Anda di halaman 1dari 15

Nama : Ganda P Doloksaribu

Mata Kuliah : Tafsir Kitab Wahyu

Dosen : Pdt.Kornelius A. Setiawan, D.Th

SIMBOL DAN MAKNA BINATANG YANG KELUAR DARI LAUT

DALAM KITAB WAHYU 13:1-10

Tulisan dalam Kitab Wahyu tergolong ke dalam genre apokalipsis. Menurut, Grant R.

Osborne, tulisan-tulisan dalam kitab Wahyu cukup sulit untuk diinterpretasi. Salah satu faktor

yang menyebabkannya adalah simbol-simbol yang tercatat di dalamnya. Osborne menjelaskan

lebih lanjut bahwa fungsi dari simbol-simbol yang dicatat dalam kitab Wahyu ini berada dalam

perdebatan besar sepanjang sejarah penafsiran Alkitab. Perdebatan yang dimaksud berkaitan

dengan relasi simbol tersebut dengan pemahaman pada masa lampau (pesan apokaliptik di balik

kitab wahyu), masa sekarang (pada masa Yohanes menuliskan kitab Wahyu), dan masa yang

akan datang (peristiwa-peristiwa yang akan dihadapi oleh gereja atau pada masa akhir

kehidupan).1

Salah satu simbol yang menarik untuk dibahas dalam surat Wahyu adalah binatang yang

keluar dari dalam laut (Wahyu 13:1-10) dan dari dalam bumi (13:11-18). Namun, dalam bagian

ini penulis akan fokus membahas tentang binatang yang keluar dari dalam laut (Wahyu 13:1-10),

yang bercirikan bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh, di mana di atas tanduk-tanduknya

terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. Binatang yang berasal

dari laut ini juga disebutkan serupa menggabungkan karakteristik macan tutul, beruang, dan

1
Grant R. Osborne, Revelation : Baker Exegetical Commentary On The New Testament, (USA : Baker Academic,
2002), 1
singa. Lalu, apa sebenarnya yang hendak disampaikan oleh Yohanes melalui penglihatannya

tentang binatang yang keluar dari laut ini? Tulisan ini akan berusaha mengungkapkan simbol

tentang binatang yang keluar dari laut serta simbol dan siginifikansinya bagi gereja hari ini.

Penulis akan menggunakan studi kata, analisa gramatika, dan konteks sejarah untuk

mengungkapkan simbol ini.

Secara konteks perikop, banyak sarjana yang menyatakan bahwa bagian ini tidak terlepas

dari bagian sebelumnya, khususnya 12:8 yang sering disebut sebagai introduksi kepada pasal 13. 2

Hal ini tampak dari frasa Καὶ ἐστάθη. Frasa tersebut sebenarnya semacam kalimat majemuk

bertingkat yang jika diterjemahkan secara literal akan menjadi, “Aku berdiri di laut dan melihat

seekor binatang keluar dari dalam laut”. Hal inilah yang membuat tradisi mula-mula gereja

melihat bahwa pasal 12:18 berhubungan erat dengan 13:1 atau merupakan sebuah kesatuan.

Hal lainnya yang juga dapat mendukung bahwa pasal 12 berhubungan dengan pasal 13 ini

adalah frasa τῆς θαλάσσης yang juga muncul pada 13:1. Melihat hal tersebut sebagaimana

dijelaskan oleh Aune bahwa frasa tersebut secara langsung menjadi frasa lanjutan atas tindakan

yang dikerjakan sebelumnya. Terhadap hal ini, Aune menyatakan, “…..thus showing that 13:1 is

linked with 12:18, which mentions the sea the sea as the place where the dragon took his stand”3

Ladd menyatakan bahwa Wahyu 13 ini merupakan sebuah selingan yang terletak di antara

pembahasan tentang tujuh sangkakala dan tujuh cawan. Lebih dalam Ladd menjelaskan bahwa

tujuh sangkakala menunjukkan pemenuhan janji keselamatan dan penghakiman Allah pada akhir

zaman (Wahyu 10:7), dan tujuh cawan menunjukkan peristiwa penghakiman ilahi. 4 Penghakiman

ilahi dan penderitaan akhir dari gereja Allah menurut Ladd adalah dua hal yang selalu dibahas

