Minggu ke 04
Review
Underbalance Drilling & Aerated Drilling
Geothermal Well
Allen Haryanto L, M.T.
Referensi
• SOP Pertamina 2005 & 2012
• Rudi Rubiandini 2008
• Fauzia Fadhila Anwar, Designing Liquid - Gas Rate Window For Aerated Drillingusing
GuoGhalambor Method, https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-
migasian/article/download/135/55
• Raka Sudira Wardana, Valuation Of Aerated Drilling In K-01 Geothermal Well Using Guo
Ghalambor’s Gas-liquid Rate Window, Evaluation of Aerated Drilling in K-01 Geothermal
Well using Guo Ghalambor’s Gas-Liquid Rate Window | Wardana | PETRO:Jurnal Ilmiah
Teknik Perminyakan (trisakti.ac.id)
• Guo & Ghalambor, Gas Requirements for Underbalanced Drilling : Deviated Holes, 2002
• I Made Budi, 2008 https://orkustofnun.is/gogn/flytja/JHS-
Skjol/Yearbook2008/11IMade.pdf
• Aljami, S. E., & Schubert, J. J. (2003). Optimum Selection of Underbalanced Techniques.
SPE/IADC Middle East Drilling Technology. Abu Dhabi: SPE/IADC
https://onepetro.org/SPEMEDT/proceedings/03MEDT/All-03MEDT/SPE-85322-
MS/137964
• SInvasion and Reservoir Damage in Tight Reservoirs: Options of Avoiding and Stimulation
Based on Damage Mechanisms
https://www.searchanddiscovery.com/documents/2018/42252el%20sherbeny/ndx_el%
20sherbeny.pdf
• Designing Liquid - Gas Rate Window For Aerated Drillingusing Guo Ghalambor Method,
Fauzia Fadhila Anwar, 2020 https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-
migasian/article/download/135/55
Tujuan
• Mengenal Difinisi dan Alasan Pemboran Underbalanced Drilling
• Mengetahui Penyebab-Penyebab Utama Kerusakan Formasi
• Mengetahui Teknik-Teknik Pemboran Under Balanced
• Mengenal Pemboran Aerasi :
– Alat Pengeboran
– Tata Letak Alat Pengeboran Aerasi
– Metode Pencampuran Udara dan Lumpur
– Metoda Perancangan
– Batas-batas Liquid – Gas Rate Window
– Tahap Perhitungan Liquid – Gas Rate Windows
– Studi Kasus Sumur Geothermal
Definisi
• Menurut API RP 53 : Jika tekanan
hidrostatik fluida pemboran secara
sengaja didesain agar lebih rendah
dari tekanan formasi, maka
pemboran tersebut dapat dikatakan
pemboran underbalanced.
• Tekanan hidrostatik fluida pemboran
dapat dikurangi yaitu dengan
penambahan gas (udara atau
nitrogen).
• Adanya penurunan tekanan
hidrostatik fluida pemboran ini akan
mengakibatkan influx fluida formasi https://oilfieldteam.com/en/a/learning/Underbalanced-drilling-Conventional-drilling
Kekurangan
1. Membutuhkan alat tambahan untuk operasi
pengeboran.
2. Meningkatkan resiko terjadi kick.
3. Korosi mudah terjadi akibat penggunaan fasa gas
pada operasi ini
https://www.researchgate.net/publication/241790037_Underbalanced_Drilling_Technology_for_Unconventional_Gas_
Reservoirs
Rudi Rubiandini, 2008 ; SOP Pertamina 2005 ; I Made Budi, 2008
https://orkustofnun.is/gogn/flytja/JHS-Skjol/Yearbook2008/11IMade.pdf
UNDER BALANCED DRILLING
Persyaratan Dilakukan Under Balance Drilling :
1. Single Layer (jika oil and gas).
2. Zona Produksi.
3. Consolidated formation.
Persiapan
1. Tentukan 1 zona yang cocok untuk dilakukan under balance drilling.
2. Data reservoar (tekanan, temperatur, kandungan HC, Permeabilitas dan fluida lainnya).
3. Design Flow Modelling.
4. Periksa kesiapan peralatan seperti : a. Separator 4 phase; b. Rotating Control Head (RCH); c. Nitrogen
Processing Unit (NPU); d. Compressor.
Rudi Rubiandini, 2008 ; SOP Pertamina 2005 ; I Made Budi, 2008 https://orkustofnun.is/gogn/flytja/JHS-Skjol/Yearbook2008/11IMade.pdf
Kerusakan Formasi
Proses kerusakan pada formasi yang akan mengurangi produktivitas suatu lapisan gas atau minyak.
• Kamojang
Depth (m)
1,300
• Lahendong 1,400
• Lumut Balai
1,500
1,600
Drilling Hours
Aerated Drilling Wayang Windu
Pengeboran Aerasi
• Alat Pengeboran
• Tata Letak Alat Pengeboran Aerasi
• Metode Pencampuran Udara dan Lumpur
• Metoda Perancangan
• Batas-batas Liquid – Gas Rate Window
• Tahap Perhitungan Liquid – Gas Rate Windows
• Studi Kasus Sumur Geothermal
Alat Pengeboran Aerasi
• Pada dasarnya sistem operasi pengeboran terbagi menjadi 6 (Watt, 2017), yaitu
• sistem angkat (hoisting system),
• sistem putar (rotating system),
• sistem tenaga (power system),
• sistem pengendalian sumur (well control system),
• sistem sirkulasi (circulating system), dan
• sistem monitor (monitoring system).
• Dengan mencampurkan fasa gas dan fasa cair sebagai fluida pengeboran, dierlukan alat-
alat tambahan pada pengeboran aerasi.
• Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada.
Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada
1. Aerated Drilling Separator : 2. Kompresor :
• berfungsi sebagai pemisah fasa gas (udara), cair • Sebagai unit penyedia gas yang digunakan.
(lumpur) dan padatan yang kembali.
• Berkurangnya kadar udara pada ketinggian
• Fasa gas (steam) akan dilepaskan ke udara bebas, tertentu memengaruhi kapasitas kompresor.
sedangkan fasa cair dan padatan dialirkan kembali
menuju shale shaker • Umumnya, kapasitas kompresor akan berkurang
3% dalam setiap ketiggian 300 mdpl.
• Kemudian gas yang dihasilkan dari kompresor
dialirkan menuju booster
Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada
3. Booster : 4. Mist Pump :
• Memberikan tambahan tekanan pada gas yang • Unit yang penginjeksi larutan kimia (contohnya anti
dihasilkan oleh kompresor. corrosion agent ).
• Hal ini dilakukan karena udara yang dihasilkan • Larutan kimia yang diinjeksikan akan berupa
kompresor akan melalui alur pipa yang tidak datar. embun.
• Ketika melalui pipa yang memiliki elevasi, tekanan • Embun ini akan menyatu dengan udara keluaran
pada gas cenderung berkurang. booster dan masuk ke standpipe.
• Sehingga tekanan gas hasil kompresor tidak cukup
Menurut IADC Underbalanced Committee, terdapat 7 unit alat yang harus ada
5. Blooie Line : 6. Rotating Head :
• merupakan pipa yang mengalirkan fluida tercampur yang pada closed-loop drilling (CLD) unit ini berfungsi menyekat fluida pada
annulus ketika kondisi drillstring masih terpasang. Posisi unit ini dipasang
kembali melalui annulus ke separator. di atas Blowout Preventer (BOP).
• Pada operasi pengeboran aerasi, fluida pengeboran yan
kembali merupakan fluida campuran fasa cair dan fasa gas.
• Akibat kondisi fluida tersebut ukuran penampang pipa yang
dibutuhkan dari BOP stack ke separator harus lebih besar 1.1
kali dari ukuran penampang lubang annulus (Lyons, Guo,
Graham, & Hawley, 2009).
Diagram Alir Penentuan Fluida Pengeboran UBD [dimodifikasi dari : (Aljami & Schubert, 2003)]
https://onepetro.org/SPEMEDT/proceedings/03MEDT/All-03MEDT/SPE-85322-MS/137964
Batas-batas Liquid – Gas Rate Window (Pengeboran Aerasi)
• Keberhasilan pengeboran aerasi sangat bergantung
pada laju alir fasa gas (umumnya berupa udara atau
nitrogen) dan fasa cair (lumpur yang umumnya
berbahan dasar air atau minyak).
• Dengan mempertimbangkan
• tekanan bawah sumur,
• pengangkatan serbuk bor, dan
• geometri sumur
maka terbentuk batas-batas sehingga menjadi LGRW
• Dalam eksekusinya, laju alir gas dan lumpur diharapkan
tetap berada di dalam LGRW yang sudah dirancang
sesuai kondisi sumur yang ditinjau.
• LGRW ini bukan merupakan ekspresi operating window
untuk seluruh jenis fluida UBD, melainkan hanya untuk
pengeboran aerasi.
• Pada pengeboran aerasi batas-batas yang membentuk
LGRW antara lain :
Guo & Ghalambor, Gas Requirements for Underbalanced Drilling : Deviated
• Collapse Pressure Limit (Batas Kanan) Holes, 2002
• Balance Pressure Limit (Batas Kiri)
• Cutting Carrying Capacity Limit (Batas Bawah)
• Wellbore Washout Limit (Batas Atas)
Batas-batas Liquid – Gas Rate Window (Pengeboran Aerasi)
• Dengan berat spesifik udara standar sebesar 0.0765 lb/ft3 maka nilai energi kinetik
menghasilkan nilai minimum yang perlu digunakan dalam operasi.
• Jika kombinasi antara laju alir gas dan lumpur menghasilkan nilai dibawah 3 ft-
lb/ft3 maka campuran fluida pengeboran tidak mengangkat serbuk bor dengan
baik.
https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-migasian/article/download/135/55
Tahap Perhitungan
1. A Closed-Form Hydraulics Equation for Aerated Mud Drilling in Inclined Wells, https://doi.org/10.2118/88840-PA
2. Design and Application of Aerated and Foam Drilling Fluid, Case Study in Drilling Operation in Indonesia,
https://pangea.stanford.edu/ERE/pdf/IGAstandard/SGW/2018/Nugroho3.pdf
3. Designing Liquid - Gas Rate Window For Aerated Drillingusing GuoGhalambor Method,
https://ojs.akamigasbalongan.ac.id/index.php/jurnal-migasian/article/download/135/55
4. Valuation Of Aerated Drilling In K-01 Geothermal Well Using Guo Ghalambor’s Gas-liquid Rate Window, Evaluation of Aerated Drilling in
K-01 Geothermal Well using Guo Ghalambor’s Gas-Liquid Rate Window | Wardana | PETRO:Jurnal Ilmiah Teknik Perminyakan
(trisakti.ac.id)
5. Guo & Ghalambor, Gas Requirements for Underbalanced Drilling : Deviated Holes, 2002
Metode Guo Ghalambour
3.32
Tahap Perhitungan Cutting Carrying Capacity Limit (Batas Bawah) (Pengeboran Aerasi)
Batas Bawah (Cutting Carrying Capacity Limit )
• Kondisi minimum serbuk bor terangkat berada pada energi kinetik 3 ft-lb/ft3 .
• Jika nilai energi kinetik kurang dari nilai tersebut, serbuk bor tidak terangkat dengan baik.
• Untuk menenentukan batas bawah pada LGRW dapat dilakukan dengan menguji nilai-nilai yang
berada di antara batas kanan dan batas kiri (tabel 4.5).
• Batas atas pada LGRW didefinisikan sebagai kondisi maksimum pengeboran aerasi
sebelum terjadinya washout pada lubang sumur.
• Washout pada sumur merupakan kondisi dimana lubang mengalami penambahan diameter
di 4 sisi akibat operasi pengeboran.
• Hal ini mungkin terjadi pada batuan sedimen.
• Mengingat batuan pada daerah panas bumi tidak relevan dengan washout , nilai batas atas
mengacu , nilai batas atas mengacu pada maksimum standar operasi mud motor 8” yang
digunakan.
• Standar operasi mud motor 8” berada di rentang 300 gpm hingga 900 gpm. Sehingga batas
atas berada pada 900 gpm. Jika operasi melewati batas ini, maka kemungkinan kerusakan
alat (mud motor) dapat terjadi.
Liquid – Gas Rate Window
• Batas-batas LGRW ketika disatukan dalam 1 grafik
akan membentuk bidang 2D seperti pada gambar 4.4.
• Operasi pengeboran diharapkan terus berada di dalam
bidang tersebut.
• Jika operasi pengeboran tidak berada di dalam bidang
yang terbentuk, masalah pengeboran dapat terjadi.
Grafik Liquid – Gas Rate Window dari Lumpur 8.4 ppg pada Trayek 12.25”
• Sebagai contoh pada titik 1 dengan kombinasi Qm bernilai
Liquid – Gas Rate Window 400 gpm dan Qgo bernilai 1020 scfm.
• Kondisi ini mencapai kondisi underbalance karena kombinasi
• Batas-batas LGRW ketika disatukan dalam 1 grafik Qgo dan Qm lebih rendah dari balanced pressure limit, Nilai
akan membentuk bidang 2D seperti pada gambar 4.4. BHP lebih rendah dibandingkan tekanan formasi, yaitu 3630
psi.
• Operasi pengeboran diharapkan terus berada di dalam • Kondisi ini juga tidak menyebabkan collapse karena BHP
bidang tersebut. yang terjadi lebih besar dari collapse pressure (3305 psi).
• Jika operasi pengeboran tidak berada di dalam bidang • Nilai energi kinetik yang dihasilkan pun lebih d Nilai energi
kinetik yang dihasilkan pun lebih dari minimum ketentuan,
yang terbentuk, masalah pengeboran dapat terjadi. yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi minimum ketentuan, yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi ini mampu i mampu dijalankan dengan mud motor 8”
dikarenakan laju alir lumpur sebesar 400 gpm.
• Kondisi ini dianggap memenuhi syarat operasi yang dapat
dilakukan.
Grafik Liquid – Gas Rate Window dari Lumpur 8.4 ppg pada Trayek 12.25”
Liquid – Gas Rate Window
Contoh kondisi yang dapat menyebabkan masalah
pengeboran tergambar pada grafik .
Titik 2 hingga 5 menggambarkan kondisi di luar LGRW.
Titik 2 : dengan kombinasi Qm 300 gpm dan Qgo 720 scfm
• walaupun kondisi underbalance tercapai dan keruntuhan lubang
sumur tidak terjadi, tetapi pengangkatan serbuk bor buruk.
• Energi kinetik pada kondisi ini hanya sebesar 2.6 ft-lb/ft3 .
• Batas atas pada LGRW didefinisikan sebagai kondisi maksimum pengeboran aerasi
sebelum terjadinya washout pada lubang sumur.
• Washout pada sumur merupakan kondisi dimana lubang mengalami penambahan diameter
di 4 sisi akibat operasi pengeboran.
• Hal ini mungkin terjadi pada batuan sedimen.
• Mengingat batuan pada daerah panas bumi tidak relevan dengan washout , nilai batas atas
mengacu , nilai batas atas mengacu pada maksimum standar operasi mud motor 8” yang
digunakan.
• Standar operasi mud motor 8” berada di rentang 300 gpm hingga 900 gpm. Sehingga batas
atas berada pada 900 gpm. Jika operasi melewati batas ini, maka kemungkinan kerusakan
alat (mud motor) dapat terjadi.
• Sebagai contoh pada titik 1 dengan kombinasi Qm bernilai
Liquid – Gas Rate Window 400 gpm dan Qgo bernilai 1020 scfm.
• Kondisi ini mencapai kondisi underbalance karena kombinasi
• Batas-batas LGRW ketika disatukan dalam 1 grafik Qgo dan Qm lebih rendah dari balanced pressure limit, Nilai
akan membentuk bidang 2D seperti pada gambar 4.4. BHP lebih rendah dibandingkan tekanan formasi, yaitu 3630
psi.
• Operasi pengeboran diharapkan terus berada di dalam • Kondisi ini juga tidak menyebabkan collapse karena BHP
bidang tersebut. yang terjadi lebih besar dari collapse pressure (3305 psi).
• Jika operasi pengeboran tidak berada di dalam bidang • Nilai energi kinetik yang dihasilkan pun lebih d Nilai energi
kinetik yang dihasilkan pun lebih dari minimum ketentuan,
yang terbentuk, masalah pengeboran dapat terjadi. yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi minimum ketentuan, yaitu 4.6 ft-lb/ft3.
• Operasi ini mampu i mampu dijalankan dengan mud motor 8”
dikarenakan laju alir lumpur sebesar 400 gpm.
• Kondisi ini dianggap memenuhi syarat operasi yang dapat
dilakukan.
Grafik Liquid – Gas Rate Window dari Lumpur 8.4 ppg pada Trayek 12.25”
Liquid – Gas Rate Window
Contoh kondisi yang dapat menyebabkan masalah pengeboran
tergambar pada grafik .
Titik 2 hingga 5 menggambarkan kondisi di luar LGRW.
Titik 2 : dengan kombinasi Qm 300 gpm dan Qgo 720 scfm
• walaupun kondisi underbalance tercapai dan keruntuhan lubang sumur
tidak terjadi, tetapi pengangkatan serbuk bor buruk.
• Energi kinetik pada kondisi ini hanya sebesar 2.6 ft-lb/ft3 .