Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

CEKUNGAN JAWA BARAT LAUT (NORTHWEST


JAVA BASIN)

Nama : Devi Rizqi Amelia


NIM: 131101132
Kelas: A
Geologi Indonesia

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND


YOGYAKARTA
A. Pola Tektonik Regional Pulau Jawa
Secara regional Unsur-unsur tektonik yang membentuk Pulau Jawa dapat diamati sebagai
terdiri dari:
 Jalur subduksi purba berumur Kapur-Paleosen yang dapat diikuti mulai dari Jawa
Barat Selatan ( Ciletuh ), Pegunungan Serayu (Jawa Tengah) dan Laut Jawa bagian
Timur ke Kalimantan Tenggara.
 Jalur magmatik Kapur yang menempati lepas pantai Utara Jawa.
 Jalur subduksi purba berumur Tersier yang membentuk struktur
positip (punggungan) bawah permukaan laut yang terletak di Selatan pulau Jawa. Jalur
ini merupakan kelanjutan dari deretan pulau-pulau yang berada di sebelah barat
P.Sumatra yang terdiri dari singkapan melange (P.Nias) yang berumur Miosen.
Punggungan ini berimpit dengan nilai anomali gayaberat negatif. Bentuk ini merupakan
satuan tektonik yang penting yang dikaitkan dengan terangkatnya masa yang ringan
dibanding sekitarnya, sebagai akibat dari penyusupan Lempeng Australia kebawah
Lempeng Mikro-sunda.
 Jalur magmatik Tersier yang menempati sepanjang pantai selatan P.Jawa. Jalur
magmatik ini tersingkap dengan baik di Jawa Timur Selatan, berupa endapan - endapan
volkaniklastik, lava dan di beberapa lokasi juga nampak jenjang-jenjang volkanik
(daerah Pacitan-Ponorogo-Tegalombo). Endapan cebakan tembaga di wilayah ini, juga
dikaitkan dengan kegiatan volkanisma Tersier tersebut. Di Jawa Barat Selatan, juga
dapat diamati.
Meskipun secara regional seluruh pulau mempunyai pola dan perkembangan tektonik
yang sama, tetapi karena pengaruh daripada jejak-jejak tektonik yang lebih tua yang
mengontrol pola struktur daripada batuan dasar, khususnya pada perkembangan tektonik yang
lebih muda, maka akan timbul perbedaan-perbedaan yang spesifik antara pola dan
perkembangan tekjtonik antara Jawa-Barat, Jawa-Tengah dan Jawa-Timur
Fisiografi
Fisiografi Pulau Jawa telah diutarakan oleh Van Bemmelen. Pada Jawa Barat telah
digambarkan terdiri atas empat zona, yang dimulai dari selatan ke utara, yaitu :
§ Zona Pegunungan Selatan,
§ Zona Bandung,
§ Zona Bogor dan
§ Dataran pantai Utara
Gambar 1. Zona Fisiografi Daerah Jawa Barat (Van Bemmelen)
Untuk Jawa-Tengah juga dapat dikenal adanya 4 zona fisiografi, masing-masing dari arah
Selatan (Gambar 2) :
§ Dataran pantai Selatan,
§ Pegunungan Serayu Selatan,
§ Pegunungan Serayu Utara, dan
§ Dataran pantai Utara.
Gambar 2. Zona Fisiografi Daerah Jawa Tengah