2
Grant R.Osborne, Revelation, (Grand Rapids : Baker Academic, 2002), 489
3
Aune, “Revelation 6-16”, 732
4
Ladd, A Commentary, 176
bersamaan. Pada zaman akhir, perseteruan antara Allah dan Setan mencapai klimaksnya. 5

Penjelasan ini memberikan sebuah kesimpulan bahwa bagian ini seakan menjadi sebuah peristiwa

yang erat kaitannya dengan masa di mana Allah akan menyatakan penghakiman-Nya atas umat-

Nya pada zaman akhir. Masa tersebut adalah masa yang berat dan akan dialami oleh gereja.

Terkait hubungannya dengan tujuh sangkakala dan tujuh cawan yang diartikan sebagai

simbol pemenuhan Allah terhadap penghukuman yang akan terjadi pada akhir zaman, maka Leon

Morris menyatakan bahwa peristiwa pemenuhan ini akan diwarnai dengan berbagai

penganiayaan yang akan dialami oleh gereja. Oleh sebab itu, Morris menyatakan bahwa Wahyu

13 ini merupakan bagian di mana Yohanes menyatakan tentang penganiayaan tersebut. 6 Hal ini

sangat selaras dengan pemahaman para sarjana Alkitab 7 yang menyatakan bahwa tujuan dari

penulisan kitab Wahyu ini adalah untuk menguatkan gereja Allah dalam menghadapi berbagai

macam penganiayaan. Penganiayaan tersebut oleh beberapa sarjana, seperti Thus Bell (1979)

meyakini terjadi sekitar 68 SM yang diikuti oleh kematian kaisar Nero. Mayoritas sarjana

meyakini bahwa penganiayaan yang dimaksudkan dalam kitab Wahyu terjadi di bawah

pemerintahan kaisar Nero. Hal ini didukung oleh bukti-bukti tentang adanya penganiayaan yang

sangat mengerikan ketika Nero menyalahkan orang-orang Kristen atas kebakaran yang terjadi di

Roma untuk membenarkan dirinya.8

Kata “seekor binatang yang digunakan dalam bagian ini adalah θηρίον (therion). Secara

etimologis, kata ini berasal dari kata θήρ (ther) yang berarti binatang liar (BDAG).9 Dalam LXX

5
Ladd, A Commentary, 176
6
Leon Morris, The Revelation of St.John, (London : The Tyndale Press, 1969), 155
7
Morris (1969 : 155) ; Osborne (2002:7) ; Ladd (1972 : 176)
8
Osborne, Revelation, 8
9
kata ini digunakan dalam Ayub 5:23 utnuk menjelaskan tentang binatang liar yang akan berdamai

dengan manusia. Sementara secara generik, therion mengandung dua makna, yaitu :10

1. Makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia, binatang, dan binatang buas (beast). Makhluk

dalam bagian ini bisa merujuk kepada beberapa pengertian :

a. Binatang yang sebenarnya (the real animal), binatang secara umum (Ibrani 12:20),

b. Binatang jenis tertentu, berkaki empat, yang dalam Wahyu 18:2 dijelaskan sebagai binatang

yang najis (unclean animal)

c. Binatang liar (wild animals) seperti dalam Markus 1:13 dan Kisah Para Rasul 11:6.

d. Penekanan terhadap aspek/sifat yang berbahaya atau makhluk hidup yang identik dengan

binatang ini juga dalam pemakaiannya dapat menekankan sifat makhluk hidup yang kejam dan

jahat seperti dalam Wahyu 6:8

e. Binatang reptil (Kis. 11:6 dan 28:4)

2. Seorang yang jahat, bernatur kejam seperti beast atau monster, seperti dalam Titus 1:12, yang

menunjukkan karakter orang Kreta yang kejam.

