Anda di halaman 1dari 18

STRUKTUR GEOLOGI LAUT FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR

GEOLOGICAL STRUCTURES OF FLORES SEA, EAST NUSA TENGGARA

Riza Rahardiawan dan Catur Purwanto

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. DR. Junjunan No. 236, Bandung-40174
E-mail : catur@mgi.esdm.go.id

Diterima : 12-05-2014, Disetujui : 07-11-2014

ABSTRAK

Tujuan penelitian seismik saluran banyak di Laut Flores, Nusa Tenggara Timur adalah untuk mengetahui kondisi
geologi bawah permukaan dasar laut. Daerah penelitian merupakan daerah yang aktif secara tektonik dan diekspresikan
dalam bentuk prisma akresi, vulkanik tidak aktif dan sesar-sesar aktif yang membentuk morfologi dasar laut.
Berdasarkan penafsiran stratigrafi seismik lapisan bawah permukaan dasar laut terdiri dari empat satuan batuan: Batuan
Dasar, Prisma Akresi, Gunungapi Bawah Laut, dan Sedimen Klastika. Sedimen Klastika ini dibagi menjadi lima unit.

Kata kunci : seismik, morfologi dasar laut, sesar aktif, Laut Flores

ABSTRACT

The purpose of the study of seismic multi channel in Flores Sea, East Nusa Tenggara is to recognize subsurface
geology condition. The study area is an active tectonic that expressed by accretion prisms, inactive vulcanic and active
faults form seabed morphology. Based on seismic stratigraphy interpretation, the study area is composed of four rocks
units: Basement rocks, Accretionary Wedge, Seamount, and Clastic Sediments. This clactic sediment is divided into five
units
Keywords : seismic, seabed morphology, active fault, Flores Sea

PENDAHULUAN arah umum utara-selatan dan barat-timur


Lokasi penelitian secara administratif (Gambar 2).
termasuk ke dalam Provinsi Nusa Tenggara Kedalaman laut di daerah penelitian
Timur, secara geografis terletak pada antara 300 meter dan 5500 meter.
koordinat 6000080000 Lintang Selatan Kedalaman sekitar 300 meter terdapat di
dan 12130001230000 Bujur Timur. bagian tengah survei dan daerah paling
Dalam indeks pemetaan bersistem daerah dalam (5500 meter) terdapat di bagian
penelitian termasuk Lembar Peta 2208 dan selatan. Di bagian tengah daerah survei
2209, Laut Flores (Gambar 1). Pada tahun terdapat pulau-pulau kecil dengan kedalaman
2012 Pusat Penelitian dan Pengembangan 800 meter. Morfologi dasar laut di daerah
Geologi Kelautan dengan menggunakan Kapal tenggara curam dan bergelombang,
Riset Geomarin III telah melakukan pemetaan kemungkinan besar dikontrol oleh struktur
geologi dan geofisika di daerah ini (Purwanto, geologi (Gambar 3).
2012). Menurut Darman dan Sidi (2000),
Maksud penulisan makalah ini adalah Kepulauan Indonesia terbentuk dari interaksi
melakukan penafsiran data seismik. Tujuannya tiga lempeng utama, yaitu Indo- Australia,
untuk mengetahui kondisi bawah permukaan Eurasia, dan Lempeng Pasifik (Gambar 4).
dasar laut dan pemahaman geologi kawasan Interaksi tiga lempeng tektonik utama ini
penelitian. menciptakan kompleks tektonik terutama di
Lintasan seismik dilakukan bersamaan batas lempeng yang terletak di Indonesia Timur.
dengan pelaksanaan pemeruman, sebanyak Kepulauan Nusa Tenggara terbentuk sebagai
20 lintasan dengan panjang sekitar 1971 km akibat dari subduksi Lempeng Indo-Australia di
dengan bawah Busur Sunda-Banda

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 165


Volume 12, No. 3, Desember 2014
P. Sulawesi

P. Flores
P. Timor

Gambar 1. Lokasi daerah penelitian

Gambar 2.Lintasan seismik, pemeruman, dan


lintasan terpilih untuk interpretasi seismik

166 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 3, Desember 2014
Gambar 3. Peta Batimetri daerah penelitian

selama Tersier Atas dimana subduksi ini Alor dan Wetar, setelah semua kerak
membentuk busur vulkanik dalam. samudera masuk ke zona subduksi.
Batuan vulkanik pada Busur-Dalam Banda Ukuran pulau-pulau dari jajaran
dari Kepulauan Nusa Tenggara terdapat batuan gunungapi ini secara bertahap semakin kecil
tertua berumur Miosen Awal yang ditemukan ke arah timur dari Jawa terus ke Bali, Lombok,
150 km di atas zona miring gempa. Zona Sumbawa, Flores, Wetar ke Banda. Penurunan
Benioff yang sangat aktif dibuat oleh Hatherton ini terlihat di sebelah timur Pulau Wetar yang
dan Dickinson (1969) dan diperbarui oleh kemungkinan mencerminkan jumlah kerak
Hamilton (1978). Kegempaan di bagian Jawa samudera masuk ke dalam zona subduksi.
meluas hingga kedalaman maksimum 600 km. Hal ini menyiratkan gerakan dip-slip ke arah
Hal ini menunjukkan subduksi kerak sub-ocean barat Pulau Wetar dan strike-slip ke arah
milik Lempeng Australia atau Papua Nugini di timur. Kemungkinan lain bahwa busur
bawah Busur Banda dan penghentian vulkanik sebelah timur Pulau Wetar berumur
vulkanisme pada Pliosen Awal. Tektonik ini lebih muda dan busur vulkanik awal
berlawanan dengan Timor yang menunjukkan bertumbukan dengan tepi benua Australia.
tabrakan Timor dengan

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 167


Volume 12, No. 3, Desember 2014
Gambar 4. Seting tektonik masa kini menunjukkan kerangka mega tektonik (Darman dan Sidi, 2000)

Gambar 5. Satuan Tektono-Struktural Kepulauan Sunda Kecil (Rangin and Silver, 1990)

168 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 3, Desember 2014
Menurut Rangin dan Silver (1990), 1. Batuan Dasar
Kepulauan Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi Batuan dasar pembentuk paparan
enam satuan tektono-struktural dari utara ke mikro-kontinen Buton-Tukang Besi, bagian
selatan, yaitu: Satuan Busur Belakang yang atasnya dicirikan bentuk morfologi
terdiri atas Cekungan Busur Belakang dan bergelombang. Sedangkan pola dan
Canggaan Belakang Flores; Satuan Busur internal reflektor beramplitudo sangat
Vulkanik yang dibentuk oleh serangkaian pulau kuat (tinggi), bergelombang dan tidak
vulkanik yang terdiri dari Bali, Lombok, menerus. Bagian bawahnya dicirikan oleh
Sumbawa, Komodo, Rinca, Flores, Adonora, pola dan internal reflektor beramplitudo
Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan sedang hingga lemah dan transparan
Wetar; Satuan Busur Luar yang dibentuk oleh (Gambar 6 dan 7)
pulau bukan vulkanik yaitu Dana, Raijua, Sawu,
Roti, Semau dan Timor. Satuan Busur Muka 2. Prisma Akresi (Accretionary Wedge)
yang terletak di antara Satuan Busur Vulkanik
Kompleks batuan ini dicirikan oleh
dan Satuan Busur Luar yang merupakan
bentuk morfologi bergelombang sebagian
Cekungan Busur Muka yaitu Cekungan Lombok
telah terpancung, dengan pola dan
dan Cekungan Savu (Gambar 5).
internal reflektor beramplitudo sangat
kuat (tinggi), bergelombang dan tidak
METODE menerus. Bagian bawahnya dicirikan oleh
Dalam penelitian ini digunakan metode pola dan internal reflektor beramplitudo