B. Cekungan Jawa
Untuk wilayah cekungan di pulau jawa ini pada umumnya dibagi menjadi lima daerah
cekungan, antara lain akan dijabarkan sebagai berikut
1. Cekungan Sunda dan Asri (Sunda and Asri Basins)
Cekungan sunda adalah perpanjangan dari cekungan jawa bagian utara atau disebut
dengan asri subbasin. Cekungan sunda merupakan cekungan yang terbentuk relative kecil pada
masa kenozoikum. Cekungan sunda merupakan berasal dari back-arc deposentrum atau
disebut dengan bagian belakang busur deposentrum pulau Jawa. Dari persepektif hasil
eksplorasi, cekungan sunda yang matang merupakan cekungan yang teristimewa. Dari hasil
explorasi di daerah Widuri dan lapangan lain yang serupa di bagian utara sub cekungan asri
(1980-an hingga 1990-an) menunjukkan bahwa dalam reservoar didalam sub Asri bagian
utara (reservoir Talang Akar) akan lebih bisa kembali ditemukan akan potensi keberadaan
minyak bumi. Bagian timur sub cekungan Asri jarang untuk dilakukan ekplorasi pengebaoran
secara luas. Karena semenjak awal adanya syn-rift didaerah tersebut. Dan untuk mengetahui
adanya potensi yang ada didaerah tersebut maka membutuhkan evaluasi lebih lanjut dalam
bidang eksplorasi.
2. Cekungan Jawa Barat Laut (Northwest Java Basin)
Cekungan ini merupakan cekungan belakang busur yang sangat luas dan rumit, yang
dimana bagian utara hingga selatannya terdiri dari orientasi sejumlah bentukan struktur
halfgraben. Sub-cekungan ini terletak di tepi selatan dari platform Sunda (Reksalegora et al.,
1996). Cekungan Jawa Barat Utara memiliki akumulasi Hidrokarbon berlimpah, dan minyak
dan gas bumi yang dimana reservoarnya bertumpukan dengan volkanik klastik, karbonatan,
dan lapisan coarsesiliciclastic (Noble et al., 1997).
Cekungan Jawa Barat Utara sekarang telah dianggap mature, dengan pembagian untuk
bagian atasnya yaitu berupa pasir dari formasi Talang Akar dan diatasnya ditambah dengan
karbonat pada jaman Miosen sepenuhnya. Pertimbangan mengenai potensi yang ada didaerah
tersebut cukup kecil hingga menengah dan dapat tetap berada dalam pembentukan Jatibarang
syn-rift Posisinya lebih rendah dari formasi Talang Akar, dan terletak didalam karbonat formasi
Batu raja
Cekungan Jawa Barat Utara (North West Java Basin) merupakan salah satu cekungan
yang terbukti memiliki kandungan minyak bumi. Cekungan ini sekarang dikelola oleh PT
Pertamina. Cekungan Jawa Barat Utara terletak memanjang di bagian utara sejajar dengan
pantai utara Jawa Barat. Di bagian utara dibatasi oleh Paparan sunda, bagian selatan oleh
Cekungan Bogor, bagian timur oleh daerah pengangkatan Karimun Jawa dan bagian barat
oleh Cekungan Sumatra Selatan.
Pada Cekungan Jawa Barat Utara terdapat dua sub cekungan utama, yaitu Cekungan
Ardjuna dan Cekungan Sunda. Selain itu juga terdapat sub-sub cekungan lain, diantaranya
Cekungan Ciputat, Pasir Putih, Vera, Billiton dan Jatibarang dengan tinggian-tinggian
Tangerang, Rengasdengklok, Pamanukan dan Arjawinangun di antara sub-sub cekungan
tersebut (Asril Sjahbuddin, 1985).
3. Cekungan banyumas dan selatan jawa (Banyumas-South Central Java Basins)
Sejumlah rembesan minyak (oil seeps) dijumpai di daerah onshore Bayah. Sebuah
peningkatan pesat yang dijumpai dalam gradien geothermal di masa Piocene hingga Pleistosen
(Soenandar, 1997). Hal tersebut juga sama seperti yang dijumpai di Cekungan Sunda, SubAsri,
cekungan Jawa barat laut (NW java basins). Daerah Banyumas, cekungan Jawa Tengah bagian
selatan dijumpai rembesan minyak. Rembesan minyak tersebut banyak yang muncul di daerah
tersebut. Cekungan Banyumas telah di bor pada sumur Cipari-1 oleh BPM dan Karang Nangka-
1, Gunung Wetan-1, Karang Gedang-1 oleh Pertamina.
Beberapa sumur dijumpai adanya keberadaan minyak dan gas. Sumur tersebut tidak
bisa menembus lebih dalam dari horison Miosen akhir akibat adanya gangguan mekanis yang
dihasilkan akibat adanya tekanan yang berlebih yang dihasilkan oleh serpih (overpressured
shale).n Pada sumur Jati-1 (Lundin) yang sedang melakukan drilling didaerah tersebut dapat
mengatasi kesulitan operasional ini, hal terebut dilakukan dengan mencoba untuk
mengevaluasi bagian lebih dalam sampai Oligosen / Eosen dari dasar Gabon. Potensi reservoir
akhir Miosen Halang-Rambatan dijumpai sand volkaniklastik, awal miosen dijumpai
Kalipucang reefs, Oligo-Miosen Gabon dijumpai sand volkaniklastik, dan menengah Eosen
pada endapan delta Nanggulan dijumpai quartzitic sand, mengalami fold dan fault dalam
waktu Miosen akhir. Potensi dari source pada akhir-tengah Eosen tengah daerah Nanggulan /
Karangsambung shales (TOC sampai dengan 7,5%) dan awal Miosen bituminous shale
Kalipucang / formasi Pemali (TOC sampai dengan 15,6%), hal tersebut bertahan hingga pada
saat ini dalam mature window awal pertengahan (Muchsin et al., 2002).
Lepas pantai cekungan Selatan Jawa Tengah telah dibor oleh Alveolina-1 dan Borelis-
1 (Jawa Shell, awal tahun 1970-an) daerah tersebut terletak di lepas pantai selatan Yogyakarta.
Pada sumur Alveolina-1 dijumpai reservoir yang sangat baik dari Wonosari karbonat berumur
tengah-akhir Miosen. Pada sumur Borelis-1 kehilangan reservoir akibat dari adanya perubahan
fasies menjadi serpih. Akibatnya kedua sumur kering karena tidak adanya pengisian Hidro
karbon (Bolliger dan Ruiter, 1975).
4. Cekungan Jawa Barat Daya (Southwest Java Basin)

Cekungan ini telah dibor pada sumur Ujung Kulon-1 (Amoco, 1970) dan Malingping -
1(British Gas, 1999). Dan hasilnya kedua lubang sumur yang dihasilkan kering. Cekungan ini
memilikisejarah yang rumit pasca-keretakan tektonik pada masa jaman Neogen.
Adanya Formasi Eosen Bayahdan Formasi Eosen Ciletuh arenites pada formasi jaman Eosen
menunjukkan adanya reservoiryang baik (Keetley di al., 1997; Schiller et al, 1991.).

Meskipun tidak terdapat pada endapan danau(lacustrine affinity), formasi Bayah


terdapat pada endapan delta di daerah Barat daya (SW) daricekungan Jawa yang memberikan
bukti untuk cekungan tersebut, dalam pengembangan reservoir dansource fasies di tahap syn-
rift masih termasuk dari pegembangan bagian depan busur. Adanya pasir fanturbidit di
Cekungan barat daya Jawa juga menunjukkan cekungan ini memiliki potensi reservoir
yang baik.

5. Cekungan Jawa Timur (East Java Basin)

Cekungan Jawa Timur adalah merupakan cekungan yang paling struktural dan
memilikistratigrafi yang kompleks dari cekungan belakang busur Indonesia. Dalam hal fasies
reservoar, yang berkisar dari Eosen yang berupa bentukan non-
pasir laut hingga Volkaniklastik jaman Pleistosen.Cekungan Jawa Timur dalam hal sistem
minyak bumi, adalah salah satu cekungan yang paling beragam. Hal ini dilihat dari gambar
yang dihasilkan oleh skema lithostratigrafi sangat beragam padacekungan yang ada di Jawa
Timur.