Berdasarkan rentan maknanya (semantic range), kata therion memiliki beberapa makna,

yaitu :

1. Binatang, yakni makhluk hidup, tetapi tidak termasuk manusia, dengan kata lain hanya

khusus binatang saja.

2. Berkaki empat (quadruped), yakni binatang yang berkaki empat (entah itu binatang liar

atau domestik). Binatang ini bisa saja tergolong ke dalam kelompok inatang liar,

burung, reptil, ataupun ikan (Kis.10:12)

10
3. Seorang yang jahat. Kata therion secara figuratif menekankan makna yang sebenarnya

dari binatang liar, yakni kepribadian yang buruk, dalam artian mengerikan dan

berbahaya, seperti dalam Titus 1:12.

Berdasarkan penyelidikan kata “binatang” (therion) yang penulis lakukan, maka ada dua

kemungkinan makna dari kata therion yang digunakan oleh Yohanes dalam bagian ini. 1)

Binatang yang dimaksudkan adalah binatang dalam arti yang sesungguhnya atau 2) Binatang

yang dimaksudkan bermakna figuratif untuk menunjukkan seseorang yang memiliki karakter

kejam, jahat, dan berbahaya. Terhadap dua kemungkinan ini, penulis lebih setuju dalam konteks

Wahyu 13 ini merujuk kepada makna yang kedua. Binatang pada bagian ini kemungkinan besar

adalah sebuah simbol yang menunjuk kepada seorang pribadi. Karakter pribadi dalam bagian ini

sangat ditekankan, yakni kejam, jahat, dan berbahaya. Argumen sementara penulis terhadap hal

ini adalah kekayaan kitab Wahyu dengan berbagai simbol-simbol yang memiliki makna tertentu.

Argumen tentang kata “binatang” sebagai simbol atau bermakna figuratif pada bagian ini

didukung oleh beberapa sarjana, seperti George Eldon Ladd yang menyatakan, “….the beast

represents the historical Roman Empire of the first century” 11, demikian pula yang dinyatakan

David E. Aune, “The beast from sea has frequently been understood in historica; termas as the

Roman governer”12 dan diperkuat oleh Robert H.Mounce yang menyatakan, “For John, the

Roman Empire was so satanic and terrible that in itself it included all the evil terrors of the evil

empires which had gone before. It was, as it were, the sum total of all evil”13

11
George Eldon Ladd, A Commentary on The Revelation of John, (Grand Rapids : William B.Eerdmans Publishing
Company, 1972), 177
12
David E.Aune, “Revelation 6-16”, Word Biblical Commentary Vol.52b, (Nashville : Thomas Nelson Publishers,
1998), 733
13
Robert H. Mounce, The Book of Revelation, (Michigan : Wm.B.Eerdmans Pub, 1977), 251
Namun, Leon Morris menyatakan bahwa kesimpulan untuk mengaitkan binatang yang

berasal dari laut dengan kekuasaan Romawi adalah kesimpulan yang terkesan terlalu

menyederhanakan. Morris menyatakan, “We may well see in the Empire a preliminary

manifestation of the evil that will one day be realized to the full in the antichrist. But there is

much more to the beast than ancient Rome”14 Argumen Morris menyiratkan bahwa binatang yang

berasal dari laut ini dikaitkan dengan kedatangan antikristus pada masa yang akan datang.

Sekalipun Ladd menafsirkan bahwa binatang yang dimaksud dalam bagian ini adalah kekuasaan

Romawi yang kejam dan bengis, namun ia juga tidak menutup kemungkinan penafsiran bahwa

binatang yang dimaksudkan dalam bagian ini adalah kedatangan Antikristus pada akhir zaman,

“….but we have already noted that the early Christian eschatology expected the appearance of

Antichrist at the end of the age, and there are features about this beast and his colleague ”15

Penulis melihat bahwa sebenarnya pertentangan dari penafsiran tentang identitas dari figur

binatang yang berasal dari laut ini terkait metode penafsiran yang digunakan oleh penafsir atau

pembaca kitab Wahyu, entah itu preteris atau futuris. Namun, menurut penulis, hal yang penting

sejauh ini adalah mengetahui bahwa binatang yang dimaksudkan oleh Yohanes pada bagian ini

merujuk kepada pribadi yang memiliki karakter kejam, bengis, dan mengerikan. Selanjutnya akan

diidentifikasi melalui ciri-ciri yang dijelaskan oleh Yohanes.

