Busur Gunung Api dan Asosiasinya dengan Lapangan Geotermal di Pulau Jawa,
Indonesia
Segmented Volcanic Arc and its Association with Geothermal Fields in Java Island,
Indonesia
Lucas D. Setijadji
Department of Geological Engineering, Gadjah Mada University, 2 Grafika Bulaksumur, Yogyakarta 55281 Indonesia
Diterjemahkan oleh
Yordan Irsyadie Aziez
111.140.044
Fitur struktur geologi pulau Jawa saat ini dapat Jawa Barat dengan tren WSE. Sistem ketiga
diringkas sebagai berikut. Dorong backback terjadi di Jawa Tengah, yaitu kesalahan Jawa
dari dorongan Barabis-Kendeng memotong Tengah (misalnya, Hoffmann-Rothe et al.,
seluruh pulau di sepanjang bagian utara, yang 2001) sebagai kesalahan slip pemogokan
beberapa segmennya masih aktif. Ada juga lateral NE-SW memotong seluruh pulau
tiga kesalahan strike-slip utama yang terjadi di (Simandjuntak dan Barber, 1996). Rentang
Jawa. Di Jawa Barat, ruas Sengketa NE-SW pergerakan kesalahan di Jawa Tengah
Cimandiri yang aktif masih aktif dari pantai dianggap sangat besar dalam jarak horisontal
selatan sampai ke utara. Kesalahan mogok dan sampai sekitar 2 km dalam pergeseran
lainnya, yaitu kesalahan Citandui, terjadi di vertikalnya (Hoffmann-Rothe et al., 2001).
Gambar 2. Struktur geologi mayor di Pulau Jawa. Struktur geologi yang dihimpun oleh Katili (1975), Hamilton
(1979), dan Simandjuntak dan Barber (1996). Sesar lainnya didapatkan dari peta geologi. Batas provinsi geologi
berasal dari data USGS Global GIS.
3. Ruas Gunung Api Kuarter berapi lainnya (Tampomas dan Ceremai)
berada di sepanjang rantai vulkanik sandaran
Ada sekitar lima puluh (50) gunung sisi belakang. Trenchside dan sisi terkait
berapi Quaternary di Jawa. Setijadji (2005) gunung berapi sisi belakang secara umum
mengklasifikasikan gunung berapi Quaternary sejajar dengan arah NE-SW, menunjukkan tren
di Jawa menjadi: 1. Volcanic arc volcanoes struktural NE-SW regional yang
yang hubungan genetik dengan subduksinya mengendalikan emplacement mereka.
jelas, dan 2. Gunung berapi backarc yang
magmatonya tidak harus berhubungan Kedalaman lempeng subduksi di
langsung dengan subduksi. Gunung berapi bawah gunung berapi menurun dari zona
vulkanik aither hadir sebagai rantai tunggal Danau ke zona Galungung. Di zona Danau,
atau rantai ganda busur. Setelah terminologi kedalaman lempengan sekitar 130 km di
yang didefinisikan oleh Tatsumi dan Eggins bawah vulkanik yang kedalamannya turun
(1995), anggota busur rantai ganda menjadi sekitar 120 km di zona Salak dan
dikelompokkan menjadi vulkanik depan, akhirnya menjadi 110 km di bawah vulkanik
gunung berapi sisi parit, dan gunung berapi depan zona Galunggung.