penentuan posisi, pemeruman, dan seismik sedang hingga lemah yang beraturan
saluran banyak. Sistem penentuan posisi dan transparan. Pada bagian atas,
kapal menggunakan C-NAV sedangkan terlihat bahwa kompleks batuan telah
pemeruman menggunakan Echosounder terdeformasi kuat (intensitas
3,5 KHz SyQuest 2010P. Akuisisi seismik rekahan/sesar) dengan bagian atasnya
saluran banyak menggunakan digital sebagian telah ditutupi oleh endapan
streamer tipe Sercel sepanjang 600 m, turbidit dan slump.
seismik 60 saluran, airgun array dengan Banyaknya endapan slump sekitar lereng
power 400 cu in dengan interval ledakan prisma akresi, tipis atau tidak adanya
12,5 detik, atau mewakili interval ledakan endapan turbidit di atas prisma akresi, dan
setiap 25 m kapal berjalan pada kecepatan adanya imbrikasi sesar naik (imbrication
4 knot, near offset 100 m, kedalaman thrust zone). Hal ini berasosiasi dengan
streamer 6 m dan airgun 4m. pembentukan prisma akresi (Gambar 8 dan
Secara umum interpretasi dan analisis 9) yang menunjukkan bahwa Komplek Prisma
data rekaman seismik saluran banyak Akresi masih aktif untuk membangun
dilakukan endapan yang lebih luas di bagian barat.
TM Sedangkan penyempitan luas prisma akresi
memanfaatkan perangkat lunak ProMax ,
meliputi pengamatan kecepatan gelombang arah timur diperkirakan terjadi akibat adanya
dan besaran amplitudo. Analisis secara visual tumbukan (collision) tubuh gunungapi bawah
dan memanfaatkan perangkat lunak laut (seamount) yang akhirnya menyebabkan
CorelDraw5 dan Petrel-2010 meliputi pelengkungan prisma akresi dan menipisnya
pengamatan terhadap penerusan reflektor prisma akresi ke bagian selatan. Umur
dan kontras perubahan sifat-sifat bidang endapan akresi ini diperkirakan terbentuk
refleksi disamping struktur geologi. Kala Plio-Pleistosen hingga Resen, yaitu
setelah terjadinya pembalikan busur (arc
HASIL DAN reversal polarity) Kala Pliosen.
PEMBAHASAN Seismik
Stratigraf 3. Batuan Gunungapi Bawah Laut
Analisis dan interpretasi rekaman seismik Kompleks batuan ini tersingkap di atas dasar
didasarkan pada parameter seismik, yang laut, yang dicirikan oleh bentuk morfologi tinggian
meliputi batas runtunan, konfigurasi refleksi dan sebagian telah tererosi. Bagian atasnya memiliki
bentuk eksternal (Mitchum, 1977). Untuk internal reflektor beramplitudo kuat sampai
memperoleh gambaran struktur geologi bawah sedang, dan konfigurasinya adalah sub-paralel
permukaan maka dipilih rekaman seismik sampai bergelombang. Sedangkan bagian
Lintasan FLRS-05, FLRS-07, FLRS-01, FLRS-18, bawahnya dicirikan oleh pola dan internal reflektor
FLRS-8, dan FLRS-18 (Gambar 2). Interpretasi beramplitudo sedang hingga lemah tidak
terhadap penampang seismik di bagian utara beraturan hingga transparan. Pada bagian atas,
dan selatan menunjukkan adanya empat satuan terlihat bahwa
batuan, yaitu:
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 169
Volume 12, No. 3, Desember 2014
LautPermukaan
1000
2000
30
00
40
00
TW T (milidetik)

5 Gelinciran
0
0
0 km8
60
00
9
70
00
80
00
Batas Sekuen

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 3, Desember 2014
SeismikInterpretasi.6Gamb .5-FLRSLintasan
ar

Sesar

170
1000

Baratlaut
Tenggara
2000

3000

4000

5000

TW T (milidetik)
6000

7000

8000

63 km

Sesar

Batas Sekuen

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 3, Desember 2014
Interpretasi
Gambar 7. Seismik Lintasan FLRS-7

171
TWT (milid etik)

0
0
0
4
0
0
0
3
5000

2000
Selatan

B
Sesar

ata
s
Se
ku
en
SeismikInterpretasi.8Gamb FLRSLintasan 1

km67
ar

Gelinci
ran
-

Utara

172 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 3, Desember 2014
Permukaan Laut

WTT (milideitk )
178 km
Sesar
Batas Sekuen

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 3, Desember 2014
Gambar 9. Interpretasi Seismik Lintasan FLRS-18

173
kompleks batuan telah terdeformasi ditandai mencapai >400 ms. Hal ini menunjukkan
oleh adanya sesar normal dan disejumlah bahwa endapan turbidit tersebut
tempat ditutupi oleh endapan hemapelagik dan seumur/menjemari dengan endapan hasil
turbidit serta endapan slump di tepian tubuh erupsi gunungapi.
gunungapi tersebut. Diperkirakan gugusan Unit 4 merupakan unit batuan sedimen
gunungapi bawah laut di bagian selatan daerah terendapkan pada umur Plistosen Atas-
penelitian terbentuk Kala Plio-Pleistosen Resen bersamaan atau setelah aktifitas
(Gambar 10 dan 11). vulkanisme ke dua di utara Flores yang
tersusun atas batuan sedimen turbidit.
4. Endapan Batuan Sedimen Klastika Endapan ini dicirikan oleh pola umum
(Clastic Sedimentary Rock perulangan dari perselingan reflektor
Deposites) beramplitudo rendah hingga sedang dan
Kompleks sedimen berumur Neogen- menerus, serta memperlihatkan bentuk
Resen di daerah penelitian pada umumnya luar berlapis. Bentuk ini membaji ditepi
berkembang dalam Cekungan Bone Selatan cekungan atau gunungapi yang mencirikan
di bagian baratlaut dan bagian timur dominasi endapan turbidit. Unit ini terlihat
Cekungan Banda Selatan dan cekungan- menebal hingga mencapai >520 ms di
cekungan kecil akibat berkembangnya bagian tengah cekungan karena adanya
struktur geologi dan dalam prisma akresi. daerah depresi yang berasosiasi dengan
Kompleks batuan ini dapat dibagi lagi sesar normal.
menjadi lima unit (Gambar 10 dan 11) yaitu : Unit 5 sebagai unit batuan sedimen
Unit 1 merupakan batuan pelagik dan termuda berumur Resen, dicirikan oleh pola
diperkirakan berumur Pliosen Tengah, dengan reflektor beramplitudo rendah hingga sedang,
ketebalan maksimum mencapai >700 milidetik menerus, dan memperlihatkan bentuk luar
(milisecond/ms) di bagian tengah Cekungan berlapis dengan bentuk luar membaji. Endapan
Bone Selatan. Endapan ini dicirikan oleh ini berupa sedimen pengisi palung yang terdiri
konfigurasi pola sub-paralel hingga hummocky, atas endapan turbidit bercampur dengan
menerus terputus-putus dan transparan di endapan slump di bagian atasnya, dengan
bagian bawahnya. Kontak dengan Batuan Dasar ketebalan mencapai < 500 ms.
di bagian bawahnya adalah bidang Komplek Batuan Sedimen Klastika
ketidakselarasan yang ditandai oleh adanya memiliki ketebalan < 2500 ms di bagian
bentuk membaji dari Unit 1 di tepian batuan Cekungan Bone Selatan dan menipis di
dasar dengan bidang batas onlap. bagian barat Cekungan Banda Selatan hingga
Unit 2 merupakan batuan klastika mencapai >1200 ms. Dalam rekaman seismik
pelagik/ hemipelagik berumur Plio-Plistosen, terlihat bahwa komplek batuan ini dibatasi
dengan ketebalan maksimum mencapai >500 oleh sesar normal sebagai bagian dari blok
ms di bagian tengah Cekungan Buton Selatan sesar. sesar normal dan rekahan ini
dan Cekungan Banda Selatan. Endapan ini membentuk daerah rendahan sebagai tempat
dicirikan oleh konfigurasi pola sub-paralel terakumulasinya sedimen.
hingga hummocky, menerus terputus-putus
Struktur Geologi
dan transparan di bagian bawahnya. Kontak Daerah penelitian merupakan daerah yang
dengan Batuan Dasar dan Batuan Gunungapi aktif secara tektonik dan diekspresikan dalam
di bagian bawahnya adalah bidang bentuk prisma akresi, vulkanisme tidak aktif
ketidakselarasan yang ditandai oleh adanya dan sesar-sesar aktif. Sesar naik sebagai bagian
bentuk membaji di tepian gunungapi dengan dari Zona Anjakan Busur Belakang Flores
bidang batas onlap. dijumpai di bagian selatan Pulau Kalaotoa
Unit 3 berumur Plistosen setelah atau
terbentuk Pliosen Bawah dan aktivitas
bersamaan dengan aktifitas pertama
pembentukkan gunungapi sebagai busur
vulkanisme di utara Wetar dan tersusun atas
magma tunggal di utara Pulau Flores terjadi
perselingan sedimen hemipelagik-turbidit.
mulai Plistosen Bawah. Anjakan Busur Belakang
Endapan ini dicirikan oleh pola umum
Flores telah membentuk daerah prisma akresi
perselingan reflektor beramplitudo rendah-
dengan lebar di bagian barat mencapai >37,5
sedang, menerus, dan memperlihatkan bentuk
km dan menipis hingga <5 km sekitar Teluk
luar berlapis. Pada bagian bawahnya
Pemana. Hal ini menunjukkan bahwa
beramplitudo rendah, menerus hingga
pembentukkan canggaan busur belakang
transparan yang mencirikan dominasi endapan
sebagai hasil pembalikan busur dimulai dari
hemipelagik, sedangkan bagian atasnya
bagian barat dan semakin muda (Plistosen-
menunjukkan dominasi endapan turbidit. Pada
Resen) di bagian timur. Ke arah timur sendiri
tepi cekungan/tepian gunung api bawah laut
terlihat bahwa Anjakan Busur Belakang Flores
terlihat adanya endapan turbidit cukup tebal
semakin
hingga
174 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 12, No. 3, Desember 2014
Selatan

220 km

Gambar 10. 8Interpretasi Seismik Lintasan FLRS-


Sesar

Utara
2000

3000

4000

5000

6000

TWT (milidetik)

