Anda di halaman 1dari 19

4

BAB II
TINJAUAN UMUM LAPANGAN WAYANG WINDU

2.1 Tinjauan Umum Lapangan Wayang Windu


Lapangan Panasbumi Wayang Windu terletak 40 km sebelah selatan Kota
Bandung, Jawa Barat. Merupakan proyek pengembangan energi panas bumi yang
dioperasikan oleh Magma Nusantara Limited dibawah kepemilikan Star Energy.
Berkerja sama dengan pertamina dalam bentuk Joint Operation Contract (JOC)
dalam pengembangan geothermal energy dengan kontrak area sebesar 12.960
hektar. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1.
Skema Letak Lapangan Panasbumi yang Terdapat pada Sunda Arc6

Jumlah total sumur yang terdapat di lapangan Wayang Windu berjumlah


51 sumur, yang terdiri dari 26 sumur produksi, 5 sumur injeksi, 5 sumur slim-hole,
6 sumur status ditinggalkan (abandoned), 9 sumur monitoring. Kebutuhan uap
untuk pembangkit Unit-1 dipasok dari 16 sumur, sedangkan Unit-2 suplai dari 10
sumur. Hasil proses produksi yang berupa air dari separator (brine) di injeksikan
5

ke 1 sumur injeksi brine dan kondensat di injeksikan ke 2 buah sumur injeksi


kondensat. Kinerja sumur-sumur produksi dan injeksi tersebut dimonitor secara
terus menerus untuk memastikan tersedianya jumlah uap sebesar 450 kg/s.
Dari zona-zona produksi yang tersebar di area WKP lapangan Wayang
Windu, daerah Gambung sebagai daerah pemasok ekstraksi massa fluida yang
paling besar dengan kontribusi sebesar 76% dari total produksi 450 kg/s,
sedangkan daerah Puncak Besar dengan kontribusi 15% dan yang paling sedikit
adalah daerah Wayang dengan kontribusi sebesar 8 %. Daerah injeksi lapangan
Wayang Windu terletak di daerah selatan dengan produksi kondesat sebesar 120
kg/s dan produksi brine sebesar 30 kg/s (Gambar 2.2)

Gambar 2.2. Distribusi pesebaran produksi lapangan


Wayang Windu6

2.1.1. Geologi Permukaan (Surface)

Geologi permukaan contract area Lapangan Panasbumi Wayang Windu


telah dipetakan dan dipelajari cukup mendalam melalui studi aerial photography
dan field mapping oleh banyak pihak seperti Mandala Nusantara Ltd (1997),
6

Bogie & McKenzie (1998), Sinclair Knight Merz Ltd (2001), Unocal Geothermal
of Indonesia (2002), Pieters et.al. (2005), Asrizal et.al. (2006) dan Bronto S.
(2009).

Secara fisiografi, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3 setidaknya


terdapat tiga satuan geomorfologi dalam contract area Lapangan Panasbumi
Wayang Windu, antara lain :

Gunung Malabar volcanic complex pada bagian Utara.


Gunung Windu-Wayang-Bedil massif pada bagian Selatan-Timur.
Pangalengan intermountain plateau, yang menyatukan Gunung
Malabar bagian Selatan dan Gunung Windu-Wayang-Bedil bagian
Barat.

Gambar 2.3. Peta Fisiografi Lapangan Panas Bumi

Wayang Windu15

Dalam contract area Lapangan Panasbumi Wayang Windu terdapat dua


pusat erupsi, yang kemudian dinamakan northern eruption center dan eastern
7

eruptive center (Asrizal et.al., 2006). Northern eruption center terdiri atas
Malabar dan Puncak Besar volcanic complex yang terbentuk dari beberapa
caldera. Sedangkan eastern eruptive center diwakili oleh Windu-Wayang-Bedil
domes kearah Timur laut-Barat daya, dimana Windu domes terletak pada bagian
Selatan paling Barat dari rangkaian tersebut dan Bedil domes terletak pada bagian
Utara paling Timur (Gambar 2.4).

Gambar 2.4.Volcanic Eruption Center pada


Lapangan Panas Bumi Wayang Windu15

2.1.1.1. Penyebaran Patahan (Fault)


8

Patahan (fault) yang mengarah Utara-Timur dan Utara-Timur laut


merupakan patahan utama yang mengontrol penyebaran daerah produksi bagian
Selatan (WWA pad dan WWF pad) Lapangan Panasbumi Wayang Windu. Arah
patahan seperti ini tidak hanya ditemukan pada Lapangan Panasbumi Wayang
Windu tetapi juga ditemukan pada Lapangan Panasbumi Kamojang dan Darajat.

