani ialah dunia wadag, sedangkan ruang gerak
Seperti telah diketahui oleh banyak orang, segala keadaan di bumi itu
lagi menjadi udara yang bersih, menahan angin dan debu bahkan
kesuburan.
sehingga ia tau mana yang baik dan mana yang buruk dan yang wajib
mempunyai daya pikir dan kreasi yang luas, sehingga dapat merubah
diumbarnya.75
besar, indah dan lengkap dengan segala isinya. Dibandingkan dengan batin
manusia yang juga luas, tetapi alam semesta ini penuh dengan misteri yang
belum terungkap. Alam semesta ini bukti keagungan Tuhan Yang Maha
bagi manusia. Karena itu satu sama lain saling ketergantungan, demikian
manusia. Misalnya tanah, ada yang subur dan ada yang gersang. Ini
75
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 39-40.
60
Akan tetapi penggunaan isi alam oleh manusia tidak boleh dilakukan
Hubungan Tuhan dan manusia tidak ada antaranya lagi, karena begitu
(berbalik) tubuh ini ialah Tuhan Yang Maha Esa. Dalam ajaran Aliran
Kebatinan Perjalanan, adanya bumi dan lagit beserta isinya adalah Tuhan
Yang Maha Esa yang menciptakannya, bila ingin mencari Tuhan carilah pada
diri sendiri, sebab Tuhan Yang Maha Esa ini selalu berada di dalam diri kita,
ketika eling pada diri sendiri maka secara tidak langsung juga eling terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu eling harus dipakai untuk yang benar
jangan dipakai untuk melakukan perbuatan yang tidak benar, karena degan
melakukan perbuatan yang baik maka akan mendapatkan hal yang baik pula.77
Wujud segala sesuatu pada dasarnya berasal dari Tuhan Yang Maha
Esa dan Maha Tunggal. Maka segala sesuatu yang nampak beranekaragam
semuanya adalah manifestasi ril dan empirik yang tunggal (sama). Adapaun
yang bentuknya tampak seperti ras keturunan, tanah kelahiran, bangsa, tanah
air, budaya dan bahasa yang berbeda, bahkan ada pemimpin dan rakyat,
adil dan makmur, atas dasar persatuan pikiran, tenaga (gotong royong),
76
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur, h. 80.
77
Wawancara pribadi dengan bapak Mait, Jati Sampurna. Pada tanggal 19 Desember
2018.
61
persatuan antara rakyat dan rakyat, antara rakyat dan pemerintah, dan
persatuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dalam suasana rukun dan
kesadaran Aku sebagai Kawula (kaula) Gusti yang merasa wajib Kumawula
(mengabdi) kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menata kehidupan dan
penghidupan secara sama, sama rasa di antara umat Tuhan tanpa membedakan
satu dengan yang lainnya, baik ras, keturunan, kelamin, strata sosial, agama
atau kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ketunggalan dalam diri
umat dalam bentuk Aku. Aku bukan diri, bukan lahir, bukan jasmani, bukan
batin, bukan rohani, aku bukan pria, aku bukan wanita, bukan anak dan
keturunan. Aku ini wujud yang berasal dari wujud Tuhan Yang Maha Esa.
Aku tidak mempunyai dzat dan sifat. Aku tidak mempunyai warna, rupa,
semilir angin, di riaknya air, di panasnya matahari, di api, bahkan ada di dalam
hati sanubari setiap umat dan makhluk-Nya. Akan tetapi kayu, batu, riak air,
Tuhan, sebab Tuhan Yang Maha Esa tidak mempunyai warna dan rupa, yang
tidak boleh dibandingkan dengan segala sesuatu yang ada di dunia dan alam
semesta.
merasa berhadapan dengan Tuhannya, karena pada setiap keadaan itu ada
yang ada (Tuhan). Pada saat itu yang ada pada keadaan itu menunjukkan
78
Abdul Rozak, Teologi Kebatinan Sunda Kajian Antropologi Agama tentang Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 168.
62
(memberi petunjuk) tidak dengan cara mengucap yang didengar oleh telinga,
akan tetapi dengan kenyataan positif, baik mengenai bentuk, rona/rupa serta
warna dan rasanya (wadag dan halus), yang bisa disaksikan atau dirasakan
oleh diri (lahir dan batin). Maka petunjuk ini adalah dari sabda Tuhan Yang
Maha Esa.79
79
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Aliran
Kebatinan Perjalanan, h. 23.