Selanjutnya, dijelaskan bahwa seekor binatang yang dilihat oleh Yohanes keluar dari dalam

laut. Secara gramatika, frasa τῆς θαλάσσης yang muncul menyiratkan bahwa binatang ini berasal

dari laut. Frasa ini mengandung preposisi ἐκ yang diikuti kata benda dalam bentuk genetif yang

menekankan asal atau tahta dari binatang tersebut adalah laut yang dalam tradisi Yahudi kuno

dipahami sebagai Lewiatan. Frasa yang sama juga terdapat dalam LXX Daniel 7:3 (ἐκ τῆς
14
Leon Morris, The Book of Revelation : An Introduction and Commentary, (Michigan : Wm.B.Eerdmans Pub,
1987), 160
15
Ladd, A Commentary, 177
θαλάσσης). Binatang yang berasal dari laut ini sebelumnya telah disebutkan dalam pasal 11:7.

Disebutkan dalam bagian tersebut bahwa binatang yang muncul dari dalam laut itu akan

memerangi para saksi dan mengalahkan serta membunuh mereka.

Banyak sarjana menyatakan bahwa kemunculan bagian ini memberi ingatan terhadap

penglihatan Daniel (Daniel 7:3).16 Sebagaimana yang dipahami oleh dunia kuno, bahwa laut

sering diasosiasisikan sebagai tempat di mana kuasa jahat atau setan berasal, dan sebagai tempat

asal dari musuh besar umat Allah yang disebutkan dalam pasal 11:7 dan 17:8. 17. Berdasarkan hal

ini, maka dapat dipahami secara historis bahwa kemunculan binatang dari dalam laut ini

dipahami oleh penerima tulisan Yohanes ini sebagai sebuah kekuatan atau kekuasaan besar yang

jahat.

Selanjutnya, Yohanes menyebutkan secara spesifik bagian-bagian tubuh dari binatang

yang berasal dari laut tersebut, yakni tanduknya yang berjumlah sepuluh dan mahkota di atas

tanduk tersebut yang juga berjumlah sepuluh, kepalanya yang berjumlah tujuh dengan tulisan

nama-nama hujat, tubuhnya yang menyerupai macan tutul, kakinya seperti kaki beruang, dan

mulutnya seperti mulut singa. Binatang-binatang yang disebutkan menyerupai binatang yang

keluar dari laut ini menggemakan penglihatan Daniel terhadap empat binatang besar yang naik

dari dalam laut (Daniel 7:3-7).

Penulis akan membahas makna dari simbol dari karakteristik yang dikatakan Yohanes

tentang binatang yang keluar dari dalam laut ini :

a. Bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh (κέρατα δέκα καὶ κεφαλὰς ἑπτὰ)

Karakteristik ini memberi ingatan terhadap naga merah yang disebutkan pada 12:3 dan

pada 17:3. Dalam kaitannya dengan naga, disebutkan dalam 13:2 bahwa naga memberikan

16
Ladd, Commentary of, 176, Mounce, The Book of, 249
17
Mounce, The Book, 249 ; Morris, The Book, 166
kekuatan, tahta, dan kuasanya kepada binatang yang berasal dari laut tersebut. Osborne

menyatakan bahwa gambaran yang paralel antara binatang ini dan naga menunjukkan kesatuan

antara binatang dan naga, namun memiliki peranan yang berbeda. 18 Dalam tradisi apokaliptik,

angka tujuh adalah angka sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan yang didapatkan

binatang yang keluar dari laut dari naga menunjukkan kekuasaan yang total.

