Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yuditha Oktavianne Puteri

NIM : 190721637611
Off : L 2019
TUGAS 2 GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI INDONESIA

1) Bagaimana penjelasan tatanan geologi Indonesia bagian barat secara umum?


Jawaban :
Secara Umum Indonesia Bagian Barat memiliki stabilitas tektonik yang lebih
tinggi, sehingga terjadi kerentanan yang lebih rendah terhadap bahaya gempa bumi
khususnya di daerah Kalimantan, Jawa Bagian Utara-Barat, Sumatera bagian Timur
serta Kawasan di sebelah barat Kalimantan (Natuna dan sekitarnya). Tatanan geologi
Indonesia bagian barat dimulai pada masa Palezoikum, yaitu ketika terdapat dua sistem
palung-busur yang berlawanan, yang dipisahkan oleh satu mikrokontinen. Maka dari
itu terjadinya tunjaman ke arah benua Asia di bagian barat Sumatera. Aktivitas
penunjaman ke arah Asia berlanjut pada masa Karbon Akhir sampai masa Perm Awal,
di Sumatera bagian barat terdapat aktivitas vulkanisme dan proses pembentukan batuan
granit.
Pada saat itu, terjadi juga penunjaman ke arah baratdaya di tepian benua sebelah
timur laut, yang ditunjukkan oleh adanya batuan gunungapi dan granit di bagian timur
Semenanjung Malaya dan Kalimantan Barat (Katili, 1975). Zona penunjaman ini
sedikit bergeser ke arah Samudra pada masa Perm sampai masa Trias awal (Katili,
1989). Terbentuknya busur vulkano-plutonik pada pulau-pulau yang dikenal
mengandung timah di Indonesia dan Semenanjung Malaya memberi petunjuk bahwa
zona Beniof kemungkinan lebih dangkal dibanding tunjaman sebelumnya (Katili,
1975). Kemudian Penunjaman bergeser sedikit ke selatan, dimana bagian parit bawah
laut (trench) terletak di selatan Sumatra dan Jawa. Pada sekitar 40 ma terjadi perubahan
arah gerakan lempeng dari utara-barat laut (NNW) ke barat-barat laut(WNW) (Ben-
Avraham & Uyeda, 1973).
Terjadilah perputaran di wilayah Kalimantan searah jarum jam menyebabkan
terjadinya bukaan pada Laut China Selatan (Dally drr., 1986). Pada masa Oligosen
Akhir (30 ma), tunjaman di selatan Sumatera dan Jawa mengakibatkan terjadinya
vulkanisme yang menghasilkan Formasi Andesit Tua. Zona tunjaman tersebut pada
masa Pliosen bergeser ke selatan ke posisi Parit Sumatera sampai Jawa saat ini. Namun,
berdasarkan persebaran batuan gunungapi, disimpulkan bahwa vulkanisme pada masa
Kenozoik akhir sampai masa Holosen mengalami perpindahan dari satu tempat ke
tempat lain dengan arah yang berlawanan, yang diperkirakan karena terjadi kemiringan
zona Beniof jauh lebih landai dibanding pada waktu pertengahan Tersier (Katili, 1975).

2) Jelaskan perbedaan fore arc dengan back arc apa yang membedakan keduanya,
penjelasan disertai contoh!
Jawaban :
Cekungan Busur Depan (fore arc basin) ini terletak di antara busur luar dan
busur dalam gunung Merapi. Fore Arc Basin ini berada diantara trench dan akresi
Magmatic Arc yang berada paling dekat dengan jalur subduksi yaitu pada barat Pulau
Sumatera. Sedangkan Cekungan Busur Belakang (back arc basin) merupakan
cekungan yang berada di belakang busur Magmatic Arc (Bachri, 2006). Back arc basin
menggambarkan keadaan gerakan mundur dari zona subduksi terhadap gerakan
lempeng yang sedang bertumbukan. Maka dari itu zona subduksi dan parit ini ditarik
ke belakang lempeng lalu lempeng override juga ditarik karena penipisan kerak yang
terbentuk dalam cekungan pada belakang busur. Sedimentasi ini sangat tidak simetris
dengan sebagian besar sedimen yang telah disediakan dari busur magmatik aktif,
dimana regresi (penyusutan air laut) sejalan dengan rollback parit.
Fore arc basin dan back arc basin ini mempunyai stratigrafi yang berbeda baik
secara sequence, fasies, dan sebagainya. Back arc basin merupakan suatu zona yang
berada dibelakang zona subduksi sehingga terdapat banyak lapangan migas yang
dikembangkan di zona ini. Alasan kenapa zona back arc basin dijadikan lapangan
migas adalah karena memiliki luas basin yang besar, petroleum sistem yang lengkap,
formasi yang sudah mature dan resiko pengeboran yang relatif rendah. Sedangkan fore
arc basin, masih sedikit pengembangan di lapangan migas, karena dekat dengan zona
pengangkatan sehingga hanya beberapa formasi saja yang terbuka, lalu tererosi seiring
waktu dan resikonya masih tinggi saat pengeboran dikarenakan termal bawah
permukaan yang dingin, sehingga proses pematangan reservoir (tempat terakumulasi
minyak dan gas didalam bumi) relatif lama dan boros.
Contoh fore arc basin yaitu terdapat pada Cekungan Bengkulu yang merupakan
bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Pada masa Neogen setelah
pegunungan Barisan naik. Cekungan Bengkulu ini dipisahkan dari Cekungan Sumatera
Selatan. Cekungan Bengkulu ini banyak dikerjakan oleh operator perminyakan (salah
satunya Cekungan Sibolga-Meulaboh). Meskipun belum berhasil menemukan minyak
dan gas komersial, bukan berarti cekungan-cekungan ini tidak mengandung migas
komersial (Heryanto, 2007c). Cekungan Bengkulu ini diapit oleh Sesar Sumatera
(Semangko) di daratan dan Sesar Mentawai di wilayah offshore dan kedua sesar ini
bersifat dextral (sesar yang pergerakannya searah).
Contoh back arc basin yaitu terdapat pada Cekungan busur belakang timur
Sumatera, Utara Jawa, dan Cekungan Sumatera Tengah. Cekungan Sumatera Tengah
dibatasi dibagian sebelah baratdaya oleh geantiklin Bukit Barisan dan busur vulkanik,
sebelah utara oleh busur Asahan, sebelah Tenggara oleh Tinggian Tigapuluh, dan
sebelah Timur oleh Kraton Sunda. Cekungan ini merupakan salah satu dari cekungan-
cekungan busur belakang (back arc basins) yang terbentuk di sepanjang bagian Timur
Sumatera dan Jawa (Herman, 2011).

3) Zona penunjaman atau subduksi yang memanjang di pantai barat Pulau Sumatra dan
Selatan Jawa merupakan wilayah yang rawan terhadap kejadian gempa bumi dan
tsunami. Jelaskan mekanisme terbentuknya zona subduksi ini!
Jawaban :
Zona subduksi merupakan zona terjadinya gempa yang terjadi disekitar
pertemuan antar lempeng. Di daerah subduksi, selain menjadi pusat gempa bumi,
merupakan pusat aktivitas gunungapi juga. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
tekanan yang ditimbulkan karena lempengan tektonik menjadi melengkung dan
arahnya dibelokkan ketika berjalan ke bawah. Di sebagian besar zona subduksi, arah
gerak lempeng hampir tegak lurus terhadap palung. Lempeng aktif nya adalah lempeng
Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia yang mengakibatkan di
tengah Jawa terbentuk rangkaian gunung api aktif.
Di bagian Selatan Sumatera pun terbentang rangkaian busur gunung api aktif.
Tatanan tektonik sebelah barat Sumatera dan Selatan Jawa ini didominasi oleh
pergerakan ke arah utara dari tepian aktif lempeng Samudra Hindia dan lempeng benua
Australia terhadap lempengan Sunda dengan kecepatan sekitar 6-7 cm/tahun.
Komponen gerakan lempeng yang relatif tegak lurus terhadap arah batas lempeng
sebagian besar membentuk sesar-sesar naik di sepanjang zona subduksi Sumatera dan
Jawa. Sedangkan komponen lempeng yang sejajar terhadap batas lempeng didominasi
oleh terbentuknya sesar-sesar geser pada zona sesar.
Lempeng samudra bergerak menunjam lempeng benua dengan membentuk
zona penunjaman aktif, sehingga wilayah perairan Indonesia di bagian barat Sumatera
dan Selatan Jawa disamping memiliki potensi aspek geologi dan sumberdaya mineral
juga berpotensi terjadinya bencana geologi berupa gempa bumi, tsunami, longsoran
pantai dan gawir laut. Sebagai konsekuensi dari tepian aktif, maka banyak proses
tektonik yang terjadi seperti sesar-sesar mendatar, sesar-sesar normal yang biasanya
membentuk horst dan graben serta aktivitas gunung api. Salah satunya yaitu
terbentuknya gunungapi diluar busur vulkanik. Sesar-sesar normal dan mendatar
banyak dijumpai pada daerah yang jauh dari palung Samudra terutama pada deretan
pegunungan dan tepian cekungan (More et al, 1980).

4) Pantai timur Pulau Sumatra merupakan wilayah yang banyak terdapat cekungan atau
basin. Jelaskan proses pembetukan basin di Pantai Timur Sumatra, serta berikan contoh
pemanfaatannya!
Jawaban :
Proses pembentukan basin di Pantai Timur Sumatera ini terjadi karena adanya
cekungan yang terbentuk akibat dari penunjaman lempeng Samudra Hindia yang
bergerak secara relatif ke arah utara. Cekungan ini terbentuk pada masa awal Tersier
dan merupakan seri dari struktur half -graben yang terpisah oleh blok horst akibat dari
gaya ekstensional (menghasilkan sejumlah half-graben dengan geometri dan orientasi
yang dipengaruhi oleh keberagaman jenis litologi batuan dasar) yang mengarah dari
Timur ke Barat. Beberapa daerah half-graben diisi oleh sedimen clastic non-marine
dan sedimen danau (Eubank, 2018). Cekungan ini merupakan cekungan yang
menghasilkan hidrokarbon paling produktif dalam tatanan cekungan busur belakang
yang terbentuk di Pantai Timur Sumatera bagian barat Indonesia (Ii, 1997).
Dengan adanya Cekungan tersebut di Pantai Timur Sumatera manfaatnya yaitu
eksplorasi sumberdaya minyak bumi dan gas bumi yang sudah puluhan tahun
didalamnya. Karena kita tahu saat ini cadangan minyak bumi dan gas alam semakin
menipis. Dimana minyak bumi dan gas bumi ini merupakan sumber energi yang
digunakan untuk bahan bakar kendaraan, bahan baku industri, bahan pembuatan
perabotan rumah tangga dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Ben-Avraham, Z. & Uyeda,S.,1973. The evolution of the China Basin and the Mesozoic
Pelogeography of Borneo. Earth Planet Sci. Lett.,18:365-376.

Dally, M., Hopper, B.G. & Smith, D.G.,1986. Reconstruction of movements of major plates in
SE Asia, Proc. B.P. Workshop on Eastern Indonesia (unpub.).

Herman, D. Z. (2011). Tinjauan hubungan formasi batuan sedimen dengan iklim Contoh
kasus: endapan teras Bengawan Solo dan red beds di Cekungan Sumatra Tengah. Jurnal
Lingkungan Dan Bencana Geologi, 2(2), 125–140.

Katili, J. A. (1975). Volcanism and plate tectonics in the Indonesian island arcs.
Tectonophysics. https://doi.org/10.1016/0040-1951(75)90088-8.

Katili, J. A. (1989). Review of past and present geotectonic concepts of eastern indonesia.
Netherlands Journal of Sea Research. https://doi.org/10.1016/0077-7579(89)90143-9

Heryanto, R., 2007c. Kemungkinan keterdapatan hidrokarbon di Cekungan Bengkulu Jurnal


Geologi Indonesia, Vol. 2 No. 3 September 2007: 119-131.

Moore, G.F. and Karig, D.E., 1980. Structural Geology of Nias Islands, Indonesia: Implication
for Subduction Zone Tectonic, Am. J.Sci. 280, p 193-223.

Eubank, R. T. (2018). Structural geology of the Central Sumatra back-arc basin.


https://doi.org/10.29118/ipa.203.153.196

Ii, B. A. B. (1997). Analisis reservoir pada formasi gumai untuk penentuan titik sumur
pegembangan pada lapangan X, sub cekungan Jambi , Sumatera Selatan Muhammad
Rijallul Ikhsan. 8–22.

Anda mungkin juga menyukai