Anda di halaman 1dari 15

PERANCANGAN LUMPUR PEMBORAN UNTUK OPERASI PEMBORAN

PADA SUMUR YNWA-02 PADA LAPANGAN LIVERPOOL DI


CEKUNGAN SUMATERA UTARA

Rasinda Rahmania Gunawan, Ega Dimas Saputra, Moh Naufal Hilmy Al Rasyid, Farid Deva
Maulana, Warid Afif Anoraga, Maria Kurnia Citrawati, Anidya Dinda, William Arthur
Simbolon, Yuli Ansih, Khalifatur Aflah, Muhammad Rofiq Abiyyu, Richard Rama.
Ecopetrol.

Hak Cipta 2021, Laboratorium Analisa Lumpur Pemboran.

Paper ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Praktikum Analisa Lumpur Pemboran UPN
“Veteran” Yogyakarta, serta disiapkan untuk presentasi responsi Analisa Lumpur Pemboran
2021, 21 November 2021.

ABSTRAK
Pada Lapangan “Liverpool” Sumur “YNWA-02” akan dilakukan pemboran dengan target
pemboran pada kedalaman 9842,52 ft. Pemboran pada sumur ini terdiri dari 4 trayek dengan
trayek conductor dengan metode hammering, kemudian dilanjutkan dengan pengeboran pada
trayek intermediate di kedalaman 3564,12-7994,318ft, dengan ukuran casing 8 5/8” dengan
ukuran bit atau lubang bor sebesar 20” Pada kedalaman tersebut, lithologi yang ditembus
adalah… Didapatkan gradien tekanan rekah formasi sebesar 0,67, gradien tekanan formasi
sebesar 0,32. Di Lapangan Liverpool sumur YNWA-02 dilakukan perencanaan lumpur yang
cocok dengan formasi yang akan ditembus dimana diperkirakan akan terjadi beberapa masalah
dalam pemboran, yaitu kick, loss circulation, wellbore stability, sticky clay, hole cleaning, high
torque. Dari problem yang terjadi tersebut maka perlu dilakukan perencanaan lumpur pemboran
yang sesuai untuk mengatasi indikasi problem yang terjadi serta perlatan yang lebih ekonomis.

Kata kunci: Lapangan Liverpool,perencanaan lumpur, problem pemboran

ECOPETROL – ALP 2021 1


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada Sumur YNWA-02 Lapangan Liverpool terindikasi munculnya problem pemboran berupa
kick, loss circulation, wellbore stability, hole cleaning, high torque, sticky clay. Kick
adalahproblem pemboran dimana fuida formasi masuk ke annulus dikarenakan lumpur pemboran
tidak mampu menahan tekanan formasi. Indikasi terjadinya kick terletak pada kedalaman interval
2714,489 ft - 4370,028 ft di Formasi Baong, dikarenakan di kedalaman tersebut terdapat tekanan
formasi yang besar serta terdapat akumulasi gas hidrokarbon. Loss circulation adalah problem
pemboran dimana fluida pemboran hilang ke formasi dikarenakan tekanan hidrostatis lumpur
pemboran yang melebihi tekanan rekah formasi. Indikasi terjadinya loss circulation berada di
kedalaman 4000 ft-5312 ft di formasi Belumai dikarenakan litologinya berupa batuan gamping
yg umumnya memiliki zona Cavernous atau Vugular yang dapat menyebabkan lost circulation
saat ditembus. Wellbore stability, hole cleaning, dan high torque adalah problem pemboran yang
saling berkaitan dan umumnya terjadi pada formasi yang lunak, karena mudah runtuh dan dapat
menyebabkan penumpukan cutting pada lubang yang akan akan menyebabkan masalah pada
pembersihan lubang serta meningkatkan torsi yang dibutuhkan saat memutar rangkaian
drillstring. Indikasi terjadinya ketiga problem ini berada pada kedalaman 1491,477ft-2058,239ft
di Formasi Keutapang, karena terdiri dari batuan serpih lempung yang lunak dan mudah
mengalami longsor. Sticky clay adalah problem dimana terdapat formasi memiliki mineral
dengan KTK yang tinggi sehingga mudah bereaksi dengan air dan terjadi pengembangan clay
atau swelling. Indikasi terjadinya sticky clay berada pada kedalaman 4742ft-7994ft di Formasi
Belumai dan Bampo yang litologinya berupa batuan serpih gampingan yang reaktif
Maksud dan Tujuan
Penulisan paper ini dimaksudkan untuk memaparkan hasil analisa dari tim Ecopetrol di lapangan
Liverpool” pada sumur “YNWA-02”,yaitu mengenai identifikasi problem pemboran yang akan
terjadi dan sifat-sifat lumpur sehingga dapat mencegah problem pemboran yang dapat terjadi.

Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk menganalisa data-data dan perhitungan untuk
mendesain lumpur sesuai dengan problem yang dapat terjadi dengan mempertimbangkan aspek
ekonomi dan lingkungan.

Dasar Teori
Lumpur Pemboran
 Definisi dan Fungsi
Fluida pemboran atau lumpur pemboran merupakan suatu campuran cairan dari beberapa
komponen yang dapat terdiri dari air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia,
gas, udara, busa maupun detergent. Di lapangan fluida dikenal sebagai lumpur (mud). Lumpur
pemboran merupakan faktor yang penting serta sangat menentukan dalam mendukung kesuksesan
suatu operasi pemboran. Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat
tergantung pada kinerja lumpur pemboran. Lumpur pemboran memiliki fungsi sebagai
pengangkat cutting ke permukaan (cutting removal), mendinginkan dan melumasi bit, pembersih
dasar lubang bor, pelindung dinding lubang bor dari formasi, penahan serbuk bor agar tidak

ECOPETROL – ALP 2021 2


terendapkan, media logging, penahan sebagian berat drill string, serta menghambat dan
mencegah korosi melalui

ECOPETROL – ALP 2021 2


penambahan additive. Tujuan terpenting penggunaan lumpur pemboran yaitu agar didalam
proses pemboran tidak menemui kesulitan-kesulitan yang dapat mengganggu kelancaran
kegiatan pemboran itu sendiri.
 Komponen
Komponen atau fasa dari lumpur pemboran tergantung pada kebutuhan dan kondisi operasi
pemboran. Pertimbangan ekonomi, kontaminasi, jenis air yang tersedia, tekanan, dan temperatur
merupakan faktor penting dalam menentukan pemilihan jenis lupur yang akan dipakai. Empat
macam komponen atau fasa yang umum digunakan didalam lumpur pemboran antara lain fasa
cair (air atau minyak), Reactive solids (padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid),
inert solids (zat padat yg tidak bereaksi), dan fasa kimia berupa aditif yang dicampur ke dalam
lumpur untuk mengontrol sifat-sifat lumpur, seperti thinner dan KOH. Terdapat dua hal penting
dalam penentuan komposisi lumpur pemboran, yaitu semakin ringan dan encer suatu lumpur
pemboran, semakin besar laju penembusannya dan semakin berat dan kental suatu lumpur
pemboran, semakin mudah untuk mengontrol kondisi dibawah permukaan seperti masuknnya fluida
formasi bertekanan tinggi (dikenal sebagai "kick"). Bila keadaan ini tidak dapat diatasi maka akan
menyebabkan semburan liar (blowout).

Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Lumpur Pemboran


Sifat fisik maupun kimia dari fluida pemboran terdiri dari densitas, kandungan minyak, rheology
lumpur, filtration loss, ketebalan mud cake, dan pH.
 Densitas
Densitas lumpur pemboran merupakan sifat lumpur yang berkaitan dengan pengontrol tekanan
formasi. Adanya densitas lumpur bor yang terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke
formasi (loss circulation), sedangkan jika terlalu kecil dapat menyebabkan masuknya fluida ke
lubang sumur (kick). Maka densitas lumpur harus disesuaikan dengan keadaan formasi yang
akan ditembus.Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatik dari lumpur bor dalam
psi/ft. Tetapi di lapangan biasanya dipakai satuan ppg (pound per gallon). Densitas lumpur
pemboran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu densitas lumpur yang direncanakan,
EMW (Equivalent Mud Weight) yaitu densitas dihasilkan dari fluida formasi (statis), dan ECD
(Equivalent Circulation Density) yaitu densitas dari lumpur yang tersirkulasi.
 Rheology Lumpur
Rheology lumpur pemboran berkaitan dengan plastic viscosity, yield point, dan gel strength.
Pengukuran sifat-sifat rheology fluida pemboran sangat penting karena efektifitas pengangkatan
cutting dari lubang bor ke permukaan merupakan fungsi lapangannya.Model rheology fluida
terbagi menjadi 2 yaitu, fluida Newtonian yang viskositasnya dipengaruhi oleh tekanan dan
temperatur; fluida non-Newtonian yang viskositasnya dipengaruhi oleh tekanan. plastic viscosity
sering kali digambarkan sebagai bagian dari resistensi untuk mengalir yang disebabkan oleh
friksi mekanik. Yield point adalah bagian resistensi untuk mengalir yang merupakan akibat dari
gaya tarik-menarik antar partikel, gaya ini disebabkan oleh muatan-muatan pada permukaan
partikel terdispersi dalam fasa fluida. Gel strength dan yield point adalah gaya tarik-menarik
dalam suatu sistem lumpur. Gel strength adalah gaya tarik-menarik yang statik, sedangkan yield
point merupakan gaya tarik-menarik pada suatu keadan dinamik. Rheology lumpur berkaitan
untuk mendesain komposisi lumpur secara tepat dalam operasi pemboran.
 Filtration Loss dan Mud Cake
Filtration loss yaitu hilangnya volume lumpur ke dinding lubang formasi yang dipengaruhi oleh
permeabilitas dinding lubang bor. Ketika terjadi kontak antara lumpur dan batuan porous, batuan

ECOPETROL – ALP 2021 3


tersebut akan bertindak sebagai saringan yang memungkinkan fluida dan partikel-partikel kecil
melewatinya. Fluida yang hilang ke dalam batuan disebut filtrate, sedangkan lapisan partikel-
partikel besar tertahan di permukaan batuan disebut mud cake. Keduanya berkaitan dimana
semakin besar filtration loss, maka semakin tebal mud cake yang terbentuk, begitupun
sebaliknya. Mud cake yang terlalu tebal dapat menyebabkan pipe sticking. Sehingga, mud cake
yang tipis direkomendasikan dan dapat menjadi bantalan baik bagi drill string, serta mencegah
runtuhnya dinding lubang bor.
 pH Lumpur Pemboran
Salah satu sifat dari lumpur pemboran yaitu kandungan pH. Secara teori, apabila pH tepat 7
maka fluida dianggap netral,apabila nilai pH lebih kecil dari 7, maka fluida dinyatakan bersifat
asam dan apabila nilai pH lebih besar dari 7, maka fluida dinyatakan bersifat basa.sifat asam
pada lumpur pemboran menyebabkan adanya masalah.lumpur pemboran yang bersifat asam
dapat mengakibatkan terjadinya korosi pada peralatan pemboran. Sehingga, lumpur pemboran
harusnya didesain bersifat basa karena polimer-polimer tertentu bekerja dengan baik pada
lumpur yang bersifat basa. Nilai pH lumpur yang baik yang tergolong baik berkisar antara 9-11.
 Tekanan Hidrostatik
Secara definisi, tekanan hidrostatis adalah tekanan yang diakibatkan oleh gaya yang ada pada zat
cair terhadap suatu luas bidang tekan, pada kedalaman tertentu. Tekanan hidrostatis berperan
penting dalam menentukan grafik pressure window secara tepat. Untuk menentukan nilai tekanan
hidrostatis dapat dirumuskan dengan konstansta senilai 0.052 dikalikan dengan densitas lumpur
dan dikali dengan TVD (True Vertical Depth). Nilai tekanan hidrostatis yang didapat nantinya
dapat menjadi acuan untuk menentukan grafik pressure window.

Problem Pemboran
 Kick
Kick adalah salah satu kondisi dimana fluida formasi telah masuk kedalam lubang sumur
pengeboran yang mana nantinya fluida tersebut akan mendorong isi lubang yang ada didalam
lubang tersebut hingga ke permukaan dengan kata lain semburan liar (blow out). Pengendalian
well kick pada operasi pengeboran sangatlah penting karena hal ini akan menyebabkan kerugian
yang besar, seperti hilangnya peralatan hingga nyawa pekerja pun menjadi taruhannyaTerdapat
beberapa tanda terjadinya kick, diantaranya: volume lumpur bertambah akibat fluida formasi
yang masuk dan becampur, tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil dari tekanan formasi, kerja
stroke pump meningkat karena aliran lumpur yang cepat, densitas lumpur turun karena sudah
tercampur fluida formasi, jumlah gas terlarut meningkat karena terdapat shallow gas, dan kondisi
cutting yang makin besar karena kerusakan formasi dan ikut naik bersamaan dengan lumpur.
 Lost Circulation
Salah satu permasalahan pemboran yaitu hilang sirkulasi(Lost Circulation) yang didefinisikan
sebagai hilangnya sejumlah fluida pemboran yang masuk ke formasi, karena adanya ruang
terbuka pada formasi yang melebihi ukuran diameter dari partikel lumpur atau disebabkan oleh
tekanan lubang bor terlalu tinggi yang melebihi tekanan rekah formasinya. Formasi dengan
ruang terbuka yang merupakan keadaan alam biasanya dijumpai pada formasi gamping yang
permeable dan tidak terkonsolidasi dengan baik. Cave atau rongga- rongga terbuka dijumpai
pada formasi yang kompak sedangkan rekahan (natural fracture) bisa dijumpai pada setiap
lapisan batuan. Hilang sirkulasi adalah masalah serius dan mahal penanganannya. Masalah ini
dapat terjadi pada, kedalaman, tipe batuan dan umur geologi batuan apapun.

ECOPETROL – ALP 2021 4


RUMUSAN MASALAH

 Problem pemboran apa saja yang mungkin terjadi pada sumur YNWA-02?
 Bagaimana desain lumpur pemboran yang tepat untuk mengatasi problem tersebut?

METODOLOGI

Metodologi dari penelitian ini adalah studi kasus case di lapangan, melakukan percobaan,
pengkajian, dan pengkorelasian dengan data lapangan sebagai acuan.

FLOWCHART

Start

Data Seismic (gradien, Data Geografi


tekanan, kedalaman) (litologi batuan)

Problem Pemboran : Lost


Pf Ph Prf circulation, Kick, Sticky
clay, Hole cleaning, &
Wellbore stability
Pressure Window

Desain Lumpur
Pemboran

Finish Sesuai Tidak


sesuai

ECOPETROL – ALP 2021 5


PERHITUNGAN DAN ANALISA
1. Perhitungan tekanan target formasi (Pf. Tekanan hydrostatic (Ph) dan tekanan rekah
formasi (Prf)
 Tekanan Formasi (Pf)
Gradien tekanan formasi (Gf) = 0,32 psi/ft
TVD (True Vertical Depth) = 10037,642 ft
Pf = Gpf x TVD
= 0,32 x 10037,642
= 4089.328 psi
 Tekanan Rekah Formasi (PrF)
Gradien tekanan rekah formasi (Grf) = 0,67 psi/ft
TVD (True Vertical Depth) = 10037,642 ft
Prf = Grf x TVD
= 0,67 x 10037,642
= 6685.375 psi
 Tekanan Hidrostatis Lumpur (Ph) = 0,052 x 10037,642 x 9,93
= 5180,4271 psi
2. A. Pengukuran Rheology lumpur (Surface Section)
 Densitas = 8,7 ppg
 PV = 7 cp
 YP = 2 lb/100 ft2
 600 RPM/300 RPM = 12/5
 Volume filtrat pada 7,5 menit = 6 cc
 Mud cake = 0,6 mm
B. Pengukuran Rheology lumpur (Intermediate Section)
 Densitas = 9,925 ppg
 PV = 7 cp
 YP = 1 lb/100 ft2
 600 RPM/300 RPM = 32/25
C. Pengukuran Rheology lumpur (Production Section)
 Densitas = 12,44 ppg
 600 RPM/300 RPM = 45/32
3. Mud Volume Requirement
π 2 2
Mud volume = ( Db −D p ) x depth
4
 Trayek
Diameter pipa = 0,23958 ft
Diameter drill collar = 0,26042 ft
ID pipa = 0,10925 ft
ID drill collar = 0,125 ft
a. Surface casing
Diameter bit = 0,88542 ft

ECOPETROL – ALP 2021 6


Depth = 3654.12 ft

ECOPETROL – ALP 2021 6


Mud volume = 3162,61 cuft
= 5279.441 sack
= 166736.4252 kg
b. Intermediate casing
Diameter bit = 0,65625 ft
Depth = 7994.32 ft
Mud volume = 3567.44 cuft
= 5955,231 sack
= 21117,047 kg
c. Production casing
Diameter bit = 0,39583 ft
Depth = 10037,6 ft
Mud volume = 1288,03 cuft
= 2150,152 sack
= 8697.912 kg
 Total volume mud = 5345,39 cuft
= 1432,57 sack
 Total volume mud excess =V + (V x 50%)
= 5345,39 + (5345,39 x 50%)
= 8018,09 cuft
= 2148,85 sack
4. Analisa Ekonomi
Biaya total yang dibutuhkan dalam pembuatan mud trayek 1 s/d trayek 4
= Section 1 + Section 2 + Section 3 + Section 4
= Rp0 + Rp14.004.633 + Rp10.807.455 + Rp8.614.189
= Rp33.426.278 atau USD 2.353

PEMBAHASAN

Operasi pemboran merupakan tahap awal yang dilakukan untuk dapat menemukan cadangan
hidrokarbon yang nantinya akan diproduksi. Untuk menunjang operasi pemboran diperlukan
desain lumpur pemboran yang bernilai ekonomis dan sesuai dengan keadaan formasi yang akan
ditembus. Sumur YNWA-02 pada lapangan “Liverpool” memiliki kedalaman 3000 m. Formasi
yang akan ditembus adalah Formasi Julurayeu, Seurula, Keutapang, Baong, Belumai, Bampo,
dan Parapat, dengan lithologi formasi yang terdiri dari shale, serpih gampingan, batuan pasir,
dan batuan karbonat.

Berdasarkan analisa keadaan lithologi formasi dan grafik mud window, diperkirakan akan terjadi
problem pemboran berupa kick, lost circulation, hole cleaning, high torque, sticky clay, wellbore
stability. Indikasi terjadinya kick diperkirakan terjadi pada kedalaman 2714,489 ft - 4370,028 ft
di Formasi Baong, akibat tekanan formasi yang lebih besar dibandingkan tekanan hidrostatis dari
lumpur yang digunakan dan adanya akumulasi gas hidrokarbon yang akan mempengaruhi
tekanan hidrostatis lumpur. Indikasi terjadinya loss circulation berada di kedalaman 4000 ft-
5312 ft di formasi Belumai dikarenakan litologinya berupa batuan gamping yg umumnya

ECOPETROL – ALP 2021 7


memiliki zona Cavernous atau Vugular. Indikasi terjadinya wellbore stability, hole cleaning, dan
high torque

ECOPETROL – ALP 2021 7


berada di kedalaman 1491,477ft-2058,239ft di Formasi Keutapang karena terdiri dari batuan
serpih lempung yang lunak dan mudah mengalami longsor.

Pada operasi pemboran ini menggunakan 4 trayek yang terdiri dari conductor casing dengan
hammer pada kedalaman 0—1491,47 ft, surface casing pada kedalaman 1491,47—3654,119 ft,
intermediate casing pada kedalaman 3654,13—7994,318 ft, dan production casing pada
kedalaman 7994,318-10037,642 ft.

Pada section 1 dengan OD casing sebesar 16 inch dipasang dengan teknik hammering
dikarenakan litologi batuan pada formasi Julu Rayeu yang beruapa batuan shale dan pasir yang
cenderung bersifat lunak sehinngga bisa digunakan teknik ini. Pada section 2 dengan diameter bit
10 5/8 inch dipasang casing dengan OD sebesar 11 3/4 inch.. Pada section 3 dengan diameter 7
7/8 dipasang casing OD 8 5/8. Pada section 4 3/4 bit inch dipasang casing 5 1/2 inch.

Lumpur pemboran ini didesain dengan menggunakan aditif seperti bentonite sebagai viscosity-
filtration control, KOH sebagai alkalinity control, PAC-L dan sterofoam sebagai filtration loss
control agent (FLCA). Sterofoam disini merupakan inovasi dari kami dan telah kami uji di
laboratorium dan terbukti mampu menguranngi filtrat air yang keluar dari lumpur.

Pada operasi pemboran ini digunakan lumpur jenis water based mud. Pada section 2 digunakan
lumpur dengan densitas 8,7 PPG dan digunakan aditif berupa Bentonite, KOH, dan PAC-L.
Dikarenakan litologinya yang berupa batuan shale yang mudah terjadi swelling sehingga
digunakan PAC-L sebagai FLCA untuk mencegah air keluar dari lumpur. Pada section 3
digunakan lumpur dengan densitas 9,925 PPG dan digunakan aditif berupa Bentonite, KOH,
PAC-L, dan sterofoam. Dikarenakan litologinya yang berupa batuan serpih gampingan yang
sangat reaktif dengan air sehingga perlu aditif yang berperan sebagai FLCA untuk mencegah air
keluar dari lumpur. Pada section 4 digunakan lumpur dengan densitas sebesar 12,44 PPG dan
digunakan aditif yang sama dengan section 3 dikarenakan problem pemboran yang relatif sama.

Melalui data-data tersebut dapat digunakan untuk menghitung volume lumpur yang dibutuhkan
pada suatu pemboran. Total volume lumpur yang dibutuhkan dalam pemboran sumur “YNWA-
02” pada section 2 sebesar 5279,4 sack, pada section 3 sebesar 5995,2 sack, dan pada section 4
sebesar 2150,2 sack. Sedangkan berat aditif yang digunakan berupa KOH sebesar 137,1973 Kg,
PAC-L sebesar 112,173 Kg, dan sterofoam sebesar ….

Dalam suatu oprasi pemboran perlu dilakukan sebuah analisa ekonomi untuk mengetahui
besarnya anggaran yang diperlukan. Analisa ini didasarkan pada harga dari setiap bahan yang
digunakan dalam pembuatan lumpur per satuan berat maupun volume. Setelah dilakukan analisa
didapatkan perkiraan total anggaran sebesar Rp33.426.278 atau USD 2.353
.
KESIMPULAN

1. Lapangan papichulo memiliki 4 trayek pemboran dengan total kedalaman 3000 m.


2. Trayek awal (conductor hammer casing) dengan lithology formasi shale dan sandstone
sehingga tidak dilakukan sirkulasi lumpur pada trayek ini

ECOPETROL – ALP 2021 8


3. Trayek kedua (surface casing) dengan lithology formasi sanddtone, shale, dan karbonat
pada kedalaman 1491,47-3654,12 ft menggunakan bentonite, KOH, PAC-L + Water
Based Mud dengan total volume lumpur yang digunakan sebanyak 5279,4 sack.
4. Trayek ketiga (intermediate casing) dengan lithology formasi perselingan lanau, serpih
gampingan, dan limestone pada kedalaman 3654,12-7994,318 ft menggunakan
bentonite, sterofoam, KOH, PAC-L + Water Based Mud dengan total volume lumpur
yang digunakan sebanyak 5995,2 sack.
5. Trayek keempat (production casing) dengan lithology formasi sandstone dan
konglomerat pada kedalaman 7994,318-10037,642 ft menggunakan aditif yang sama
dengan lumpur pada section 3 dengan total volume lumpur yang digunakan sebanyak
2150,2 sack.
6. Total mud volume requirement keseluruhan sebesar 13.424,8 sack
7. Total biaya yang diperlukan untuk pembuatan lumpur sebesar Rp33.426.278 atau USD
2.353

REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisa dalam upaya pencagahan problem pemboran berupa kick, lost
circulation, wellbore stability, hole cleaning, high torque, dan sticky clay didapatkan desain
lumpur pemboran pada section 2 berupa water based mud dengan densitas 8,7 PPG dengan aditif
berupa dan digunakan aditif berupa Bentonite, KOH, dan PAC-L. Pada section 3 digunakan
lumpur dengan densitas 9,925 PPG dan digunakan aditif berupa Bentonite, KOH, PAC-L, dan
sterofoam. Pada section 4 digunakan lumpur dengan densitas sebesar 12,44 PPG dan digunakan
aditif yang sama dengan section 3 dikarenakan problem pemboran yang relatif sama.

ECOPETROL – ALP 2021 9


LAMPIRAN

Gambar 1 Mud Window

Gambar 2 Pressure window

ECOPETROL – ALP 2021


Gambar 3 Hasil Uji Laboratorium

ECOPETROL – ALP 2021


Gambar 4 Litostatigrafi Cekungan Sumatra Utara

ECOPETROL – ALP 2021

Anda mungkin juga menyukai