Dalam kaitannya dengan binatang yang terdapat dalam pasal 17:3, Aune menjelaskan

bahwa sekalipun karakteristik binatang yang disebutkan dalam pasal 17:3 sama dengan 13:1,

sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai binatang yang sama, namun maknanya tetap dapat

diinterpretasikan sama.19 Berdasarkan penafsiran Aune, tanduk berjumlah sepuluh dan kepala

berjumlah tujuh ini menunjukkan sebuah kekuasaan atau pemerintahan. Hal ini didukung pula

dengan binatang yang disebutkan bertanduk sepulu dalam Daniel 7:7 yang diinterpretasikan

sebagai sepuluh raja (7:24).20

b. Tanduk-tanduk yang terdapat sepuluh mahkota (ἐπὶ τῶν κεράτων αὐτοῦ δέκα

διαδήματα)

Kata “διαδήματα” merupakan sebuah simbol dari otoritas atau kekuasaan. 21 Menurut Ladd,

hal ini semakin memperkuat tentang kepenuhan dari kuasa figur yang digambarkan sebagai

binatang yang keluar dari laut.22

c. Kepalanya yang tertulis nama-nama hujat (ἐπὶ τὰς κεφαλὰς αὐτοῦ ὀνόμα[τα]

βλασφημίας.)

Jika diperhatikan secara konteks kalimat dalam perikop ini, maka akan ditemukan

bahwa kata yang digunakan untuk “menghujat” (βλασφημίας) muncul sebanyak tiga kali,

18
Osborne, Revelation, 490
19
Aune, Word Biblical, 722
20
Aune, Word Biblical, 733 ; Osborne, Revelation, 490
21
Aune, The Word, 733
22
Ladd, Commentary On, 177
yakni dua kali muncul pada ayat 6. Jika dibandingkan dengan ayat 6, maka dapat dipahami

bahwa nama-nama hujat yang disebut sebagai karakteristik dari binatang yang keluar dari

laut adalah hujatan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah. 23 Hal yang

sama juga didukung oleh Cuss dalam Imperial Cults yang menyatakan, “By “blasphemous

names,” the author could mean the titles and epithets used by Roman emperors, including

lord (kurios), savior (soter), and son of god (divi filus)”24

d. Menyerupai macan tutul, kaki seperti kaki beruang, dan mulutnya seperti mulut singa

(καὶ τὸ θηρίον ὃ εἶδον ἦν ὅμοιον παρδάλει καὶ οἱ πόδες αὐτοῦ ὡς ἄρκου καὶ τὸ στόμα

αὐτοῦ ὡς στόμα λέοντ)

Gambaran ini sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya menggemakan penglihatan

Daniel dalam Daniel 7. Morris menjelaskan bahwa penglihatan yang sama, yang terdapat

pada Daniel 7:1-8 dalam tradisi literatur Kristen mula-mula (Barn.4:4-5 ; 4 Ezra 11:1-12:39

; 11:36-46 ; 12:11 ) dipahami atau diinterpretasikan sebagai sebuah

kekuasaan/kerajaan/kekaisaran dunia dan kemungkinan besar merujuk kepada kekaisaran

Romawi. Hal inilah yang disampaikan Yohanes kepada pembacanya. 25 Namun,

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kekuatan, kuasa, dan tahta binatang

yang keluar dari laut diberikan oleh naga. Aune menyatakan bahwa tidak ada tradisi

eksegesis yang menghubungkan Wahyu 13:1-18 dengan 4 Ezra 11:1-12:39, sekalipun

kedua nats ini menggemakan yang tertulis dalam Daniel 7:1-9, namun keduanya

memberikan simbol kekaisaran Romawi.26 Selain itu, Aune juga menyatakan bahwa “mulut

23
Morris, The Book, 161;
24
Cuss, dalam Aune, Word Biblical, 734
25
Morris, The Book, 162

26
David E.Aune, “Revelation 6-16” dalam Word Biblical Commentary Vol.52 B, (Nashville : Thomas Nelson
Publishers, 1998), 728-729 ; Hal serupa juga didukung oleh para penulis literatur Kristen mula-mula (Hippolytus
de.Ant, 25.1-3;18:1 ; Irenaeus Adv.haer.5:25.3).
singa” dapat merujuk kepada kekaisaran Romawi, sebab singa adalah simbol dari

kekaisaran Romawi. Frasa “dari mulut singa” yang digunakan Paulus dalam 2 Tim.4:17