Gambar 2.5. Penyebaran Patahan (Fault) pada


Lapangan Panas Bumi Wayang Windu15

Penyebaran patahan ini diidentifikasi hingga mencapai slope bagian


Selatan Gunung Malabar. Sedangkan, pada bagian Utara Lapangan Panasbumi
Wayang Windu (MBD pad dan WWQ pad) sumur-sumur produksi kemungkinan
dikontrol oleh patahan yang mengarah Utara barat laut-Selatan Tenggara, yang
9

diduga sebagai orientasi struktur utama kedua. Yang ketiga, berpotensi menjadi
struktur utama adalah patahan yang mengarah Barat laut-Tenggara, yang
dipercaya bahwa struktur ini merepresentasikan minor horst dan graben yang
mengganggu patahan arah Utara-Timur. Horst tersebut kemungkinan
merepresentasikan block dengan permeabilitas rendah yang memisahkan reservoir
hingga menjadi beberapa reservoir lebih kecil (Mandala Nusantara Ltd, 1997).

Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd (2009) telah memetakan


major fault dan rekahan (fracture) berdasarkan pada data pemboran, data
geophysical well logging, data micro earthquake, data spinner test dan data
geologi permukaan termasuk data remote sensing. 1st rank adalah patahan yang
telah ditunjukkan oleh kebanyakan data, sementara 4th rank merupakan patahan
yang ditunjukkan hanya oleh data geologi permukaan. Hal ini memunculkan
dugaan adanya patahan utama yang mengontrol geothermal system dan
permeabilitas yang mengarah Timur laut-Barat daya, Utara Barat laut-Selatan
Tenggara dan Barat laut-Tenggara. 1st rank didominasi patahan yang mengarah
Timur laut-Barat daya. Peta geologi yang dibuat oleh Pieters et.al., (2005)
kemudian digabungkan dengan peta struktur yang diinterpretasikan oleh Star
Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd (2009) ditunjukkan pada Gambar 2.5.

2.1.1.2. Manifestasi Permukaan

Unocal Geothermal of Indonesia (2002) dan Pieters et.al. (2005)


menyebutkan bahwa thermal surface manifestation pada Lapangan Panasbumi
Wayang Windu hanya terdiri atas fumaroles dan bicarbonate hot springs, altered
ground (beberapa dengan steam) dan tidak ditemukannya chloride hot springs,
akan tetapi Bogie et.al., menyebutkan adanya keberadaan acid sulphate springs
tetapi lokasi manifestasi tersebut tidak diterangkan dalam publikasinya.
Ketidakhadiran chloride water dapat diindikasikan bahwa steam ataupun vapor
mendominasi fluida reservoir Lapangan Panasbumi Wayang Windu.
10

Fumaroles yang ditemukan pada Kawah Burung (daerah bagian Utara)


dan Kawah Windu (daerah bagian Selatan) mengindikasikan adanya gas maupun
steam yang berada didalam reservoir. Kedua jenis fumarole yang terpisah ini dapat
berasal dari reservoir terdekat. Implikasi lainnya, hal ini mengindikasikan adanya
dua lokasi reservoir yang berbeda, kemungkinan pada bagian Selatan berasal dari
Windu-Wayang massif sedangkan pada bagian Utara berada diantara Gunung
Gambung dan Gunung Puncak Besar.

Gambar 2.6. Peta Manifestasi Permukaan


Lapangan Panas Bumi Wayang Windu15
11

Altered ground yang berasosiasi dengan hot springs dan fumaroles


menyebar dari bagian Timur hingga bagian Utara Lapangan Panasbumi Wayang
Windu. Meskipun silicified rock lingkaran merah pada Gambar 2.6 hanya
terdapat pada bagian Utara, 1 km Tenggara dari Kawah Burung, hal ini
memunculkan dugaan adanya sistem reservoir yang telah mengalami evolusi
rumit pada satu periode awal ketika tekanan reservoir sangat lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan keadaan saat ini.

2.1.2. Geologi Bawah Permukaan (Subsurface)


2.1.2.1.Struktur Statigrafi
Batuan bawah permukaan Lapangan Panasbumi Wayang Windu
merupakan tipe batuan hasil andesitic stratovolcanoes, termasuk didalamnya lava
flows, flow breccias, lahars dan beberapa pyroclastics rocks berupa tuffaceous
breccias hingga massive lapilli dan crystal tuffs. Dimana pada bagian reservoir
yang lebih dalam diidentifikasi adanya intrusive rocks berupa microdiorite dan
dolerite dikes.

Lima formasi berbeda kemudian diidentifikasi dan dinamakan sebagai


formasi Wayang Windu, formasi Malabar, formasi Pangalengan, formasi Waringin
dan formasi Loka. Berdasarkan pada studi regional, formasi Jambang yang
berumur Tertiary diidentifikasi sebagai regional basement rock. Formasi Jambang
terdiri atas tuffaceous sandstone, pumice tuff, claystone, conglomerate dan lignite
serta lensa-lensa sandy limestone dan reef limestone (Mandala Nusantara Ltd,
1997) yang kemudian terintrusi oleh quartz diorite berumur Tertiary. Tidak ada
satupun sumur pada Lapangan Panasbumi Wayang Windu yang dapat mencapai
basement.

Reservoir rocks terdiri atas batuan berumur Pliocene hingga early


Quaternary (lebih tua daripada 1 Ma) volcanic complex yang kemungkinan terdiri
atas formasi Waringin dan atau formasi Pangalengan. Adapun pada bagian Utara,
sangat memungkinkan umur batuan reservoir sama dengan bagian bawah dari
formasi Malabar. Sementara, formasi Malabar kemungkinan merupakan bagian
12

kecil yang membentuk reservoir bagian atas seperti yang diperlihatkan peta
geologi Lapangan Panasbumi Wayang Windu pada Gambar 2.7. Sedangkan,
pembagian stratigrafi Lapangan Panasbumi Wayang Windu dapat dilihat pada
Gambar 2.8.

Gambar 2.7. Peta Geologi Lapangan Panas Bumi


Wayang Windu15
Batuan vulkanik pada umumnya sangat rumit sehingga tidak mudah dalam
mengkorelasikan dari satu sumur dengan sumur yang lainnya, sehingga
interpretasi yang paling baik adalah dengan mengelompokkan batuan tersebut
kedalam satu facies asal yang sama. Untuk mengkorelasikan batuan bawah
permukaan dari struktur andesites stratovolcano yang ada maka digunakan facies
13

model yang dimodelkan oleh Bogie & McKenzie (1998) seperti yang diperlihatkan
pada Gambar 2.9. Model tersebut memperkirakan adanya intrusive rocks dan
lava flow yang cukup tebal berasosiasi dengan central dan proximal facies serta
adanya pyroclastics yang cukup tebal dan lahars yang dihubungkan dengan
medial dan distal facies.

Gambar 2.8. Penampang Stratigrafi Lapangan


Panas Bumi Wayang Windu15

Marker beds untuk satuan batuan yang dipelajari dapat berasal dari core
dan atau thin section serta digunakan dalam mengontrol korelasi lithologi ataupun
satuan facies. Markers tersebut termasuk ketebalan individual beds, komposisi
batuan, ukuran phenocrysts dan lainnya seperti yang diperlihatkan pada Gambar
2.10.
14

Satuan batuan yang terdapat pada Lapangan Panasbumi Wayang Windu


dapat diklasifikasikan dalam empat facies, dinamakan central-proximal facies
yang umumnya terdiri dari lava dan breccias, selanjutnya adalah proximal-medial
facies yang umumnya terdiri dari breccias dan tuff breccias, serta medial-distal
facies yang umumnya terdiri atas lapilli dan tuffs.

Gambar 2.9. Facies Model Yang Digunakan Pada Mapping Gelogi Bawah
Permukaan Lapangan Panas Bumi Wayang Windu15

Gambar 2.10. Cross Section Utara-Selatan Menggunakan XRF Data untuk


Mengkorelasikan Kelompok Facies15
15

2.1.2.2. Alterasi

Berdasarkan pada data pemboran, alterasi yang umum dijumpai berupa


argilic pada kedalaman relatif dangkal yang melapisi propyllitic. Pada reservoir
bagian Utara terutama sumur-sumur yang berada pada sisi Selatan Gunung
Puncak Besar, epidote ditemukan pada temperatur diatas 240C dan menunjukkan
persesuaian yang baik dengan 250C isotherm. Sedangkan pada bagian Selatan
terutama sumur-sumur yang berada pada sisi Barat Windu-Wayang-Bedil massif,
epidote umumnya ditemukan pada temperatur mendekati 270C, hal ini
kemungkinan diakibatkan bagian Selatan masih mengalami heating up ataupun
dapat dikarenakan adanya kandungan gas yang cukup tinggi pada reservoir bagian
Selatan. Tabel 2.1 menunjukkan mineral alterasi yang terdapat pada Lapangan
Panasbumi Wayang Windu.

Tabel 2.1 Mineral Alterasi Pada Lapangan Wayang Windu15

Batuan yang mengalami alterasi menjadi argilic melapisi reservoir


Wayang Windu, merupakan kumpulan mineral smectite, campuran smectite-illite
16

dan campuran smectite-chlorite clays bersama dengan calcite, chalcedony, quartz


dan pyrite. Alterasi clay tersebut berfungsi sebagai caprock bagi reservoir yang
memiliki sifat permeabilitas rendah. Laporan Sinclair Knight Merz Ltd
menyebutkan retrograde argilic alteration melapisi propyllitic alteration terdapat
pada sumur MBE-1 dan WWQ-4 yang masih dalam batas steam cap sehingga
mengindikasikan sumur tersebut kemungkinan terletak berdekatan dengan batas
Selatan dan Timur dari steam cap.

Gambar 2.11. Penyebaran Sumur-sumur pada Lapangan Panas Bumi


Wayang Windu15

Advance argilic mengandung alunite, pyrophyllite dan dickite


(mengindikasikan alterasi jenis asam) ditemukan pada sumur WWD-1, MBD-3,
WWR pad, WWC pad dan WWF-1. Pada sumur WWD-1 dan MBD-3 argilic
yang ditemukan kemungkinan merupakan hasil akibat dari lokasi sumur yang
berdekatan dengan fumarole. Untuk sumur yang berada pada WWR pad dan
WWC pad, argilic kemungkinan dipengaruhi oleh adanya fumarole yang masih
aktif hingga sekarang, sedangkan pada sumur WWF-1 kemungkinan dipengaruhi
acid fluid alteration dikarenakan pada saat ini sumur yang berada dalam WWF
pad memproduksi neutral fluid.

Phyllic alteration terdiri atas dickite, pyrophyllite dan sericite ditemukan


pada sumur MBD-2, MBA-1, MBA-2, MBA-3, WWW-1 dan WWF pad. Phyllic
17

terdapat pada dasar lubang sumur dan tidak ditemukan lagi dilokasi lainnya pada
Lapangan Panasbumi Wayang Windu. Adapun penyebaran sumur-sumur tersebut
diperlihatkan pada Gambar 2.11.

2.2. Performa Produksi Lapangan Wayang Windu

Kegiatan monitoring lapangan sumur-sumur produksi difokuskan kepada


analisa kecepatan penurunan produksi (decline rate analysis). Pada tahun 2009
Wayang Windu melakukan penambahan unit sebesar 117 MW sehingga total
kapasitas pembangkit di Wayang Windu menjadi 227 MW. Akibat dari
penambahan unit performa produksi lapangan Wayang Windu menurun secara
alamiah.
Sehingga karena hal tersebut dibutuhkan decline rate analysis untuk
memperkirakan kecepatan penurunan produksi uap per sumur selama periode
waktu tertentu, yang kemudian dihubungkan menjadi kecepatan penurunan
produksi aktual (actual decline rate), dan kecepatan penurunan produksi natural
(natural decline rate). Actual decline rate adalah kecepatan penurunan produksi
yang yang diakibatkan oleh penurunan tekanan reservoir dan masalah-masalah
yang terjadi di lubang sumur dan di reservoir, sedangkan natural decline rate
adalah kecepatan penurunan produksi yang diakibatkan oleh penurunan tekanan
reservoir saja.
Pada awal pengembangan 2000-2006 dilakukan pemboran sebanyak 25
sumur dengan 14 sumur sebagai sumur produksi, 5 sumur injeksi, 1 sumur
monitoring dan 5 sumur tidak produksi. Penurunan produksi natural berkisar 3%
per tahun ditunjukkan Gambar 2.12.

Pada Gambar 2.12 juga menunjukkan awal produksi lapangan Wayang


Windu mengalami penurunan yang besar mencapai 25% per tahun. Penurunan
produksi tersebut diakibatkan karena kondisi sumur masih transient dan belum
berada pada kondisi yang stabil. Seiring berjlannya waktu, sumur-sumur Unit-1
mulai mengalami kondisi stabil dan penurunannya hanya mencapai 3% per
tahunnya. Karena itu pada tahun 2006-2007 di rencanakan pengembangan Unit-2
18

sebesar 117 MW dengan melakukan pemboran sumur baru sebanyak 8 sumur


baru.

Gambar 2.12. Sejarah Produksi Unit-1


Wayang Windu6
Selain itu, dilakukan juga analisa dengan memperkirakan trend produksi
lapangan Wayang Windu sampai dengan akhir 2012. Berdasarkan hasil
perhitungan dari data yang tersedia hingga tahun 2009, laju penurunan produksi
18aktual lapangan Wayang Windu diperkirakan akan menurun menjadi sekitar 2%
per tahun pada akhir tahun 2012 SKM Report (2009) seperti yang terlihat pada
(Gambar 2.13) di bawah ini.

Gambar 2.13. Wayang Windu Steam Model

(SKM Report, 2009)6


19

Pada pertengahan tahun 2012, data produksi uap untuk sumur-sumur


existing Unit 1 dan Unit 2 menunjukkan penurunan produksi yang cukup besar,
dengan penurunan produksi sumur aktual mencapai sebesar 15% per tahun pada
2012 ditunjukkan Gambar 2.14.

Gambar 2.14. Sejarah Produksi Unit-1 dan Unit-2

Wayang Windu (Star Energy 2014)6

Gambar 2.14. memperlihatkan profil produksi Wayang Windu. Terlihat


adanya penambahan jumlah steam yang meningkat dua kali lipat hasil dari
pemboran 8 sumur. Total ketersedian uap ketika COD (Commercial Operation
Date) 2009 mencapai 550 kg/s. Hasil dari ekstraksi massa dua kali lipat dari
sebelumnya membuat performa penurunan produksi lapangan Wayang Windu
semakin besar, produksi Wayang Windu pernah mencapai 17%. Penurunan
produksi yang signifikan tersebut membuat rencana pengembangan Unit-3 tahun
2011-2012 di alih fungsikan menjadi pemboran make-up sebanyak 12 sumur.

Pada Gambar 2.14 menjelaskan apabila Star Energy tidak melakukan


pemboran pada tahun 2011-2012 maka performa produksi Unit-1 dan Unit-2
Wayang Windu tidak akan mencapai 450 kg/s di kepala sumur. Pada saat itu
penurunan produksi sudah mencapai 15% per tahun. jika tidak dilakukan
20

penanganan untuk memperbaiki kondisi uap di kepala sumur. Pada Gambar 2.15
menunjukkan penurunan produksi aktual 8-10% per tahun dikarenakan Star
Energy melakukan pekerjaan penanganan seperti acidizing, reaming, dan well
washing sehingga mampu mengurangi nilai penurunan produksi aktual nya.

Gambar 2.15. Decline Produksi Wayang Windu6

Hasil dari pemboran pada tahun 2011-2012 mampu mengembalikan


produksi uap sebesar 450 kg/s. Dari situlah mulai timbul permasalahan yaitu
terbentuknya scaling pada lapangan Wayang Windu. Hal ini dibuktikan dari
penurunan produksi di beberapa sumur yang sangat signifikan, juga didukung
oleh data monitoring geokimia ketika melakukan downhole sampling di sumur
yang diduga terjadi scaling.

2.3. Pemilihan Kandidat Sumur

Pemilihan sumur berdasarkan monitoring produksi per hari yang dilakukan


untuk bahan studi dilakukan berdasarkan masalah-masalah yang terjadi di dalam
sumur. Kategori masalah yang digunakan untuk pemilihan sumur adalah sebagai
berikut:

1. Penurunan produksi lebih dari 15%.

2. Mengalami accelerated decline.


21

3. Terdapat bukti scaling dari hasil analisa fluida kimia (anion dan kation)
4. Adanya pendangkalan di lubang sumur ketika melakukan survey tekanan
dan temperature.

Dari parameter yang disebutkan, salah satu sumur yang akan dilakukan
acidzing adalah Sumur X-1 dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Pemilihan Kandidat Sumur6


Well pH Rate kg/s CSI Decline % Acid Wash
MBA 1 3.8 14.10 0.68 12 No
MBA 2 4.1 26.70 0.56 11 No
MBA 3 4.3 32.80 0.97 26 No
MBA 4 7.2 39.10 2.87 18 Yes

2.4. Sejarah Sumur X-1

Selama proses produksi, khususnya Sumur X-1 hingga saat ini sering
mengalami penurunan produksi yang signifikan secara tiba-tiba. Sehingga
mengurangi jumlah pasokan uap yang menuju Power Plant. Sebagai contoh pada
tahun 2012, performa Sumur X-1 berulang seperti awal produksi pada tahun 2009
ditunjukkan Gambar 2.16.
22

Gambar 2.16. Profil Produksi Sumur X-1

Anda mungkin juga menyukai