Anda di halaman 1dari 71

OPPB

Minggu ke 04

Review
Underbalance Drilling & Aerated Drilling
Geothermal Well
Allen Haryanto L, M.T.
Referensi
• SOP Pertamina 2005 & 2012
• Rudi Rubiandini 2008
• Fauzia Fadhila Anwar, Designing Liquid - Gas Rate Window For Aerated Drillingusing
GuoGhalambor Method, https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-
migasian/article/download/135/55
• Raka Sudira Wardana, Valuation Of Aerated Drilling In K-01 Geothermal Well Using Guo
Ghalambor’s Gas-liquid Rate Window, Evaluation of Aerated Drilling in K-01 Geothermal
Well using Guo Ghalambor’s Gas-Liquid Rate Window | Wardana | PETRO:Jurnal Ilmiah
Teknik Perminyakan (trisakti.ac.id)
• Guo & Ghalambor, Gas Requirements for Underbalanced Drilling : Deviated Holes, 2002
• I Made Budi, 2008 https://orkustofnun.is/gogn/flytja/JHS-
Skjol/Yearbook2008/11IMade.pdf
• Aljami, S. E., & Schubert, J. J. (2003). Optimum Selection of Underbalanced Techniques.
SPE/IADC Middle East Drilling Technology. Abu Dhabi: SPE/IADC
https://onepetro.org/SPEMEDT/proceedings/03MEDT/All-03MEDT/SPE-85322-
MS/137964
• SInvasion and Reservoir Damage in Tight Reservoirs: Options of Avoiding and Stimulation
Based on Damage Mechanisms
https://www.searchanddiscovery.com/documents/2018/42252el%20sherbeny/ndx_el%
20sherbeny.pdf
• Designing Liquid - Gas Rate Window For Aerated Drillingusing Guo Ghalambor Method,
Fauzia Fadhila Anwar, 2020 https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-
migasian/article/download/135/55
Tujuan
• Mengenal Difinisi dan Alasan Pemboran Underbalanced Drilling
• Mengetahui Penyebab-Penyebab Utama Kerusakan Formasi
• Mengetahui Teknik-Teknik Pemboran Under Balanced
• Mengenal Pemboran Aerasi :
– Alat Pengeboran
– Tata Letak Alat Pengeboran Aerasi
– Metode Pencampuran Udara dan Lumpur
– Metoda Perancangan
– Batas-batas Liquid – Gas Rate Window
– Tahap Perhitungan Liquid – Gas Rate Windows
– Studi Kasus Sumur Geothermal
Definisi
• Menurut API RP 53 : Jika tekanan
hidrostatik fluida pemboran secara
sengaja didesain agar lebih rendah
dari tekanan formasi, maka
pemboran tersebut dapat dikatakan
pemboran underbalanced.
• Tekanan hidrostatik fluida pemboran
dapat dikurangi yaitu dengan
penambahan gas (udara atau
nitrogen).
• Adanya penurunan tekanan
hidrostatik fluida pemboran ini akan
mengakibatkan influx fluida formasi https://oilfieldteam.com/en/a/learning/Underbalanced-drilling-Conventional-drilling

ke dalam lubang sumur yang harus


disirkulasikan keluar sumur dan
dikontrol di permukaan.
Rudi Rubiandini, 2008 ; SOP Pertamina 2005
Alasan dilakukannya Pemboran
Underbalanced
Kelebihan :
1. Mengatasi permasalahan loss.
2. Menghindari terjadinya kerusakan formasi.
3. Tidak melakukan kerja stimulasi ulang setelah
pemboran selesai.
4. Mempercepat ROP.
5. Umur bit yang lebih lama.
6. Reduction Cost.
7. Memungkinkan fluida formasi yang bertekanan
rendah mengalir ke permukaan (komplesi harus
under balanced).
8. Ditujukan untuk re-entry sumur-sumur lama
atau pemboran sumur baru pada reservoar-
reservoar lama yang sebelumnya dianggap http://dx.doi.org/10.2118/148523-MS
tidak feasibel untuk produksi

Kekurangan
1. Membutuhkan alat tambahan untuk operasi
pengeboran.
2. Meningkatkan resiko terjadi kick.
3. Korosi mudah terjadi akibat penggunaan fasa gas
pada operasi ini
https://www.researchgate.net/publication/241790037_Underbalanced_Drilling_Technology_for_Unconventional_Gas_
Reservoirs
Rudi Rubiandini, 2008 ; SOP Pertamina 2005 ; I Made Budi, 2008
https://orkustofnun.is/gogn/flytja/JHS-Skjol/Yearbook2008/11IMade.pdf
UNDER BALANCED DRILLING
Persyaratan Dilakukan Under Balance Drilling :
1. Single Layer (jika oil and gas).
2. Zona Produksi.
3. Consolidated formation.

Persiapan
1. Tentukan 1 zona yang cocok untuk dilakukan under balance drilling.
2. Data reservoar (tekanan, temperatur, kandungan HC, Permeabilitas dan fluida lainnya).
3. Design Flow Modelling.
4. Periksa kesiapan peralatan seperti : a. Separator 4 phase; b. Rotating Control Head (RCH); c. Nitrogen
Processing Unit (NPU); d. Compressor.

Rudi Rubiandini, 2008 ; SOP Pertamina 2005 ; I Made Budi, 2008 https://orkustofnun.is/gogn/flytja/JHS-Skjol/Yearbook2008/11IMade.pdf
Kerusakan Formasi
Proses kerusakan pada formasi yang akan mengurangi produktivitas suatu lapisan gas atau minyak.

Alasan untuk mencegah kerusakan formasi :


• Menurunkan biaya komplesi dan produksi
• Memaksimumkan cadangan terambil dengan menurunkan drawdown dan menurunkan masalah water dan gas
coning
• Menjaga batasan atau barier permeabilitas vertikal dari suatu formasi dengan tidak perlu dilakukannya fracturing
sehingga menambah efisiensi penyapuan vertikal dan areal untuk primary, secondary dan tertiary recovery.
• Memaksimumkan injektivity untuk operasi injeksi ke formasi

Empat penyebab utama kerusakan formasi :