BAB IV
ritual biasanya sudah diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan
secara sembarang.80
upacara tradisional dalam masyarakat. Terdapat dua jenis tradisi yaitu tradisi
setelah 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari 1 tahun (mendak) dan 1000 hari.
tempat tertentu. Semua unsur ritual itu memiliki makna dan maksud tertentu.
80
Diakses dari http://id.m.wikipedia.org pada tanggal 6 april 2019.
63
64
sebagainya.81
Satu Syuro (saka) biasanya dirayakan secara khusus oleh semua warga
perayaan satu Syuro, paling tidak mereka menyediakan sesajian berupa teh
manis, teh pahit, kopi manis, kopi pahit, dan air putih. Perayaan satu Syuro
ini, selain ditandai dengan pengadaan sesajian, juga melakukan tradisi saling
Pusat (DMP), serta sambutan dari instansi yang terkait organisasi tersebut.
Selain itu, tidak lupa disajikan acara hiburan berupa wayang golek. Pergelaran
tersebut, tidak hanya merupakan hiburan semata, karena alur cerita wayang
81
Asep Lukman Hakim, “Studi Tentang Aliran Kepercayaan Perjalanan Ciparay
Bandung,” al-Afkar, Vol. 2, No. 1, (Juli 2018): h. 119.
82
S Dloyana Kusuma, Organisasi Terhadap Tuhan Yang Maha Esa “Aliran Kebatinan
Perjalanan” di Kelurahan Cipayung Kecamatan Lubang Buaya Jakarta Timur (Bandung:
Kementrian Kebudayaan dan Parawista Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung,
2003), h. 101.
65
megah dan indah. Maka sebagai penerus bangsa kita harus bersatu padu
tinggi ke atas artinya puncak mani. Puncak yang artinya atas dan mani
bangsa dan negara, maka kita bersama-sama harus satu tujuan, sehaluan,
dari Tumpeng.83
Raja adalah seorang pemimpin yang harus ditiru dan dicontoh, maka kita
sebagai penerus bangsa juga harus menjadi pemimpin, baik itu menjadi
bangsa dan negara. Kita harus sehat lahir dan batin, bijak dan bajik, rajin
dan jujur, pinter dan selamat. Untuk menuju kearah tujuan keselamatan
lahir dan batin, kesejahteraan rumah tangga, bangsa, dan negara memiliki
tujuan yang sama karena kedua-duannya ingin subur dan makmur. Maka
dari itu harus selaras dengan Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika,
dan NKRI.
Pisang Emas dapat diartikan sebagai intan berlian yang memiliki harga
yang mahal, akan tetapi semahal apa pun itu masih dapat untuk dibeli.
83
Wawancara pribadi dengan bapak Nata, Jati Sampurna. Pada tanggal 1 April 2019.
66
dunia ialah harga diri, karena harga diri ini tidak ternilai harganya.
salah satu organ tubuh pak Mait yakni mata, maka pak Mait akan menolak
hal tersebut karena untuk apa memiliki sebuah motor akan tetapi pak Mait
tidak bisa melihat. Maka diri itu, harga diri seseorang tidak tertanding
menghormati orang lain. Oleh karena itu, hiduplah saling menghargai dan
menghormati, hal ini harus ditanamkan di dalam diri sendiri guna menjadi
pedoman hidup.84
3) Degan (kelapa)
Dalam hal ini haruslah menggunakan kelapa yang masih muda, karena
ditujukan kepada para penerus bangsa ini yakni pemuda. ketika ingin
mengupas kelapa, maka harus memotong bagain atas kelapa dan bawah
berdiri tegak, kokoh, dan kuat, artinya sebagai penerus bangsa harus bisa
4) Buah
Buah itu yang disebut polo gantung. Buti yang disebut polo yang berada di
dalam tanah. Buah Buti ini yang mencukupi sandang pangan para
penganut Aliran Kebatinan Perjalanan. Hal ini menjadi kekuatan lahir dan
batin penganut Aliran Kebatinan Perjalanan atas dasar Dzat Ibu Pertiwi.
84
Wawancara pribadi dengan bapak Mait, Jati Sampurna. Pada tanggal 19 Desember
2018.
67
Pertiwi atau Tanah Air yang telah memberikan penghidupan bagi kita
semua.85
Anjuang Bahasa Sunda ngehanjuk yang artinya bernafas. Kendi isi air
6) Rujak
Dalam bahasa Sunda rujukkan yang artinya balik. Di dalam hidup ini pasti
tersebut.
7) Garam
pun, sepakat bahwa rasa dari garam itu ialah asin. Maka dari itu sebagai
masyarakat harus satu tujuan, satu rasa guna mambangun negara yang
lebih baik.86
8) Kembang
Sifatnya sengit atau wangi, hidup di alam dunia ini harus silih asah (saling
Bubur merah artinya darah ibu yang mengalir dari jantung ibu, sedangkan
bubur putih merupakan darah putih yang berasal dari balung sumsum
bapak.
juga harus kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena hidup di dunia ini tidak
ada daya dan upaya, sebab yang mengusik (gerak), malikan (balik) hidup
C. Mendirikan Rumah
kain berwarna putih melambangkan darah dari bapak. Merah putih berarti
badan sekujur yang berasal dari ibu dan bapak. Maksudnya dalam rumah
kedudukannya.
Antara lahir dan batin, antara suami dan istri, antara orang tua dan
87
Wawancara pribadi dengan bapak Samit, Jati Sampurna. Pada tanggal 1 April 2019.
69
dan rohaniah.
3) Tebu
4) Pisang Setandan
Seuhang (pisang teratas yang besar pada tandan) dan butiti (pisang
terkecil dan terbawah pada tandan) semuannya itu dari jantung yang sama,
karena proses alamiah pisang itu menjadi berbeda, ada yang kecil dan ada
yang besar, namun demikian kesemuannya itu adalah satu jenis dari satu
5) Daun Beringin
saat hujan, bernaung di saat panas dan memberi arah bagi yang kehilangan
yang lemah dapat memberi arah kepada mereka yang tersesat, dalam
88
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Budaya Spiritual Ageman
Aliran Kebatinan “Perjalanan” (Bandung: T.P, 2013), h. 42.
70
batin.
bagaikan pohon bambu yang kosong batangnya, yang selalu bergerak dan
D. Adat Penganten
1) Sawer
memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa serta para leluhur agar diberi
2) Memecahkan Telur
89
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Pedoman Dasar/Pedoman
Rumah Tangga Aliran Kebatinan Perjalanan (Bandung: T.P, 2005), h. 42-43.
71
3) Membasuh Kaki
insan adalah sandi rumah tangga, dan setiap rumah tangga ialah sandi
Hidup rumah tangga antara suami istri, sekalipun berbeda sifat, ibarat
kiri dan kanan, namun keduannya mempunyai tanggung jawab yang sama.
Dari itu harus “bungbas” tiada kecurigaan antara yang satu terhadap yang
lain, tiada rahasia antara mereka, dan segalanya harus bersifat terbuka.
5) Batu Pipisan
Yang satu bersifat datar dan yang lainnya bersifat bulat panjang. Akan
hingga halus. Demikian halnya suami dan istri dalam berumah tangga
Maha Esa mendengar mereka, karena setiap doa diajukan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kepada para leluhr, kepada ibu dan bapak, dan kepada Ibu Pertiwi
90
Dewan Musyawarah Pusat Aliran Kebatinan Perjalanan, Pedoman Dasar/Pedoman
Rumah Tangga Aliran Kebatinan Perjalanan, h. 40.
72
ketentuan arah dan waktu, namun agar kegiatan ritual lebih khusyuk, mereka
Hal ini memberikan makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa itu ada di mana-
Kebatinan Perjalanan ini melakukan ritual seperti berdoa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Hal ini dilakukan setiap ketika para penganut aliran Perjalanan
ingin melakukan segala rutinitas yang dilakukan setiap hari, seperti: ingin
berangkat kerja, ketika sudah sampai di tempat kerja, sekolah, makan, tidur
1. Ketika ingin tidur, titip saya titip anak istri sekeluarga saya dari pagi
sampe sore, dari sore sampai pagi saya mau tidur bila mana ada setan
2. Ketika bangun tidur maka berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena istri anak dan keluarga saya, bisa bangun tidur dengan berkah
selamat lahir batin dan tidak ada kekurangan suatu apapun saya
3. Hatur nuhun abi arek dahar sadayana anu aya di die daharen, leeten,
daging, kulit, bulu, balung sumsum sa isi ning badan sakujur. Kaluarna
jadi cahaya, jadi bedas, jeng tenaga di penta rido galihna, di penta jeng
selamatna, hirumna sing balik ke manu hirup dei sing tunggal dalam
wujud Gusti Maha Suci pulih ke jati pulang ke asal sifat sampurna
didahar sing raos seetik loba hayang aya sesana nuhun Gusti. Artinya,
terimakasih saya mau makan semua yang ada seperti makanan, minuman,
yang mentah, yang mateng dimakan oleh saya supaya jadi darah, daging,
kulit, bulu, balung sumsum seluhur badan. Keluarnya jadi cahaya, jadi
kuat, dan tenaga diminta ridonya dan diminta untuk selamat. Hidupnya
balik ke yang Maha Hidup lagi yang tunggal dalam wujud Tuhan Yang
Maha Suci yang memiliki sifat sempurna, dimakan yang enak sedikit
mau makan, semua makanan yang ada di sini berupa nasi, ikan, air minum
4. Ketika ingin berangkat kerja, saya mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Leluhur Bangsa dan Ibu Pertiwi saya mohon selamat lahir batin jangan ada
5. Ketika sampai tujuan, saya terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Leluhur Bangsa dan Ibu Pertiwi bahwa habis kerja saya selamat nyatanya,
serta selamat lahir dan batin sampai ke rumah, untuk ke depannya saya
kepada motor karena mau dipakai. Jangan ada yang menabrak, jangan ada
berdoa merupakan suatu keharusan bagi mereka yang mau selamat dunia dan
akhirat dengan melaksanakan perintah Tuhannya. Hal itu juga diajarkan oleh
batin oleh sang penciptanya. Karena setiap agama atau penghayat kepercayaan
selalu mengajarkan kebaikan bagi para penganutnya, hal ini dapat dilihat dari
jejak historisnya yang dilakukan oleh para leluhur atau nenek moyang mereka.
93
Wawancara pribadi dengan bapak Nata, Jati Sampurna. Pada tanggal 1 April 2019.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
saling berhubungan dengan Tuhannya. Hal ini dapat dilihat dari segi ritual
atau ibadah yang dilakukan sehari-hari. Dalam halini dapat kita jumpai di
menjelaskan tentang hubungan manusia dan Tuhan. Adanya bumi dan lagit
beserta isinya adalah Tuhan Yang Maha Esa yang menciptakannya. Maka bila
ingin mencari tuhan carilah pada diri sendiri, sebab Tuhan Yang Maha Esa ini
selalu berada di dalam diri. Ketika eling pada diri sendiri maka secara tidak
langsung juga eling terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu eling
haruslah dipakai untuk yang benar jangan dipakai untuk melakukan susuatu
yang tidak benar karena dengan melakukan perbuatan yang baik maka akan
mendapatkan hal yang baik pula. Oleh sebab itu, para penganut kepercayaan
atau agama, sepakat akan adanya hukum timbal balik dari Tuhannya kepada
ditujukan kepada Tuhan, Leluhur Bangsa, dan Ibu Pertiwi. Sedangkan ritual
75
76
Pasewakan. Kemudian ritual tahunannya ialah setiap tanggal satu Syuro yang
Indonesia.
B. Saran
kesimpulan yang sudah dijelaskan dari hasil penelitian maka ada beberapa
perbedaan itu bukanlah suatu yang harus di musuhi akan tetapi berbudaan
2. Jangan takut untuk mempelajari suatu agama atau kepercayaan yang bukan
wawasan bagi diri pribadi serta untuk saling menghargai perbedaan yang
Referensi Buku
Bahri, Media Zainul. Wajah Studi Agama-Agama Dari Era Teosofi Indonesia
2015).
Halim, Ilim Abdul, Nilai-Nilai Aliran Kebatinan Perjalanan dan Dasar Negara,
77
78
Joker, Jan. Metodelogi Penilitian Panduan Untuk Master dan Ph.D di Bidang
Rosdokarya. 1996).
2008).
2013).
Wastika, Dewa Nyoman. “Penerapan Konsep Tri Hita Karena Dalam Perencanaan
(Agustus 2005.)
Referensi Online
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Tuhan
http://id.m.wikipedia.org/wiki/manusia
http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Alam
http://id.m.wikipedia.org
Wawancara
Wawancara pribadi dengan bapak Mait, jati sampurna pada tanggal 29 Oktober
2018.
Wawancara pribadi dengan bapak Ade Witarsa, jati sampurna. Pada tanggal 14
Maret 2019.
Desember 2018.
Wawancara pribadi dengan ibu Yati, Jati Sampurna. Pada tanggal 19 Desember
2018.
LAMPIRAN-LAMPIRAN