(frasa yang sama digunakan dalam Mazmur 22:21 untuk menunjukkan kejahatan yang

sangat hebat), dan dalam tradisi Kristen mula-mula, sering disebut sebagai kaisar Nero

(didukung pula oleh Eusebius Hist.eccl.2.22.4)27

e. Satu kepala luka yang kemudian sembuh (καὶ μίαν ἐκ τῶν κεφαλῶν αὐτοῦ ὡς

ἐσφαγμένην εἰς θάνατον)

Yohanes tidak menjelaskan tentang penyebab dari satu kepala yang luka dan bagaimana

luka tersebut sembuh, yang ia jelaskan adalah kepalanya yang luka kemudian sembuh.

Namun jika membandingkan dengan terjemahan Bahasa Yunani, maka ὡς ἐσφαγμένην

yang digunakan Yohanes secara gramatika menunjukkan bahwa luka di kepala binatang itu

seolah-olah ia baru saja mengalami penyembelihan. Kata yang sama juga digunakan dalam

pasal 5:6. Kata “membahayakan” juga jika dibandingkan dengan terjemahan Bahasa

Yunani berarti menuju kematian. Sehingga dapat dipahami bahwa luka tersebut disebabkan

karena binatang itu seakan-akan hendak disembelih dan mati.

Tradisi menyatakan ada dua hal terhadap bagian ini :

1. Secara historis,maka dapat dipahami bahwa orang-orang terdahulu memahaminya

dalam dua kemungkinan, yakni Nero yang dipercaya belum mati, melainkan akan

bangkit kembali mengalahkan kematian atau Caligula yang pernah mengalami

penyakit lalu sembuh.28

27
Aune, Word Biblical, 735
28
Morris, The Book of, 162
2. Jika ditafsirkan secara futuris, maka akan didapatkan bahwa itu adalah antikris yang

akan datang dan mendapat kuasa dari setan yang mungkin akan datang dalam

komunitas orang percaya.29

Jika dilihat dari segi konteks historis, Pasal 13 terdiri atas dua simbol yang digambarkan

sebagai binatang yang keluar dari laut dan binatang yang keluar dari bumi. Dua hewan ini

dalam mitologi Yahudi dikenal sebagai Lewiatan dan Behemoth. 30 Mitologi ini ditemukan

dalam bentuk fragmen-fragmen pendek dalam apokalipsis Yahudi pada abad pertama. Seiring

perkembangan zaman, dihubungkan dengan kitab Wahyu. Teks-teks apokalipsis tersebut

dalam 1) 1 Henokh 60:7-11, 24 ; 2) Ezra 6:49-52 dan 3) 2 Apok.Bar.29:4. Menurut Aune, apa

yang dituliskan oleh kitab-kitab ini berkaitan dengan Lewiatan-Bahemoth terinsipirasi dari

Kejadian 1:21, yang menjelaskan penciptaan Allah, yakni binatang-bintang laut yang besar

pada hari kelima. Menurut tradisi, Allah kemudian memisahkan kedua hewan tersebut (4 Ezra

6:47-52), yang satu penghuni laut, yang kemudian disebut Lewiatan (Ayub 41:1-34 ;

Maz.104:25-26 ; 4 Ezra 6:52) dan Bahemoth di darat (Ayub 40:15-24 ; 4 Ezra 6:51).

