Bagus Ferdiandi
Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia
E-mail: bagusferdiandi@gmail.com
Abstrak
Daerah Avanza menunjukkan adanya potensi panas bumi yang diindikasikan oleh adanya
manifestasi berupa mata air panas berdasarkan survey geologi dan geokimia. Penelitian lebih
lanjut dilakukan dengan menggunakan metode gayaberat untuk membuktikan adanya struktur
permukaan bawah tanah yang mengontrol sistem panasbumi. Anomali Bouguer yang didapat
dari pengolahan data mentah gayaberat kemudian dilakukan proses filtering menggunakan
Butterworth filter untuk memisahkan anomali regional, anomali residual dan noise. Penyelidikan
ini dilakukan menggunakan dua metode lanjutan yaitu Euler Deconvolution (ED), serta analisis
Second Vertical Derivative (SVD) untuk menginterpretasikan kondisi bawah permukaan yang
dapat menjelaskan letak, kedalaman dan jenis struktur patahan. Metode ED digunakan untuk
mengindikasikan adanya struktur patahan dibawah permukaan yang tidak ditemukan dalam
pemetaan geologi yang telah dilakukan, dan mengetahui kedalaman dari benda anomali bawah
permukaan. Metode SVD dilakukan untuk menentukan jenis suatu struktur patahan yang diduga
sebagai jalan bagi fluida hidrotermal untuk keluar.
Kata kunci : Metode gaya berat, Butterworth filter, noise, Euler Deconvolution (ED) dan Second Vertical Derivative
(SVD)
Daerah panasbumi Avanza, memiliki kondisi kelistrikan yang kurang bagus, sehingga
aliran listrik sering terganggu. Oleh karena itu diperlukan suatu penyelidikan yang diharapkan
akan bermanfaat bagi pengembangan daerah ini terutama di sektor energi sehingga
mempercepat peningkatan ekonomi daerah. Penyelidikan metoda gayaberat dilakukan untuk
mengetahui variasi densitas batuan bawah permukaan. Adapun tujuannya untuk mendeteksi
adanya struktur basement dan sesar yang mempunyai kaitan dengan manifestasi panas bumi di
daerah penelitian.
Manifestasi panasbumi daerah penyelidikan dikontrol oleh keberadaan struktur geologi
yang ada. Dari analisis peta Digital Elevation Mode (DEM), ditunjukkan bahwa struktur geologi
di daerah penyelidikan didominasi oleh struktur-struktur berarah relatif baratlaut-tenggara dan
baratdaya-timurlaut, diperkirakan struktur inilah yang memfasilitasi keluarnya sejumlah mata
air panas yang ada di daerah penelitian. Sehingga untuk memastikan keberadaan struktur yang
berada dibawah permukaan daerah penyelidikan, metode gayaberat perlu untuk di lakukan.
Metode ini diharapkan dapat menunjukkan struktur geologi seperti sesar, struktur depresi,
intrusi, dimana dalam prospek panas bumi, keberadaan struktur-struktur geologi sangat berperan
dalam mengontrol terbentuknya sistem panas bumi.
Untuk menginterpretasikan hasil pengolahan data kondisi bawah permukaan yang baik,
maka dilakukan pengolahan lanjutan dengan penerapan beberapa metode. Dalam penelitian ini
digunakan dua metode analisis lanjutan yaitu metode Euler Deconvolution (ED) dan metode
Second Vertical Derivative (SVD). Selanjutnya hasil analisis metode Euler Deconvolution (ED)
dan Second Vertical Derivative (SVD) diharapkan dapat mengetahui batas-batas daerah anomali
dan kedalaman anomali serta keberadaan patahannya. Sehingga dengan penerapan metode Euler
Deconvolution (ED) dan Second Vertical Derivative (SVD) dapat membantu pada proses
interpretasi batas-batas daerah anomali dan kedalaman anomali serta keberadaan patahan yang
ada dibawah permukaan daerah penyelidikan, tentunya berguna dalam eksplorasi panas bumi.
Secara umum Euler Deconvolution (ED) diterapkan untuk menggambarkan adanya indikasi
struktur patahan dibawah permukaan yang mungkin tidak ditemukan dalam pemetaan geologi,
dan untuk mengetahui kedalaman dari benda anomali bawah permukaan. Sedangkan, Second
Vertical Derivative (SVD) digunakan untuk menentukan jenis suatu struktur patahan pada
daerah anomali.
Setelah data hasil pengukuran dikoreksi maka akan didapatkan CBA yaitu nilai
gravitasi yang disebabkan oleh adanya pengaruh massa dibawah permukaan bumi.
Analisis Spektrum
Euler Deconvolution
Euler Deconvolution adalah suatu metode untuk menghasilkan suatu peta yang
menampilkan lokasi dan kedalaman sumber anomali dari sebuah medan potensial.
⎛ ∂G ⎞ ⎛ ∂G ⎞ ⎛ ∂G ⎞
(x - xo) ⎜ ⎟ + (y - yo) ⎜⎜ ⎟⎟ + (z - zo) ⎜ ⎟ = N (B - G)
⎝ ∂x ⎠ ⎝ ∂y ⎠ ⎝ ∂z ⎠
dimana, (xo,yo,zo) = posisi sumber medan gayaberat yang terdeteksi pada posisi (x,y,z)
N = struktur indeks (SI)
B = nilai anomali regional
G = nilai gayaberat observasi
⎛ ∂ 2 g ⎞ ⎛ ∂ 2 g ⎞
⎜⎜ 2 ⎟⎟ > ⎜⎜ 2 ⎟⎟
⎝ ∂z ⎠maks ⎝ ∂z ⎠ min
Dan sebaliknya, jenis patahan yang terdeteksi adalah patahan naik
⎛ ∂ 2 g ⎞ ⎛ ∂ 2 g ⎞
⎜⎜ 2 ⎟⎟ < ⎜⎜ 2 ⎟⎟
⎝ ∂z ⎠maks ⎝ ∂z ⎠ min
INTERPRETASI
TERPADU
Koreksi terhadap data hasil pengukuran dilakukan terlebih dahulu sebelum diolah ke
tahapan lanjut. Koreksi-koreksi tersebut meliputi koreksi pasang surut, koreksi lintang, koreksi
udara bebas (free air), koreksi Bouguer dan koreksi kelerengan (terrain). Hasil dari tahapan
koreksi tersebut adalah peta anomali Bouguer, seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Nilai
anomali Bouguer bervariasi antara -68 mgal hingga -4 mgal. Secara umum zona anomali tinggi
mengarah ke selatan. Sementara, zona anomali rendah mengarah ke utara. Posisi manifestasi
mata air panas Cepeng 1 dan Cepeng 2 terletak diantara struktur terusan dari utara ke selatan
zona anomali tinggi. Distribusi struktur patahan (fault) lebih rapat di zona anomali tinggi
dibanding zona anomali rendah. Lokasi kerapatan struktur patahan tertinggi terlihat di selatan
darimana terusan struktur patahan antara dua manifestasi mata air panas Cepeng 1 dan Cepeng 2.
a.) b)
Gambar 4. Proses filtering data dengan menggunakan Butterworth filter, a) penentuan batas anomali
regional, dan b) penentuan batas anomaly residual.
Gambar 4 menunjukkan proses filtering data dengan menggunakan butterworth filter. Pada
proses butterworth filter fungsi filter ini dipengaruhi juga oleh derajat filter. Dalam pengolahan
ini derajat filter yang digunakan adalah 8. Umumnya derajat filter akan mempengaruhi hasil data
⎛ ∂ 2 g ⎞ ⎛ ∂ 2 g ⎞
⎜⎜ 2 ⎟⎟ > ⎜⎜ 2 ⎟⎟
⎝ ∂z ⎠ maks ⎝ ∂z ⎠ min
Dan sebaliknya, jenis patahan yang terdeteksi adalah patahan naik.
⎛ ∂ 2 g ⎞ ⎛ ∂ 2 g ⎞
⎜⎜ 2 ⎟⎟ < ⎜⎜ 2 ⎟⎟
⎝ ∂z ⎠ maks ⎝ ∂z ⎠ min
⎛ ∂ 2 g ⎞ ⎛ ∂ 2 g ⎞
⎜⎜ 2 ⎟⎟ > ⎜⎜ 2 ⎟⎟
⎝ ∂z ⎠ maks ⎝ ∂z ⎠ min
Dan sebaliknya, jenis patahan yang terdeteksi adalah patahan naik.
⎛ ∂ 2 g ⎞ ⎛ ∂ 2 g ⎞
⎜⎜ 2 ⎟⎟ < ⎜⎜ 2 ⎟⎟
⎝ ∂z ⎠ maks ⎝ ∂z ⎠ min
Maka dari itu, profile slice 1 SVD menunjukkan patahan naik, untuk profile slice 2,3,4, dan 5
menunjukkan patahan normal.
Daftar Pustaka
Bakrun., Soetoyo., Kusnadi, D., Hermawan, D., (2009), Penyelidikan Terpadu Geologi,
Geokimia dan Geofisika Daerah Panas Bumi Bittuang, Kabupaten Tana Toraja,
Sulawesi Selatan, Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi
Tahun 2009
Blakely, R.J., 1995, Potential Theory in Gravity & Magnetic application, Cambridge
University Press.
Bull. Geol. Res. and Dev. Centre, no. 7, Bandung.Soetoyo., Kasbani., Hermawan, D., (2009),
Penyelidikan Geologi Daerah Panas Bumi Bittuang, Kabupaten Tana Toraja,
Sulawesi Selatan, Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi
Tahun 2009
Kusuma, D, S., Bugis, Z., (2009), Penyelidikan Gayaberat di Daerah Panas Bumi Bittuang,
Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan
Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Mark, Y., Harsanto, T.A., Firdaus, F., Saputra, R. I., Noor, T,. Zarkasyi, A., and Supriyanto,
(2014), Euler Deconvolution and Second Vertical Derivative (SVD) Analysis
Gravity Data to Identification of Geothermal Subsurface Structures of Banda Baru
Region, Proceedings Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition
Musselmen, C. and Nancy. (2005). Montaj Magmap Filtering : 2-D Frequency domain
Processing of Potential Field Data Extension for Oasis montaj v6.1.Geosoft Inc,
Canada.
Ratman, N & Atmawinata, S., 1993. Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Skala
1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Reid, A. B., Allsop, H., Granser, A. J., Millett, and I. W. Somerton, (1990), Magnetic
interpretation in three dimensions using Euler deconvolution, Geophysics 55, 1,
80-91.
Rosid, Syamsu, 2005, Gravity Method in Exploration Geophysics, Lecture Notes, Geophysics
Program studi Department of Physics, University of Indonesia
Van Leeuwen, T.M. Taylor, R., Coote, A., Longstaffe, F.J., 1994, Porphyry molybdenum
mineralization in an continental collision setting at Malala, northwest Sulawesi,
Indonesia, Journal of Geochemical Exploration, Vol. 50, Elsevier, Amsterdam.
Whitehead, N., 2005, TUTORIAL and USER GUIDE, montaj Grav/Mag Interpretation,
Geosoft Incorporate