Anda di halaman 1dari 19

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3. 1. Definisi Batuan Karbonat


Batuan karbonat adalah batuan yang mempunyai kandungan material
karbonat lebih dari 50 % dan tersusun atas partikel karbonat klastik yang
tersemenkan atau karbonat kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers &
Hsu, 1986). Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat
sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat
dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping
menurut definisi Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung
kalsium karbonat hingga 95 %, sehingga tidak semua batuan karbonat
adalah batugamping.

3. 2. Klasifikasi Batuan Karbonat


Ada beberapa klasifikasi yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan
batuan karbonat antara lain Klasifikasi Dunham (1962), dan Embry &
Klovan (1971).

1. Klasifikasi Dunham (1962)

Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur deposisi dari


batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur
deposisional merupakan aspek yang tetap.
Kriteria dasar dari tekstur deposisi yang diambil Dunham (1962)
berbeda dengan Folk (1959). Kriteria Dunham lebih condong pada
fabrik batuan, misalnya mud supported atau grain supported bila
dibandingkan dengan komposisi batuan.
Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi Dunham didasarkan pada
perbandingan kandungan lumpur, dan dari perbandingan lumpur
tersebut diperoleh 5 klasifikasi batuan yang nama-namanya dapat
dikombinasikan dengan jenis butiran dan mineraloginya.
Batugamping dengan kandungan beberapa butir (<10%) di dalam
matriks lumpur karbonat disebut Mudstone dan bila Mudstone
tersebut mengandung butiran yang tidak saling bersinggungan

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 18
disebut Wackestone. Lain halnya apabila antar butirannya saling
bersinggungan disebut Packstone / Grainstone. Packstone
mempunyai tekstur grain supported dan punya matriks lumpur.
Dunham punya istilah Boundstone untuk batugamping dengan fabrik
yang mengindikasikan asal-usul komponen komponennya yang
direkatkan bersama selama proses deposisi.

Pada klasifikasi Dunham (1962) istilah istilah yang muncul adalah


grain dan mud. Nama-nama yang dipakai oleh Dunham berdasarkan
atas hubungan antara butir seperti Mudstone, Packstone, Grainstone,
Wackestone dan sebagainya. Istilah sparit digunakan dalam Folk
(1959) dan Dunham (1962) memiliki arti yang sama yaitu sebagai
semen dan sama-sama berasal dari presipitasi kimia tetapi arti waktu
pembentukannya berbeda. Sparit pada klasifikasi Folk (1959)
terbentuk bersamaan dengan proses deposisi sebagai pengisi pori-
pori. Sparit (semen) menurut Dunham (1962) hadir setelah butiran
terendapkan. Bila kehadiran sparit memiliki selang waktu, maka
butiran akan ikut tersolusi sehingga dapat mengisi grain. Peristiwa ini
disebut post early diagenesis.

Dasar yang dipakai oleh Dunham untuk menentukan tingkat energi


adalah fabrik batuan. Bila batuan bertekstur mud supported
diinterpretasikan terbentuk pada energi rendah karena Dunham
beranggapan lumpur karbonat hanya terbentuk pada lingkungan
berarus tenang. Sebaliknya grain supported hanya terbentuk pada
lingkungan dengan energi gelombang kuat sehingga hanya
komponen butiran yang dapat mengendap.

Klasifikasi batuan karbonat menurut Dunham (1962) dapat dilihat


pada Gambar 3.1 berikut ini:

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 19
Gambar 3.1 Klasifikasi Batuan Karbonat menurut Dunham (1962)

2. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)


Klasifikasi batuan karbonat oleh Embry & Klovan (1971) sebenarnya
adalah modifikasi dari Klasifikasi Dunham (1962) yang
menambahkan pembagian Boundstone ke dalam 3 golongan yakni
Bafflestone (organisma berlaku seperti “baffles”), Bindstone
(organisma “encrusting and binding”) dan Framestone (organisma
membentuk suatu framework yang rigid), seperti terlihat pada
Gambar 3.2 berikut ini:

Gambar 3.2 Klasifikasi Batuan Karbonat menurut


Embry & Klovan (1971)

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 20
3. 3. Lingkungan Pengendapan dan Fasies Karbonat

Menurut Reijers (1986), sebagian besar (lebih dari 50%) karbonat


diendapkan di laut dangkal karena organisme yang menghasilkan
karbonat bersifat fotosintetik atau organisme yang memerlukan
fotosintetik. Proses fotosintesis memerlukan cahaya matahari yang tidak
dapat menembus air yang dalam, sehingga organisme hanya dapat
hidup di air yang dangkal. Pengendapan karbonat sulit terjadi di
lingkungan yang banyak terdapat endapan silisiklastik yang dapat
menghalangi cahaya matahari, selain itu mineral silika yang lebih tajam
dari mineral karbonat dapat menyebabkan abrasi.

Beberapa karbonat juga memerlukan air yang relatif hangat untuk


menaikkan kelimpahan organisme karbonat dan menurunkan tingkat
kelarutan kalsium karbonat di air laut, meskipun demikian, pembentukan
karbonat di air dalam atau di lingkungan yang dingin tetap dimungkinkan
(Reijers, 1986).

Menurut Wilson (1975), lingkungan pengedapan batuan karbonat dibagi


menjadi 9 bagian yakni basin, open sea shelf (neritic), deep shelf
margin, foreslope, platform edge organic buildups, winnowed platform
edge, open platform (shelf lagoon), restricted platform, dan evaporite
platform (sabkha), seperti terlihat pada Gambar 3. 3. dengan penjelasan
sebagai berikut:
Basin.
Pada basin atau dasar cekungan fasies utamanya adalah serpih dengan
sedikit batugamping. Litologi berupa oleh atau batulanau berwarna gelap
dengan sisipan tipis batugamping Mudstone yang mengandung fauna
laut dalam terutama pada bidang batas lapisan.
Open Sea Shelf (neritic).
Fasies terdiri dari batugamping fosilan dengan sedikit silisiklastik
dengan litologi berupa batugamping (bioklastik dan fosil wackestone)
selang seling dengan napal, serpih, atau lanau.
Deep Shelf Margin.
Fasies utamanya adalah batugamping berbutir sangat halus dengan
litologi yang terdiri dari selang-seling batugamping Mudstone dengan

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 21
serpih atau lanau. Terdapat fosil yang berasal dari perairan yang lebih
dangkal serta laut dalam.
Foreslope.
Fasies utamanya adalah batugamping berbutir halus – kasar dan
breksi. Litologi terdiri dari batugamping Packstone – Wackestone
dengan pecahan-pecahan cangkang dan sisipan tipis serpih atau
lanau. Terdapat fosil dan pecahan-pecahan cangkang yang
diendapkan dari daerah Platform Edge Organic Buildups.
Platform Edge Organic Buildups.
Fasies utamanya adalah batugamping Boundstone (Dunham, 1962)
atau Framestone, Bindstone, dan Bafflestone (Embry & Klovan, 1975).
Litologi berupa batugamping masif, dolomit, dengan beberapa
Grainstone atau Packstone.
Winnowed Platform Edge.
Fasies utamanya adalan batupasir karbonat yang terpilah baik.
Litologi terdiri dari Grainstone yang terpilah dengan baik, dolomit,
pasir kuarsa, dengan fosil berupa gastropoda, foraminifera, serta fosil-
fosil yang berasal dari Foreslope dan Platform Edge Organic
Buildups.
Open Platform (Shelf Lagoon).
Fasies utamanya adalah karbonat Wackestone – Mudstone dengan
silisiklastik halus. Litologi terdiri dari batugamping mulai Grainstone
hingga Mudstone dengan sisipan silisiklastik. Fosil utamanya adalah
moluska, sponges, foraminifera, dan algae, serta fauna laut terbuka
seperti echinoderm, chepalopoda, brachiopoda, dan sebagainya.
Restricted Platform.
Fasies utamanya adalah Wackestone bioklastik, pasir litoklastik dan
bioklastik, karbonat Mudstone. Litologi terdiri dari dolomit dan
batugamping dolomitan, pelet mudstone dan grainstone, intraklastik
kasar wackestone. Fosil yang ada terutama gastropoda, algae,
foraminifera (miliolids), dan ostrakoda.

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 22
Evaporite Platform (Sabkha).
Fasies utamanya adalah dolomit (nodular dolomite) dan anhidrit yang
kadang diselingi evaporit. Litologi terdiri dari dolomit dan anhidrit,
caliche, serta silisiklastik, dengan fosil stromatolit.

Skema pembagian lingkungan pengendapan dan fasies karbonat


menurut Wilson (1975) dapat dilihat pada Gambar 3.3. berikut ini:

Gambar 3.3 Lingkungan Pengendapan dan Fasies Karbonat menurut


Wilson (1975) yang membagi lingkungan pengendapan batuan karbonat
ke dalam 9 bagian.
(Wilson, 1975)

3. 4. Diagenesis
Diagenesis adalah proses fisika, kimia, dan biologi yang terjadi pada
sedimen sesaat setelah sedimen tersebut diendapkan hingga
terjadinya proses metamorfisis atau sebelum endapan berubah

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 23
menjadi batuan metamorf (Reijers, 1986). Perubahan menjadi batuan
metamorf tersebut adalah sebagai akibat dari kenaikan tekanan dan
temperatur yang dialami oleh batuan (Scoffin, 1987).

3. 4. 1. Tahap tahap Diagenesis


Menurut Choquette & Pray (1970), ada 3 tahapan diagenesis yakni
tahap Eogenesis, Mesogenesis, dan Telogenesis. Tahap Eogenesis
secara geologi bersifat umum terjadi pada tahap awal di dekat
permukaan, Mesogenesis berlangsung dalam waktu lama di bawah
permukaan dan mengalami penimbunan yang lebih dalam,
sedangkan Telogenesis adalah proses tahap lebih lanjut yang terjadi
lagi di dekat permukaan setelah batuan yang tertimbun mengalami
mesogenesis dan tererosi.
Eogenesis atau Singenesis adalah regim sedimentasi di atas
permukaan atau dekat permukaan (lebih kurang sampai kedalaman
100 meter) dimana komposisi kimiawi air antar butiran sangat
dipengaruhi oleh lingkungan permukaan. Eogenesis ini terjadi pada
waktu antara 1000 hingga 10.000 tahun, termasuk tahap awal
oksidasi permukaan dengan bahan organik dan proses bioturbasi
serta aktifitas bakteri.
Mesogenesis atau anadiagenesis adalah regim diagenesis dibawah
permukaan yang terjadi selama effective burial, dan disebut juga fase
litifikasi yang mengakibatkan reduksi porositas. Proses Mesogenesis
ini terjadi hingga kedalaman 10.000 meter dengan rentang waktu
antara 10 ribu hingga 100 ribu tahun.
Telogenesis atau epigenesis mewakili regim diatas permukaan yang
terjadi setelah effective burial, yang merupakan proses exhumation
dan proses pelapukan secara umum.
Perbedaan susunan kimia dari karbonat menyebabkan karakteristik
diagenesis yang unik, salah satu hal pokok yang membedakan
diagenesis karbonat dengan diagenesis klastik adalah bahwa
sementasi merupakan hal yang sangat umum dan ekstensif pada
eogenesis.

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 24
Tahap-tahap diagenesis menurut Choquete & Pray (1980), dapat
dilihat pada Gambar 3.6. berikut ini:

Gambar 3.4 Tahap-tahap diagenesis (modifikasi dari Choquette dan


Pray, 1970)

3. 4. 2. Proses Diagenesis

Secara umum terdapat 6 proses diagenesis yakni degradasi biologis


(mikritisasi), sementasi, rekristalisasi (neomorfisme), disolusi,
kompaksi pemendaman (burial compaction), dan replacement
(Tucker, 2001), sedangkan menurut Scoffin (1987) untuk endapan
karbonat, proses diagenesis utamanya adalah proses transformasi
menjadi batugamping atau dolomit yang stabil.

Mikritisasi
Proses diagenesis dimulai sesaat setelah sedimen diendapkan.
Banyak mikroorganisme, terutama jamur dan bakteri serta ganggang
endolithic membor alokem karbonat terutama yang biogenik. Proses

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 25
pemboran akan mereduksi karbonat menjadi mikrit, dan material
organik akan terisi organisme yang membor, baik sebagian ataupun
keseluruhan. Material cangkang yang telah termikritisasi mungkin
berbeda dengan butiran kotoran (fecal pellets) karena bentuknya
yang tidak sama. Proses ini kadang disebut degradasi neomorfisme,
walaupun tidak sama dengan pertumbuhan neomorfisme yang umum
disebut dengan neomorfisme saja. (williams.edu, 2009).

Sementasi
Sementasi adalah proses pertumbuhan kristal-kristal pada pori yang
mengakibatkan reduksi porositas dari sedimen awal, baik secara
partial maupun keseluruhan.
Hampir seluruh sementasi pada karbonat terjadi pada awal proses
pemendaman (burial). Sedimen karbonat yang diendapkan telah
terlitifikasi pada saat masih di permukaan, membentuk lapisan tanah
keras (hardground) atau batuan pantai (beach rock). Pada batuan
kuno diperkirakan adanya proses sementasi yang lebih awal akibat
organisme yang lembut karena fosil yang diperoleh tidak didapati
adanya tanda-tanda kompaksi, yang mengindikasikan bahwa batuan
tersebut telah tersemen ketika masih di permukaan. Proses
sementasi berlanjut ketika pada tahap mesodiagenesis yang
mengakibatkan lubang pori atau porositas sekunder terisi. Hampir
seluruh karbonat telah tersemen oleh mineral karbonat, terutama
kalsit. Batugamping rata-rata mengandung 40-50% semen.
(williams.edu, 2009).

Neomorfisme
Salah satu proses utama yang terjadi pada batuan karbonat adalah
rekristalisasi dari mineral karbonat, yang terutama disebabkan oleh
ketidakstabilan mineral aragonit, kemudian mineral kalsit dengan
kadar magnesium tinggi. Pada proses diagenesis yang umum terjadi
adalah rekristalisasi kalsit dengan kadar magnesium rendah yang
akan menyebabkan peningkatan ukuran kristal dan hancurnya
seluruh tekstur dan ciri-ciri awal.
Tesis Magister Teknik Geologi
Bambang Suprianto NIM 22006035 26
Hampir keseluruhan neomorfisme meningkatkan ukuran kristal
terutama pada batugamping berbutir halus serta menghasilkan
bidang mikrosparit dan lensa-lensa.
Neomorfisme spar hampir mirip dengan semen kalsit spar, namun
sangat berbeda implikasi lingkungannya. Semen menghasilkan pori
dan umumnya menunjukkan kemajuan tekstur, dari porositas kecil
menjadi lebih besar.
Mineral neomorfisme tidak membatasi pori atau merubah bentuk,
karena terbentuk dari materi yang sudah ada di dalam batuan,
sehingga ukuran kristal dapat tumbuh lebih besar dibanding semen.
Rekristalisasi adalah tipe neomorfisme yang secara umum tidak
merubah komposisi kimia. (williams.edu, 2009).

Disolusi
Pada proses disolusi, zat padat akan larut oleh fluida cair yang
terdapat di pori-pori dan menghasilkan lubang pori pada batuan.
Disolusi lazim terjadi pada zona yang mengandung air meteorik dan
pada mesodiagenesis. Keitka fluida dalam pori telah di bawah
saturasi karbonat, maka akan terjadi disolusi. Butiran-butiran akan
larut, terutama untuk mineral-mineral yang tidak stabil seperti
aragonit. Pada awalnya disolusi akan menimpa endapan yang tidak
terkonsolidasi, selanjutnya pada sedimen yang telah terlitifikasi
sehingga menghasilkan zat-zat karbonat, dan pada akhirnya akan
menghasilkan porositas. (williams.edu, 2009).

Kompaksi
Proses kompaksi terjadi oleh akibat mekanis yang umumnya pada
kedalaman hingga 100 meter (rekahan), atau akibat kimiawi pada
kedalaman di atas 100 meter (pressure solution, concave-covex
contacts, stylolites, pseudo-stylolites dan sebagainya).
Pada sedimen silisiklastik, hilangnya volume dan porositas sebagian
besar diakibatkan oleh proses kompaksi dimana sedimen ditekan
selama proses pemendaman (burial). Sedangkan pada batuan
karbonat hal tersebut tidaklah signifikan karena adanya sementasi
Tesis Magister Teknik Geologi
Bambang Suprianto NIM 22006035 27
sejak awal pengendapan. Kompaksi mekanis pada karbonat biasanya
berhubungan dengan pecahnya butiran, dan tekanan pelarutan
(pressure solution) menjadi hal yang signifikan pada hilangnya
volume.
Stylolites meninggalkan materi yang tidak larut sepanjang bentuknya.
Perbandingan antara materi yang tidak larut dengan jumlah batuan
yang tidak berubah dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah materi
yang terlarut sepanjang stylolites yang besarnya umumnya melebihi
50%.
Kehilangan porositas sebagain besar diakibatkan oleh pengisian
semen seperti pada proses pressure solution. (williams.edu, 2009).

Replacement
Replacement adalah pertumbuhan suatu mineral autigenik yang
secara kimiawi berbeda di dalam suatu mineral eksisting dalam
batuan. Proses ini berhubungan dengan disolusi destruktif, selain
proses presipitasi dari mineral lain. Macam-macam replacement
antara lain dolomitisasi, dedolomitisasi (calcitization), silifikasi,
fosfatisasi, dan lain sebagainya.
Banyak karbonat purba yang sebagian besar terdiri dari dolomit, dan
proporsinya naik pada singkapan batuan saat ini. Dolomitisasi
mempengaruhi 30-40% dari seluruh batugamping, walaupun begitu
hingga kini tidak pernah ditemukan dolomit modern. (williams.edu,
2009).

3. 4. 3. Lingkungan Diagenesis

Longman (1981) menguraikan model diagenesis dari batuan


karbonat yang membagi tubuh batuan karbonat menjadi 3 bagian
yakni zona vadose, fresh water phreatic, dan marine phreatic.
Zona vadose adalah zona antara permukaan batuan karbonat yang
terekspose ke permukaan hingga batas muka air tanah (water table).

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 28
Zona fresh water phreatic adalah zona di bawah muka air tanah
hingga batas intrusi air laut, dan zona di bawah itu dinamakan zona
marine phreatic.
Menurut Scoffin (1987), pori-pori antar butir pada zona vadose terisi
oleh udara dan air tawar, pada zona fresh water phreatic terisi oleh
air tawar saja, sedangkan pada zona marine phreatic terisi oleh air
laut.
Model diagenesis menurut Longman (1981) dapat dilihat pada
Gambar 3. 5. berikut ini:

Gambar 3. 5. Model lingkungan diagenesis dari Longman (1981) yang


menunjukkan lingkungan diagenesis bawah permukaan dari suatu
pulau pasir karbonat yang permeabilitasnya ideal

3. 4. 4. Produk Diagenesis

Menurut Scoffin (1987), lingkungan diagenesis akan meninggalkan


jejak pada batuan karbonat dan lingkungan tersebut sangat
dipengaruhi oleh fluida pori (interstitial water), sehingga Scoffin
membagi lingkungan diagenesiis ke dalam 3 bagian yakni marine,
meteoric, dan deep burial zones (Scoffin, 1987).

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 29
Marine Setting
Air laut mengandung 300 kali lebih banyak padatan terlarut jika
dibandingkan dengan air sungai, dan sangat jenuh dengan mineral-
mineral karbonat, kalsit, aragonit, dan dolomit (Scoffin, 1987).

Semen marin
Di lingkungan marin, terdapat 2 mineral yang secara kuantitatif
penting yaitu aragonit dan Mg calcite (mengandung 12-20% MgCO 3 ).
Aragonit umumnya berbentuk jarum yang kadang-kadang ujungnya
datar dengan panjang beberapa – puluhan mikron yang terdapat
secara individu atau dalam agregat dari splays, botryoids, atau kulit
serabut (fibrous crusts) dengan bentuk-bentuk jarum yang tersusun
secara radial dari substrat. Mg calcite berpretisipasi di laut sebagai
bentuk-bentuk jarum atau kepingan-kepingan yang halus, umumnya
dengan ujung-ujung berbentuk piramida tiga sisi atau belah ketupat
kecil berdiameter beberapa mikron.
Kristal-kristal Mg calcite ini membentuk kulit serabut (fibrous crust),
kelompok (spherulitic clusters) atau equant mozaic yang sangat halus
(mikrit). Mikrit-mikrit ini umumnya mempunyai tekstur peloidal yang
terdiri dari bentuk-bentuk sub spherical berdiameter 10-60 mikron dan
tersusun atas suatu mosaik kristal-kristal Mg calcite yang equant
dengan diameter 1 mikron serta dipisahkan oleh kristal-kristal Mg
calcite yang lebih besar dengan diameter 5-10 mikron (Scoffin, 1987).
Gambar 3.6 menunjukkan macam-macam semen yang terdapat di
lngkungan marin, masing-masing yang berasal dari aragonit dan Mg
calcite.

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 30
Gambar 3. 6 Macam-macam semen di lingkungan marin yang
terutama terdiri dari mineral-mineral aragonit dan Mg calcite
(Scoffin, 1987)

Endapan pantai dan daerah pasang surut.


Sementasi diperkirakan terjadi “in situ” dengan semen berupa kristal-
kristal serabut aragonit yang kadang isopachous dan pada titik
singgung butiran terdapat suatu meniskus cairan. Saturasi air yang
berubah-ubah pada zona vadose ini akan membentuk karakter-
karakter:
a. Semen meniskus yang terkonsentrasi pada titik singgung butiran.
b. Lubang-lubang pori di antara butiran.
c. Semen pendants (gravitational) di antara butiran.
d. Semen drapestone yang terdapat di permukaan butiran akibat
tetesan air dari butiran di atasnya selama proses pengeringan
(Scoffin, 1987).

Gambar 3.7 menunjukkan macam-macam semen yang ditemukan di


zona vadose.

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 31
Gambar 3. 7. Macam-macam semen di lingkungan zona vadose yang
meliputi semen meniskus dan pendant (Scoffin, 1987)

Meteoric setting

Zona vadose
Di permukaan, proses pelarutan pertama-tama terjadi pada mineral
aragonit yang kurang stabil, selanjutnya pada kalsit. Dalam suatu
endapan karbonat marin kadang terjadi lepasnya butir-butir aragonit
dan presipitasi kristal-kristal kecil dari semen sparry calcite, terutama
pada titik singgung butiran, di mana cairan berada pada posisi
meniskus.
Karakteristik semen di sini sama dengan di vadose marine setting
seperti ai atas tetapi dengan ukuran kristal kalsit yang lebih kecil
akibat kadar Mg yang lebih sedikit (Scoffin, 1987).

Zona phreatic
Zona phreatic adalah zona tempat terjadinya perubahan mineralogi
dan tekstur yang besar atas endapan marin. Kalsit berpretisipasi dan
butiran yang tidak stabil mengalami neomorfisme menjadi kalsit, yakni
suatu proses yang dinamakan kalsitisasi. Semen kalsit menjadi
berbentuk lempengan-lempengan (bladed) yang tepinya isopachous
dan mosaik-mosaik yang equant. Secara umum ukuran kristal
semakin ke tengah pori akan semakin besar.

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 32
Fragmen-fragmen echinoderm membentuk syntaxial overgrowth
kalsit. Semakin ke dalam zona phreatic akan semakin banyak terjadi
sementasi walaupun neomorfisme aragonit dan Mg calcite masih
berlangsung, khususnya akibat kenaikan temperatur (Scoffin, 1987).

Zona percampuran (mixing zone)


Di bawah zona yang mengandung air tawar (fresh water phreatic)
terdapat suatu zona tipis tempat air tawar bercampur dengan air asin
yang dinamakan zona percampuran (mixing zone).
Semen berpretisipasi di daerah ini dan rentangnya dari sparry calcite
(pada batas daerah air tawar) hingga Mg calcite (pada batas daerah
marin). Air di sini relatif stagnan dan akibat kecilnya fluktuasi salinitas
akan menyebabkan pembentukan dolomit (Scoffin, 1987).
Di bawah zona ini adalah zona dimana terdapat air asin (connate
water) di antara butiran yang dinamakan zona marine phreatic. Pada
zona marine phreatic ini hampir tidak terjadi proses diagenesis
sampai terjadinya peningkatan suhu dan tekanan akibat
pemendaman (burial).

Deep burial setting


Di sini terjadi kenaikan tekanan yang menyebabkan kompaksi dan
pecahnya butiran atau retakan antar butiran (suture). Kompaksi
kimiawi mulai terjadi pada kedalaman 200 meter yang menyebabkan
butiran terbebas dari semen. Disolusi tekanan cenderung terjadi di
sepanjang batas lapisan batuan terutama pada sisipan-sisipan serpih
yang disebut stylolit (Scoffin, 1987).

3. 4. 5. Karst
Karst adalah suatu dataran yang secara umum dibawahnya terdapat
batugamping atau dolomit dan topografinya terutama dibentuk oleh
pelarutan batuan, serta dicirikan dengan adanya lubang air
(sinkholes), sungai, cekungan air, pengairan bawah tanah, dan gua-
gua (Monroe, 1970).

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 33
Menurut Jennings (1986), Karst adalah suatu bentang alam
(landscape) yang terbentuk oleh air permukaan di daerah yang
batuannya mudah larut, dicirikan oleh adanya gua-gua, pengairan
bawah tanah, dan lubang-lubang air (sinkholes).
Karst difahami sebagai hasil dari proses alam di dalam lapisan bumi
yang diakibatkan oleh pelarutan (solution) dan peluruhan (leaching)
dari batugamping, dolomit, gipsum, halit, dan batuan-batuan lain
yang mudah larut (Karst Waters Institute, 2002)
James dan Choquerle (1984) menguraikan tentang batuan karbonat
yang terekspose ke permukaan dan hubungannya dengan tingkat
kebasahan lingkungannya.
Untuk karbonat yang terkespose ke permukaan dan berada di
lingkungan yang kering (arid), maka di zona vadose akan terdapat
banyak Kalsit Magnesium dan Aragonit, sedangkan di zona phreatic
akan mengandung Aragonit dan Kalsit.

Gambar 3. 8. Batuan Karbonat yang terekspose ke permukaan dan


hubungannya dengan tingkat kebasahan lingkungan (James dan
Choquette, 1984)

Moore (1989) membagi Karst kedalam beberapa zona yang


urutannya dari lapisan paling atas hingga lapisan paling bawah
adalah sebagai berikut:
Zona paling atas yang berada tepat di bawah permukaan tanah (soil)
dinamakan hardpan, yakni suatu zona yang jenuh dengan air tawar

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 34
sehingga menyebabkan proses sementasi dan menghasilkan lapisan
tanah yang keras.
Di bawah hardpan dinamakan platy zone yang ditandai oleh struktur
yang larut oleh air dan hancur (colapse).
Selanjutnya dinamakan nodular zone yakni zona yang banyak
terdapat pecahan-pecahan karbonat karena sebagian karbonat telah
terlarut.
Di bawahnya adalah chalky zone yang banyak terdapat interkristalin,
biomoldic, dan vuggy.
Selanjutnya adalan zona transisi yang merupakan zona yang tidak
larut di zona ini banyak ditemukan breksi.
Dan yang paling bawah adalah Host Limestone yang merupakan
lapisan yang keras. Zona ini merupakan Fresh Water Phreatic.

Gambar 3.9. Pembagian Zona Karst menurut Moore (1989)

3. 5. Ringkasan

Cara penamaan fasies adalah berdasarkan kandungan biota terbesar


(>15%), selanjutnya kandungan bioklastik (5-10%) dan tekstur. Dengan
mengetahui penyebaran fasies batuan karbonat yang merupakan

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 35
gabungan dari biota, tekstur, dan facies association kita dapat
menentukan lingkungan pengendapan dari batuan karbonat tersebut
yang kemudian diikuti dengan proses diagenesis yang terjadi selama /
pasca pembentukan batuan karbonat.

Batuan karst mempunyai porositas yang sangat bagus di zona chalky


yang diakibatkan oleh pelarutan mineral-mineral yang kurang stabil
misalnya Aragonit dan dikenal dengan proses leaching, bahkan di
lingkungan basah proses pelarutan ini dapat membentuk gua-gua serta
sungai bawah tanah.

Tesis Magister Teknik Geologi


Bambang Suprianto NIM 22006035 36

Anda mungkin juga menyukai