Pemisahan antra Lewiatan dan Behemoth adalah simbol dari permohonan keterpisahan laut

dan daratan. Hal yang menarik adalah dalam apokalipsis Yahudi dan tulisan para rabi, mereka

mengharapkan kekalahan Lewiatan dan Behemoth. Lewiatan dan Behemoth akan menjadi

santapan orang-orang yang dibenarkan oleh Allah di akhir zaman. Lewiatan merupakan

monster yang berwujud wanita dan berasal dari laut, sedangkan Behemoth adalah monster

yang berwujud laki-laki yang berasal dari padang gurun. Khususnya Lewiatan, ini adalah

29
Morris, The Book of, 163
30
Aune, Word Biblical, 728-729
simbol dari bangkitnya kuasa jahat.31 Gambaran ini sangatlah dramatik, yakni digambarkan

seperti seekor naga yang berdiri di atas pantai yang muncul dari dalam laut.32

Aune menjelaskan lebih mendalam bahwa kedua simbol yang terdapat dalam Wahyu

12:18-13:18 ini merefleksikan dua hal yang utama dalam tradisi mitologi Yahudi tentang

tokoh antagonis yang akan datang pada masa yang akan datang (pada masa kemudian disebut

Antikristus). Kemunculan antikristus merupakan gambaran dari kekuasan tirani yang tidak

berketuhanan (godless tyrannical ruler) dan nabi palsu yang menggoda (false seductive

prophet). Tradisi eskatologi dari dua tokoh antagonis ini kemungkinan diderivasi dari Oracles

of Hystapes. Berdasarkan Lactantius, setelah sepuluh raja dibagikan wilayah kekuasannya dan

telah menguasai dunia, sebuah kekuatan yang luar biasa dari musuh akan menaklukkan tiga

pemerintah yang menguasai Asia. Musuh yang menaklukkannya akan dinobatkan menjadi raja

dan menguasai wilayah tersebut (Div.Inst.7:16-17). Sekalipun demikian, seorang nabi akan

datang dari Allah ( Div.Inst.7.17.1-2) dan raja yang lain akan bangkit dari Syria setelah

kemunculan sang nabi. Raja Syria akan mengguncangkan kekuasaan dari raja sebelumnya dan

membunuh sang nabi. Dalam tulisannya, Commodian pun menjelaskan bahwa dua raja yang

berperan sebagai tokoh antagonis dalam tradisi eskatologi Yahudi tersebut adalah Nero, yang

akan menjadi raja Syria dan dipuja sebagai Tuhan (Carmen de duobis gentibus 872-32) dan ia

pula yang disebut sebagai antikris yang membunuh sang nabi dari Allah. 33

Argumen terhadap kemunculan antikristus ini juga didukung oleh beberapa penafsir seperti

Ladd, Osborne, dan Morris.34 Maksud dari kedatangan antikristus ini adalah untuk menganiaya

31
Leon Morris, The Book of Revelation : An Introduction And Commentary, (Michigan : William B. Eerdmans
Publishing Company, 1987), 160 ; Osborne (2002 : 490)
32
Osborne, Revelation, 490
33
Aune, Word Biblical, 729.
34
Ladd (1972 : 176) ; Morris (1987 : 160) ; Osborne (2002 :493)
gereja.35 Morris juga menyebutnya sebagai “manusia yang melanggar hukum (the man of

lawlessness (2 Tes.2:3)).36

KESIMPULAN

Jika dilihat secara keseluruhan, maka sebenarnya ada banyak penafsiran yang berusaha

mengungkap tentang identitas dari binatang yang keluar dari dalam laut ini. Ada yang

menafsirkannya secara historis, preteris, futuris, dan spiritual. Pada bagian ini penulis secara garis

besar akan menyimpulkan berbagai penafsiran tentang identitas dari binatang yang keluar dari

dalam laut dalam Wahyu 13:1-10 ini.

a. Historis

Binatang yang berasal dari laut diidentifikasi sebagai kekaisaran Romawi dengan

pemahaman bahwa binatang ini menggemakan binatang yang disebut dalam Daniel 7, yang oleh

banyak ahli memahaminya sebagai kekuasaan Romawi. Ada juga yang memahaminya sebagai

penyembahan berhala (paganisme) yang muncul dalam bentuk kepausan, di mana binatang yang

berasal dari laut adalah kepausan yang berhubungan dengan menjalankan kekuasaan politiknya.

