Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian tentang sunat berbeda-beda dari setiap prespektif. Pada umumnya sunat adalah
salah satu tindakan kebersihan bagi kesehatan seorang pria. Tetapi ada suku yang tidak
membudayakannya oleh karena kurangnya pengetahuan dan juga mereka takut untuk di sunat.
Dewasa sunat adalah tanda pernjanjian antara Allah dengan Abraham (kej. 17). Orang Kristen
adalah orang yang percaya bahwa mereka adalah keturunan Abraham, tetapi mengapa mereka
menghilangkan tanda sunat lahiriah yang sudah jelas Tuhan perintahkan kepada Abraham dan
keturunannya? Apakah karena ajaran Paulus yang lebih mengutamakan kerohanian daripada
tanda lahiriah (Galatia 5:2)? Dalam makalah ini, penulis mencoba memberikan jawaban atas
kebingunan yang terjadi dikalangan orang Kristen mengenai konsep sunat.

Di luar daripada itu, Dalam Perjanjian Lama, Abraham menunjukkan ketaatan-Nya kepada
Allah dalam hal sunat, Kejadian 17:1-27. Walaupun dalam Perjanjian Baru sunat
didepenulisankan oleh Paulus sebagai suatu bentuk penyucian hati atau hidup, di mana “kita
harus mengerat kulit khatan hati kita untuk menjalin intimasi dengan Allah yang Kudus”.1 Hal
penting lainnya di mana Allah menjadikan sunat sebagai Lambang Perjanjian antara Allah
dengan Abraham, sunat merupakan tanda kepunyaan Tuhan secara fisikal yang telah
dimeteraikan Allah dengan penumpahan darah. Sebab diluar bangsa Israel sunat tidak
memiliki arti apa-apa, “Haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda
perjanjian antara Aku dan kamu” (Kej 17:11).

Perjanjian Baru juga membahas sunat. Rasul Paulus sebagai pelopor dari “sunat hati”,
mengidentifikasikan sunat dalam Perjanjian Baru sebagai suatu bentuk penyucian hati,
penanggalan akan tubuh (sifat) yang berdosa dan mau hidup dalam pertobatan, yakni
meninggalkan tabiat lama (dosa) dan mau menyunatkan hatinya bagi Kristus.

Dalam kehidupan sehari-hari pandangan orang tentang arti sunat sendiri sangatlah
beragam, ada yang mengatakan sunat merupakan hal yang wajib dilakukan. Adapula yang
memberikan pendapat bahwa sunat tidaklah wajib dilakukan.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dirumuskan masalah :
1. Apa itu Pengertian sunat?
2. Bagaiman pandangan kekristenan tentang sunat dalam dalam Alkitab yang terdapata
pada Kejadian 17:14 dan Galatia 5:2 dan Roma 2 : 25,29?
1.3 Tujuan
Dari Rumusan masalah di atas maka pembuatan makalah ini bertujan untuk :
1. Menyebutkan pengertian sunat dari berbagai perspektif.
2. Menjelaskan pandangan kekristenana dalam alkitab yang terdapat dalam Kejadian
17:14, Galatia 5:2 dan Roma 2: 25,29.
1.4 Manfaat
Pembuatan Makalah ini bermanfaat untuk :
1. Memberikan pengetahuan terhadap semua umat kristen tentan apa arti sebenarnya
tentang sunat.
2. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat penilaian dalam memenuhi tugas mata kuliah
Agama di kampus STEM Akamigas tahun ajaran 2017/2018.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sunat


A. Perspektif Yahudi
Orang Yahudi adalah orang yang memegang teguh hukum taurat. Mereka tidak akan
menghilangkan perjanjian antara Tuhan dengan para nenek moyangnya. Hukum sunat sudah
ada sejak Abraham yang dimulai dari penyunatan Ishak ketika berumur 8 tahun.
Pelaksanaan ini dilaksanakan turun-temurun oleh bangsa Yahudi penganut Yudaisme, dan
konsep sunat telah masuk dalam peraturan adat istiadat Yahudi dan hukum seremonial
Taurat yang dikaitkan dengan Paskah.

B. Perspektif Islam

Di dalam Islam, sunat atau khitan dapat dilakukan kepada pria dan perempuan. Khitan
secara etimologis (lughawi) merupakan bentuk masdar (verbal noun) dari fi'il madi khatana
(‫ ) َختَن‬yang berarti memotong. Dalam terminologi syariah Islam, khitan bagi laki-laki adalah
memotong seluruh kulit yang menutup hasyafah (kepala penis) kemaluan laki-laki sehingga
semua hasyafah terbuka. Sedang bagi wanita khitan adalah memotong bagian bawah kulit
yang disebut nawat yang berada di bagian atas faraj (kemaluan perempuan). Khitan bagi
laki-laki disebut i'dzar sedang bagi perempuan disebut khifd. Jadi, khifd bagi perempuan
sama dengan khitan bagi laki-laki. Dalam menjalani proses khitan kepada perempuan adalah
dengan memotong bagian bawah kulit dan menutupi yang ada di atas vagina perempuan.

Dalil Islam tentang khitan berdasarkan pada Al-Quran dan Hadits:

QS An-Nahl :123
.)‫ثم أوحينا إليك أن اتبع ملة إبراهيم حنيفا ً وما كان من المشركين‬
Artinya: Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): “Ikutilah agama
Ibrahim seorang yang hanif” dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan”

.‫اختنوا أوالدكم يوم السابع فإنه أطهر وأسرع لنبات اللحم‬


Artinya: Khitanlah anak laki-lakimu pada hari ketujuh karena sesungguhnya itu
lebih suci dan lebih cepat tumbuh daging (cepat besar badannya).
- Hadits riwayat As-Syaukani dalam At-Talkhis Al-Jabir

3
‫ مكرمة في النساء‬،‫الختان سنة في الرجال‬
Artinya: Khitan itu sunnah bagi laki-laki dan kemuliaan bagi wanita.
- Hadits riwayat Tabrani, Baihaqi, Ibnu Adi, Daulabi, Al-Khatib, tentang khitan
perempuan

‫إذا خفضت أ َ ِش ِمي وال ت َ ْن َه ِكي فإنه أحظى للزوج وأسرى للوجه‬
Artinya: Apabila Engkau mengkhitan wanita, sisakanlah sedikit dan jangan potong
(bagian kulit klitoris) semuanya, karena itu lebih bisa membuat ceria wajah dan
lebih disenangi oleh suami

- Hadits riwayat Abu Daud dari Ummu Atiyah

Tujuan khitan secara syariah:


 Tujuan utama syariah kenapa khitan itu disyariatkan adalah karena menghindari
adanya najis pada anggota badan saat shalat. Karena, tidak sah shalat seseorang
apabila ada najis yang melekat pada badannya. Dengan khitan, maka najis
kencing yang melihat disekitar kulfa (kulub) akan jauh lebih mudah dihilangkan
bersamaan dengan saat seseorang membasuh kemaluannya setelah buang air
kecil.
 Mengikuti sunnah Rasulullah
 Mengikuti sunnah Nabi Ibrahim

C. Perspektif Kedokteran

Dalam dunia kesehatan, sunat adalah operasi pengangkatan tutup kecil dari kulit
pada penis, juga dikenal dengan nama kulup. Prosedur ini memakan waktu hanya 5-10
menit dan akan sembuh dalam waktu seminggu. Dalam sunat ini, jaringan pada kepala
penis diputuskan dan dibuang.

Enam manfaat sunat bagi kesehatan :

1. Sunat membantu menjaga penis tetap bersih.


2. Menurunkan risiko infeksi saluran kemih (ISK).
3. Menurunkan resiko Sexually Transmitted Diseases (STD) atau penyakit-
penyakit yang dtularkan dari hubungan kelamin, terhadap para pria.
4. Laki-laki yang disunat mengurangi kemungkinan terkena kanker penis.

4
5. Sunat juga dapat menurunkan resiko kanker serviks pada pasangan mereka.
6. Sunat menurunkan resiko radang penis dan kulup.

2.2 Pandangan Kekristenan Tentang Sunat dalam Alkitab

A. Kejadian 17:14

“Dan orang yang tidak disunat , yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya,
maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah
mengingkari perjanjian-Ku.”

Sunat berasal dari kata lwm sama artinya dengan “memotong” to be cut off.

Kata “dilenyapkan” dalam ayat 14 mempunyai arti yang berbeda dari tejemahan KJV:
that soul shall be cut off. Artinya: Jiwanya akan dilepas. Jadi, jika seorang laki-laki
tidak dipotong kulit khatannya maka Tuhan akan melenyapkan atau mengambil jiwa
orang tersebut karena ketidakpatuhannya kepada perintah Allah.

Mengapa sunat? Pertama, sebagai tanda ketaatan kepada Allah di dalam segala
aspek hidup. Kedua, sebagai tanda bahwa orang itu bagian dari umat perjanjian-Nya.
Sekali disunat, tidak bisa dibatalkan kembali. Orang itu akan diidentifikasikan sebagai
seorang Yahudi selamanya. Ketiga, sebagai simbol dari "memotong" hidup yang lama
karena dosa, menyucikan hati, dan mendedikasikan diri kepada Allah. Sunat adalah
praktik yang unik ketimbang praktik-praktik keagamaan yang ada pada waktu itu.
Praktik ini memisahkan umat Allah dari umat tetangga mereka yang kafir. Praktik sunat
itu penting dalam membangun penyembahan yang murni kepada Allah yang Esa.

Kebanyakan perjanjian yang kita kenal mengandung pertukaran yang bersifat


setara. Kita memberikan sesuatu dan sebagai balasannya mendapatkan sesuatu sesuai
dengan nilai yang diberikan. Namun perjanjian dengan Allah ternyata berbeda. Berkat-
berkat yang diberikan Allah jauh lebih banyak daripada bagian yang harus diberikan
Abraham.

5
B. Galatia 5:2

“Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan


dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.”

Paulus memberikan kepastian bahwa Kristus telah memerdekakan kita, orang yang
percaya kepadaNya dari segala kuk perhambaan dan oleh sebab itu kita harus tetap teguh
berpaut kepada kebenaran Kristus (ay.1). Sebagai salah satu bagian dari hukum Taurat,
sunat termasuk yang di komentari oleh Paulus. Paulus sendiri menggunakan kata “sunat”
sebanyak sebelas kali. Beberapa kali ia menggunakannya dalam konteks rohani, juga
untuk menyerang ‘kesombongan’ orang Yahudi yang merasa sebagai bangsa pilihan.

C. Roma 2:25,29

“25Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika
engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak ada lagi gunanya.”

“29 Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia uang tidak nampak keyahudiannya dan
sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurifiah. Maka pujian
baginya datang bukan dari manusia melainkan dari Allah.”

Menurut R.A. Jaffray, mengenai Roma 2:25 ini, “Paulus hendak menegaskan nilai
sunat yang dilakukan atas dasar adat nenek moyang, yang bertentangan dengan hukum
Allah. Oleh sebab itu, sekalipun orang itu bersunat, sebenarnya orang itu sama dengan
orang yang tidak bersunat. Orang seperti itu tidak berbeda dengan orang yang belum
percaya.”

Sedangkan menurut van den End pengertian ayat 25 ini, sebagai jawaban Paulus atas
pandangan-pandangan yang sedang berkembang saat itu. Paulus mengakui sunat
memang ada gunanya, halnya seperti hukum Taurat sendiri. Kehadiran sunat sangat
berguna tatkala bangsa Israel mau menaati hukum Taurat. Sunat sebagai tanda
perjanjian dan melalui sunat Sunat berfungsi saat seseorang menaati, melakukan, atau
mempraktekkan (prasso/ πρασσω ) hukum Taurat. Namun sunat menjadi tidak
bermakna saat orang tersebut melanggar ( παραβατηζ ”pelanggar”) hukum Taurat. Apa

6
yang dijelaskan Paulus dalam ayat ini memperlihatkan sikap seriusnya dalam
menanggapi pandangan-pandangan orang Yahudi yang hanya mempersoalkan masalah
kewajiban keyahudian saja.

Menurut Paulus: Kata pelanggar dipakai juga dalam Yakobus 2:9, di mana orang
yang berdosa disebut “pelanggar” hukum Taurat. Dalam ayat ini Paulus menegaskan
bahwa bagi pelanggar hukum Taurat, sunat mereka sudah menjadi tidak bersunat. Di
sini ia berbicara keras karena justru istilah tidak bersunat dipakai untuk menceritakan
orang bukan Yahudi! Dengan kata lain, ia berkata, “kalau kamu yang bersunat berdosa,
maka kamu menjadi bukan Yahudi!. Jadi kata παραβατηζ yang yang mengandung arti
“pelanggar/melanggar” akan berkaitan dengan kata “ ακποβυστια γεγονεν ” yang berarti
“telah menjadi keadaan tidak bersunat”. Itu artinya sunatmu tidak ada lagi gunanya.
Kalimat sunatmu berubah menjadi keadaan tidak bersunat, “berarti: kamu menjadi sama
seperti orang yang tidak bersunat, hatimu sama saja keadaannya dengan hati dia, yaitu
dikuasai dosa.”

Van den End menjelaskan bahwa Paulus menggambarkan situasi yang nyata di
dalam ayat 28-29. Yang mana, orang Yahudi sejati ialah mereka yang melakukan
hukum Taurat, yang menyimpan hukum Taurat dalam batin, menyunatkan hatinya; yang
dijiwai bukan oleh hukum tertulis melainkan oleh Roh. Perlu diperhatikan bahwa sunat
pada badan tidak menjamin orang tersebut masuk pada golongan ini. Sama seperti
hukum Taurat, sunat barulah bermakna bila sifat-sifat tersebut terdapat dalam hati orang-
orang yang bersangkutan.” Bertolak dari pandangan di atas, menurut van der Linde
bahwa keyahudian dan sunat bukanlah soal yang bertalian dengan kebangsaan dan
kelahiran, bukan soal yang dapat dilihat dari luar.

Keyahudian sejati tidak menonjolkan haknya yang istimewa, sebab ia tahu bahwa
sunat yang sejati adalah soal hati yang merupakan karunia Allah.” Jadi penulis dapat
simpulkan bahwa sunat yang dilakukan secara lahiriah Sarx ( σαρξ ) yakni pada tubuh
atau daging hanya sebatas aturan, tradisi atau sunat didalam huruf. Yang mana sunat
berfungsi dalam lingkungan “hukum tertulis” atau Gramma ( γραµµα ). Sedangkan
Yahudi sejati ialah yang tersembunyi” atau “yang tidak nampak” keyahudiannya,
dimana orang tersebut mau hidup dalam ketaatan terhadap syarat-syarat perjanjian, yang
tercantum di dalam hukum Taurat, keiklasan dalam melakukan dan menghidupi hukum
Taurat itu. Keyahudian sejati ialah menyediakan hati Kardia ( καρδια ) sebagai pusat
7
atau sentral, yang mana manusia tersebut berada dalam lingkungan kuasa Roh yang
dikaruniakan-Nya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sunat pada jaman PL merupakan simbol pengudusan. Jika sunat merupakan suatu simbol
pengudusan, mengapa Paulus menolaknya? Beberapa orang Kristen Yahudi percaya bahwa di
samping pekerjaan Allah di dalam Yesus Kristus, baik orang Kristen Yahudi maupun orang
Kristen non Yahudi wajib menaati aturan-aturan dan hukum Taurat, yang secara khusus
mencakup ketaatan pada tata cara dan pemujaan, seperti pemeliharaan hari-hari khusus,
makanan yang halal dan haram, serta bersunat (Gal.3:1-7; 4:8-11, 17, 21-22). Orang-orang ini
masih “diperhamba” di saat Kristus telah memerdekakan mereka. Sunat menjadikan mereka
hidup di luar kasih karunia (ay. 4) dan “Kristus tak akan berguna” sebab usaha untuk
“dibenarkan oleh hukum Taurat” akan menimbulkan keterasingan dari Kristus. Hal inilah yang
sangat ditentang rasul Paulus, sebab bagi orang percaya hanya iman yang bekerja oleh kasih
sajalah yang berarti (ay. 6). Tanpa ketaatan, sunat hanyalah omong kosong (Roma 2:25-29),
tanda lahiriah ini tak berarti apabila dibandingkan dengan menaati perintah-perintahAllah (1
Korintus 7:18-19), menjadi ciptaan barulah yang berarti bagi Allah (Gal. 6:15). Jadi penolakan
tersebut dilatar belakangi oleh aspek teologis serta situasi, kondisi, sosial, dan budaya jemaat
Galatia.

3.2 Saran

Konteks sosial, budaya dan teologi pada masa rasul Paulus menolak pelaksanaan sunat
berbeda dengan konteks sosial, budaya dan teologi pada masa kini. Pada masa kini, orang
melaksanakan sunat lebih disebabkan oleh faktor kesehatan, sedangkan faktor-faktor lainnya
tidak terlalu dominan berpengaruh. Demikian pula orang yang tidak bersunat, biasanya tidak
dipengaruhi oleh faktor teologis tertentu, tetapi hanya soal kebiasaan dan budaya yang
melatarbelakangi hidupnya. Menurut penulis mzelaksanakan sunat adalah lebih baik dan sehat
apabila dipandang dari aspek kesehatan. Di atas hal lahiriah tersebut, yang terpenting adalah
hendaklah setiap orang bersunat hati karena itulah yang berkenan bagi Allah. (Roma 8:28, 29).

9
DAFTAR PUSTAKA

Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan Full Life Study Bible, (Malang: Gandum Mas
dan Lembaga Alkitab Indonesia, 2008) 1832

Derek Prime. 2010.Renungan Sarapan Pagi.


http://sarapanpagi.fr.yuku.com/topic/552/SUNAT#.VNp2M022LDc. Diakses tanggal 09
November 2017

Edward. 2016. Alkitab Sabda. http : / / a l k i t a b . s a b d a . o r g / c o m m e n t a r y


.php?passage=Kej%2017:1-27. Diakses tanggal 09 November 2017

Tempo. 2014. Majalah Tempo. http://indonesiana.tempo.co/read/8141/2014/01/24/6-


Manfaat-Sunat-Bagi-Kesehatan. Diakses tanggal 08 November 2017.

R.A. Jaffray, Tafsiran Surat Roma (Bandung: Kalam Hidup, 2007)

10

Anda mungkin juga menyukai