sisi belakang (Gambar.3). Sebagai hasilnya,
kami menyadari bahwa di pedalaman pulau 3.2. Jawa Tengah
Jawa, berbagai jenis vulkanisme hadir, yaitu Segmentasi antara gunung berapi Jawa
busur vulkanik rantai tunggal, busur vulkanik
Barat dan Jawa Tengah sangat nyata. Setelah
ganda, dan magmatisme backarc. Kita juga daerah berpenduduk padat di bagian timur
bisa melihat segmentasi konfigurasi gunung Jawa Barat, bagian barat Jawa Tengah sangat
berapi Kuarter antara Jawa Barat, Jawa jarang dihuni di zona Slamet. Di sini hanya
Tengah dan Jawa Timur. ada satu stratovolcano besar gunung api
3.1. Jawa Barat Slamet yang dipisahkan sekitar 100 km timur
zona Galunggung-Tangkuban Prahu. Sekitar
Di Jawa Barat, gunung berapi Kuarter 75 km ke arah timur, zona ini berubah menjadi
dimulai dengan busur rantai tunggal di bagian zona rantai ganda Merapi-Ungaran di bagian
paling barat. Zona ini terdiri dari kompleks timur Jawa Tengah. Zona ini terdiri dari dua
gunung Krakatau yang terletak di lepas pantai, rantai vulkanik diseluruh Dieng-Sundoro-
dan komplek Danau yang terdiri dari gunung Sumbing dan Ungaran-Telomoyo-Merbabu-
berapi dan gunung berapi. Jarak antara Merapi. Rantai melintasi busur ini sejajar
Krakatau ke Danau komplek sekitar 60 km. Di dengan arah NW-SE yang berbeda dengan di
sebelah timur zona Danau, zona gunung berapi Jawa Barat. Magmatisme backarc yang tidak
terdekat adalah zona Salak yang terletak ada di Jawa Barat terjadi di sini sebagai
sekitar 85 km terpisah. Zona ini terdiri dari gunung berapi Pleistosen Muria yang telah
beberapa gunung berapi tunggal (Salak, punah (Soeria-Atmadja et al., 1988; Edwards
Kiarabere, Perbakti, dan Gede). Zona ini et al., 1991).
dipisahkan sekitar 60 km dari cluster
Galunggung-Tangkuban Prahu berikutnya di Kedalaman lempengan subduksi jauh
bagian timur Jawa Barat. Zona ini dihuni oleh lebih dalam daripada di Jawa Barat, kira-kira
banyak gunung berapi (16) yang membentuk 175-190 km di bawah gunung berapi vulkanik
rantai vulkanik berantai 90 km di sepanjang depan. Gunung berapi sisi belakang Dieng
busur. Galunggung dan beberapa gunung (masih aktif) dan Ungaran (dorman) terletak
berapi berkerumun lainnya terletak di sekitar 210-225 km di atas lempengan,
sepanjang rantai vulkanik di sisi parit, sedangkan gunung berapi busur belakang
sementara Tangkuban Prahu dan dua gunung Muria berjarak sekitar 330 km (Gambar 3).
3. 3. Jawa Timur daerah tertentu di mana kondisi geologis
tertentu tampaknya mengendalikan kejadian
Di bagian barat Jawa Timur, satu mereka.
rantai vulkanik Lawu disertai oleh rantai ganda
gunung berapi Wilis-Pandan. Jarak horizontal 4.1. Jawa Bagian Barat
antara Lawu dan Merapi (Jawa Tengah) sekitar
80 km, sedangkan jarak Lawu-Wilis sekitar 60 Bagian barat Jawa memiliki populasi
km. Gunung berapi Lasem, yang terletak di tertinggi lapangan geothermal yang
sebelah timur gunung berapi Muria, mewakili teridentifikasi di pulau ini dan juga seluruh
magmatisme busur belakang di wilayah ini. wilayah Indonesia, yaitu empat puluh prospek
Selanjutnya untuk backarc-ward, backarc (Gambar 4 dan Tabel 1). Manifestasi panas
magmatism juga terjadi di pulau Bawean. Ke bumi sangat banyak tersebar di sekitar puncak
timur sekitar 60 km dari Wilis, sebuah rantai gunung berapi Kuarter. Namun, ladang besar
vulkanik ganda yang khas secara teratur terjadi dan hasil panen hanya berada di dua wilayah
di bagian timur Jawa. Di bagian barat ada pengelompokan, yaitu zona Salak (Awi
Kelud-Semeru sebagai gunung berapi depan Bengkok) dan zona Galunggung-Tangkuban
vulkanik dan Penanggungan sebagai sisi Prahu (Kamojang, Darajat, dan Wayang
belakang, sedangkan di bagian paling timur Windu) (Gambar 5).
Jawa ada Lamongan dan Raung sebagai Lapangan panas bumi Kamojang,
vulkanik depan dan Ringgit dan Baluran
Darajat, dan Wayang Windu terletak di sekitar
sebagai sisi belakang. Jarak antara gunung sekelompok kerucut vulkanik Kuarter, yaitu
berapi sepanjang busur hanya berjarak sekitar kompleks vulkanik Kendang (Rejeki et al.,
20 km. Antara Semeru dan Lamongan, 2005). Kerucut vulkanik ini mungkin
segmentasi busur diamati dimana bagian ditempatkan di dalam kaldera yang sama dan
depan vulkanik Lamongan bergeser sekitar 25 tua bernama kaldera Pangkalan yang usianya
km ke arah timur laut dari posisi Semeru. adalah Pleistosen.