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 175


Volume 12, No. 3, Desember 2014
LautPermukaan
Sesar km141
2000
3000
4000
TWT (milidetik)

5000
6000
7000

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 12, No. 3, Desember 2014
SekuenBatas
Gambar LintasanSeismikInterpretasi.1 17-FLRS
1

176
mendekati daratan (menghilang) akibat berasosiasi dengan sesar normal yang berarah
adanya Komplek Batuan Gunungapi di bagian relatif timurlaut-baratdaya. Struktur geologi lain
utara Pulau Kalaotoa dengan arah yang sangat berpengaruh terhadap
memanjang relatif baratlaut-tenggara. Hal ini perkembangan geologi daerah penelitian adalah
mengakibatkan penyempitan jalur Prisma sesar geser mengiri berarah baratlaut (Sesar
Akresi. Geser Bone) yang terbentuk Kala Plistosen
Gunungapi bawah laut yang berada di hingga saat ini. Hal ini sebagai akibat adanya
bagian utara Pulau Flores diperkirakan adalah akomodasi tekanan dari Sesar Geser Palu-Koro
gunung api bawah laut yang diperlihatkan oleh bagian utara yang semakin meningkat akibat
adanya sesar normal yang membundar tumbukan mikro-kontinen Banggai-Sula ke arah
mengelilingi gunungapi bawah laut dan barat. sesar lain adalah sesar
membentuk daerah rendahan yang

Gambar 12. Peta Struktur Laut Flores

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN 177


Volume 12, No. 3, Desember 2014
geser menganan berarah N 25 W di bagian DAFTAR ACUAN
timur daerah penelitian yang diperkirakan Darman, H. and Sidi, F.H., 2000, An
menerus ke utara sebagai akibat tumbukan Outline of The Geology Indonesia.
mikro- kontinen Buton-Tukang Besi ke arah Indonesian Association of Geologist,
lengan timur Sulawesi. Batas antara mikro Jakarta:192 h.
kontinen Buton-Tukang Besi dengan Hatherton, T. and Dickinson, W.R., 1969,
Cekungan Banda Selatan diperkirakan berupa The relationship between andesitic
sesar normal, namun jejak yang tegas tidak volcanism and seismicity in Indonesia,
teramati pada penampang-penampang the Lesser Antilles, and other island
seismik (Gambar 12). arcs, Journal of Geophysical Research.
h.5301-5310.
KESIMPULAN
Hamilton, W., 1978, Tectonic map of the
Berdasarkan interpretasi rekaman Indonesian
seismik terdapat empat satuan batuan yaitu:
region. U.S. Geological Survey,
Batuan Dasar sebagai batuan dasar Mikro
Miscellaneous Inventory Service
Buton dan Lengan Timur Sulawesi; Batuan
Map, I-875D.
Prisma Akresi sebagai bagian pembentukan
Canggaan Busur Belakang Flores; Batuan Mitchum, R.M., 1977, Seismic stratigraphy
Gunungapi Bawah Laut; dan Batuan Sedimen and global changes of sea level, Part 1:
Klastika. Batuan Sedimen Klastika ini dapat Glossary of terms used in seismic
dibedakan lagi menjadi lima unit. Daerah stratigraphy, in Payton, C.E., ed.,
penelitian merupakan daerah yang aktif Seismic Stratigraphy Applications to
secara tektonik dan diekspresikan dalam Hydrocarbon Exploration: Association of
bentuk prisma akresi, vulkanisme tidak aktif Petroleum Geologists Memoir 26, h.205-
dan sesar-sesar aktif. 212.
Purwanto, C., Susilohadi, Hanafi, M., dan
UCAPAN TERIMA KASIH Hutagaol, J.P., 2012. Pemetaan Geologi
Ucapan terimakasih kami sampaikan dan Geofisika Bersistem Lembar Peta
kepada rekan-rekan anggota Tim Pemetaan 2208 dan 2209, Laut Flores, Pusat
Geologi dan Geofisika Bersistem Lembar Peta Penelitian dan Pengembangan Geologi
2209 dan 2209 atas bantuannya selama survei Kelautan, Balitbang Energi dan Sumber
di lapangan. Rekan-rekan fungsional tertentu Daya Mineral, Laporan Intern, Tidak
atas kerjasama, diskusi, dan saran hingga dipublikasikan.
terselesaikannya tulisan ini.
Rangin, C., and Silver, E., 1990,
Geological setting of the Celebes
and Sulu Seas, In: Proceeding of the
Ocean Drilling Program, Reports, v.
124.
178 JURNAL GEOLOGI KELAUTAN
Volume 12, No. 3, Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai