Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PETROLOGI BATUAN DASAR DAN VULKANIK

BATUAN BEKU GRANIT SEBAGAI FRACTURE RESERVOIR

Oleh ANDRI PRIMA SITEPU 270110090119 KELAS A

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI JATINANGOR 2012

BATUAN BEKU GRANIT SEBAGAI FRACTURE RESERVOIR


Batuan dasar dianggap sebagai batuan metamorf ataupun batuan beku (tanpa menghiraukan umur) yang ditumpangi tak selaras oleh sebuah sekuen batuan sedimen (Landes et al, 1960). Menurut Sircar (2004) batuan dasar umumnya memiliki karateristik keras dan brittle dengan porositas matrik dan permeabilitas yang rendah. Namun biasanya porositas yang berkembang adalah porositas sekunder. Porositas sekunder mungkin dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan asal muasalnya. Yaitu: 1. Tectonic Porosity yaitu berupa rekahan, sesar, kekar, dan lain-lain, yang bersekala microfracture sampai dengan sesar dan zona yang terdampak sesar yang dapat ditangkap oleh resolusi seismik. 2. Dissolution Porosity yaitu efek dari adanya pelarutan pada zona pelapukan, atupun juga dapat terjadi pada zona sesar yang berasosiasi dengan sirkulasi hidrotermal. Arguilera dalam Sircar (2004) mengkarakteristikan reservoir terekahkan berdasarkan atas: 1. Distribusi porositas antara matrik dan sistem rekahan. 2. Intensitas jarak antar rekahan 3. Lebar rekahan.

Suatu batuan reservoir juga dapat bertindak sebagai lapisan penyalur aliran minyak dan gas bumi dari tempat minyak bumi tersebut keluar dari batuan induk (migrasi primer) ke tempat berakumulasinya dalam suatu perangkap. Bagian suatu perangkap yang mengandung minyak atau gas disebut reservoir. Jadi reservoir merupakan bagian kecil daripada batuan reservoir yang berada dalam keadaan demikian sehingga membentuk suatu perangkap. Syarat-syarat untuk disebut reservoir minyak bumi adalah :

Batuan reservoir diisi dan dijenuhi oleh minyak dan gasbumi, biasanya merupakan batuan yang berpori-pori.

Lapisan Penutup (Cap Rock), batuan yang tidak tembus minyak, terdapat di atas reservoir.

Perangkap reservoir, bentuk reservoir sedemikian rupa sehingga minyak bumi dapat tertampung. Batuan yang menyandang sifat porositas dan permeabilitas yang baik adalah

batupasir dan karbonat (batugamping dan dolomit). Karena itu minyak dan gas bumi 61% didapat dari batupasir, 39% dari batuan karbonat dan sisanya 1% dari reservoir lain, misalnya rekahan-rekahan (fracture) pada batuan beku seperti granit. Ternyata batuan beku bisa memiliki rongga yang baik untuk hidrokarbon mengalir disana, asalkan ada fracture.

Secara umum model geologi seperti ini banyak dijumpai pada area yang mengalami proses tektonik kompresional yang sangat kuat, dimana batuan akan terlipatkan dan terpatahkan. Terutama pada batuan yang bersifat rigid, seperti halnya pada batuan dasar (basement), maka proses tektonik tersebut akan mengakibatkan banyak retakan dan rekahan yang merupakan model reservoir yang potensial, khususnya pada model open fracture (rekahan terbuka).

Batuan sumber tetap berasal dari shale yang kaya akan organik, yang kemudian akan mengalirkan hidrokarbon yang sudah matang ke basement fracture tadi. Proses migrasi sendiri bisa terjadi secara vertical maupun horizontal dikarenakan adanya fault block system sehingga hidrokarbon akan bermigrasi melalui patahan dan mengisi rekahan (ataupun matriks) pada basement tersebut. Jika memahami konsep migrasi pada basement fracture reservoir, maka dapat dibayangkan bahwa basement reservoir terdapat pada daerah tinggian dengan source rock-nya diendapkan pada daerah rendahan. Shale pada daerah tinggian, biasanya tidak menjadi cap rock yang baik, karena sedimen yang diendapkan masih relative lebih kasar dibandingkan dengan shale di daerah rendahan.

Basement fracture, bisa menyimpan minyak, ketika hidrokarbon yang terperangkap disana tidak lari kemana-mana (dikurung), untuk itu dibutuhkan penutup yang rapat agar hidrokarbon dapat terperangkap. Dibutuhkan regional unconformity berupa impermeable rock yang diendapkan di atas basement.

Transgresive system yang mengendapkan banyak shale, bisa menjadi seal yang baik bagi basement fracture reservoir, dengan catatan sealing ini terjadi secara regional.

Dalam mengidentifikasi seal potential harus mencakup 3 aspek, yaitu seal capacity (jumlah hidrokarbon yang dapat ditampung oleh batuan > dapat diketahui dengan mercury injection capillary pressure), seal geometry (posisi/ letaknya, ketebalannya, dan penyebarannya > Dapat diketahui dari integrasi data seismic, core, well correlation, dan depositional analogue), dan seal integrity (mekanika batuannya, yaitu ductility dan compressibility > Dapat diketahui dari pengujian core, bore-hole imaging, dan petrographic study).

Contoh Granit Pada Batuan Dasar Sebagai Reservoar

Granit Pada Dayung

Sistem fracture pada dayung berkembang dengan baik dan unit-unit yang menyusun terdiri dari Formasi Talang Akar Tersier, Granite Wash, Karbonat Permian, dan Intrusi Granit. Granit-granit memiliki sejarah yang kompleks dengan berawal Jurassic (170- 205+/- mya; argon) sebagai granit tipe S-A1 hingga granodiorit. Begitu pula dengan intrusi yang terdapat didaerah ini. Intrusi-intrusi ini dipengaruhi oleh satu hingga dua proses hydrothermal yang telah didokumentasikan pada 51+/- and 11 +/- mya (argon).

Intrusi magmatic dan selanjutnya pengaruh hydrothermal pada kontak metasomatis aurole pada karbonat berpotongan jelas pada sumur Dayung-9. Proses hydrothermal yang paling sering terjadi diketahui pada 11 juta tahun yang lalu. Secara litologi granite memiliki tekstur holokristalin dan terdiri dari kuarsa yang halus hingga kasar, plagioklas dan feldspar ortoklas dengan beberapa biotite dan sedikit muskovit hadir. Granit-gr

Pada suatu waktu terjadi suatu proses yang membentuk breksi kuarsa dengan feldspar yang terleching. Waktu ini diperkirakan menimbulkan suatu kehadiran alterasi serisit yang luas pada granit. Ini dihasilkan karena larutan fluida hydrothermal menyisip sepanjang rekahan granit. Serisit dan feldspar adalah target utama dari proses disolusi ini, karena dapat mengindikasikan dimana daerah dengan intensitas fracture yang tinggi. Daerah itu juga dapat disebut dengan suatu daerha yang mengalami pelapukan dan mengakibatkan terbentuknya porositas yang lebih dari 15%.

Beberapa data core menunjukan bukti jelas dari breksiasi dan alterasi hydrothermal. Dayung telah mengalami aktifitas hydrothermal yang cukup kuat dengan proses terakhir yang diketahui pada 17 juta tahun yang lalu, yang mana mengikut sertakan formasi dari pipa-pipa breksi. Produk utama dari alterasi ini

adalah sericit yang muncul sebagai pengganti dari perthit dan plagioklas. Disolusi selanjutnya dari serisit (mencakup mika seperti biotit dan muskovit) dan feldspar sepanjang dinding rekahan yang menimbulkan larutan sepanjang rekahan. Ini terkadang disebut dengan vuggy dan atau rekahan yang produktif dan berciri terhubung dengan baik natar rongganya. Beberapa zona merupakn bekas terjadinya proses leaching yang baik dan menyisakan breksi kuarsa-serisit. Breksibreksi ini lah yang memiliki porositas yang tinggi ditambah dengan porositas fracture yang berkisar 5% bahkan terkadang >10%.

Granit pada daerah Ruby

Batuan dasar pada daerah Cekungan Cuu Long disusun oleh Granit berumur Jurasic tengah Kretaseus atas dan batolit granodiorit. Mereka muncul sebagai metamorfisme lemah (San et al., 1991). Basement granit yang terekahkan dan

terlapukan serta granodiorit yang memiliki sifat yang sama dan Formasi batupasir Bach Ho yang berumur Miosen bawah adalah urutan yang paling produktif pada Lapangan Ruby (Ramachandran and Thuy, 1998). Volkanik Basaltik yang terekahkan pada Miosen terbentuk setempat. Basemen granit secara umum mengandung sedikit porositas matriks dan permeabilitas , dan produksi tergantung pada alterasi hydrothermal, rekahan tektonik dan pelapukan, semuanya yang mana menciptakan vuggy, fracture dan porositas kecil. Kebanyakan dari sumur pada lapangan Ruby terdapat rekahan diatas 30 m dan basemen yang terlapukan dibawah rhombshaped zona massif, granit yang belum terkahkan dipisahkan dengan rekahan disolusi.

Alterasi hydrothermal dari matrix granit menimbulkan poros, akan tetapi juga meningkatkan jumlah dari sebagian atau pengisian semua pada fracture. Data core pada granit yang terkahkan dan terlapukan pada Ruby jarang didapatkan, akan te4tapi terdapa informasi yang menunjukan rekahan vuggy sangat besar, menunjukan hingga diatas 20-40 m dari basemen dimana pelapukan sangat sering terjadi dan dimana >90% produksi hidrokarbon terjadi.

Daerah tipis dari rekahan vuggy terdapat >100 m dibawah bagian atas dari basemen dan ini memproduksisejumlah dari hidrokarnon. Rongga dan pengisian sebagian mineral memiliki aperture dari 0.1-0.3 mm, akan tetapi pada bagian atas, secara massa jenis bagian rekahan dari reservoir meiliki fracture dengan aperture diatas 1.2 mm. Porositas diukur pada tiga core yang memiliki nilai rata-rata porositas yang konsisten sebesar 0.7% yang ditentukan dari analisis gambar log formasi tersebut (Tandom et al., 1999). Granit memiliki keterdapatan fracture yang beragam yang meiliki peran pada produksi, termasuk hubungan larutan, rekahan vuggy dengan aperture >1 mm dan porositas yang mewakili 2-4% daerah alterasi hydrothermal pada granit seirang sebelum munculnya system rekahan breccias yang berasosiasi dengan patahan, dengan beberapa perkembangan rongga vug setempat dimana alterasi hydrothermal telah memperbesar fracture.

Granit pada daerah Sumpal

Basement sebelum tersier pada daerah Sumpal terdiri dari granodiorit, granit, slate, filit, batugamping dan marmer. Basement tersier ini meiliki umur devon kretaseus. Granit dan granit wash berperan penting dalam beberapa lapangan yang mengandung gas. Porositas khususnya merupakan mikroporositas sekunder dan terbentuk dari alterasi hydrothermal dan mungkin karena interaksi CO2. Porositas tambahan diakibatkan dari disolusi subareal. Kecepatan aliran yang tinggi telah diamati dari sumur Dayung dan Bungkal. Porositas adalah vuggy dan cavernous yang terbentuk dari proses pengkarstan. Fracture normal berperan seignifikan pada tipe reservoir ini.

Pada argilit dan filit, hanya porositas minor yang telah terbentuk dari alterasi hydrothermal dimana banyak terdapat feldspar. Kemampuan produksi sangat tergantung pada keterdapatan fracture. Penemuan hidrokarbon pada batuan sebelum tersier membawa gaya baru untuk prospek hidrokarbon seperti yang ditemukan pada paparan benua Vietnam Selatan. Lapangan gas Sumpal memiliki sejarah tektonik yang rumit. Berbagai tektonik telah terjadi dari waktu ke waktu yang menghasilkan

struktur yang besar dengan munculnya batuan beku granitic serta sedimen baik yang termetamorfkan maupun yang tidak. Peristiwa yang sama terjadi sehingga menciptakan sistem fracture yang luar biasa yang berhubungan dengan karakteristik dari reservoir itu sendiri. Basement yang merekah dipertimbangkan sebagai reservoir utama pada Sumpal seperti yang ditemukan di cekungan Cuu Long (Vo et al., 1997).

Suhu pada bagian bawah lobang dengan kedalaman sekitar 2800 m bervariasi dari 300o hingga 350o F. Suhu dan gradient geothermal pada daerah Sumpal telah diterapkan pada penentuan jenis dari lintasan kabel log pad area tersebut. Suhu ini jauh lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapangan Bach Ho, Vietnam yang memiliki suhu sekitar 311F pada kedalaman 3800 m (Korolev et al., 1997).

DAFTAR PUSTAKA

T. Koning and F.X. Darmono.INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Thirteenth Annual Conventio.1984.THE GEOLOGY OF THE BERUK NORTHEAST FIELD, CENTRAL SUMATRA: OIL PRODUCTION FROM PRE-TERTIARY BASEMENT ROCKS.

M. Chalik, B. Pujasmadi, M. Fauzi, M. Bazed. INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Proceedings, Deepwater And Frontier Exploration In Asia & Australasia Symposium.2004. SUMPAL FIELD, SOUTH SUMATRA CASE HISTORY OF THE DELINEATION AND PRODUCTION OF A FRACTURED BASEMENT RESERVOIR

R. Sagita, Q.C. Sari, M. Chalik, A. Rita, R. Waworuntu, J. Guttormsen. PROCEEDINGS, INDONESIAN PETROLEUM ASSOCIATION Thirty-Second Annual Convention & Exhibition.2008. RESERVOIR CHARACTERIZATION OF COMPLEX BASEMENT DAYUNG

C&CReservoirs : the analog company.Ruby Field Cuu Long Basin. Vietnam. Reservoir Evaluation Report

Anda mungkin juga menyukai