Anda di halaman 1dari 13

WEATHERFORD

Desain Lumpur Pemboran yang Efektif pada Sumur-01 Lapangan Mumet


Berdasarkan Karateristik Reservoir dan Problem Sumur
Kelompok ResponsiWeatherford Mud Services, Jurusan Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta.
Copyright 2019, Weatherford.

This paper was prepared for presentation at the 2019final test of practical work mud analysis, Indonesia, 4th Mei 2019.
This paper was selected for presentation by Weatherford teamresearch. Following review of information contained in an abstract submitted by the author(s). Contents of the paper, as presented, have not
been reviewed by the Society of Petroleum Engineers and are subject to correction by the author(s). The material as presented, does not necessarily reflect any position of the Society of Petroleum
engineers, its officers, or member. Paper presented at SPE meetings are subject to publication review by Editorial Committees of the Society of Petroleum Engineers. Electronic reproduction, distribution,
or storage of any part of this paper for commercial purposes without the written consent of the Society of Petroleum engineers is prohibited. Permission to reproduce in print is restricted to an abstract of
not more than 300 words, illustrations may not be copied. The abstract must contain conspicuous acknowledgment of where and by whom the paper was presented. Write Librarian, SPE, P.O. Box
Abstrak
Lumpur pemboran adalah fluida yang didesain dan digunakan untuk membantu proses pemboran.Pada
pemboran diperlukan perencanaan lumpur yang tepat.Desain lumpur yang tidak sesuai dengan kondisi sumur
dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti kick, loss circulation, pipe stickingdan swelling.Oleh karena
itu sangat penting untuk mengetahui rheology dari lumpur pemboran dan dasar dari operasi pemboran
khususnya lumpur pemboran.
Berdasarkan case yang diberikan, diketahui bahwa formasi yang ditembus pada kedalaman 300m –
2000m merupakan formasi yang didominasi oleh mineral clay yang memiliki nilai KTK sebesar 10-40
Meq/100gr. Kekompakan formasi pada kedalaman ini rendah dan ROP sebesar 45 m/h. Pada kedalaman 2000m
– 2900m didominasi oleh mineral clay dengan nilai KTK 60-150 Meq/100gr dan ROP sebesar 20 m/h. Pada
kedalaman 2900m – 3000m, memiliki lithology karbonat dan merupakan target pemboran.
Permasalahan dalam case ini pada Section 1 adalah seepage loss dan brittle, seepage lossterjadi karena
formasi tersebut memiliki lithologi Interbedded sandstone dan mudstone dimana nilai porositas dan
permeabilitas yang besar dan kekompakan formasi rendah sehingga memungkinkan terjadinya seepage loss,
brittle terjadi karena jenis mineral pada formasi tersebut sesuai dengan nilai KTK nya adalah Illite, dimana
mineral Illite bersifat brittle.Adapun penanggulangan dari problemsection Iyaitu dengan mengurangi ROP untuk
mengurangi jumlah cutting ataupun mendesain lumpur yang efektif. Pada section II formasi Pasrah memiliki
lithology Claystone yang dapat menyebabkan Swelling jika menggunakan lumpur jenis Water Base Mud
(WBM), pada formasi Nyerah merupakan Zona Payzone, dimana pada zona tersebut harus dihindari kondisi
loss circulation agar recovery hidrokarbon optimal.
Kata Kunci: Drilling Mud, Seepage Loss, Swelling, Lost circulation.

Latar Belakang sandstone dan mudsatone yang didominasi lapisan


Pada pemboran sumur-01 Lapangan Mumet shale . Pada kedalaman 2000 – 2900m, memiliki
merupakan pemboran dengan kedalaman 3000 nilai KTK sebesar 60 – 150 Meq/100gr yang
meter. Formasi yang ditembus pada kedalaman 300- termasuk jenis mineral Montmorilllonite, dan ROP
2000m didominasi oleh mineral clay dengan nilai sebesar 20m/h, pada formasi ini terdapat lithology
KTK sebesar 10-40 Meq/100gr yang termasuk jenis Claystone, yang dapat menyebabkan problem
mineral Illite yang mudah rekah (brittle), pada swelling jika bertemu dengan Water Base Mud,
kedalaman ini formasi memiliki kekompakan yang sehingga perlu dilakukan desain lumpur yang efektif
rendah dan ROP sebesar 45 m/h serta memiliki untuk mengatasi problem tersebut. Pada kedalaman
perbedaan temperature yang cukup besar sehinga 2900m – 3000m memiliki lithology carbonate dan
dapat diindikasikan terjadinya seepage loss, merupakan target pemboran, formasi ini merupakan
lithology pada formasi tersebut yaitu Interbedded payzone, yaitu zona hidrokarbon dan harus dihindari
terjadinya loss circulation agar recovery di hasilkan dari satu ton clay agar viskositas
hidrokarbon optimal. Adapun data lapangan lumpurnya 15 cp.
tambahan dan desain lumpur pemboran pada sumur 3) Inert solid
pusing-02 yang memiliki karateristik mirip dengan Inert solid adalah padatan yang tidak bereaksi
sumur pusing-01 yaitu, Berat lumpur sebesar 12 dengan air dan dengan komponen lainnya dalam
ppg, KTK Lumpur 8 Meq/100gr, gradien rekah lumpur, dimana material ini tidak
formasi 0,55 psi/ft, dan gradien overburden 1 psi/ft. tersuspensi..Biasanya berupa barite (BaSO4) yang
Maksud dan Tujuan digunakan untuk menaikkan densitas lumpur,
Maksud percobaan ini adalah ataupun galena atau bijih besi. Inert solids dapat
untukmendesain lumpur yang akan digunakan agar pula berasal dari formasi-formasi yang dibor dan
sifat fisik lumpur sesuai dengan kondisi lubang terbawa lumpur seperti chert, pasir atau clay-clay
bor.hal yang perlu dilakukan adalah dengan menjaga non swelling, dan padatan-padatan seperti ini secara
densitas lumpur agar tekanan hidrostastik bisa di atas tidak sengaja memberikan kenaikan densitas lumpur
tekanan formasi dan di bawah tekanan rekah formasi. dan perlu dibuang secepat mungkin (bisa
Tujuan percobaan ini adalah mengatasi problem yang menyebabkan abrasi, kerusakan pompa dll).
mungkin terjadi dengan desain lumpur pemboran yang 4) Fasa Kimia
efektif. Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang
Dasar Teori digunakan untuk mengontrol sifat – sifat lumpur
Lumpur Pemboran misalnya menyebarkan partikel- partikel clay
Lumpur pemboran merupakan komponen (disepertion), dan menggumpalkan partikel –
yang sangat penting karena menentukan berhasil partikel clay (flocculation) yang akan berefek pada
atau tidaknya suatu operasi pemboran. Lumpur pengkoloidan partikel clay itu sendiri. Banyak
pemboran dirancang se-efisien mungkin dalam sekali zat kimia yang digunakan untuk menurunkan
menghadapi kondisi bawah permukaan yang ada viskositas, mengurangi water loss, dan mengontrol
selama operasi pemboran berlangsung.Terdapat 4 fasa koloid (disebut surface active agent).
komponen utama dalam membuat lumpur
pemboran, yaitu: fasa cair (air atau minyak), Fungsi Lumpur Pemboran
reactive solid (padatan yang bereaksi dengan air Lumpur pemboran merupakan faktor yang
membentuk koloid ), inert solid (zat padat yang penting dalam pemboran. Kecepatan pemboran,
tidak bereaksi), dan fasa kimia. Dari keempat efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat
komponen ini dicampurkan sedemikian rupa tergantung pada lumpur. Fungsi lumpur antara lain
sehingga didapatkan lumpur pemboran yang sesuai adalah :
dengan keadaan formasi yang ditembus. 1. Pengangkatan serpih bor (cutting) ke
1) Fasa cair permukaan
Fasa cair adalah komponen utama lumpur 2. Mendinginkan dan melumasi bit
pemboran. Fungsi dari fasa cair adalah sebagai fasa 3. Membersihkan dasar lubang.
dasar yang dapat menyebabkan lumpur dapat 4. Melindungi dinding lubang supaya stabil.
mengalir. Disamping itu bila bereaksi dengan 5. Menjaga atau mengimbangi tekanan formasi.
reaktif solid akan membentuk koloid yang memiliki 6. Menahan cutting ketika sirkulasi dihentikan .
viscositas tertentu sehingga lumpur dapat 7. Sebagai media logging.
mengangkat serpih bor (cutting) Fasa cair dapat 8. Menahan sebagian berat drill pipe dan casing
berupa air dan minyak. Air dibagi menjadi 2 yaitu: (Bouyancy effect)..
fresh water dan salt water. 9. Mendapatkan informasi (mud log, sample
2) Reactive Solid log).
Padatan ini bereaksi dengan sekelilingnya 10. Mencegah dan menghambat laju korosi.
membentuk koloidal. Dalam hal ini clay air tawar
seperti bentonite mengisap (absorb) air tawar dan Sifat – sifat lumpur
membentuk lumpur.. Istilah “Yield” digunakan Ada tiga sifat fisik lumpur terpenting yang
untuk menyatakan jumlah barel lumpur yang dapat dikontrol pada setiap operasi pemboran sumur
migas maupun panasbumi. Ketiga sifat fisik lumpur
tersebut adalah: Filtration Loss
Filltration loss adalah ketika fasa cair dari
1. Densitas lumpur masuk ke formasi. Filtration loss yang
2. Rheology (sifat aliran) terlalu besar dapat berefek buruk pada formasi
maupun lumpur itu sendiri, karena dapat
3. Filtration loss menyebabkan permeabilitas dari formasi dapat
Densitas menurun dan lumpur akan kehilangan fasa cair.
Mengontrol densitas lumpur bertujuan untuk Filltration loss ini dapat menyebabkan terbentuknya
mencegah terjadinya blow out dan digunakan untuk mud cake pada dinding lubang bor. Mud cake harus
menstabilkan lubang bor. Lumpur yang terlalu berat tipis dan elastic agar tidak menyebabkan diameter
dapat menyebabkan terjadinya lost circulation, lubang bor mengecil.
sedangkan lumpur yang terlalu ringan dapat Q2 = Q7.5menit x (30menit/7.5menit)0.5….(5)
menyebabkan masuknya fluida formasi kedalam
lubang bor (kick) dan jika tidak segera diatasi akan Aditif yang digunakan
dapat menyebabkan terjadinya semburan liar Barite (Barium Sulfat)
(blowout). Tekanan hidrostatik dapat dihitung Barite (BaSO4) merupakan innert solid yang
dengan persamaan : fungsinya menambahkan massa pada lumpur, dari
menambahkan massa lumpur maka Kegunaan dari
Ph = 0.052 x ρx TVD….….......……(1) penggunaan barite adalah dapat menaikkan densitas
lumpur sehingga cukup untuk mengontrol tekanan
Rheology (Sifat Aliran)
formasi.
Plastic Viscosity
Penggunaan utama plastic viscosity, yang Kalium Hidroksida
diukur dalam centipoises adalahuntuk menunjukkan Kalium Hidroksida (KOH) digunakan
pengaruh kandungan padatan terhadap kekentalan sebagai pengontrol pH agar pH lumpur pemboran
lumpur.Plastic viscosity diperoleh dengan dapat berada kondisi idealnya, yaitu sekitar 8,5 –
mengurangkan dial reading 600 rpm dengan300 9,5.
rpm pada viscometer. Kenaikan viskositas yang
mendadak berarti menunjukkan adanya kenaikan XCD (Xanthan Gum Density)
kadar padatan. Jika hal ini tidak terdeteksi, maka Xanthan Gum Density digunakan sebagai
dapat menimbulkan problempemboran. Plastic viscofier atau sebagai peningkat densitas lumpur
viscosity merupakan parameter yang harus sering pemboran.
diukur, karenalebih mudah dan cepat dilakukan PAC-R (Poly Anionic Cellulose Reguler)
dibandingkan dengan pengukuran kadar padatan. Digunakan dalam sebagian besar cairan
µp = C600 – C300……….......…...…….(2) pengeboran berbasis air (WBM), dapat memberikan
viskositas sekunder dan efektif pada konsentrasi
Yield Point rendah. Sangat cocok untuk digunakan dalam air
Yield point yang diperoleh dengan tawar, air laut, dan air garam hingga 300 ° F (149 °
ekstrapolasi garis lurus antarapembacaan dial 300 C).
dan 600 rpm pada viscometer. Yield point
ditentukan secarakuantitatif dengan pengurangan Metodologi
pembacaan 300 rpm dan plastic viscosity. Pada Percobaan Laboratorium
lumpur tanpa pemberat yield point dijaga pada level Pertama-tama membuat komposisi lumpur
yang cukupuntuk pembersihan dasar lubang. Pada pemboran : 350 ml air + 22.5 gr bentonite + 0.3 gr
lumpur yang diperberat yield pointdiperlukan untuk PAC-R + 0,3 gr KOH + 55 gr Barite
menahan barite. Mengukur Densitas lumpur
Yp = C300-µp………….......................(3) 1. Mengkalibrasi mudbalance dengan air
Q2 = Q1 x (t2/t1)0.5……………..…….(4)
2. Menuangkan lumpur yang akan diuji kedalam Mengukur Filtrasi dan mud cake
cup mud balance sampai penuh 1. Mempersiapkan alat filter press dan segera
3. Menutup cup dan membersihkan lumpur yang memasang filter paper serapat mungkin dan
melekat pada dinding bagian luar dan penutup meletakan gelas ukur dibawah silinder untuk
cup sampai bersih. menampung fluid filtrate.
4. Meletakkan balance arm pada kedudukan 2. Menuangkan campuran lumpur ke dalam
semula, lalu mengatur rider hingga seimbang silinder dan segera menutup rapat. Kemudian
dan membaca densitas yang ditunjukkan pada mengalirkan udara dengan tekanan kurang
skala. lebih 30 psi
5. Membaca dan mencatat densitas yang 3. Segera mencatat volume filtrat sebagai fungsi
ditunjukkan oleh skala mud balance. dari waktu dengan stop watch selama 7.5
menit. Mencatat juga volume filtrat pada
Mengukur Shear stress dengan viscometerfann menit ke 30.
VG 4. Menghentikan penekanan udara, membuang
tekanan udara dalam silinder (bleed off), dan
1. Mengisi bejana dengan lumpur sampai batas menuangkan kembali sisa lumpur dalam
yang ditentukan. silinder ke dalam breaker.
2. Meletakkan bejana pada tempatnya, serta 5. Menenentukan tebal mud cake dengan
mengatur kedudukannya sedemikian rupa menggunakan jangka sorong.
sehingga rotor dan bob tercelup ke dalam
lumpur menurut batas yang telah ditentukan. Perhitungan
3. Menggerakkan rotor pada posisi High dan 1. Pengukuran densitas dengan mud balance
menempatkan kecepatan putar rotor pada Lumpur dasar(Air 300ml + 19,125 gr bentonite)
kedudukan 600 RPM. Pemutaran terus + 3,375 gr bentonite + 0,75 PAC R+ 47,6 gr
dilakukan sehingga kedudukan skala (dial) barite
mencapai keseimbangan. Mencatat harga yang menghasilkan densitas lumpur sebesar 9,6 ppg
ditunjukkan oleh skala.  Penentuan Massa Barite
4. Mencatat harga yang ditunjukkan oleh skala
penunjuk setelah mencapai keseimbangan Densitas lumpur dasar dengan 22,5 gr Bentonite
dilanjutkan untuk kecepatan 300, 200,100, 6, dan 350 ml air diperoleh densitas sebesar 8,6
dan 3 RPM dengan cara yang sama seperti
diatas. ppg. Densitas untuk 9,6 ppg, diperoleh dengan
persamaan :
Mengukur Gel strength dengan Viscometer Fann
Vg Ws = 684 × ((dmb-dml))/(((4,2x8,33)-9,5))
1. Setelah selesai pengukuran shear stress, Ws = 684 × ((9,5-8,6))/((34,96)-9,5)
mengaduk lumpur dengan Fann VG pada
kecepatan 600 RPM selama 10 detik. Ws = 24,274gr/bbl
2. Mematikan Fann VG, kemudian diamkan Ws = 24274gr/bbl × 0,0022 bbl/350 cc
lumpur selama 10 detik.
3. Setelah 10 detik menggerakkan rotor pada = 55 grBarite/350 cc
