Anda di halaman 1dari 4

Klasifikasi Batuan Karbonat : Grabau

1904, Folk 1959, Dunham 1962, dan


Embry&Klovan 1971
01/03/15 Geologi, Petrologi
http://www.geomacorner.com/2015/03/klasifikasi-batuan-karbonat-grabau-1904-folk-1959-
dunham-1962-embry-dan-klovan-1971.html

Proses awal dari pembentukan suatu reservoar karbonat adalah proses


sedimentasi. Umumnya batuan karbonat akan terbentuk pada lingkungan perairan yang
memiliki kriteria sesuai untuk pembentukan karbonat seperti suhu lingkungan hangat,
terdapat organisme penghasil karbonat, dsb. Hasil dari proses sedimentasi ini akan
mengahasilkan fasies karbonat dengan variasi tekstur pengendapan, komposisi
mineralogi dan kimia, bentuk hingga berasosiasi pada distribusi dan karakteristrik
ukuran pori dalam batuan. Fasies batuan karbonat berdasarkan material pembentuknya
terbagi menjadi 2 yaitu material sedimen karbonat lepas dan hasil aktivitas organisme
(Lucia, 2007).
Karakteristik yang bervariasi dari batuan karbonat seperti warna, ukuran butir,
komposisi, tekstur dan fabrik dapat dijadikan dasar klasifikasi dalam mempelajari
batuan karbonat. Klasifikasi genetik merupakan dasar yang digunakan untuk
mengetahui asal usul batuan karbonat. Berikut adalah beberapa klasifikasi batuan
karbonat yang umum digunakan.

1. Klasifikasi Grabau (1904)


Klasifikasi Grabau didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu
batugamping atau batuan karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya (lihat tabel
dibawah). Konsep dari klasifikasi ini didasarkan pada metode umum seperti yang
digunakan pada klasifikasi batuan sedimen klastik. Konotasi genesa dari metode ini
terkait dengan kemungkinan tingkat energi pengendapan material karbonat (Nichols,
1999).
Klasifikasi batugamping/batuan karbonat yang paling sederhana yaitu berdasarkan ukuran
butir penyusunnya (Grabau, 1904).

2. Klasifikasi Folk (1959)


Klasifikasi ini mendasarkan pada konsep maturitas tekstur dari batuan karbonat,
yang melibatkan jenis komposisi batuan tersebut (lihat gambar dibawah).
Perkembangan klasifikasi ini dikarenakan analisa petrografi pada batugamping untuk
menentukan lingkungan pengendapan membutuhkan dasar klasifikasi lain yang lebih
spesifik. Dengan mengetahui fabrik dari batuan tersebut dapat diinterpretasikan tingkat
energi dari pengendapan sedimen (Tucker, 1990).

Klasifikasi Folk (1959) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat yang dibagi
menjadi tiga jenis utama yakni butiran (allochem), matriks (micrite), dan semen (sparite).
Berdasarkan jenis allochem nya yakni intraklas, ooid, bioklas, dan peloid maka batugamping
dibagi menjadi empat kelompok. Sebagai tambahan, batugamping in-situ yang koheren dan
mempunyai struktur organik disebut sebagai biolithites (dimodifikasi oleh Scholle dan
Ulmer-Scholle, 2003).

3. Klasifikasi Dunham (1962)


Klasifikasi ini didasarkan pada fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud
dalam batuan, dan kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi
(lihat gambar dibawah). Penggunaan klasifikasi ini lebih umum dikarenakan sistem
yang lebih sederhana dan lebih lengkap. Pada klasifikasi ini, perbedaan penting
mengenai tingkat energi pengendapan tiap jenis batuan sangat jelas teramati karena
lebih detail. Perbedaan klasifikasi ini dengan klasifikasi sebelumnya adalah
pertimbangan terhadap batuan hasil proses biologi dan pengertian dari micrite yakni
material karbonat yang berukuran < 20m (Tucker, 1990).

Klasifikasi Dunham (1962) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat. Tiga
pembagian utama terdiri dari batugamping yang memiliki matrix supported, grain supported,
dan biological bound. Kategori keempat sebagai tambahan adalah batugamping yang telah
mengalami kristalisasi yaitu crystalline carbonate (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-
Scholle, 2003).

4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)


Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik yang sama dengan klasifikasi
Dunham yakni fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud dalam batuan, dan
kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi. Pembuatan klasifikasi
ini merupakan penyempurnaan klasifikasi Dunham yang sebelumnya tidak membagi
boundstone secara spesifik (lihat gambar atas). Boundstone sebagai hasil kerangka
organik dari koloni koral dibagi menjadi beberapa penamaan berdasarkan jenis
organisme yang menyusunnya. Dengan menggunakan kombinasi tekstur dan komposisi,
klasifikasi ini dapat memberikan informasi mengenai kondisi pembentukan batuan
tersebut (Tucker, 1990).

Klasifikasi Embry dan Klovan (1971) sebagai penyempurnaan dan modifikasi dari klasifikasi
Dunham (1962), dengan membagi boundstone menjadi empat penamaan sesuai organisme
yang menyusunnya. (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003) Skema ini
menunjukkan urutan umum dalam melakukan deskripsi batuan karbonat dari contoh setangan
yang diamati saat berada di lapangan (Nichols, 1999).
Tekstur pengendapan dalam fasies karbonat dapat dipahami dengan melakukan
pendeskripsian secara tepat serta aplikasinya diakomodir dalam klasifikasi karbonat
Dunham (1962), dimana material sedimen karbonat dilihat berasal dari material lepas
atau terikat (Lucia, 2007). Dunham (1962) membagi fasies karbonat setelah melihat
material penyusun awal merupakan material lepas atau terikat pada awalnya kemudian
melihat ada atau tidaknya kandungan mud carbonate didalam fasies yang dideskripsi.
Hal ini tentu akan berimplikasi pada jenis tekstur yang terbentuk seperti penamaan
fasies rudstone akan menunjukan tekstur grain supported dan fasies floatstone akan
menunjukan tekstur mud supported. Metode deskripsi dari tekstur fasies karbonat yang
terbentuk pada saat sedimentasi akan berimplikasi pada pengenalan geometri pori
dalam fasies karbonat. Tekstur grain supported akan berimplikasi pada terbentuknya
porositas intergrain diantara butiran penyusun dimana tekstur mud supported akan
berimplikasi pada terbentuknya posrositas intragrain (Lucia, 2007).
Ketidakhadiran lumpur karbonat (mud carbonate) akan mempengaruhi
distribusi dan ukuran porositas yang terbentuk pada saat pembentukan fasies karbonat.
Pada fasies karbonat yang tersusun dominan oleh lumpur karbonat namun dapat
membentuk porositas intergrain, kehadiran lumpur akan mempengaruhi ukuran
porositas yang terbentuk. Selain itu, tekstur pengendapan dimana kehadiran atau
tidaknya lumpur karbonat didalam fasies karbonat akan mempengaruhi konektivitas
antar pori. Sehingga memiliki implikasi lain terhadap besarnya permeabilitas yang
terbentuk pada saat awal pengendapan (Lucia, 2007).

References :
Lucia, F. Jerry, 2007, Carbonate Reservoir Characterization An Integrated Approach 2 nd edition,
Springer-Verlag, Berlin.
Nichols, Gary, 1999, Sedimentology Stratigraphy, Blackwell Science Ltd, Oxford. Hlm. 1-7, 25-
28, & 208-214.
Scholle, P. A., and Scholle, D.S. U., 2003, A Color Guide To The Petrography. AAPG Memoir 77.
The American Association of Petroleum Geologists, Tulsa, Oklahoma, U.S.A.
Tucker, M.T., dan Wright, V.P., 1990, Carbonate Sedimentology, Blackwell Science Ltd,
Oxford.

Anda mungkin juga menyukai