Hal lain yang mendukung penafsiran historis adalah sepuluh tanduk yang menggambarkan

kekuasaan Romawi yang terdiri atas sepuluh kerajaan subordinat pada saat itu dan tujuh kepala

menunjukkan tujuh bentuk pemerintahan Romawi yang pernah ada dalam sejarah Romawi, yakni

kerajaan, konsulat, dikator, decemvir, pengadilan militer, dan imperial.

b. Preteris

Penafsiran preteris menafsirkan binatang yang keluar dari laut sebagai kekuatan dari

bangsa Yahudi. Namun, sebagian dari mereka juga memahaminya sebagai kekuasaan

Romawi, namun bukan secara institusi, melainkan personal, yakni Nero.

35
Ladd, Commentary of , 176
36
Morris, The Book of, 160
c. Futuris

Penafsiran futuris menafsirkan bahwa binatang yang berasal dari laut ini adalah

antikristus yang akan datang pada masa kesengsaraan umat Allah atau kemungkinan kuasa

jahat yang akan dihadapi oleh gereja pada masa yang akan datang. Kedatangan antikristus

ini diawali dengan bangkitnya kekaisaran Romawi yang mendominasi dunia. Penyembahan

kepada naga binatang sebagaimana yang tampak dalam ayat 4 metujuk kepada statiskisme

khususnya di Asia Kecil di mana kuli Caesar banyak dibangun.

d. Simbolik

Secara simbolik, keluarnya binatang dari laut menunjukkan bangkitnya kejahatan

berupa sistem pemerintahan sosial-politik yang berusaha menentang kerajaan Allah di

dalam dunia. Mereka memahami laut sebagai simbol dari bangsa Yahudi, di mana akan

bangkit suatu kekuatan politik yang akan menganiaya gereja, dan setan adalah dalang di

balik segala bentuk kekuasaan jahat ini. Penafsiran ini juga menerima bahwa binatang yang

keluar dari dalam laut ini mengindikasikan kedatangan antikristus.

Berdasarkan keempat metode penafsiran kitab Wahyu, maka penulis melihat bahwa

binatang yang dilihat oleh Yohanes adalah sebuah simbol yang merujuk pada sebuah

kekuatan jahat yang akan hadir di bumi. Kekuatan jahat tersebut berhubungan dengan yang

dialami oleh gereja pada saat itu, yakni penganiayaan oleh kekuasaan Romawi, yang

kemungkinan di bawah pemerintahan Nero atau Caligula. Namun, sosok binatang ini juga

tidak bisa terlepas dari kehidupan Kristen di masa yang akan datang di mana akan

mengalami kesusahan berat, sebagaimana disebutkan berkaitan dengan kedatangan

antikristus.

RANCANGAN KHOTBAH

TEMA : KETABAHAN DI TENGAH PENCOBAAN IMAN


TUJUAN KHOTBAH : Jemaat memahami bahwa keadaan zaman semakin hari tidak

semakin baik, namun jemaat tetap semangat dalam menggalakkan

pekabaran Injil dan setia imannya

PENDAHULUAN :

Keadaan gereja yang semakin hari semakin merosot khususnya berkaitan dengan

pengajaran-pengajaran yang kelihatannya membawa nama Kristus, tetapi sebenarnya

mencela Kristus, seperti Teologi Kemakmuran, Positive Thinking, Yesus Seminari, dsb.

GARIS BESAR ISI KHOTBAH :

1. Penyesat yang berusaha menyerupai Kristus (13:1-4)

Perbedaan tahta Allah dan setan

2. Penyesat yang menghujat Tuhan (13:5-8)

Pengajaran sesat oleh orang-orang yang menyerupai Kristus.

3. Panggilan untuk tetap bertekun (13:9-10)

Tetap setia kepada Kristus dalam segala penganiayaan yang berusaha mengguncang

iman.

APLIKASI :

1. Ketekunan dalam pengajaran Kitab Suci

2. Ketekunan dalam mempererat persatuan dalam jemaat.

Anda mungkin juga menyukai