kecepatan 3 RPM. Membaca simpangan 2. Pengukuran Rheology Lumpur dengan
maksimum pada skala penunjuk. viscometer fann vg
4. Mengaduk kembali lumpur dengan Fann VG  PV = 17,5 cp
pada kecepatan rotor 600 RPM selam 10 detik.  YP = 57,5 lb/100ftsqr
5. Mengulangi kerja diatas untuk gel strength 10  GS 10’’ = 5 lb/100ft2
menit. (untuk gel strength 10 menit, lama  GS 10’ = 15 lb/100ft2
pendiaman lumpur 10 menit).  Volume filtrat, mud cake dan pH
 Volume filtrat = 12,8 ml
 Mud cake = 1,9 mm awal pengeboran hingga pencapai target pada
 pH =8 kedalaman tdv 3000m. Komposisi yang digunakan
3. Pengukuran pf, ph, prf. dalam percobaan untuk membuat lumpur pemboran
 Pf = Gpf x TVD =0,433 x = psi pada sumur pusing -02 adalah bentonite sebesar
 Ph = Pf + 100psi = psi 22,5 gr, air sebanyak 350ml, PAC-R sebesar 0,3 gr,
 Prf = Gprf x TVD = 0,55 x = psi Barite sebesar 55 gr, KOH sebesar 0,3 gr, dan XCD
Hasil sebesar 0,3 gr. Rheologi lumpur yang didaptkan
1. Density = 9,5 ppg seperti plastic viscosity sebesar 17,5 cp dan Yp
2. Plastic Viscosity = 17,5 cp
sebesar 57,5 lb/ft2. Ketebalan mud cake sebesar 1,9
3. Yield point = 57,5lb / 100ft2
4. Gel strength 10 " = 5 lb / 100ft2 mm, ketebalan mud cake ini baik karena ketebalan
5. Gel strength 10 ' = 15 lb / 100ft2 mudcake yang baik berkisar 0,8 mm hingga 2mm.
6. Ph =8 Filtrate loss yang didapatkan sebesar 12,8
7. Filtrate loss = 12,8 ml/30menit ml/30menit. Harga filtrate loss tersebut sangat
8. Mud cake = 1,9 mm buruk artinya setiap 30 menit filtrat lumpur
TABEL I pemboran akan hilang kedalam formasi sebesar 12,8
KOMPOSISI LUMPUR
Komposisi Jumlah
ml. Harga filtrate loss yang baik adalah kurang dari
Bentonite 22,5 gr 9 ml/30 menit, untuk penanggulangan filtrate loss
Water 350 ml tersebut dapat menggunakan additive berupa LCM
PAC-R 0,3 gr sehingga besarnya filtrate loss dapat dikurangi
Barite 55 gr
KOH 0,3 gr
XCD 0,3 gr
Pembahasan
Perencanaan pemboran pada sumur 01 di
TABEL II lapangan mumet akan dilakukan pemboran hingga
RHEOLOGI LUMPUR menacapai target pemboran pada section 2 di
Sifat Harga
formasi nyerah yang memiliki lithologi batuan
Plastic Viscosity 17,5 cp
carbonat. Formasi ini terletak pada kedalaman TVD
Yield Point 57,5 lb/ft2
Density 9,5
2900-3000 m. Dari lithologi pada setiap formasi
yang ditembus maka diperkirakan akan terjadi
beberapa masalah seperti seepage loss dan sweling.
TABEL III Cara yang dapar digunakan untuk meminimalisir
HASIL PERCOBAAN problem yang akan terjadi dapat dilakukan
Ph @ 500 – 2000 pemasangan casing dan juga dapat menggunakan
Ph @ 2000 – 2900 penambahan additive tertentu kedalam lumpur
Ph @ 2900 – 3000 pemboran selama pemboran berlangsung.
Filtrate 12,8 ml Perencanaan pemboran sumur ini akan
Tebal Mud Cake 1,9 mm dakukan dengan pemasangan casing konduktor
pH 8 dengan diameter 20 inci, casing ini dipasang dari
permukaan hingga kedalaman 150 feet. Pemasangan
Analisa casing surface dilakukan pada kedalaman0-1640 ft
Dari data yang didapatkan melalui dengan diameter casing 13 3/8 in. Pemasangan
percobaan danperhitungan menunjukkan bahwa intermediete casing dengan diameter 9 5/8 in dan
lumpur pemboran yang akan digunakan untuk pada kedalaman 0-6561 ft, Pemasangan casing ini
mengebor sumur pusing -01 akan memiliki densitas ditujukan untuk menyelesaikan problem yang
terdapat pada section 1. Dan terakhir pemasangan
sebesar 9,5 ppg, densitas ini akan digunakan dari casing produksi atau mungkin liner dipasang pada
kedalaman hingga 3000 meter atau 9842 feet
dengan diameter sebesar 7 in. Pemasangan ini Kesimpulan
dilakukan karena sudah mencapai target pemboran 1. Densitas dari lumpur dengan pengukuran
yaitu pada formasi nyerah. mud balance adalah 9,5 ppg
Problem seperti seepage loss sangat 2. Rheologi lumpur yang diukur dari
mungkin terjadi pada pemboran ini karena pada viscometer fann vg adalah plastic viscosity
section 1 pada formasi pusing dengan lithologi sebesar 17,5 cp, yield point sebesar 57,5
batuan selang seling sand stone dan mud stone yang lb/100ftsqr, gel strength 10” sebesar 5
didominasi shale dan dengan nilai KTK yang lb/100 ftsqr dan 10’ sebesar 15 lb/100 ft2
rendah memungkinkan terjadinya seepage loss. Dari 3. Formasi yang ditembus adalah formasi
perhtungan dan percobaan yang dilakukan brittle pada section 1 yang cenderung
didapatkan harga filtrat loss sebesar 12,8 menyebabkan seepage lost. Pada formasi
ml/30menit yang menunjukkan harga yang buruk. section 2 dengan lithologi terdiri dari
Harga filtrate loss yang baik adalah kurang dari 9 mineral clay montmorilllonite dapat
ml/30 menit. Untuk menanggulangi seepage lost menyebabkan swelling dan loss circulation.
dapat dilakukan penambahan additive berupa LCM
(loss circulation material) seperti penggunaan Rekomendasi
serbuk gergaji untuk menutup zona yang terjadi
Berdasarkan hasil percobaan yang telah
loss.
dilakukan, densitas lumpur yang digunakan dalam
Dari harga KTK pada formasi yang dapat
pemboran sebesar 9,5 ppg dengan penggunaan
ditembus dapat diketahui adanya mineral illite pada
barite untuk densitas tersebur sebanyak 55 gr/350
formasi pusing dan adanya mineral
cc air. Pada formasi bingung dengan jenis formasi
Montmorilllonite. llite merupakan mineral yang
yang brittle sehingga dengan keadaan tersebut
sangat dominan pada batuan argilaceaous.
dengan adanya mud cake yang dapat berfungsi
Terbentuk dari pelapukan batuan silikat (utamanya
sebagai stabilisasi lubang bor.
feldspar), melalui alterasi dari mineral lempung
Pada komposisi lumpur yang digunakan
yang lain, dan selama degradasi mineral muscovite.
ditambahkan additive berupa KCL sebagai shale
Formasi mineral illite umumnya terbentuk pada
stabilizer dan LCM untuk mengatasi terjadinya loss
kondisi alkaline dan konsentrasi tinggi unsur Al dan
circulation.
K. Montmorillonite adalah kelompok
mineral phyllosilicate yang sangat lunak yang
Daftar Pustaka
terbentuk ketika mereka mengendap dari larutan air
sebagai kristal mikroskopis. Mineral montmorillonit 1. Buku Petunjuk Praktikum Analisa
berasal dari aktivitas vulkanisme dan hidrotermal Lumpur Pemboran, Laboratorium Analisa
dan terdiri dari aluminium silikat hidro dalam Semen dan Lumpur Jurusan Teknik
bentuk partikel yang sangat kecil. Montmorillonite Perminyakan UPN ‘Veteran’ Yogyakarta,
dapat mengembang beberapa kali volume aslinya Yogyakarta
ketika bersentuhan dengan air. Mineral ini dapat 2. Ben Blays, Neal Davis, Brad Smalen,
menyebabkan problem pengeboran berupa swelling. Louise Bailey, Lindsay Fraser, Mike
Untuk menanggulangi problem berupa swelling Hodder. 1994. “Designing and Managing
yang disebabkan karena perbedaan harga KTK Drilling Fluid”.
formasi yang lebih tinggi dari pada harga KTK 3. Chevron.
lumpur dapat menggunakan additive KCL 4. Laporan Resmi Praktikum Analisa
(Potasium Chlorid), dengan penambahan additive Lumpur Pemboran
KCL maka harga KTK lumpur dapat meningkat 5. Haryanto Allen. 2016. “Hole Geometry
sehinnga perbedaan harga KTK formasi dengan Selection”
lumpur pemboran tidak terlalu jauh dan problem 6. Rubiandini, Rudi. 2012. Teknik Operasi
swelling dapat di minimalisir. Pemboran Volume I. Bandung : ITB
LAMPIRAN
Tabel 4. Hasil Perhitungan Gradien Tekanan Formasi dan Gradien Tekanan Rekah Formasi

GRAD PORE GRF (psi) Depth TVD (ft) Pf Prf


0 0 0 14,7 14,7
0,433 0,55 1640,419948 710,301837 902,2309711
0,433 0,55 1968,503937 852,362205 1082,677165
0,433 0,55 2296,587927 994,422572 1263,12336
0,433 0,55 2624,671916 1136,48294 1443,569554
0,433 0,55 2952,755906 1278,54331 1624,015748
0,433 0,55 3280,839895 1420,60367 1804,461942
0,433 0,55 3608,923885 1562,66404 1984,908136
0,433 0,55 3937,007874 1704,72441 2165,354331
0,433 0,55 4265,091864 1846,78478 2345,800525
0,433 0,55 4593,175853 1988,84514 2526,246719
0,433 0,55 4921,259843 2130,90551 2706,692913
0,433 0,55 5249,343832 2272,96588 2887,139108
0,433 0,55 5577,427822 2415,02625 3067,585302
0,433 0,55 5905,511811 2557,08661 3248,031496
0,433 0,55 6233,595801 2699,14698 3428,47769
0,433 0,55 6561,67979 2841,20735 3608,923885
0,433 0,55 6889,76378 2983,26772 3789,370079
0,433 0,55 7217,847769 3125,32808 3969,816273
0,433 0,55 7545,931759 3267,38845 4150,262467
0,433 0,55 7874,015748 3409,44882 4330,708661
0,433 0,55 8202,099738 3551,50919 4511,154856
0,433 0,55 8530,183727 3693,56955 4691,60105
0,433 0,55 8858,267717 3835,62992 4872,047244
0,433 0,55 9186,351706 3977,69029 5052,493438
0,433 0,55 9514,435696 4119,75066 5232,939633
0,433 0,55 9842,519685 4261,81102 5413,385827

Depth TVD (ft) EMW Pf EMW Prf EMW Mud Ph mud

0 0 0 0 0
1640,419948 8,278399 10,61425259 9,44632576 805,7889
1968,503937 8,286447 10,60801271 9,44722984 967,0393
2296,587927 8,292205 10,60356015 9,44788266 1128,29
2624,671916 8,296529 10,60022318 9,44837612 1289,542
2952,755906 8,299895 10,59762921 9,44876221 1450,794
3280,839895 8,30259 10,59555495 9,44907253 1612,046
3608,923885 8,304796 10,59385843 9,44932737 1773,299
3937,007874 8,306636 10,59244508 9,4495404 1934,552
4265,091864 8,308193 10,59124947 9,44972112 2095,804
4593,175853 8,309528 10,59022486 9,44987636 2257,057
4921,259843 8,310685 10,58933704 9,45001116 2418,31
5249,343832 8,311698 10,58856031 9,4501293 2579,563
5577,427822 8,312592 10,58787506 9,45023369 2740,816
5905,511811 8,313387 10,58726602 9,4503266 2902,069
6233,595801 8,314098 10,58672115 9,45040982 3063,322
6561,67979 8,314739 10,58623082 9,4504848 3224,575
6889,76378 8,315318 10,58578722 9,4505527 3385,828
7217,847769 8,315845 10,58538398 9,45061448 3547,081
7545,931759 8,316326 10,58501583 9,45067093 3708,334
7874,015748 8,316767 10,58467839 9,45072271 3869,587
8202,099738 8,317173 10,58436796 9,45077037 4030,84
8530,183727 8,317547 10,58408142 9,4508144 4192,094
8858,267717 8,317894 10,58381613 9,45085519 4353,347
9186,351706 8,318216 10,58356979 9,45089308 4514,6
9514,435696 8,318516 10,58334046 9,45092838 4675,853
9842,519685 8,318796 10,58312642 9,45096134 4837,106
Depth TVD Densitas MW Densitas yang digunakan
(ft)
0 0
1640,419948 9,446325755
1968,503937 9,447229842
2296,587927 9,447882658
2624,671916 9,448376122
2952,755906 9,448762214
3280,839895 9,449072527
3608,923885 9,449327373
9,449231859
3937,007874 9,4495404
4265,091864 9,449721119
4593,175853 9,449876361
4921,259843 9,450011157
5249,343832 9,450129298
5577,427822 9,450233689
5905,511811 9,450326599
6233,595801 9,450409824
6561,67979 9,450484802
6889,76378 9,450552701
7217,847769 9,450614479
7545,931759 9,450670927
7874,015748 9,450722707
8202,099738 9,450770375 9,450758027
8530,183727 9,450814402
8858,267717 9,450855189
9186,351706 9,450893082
9514,435696 9,450928378
9842,519685 9,450961335 9,449231859
PRESSURE WINDOW

PRESSURE MUD WINDOW

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000


0

2000

4000

Pf
Depth, ft

6000 Ph
Prf

8000

10000

12000
Pressure, psi

Grafik 1. Pressure window


A. Mud Volume Requirements
Mud volume = Bit Diameter – Drill String diameter
 Program pemboran ini terdiridaari : :
- Conductor casing
- Surface casing
- Intermediate casing
- Production casing
 Conductor casing(Casing 20” ; @ 0 - 150 ft)
 Surface casing(bit 17,5” ; casing ID 12 5/7” ; pipe OD 5,5” ; @ 0-1640 ft)
 Kedalaman 0 - 1640,41995 ft

( )
2 2
OH −OD
= . 1640
1029,4

= ( . 1640 )
2 2
12,71 −5,5
1029,4
= 209,42 bbl
Total volume @ surface casing adalah 209,42 bbl

 Intermediate casing (bit 9” ; pipe OD 5,5” ; @ 0 – 6561,6ft)


 Kedalaman 0 – 6561,6 ft

= ( 92−5,5 2
1029,4
.6561,6 )
= 323,6 bbl
Total volume @ intermediate casing adalah 323,6 bbl
 Production casing (bit 6,456” ; pipe OD 5,5” ; @ 9842,5)
 Kedalaman 9842,5ft

= ( 6,4562−5,5 2
1029,4
. 9842,5 )
= 109,28 bbl
Total volume @ production casing adalah 109,28 bbl
Total Mud Volume Requirement is cuft atau sak
Tabel. 5 Estimasi Mud
Trayek MD(ft) Casin OD ID OD OD Vmud Safety
g Casing Casing Bit Pip (bbl) Factor
Grade (in) (in) (in) e (bbl)
(in)
Conductor 150 H-40 20
Surface 1640,41995 H-40 13 3/8 17,5 12 5 209 314 1/7
5/7 1/2 3/7
Intermediate 6561,67979 H-40 9 5/8 12,25 9 5 323 485 2/5
1/2 3/5
Production 9842,51969 H-40 7 8,5 6,456 5 109 164
1/2 2/7
` Total 963,5
Vmud

Trayek Pemboran

H
A = Conductor Casing 16’’ (300ft)

B = Bit 14,75’’ (1100 ft)

C = Surface Casing 11,875’’ (1100ft)

D = Bit 10,625’’ (2000ft)

E = Intermediet Casing 9,875’’ (2000ft)

F = Bit 8,5’’

G = Flush Joint Liner 7’’ (3000ft)

H = Production Casing 5’’ (300ft)

Anda mungkin juga menyukai