Kedalaman lempengan subduksi di
Lapangan panas bumi Kamojang
bawah Jawa Timur menurun di segmen Lawu merupakan lahan yang dikembangkan pertama
(sekitar 175 km, sama dengan Merapi) sampai di Indonesia dengan produksi baru-baru ini
sekitar 150 km di bawah Semeru. Dari adalah 140 MW dari reservoir yang
Lamongan sampai ujung timur, kedalaman didominasi uap (Utami, 2000; Ibrahim et al.,
lempengan meningkat lagi menjadi sekitar 175 2005; Kamah et al., 2005). Kawah Kamojang
km. Lokasi magmatisme backarc terletak
termasuk dalam Katalog Gunung Berapi Aktif
sekitar 340 km di atas lempeng subduksi untuk Dunia (Neumann van Padang, 1951)
gunung berapi Pleistocene Lasem, dan lebih berdasarkan aktivitas panas bumi. Area termal
dari 600 km untuk pulau Bawean. Lavas dari 1,2 dengan 0,7 km terdiri dari fumarol, tanah
pulau Bawean sudah diberi nama Pleistosen,
mengepul, danau panas, panci lumpur, dan
yaitu 0,26 ± 0,04 sampai 0,84 ± 0,04 Ma tanah yang diubah secara hidrotermal.
(Bellon et al., 1989). Lapangan ini terletak di sepanjang rantai
4. Lapangan Geotermal vulkanik Kuarter WSW-ENE-trending yang
mencakup kompleks Gunung Rakutak,
Sama seperti distribusi spasial gunung Ciharus, Pangkalan, dan Gandapura, Gunung
berapi Kuarter, prospek panas bumi yang Masigit, dan Gunung Guntur. Rantai ini
diketahui di Jawa tidak merata di semua semakin muda ke ENE. Kawah Kamojang
segmen busur vulkanik. Beberapa prospek, dikaitkan dengan pusat vulkanik Pangkalan
terutama yang utama dan yang saat ini dan Gandapura, di sepanjang kesalahan
produktif, cenderung berkerumun di beberapa Kendeng, yang meluas SW ke lapangan panas
bumi Darajat. Batuan reservoir terdiri dari 1998; Roberts et al., 2000; Suryantini et al.,
formasi andesit basaltik Rakutak (2 Ma) yang 2005). Lapangan panas bumi Awibengkok
ditutupi oleh formasi andesit Gandapura (0,4 dipandu terutama oleh batuan vulkanik
Ma) (Sudarman et al., 2000). komposisi menengah sampai felsik (Upper
Pleistocene?). Batuan yang bersilang dari
Lapangan panas bumi Darajat adalah latihan produksi terdiri dari breksi lahar
reservoir geotermal yang didominasi uap yang andesitik, lava dakite dan tuf. Ada banyak
terletak sekitar 13 km dari Kamojang. Hadi porselen andesit tipis dan porfiri porfiri di inti
dkk. (2005) memetakan keberadaan cluster yang bisa menjadi batu intrusif intrakranik.
lebih dari lima pusat vulkanik, dengan
diameter kurang dari 2 km, terletak di dalam Beberapa prospek di Jawa Barat
kompleks kaldera yang sudah punah (diameter memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan
lebih dari 5 km). Dalam kaldera besar ini, dalam waktu dekat, seperti Patuha dan Kahara-
beberapa kesalahan NE-SW dan NW-SE Telaga Bodas yang keduanya berada di dekat
mengendalikan terjadinya kerucut yang lebih lapangan Kamojang-Darajat-Wayang Windu.
kecil. Waduk panas bumi terletak di bagian Kahara-Telaga Bodas adalah sistem panas
tengah kaldera yang punah di persimpangan bumi tipe uap yang di-host terutama oleh
patahan. Kesalahan tren NE-SW dan NW-SE breksi tuf dan lambung andesit kecil dan
yang dominan yang terlihat pada foto udara intrusi diorit kuarsa (Raharjo et al., 2002)
adalah kesalahan produktif utama. Data dengan perkiraan sumber daya adalah 400
petrokimia dari kedekatan lapangan panas MW (Wahyuningsih, 2005). Prospek ini
bumi Darajat menunjukkan magmatisme terletak sekitar 5 km dari ventilasi gunung
calcalkaline tunggal dimana magma magis Galunggung yang aktif saat ini (Bronto, 1990;
tholeiit (primitif mantel diturunkan) meletus Moore et al., 2002). Bidang prospektif lainnya
dengan berbagai tingkat kristalisasi fraksional termasuk kaldera Danau Kompleks,
(Hadi et al., 2005). Isi silika lava segar Tangkuban Perahu, Ceremai atau Kromong,
berkisar 47-64%; menunjukkan beberapa lava dan gunung api Tampomas (Wahyuningsih,
dasar hadir. 2005).
Lapangan panas bumi Wayang Windu Tabel 2. Daftar lapangan geotermal di Jawa (dihimpun
dua belas terletak 12 km sebelah barat Darajat. dari Suryantini, 2005 dan Wahyuningsih, 2005)
Untuk wilayah vulkanik kuarter yang Hamilton, W.B.: Tectonics of the Indonesian
Region, Professional Paper 1078, U.S.
membentuk bentuk stratovolcano besar bukan Geol. Surv., Washington, DC, (1979), 345
kaldera, pemahaman evolusi vulkanik melalui p.
Hulen, J.B. and Anderson, T.D.: The Rejeki, S., Hadi, J., and Suhayati, I.: Porosity
Awibengkok, Indonesia, Geothermal Study for Detail Reservoir
Research Project. Proceedings, 23th Characterization in Darajat Geothermal
Workshops on Geothermal Reservoir Field, West Java, Indonesia. Proceedings,
Engineering, Stanford University, CA World Geothermal Congress 2005,
(1998). Antalya, Turkey, (2005).
Hulen, J.B., Stimac, J.A., and Sugiaman, F.: Roberts, J.L., Bonner, B., and Duba, A.:
The Awibengkok Core Research Electrical Resistivity Measurement of
Program, Part II – Stratigraphy, Volcanic Andesite and Hydrothermal Breccia from
Facies, and Hydrothermal Alteration. the Awibengkok Geothermal Field,
Proceedings, World Geothermal Indonesia. Proceedings, 25th Workshops
Congress, Kyushu, (2000), 1271-1276. on Geothermal Reservoir Engineering
Stanford University, CA, (2000).
Ibrahim, R. F., Fauzi, A., and Suryadarma:
The Progress of Geothermal Energy Setijadji, L. D. Geoinformation of Island Arc
Resources Activities in Indonesia. Magmatism and Associated Earth
Proceedings, World Geothermal Resources: A Case Study of Java Island,
Congress 2005, Antalya, Turkey, (2005). Sunda Arc, Indonesia, PhD thesis,
Kyushu University, Japan, (2005).
Kamah, M.Y., Dwikorianto, T., Zuhro, A.A.,
Sunaryo, D., and Hasibuan, A.: The
Siebert, L. and Simkin, T.: Volcanoes of the
Productive Feed Zones Identified based
World: an Illustrated Catalog of Holocene
on Spinner Data and Applications in the
Volcanoes and their Eruptions.
Reservoir Potential Review of Kamojang
Smithsonian Institution, Global Volcanism
Geothermal Area, Indonesia.
Program Digital Information Series, GVP-
Proceedings, World Geothermal
3, (http://www.volcano.si.edu/world/),
Congress 2005, Antalya, Turkey, (2005).
(2002).
Katili, J. A.: Volcanism and plate tectonics in
Simandjuntak, T.O. and Barber, A.J.:
the Indonesian island arcs,
Contrasting Tectonic Styles in the
Tectonophysics, 26, (1975), 165-188.
Neogene Orogenic Belts of Indonesia. In
Kohno, Y., Setijadji, L.,D.,Utami, P., Hall, R. and Blundell, D.J. (Eds.), Tectonic
Harijoko, A., Pecskay, Z., Imai, A., and evolution of Southeast Asia, Geological
Watanabe, K.: Geochronology and Society Special Publication, 106, (1996),
Petrogenesis Aspects of Merapi-Merbabu- 185-201.
Telomoyo-Ungaran Volcanoes, Central
Sudarman, S., Guntur, B., Setiadji, D., and
Java, Indonesia, Proceedings, Joint
Sumantri, Y.: Mapping Reservoir
Convention HAGI-IAGI-PERHAPI,
Permeability with Geoelectrical, FMS and
Surabaya, Indonesia (2005)
Spinner Data, Kamojang Field, Indonesia.
Neumann van Padang, M.: Indonesia. Catalog (2000)
of Active Volcanoes of the World and
Suryantini, Ashat, A., Achmad, D.R.,
Solfatara Fields, IAVCEI, Rome, 1,
Simanjuntak, J., Hutasoit, L.M., and
(1951), 1-271.
Hasjim, I.: Searching for an Opportunity
Puspito, N. T. and Shimazaki, K.: Mantle in the Development of Direct Use
Structure and Seismotectonics of the Geothermal Resources: a Case Study in
Sunda and Banda Arcs, Tectonophysics, West Java Province-Indonesia.
251, (1995), 215-228. Proceedings, World Geothermal Congress
2005, Antalya, Turkey, (2005a).
Raharjo, I., Wannamaker, P., Allis, R., and
Chapman, D.: Magnetotelluric Suryantini, Setijadji, L.D., Wahyuningsih, R.,
Interpretation of the Karaha Bodas Ehara, S., Imai, A., Watanabe, K. :
Geothermal Field Indonesia. Proceedings, Geothermal Fields of Java Island,
27th Workshops on Geothermal Reservoir Indonesia: Their Descriptions, Geologic
Engineering Stanford University, CZ, Environments, and Preliminary Area-
(2002). Selection Exploration Strategy.
Proceedings, 3rd International workshop
Vukadinovic, D. and Sutawidjaja, I.: Geology,
on Earth Science and Technology, Kyushu
Mineralogy and Magma Evolution of
University, Fukuoka, (2005b), 11-18.
Gunung Slamet Volcano, Java, Indonesia.
Tatsumi, Y. and Eggins, S.: Subduction zone Journal of Southeast Asian Earth Science,
magmatism. Blackwell Science, Ann 11, (1995), 135-164.
Arbor, (1995), 211 p.
Wahyuningsih, R.: Potensi dan Wilayah Kerja
Team Geothermal Investigation, Java: Report Pertambangan Panas Bumi di Indonesia.
on Integrated Geology, Geochemistry, and Colloqium, Field Investigation Results, the
Geophysical Investigations on the Directorate of Mineral Resources
Parangtritis Geothermal Area Yogyakarta. Inventory of Indonesia, Bandung, (in
Directorate of Mineral Resources Indonesian with English abstract) (2005)
Inventory of Indonesia, Bandung (in
Widiyantoro, S. and van der Hilst, R.:
Indonesian), (2003).
Structure and Evolution of Lithospheric
Slab Beneath the Sunda Arc, Indonesia,
Van Bemellen, R. W.: The Geology of
Science, 271, (1996), 1566-1570.
Indonesia, vol. 1A. Martinus Nijhoff, the
Hague, (1949), 732 p.
Gambar 3. Gunung api Kuarter di Pulau Jawa, Busur Sunda, Indonesia. Batas zona Barat, Tengah dan
Timur Pulau Jawa.
Gambar 4. Lapangan geotermal di Pulau Jawa. Nomor yang tertera dijelaskan pada tabel 1.
Gambar 5. Persebaran lapangan geotermal besardi Jawa Barat dan hubungannya dengan topografi (A)
dan unit gunung api, radiometrik dating dari Pleistosen Atas, dan garis mayor (B).
Gambar 6. Lokasi lapangan geotermal di Daerah Kaldera Dieng yang diperkirakan berasal dari
gunung api yang berumur sekitar 0.5-0.6 Ma (Kejadian vulkanik Pangonan-Merdada dan
Pagerkandang) sebagai waktu ideal untuk suatu formasi lapangan geotermal. Umur radiometrik dan
anomali gravitasi diambil dari Boedihardi et al. (1991)
Peta yang menunjukan hubungan spasial antara lokasi dan ukuran potensial dari lapangan geotermal
dengan ketinggiannya.
Gambar 8. Peta yang menunjukkan hubungan spasial antara lokasi dan ukuran potensial dari lapangan
geotermal dengan jarak zona dari gunung api kuarter.
Gambar 9. Peta yang menunjukkan hubungan spasial antara lokasi dan ukuran potensial lapangan
geotermal dengan nilai densitas gunung api.
Gambar 10. Peta yang menunjukkan hubungan spasial antara lokasi dan ukuran potensial lapangan
geotermal dengan gempa di kerak bumi.
Gambar 11. Peta aliran panas di Pulau Jawa (Setiadji, 2005)