Meskipun cekungan Jawa Timur telah banyak dieksplorasi, potensi minyak masih
tetapsignifikan dan gas ditemukan di daerah syn-rift klastik Eosen, facies laut dalam Ngrayong
pasir,Kujung Rancak reefs, Pliosen Mundu globigerinid batugamping, dan Pleistosen
vulkanokalstik.

Dalam mengembangkan infrastruktur dengan mendekati pasar industri perminyakan di


Jawa Timurmaka akan menyerap setiap penemuan baru. Cekungan Jawa Timur adalah daerah
yang paling dicari diIndonesia untuk penawaran areal lahan perminyakan dalam lima tahun
terakhir ini, sehinggamenjadikan daerah tersebut menjadi tempat "panas" dalam eksplorasi

Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut tentang cekungan jawa barat laut
(Northwest Java Basin).

C. Cekungan Jawa Barat Laut


1. Geologi Regional

Cekungan Jawa Barat Utara dipengaruhi oleh sistem block faulting yang berarah
Utara-Selatan. Patahan yang berarah Utara-Selatan membagi cekungan menjadi graben atau
beberapa sub-basin, yaitu Jatibarang, Pasir Putih, Ciputat, Rangkas Bitung dan beberapa
tinggian basement, seperti Arjawinangun, Cimalaya, Pamanukan, Kandanghaur-Waled,
Rengasdengklok, dan Tangerang.

Menurut Soejono (1989), berdasarkan stratigrafi dan pola strukturnya, serta letaknya yang
berada pada pola busur penunjaman dari waktu ke waktu, ternyata Cekungan Jawa Barat
Utara telah mengalami beberapa kali fase sedimentasi dan tektonik sejak Eosen sampai
dengan sekarang.
2. Tektonik dan Struktur Geologi Cekungan Jawa Barat Utara

Cekungan Jawa Barat Utara secara geodinamik saat ini berada pada posisi belakang
busur dari jalur vulkanik Jawa yang merupakan hasil dari subduksi lempeng India-Australia
di selatan terhadap lempeng Eurasia (Paparan Sunda) di utara.

Tektonik Jawa Barat Utara dibagi menjadi tiga fase tektonik yang dimulai dari Pra-Tersier
hingga Plio-Pleistosen, yaitu :

1. Tekonik Pertama
Periode Paleogen (Eosen-Oligosen) dikenal sebagai Paleogene Extensional Rifting. Pada
periode ini terjadi sesar geser mendatar kanan kraton Sunda akibat dari prestiwa tumbukan
lempeng hindia dengan lempeng Eurasia.
2. Tektonik Kedua
Fase tektonik kedua terjadi pada permulaan Neogen (Oligosen-Miosen) dan dikenal
sebagai Neogen Compressional Wrenching.
3. Tektonik Ketiga
Fase tektonik ketiga adalah fase tektonik terakhir yang terjadi pada Pliosen-Pleistones,
dimana terjadi proses kompresi kembali dan membentuk perangkap-perangkap struktur
berupa sesar-sesar naik dijalur Selatan Cekungan Jawa Barat Utara.
3. Sedimentasi Cekungan Jawa Barat Utara
Periode awal sedimentasi di Cekungan Jawa Barat Utara dimulai pada kala Eosen
Tengah – Oligosen Awal (fase transgresi) yang menghasilkan sedimentasi vulkanik darat
sampai laut dangkal Formasi Jatibarang. Cekungan Jawa Barat Utara (North West Java
Basin) merupakan cekungan sedimen Tersier yang terletak tepat di bagian barat laut Pulau
Jawa . Cekungan Jawa Barat Utara telah dikenal sebagai hydrocarbon province Cekungan ini
terletak diantara Paparan Sunda di Utara, Jalur Perlipatan Bogor di Selatan, daerah
pengankatan Karimun Jawa di Timur dan Paparan Pulau Seribu di Barat.

Batuan dasar di Cekungan Jawa Barat Utara oleh Patmosukismo dan Yahya (1974)
didefinisikan sebagai batuan-batuan beku dan atau metamorf yang berumur pra-Tersier
sampai Paleosen yang memiliki kemungkinan kecil untuk mengakumulasi hidrokarbon.

1. Formasi Vulkanik Jatibarang


Formasi Vulkanik Jatibarang diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar,
mengisi bagian-bagian graben dan daerah rendahan dengan ketebalan yang bervariasi.
Pada Sub-cekungan Jatibarang, formasi ini menipis ke arah barat (Adnan dkk., 1991).
2. Formasi Talang Akar (Cibulakan Bawah)
Formasi Talang Akar diendapkan secara tidak selaras terhadap Formasi Jatibarang
pada periode transgresif Neogen yang pertama (Arpandi dan Patmosukismo, 1975).
3. Formasi Baturaja (Cibulakan Tengah)
Formasi Baturaja diendapkan secara selaras di atas Formasi Talang
Akar. Pengendapan Formasi Baturaja berlangsung relatif cepat dan bisa
mengimbangi kenaikan muka air laut akibat periode transgresif yang sudah dimulai
sebelum formasi ini terbentuk
4. Formasi Cibulakan Atas
Formasi Cibulakan Atas diendapkan secara selaras di atas Formasi Baturaja. Formasi
ini memiliki litologi dengan sedikit perselingan batupasir dan batugamping (Adnan
dkk., 1991).
5. Formasi Parigi
Formasi Parigi mulai diendapkan secara selaras di atas Formasi Cibulakan Atas pada
periode transgresif Neogen yang kedua (Arpandi dan Patmosukismo, 1975).
6. Formasi Cisubuh
Formasi Cisubuh diendapkan secara selaras di atas Formasi Parigi. Terdiri atas
litologi batulempung dengan sedikit perselingan batupasir dan batugamping.
D. Petroleum Sistem Cekungan Jawa Barat Utara
1. Batuan Induk
Pada Cekungan Jawa Barat Utara terdapat tiga tipe utama batuan induk, yaitu lacustrine shale (Oil
Prone), fluvio deltaic coals, fluvio deltaic shales (Oil and Gas Prone) dan marine claystone (bacterial
gas) (Gordon,1985).
2. Batuan Reservoir
Semua formasi dari Jatibarang hingga Prig merupakan interval dengan sifat fisik reservoir yang baik,
banyak lapangan mempunyai daerah timbunan cadangan yang terlipat.
3. Jenis Jebakan
Jenis jebakan hidrokarbon pada semua system petroleum di Jawa Barat Utara hamper sama, hal ini
disebabkan evolusi tektonik dari semua cekungan sedimen sepanjang batas Selatan dari Kraton Sunda,
tipe struktur geologi dan mekanisme jebakan yang hampir sama.
4. Jalur Migrasi
Migras hidrokarbon terbagi menjadi dua, yaitu migrasi primer dan sekunder, migrasi primer adalah
perpindahan hidrokarbon dari batuan induk kemudian masuk de dalam reservoir melalui lapisan
penyalur (Kosoemadinata, 1977). Migrasi sekunder dapat dianggap sebagai pergerakan fluida dalam
batuan penyalur menujju trap.
5. Lapisan Penutup
Lapisan penutup atau tudung merupakan lapisan impermeable yang dapat menghambat atau
menghentikan jalannya hidrokarbon. Litologi yang sangat baik sebagai lapisan penutup ialah
batulempung dan batuan evaporit.

Sumber:

https://prezi.com/rgc1o5o1g-rn/copy-of-cekungan-jawa-barat-utara/

http://novianto-geophysicist.blogspot.co.id/2014/05/geologi-regional-cekungan-jawa-
barat.html

https://www.academia.edu/7727676/Cekungan_Jawa

http://aryadhani.blogspot.co.id/2010/05/cekungan-jawa.html

Anda mungkin juga menyukai