Anda di halaman 1dari 5

Klasifikasi Batuan Karbonat : Grabau

1904, Folk 1959, Dunham 1962, dan


Embry&Klovan 1971

Proses awal dari pembentukan suatu reservoar karbonat adalah proses


sedimentasi. Umumnya batuan karbonat akan terbentuk pada lingkungan perairan yang
memiliki kriteria sesuai untuk pembentukan karbonat seperti suhu lingkungan hangat,
terdapat organisme penghasil karbonat, dsb. Hasil dari proses sedimentasi ini akan
mengahasilkan fasies karbonat dengan variasi tekstur pengendapan, komposisi mineralogi
dan kimia, bentuk hingga berasosiasi pada distribusi dan karakteristrik ukuran pori dalam
batuan. Fasies batuan karbonat berdasarkan material pembentuknya terbagi menjadi 2
yaitu material sedimen karbonat lepas dan hasil aktivitas organisme (Lucia, 2007).
Karakteristik yang bervariasi dari batuan karbonat seperti warna, ukuran butir,
komposisi, tekstur dan fabrik dapat dijadikan dasar klasifikasi dalam mempelajari batuan
karbonat. Klasifikasi genetik merupakan dasar yang digunakan untuk mengetahui asal usul
batuan karbonat. Berikut adalah beberapa klasifikasi batuan karbonat yang umum
digunakan.
1. Klasifikasi Grabau (1904)
Klasifikasi Grabau didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu batugamping
atau batuan karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya (lihat tabel dibawah). Konsep dari
klasifikasi ini didasarkan pada metode umum seperti yang digunakan pada klasifikasi
batuan sedimen klastik. Konotasi genesa dari metode ini terkait dengan kemungkinan
tingkat energi pengendapan material karbonat (Nichols, 1999).
Klasifikasi batugamping/batuan karbonat yang paling sederhana yaitu berdasarkan ukuran butir
penyusunnya (Grabau, 1904).

2. Klasifikasi Folk (1959)


Klasifikasi ini mendasarkan pada konsep maturitas tekstur dari batuan karbonat,
yang melibatkan jenis komposisi batuan tersebut (lihat gambar dibawah). Perkembangan
klasifikasi ini dikarenakan analisa petrografi pada batugamping untuk menentukan
lingkungan pengendapan membutuhkan dasar klasifikasi lain yang lebih spesifik. Dengan
mengetahui fabrik dari batuan tersebut dapat diinterpretasikan tingkat energi dari
pengendapan sedimen (Tucker, 1990).

Klasifikasi Folk (1959) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat yang dibagi menjadi
tiga jenis utama yakni butiran (allochem), matriks (micrite), dan semen (sparite). Berdasarkan
jenis allochem nya yakni intraklas, ooid, bioklas, dan peloid maka batugamping dibagi menjadi
empat kelompok. Sebagai tambahan, batugamping in-situ yang koheren dan mempunyai struktur
organik disebut sebagai biolithites (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).
3. Klasifikasi Dunham (1962)
Klasifikasi ini didasarkan pada fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud
dalam batuan, dan kerangka penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi (lihat
gambar dibawah). Penggunaan klasifikasi ini lebih umum dikarenakan sistem yang lebih
sederhana dan lebih lengkap. Pada klasifikasi ini, perbedaan penting mengenai tingkat
energi pengendapan tiap jenis batuan sangat jelas teramati karena lebih detail. Perbedaan
klasifikasi ini dengan klasifikasi sebelumnya adalah pertimbangan terhadap batuan hasil
proses biologi dan pengertian dari micrite yakni material karbonat yang berukuran < 20m
(Tucker, 1990).

Klasifikasi Dunham (1962) berdasarkan fabrik dan komposisi batuan karbonat. Tiga pembagian
utama terdiri dari batugamping yang memiliki matrix supported, grain supported, dan biological
bound. Kategori keempat sebagai tambahan adalah batugamping yang telah mengalami
kristalisasi yaitu crystalline carbonate (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003).

4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)


Klasifikasi ini didasarkan pada karakteristik yang sama dengan klasifikasi Dunham
yakni fabrik batuan, tekstur, proporsi kandungan mud dalam batuan, dan kerangka
penyusun batuan baik secara mekanik maupun biologi. Pembuatan klasifikasi ini
merupakan penyempurnaan klasifikasi Dunham yang sebelumnya tidak membagi
boundstone secara spesifik (lihat gambar atas). Boundstone sebagai hasil kerangka organik
dari koloni koral dibagi menjadi beberapa penamaan berdasarkan jenis organisme yang
menyusunnya. Dengan menggunakan kombinasi tekstur dan komposisi, klasifikasi ini
dapat memberikan informasi mengenai kondisi pembentukan batuan tersebut (Tucker,
1990).
Klasifikasi Embry dan Klovan (1971) sebagai penyempurnaan dan modifikasi dari klasifikasi
Dunham (1962), dengan membagi boundstone menjadi empat penamaan sesuai organisme yang
menyusunnya. (dimodifikasi oleh Scholle dan Ulmer-Scholle, 2003) Skema ini menunjukkan
urutan umum dalam melakukan deskripsi batuan karbonat dari contoh setangan yang diamati saat
berada di lapangan (Nichols, 1999).
Tekstur pengendapan dalam fasies karbonat dapat dipahami dengan melakukan
pendeskripsian secara tepat serta aplikasinya diakomodir dalam klasifikasi karbonat
Dunham (1962), dimana material sedimen karbonat dilihat berasal dari material lepas atau
terikat (Lucia, 2007). Dunham (1962) membagi fasies karbonat setelah melihat material
penyusun awal merupakan material lepas atau terikat pada awalnya kemudian melihat ada
atau tidaknya kandungan mud carbonate didalam fasies yang dideskripsi. Hal ini tentu
akan berimplikasi pada jenis tekstur yang terbentuk seperti penamaan fasies rudstone
akan menunjukan tekstur grain supported dan fasies floatstone akan menunjukan tekstur
mud supported. Metode deskripsi dari tekstur fasies karbonat yang terbentuk pada saat
sedimentasi akan berimplikasi pada pengenalan geometri pori dalam fasies
karbonat. Tekstur grain supported akan berimplikasi pada terbentuknya porositas
intergrain diantara butiran penyusun dimana tekstur mud supported akan berimplikasi
pada terbentuknya posrositas intragrain (Lucia, 2007).
Ketidakhadiran lumpur karbonat (mud carbonate) akan mempengaruhi distribusi
dan ukuran porositas yang terbentuk pada saat pembentukan fasies karbonat. Pada fasies
karbonat yang tersusun dominan oleh lumpur karbonat namun dapat membentuk
porositas intergrain, kehadiran lumpur akan mempengaruhi ukuran porositas yang
terbentuk. Selain itu, tekstur pengendapan dimana kehadiran atau tidaknya lumpur
karbonat didalam fasies karbonat akan mempengaruhi konektivitas antar pori. Sehingga
memiliki implikasi lain terhadap besarnya permeabilitas yang terbentuk pada saat awal
pengendapan (Lucia, 2007).

Daftar Pustaka:
Lucia, F. Jerry, 2007, Carbonate Reservoir Characterization An Integrated Approach 2 nd
edition, Springer-Verlag, Berlin.
Nichols, Gary, 1999, Sedimentology Stratigraphy, Blackwell Science Ltd, Oxford. Hlm. 1-7,
25-28, & 208-214.
Scholle, P. A., and Scholle, D.S. U., 2003, A Color Guide To The Petrography. AAPG Memoir
77. The American Association of Petroleum Geologists, Tulsa, Oklahoma, U.S.A.
Tucker, M.T., dan Wright, V.P., 1990, Carbonate Sedimentology, Blackwell Science Ltd,
Oxford.

Anda mungkin juga menyukai