1. Kerusakan Mekanis
2. Kerusakan Kimiawi
3. Kerusakan Biologis
4. Kerusakan Termal
Kerusakan Mekanis
Kerusakan formasi mekanis terjadi selama operasi
pemboran overbalanced, dapat dikategorikan lagi atas 2
bagian, yaitu :
1. FINE MIGRATION
• Terjadi pada operasi pemboran overbalanced saat rate
fluid loss sangat besar di formasi dengan permeabilitas
yang tinggi.
• Migrasi Serpihan (Fine Migration) akibat gesekan fluida
yang mengalir dengan batuan, sehingga terbentuk
serpihan-serpihan batuan. serpihan tersebut bergerak
pore throat dari pori batuan untuk memblock dan
mengurangi permeabilitas media berpori.
• Serpihan-serpihan batuan tersebut dapat berupa material
seperti clay, crystalline dolomite, pyrite, anhidrit, dll.
• Migrasi serpihan ini juga sangat bergantung pada
wettabilitas dari batuan. Serpihan akan sangat mudah
bermigrasi dalam fasa cairan yang membasahi batuan.
2. SOLID INVASION
• Padatan-padatan dalam fluida pemboran dapat
menyebabkan kerusakan formasi.
• Padatan seperti weighting agent (barite, karbonat atau
hematit), fluid loss agent (bentonite, clay) atau artificial
bridging agent untuk memperbaiki sifat fluid loss fluida seperti
kalsium karbonat, garam , cellulosic flakes, oil-sluble resin,
walnut hulls, atau LCM (lost Circulating Material) jenis lainnya.
• Walaupun padatan-padatan ini sudah berusaha dikontrol di
permukaan melalui solid control seperti desander, desilter,
namun padatan tersuspensi dengan ukuran 10 hingga 15
micron dalam diameter sangat susah untuk dihilangkan SInvasion and Reservoir Damage in Tight Reservoirs: Options of Avoiding and Stimulation Based on Damage
Mechanisms https://www.searchanddiscovery.com/documents/2018/42252el%20sherbeny/ndx_el%20sherbeny.pdf
Empat penyebab utama kerusakan formasi :
Kerusakan Kimiawi
• Ketidak cocokan invasi filtrat fluida
dengan batuan formasi dapat
menyebabkan terjadinya hal-hal seperti
clay swelling, clay deflocculati pada
clay-clay yang sangat reaktif seperti
montmorillonite.
• Akibat utama dari clay swelling dapat
menyebabkan penyumbatan pori-pori
total.
• Ketidak cocokan fluida invasi dengan
fluida formasi dapat menyebabkan
terbentuknya endapan padatan,
pengendapan wax, scale atau emulsi.
Pembentukan padatan, wax atau scale
dapat menimbulkan penyumbatan dalam
pori-pori batuan.
• Perubahan wettability dari batuan juga
dapat terjadi oleh fluida invasi.
Perubahan wettability ini akan dapat
menyebabkan minyak menjadi tidak
dapat mengalir karena batuan formasi
berubah dari water-wet menjadi oil-wet.
Kerusakan Biologis Kerusakan Termal
Adanya bakteri-bakteri juga dapat merusak formasi. Perubahan temperatur juga akan menyebabkan
Bakteri-bakteri yang berada dalam formasi dapat dibagi kerusakan formasi.
atas 2 bagian yaitu bakteri anearobik dan bakteri aerobik.
Hal ini dapat terjadi seperti pada injeksi air panas,
• Bakteri aerobik tidaklah terlalu bermasalah karena injeksi uap.
bakteri tersebut memerlukan oksigen untuk dapat tetap
hidup dan oksigen susah untuk diperoleh dalam Perubahan temperatur akan menyebabkan
formasi. terjadinya transformasi mineral dalam formasi,
• Bakteri anaerobik cenderung menimbulkan masalah perubahan wettability batuan, pelarutan batuan dll.
terutama dalam sumur-sumur yang diinjeksi dengan
air, karena air injeksi biasanya masih mengandung Perubahan mineral yang mungkin terjadi dalam
bakteri tersebut. formasi adalah perubahan clay stabil menjadi clay
yang sensitif terhadap air.
Adanya aktivitas bakteri dalam media berpori dapat
menimbulkan : • Contohnya adalah perubahan Kaolinit akan
1. Pengurangan permeabilitas berubah menjadi smectitic clay dalam reservoar
2. Masalah Korosi yang diinjeksikan oleh uap atau air panas pada
Pengurangan dalam permeabilitas batuan terjadi sebagai temperatur melebihi 160 - 300o C.
akibat dibentuknya suatu biofilm oleh bakteri yang akan O.I.Imasuen, 1987, https://doi.org/10.1016/0169-
1317(89)90012-4
akan menutupi permukaan batuan.
Biofilm inilah yang akan mengurangi porositas atau • Perubahan wettabilitas batuan juga dapat terjadi
permeabilitas dari batuan. karena wettabilitas batuan sangat bergantung
pada temperatur. Semakin tinggi temperatur,
Untuk mengatasi bakteri ini dapat diinjeksikan bleach atau biasanya batuan akan menjadi semakin water-
hidrogen peroksida yang akan mensterilkan dan wet. Hal ni tentu menjadi masalah dalam operasi
membunuh bakteri-bakteri tersebut.
injeksi air ke dalam reservoir.
Selain itu cairan ini juga akan menguraikan polimer dari
biofilm.
Teknik Pemboran Underbalanced
• Rendahnya tekanan hidrostatik
fluida pemboran dapat dicapai
dengan beberapa cara,
diantaranya adalah
mencampurkan lumpur
pemboran dengan gas untuk
menurunkan densitasnya.
• Terdapat beberapa macam gas
yang dapat dicampurkan dengan
lumpur pemboran, diantaranya
adalah :
• Udara
• Udara - Foam
• Nitrogen Nitrogen mist
• Nitrogen Foam
• Crude Oil
• Crude Oil- Nitrogen
• Diesel - Nitrogen
• Air Produksi - Nitrogen SPE-171024-MS
• Fresh Water
• Gas - Mist
Aljami, S. E., & Schubert, J. J. (2003). Optimum Selection of Underbalanced Techniques. SPE/IADC Middle East Drilling Technology. Abu Dhabi: SPE/IADC
Aljami, S. E., & Schubert, J. J. (2003). Optimum Selection of Underbalanced Techniques. SPE/IADC Middle East Drilling Technology. Abu Dhabi: SPE/IADC
Aljami, S. E., & Schubert, J. J. (2003). Optimum Selection of Underbalanced Techniques. SPE/IADC Middle East Drilling Technology. Abu Dhabi: SPE/IADC
Pemboran Sumur Aerasi
 Example
1,000  KMJ-XX ROP Analysis
 Ave ROP with mud: 2.2 m/hr
 Ave ROP with air: 6.2 m/hr

Geothermal 1,100  2.8 x faster with air

Aerated Drilling 1,200


y = 2.1252x + 1063.5 y = 2.2967x + 1020.3

• Kamojang

Depth (m)
1,300

• Lahendong 1,400

• Lumut Balai
1,500

• Ulubelu y = 5.4475x + 607.72

1,600

Fluid only, bit run #1

Fluid only, bit run #2


1,700 y = 6.9829x + 181.13
Aerated only, bit run #2

Aerated only, bit run #3


1,800
0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264

Drilling Hours
Aerated Drilling Wayang Windu
Pengeboran Aerasi

• Alat Pengeboran
• Tata Letak Alat Pengeboran Aerasi
• Metode Pencampuran Udara dan Lumpur
• Metoda Perancangan
• Batas-batas Liquid – Gas Rate Window
• Tahap Perhitungan Liquid – Gas Rate Windows
• Studi Kasus Sumur Geothermal
Alat Pengeboran Aerasi
• Pada dasarnya sistem operasi pengeboran terbagi menjadi 6 (Watt, 2017), yaitu
• sistem angkat (hoisting system),
• sistem putar (rotating system),
• sistem tenaga (power system),
• sistem pengendalian sumur (well control system),
• sistem sirkulasi (circulating system), dan
• sistem monitor (monitoring system).
• Dengan mencampurkan fasa gas dan fasa cair sebagai fluida pengeboran, dierlukan alat-
alat tambahan pada pengeboran aerasi.
• Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada.
Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada
1. Aerated Drilling Separator : 2. Kompresor :
• berfungsi sebagai pemisah fasa gas (udara), cair • Sebagai unit penyedia gas yang digunakan.
(lumpur) dan padatan yang kembali.
• Berkurangnya kadar udara pada ketinggian
• Fasa gas (steam) akan dilepaskan ke udara bebas, tertentu memengaruhi kapasitas kompresor.
sedangkan fasa cair dan padatan dialirkan kembali
menuju shale shaker • Umumnya, kapasitas kompresor akan berkurang
3% dalam setiap ketiggian 300 mdpl.
• Kemudian gas yang dihasilkan dari kompresor
dialirkan menuju booster
Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada
3. Booster : 4. Mist Pump :
• Memberikan tambahan tekanan pada gas yang • Unit yang penginjeksi larutan kimia (contohnya anti
dihasilkan oleh kompresor. corrosion agent ).
• Hal ini dilakukan karena udara yang dihasilkan • Larutan kimia yang diinjeksikan akan berupa
kompresor akan melalui alur pipa yang tidak datar. embun.
• Ketika melalui pipa yang memiliki elevasi, tekanan • Embun ini akan menyatu dengan udara keluaran
pada gas cenderung berkurang. booster dan masuk ke standpipe.
• Sehingga tekanan gas hasil kompresor tidak cukup
Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada
5. Blooie Line : 6. Rotating Head :

• merupakan pipa yang mengalirkan fluida tercampur yang pada closed-loop drilling (CLD) unit ini berfungsi menyekat fluida pada
annulus ketika kondisi drillstring masih terpasang. Posisi unit ini dipasang
kembali melalui annulus ke separator. di atas Blowout Preventer (BOP).
• Pada operasi pengeboran aerasi, fluida pengeboran yan
kembali merupakan fluida campuran fasa cair dan fasa gas.
• Akibat kondisi fluida tersebut ukuran penampang pipa yang
dibutuhkan dari BOP stack ke separator harus lebih besar 1.1
kali dari ukuran penampang lubang annulus (Lyons, Guo,
Graham, & Hawley, 2009).

7. String float valve : berperan untuk mencegah adanya aliran yang


kembali melalui drillstring.
Alat ini terpasang pada pipa pengeboran. String Float Valve memiliki
dua jenis yang berbeda, yaitu flapper dan plunger .
Tata Letak Pengeboran Aerasi (Mud+Air+Water)
• Cara pengeboran aerasi
yang dijelaskan oleh
gambar merupakan cara
injeksi gas melalui
drillstring .
• Diawali dengan udara
yang terkompresi dari
kompresor dilirkan ke
booster.
• Udara ini akan bercampur
dengan lumpur dari mud
pump dan larutan kimia
dari mist pump.
• Lalu campuran fluida
dialirkan menuju sumur
melalui standpipe.
• Sementara itu, fluida dari
annulus kembali dan
mengalir melalui blooie
line menuju unit
separator.
• Fasa gas pada separator
dilepaskan ke udara
bebas, sedangkan
campuran fluida dialirkan
menuju shale shaker .
IMBKA Putra, 2008, https://orkustofnun.is/gogn/flytja/JHS-Skjol/Yearbook2008/11IMade.pdf
Tata Letak Pengeboran Aerasi (Air+Water)

Aerated Drilling at Iceland, New Zealand


Metode Pencampuran Udara dan Lumpur
Standpipe Injection
• Injeksi udara melalui standpipe adalah
metode yang paling umum dilakukan
pada pengeboran aerasi.
• Faktor pembatas pada metode ini
adalah kemampuan udara dalam
mempertahankan tekanannya
sepanjang pipa menuju sumur sampai
titik terdalam.
• measurement while drilling (MWD)
konvensional tidak dapat digunakan.
• electromagnetic measurement while
drilling (EM-MWD dibutuhkan untuk
injeksi melalui drillstring.
• Kelebihan dari metode ini adalah
kemudahan dalam operasi dan
penyediaan alat.
Metode Pencampuran Udara dan Lumpur
Concentric pipe string ,
• merupakan jalur tambahan yang
terdapat di pada drillpipe.
• Cara pengeboran aerasi dengan cara
ini hanya mencapai kedalaman
tertentu sesuai desain, tidak seperti
drillstring (standpipe) injection.
• Tekanan udara lebih mudah dikontrol
karena tidak melalui melalui lintasan
yang panjang.
• Penggunaan electromagnetic
measurement while drilling (EM-MWD
pada cara injeksi ini juga dibutuhkan.
Metode Pencampuran Udara dan Lumpur
Parasite string
• yaitu pipa tambahan yang menempel
pada casing trayek sebelumnya dan
berfungsi menginjeksikan udara
kedalam annulus diantara casing dan
drillpipe.
• Penentuan kedalaman titik
injeksi parasite string berdasarkan
antisipasi penurunan tekanan
maksimum untuk mencegah terjadinya
hilang sirkulasi.
• Kelebihan cara injeksi ini adalah
penggunaan MWD yang tidak
terganggu.
• Sehingga tidak memerlukan
electromagnetic measurement while
drilling (EM-MWD pada cara injeksi ini.
Metode Perancangan
Pemilihan Fluida
• Tahap awal yang dilakukan
pada perancangan ini adalah
dengan memilih tipe fluida
sesuai dengan ketentuannya.
• Pengaruh dari fluida formasi
dan lubang sumur yang akan
dibuat menjadi pertimbangan
saat pemilihan.
• Pemilihan fluida
underbalanced drilling dapat
mengacu pada :

Diagram Alir Penentuan Fluida Pengeboran UBD [dimodifikasi dari : (Aljami & Schubert, 2003)]
https://onepetro.org/SPEMEDT/proceedings/03MEDT/All-03MEDT/SPE-85322-MS/137964
Batas-batas Liquid – Gas Rate Window (Pengeboran Aerasi)
• Keberhasilan pengeboran aerasi sangat bergantung
pada laju alir fasa gas (umumnya berupa udara atau
nitrogen) dan fasa cair (lumpur yang umumnya
berbahan dasar air atau minyak).
• Dengan mempertimbangkan
• tekanan bawah sumur,
• pengangkatan serbuk bor, dan
• geometri sumur
maka terbentuk batas-batas sehingga menjadi LGRW
• Dalam eksekusinya, laju alir gas dan lumpur diharapkan
tetap berada di dalam LGRW yang sudah dirancang
sesuai kondisi sumur yang ditinjau.
• LGRW ini bukan merupakan ekspresi operating window
untuk seluruh jenis fluida UBD, melainkan hanya untuk
pengeboran aerasi.
• Pada pengeboran aerasi batas-batas yang membentuk
LGRW antara lain :
Guo & Ghalambor, Gas Requirements for Underbalanced Drilling : Deviated
• Collapse Pressure Limit (Batas Kanan) Holes, 2002
• Balance Pressure Limit (Batas Kiri)
• Cutting Carrying Capacity Limit (Batas Bawah)
• Wellbore Washout Limit (Batas Atas)
Batas-batas Liquid – Gas Rate Window (Pengeboran Aerasi)

1. Collapse Pressure Limit (Batas Kanan)


• Kondisi formasi disekitar sumur dapat runtuh alami ketika :
tekanan hidrostatik sumur < batas collapse pressure-nya.
• Runtuhnya formasi sekitar sumur dapat menyebabkan pipa
terjepit.
• Nilai collapse pressure didapat melalui tinjauan geomekanik.
• Untuk membentuk batas kanan ini, nilai laju alir gas dan lumpur
pada titik-titik perpotongan antara circulation-break bottom hole
pressure (Phy) dan collapse pressure dari formasi tinjauan.
2. Balance Pressure Limit (Batas Kiri)
• Batas kiri pada LGRW merupakan kondisi seimbang antara
tekanan formasi dan tekanan dalam sumur.
• Garis ini terbentuk dari perpotongan tekanan hidrostatik sumur
ketika mengalir dengan tekanan formasi seluruh skenario yang
dibuat.
• Nilai tekanan hidrostatik sumur ketika mengalir =
circulating-break bottom hole pressure (Phy) + Pressure Loss
friksi (Pfr).
• Ketika laju alir gas dan lumpur lebih rendah dari batas kiri, maka
tekanan hidrostatik sumur akan tinggi dan melewati tekanan
formasi. Hal ini menandakan operasi pengeboran menjadi
overbalanced drilling.
Batas-batas Liquid – Gas Rate Window (Pengeboran Aerasi)

3. Cutting Carrying Capacity Limit (Batas Bawah)


• Batas bawah LGRW dapat didefinisikan sebagai kemampuan mengangkat serbuk
bor oleh fluida pengeboran yang sudah tercampur (gas dan cair).
• Kriteria sederhana yang dapat dijadikan acuan pada pengeboran aerasi adalah energi
kinetik fasa gas (udara).
• kondisi yang memiliki tantangan paling besar ketika serbuk bor harus
ditransportasikan menggunakan udara.
• Nilai minimal energi kinetik fasa gas yang dapat mengangkat serbuk bor adalah 3 ft-
lb/ft3.
• Nilai ini berasal dari peninjauan kecepatan annulus yang dapat mengangkat serbuk
bor sebesar 3000 ft/m atau 50 fps yang dihitung menggunakan persamaan :

• Dengan berat spesifik udara standar sebesar 0.0765 lb/ft3 maka nilai energi kinetik
menghasilkan nilai minimum yang perlu digunakan dalam operasi.
• Jika kombinasi antara laju alir gas dan lumpur menghasilkan nilai dibawah 3 ft-
lb/ft3 maka campuran fluida pengeboran tidak mengangkat serbuk bor dengan
baik.

4. Wellbore Washout Limit (Batas Atas)


• Sejatinya batas atas pada LGRW kondisi dimana laju alir gas dan lumpur
menyebabkan wellbore washout terjadi dapat digunakan acuan batas atas.
• Namun pada sumur panas bumi, wellbore washout tidak umum ditemukan, maka
kapasitas alat pengeboran dapat dijadikan sebagai batas atas (Nugroho, Hermawan,
& Lazuardi, 2017).
• Sebagai contoh, kemampuan mud motor bekerja pada kecepatan alir tertentu.
Parameter perhitungan yang berpengaruh pada nilai batas-batas LGRW (Pengeboran Aerasi)
Perancangan Liquid – Gas Rate Window (LGRW)
• Dari batas-batas yang sudah dijabarkan, tentu masing-masing batas pengeboran aerasi menggunakan metode Guo-Ghalambor
memiliki ketentuan tersendiri saat perhitungan.
• Parameter perhitungan akan berpengaruh pada nilai batas-batas tersebut.
• Jika dirangkum parameter yang memengaruhi masing-masing batas :

https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-migasian/article/download/135/55
Tahap Perhitungan
1. A Closed-Form Hydraulics Equation for Aerated Mud Drilling in Inclined Wells, https://doi.org/10.2118/88840-PA
2. Design and Application of Aerated and Foam Drilling Fluid, Case Study in Drilling Operation in Indonesia,
https://pangea.stanford.edu/ERE/pdf/IGAstandard/SGW/2018/Nugroho3.pdf
3. Designing Liquid - Gas Rate Window For Aerated Drillingusing GuoGhalambor Method,
https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-migasian/article/download/135/55
4. Valuation Of Aerated Drilling In K-01 Geothermal Well Using Guo Ghalambor’s Gas-liquid Rate Window, Evaluation of Aerated Drilling in
K-01 Geothermal Well using Guo Ghalambor’s Gas-Liquid Rate Window | Wardana | PETRO:Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan
(trisakti.ac.id)
5. Guo & Ghalambor, Gas Requirements for Underbalanced Drilling : Deviated Holes, 2002
Metode Guo Ghalambour

• Pada metode Poettmann-Bergman, perhitungan hidrolika tidak


mempertimbangkan adanya kehilangan tekanan akibat gaya gesek yang
terjadi pada sumur, berat jenis serbuk bor, berat jenis dari gas, dan
variasi suhu pada sumur.
• Pada metode Guo-Ghalambor, parameter yang tidak dipertimbangkan oleh
Poetmann-Bergman menjadi parameter yang memengaruhi desain LGRW.
• Boyun Guo dan Ali Ghalambor mengembangkan perhitungan hidrolika
pengeboran aerasi dari Poettmann dan Bergman (Guo, Sun, Ghalambor, &
Xiu, 2004).
• Metode ini dikembangkan berawal pada lapangan minyak dan gas.
Metode Guo Ghalambour

• Fluida pengeboran memiliki beberapa kemungkinan


jenis aliran saat operasi pegeboran dilakukan.
• Asumsi dalam perhitungan menggunakan metode
Guo-Ghalambor adalah aliran turbulen.
• Kemudian aliran campuran dua fasa ini dimodelkan
sebagai aliran homogen (bubbly flow).
• Aliran homogen merupakan aliran yang terbentuk
ketika rasio dari liquid dan gas kurang dari satu
(Bourgoyne, Millheim, Chenevert, & Young, 1986).
• Dalam perhitungan parameter pengangkatan
cuttings diasumsikan hanya fasa cair yang
mengangkat cutting.
Tahap Perhitungan Collapse Pressure Limit (Batas Kanan)(Pengeboran Aerasi)
• Dari data yang sudah diketahui, perhitungan untuk
membentuk batas kanan dimulai dari persamaan
(3.1) hingga (3.8).
• Satuan yang digunakan dalam kalkulasi sesuai
dengan satuan yang tertera pada daftar simbol.
• Kemudian perhitungan circulation break bottom hole
pressure (Phy) dapat dilakukan dengan persamaan
(3.9) dan dilanjutkan persamaan (3.10) hingga (3.11)
jika lintasan berarah.
• Rumus ini dapat dioperasikan dalam excel dengan
memindahkan seluruh komponen pada satu ruas.
• Rumus dengan seluruh komponen berada pada satu
ruas dimasukkan dalam suatu sel.
• Buat kolom baru sebagai kolom Phy.
• Nilai pada kolom Phy diisi dengan angka sembarang.
• Lalu lakukan goal seek to value 0 pada kolom
hitungan Phy berisi rumus. Perhitungan ini dilakukan
pada masing-masing bagian lintasan (jika lintasan
sumur berarah).
• Lalu variasikan laju alir gas (Qgo) dan lumpur (Qm)
untuk mendapatkan banyak titik.
• Dalam penyajian data, profil tekanan disarankan
sudah dalam satuan pounds per square inch (psi).
• Kemudian grafik di plot dengan Qm sebagai sumbu Y
dan Qgo sebagai sumbu X.
• Sebagai batas, nilai collapse pressure pada seluruh
nilai Qgo juga di pada seluruh nilai Qgo juga di plot
dalam grafik y plot dalam grafik yang sama.
• Titik-titik perpotonga ang sama.
• Titik-titik perpotongan pada grafik dicatat nilai Qm
dan Qgo nya.
• Lalu plot nilai-nilai perpotongan pada grafik baru
(grafik GLRW) sebagai batas kanan.
• Langkah perancangan batas kanan terangkum pada
gambar 3.2
Perhitungan Collapse Pressure Limit (Batas Kanan)(Pengeboran Aerasi)
Data Mud Motor

• Sumur F menggunakan mud motor 8” pada trayek 12.25”.


• Alat ini memiliki standar operasi Qm = 300 gpm hingga 900 gpm untuk dialiri fluida
• Volumetric flow rate of gas Qgo = 550-3,300scfm
• Dari konfigurasi tersebut, ukuran annulus yang terbentuk akibat masing-masing
bagian BHA dapat dikelompokkan seperti pada tabel 4.2.
Batas Kanan (Collapse Pressure Limit )
• Grafik profil Bottom Hole Pressure (BHP) ketika
kondisi statik pada laju alir injeksi gas dan laju alir
lumpur tertentu dan profil collapse pressure
menghasilkan batas kanan pada LGRW.
• Perpotongan dari variasi Qm dan Qgo dengan collapse
pressure membentuk kurva tersebut.
• Collapse pressure menandakan bahwa operasi
pengeboran tidak boleh menghasilkan BHP yang lebih
rendah dari nilai kestabilan formasi.
• Karena hal tersebut dapat menyebabkan keruntuhkan
sumur dan memperbesar kemungkinan terjadinya pipa
mperbesar kemungkinan terjadinya pipa terjepit.
terjepit.
• Operasi yang dianjurkan berada di atas garis collapse
pressure.
• Atau nilai maksimum Qgo pada operasi berada pada
nilai 920 scfm hingga 2610 scfm ada Qm tertentu.
• Nilai BHP statik terbesar terjadi ketika nilai Qgo paling
besar pada setiap variasi Qm nya.
Nilai Qm dan Qgo pada titik-titik perpotongan
• Kalkulasi dilakukan dengan variasi Qm 300, 400, 500, yang terbentuk pada gambar 4.2 terangkum
600 gpm dan seterusnya hingga 900 gpm. pada tabel 4.3. Kemudian nilai-nilai ini akan
• Hal ini dikarenakan standar operasi mud motor 8” diplot pada grafik yang berbeda
berada pada rentang 300-900 gpm.

Grafik Circulation-Break Bottom Hole Pressure vs Injection Rate


Tahap Perhitungan Balance Pressure Limit (Batas Kiri) (Pengeboran Aerasi)
• Langkah awal perhitungan batas kiri sama dengan batas kanan.
• Hal ini disebabkan nilai flowing bottom hole pressure sama dengan nilai Phy
ditambah dengan pressure pressure loss due to friction friction (Pfr).
• Maka untuk perancangan batas kiri dapat dilanjutkan dengan perhitungan
Pfr dan bisa menggunakan nilai Phy yang sudah dikalkulasi dengan diagram
alir sudah dikalkulasi dengan diagram alir gambar (3.2).
• Pada masing-masing bentuk lintasan parameter Pfr1, Pfr2, dan Pfr3
memiliki nilai yang berbeda.
• Pada lintasan vertikal Pfr1 hingga Pfr3 kalkulasi dilakukan dengan
persamaan (3.13) hingga (3.15).
• Jika lintasan sumur merupakan lintasan berarah, kalkulasi dilanjutkan
hingga persamaan (3.21).
• Kalkulasi dengan persamaan (3.13) hingga (3.21) dapat dilakukan seperti
perhitungan Phy, yaitu dengan goal seek to value 0 .
• Ketika nilai Pfr1, Pfr2, dan Pfr3, kalkulasi nilai Pfr menggunakan persamaan
(3.12).
• Nilai flowing bottom hole pressure didapat dengan menjumlahkan Phy
dengan Pfr.
• Selanjutnya nilai Qm dan Qgo pada hitungan divariasikan.
• Nilai variasi disarankan sama dengan variasi yang digunakan saat
menghitung dengan variasi yang digunakan saat menghitung Phy.
• Lalu plot hasil perhitungan dengan sumbu X sebagai Qgo dan sumbu Y
sebagai Qm, dan nilai reservoir pressure pada seluruh Qgo sebagai batas
pada grafik ini.
• Nilai Qm dan Qgo pada perpotongan di plot kembali pada grafik LGRW
sebagai batas kiri.
• Langkah pembentukan batas kiri tersaji pada gambar 3.3.
Tahap Perhitungan Balance Pressure Limit (Batas Kiri) (Pengeboran Aerasi)
Batas Kiri (Balanced Pressure Limit )
Grafik profil BHP kondisi mengalir
saat Qm dan Qgo tertentu dan profil
tekanan formasi menghasilkan batas
kiri pada LGRW.
Pada gambar 4.4 ketika nilai BHP
melebihi garis balance pressure, kondisi
underbalanced drilling tidak tercapai
sehingga kehilangan sirkulasi tidak
teratasi.
Atau dapat diartikan, nilai minimum
operasi Qgo berada di nilai nilai
minimum operasi Qgo berada di nilai
550 scfm hingga 1450 scfm
disesuaikan dengan Qm nya.
Sama halnya dengan BHP ketika statik,
saat kondisi adanya aliran pun nilai
BHP tertinggi terjadi pada Qgo paling
tinggi pada masing-masing variasi Qm.

Nilai Qm dan Qg pada titik-titik perpoto Nilai Qm


dan Qg pada titik-titik perpotongan yang t ngan
yang terbentuk pada gambar 4.3 terangkum pada
erbentuk pada gambar 4.3 terangkum pada tabel
4.4.

Nilai Perpotongan pada Flowing Bottom Hole


Pressure

Grafik Flowing Bottom Hole Pressure vs Air Injection Rate


Tahap Perhitungan Cutting Carrying Capacity Limit (Batas Bawah) (Pengeboran Aerasi)
Laju alir masing-masing fasa fluida pengeboran saat
• Energi kinetik yang dihasilkan dari campuran fasa gas •
berada di bawah sumur akan berubah.
dan fasa cair akan berperan sebagai batas bawah. • Hal tersebut akan memengaruhi fraksi fluida pengeboran.
• Dalam perancangan, tahap awal untuk kalkulasi batas Ketika fraksi fluida sudah diketahui, selanjutnya densitas
bawah adalah menentukan titik-titik tinjauan yang fluida pengeboran dapat dikalkulasi.
terletak di antara batas kanan dan batas kiri. 3.22
• Nilai laju alir udara dan laju alir lumpur pada titik tinjauan
akan dihitung nilai Phy nya, karena nilai Phy akan 3.23
digunakan dalam perhitungan energi kinetik (Em).
• Kalkulasi untuk menghitung Em menggunakan 3.24
persamaan (3.20) hingga (3.32).
• Tekanan permukaan pada kalkulasi Em menggunakan 3.25
Phy dari perhitungan terakhir, atau dalam perancangan 3.26
ini nilai Phy pada slant section.
• Titik yang nilai menghasilkan nilai Em = 3ft-lb/ft akan • Selanjutnya, parameter kecepatan alir fluida campuran
menjadi batas bawah. perlu ditinjau dengan rumus-rumus berikut
• Jika pada kalkulasi belum ada kombinasi Qm dan Qgo 3.27
yang menghasilkan Em = 3ft-lb/ft3 , variasi Qm dan Qgo 3.28
pada seluruh perhitungan diubah.
3.29
• Kalkulasi Em dimulai dengan menghitung luas
penampang annulus dan kekasaran rata-rata di annulus.
3.30

• Ketika seluruh parameter sudah didapat, Em dapat ditinjau dengan rumus-


rumus di bawah
3.31

3.32
Tahap Perhitungan Cutting Carrying Capacity Limit (Batas Bawah) (Pengeboran Aerasi)
Batas Bawah (Cutting Carrying Capacity Limit )
• Kondisi minimum serbuk bor terangkat berada pada energi kinetik 3 ft-lb/ft3 .
• Jika nilai energi kinetik kurang dari nilai tersebut, serbuk bor tidak terangkat dengan baik.
• Untuk menenentukan batas bawah pada LGRW dapat dilakukan dengan menguji nilai-nilai yang
berada di antara batas kanan dan batas kiri (tabel 4.5).

• Dari hasil kalkulasi, belum ditemukan energi kinetik senilai 3 ft-lb/ft3 .


• Namun terlihat ada kombinasi Qgo dan Qm yang menghasilkan nilai di bawah ketentuan energi
kinetik.
• Untuk mendapatkan batas bawah, trial and error dilakukan dengan mencoba beberapa
kombinasi Qgo dan Qm yang nilainya berada di antara kombinasi Qgo 720 scfm dan Qm 300
gpm dengan 950 scfm dan 400 gpm.
• Hasil trial and error menghasilkan kombinasi nilai Qgo 590 scfm dan 325 gpm.
Batas Atas (Wellbore Washout Limit )

• Batas atas pada LGRW didefinisikan sebagai kondisi maksimum pengeboran aerasi
sebelum terjadinya washout pada lubang sumur.
• Washout pada sumur merupakan kondisi dimana lubang mengalami penambahan diameter
di 4 sisi akibat operasi pengeboran.
• Hal ini mungkin terjadi pada batuan sedimen.
• Mengingat batuan pada daerah panas bumi tidak relevan dengan washout , nilai batas atas
mengacu , nilai batas atas mengacu pada maksimum standar operasi mud motor 8” yang
digunakan.
• Standar operasi mud motor 8” berada di rentang 300 gpm hingga 900 gpm. Sehingga batas
atas berada pada 900 gpm. Jika operasi melewati batas ini, maka kemungkinan kerusakan
alat (mud motor) dapat terjadi.
Liquid – Gas Rate Window
• Batas-batas LGRW ketika disatukan dalam 1 grafik
akan membentuk bidang 2D seperti pada gambar 4.4.
• Operasi pengeboran diharapkan terus berada di dalam
bidang tersebut.
• Jika operasi pengeboran tidak berada di dalam bidang
yang terbentuk, masalah pengeboran dapat terjadi.

Grafik Liquid – Gas Rate Window dari Lumpur 8.4 ppg pada Trayek 12.25”
• Sebagai contoh pada titik 1 dengan kombinasi Qm bernilai
Liquid – Gas Rate Window 400 gpm dan Qgo bernilai 1020 scfm.
• Kondisi ini mencapai kondisi underbalance karena kombinasi
• Batas-batas LGRW ketika disatukan dalam 1 grafik Qgo dan Qm lebih rendah dari balanced pressure limit, Nilai
akan membentuk bidang 2D seperti pada gambar 4.4. BHP lebih rendah dibandingkan tekanan formasi, yaitu 3630
psi.
• Operasi pengeboran diharapkan terus berada di dalam • Kondisi ini juga tidak menyebabkan collapse karena BHP
bidang tersebut. yang terjadi lebih besar dari collapse pressure (3305 psi).
• Jika operasi pengeboran tidak berada di dalam bidang • Nilai energi kinetik yang dihasilkan pun lebih d Nilai energi
kinetik yang dihasilkan pun lebih dari minimum ketentuan,
yang terbentuk, masalah pengeboran dapat terjadi. yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi minimum ketentuan, yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi ini mampu i mampu dijalankan dengan mud motor 8”
dikarenakan laju alir lumpur sebesar 400 gpm.
• Kondisi ini dianggap memenuhi syarat operasi yang dapat
dilakukan.

Grafik Liquid – Gas Rate Window dari Lumpur 8.4 ppg pada Trayek 12.25”
Liquid – Gas Rate Window
Contoh kondisi yang dapat menyebabkan masalah
pengeboran tergambar pada grafik .
Titik 2 hingga 5 menggambarkan kondisi di luar LGRW.
Titik 2 : dengan kombinasi Qm 300 gpm dan Qgo 720 scfm
• walaupun kondisi underbalance tercapai dan keruntuhan lubang
sumur tidak terjadi, tetapi pengangkatan serbuk bor buruk.
• Energi kinetik pada kondisi ini hanya sebesar 2.6 ft-lb/ft3 .

Titik 3 : dengan kombinasi Qm 450 gpm dan Qgo 1500 scfm,


• kondisi yang terjadi 500 scfm, kondisi yang terjadi adalah keruntuhan
adalah keruntuhan lubang bor.
• Meskipun kondisi underbalance terjadi dan pengangkatan serbuk bor
baik, operasi ini tidak dapat dilakukan.
• Hal ini dikarenakan BHP yang dihasilkan terlalu rendah, yaitu 3146
psi.

Titik 4 : kondisi yang terjadi adalah kerusakan alat


pengeboran yang digunakan yaitu mud motor 8”.
• Meskipun tekanan bawah sumur berada di antara tekanan formasi
dan collapse pressure limit, pengangkatan serbuk bor pun tergolong
baik,
• namun batas operasi mud motor 8” terlampaui dengan operasi Qm
950 gpm dan Qgo 2000 scfm.

Titik 5 : kombinasi Qm 600 gpm dan Qgo 600 scfm


mengakibatkan kehilangan sirkulasi tidak tercapai.
• Hal ini disebabkan nilai BHP yang dihasilkan sebesar 4308 psi.
Liquid – Gas Rate Window
✓ Dalam operasi lapangan, kombinasi laju alir yang digunakan
dimulai dari nilai terendah.
✓ Kemudian akan dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan.
✓ Hal ini bertujuan untuk meringankan kerja alat dan
menghindari terjadi pola aliran slug flow .
✓ Jika laju alir pompa dan laju alir udara dari kompresor dan
booster dimulai dengan nilai yang besar, dikhawatirkan alat
akan mudah mengalami kerusakan.
✓ Dan juga perlu diperhatikan spesifikasi mud motor yang
menunjukkan rasio fasa gas dan fasa cair yang diinjeksikan.
✓ Pada mud motor 8” rasio lumpur terhadap gas yang
diperbolehkan adalah 1:3.
✓ Jika rasio yang digunakan tidak sesuai, pola aliran yang
terbentuk tidak akan sesuai harapan (bubbly flow ).
✓ Idealnya, pemilihan kombinasi dengan nilai laju alir lumpur
yang tinggi akan dipilih. Hal tersebut dilakukan dengan
ekspektasi ROP saat pengeboran juga akan tinggi.
Analisa Tekanan pada Setiap Kedalaman etiap Kedalaman
• Jika ditinjau nilai tekanan
bawah sumur pada
kedalaman tertentu di satu
kondisi.
• Dengan meninjau kominasi
800 gpm dan 1400 scfm
yang berada pada dalam
LGRW, tekanan bawah
sumur ketika tidak terjadi
sirkulasi masih berada di
antara nilai tekanan formasi
dan collapse pressure.
• Hal ini menandakan bahwa
ketika posisi mencapai target
depth, nilai-nilai tekanan
sumur di kedalaman
tertentu tergolong aman.
• Tidak terjadi keruntuhan
formasi dan juga kondisi
UBD tercapai
Analisa Tekanan pada Setiap Kedalaman etiap Kedalaman
• Sedangkan ketika kondisi adanya
aliran, tekanan bawah sumur tentu
akan meningkat.
• Profil tekanan BHP seperti berhimpit
dengan tekanan formasi.
• Namun nilai BHP masih lebih rendah
dibandingkan tekanan formasi.
• Pada kondisi dipermukaan terjadi profil
BHP yang menunjukkan overbalance.
• Hal tersebut diakibatkan adanya
tekanan akibat friksi pada kondisi
dinamis.
• Sedangkan tekanan formasi dianggap
0.
• Hal ini diwajarkan dan tidak
menimbulkan masalah pengeboran.
Latihan Sumur
Data Umum Sumur
• Sumur F merupakan salah satu sumur produksi panas bumi yang
terletak di Jawa Tengah.
• Sumur ini tergolong asam (pH ± 4).
• Stratigrafi pada sumur ini tersusun dari batuan vulkanik.
• Fluida yang terproduksi dari sumur ini didominasi oleh water phase.
• Water level pada sumur ini berada pada kedalaman 300 m.
• Pada daerah pengeboran ini, terdapat zona yang memungkinkan
pengeboran mengalami kehilangan sirkulasi.
• Sumur ini berkedalaman total 9777 ftTVD dan 10545 ftMD.
• Zona kehilangan sirkulasi terletak pada dua titik, titik pertama pada
kedalaman 260 m (853 ft) yang tergolong partial partial loss
circulation.
• Sedangkan titik kedua pada kedalaman 3103 mMD (10180 ftMD) yang
tergolong sebagai total loss circulation.
• Zona reservoir diperkirakan dimulai pada kedalaman 1680 mMD (5512
ftMD) yang ditandai dengan adanya mineral actinolite (gambar 4.1).
• Proses pengeboran aerasi dimulai pada kedalaman 1575 m (5167 ft)
atau ketika pengeboran trayek 12.25”.
• Desain sumur ini membentuk lintasan berarah dengan maksimum
inklinasi 30o dengan kick off point di kedalaman 600 m (1968.5 ftMD).
• Berat lumpur pengeboran yang digunakan bernilai 8.4 ppg dengan
water base.
Pemilihan Fluida Underbalanced Drilling
• kondisi Sumur F pada trayek 12.25” yang memiliki kondisi water influx dan tidak memiliki gas
terlarut fluida underbalanced drilling yang tepat adalah fluida aerasi ataupun stable foam.
• Jika dibandingkan dari segi kualitatif, sumur F lebih baik menggunakan fluida aerasi
dibandingkan stable foam.
• Hal ini dikarenakan fluida aerasi lebih stabil dibandingkan foam.
• Pada lingkungan asam, kestabilan foam sangat terganggu.
• Karena bahan dasarnya yang berupa basa dapat membentuk foam, maka ketika tercampur oleh
senyawa asam struktur dari foam akan rusak.
• Hal ini menjadi pertimbangan utama pada pemilihan fluida aerasi.
• Seilain itu, dari segi biaya yang perlu dikeluarkan pada saat operasi antara kedua fluida
tersebut, stable foam memerlukan senyawa kimia untuk membentuk busa.
• Hal tersebut tentu membuat biaya yang perlu dikeluarkan lebih besar walaupun alat yang
digunakan oleh kedua jenis fluida pengeboran ini sama.
Data UBD
• Parameter yang digunakan dalam perhitungan
terangkum pada tabel 4.1. Terdapat data formasi
yang dibutuhkan, parameter pengeboran yang
digunakan, dan lainnya.
Tahap Perhitungan Collapse Pressure Limit (Batas Kanan)(Pengeboran Aerasi)
• Dari data yang sudah diketahui, perhitungan untuk membentuk
batas kanan dimulai dari persamaan (3.1) hingga (3.8).
• Satuan yang digunakan dalam kalkulasi sesuai dengan satuan
yang tertera pada daftar simbol.
• Kemudian perhitungan circulation break bottom hole
pressure (Phy) dapat dilakukan dengan persamaan (3.9) dan
dilanjutkan persamaan (3.10) hingga (3.11) jika lintasan berarah.
• Rumus ini dapat dioperasikan dalam excel dengan memindahkan
seluruh komponen pada satu ruas.
• Rumus dengan seluruh komponen berada pada satu ruas
dimasukkan dalam suatu sel.
• Buat kolom baru sebagai kolom Phy.
• Nilai pada kolom Phy diisi dengan angka sembarang.
• Lalu lakukan goal seek to value 0 pada kolom hitungan Phy berisi
rumus. Perhitungan ini dilakukan pada masing-masing bagian
lintasan (jika lintasan sumur berarah).
• Lalu variasikan laju alir gas (Qgo) dan lumpur (Qm) untuk
mendapatkan banyak titik.
• Dalam penyajian data, profil tekanan disarankan sudah dalam
satuan pounds per square inch (psi).
• Kemudian grafik di plot dengan Qm sebagai sumbu Y dan Qgo
sebagai sumbu X.
• Sebagai batas, nilai collapse pressure pada seluruh nilai Qgo juga
di pada seluruh nilai Qgo juga di plot dalam grafik y plot dalam
grafik yang sama.
• Titik-titik perpotonga ang sama.
• Titik-titik perpotongan pada grafik dicatat nilai Qm dan Qgo nya.
• Lalu plot nilai-nilai perpotongan pada grafik baru (grafik GLRW)
sebagai batas kanan.
• Langkah perancangan batas kanan terangkum pada gambar 3.2
Data Mud Motor

• Sumur F menggunakan mud motor 8” pada trayek 12.25”.


• Alat ini memiliki standar operasi 300 gpm hingga 900 gpm untuk dialiri fluida (tabel
lampiran 1 dan gambar lampiran 1).
• Konfigurasi Bottom Hole Assembly (BHA) yang digunakan dapat dilihat pada tabel
lampiran 2.
• Dari konfigurasi tersebut, ukuran annulus yang terbentuk akibat masing-masing
bagian BHA dapat dikelompokkan seperti pada tabel 4.2.
Pemilihan Fluida Underbalanced Drilling
• Dengan acuan gambar 2.2, kondisi Sumur F pada
trayek 12.25” yang memiliki kondisi water influx dan
tidak memiliki gas terlarut fluida underbalanced
drilling yang tepat adalah fluida aerasi ataupun
stable foam.
• Jika dibandingkan dari segi kualitatif, sumur F lebih
baik menggunakan fluida aerasi dibandingkan stable
foam.
• Hal ini dikarenakan fluida aerasi lebih stabil
dibandingkan foam.
• Pada lingkungan asam, kestabilan foam sangat
terganggu.
• Karena bahan dasarnya yang berupa basa dapat
membentuk foam, maka ketika tercampur oleh
senyawa asam struktur dari foam akan rusak.
• Hal ini menjadi pertimbangan utama pada pemilihan
fluida aerasi.
• Seilain itu, dari segi biaya yang perlu dikeluarkan
pada saat operasi antara kedua fluida tersebut,
stable foam memerlukan senyawa kimia untuk
membentuk busa.
• Hal tersebut tentu membuat biaya yang perlu
dikeluarkan lebih besar walaupun alat yang
digunakan oleh kedua jenis fluida pengeboran ini
sama.
Batas Kanan (Collapse Pressure Limit )
• Grafik profil Bottom Hole Pressure (BHP) ketika
kondisi statik pada laju alir injeksi gas dan laju
alir lumpur tertentu dan profil collapse pressure
(gambar 4.1) menghasilkan batas kanan pada
LGRW.

• Perpotongan dari variasi Qm dan Qgo dengan


collapse pressure membentuk kurva tersebut.

• Collapse pressure menandakan bahwa operasi


pengeboran tidak boleh menghasilkan BHP yang
lebih rendah dari nilai kestabilan formasi.

• Karena hal tersebut dapat menyebabkan


keruntuhkan sumur dan memperbesar
kemungkinan terjadinya pipa mperbesar
kemungkinan terjadinya pipa terjepit. terjepit.

• Pada Gambar 4.2, operasi yang dianjurkan


berada di atas garis collapse pressure.

• Atau nilai maksimum Qgo pada operasi berada


pada nilai 920 scfm hingg Qgo pada operasi
berada pada nilai 920 scfm hingga 2610 scfm
ada Qm tertentu.

• Nilai BHP statik terbe 2610 scfm ada Qm


tertentu.

• Nilai BHP statik terbesar terjadi ketika nilai Qgo


paling besar pada setiap variasi Qm nya.
Kalkulasi dilakukan dengan variasi Qm 300, 400,
500, 600 gpm dan seterusnya hingga 900 gpm.
Nilai Qm dan Qgo pada titik-titik perpotongan yang
• Hal ini dikarenakan standar operasi mud motor terbentuk pada gambar 4.2 terangkum pada tabel 4.3.
8” berada pada rentang 300-900 gpm. Kemudian nilai-nilai ini akan diplot pada grafik yang
berbeda

Grafik Circulation-Break Bottom Hole Pressure vs Injection Rate


Batas Kiri (Balanced Pressure Limit )
• Kalkulasi batas kiri dapat dilakukan sesuai langkah pada gambar 3.3.
• Setelah mendapatkan nilai Phy, kalkulasi dapat dilanjutkan pada parameter kehilangan tekanan akibat gaya
gesek (Pfr).
• Nilai BHP saat kondisi dinamis ini dipengaruhi oleh diameter lubang annulus.
• Maka dengan adanya diameter rangkaian BHA yang berbeda-beda, perhitungan perlu dilakukan secara teliti.
• Membagi secara teliti trayek sesuai dengan ukuran trayek sesuai dengan ukuran lubang annulus menjadi
perhatian penting untuk kalkulasi BHP kondisi dinamis.
• Dengan laju alir lumpur yang sama, jika dibandingkan ukuran luas penampang annulus terhadap Pfr
perbandingan nilainya akan berbanding terbalik.
• Ketika lubang annulus kecil, maka Pfr yang terjadi akan semakin besar. Namun selain luas annulus, panjang
lintasan juga perlu diperhatikan.
• Karena hal tersebut juga memengaruhi memengaruhi nilai Pfr.
• Kehilangan tekanan Kehilangan tekanan akibat friksi i friksi ini, mengakibatkan mengakibatkan BHP yang
BHP yang lebih besar dibanding BHP kondisi statis.
• Grafik profil BHP kondisi mengalir saat Qm dan Qgo tertentu dan profil tekanan formasi menghasilkan batas
kiri pada LGRW.
• Pada gambar 4.4 ketika nilai BHP melebihi garis balance pressure, kondisi underbalanced drilling tidak
tercapai sehingga kehilangan sirkulasi tidak teratasi.
• Atau dapat diartikan, nilai minimum operasi Qgo berada di nilai nilai minimum operasi Qgo berada di nilai
550 scfm 550 scfm hingga 1450 scfm disesuaikan dengan Qm nya hingga 1450 scfm disesuaikan dengan
Qm nya.
• Sama halnya dengan BHP ketika statik, saat kondisi adanya aliran pun nilai BHP tertinggi terjadi pada Qgo
paling tinggi pada masing-masing variasi Qm
Batas Kiri (Balanced Pressure Limit )
Grafik profil BHP kondisi mengalir
saat Qm dan Qgo tertentu dan profil
tekanan formasi menghasilkan batas
kiri pada LGRW.
Pada gambar 4.4 ketika nilai BHP
melebihi garis balance pressure, kondisi
underbalanced drilling tidak tercapai
sehingga kehilangan sirkulasi tidak
teratasi.
Atau dapat diartikan, nilai minimum
operasi Qgo berada di nilai nilai
minimum operasi Qgo berada di nilai
550 scfm hingga 1450 scfm
disesuaikan dengan Qm nya.
Sama halnya dengan BHP ketika statik,
saat kondisi adanya aliran pun nilai
BHP tertinggi terjadi pada Qgo paling
tinggi pada masing-masing variasi Qm.

Nilai Qm dan Qg pada titik-titik perpoto Nilai Qm


dan Qg pada titik-titik perpotongan yang t ngan
yang terbentuk pada gambar 4.3 terangkum pada
erbentuk pada gambar 4.3 terangkum pada tabel
4.4.

Nilai Perpotongan pada Flowing Bottom Hole


Pressure

Grafik Flowing Bottom Hole Pressure vs Air Injection Rate


Batas Bawah (Cutting Carrying Capacity Limit )
• Kondisi minimum serbuk bor terangkat berada pada energi kinetik 3 ft ergi kinetik 3 ft-lb/ft3 .
• Jika nilai energi kinetik kurang dari nilai tersebut, serbuk bor tidak terangkat dengan baik.
• Untuk menenentukan batas bawah pada LGRW dapat dilakukan dengan menguji nilai-nilai yang
berada di antara batas kanan dan batas kiri g berada di antara batas kanan dan batas kiri (tabel
4.5).

• Dari hasil kalkulasi, belum ditemukan energi kinetik senilai 3 ft-lb/ft3 .


• Namun terlihat ada kombinasi Qgo dan Qm yang menghasilkan nilai di bawah ketentuan energi
kinetik.
• Untuk mendapatkan batas bawah, trial and error dilakukan dengan mencoba beberapa
kombinasi Qgo dan Qm yang nilainya berada di antara kombinasi Qgo 720 scfm dan Qm 300
gpm dengan 950 scfm dan 400 gpm.
• Hasil trial and error menghasilkan kombinasi nilai Qgo 590 scfm dan 325 gpm.
Batas Atas (Wellbore Washout Limit )

• Batas atas pada LGRW didefinisikan sebagai kondisi maksimum pengeboran aerasi
sebelum terjadinya washout pada lubang sumur.
• Washout pada sumur merupakan kondisi dimana lubang mengalami penambahan diameter
di 4 sisi akibat operasi pengeboran.
• Hal ini mungkin terjadi pada batuan sedimen.
• Mengingat batuan pada daerah panas bumi tidak relevan dengan washout , nilai batas atas
mengacu , nilai batas atas mengacu pada maksimum standar operasi mud motor 8” yang
digunakan.
• Standar operasi mud motor 8” berada di rentang 300 gpm hingga 900 gpm. Sehingga batas
atas berada pada 900 gpm. Jika operasi melewati batas ini, maka kemungkinan kerusakan
alat (mud motor) dapat terjadi.
• Sebagai contoh pada titik 1 dengan kombinasi Qm bernilai
Liquid – Gas Rate Window 400 gpm dan Qgo bernilai 1020 scfm.
• Kondisi ini mencapai kondisi underbalance karena kombinasi
• Batas-batas LGRW ketika disatukan dalam 1 grafik Qgo dan Qm lebih rendah dari balanced pressure limit, Nilai
akan membentuk bidang 2D seperti pada gambar 4.4. BHP lebih rendah dibandingkan tekanan formasi, yaitu 3630
psi.
• Operasi pengeboran diharapkan terus berada di dalam • Kondisi ini juga tidak menyebabkan collapse karena BHP
bidang tersebut. yang terjadi lebih besar dari collapse pressure (3305 psi).
• Jika operasi pengeboran tidak berada di dalam bidang • Nilai energi kinetik yang dihasilkan pun lebih d Nilai energi
kinetik yang dihasilkan pun lebih dari minimum ketentuan,
yang terbentuk, masalah pengeboran dapat terjadi. yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi minimum ketentuan, yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi ini mampu i mampu dijalankan dengan mud motor 8”
dikarenakan laju alir lumpur sebesar 400 gpm.
• Kondisi ini dianggap memenuhi syarat operasi yang dapat
dilakukan.

Grafik Liquid – Gas Rate Window dari Lumpur 8.4 ppg pada Trayek 12.25”
Liquid – Gas Rate Window
Contoh kondisi yang dapat menyebabkan masalah pengeboran
tergambar pada grafik .
Titik 2 hingga 5 menggambarkan kondisi di luar LGRW.
Titik 2 : dengan kombinasi Qm 300 gpm dan Qgo 720 scfm
• walaupun kondisi underbalance tercapai dan keruntuhan lubang sumur
tidak terjadi, tetapi pengangkatan serbuk bor buruk.
• Energi kinetik pada kondisi ini hanya sebesar 2.6 ft-lb/ft3 .

Titik 3 : dengan kombinasi Qm 450 gpm dan Qgo 1500 scfm,


• kondisi yang terjadi 500 scfm, kondisi yang terjadi adalah keruntuhan
adalah keruntuhan lubang bor.
• Meskipun kondisi underbalance terjadi dan pengangkatan serbuk bor baik,
operasi ini tidak dapat dilakukan.
• Hal ini dikarenakan BHP yang dihasilkan terlalu rendah, yaitu 3146 psi.

Titik 4 : kondisi yang terjadi adalah kerusakan alat pengeboran


yang digunakan yaitu mud motor 8”.
• Meskipun tekanan bawah sumur berada di antara tekanan formasi dan
collapse pressure limit, pengangkatan serbuk bor pun tergolong baik,
• namun batas operasi mud motor 8” terlampaui dengan operasi Qm 950
gpm dan Qgo 2000 scfm.

Titik 5 : kombinasi Qm 600 gpm dan Qgo 600 scfm


mengakibatkan kehilangan sirkulasi tidak tercapai.
• Hal ini disebabkan nilai BHP yang dihasilkan sebesar 4308 psi.
Liquid – Gas Rate Window
✓ Dalam operasi lapangan, kombinasi laju alir yang digunakan
dimulai dari nilai terendah.
✓ Kemudian akan dinaikkan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan.
✓ Hal ini bertujuan untuk meringankan kerja alat dan
menghindari terjadi pola aliran slug flow .
✓ Jika laju alir pompa dan laju alir udara dari kompresor dan
booster dimulai dengan nilai yang dimulai dengan nilai yang
besar, dikhawatirkan alat akan mudah mengalami kerusakan.
✓ Dan juga perlu diperhatikan spesifikasi mud motor yang
menunjukkan rasio fasa gas dan fasa cair yang diinjeksikan.
✓ Pada mud motor 8” rasio lumpur terhadap gas yang
diperbolehkan adalah 1:3.
✓ Jika rasio yang digunakan tidak sesuai, pola aliran yang
terbentuk tidak akan sesuai harapan (bubbly flow ).
✓ Sedangkan preferensi kombinasi yang digunakan akan
menyesuaikan kondisi sumur.
✓ Idealnya, pemilihan kombinasi dengan nilai laju alir lumpur
yang tinggi akan dipilih. Hal tersebut dilakukan dengan
ekspektasi ROP saat pengeboran juga akan tinggi.
Analisa Tekanan pada Setiap Kedalaman etiap Kedalaman
• Jika ditinjau nilai tekanan bawah
sumur pada kedalaman tertentu
di satu kondisi.
• Dengan meninjau kominasi 800
gpm dan 1400 scfm yang berada
pada dalam LGRW, tekanan
bawah sumur ketika tidak terjadi
sirkulasi masih berada di antara
nilai tekanan formasi dan
collapse pressure.
• Hal ini menandakan bahwa ketika
posisi mencapai target depth,
nilai-nilai tekanan sumur di
kedalaman tertentu tergolong
aman.
• Tidak terjadi keruntuhan formasi
dan juga kondisi UBD tercapai.
Analisa Tekanan pada Setiap Kedalaman etiap Kedalaman
• Sedangkan ketika kondisi adanya
aliran, tekanan bawah sumur tentu
akan meningkat.
• Profil tekanan BHP seperti berhimpit
dengan tekanan formasi.
• Namun nilai BHP masih lebih rendah
dibandingkan tekanan formasi.
• Pada kondisi dipermukaan terjadi
profil BHP yang menunjukkan
overbalance.
• Hal tersebut diakibatkan adanya
tekanan akibat friksi pada kondisi
dinamis.
• Sedangkan tekanan formasi
dianggap 0.
• Hal ini diwajarkan dan tidak
menimbulkan masalah pengeboran.

Anda mungkin juga menyukai