Anda di halaman 1dari 19

SIKLUS WILSON TEKTONIK INDONESIA

Cari data tektonik di Indonesia

Referensi : https://books.google.co.id/books?
id=jSaDDwAAQBAJ&printsec=frontcover&source=gbs_ViewAPI&redir_esc=y#
v=onepage&q&f=false

1. Sumatera
2. Natuna
3. Java dan Java Sea
4. Kalimantan
5. Makassar Strait
6. Sulawesi sea
7. Sulawesi
8. The lesser Sunda Islands
9. Halmahera
10. Banda
11. Timor
12. Arafuru Sea
13. Papua
1. Sumatera
Problem Tatanan tektonik Pulau Sumatra

Metode Studi literatur dan interpretasi mandiri

Data Data sekunder berupa paper

Hasil Pulau Sumatra merupakan bagian tepi Sunda arc dari


lempeng Eurasia bagian selatan yang dimulai dari laut
Andaman utara Aceh-Sumatra-Jawa sampai ke pulau
Sumbawa di selatan. Rangkaian tersebut termasuk kedalam
island arc systems dengan mekanisme subduksi antara
lempeng Indo-Australian terhadap lempeng Eurasia di
bagian utaranya. Perubahan arah dan kecepatan subduksi
lempeng Indo-Australia terhadap lempeng Eurasia dimulai
dengan normal di bagian selatan pulau Jawa –Trench Jawa-
menjadi oblique subduction pada Trench Sumatra.
Perubahan pola tersebut berakibat terbentuknya Sistem
Sesar Sumatra ( Sesar Semangko dan Sesar mentawai)
pada sumbu pulau Sumatra, garis volkanik didaerah selat
Sunda mulai dari yang tertua Sukadana, Komplek Krakatau
sampai ke pulau Panaitan yang termuda. Pola perubahan
arah dan kecepatan dari pergerakan lempeng Indo-Australia
terhadap lempeng Eurasia sangatlah berkaitan erat dengan
akibat dari pergerakan lempeng India menyebabkan collision
lempeng benua India tersebut terhadap benua Eurasia di
utaranya. Pergerakan relatif dari potongan fore arc sebelah
barat Sumatra menyebabkan terbukanya selat Sunda pada
Pliosen-Resen.

Validasi Di sepanjang Pulau Sumatra terdapat sesar Samangko dan


masih aktif sampai sekarang. Di sekitar sesar terbentuk
cekungan Pull Apart Basin, sebagai contoh Danau
Singkarak.

Usage Cekungan migas dan potensi geothermal.


2. Natuna

Problem Tatanan Tektonik Natuna

Metode Analisis dari data sekunder yaitu paper dengan judul


“FASIES PENGENDAPAN BATUPASIR FORMASI ARANG
BAGIAN TENGAH DI LAPANGAN ‘LP’ CEKUNGAN
NATUNA BARAT”

Data Data paper

Hasil
Cekungan Natuna Barat adalah cekungan sedimen kontinen tersier
yang memiliki trend barat laut-tenggara. Cekungan ini dibatasi
oleh Paparan Sunda di sebelah tenggara dan dibatasi oleh Khorat
Swell di sebelah barat laut. Kumpulan dari graben dan half graben
menyusun Cekungan Natuna Barat adalah seperti Bawal Graben,
NB Trough, dan KB Graben sementara tinggian yang melintang
membagi cekungan dibagi beberapa sub-cekungan yang memiliki
Trend barat laut-tenggara, yakni Tenggol Arch, Bukit High, Cumi-
cumi Ridge.

Validasi Keterdapatan struktur berupa sesar yang mengakibatkan


adanya kumpulan graben sehingga membentuk cekungan.

Usage Reservoir gas

3. Jawa dan Laut Jawa


Problem Tatanan tektonik Pulau Jawa dan Laut Jawa

Metode Studi literatur dari pape “PENGARUH TEKTONIK


REGIONAL TERHADAP POLA STRUKTUR DAN
TEKTONIK PULAU JAWA THE EFFECT OF REGIONAL
TECTONICS TO THE STRUCTURAL PATTERN AND
TECTONICS OF JAVA ISLAND”

Data Data sekunder

Hasil Fisiografi Laut Jawa dicirikan oleh pola kelurusan morfologi


dan struktur berarah timurlaut-baratdaya, dan terdapat
struktur berarah utara-selatan yang ditunjukkan oleh adanya
sesar mendatar menganan di Selat Sunda, antara Jawa dan
Sumatera. Arah ini diduga berasal dari fenomena pada
kerak benua, dan pembentukannya mungkin berkaitan
dengan penekukan arah tektonik utama di Sumatera ke
sumbu Pulau Jawa, sehingga umurnya diduga lebih tua dari
arah struktur yang pertama. Mulai Eosen Awal hingga
Miosen Awal terjadi pemekaran Selat Makassar sebagai
akibat mendekatnya kerak benua Australia. Peristiwa ini
menyebabkan berkurangnya laju gerakan lempeng Indo-
Australia sehingga terjadi perubahan arah pola struktur /
tektonik di Jawa dari baratdaya-timurlaut pada Paleogen,
menjadi berarah barat-timur pada Neogen.

Validasi Adanya pola struktur dan tektonik dengan arah barat-timur


paling menonjol, seperti pada lajur sesar Baribis – Kendeng
yang menerus sampai di utara Flores. Selain itu sesar-sesar
naik yang berukuran lebih kecil, maupun lajur lipatan, misal
di Rembang, yang melibatkan batuan-batuan Neogen juga
dijumpai di lapangan. Ini menunjukkan
bahwa tektonik Neogen mempunyai pengaruh dominan
terhadap fisiografi pulau Jawa.

Usage Banyak potensi tambang di daerah volkanik.

4. Kalimantan
Problem Tatanan Tektonik pulau Kalimantan

Metode Metode yang dipakai adalah dengan studi literatur dari


paper SUMMARY OF TECTONIC DEVELOPMENT
KALIMANTAN AND ADJACENT AREAS

Data Data sekunder

Hasil Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil


(Kapur Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi
baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatra, dan
semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland.
Ofiolit dan sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam
ditemukan di Pegunungan Meratus, yang diperkirakan berasal dari
subduksi Mesozoikum.
Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan terdapat sediment laut
dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit dan unit
lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter dan
Supriatna (1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar
bersifat granitik berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan
Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi
berumur Jura-Kapur. Di wilayah sekitar SCS (Laut Cina
Selatan) pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang
Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti,
sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya
pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op
cit., Van de Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di
Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van de Weerd dan Armin,
1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman
terjadi pada sebagian awal Miosen tengah (Harland et al.,
1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).

Validasi ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur tektonik


Kelompok Rajang di Serawak

Usage Banyak terdapat potensi mineral resources

H. M. S. HARTONO. 1993. SUMMARY OF TECTONIC


DEVELOPMENT KALIMANTAN AND ADJACENT AREAS.
Geological Research and Development Center (GRDC)
Jalan Diponegoro 57, Bandung, Indonesia
5. Sulawesi sea

Problem Tatanan tektonik Laut Sulawesi

Metode Studi literatur dari paper dengan judul


PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK LAUT
MALUKU, KEPULAUAN BANGGAI –SULA DAN LAJUR
OFIOLIT SULAWESI TIMUR

Data Data Sekunder dari paper

Hasil Zona tumbukan Laut Maluku memiliki kesatangkupan


struktur yang menonjol. Punggungan Mayu – Talaud
adalah bagian dari punggungan besar yang
terdeformasi dan terdiri atas batuan sedimen klastik.
Punggungan tersebut di bagian sisi timur maupun
baratnya dibatasi oleh palung yang juga
ditandai oleh adanya kontak sesar naik terhadap
bagian depan kedua busur. Diduga tunjaman ke barat di
bawah Kepulauan Sangihe aktif lebih lama dibanding
tunjaman ke arah timur di bawah Halmahera. Hal ini
didasarkan bahwa zona Benioff di Sangihe lebih
dalam dibanding yang di bawah Halmahera,
meskipun ini juga dapat mencerminkan bahwa laju
penunjaman di bawah Sangihe lebih cepat. Proses
akrasi kedua kompleks tunjaman ditafsirkan berhenti
ketika keduanya mulai bertumbukan. Selanjutnya,
proses konvergensi tersebut mengakibatkan zona
tumbukan terangkat dan terjadi penebalan di zona
ini, disertai pelipatan dan pensesar-naikan.

Validasi Terbentuknya jalur ofiolit yang dijumpai di Pulau Mayu,


Pulau Talaud dan Pulau Tifore, berupa batuan sedimen
Tersier yang terdeformasi, serta bancuh yang
mengandung bongkah-bongkah aneka ragam batuan,
seperti peridotit, serpentinit, gabro, serta batuan
gunungapI dan sedimen Tersier dalam matriks yang
tergeruskan

Usage Terdapatnya batuan peridotit serpentinit yang dapat


menjadi mineral resource

Bambang Hermanto. 2014. PERKEMBANGAN


KERANGKA TEKTONIK LAUT MALUKU, KEPULAUAN
BANGGAI – SULA DAN LAJUR OFIOLIT SULAWESI
TIMUR. Geological Research and Development Center
(GRDC)
Jalan Diponegoro 57, Bandung, Indonesia

6. Selat Makassar
Problem Tatanan tektonik Selat Makassar

Metode Metode Studi Literatur dari paper TINJAUAN


GEOTEKNIK SELAT MAKASSAR UTARA IMPLIKASINYA
TERHADAP POTENSI HIDROKARBON LAUT DALAM
CEKUNGAN KUTAI KALIMANTAN UTARA

Data Data Sekunder

Hasil Selat Makassar diakibatkan oleh adanya tarikan pada


kerak yang berkembang ke arah baratdaya dari pusat
pemekaran di Laut Sulawesi. Setelah awal tarikan pada
selat Makassar, permukaan horst dan grabben pada
fase awal Eosen tertutupi diatasnya oleh sedimen dari
hasil penurunan cekungan selama Oligosen sampai
Miosen. Pada Plio-pleistosen di Selat Makassar terjadi
perubahan dari tektonik tarikan menjadi kompressi.

Validasi Terbentuk antiklin toe-thrust yang memiliki


perkembangan yang bervariasi.

Usage Terdapatnya hydrocarbon play pada laut-dalam purba


yang berpengaruh terhadap pengendapan batuan
reservoir dan batuan induk, sejarah penurunan
cekungan dan tentunya tipe pematangan batuan induk,
jalur migrasi dan pada puncaknya adalah dihasilkannya
perangkap lapangan migas dari struktur Toe-thrust.

Wiyaya, H dan Kusnida. 2009. TINJAUAN GEOTEKNIK


SELAT MAKASSAR UTARA IMPLIKASINYA TERHADAP
POTENSI HIDROKARBON LAUT DALAM CEKUNGAN
KUTAI KALIMANTAN UTARA. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung INdonesia.

7. Banda Arc & Timor


Problem Banda Orogeny

Metode Studi Literatur

Data Sekunder

Hasil Banda Orogeny terletak di selatan Banda Arc diantara


Sumba dan Tanimbar yang merupakan kolisi utara
Australian continent dengan subduction system disepanjang
bagian selatan Banda. Banda Orogeny juga mempengaruhi
Sulawesi dan sekitarnya karena Tethyan type convergence
yang diiringi sesar geser Palu-Koro Fault System, yang
mempengaruhi perkebangan barisan pegunungan di
Sulawesi. Peristiwa uplift yang terjadi di Neogene, seperti
Miocene, Pliocene and Pleistocene memiliki endapan
forearc sediments yang menunjukkan pengendapan
mendangkal ke atas dari bathyal facies ke shallow water
deposits hingga Pleistocene coral reefs. Peristiwa kolisi
antara Australian margin dan Banda Arc subduction system
muncul di East Timor pada bagian depan atau muka busur.

Validasi Struktur kolisi dapat dijumpai di Timor. Pada batuan


sedimen berumur Permian hingga Pliocene dari bagian
Australian yang terlipat, thrust dan imbri-
cated. The Australian sediments mengalami thrust
dibawah ophiolite slab yang berikutnya tertindih meta-
morphic sole, mencerminkan trace kolisi dari Benioff
zone, ketinggian uplifted saat ini lebih dari 3000 m
diatas permukaan laut di Timor.

Usage Oil and gas (Timor Basin)

Simandjuntak, T. O., & Barber, A. J. (1996). Contrasting


tectonic styles in the Neogene orogenic belts of
Indonesia. Geological Society, London, Special
Publications, 106(1), 185–201. doi:
10.1144/gsl.sp.1996.106.01.12
8. Sulawesi Barat

Problem Evolusi tatanan tektonik Sulawesi Barat

Metode Studi literatur dari paper dengan judul Aktifitas Tektonik di


Sulawesi dan Sekitarnya Sejak Mesozoikum Hingga Kini
Sebagai Akibat Interaksi Aktifitas Tektonik Lempeng
Tektonik Utama di Sekitarnya.

Data Data sekunder berdasarkan membaca penjelasan paper.

Hasil Berdasarkan data isotope Rb-Sr, Nd-Sm, dan U-Pb, dan


data geokimia unsur utama dan unsur jarang, batuan induk
dari batuan beku Miosen adalah himpunan kerak dan
mantel litosfir berumur Proterozoik Akhir sampai
Paleozoik Awal yang terpanaskan dan meleleh karena
tumbukan benua–benua, dimana kerak benua yang
berasal dari Lempeng Australia–Nugini tertunjamkan
dibawah ujung timur Daratan Sunda (Bergman drr., 1996).
Busur magmatik
Sulawesi Barat yang berumur Miosen Akhir dianggap
sebagai hasil tumbukan benua – benua , berbeda dengan
model sebelumnya yang menyatakan busur tersebut
terkait dengan tumbukan kerak samudera dengan
benua, atau samudera dengan samudera. (rezim kompresi)

Validasi Dari rezim kompresi ditunjukan dengan bukti adanya sesar


naik dan perlipatan Kalosi dan Majene berumur Miosen.

Usage Zona mineralisasi dan potensi geothermal

Zakaria Z; Sidarto. 2015. Aktifitas Tektonik di Sulawesi dan


Sekitarnya Sejak Mesozoikum Hingga Kini
Sebagai Akibat Interaksi Aktifitas Tektonik Lempeng
Tektonik Utama di Sekitarnya. J.G.S.M vol 16 hal 115-127

9. Sulawesi Timur

Problem Proses evolusi tektonik sulawesi timur dari bukti batuan


yang ditemukan sekarang

Metode Studi literatur dari paper dengan judul Aktifitas Tektonik di


Sulawesi dan Sekitarnya Sejak Mesozoikum Hingga Kini
Sebagai Akibat Interaksi Aktifitas Tektonik Lempeng
Tektonik Utama di Sekitarnya.

Data Data sekunder berdasarkan membaca penjelasan paper.

Hasil Sulawesi Timur terdiri atas tiga kelompok besar


batuan, yaitu batuan yang berasal dari kerak Samudera
Pasifik, kepingan benua yang berasal dari Benua
Australia-Hindia yang terdiri atas Kepingan Benua
Banggai - Sula, dan Kepingan Sulawesi Tenggara dan
Molasa Sulawesi yang terdiri atas batuan sedimen
klastik dan karbonat, terendapkan selama akhir dan
sesudah tumbukan, sehingga molasa ini menindih
takselaras kedua kelompok besar tersebut di atas
menutupi kedua kelompok besar itu.
Tektonika Sulawesi Timur dapat diuraikan menjadi
dua bagian, yaitu Sulawesi Timur bagian utara (Daerah
Banggai-Sula), dan Sulawesi Timur bagian selatan
(Daerah Kendari, Muna dan Buton).
Menurut Surono drr. (1997, dalam Surono 2010)
terdapat tiga periode tektonik yang terjadi di Lengan
Tenggara Sulawesi, yaitu: periode pra tumbukan yang
terekam dalam runtunan stratigrafi dan sedimentologi
Trias – Oligosen Awal dari kepingan Benua Sulawesi
Tenggara; periode tumbukan, yang terinditifikasi dari
kepingan benua dan Ofiolit dari Lajur Ofiolit Sulawesi
Timur; dan periode pasca tumbukan yang terekam
dalam runtunan Molasa Sulawesi.

Validasi Pada proses tumbukan yang terjadi beberapa tahap pada


sulawesi timur khususnya di lengan bagian tenggara
sulawesi menghasilkan validasi berupa struktur-struktur
geologi sebagai berikut :
Periode Tumbukan
Pada periode ini terjadi tumbukan antara kepingan
benua dan ofiolit yang menyebabkan terbentuknya
sesar naik, struktur imbrikasi dan lipatan
Periode Pasca Tumbukan
Periode ini menghasilkan struktur utama berupa sesar
geser mengiris yaitu sesar Metarombeo,
sistim sesar Lawanopo yang berarah baratlaut –
tenggara yang berasosiasi dengan batuan campur aduk
Toreo. Sesar Konaweha yang mengiris batuan
sepanjang Sungai Konaweha dan memanjang sekitar 50
km. Sesar ini mengiris endapan alluvial di Dataran
Wawatooli yang mengindikasikan sesar ini masih aktif
. Sesar Kolaka memanjang sekitar 250 km
dari pantai barat Teluk Bone sampai Ujung Selatan.

Usage Zona mineralisasi dan potensi geothermal

Zakaria Z; Sidarto. 2015. Aktifitas Tektonik di Sulawesi dan


Sekitarnya Sejak Mesozoikum Hingga Kini
Sebagai Akibat Interaksi Aktifitas Tektonik Lempeng
Tektonik Utama di Sekitarnya. J.G.S.M vol 16 hal 115-127

10. Halmahera
Problem Double collision pada laut molluca berkaitan dengan talaud
orogeny

Metode Studi literatur dari paper dengan judul Neogene tectonics


and orogenesis of Indonesia

Data Data sekunder dari sumber paper

Hasil Pulau Halmahera merupakan pulau yang terletak di antara


tiga microplate sekaligus yaitu australia, eurasia dan pasifik.
Bagian barat pada pulau halmahera tersusun atas busur
volkanik sedangkan bagian timur halmahera tersusun atas
ophiloite sequence dan sedimen. Laut molluca merupakan
laut yang memisahkan antara pulau halmahera dengan
pulau sulawesi, Pada laut molluca terjadi aktifitas tumbukan
lempeng microcontinent yang menyebabkan terjadi kolisi
sehingga membentuk ridge memanjang ke arah utara
hingga talaud-trifore ridge berupa flower structure. Ridge
tersebut juga menerus hingga philipines strike slip fault.

Validasi Terbentuknya Talaud-trifore ridge dan philipunes fault

Usage Pada jalaur orogenesa talaud dimungkinkan terdapat


zona mineralisasi.

Simandjuntak T.O. 1992. Neogene Tectonics and


Orogenesis of Indonesia. Geological Research and
Development Center (GRDC)
Jalan Diponegoro 57, Bandung, Indonesia

11. Papua Melanesia

Problem Orogenesa di Papua

Metode Studi literatur

Data Data sekunder

Hasil Orogenesa di Irian Jaya dan Papua Nugini serta Sahul


Platform yang disebabkan oleh perkembangan dari
menipisnya lempeng tektonik, menyebabkan terjadinya
lipatan di Central Irian Jaya dan Thrust Belt yang
membentuk Central Irian Jaya Mountain Ranges. Tektonik
konvergen Miosen di Irian Jaya dan Papua Nugini ditandai
dengan south-dipping Benioff zone dimana Lempeng Pasifik
menunjam ke bawah bagian utara Kontinen Australian. Saat
late stage penghancuran kerak subduksi, dan kolisi
sehingga sekuen kontinen mengalami thrusted hingga
basement dari craton mengalami thin-skinned tectonics.
Periode thrust
tectonics ini disebut Melanesian Orogeny. Penipisan kerak
mengakibatkan uplifting pada Central Irian Jaya Fold and
Thrust Belt hingga ke timur Papua New Guinea. Saat ini
dipermukaan zona konvergen tersebut dinamai Asmat
Thrust. Sesar naik tersebut menghubungkan Southern
Plains, Central Fold, dan Thrust Belt Irian Jaya. Melanesian
Orogeny menghasilkan oblique tectonic convergence di Irian
Jaya pada Late Tertiary. Di utara New Guinea terdapat
strike-slip fault system berarah barat-timur, yang disebut
New Guinea Megashear hingga ke Sorong Fault System
Maluku dan membentuk banyak pull apart basin.

Validasi The uplifting of the Central Irian Jaya Mountain


Ranges to nearly 6,000 m above sea level

Usage Mineral deposits, oil and gas basin

Simandjuntak T.O. 1992. Neogene Tectonics and


Orogenesis of Indonesia. Geological Research and
Development Center (GRDC)
Jalan Diponegoro 57, Bandung, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai