Anda di halaman 1dari 31

Problematika Produksi

Nama : Yutjen Satri Tuwilay


NIM : 171410062
Kelas : PRD 3
Permasalahan Produksi
Dalam memproduksi suatu fluida dari reservoir hingga ke permukaan, diharapkan dapat tetap
berproduksi secara optimum. Bila suatu lapangan mengalami penurunan laju produksi, hal tersebut
merupakan suatu masalah produksi yang harus diidentifikasi penyebabnya secara dini dan teliti untuk
dapat ditangani sebelum maupun setelah terjadi masalah. Penanganan masalah produksi yang tepat
diharapkan dapat mengembalikan sumur produksi beroperasi dengan kapasitas yang optimum.
Permasalahan tersebut dibagi menjadi 2, yaitu:
Problem Subsurface Problem Surface

Dari kedua problem tersebut kemudian dibagi lagi menjadi 5 cluster, yaitu:

1. Well Problem

2. Flowline/piping Problem

3. SP Problem

4. Lifting Problem

5. SPU Problem
• Well Problem
Beberapa permasalahan yang terjadi pada sumur produksi, antara lain:
1. Scale
2. Parafin
3. Emulsi
4. Kepasiran
5. Coning
6. Masalah Mekanik
• Piping Problem

Beberapa permasalahan yang terjadi pada piping/flowline maupun lifting,


antara lain:
1. Penyumbatan akibat pasir, scale atau paraffin maupun akibat freezing
2. Kebocoran
3. Offshore Piping Problems
• Gathering Station Problem

Beberapa permasalahan yang terjadi pada SP maupun SPU, antara lain:


1. Kerusakan pada tanki (kebocoran, kebakaran, overpressure)
2. Kerusakan valve pada manifold
3. Kerusakan pada heater treater
4. Kerusakan pada pompa
5. Minyak yang mengandung wax/paraffin
6. Kerusakan Separator
• Well Problem
1. Scale
Scale merupakan kristalisasi dan pengendapan mineral yang berasal dari hasil reaksi ion-ion
yang terkandung dalam air formasi. Scale dapat terjadi di dalam pori-pori batuan formasi, lubang
sumur bahkan peralatan yang ada di permukaan.
Penyebab terbentuknya scale, antara lain:
1. Bercampurnya dua jenis air yang berbeda, contohnya air yang diinjeksikan dan air dari formasi
batuan reservoir.
2. Penurunan tekanan reservoir, yang menyebabkan terbebasnya gas dalam larutan sehingga
memungkinkan terjadinya scale.
3. Perubahan (kenaikan) temperatur, yang menyebabkan terjadinya penguapan sehingga terjadi
perubahan kelarutan dan memungkinkan terjadinya pembentukan scale.

Cara mengatasi problem scale, antara lain:


1. Penambahan larutan Ethylene Diamine Tetra Acetic (EDTA)
2. Acidizing (Penambahan Larutan HCl atau HF)
• Well
 WellProblem
Problem
2. Parafin

Parafin atau asphaltin adalah unsur-unsur pokok yang banyak terkandung dalam
minyak mentahyang umumnya disebabkan oleh perubahan komposisi
hidrokarbon, kandungan wax di dalam crude oil, turunnya temperatur dan
tekanan, sehingga minyak makin mengental dan menutup pori-pori batuan

Penyebab terbentuknya parafin, antara lain:


1. Turunnya tekanan reservoir.
2. Hilangnya fraksi ringan minyak.
3. Pemindahan panas dari minyak ke dinding pipa dan diteruskan ke tempat
sekitarnya.
4. Aliran cairan yang tidak tetap dan tidak merata.
5. Terhentinya aliran fluida.
• Well Problem

Cara mengatasi problem parafin, antara lain:


1. Mekanik (direservoir : hydroulic fracturing, di tubing dengan alat
scraper dan cutter dan di flowline dengan alat pigging)
2. Kombinasi dengan pemakaian solvent (kerosen, kondensate,
dan minyak diesel) dengan cara pemanasan (pemakaian
heater treater, steam
3. Stimulation atau thermal recovery (seperti injeksi uap)
4. Pemakaian larutan air + calcium carbide atau acethylene
5. Acidizing
• Well
 WellProblem
Problem
3. Emulsi

Emulsi adalah campuran dua macam cairan yang dalam keadaan biasa tidak
dapat bercampur (immiscible). Problem emulsi umumnya timbul pada saat air
mulai terproduksi bersama minyak

Penyebab terbentuknya emulsi, antara lain:


1. Adanya dua macam cairan yang immiscible.
2. Adanya pengadu kan/agitasi yang cukup kuat untuk menyebarkan cairan yang
satu ke dalam cairan yang lainnya.
3. Adanya emulsifying agent yang dapat membuat emulsi menjadi stabil.
• Well Problem

Pencegahan dan penanggulangan problem emulsi, antara lain:


1. Tidak memproduksikan minyak dengan air secara serentak.
2. Mencegah timbulnya agitasi yang dapat membentuk emulsi.
3. Metode Settling Time (Pengendapan)
Dengan cara ini diharapkan air, emulsi dan minyak akan terpisah
karena perbedaan densitasnya. Peralatan yang dipakai dapat berupa:
gun barrrel atau wash tank, free water knock out, storage tank, atau oil
skimmer.
4. Metode Kimiawi (penggunaan demulsifer)
• Filtering, dimana emulsi dipaksa mengalir melalui filter (saringan)
sehingga film yang menyelubungi dispersed phase pe cah, namun
demikian ternyata tidak semua terpecahkan.
• Centrifuging, dimana emulsi dipecah dengan gaya centrifugal
• Well
 WellProblem
Problem
4. Kepasiran

Kepasiran adalah keadaan dimana pasir ikut terproduksi bersama dengan


fluida reservoir. Problem ini umumnya terjadi pada reservoir yang dangkal,
berumur batuan tersier terutama pada masa miocene. Problem kepasiran
terjadi akibat rusaknya kestabilan dari ikatan butiran-butiran pasir yang
disebabkan oleh adanya gaya gesekan serta tumbukan oleh suatu aliran dari
fluida dimana laju aliran yang terjadi melampaui batas maksimum dari laju
aliran kritis yang diperbolehkan, sehingga butiran-butiran pasir akan ikut
terproduksi bersama-sama dengan minyak ke permukaan.
Masalah kepasiran dapat menyebabkan masalah-masalah yang lain, seperti:
1. Abrasi atau pengikisan di atas permukaan (termasuk endapannya.
2. Dapat terjadi penurunan laju produksi, bahkan dapat mematikan sumur.
• Well Problem

Faktor yang mempengaruhi kepasiran, antara lain:


1. Kekuatan formasi
2. Sedimentasi batuan
3. Laju aliran kritis
Penanggulangan masalah kepasiran, antara lain:
1. Pengurangan drag force, gaya hambatan fluid yang diproduksikan
2. Secara mekanik, yaitu dengan menggunakan gravel (dengan screen untuk
menahan gravel) atau dengan screen (tanpa gravel) untuk menahan butiran
pasir yang ikut mengalir bersama fluida reservoir pada saat sumur
berproduksi.
• Well
 WellProblem
Problem
5. Coning
Water dan Gas coning merupakan permasalahan yang serius pada banyak aplikasi dilapangan.
Gejala ini ditandai oleh breakthtrough air atau gas yang terlalu dini. Penyebab timbulnya gejala
coning pada sumur-sumur minyak pada dasarnya disebabkan oleh laju produksi yang berlebihan.
Water coning bisa terjadi bersama-sama dengan gas coning atau terjadi sendiri-sendiri,
tergantung pada reservoirnya.

Faktor penyebab coning, antara lain:


Water coning didefinisikan sebagai gerakkan vertikal dari air yang memotong bidang perlapisan
didalam formasi produktif. Terproduksinya air yang berlebihan dapat terjadi sebagai akibat dari
beberapa hal dibawah ini: Perembesan air umumnya terjadi pada mekanisme pendorong water
drive, water coning, water fingering, dan terjadinya kerusakan primary cementing atau kebocoran
casing.
Water fingering didefinisikan sebagai gerakan air menuju ke atas dalam zona yang lebih
permeabel dari multi zona. Didalam reservoar yang berlapis-lapis gas fingering dapat terjadi lebih
awal pada lubang bo r dengan perbedaa n tekanan yang tinggi. Gas fingering lebih umum terjadi
di dalam reservoar dimana permeabilitas antar zona cukup besar perbedaannya.
• Well Problem

Beberapa cara penanggulangan masalah coning, antara


lain:
• Menurunkan laju produksi dibawah laju alir kritis.
• Jika mungkin mematikan sumur, selama waktu tertentu
sehingga diperkirakan akan mengembalikan batas air-
minyak kekondisi awal.
• Menjalankan program kerja ulang, untuk menutup lubang
perforasi awal dan melakukan perforasi dengan interval
yang baru.
• Well
 WellProblem
Problem
6. Masalah Mekanis

Beberapa masalah mekanik pada sumur produksi, seperti:


• Kerusakan dalam sistem penyemenan.
• Tubing , casing dan packer bocor
• Keruskan pada casing atau tubing
• Kesalahan atau kerusakan pada artificial lift
• Kerusakan pada plug

Adapun problem di atas harus ditangani sejak dini dengan melakukan


recompletion (komplesi kembali secara keseluruhan sehingga
baik/sempurna)
• Piping and Lifting Problem

1. Penyumbatan

Penyempitan pada pipa produksi migas dapat menjadi


masalah yang serius karena akan menurunkan produksi.
Jadi, jika produksi crude oil tiba-tiba menurun, maka
kemungkinan besar telah terjadi penyempitan pipa.
Penyebabnya bisa karena adanya pengendapan pasir,
scale (kerak) atau adanya pengendapan parafin pada
pipa maupun akibat freezing. Keempat penyebab
tersebut membutuhkan jenis chemical yang berbeda,
sehingga perlu dilakukan analisa untuk mengetahui
penyebab pnyempitan pipa produksi crude oil tersebut.
• Piping and Lifting Problem

• Kepasiran disebabkan karena adanya kandungan pasir yang terikut bersama dengan fluida
dan mengendap disepanjang aliran pipa.
• Terjadinya scale disebabkan oleh adanya perubahan tekanan, temperatur dan pH sehingga
keseimbangan ion-ion melebihi kelarutannya dan membentuk endapan atau padatan baik
di reservoir, atau sepanjang pipa produksi. Scale juga dapat terbentuk jika terjadi
pencampuran dua jenis air yang tidak compatible sehingga batas kelarutan senyawa yang
ada dalam campuran air formasi tersebut terlampaui, dan terbentuklah endapan scale.
• Adapaun terjadinya pengendapan parafin antara lain disebabkan oleh suhu, hilangnya
fraksi ringan dari minyak, pemindahan panas dari minyak ke dinding pipa, aliran cairan
yang tidak tetap dan tidak merata, adanya partikel lain yang menjadi inti dari pengendapan
parafin, kecepatan aliran dan kekerasan dinding pipa, dan terhentinya aliran fluida.
• Freezing pipe disebabkan akibat adanya kandungan hydrat dan mineral lainnya didalam
fluida sehingga ketika ada penurunan tekanan yang drastis, menyebabkan freezing.
• Piping and Lifting Problem

Secara umum, jika terjadi penurunan produksi karena ada


masalah penyempitan pipa produksi crude oil maka
dilakukan analisa pressure drop, analisa kimia air formasi,
serta analisa fluida reservoir dalam laboratorium. Analisa
tersebut cukup sulit dilakukan khususnya apabila berada
pada area yang tidak ditunjang peralatan yang memadai
untuk itu para pekerja sering menganalisa dengan
memperhatikan Memperhatikan karakteristik minyak
Memperhatikan waktu kenaikan tekanan. Untuk kepasiran
dapat digunakan sand trap, sedangkan untuk freezing dapat
menggunakan heat exchanger.
• Piping and Lifting Problem
2. Kebocoran

• Kebocoran pada pipa produksi merupakan masalah yang cukup


serius, karena dapat menimbulkan masalah seruis yang lain juga.
Kebocoran dapat terjadi karena korosi akibat umur pipa yang sudah
tua, karakteristik dari fluida didalam pipa sendiri, proses pemasangan
yang gagal atau faktor luar lainnya yang menyebabkan terjadinya
kebocoran pipa.
• Untuk mencegah terjadinya kebocoran, maka perlunya penyesuaian
desain pipa dengan karakteristik fluida yang akan dialiri. Selain itu, bila
ada pipa yang bocor, akan segera dilakukan analisa untuk
pertimbangan perbaikan atau penggantian dengan yang baru. Hal ini
dilaksanakan dalam waktu yang cepat agar tidak menimbulkan
kersahan bila berdekatan dengan pemukiman penduduk
• Piping and Lifting Problem
3. Offshore Piping Problems

Untuk jalur pemipaan pada offshorre, dapat juga terjadi permasalahn umum yang dibahas sebelumnya. Namun ada juga
permasalahan lainnya, seperti

• Kemungkinan terjadinya freespan (bentangan bebas)

• Kemungkinan terjadinya penggerusan(scouring) material/sedimen di bawah pipa dan pengangkatan pipa karena
adanya perubahan pola dan kecepatan arus laut, terutama di sekitar alur-alur dasar laut yang dilalui oleh jalur pipa.
Scouring dan pengangkatan pipa ini dalam waktu lama akan menyebabkan terjadinya perubahan posisi pipa dari
disain awalnya (lateral buckling) dan terjadi bentang bebas (freespan).

• Kemungkinan terjadinya perubahan kedudukan pada pipa-pipa yang memotong jalur sesar, karena kemungkinan
adanya getaran atau pergerakan tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan kestabilan pipa di dasar laut.

• Pipa transmisi gas dan jaringan pipa hulu rawan terkena jaring (terutama jaring trawl) dan jangkar dari nelayan yang
melakukan aktifitas penangkapan ikan di sekitar pulaupulau karang dan perairan Kepulauan Seribu

• Adanya marine growth di sepanjang pipa yang mempengaruhi ketahanan pipa

• Tertimpa dan terseret jangkar kapal besar yang sedang berlabuh.


• Piping and Lifting Problem
Dalam penyelesaian masalah-masalah pada pemipaan di offshore tersebut, dilakukan beberapa cara seperti:

• Menggunakan metode geofisika untuk melakukan pemeriksaan secara periodik dan berkala terhadap infrstruktur
jaringan pipa migas seperti Remotely Operated Vehicle (ROV), Side Scan Sonar (SSS), Multibeam Echosounder,
dan Geomagnetik Laut.

• Melakukan pemendaman pada pipa terbuka didasar laut pada kedalaman < 13 m. Sedangkan pipa yang digelar
secara terbuka di dasar laut pada kedalaman laut lebih dari 13 m harus dilengkapi dengan pemberat, hal ini untuk
menjaga kestabilan pipa di dasar laut dan mencegah terjadinya kegagalan struktur pada sistem perpipaan, sesuai
dengan standar.

• Memberi bangunan pendukung (concrete) pada pipa yang terindikasi mengalami kondisi bentang bebas
(freespan), sesuai dengan standar DNV-RP-F105.

• Melakukan penimbunan pada lokasi persilangan (crossing) antar pipa bawah laut atau dengan kabel bawah laut
agar tidak terjadi kondisi freespan.

• Memberi buckle arrestor pada pipa yang mengalami buckling atau pemipihan atau pembengkokan sesuai dengan
standar.

• Memberi rambu-rambu dan sarana bantu navigasi pelayaran pada jalur pipa yang digelar di daerah alur
pelayaran.
• Gathering Station Problem

• Stasiun pengumpul atau lebih dikenal dengan gathering station pada


dunia perminyakan ini berfungsi sebagai tempat pengumpul fluida
hasil produksi (minyak, air, gas) yang dihasilkan dari sumur-sumur
minyak pada sebuah lapangan, kemudian fluida tersebut dipisahkan
menurut kebutuhannya.
• Sedangkan stasiun pengumpul utama (SPU) adalah suatu tempat
yang tersedia di mana terdapat peralatan yang digunakan untuk
menampung fluida dari beberapa stasiun pengumpul (SP) yang ada
di satu lapangan atau lebih. Di SPU juga sebagai akan memberikan
waktu tertentu untuk settling (pengendapan) fluida, sehingga terjadi
pemisahan minyak, gas dan air, yang selanjutnya semaksimal
mungkin didapatkan produk minyak yang bersih dengan kadar air
sekecil mungkin.
• Gathering Station Problem
Permasalahan yang sering terjadi di SP dan SPU, antara lain:
1. Kerusakan Tangki
Biasanya dilihat dari tingkat kerusakan ringan dan tingkat kerusakan berat. Tingkat kerusakan ringan diantaranya ada
oil losses dan leakage, sedangkan tingkat kerusakan berat seperti meledak. Meledak biasanya terjadi karena tekanan
yang berlebihan atau juga karena aliran fluida yang berlebihan, valve tidak mampu mengatasi pressure yang bisa
membuat tangki mengalami overskill (melebihi kemampuan).

Kebocoran Pada Tangki Kebakaran Pada Tangki Tangki Yang Mengalami Overpressure
• Gathering Station Problem

Penyelesaian Masalah Pada Tangki:


• Untuk bagian yang mengalami kerusakan akibat overpressure,
diganti dengan bahan yang lebih berkualitas pada sebagian
struktur roof dan seluruh roof plate.
• Mengganti valve dengan batas maksimum pressure yang lebih
tinggi.
• Memasang sensor kebakaran pada tangki.
• Melakukan pengelasan pada daerah tanki yang mengalami
kebocoran.
• Melakukan pemeliharaan dan pemantauan yang terjadwal.
• Gathering Station Problem
2. Kerusakan Valve manifold

Permasalahan yang timbul pada valve antara lain adalah:


• Bocor / leak
Part yang paling sering terjadi kebocoran adalah pada packing gland. Indikasinya adalah
valve tidak bekerja dengan baik. Solusinya adalah dengan mengencangkan gland nut
lalu periksa handwell. Selain itu terkadang pada sambungan body dan bonnet, daerah
body dan sekitar flange juga bisa terjadi kebocoran. Selain itu untuk menghindari aus
pada valve, pemberian pelumas pada bagian stem sangat penting dalam menjaga
ketahanan valve.

• Kerusakan Fisik Lainnya


indikasinya valve tidak bekerja dengan baik, maka solusinya harus diadakan
pemeriksaan fisik sebelum dilakukan tindakan perbaikan. Selain itu, pemeliharaan dan
pemantauan yang terjadwal perlu terus dilakukan untuk mengetahui lebih awal masalah
yang terjadi.
• Gathering Station Problem

3. Kerusakan Pada Heater Treater

Kerusakan pada heater treater salah satunya yaitu keruskaan pada bagian fire tube (U-fire
tube) berupa bulging yang diaakibatkan karena adanya thermal fatigue, hal ini terjadi karena
adanya tegangan siklik yang disebabkan oleh variasi temperature. Kerusakan yang terjadi
berupa retak yang bisa terjadi di mana saja dalam komponen logam.

Penanganan untuk masalah ini, antara lain:


1. Penggantian material dengan carbon steel yang
mempunyai ketahanan temperature yang lebih tinggi
daripada material carbon steel biasa.
2. Penggunaan water jetting untuk membersihkan
sludge (lumpur) yang menempel pada U-fire tube
sehingga lumpur – lumpur tersebut tidak menumpuk.
3. Penggunaan alarm apabila terjadi ketidakstabilan
pada heater treater sehingga start up dan start down
Bulging Pada Fire Tube
dapat dihindari.
• Gathering Station Problem

4. Kerusakan Pada Pompa

Pompa merupakan salah satu peralatan yang penting karena berfungsi untuk mentransfer
fluida. Permasalahan yang sering terjadi pada pompa, antara lain:
• Gathering Station Problem
Rekomendasi perbaikan pada bagian-bagian pompa yang mengalami kerusakan, antara lain:
• Gathering Station Problem

5. Minyak Yang Mengandung Wax/Parafin

Minyak yang ditampung akan menyebabkan masalah juga pada jalur pemipaan yang
ada di SPU bila minyak tersebut mengandung wax/parafin. Hal ini dapat menyumbat
pipa dan menyebabkan overpressure yang tentunya akan menimbulkan masalah yang
serius pada fasilitas yang lainnya.

Penanggulangan masalah:
• Pemanasan pada liquid yang ditransfer
merupakan salah satu alternatif dengan
menggunakan media pemanas yang
dicampurkan ke fluida yang ditransfer.
• Heating booster station diletakan di beberapa
tempat pada pipeline yang mana suhu crude
telah terindikasi mendekati suhu beku Wax. Problem Waxing Pada Pipeline
• Gathering Station Problem

6. Kerusakan Pada Separator dan Scrubber

Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada separator dan juga pada scrubber,
antara lain:
• Terbentuknya busa dalam crude oil
• Paraffin
• Kepasiran
• Liquid Carryover
• Gas blowby
• Liquid slugs
• Overpressure
• Overflow
• Line plugging
• Masalah Pengendapan
• Kebocoran
• Rusaknya sistem instrumentasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai