Anda di halaman 1dari 42

RESERVOAR BATUAN KARBONAT

Kelompok 1:
Anggoro Adhika S 111.140.011
Burhanuddin 111.140.149
Senno Aji Hitler 111.140.125
Nuel 111.150.108
Batuan Karbonat
Batuan karbonat yaitu batuan sedimen dengan komposisi dominan (lebih
dari 50%) terdiri dari mineral karbonat, meliputi batugamping dan dolomit.
Batuan karbonat adalah batuan dengan tekstur yang beraneka ragam, struktur
serta fosil. Menurut Bates & Jackson (1987) mendefinisikan batuan karbonat
sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral karbonat dengan
berat keseluruhan lebih dari50 %.
FAKTOR PENGONTROL BATUAN
KARBONAT
A. Lintang dan iklim
B. Daya tembus sinar
C. Salinitas
D. Produktivitas organic
E. Kecepatan sedimentasi
F. Pengaruh tektonik
A. Lintang dan Iklim
Pembentukan batuan karbonat sangat tergantung kepada iklim. Hal ini
berhubungan dengan proses erosi yang terjadi sehingga ada kaitannya
dengan jumlah sedimen yang dihasilkan. Pada iklim tropis dengan curah
hujan yang tinggi maka erosi yang terjadi juga intensif sehingga suplai
material sedimen asal darat akan bertambah sehinhha berdampak pada
tingkat kejernihan dan ketenangan air laut. Apabila Kejernihan akan
berkurang dan menyebabkan batuan karbonat sulit untuk tumbuh.
Ketenangan juga terganggu karena arus asal darat tersebut cukup kuat
sehingga batuan karbonat juga akan sulit berkembang dengan baik.
Selain itu factor lintang juga berpengaruh. Batuan karbonat dapat
hidup dengan baik terletak pada daerah khatulistiwa. Hal ini karena
pada daerah ini temperature laut cenderung hangat dan intensitas
cahaya matahari juga relative bagus. Sehingga banyak organisme
yang dapat hidup denagan baik pada daerah ini
B. Daya tembus sinar matahari
Sinar matahari sangat berperan penting dalam aktifitas
organisme.Apabila suatu daerah terpapar sinar matahari dengan baik maka
aktifitas organisme batuan karbonat dapat terbentuk ketika terjadi
akumulasi dari organisme, organisme diibaratkan seperti produsen batuan
karbonat. Produktifitas terbentuknya mineral karbonat pada wilayah
dimana cahaya matahari dapat tembus.
Sinar cahaya dipengaruhi oleh kedalaman air, posisi lintang,dan
kejernihan air. Batas kedalaman pertumbuhan koral secara geografis
bervariasi, pertumbuhan koral aktif di Carribbean berkisar dari 40 sampai
60 m, sedangkan didaerah Indo-Pasifik hanya 15 sampai 90 m
C. Salinitas
Pada umumnya sebagian besar organisme akan bertahan hidup
dalam lingkungan bersalinitas yang relatif rendah dan stabil.
Organisme tersebut dapat tumbuh dengan baik dengan salinitas
antara 32%- 40%. Peningkatan salinitas menurunkan
keanekaragaman biota dan salinitas di atas 40%.
D. Produktivitas Organisme
Produktivitas organisme merupakan faktor utama dalam
pembentukan batuan karbonat. Batuan karbonat dapat terbentuk
ketika terjadi akumulasi dari organisme sehingga organisme
diibaratkan seperti produsen batuan karbonat. Ketika tidak ada
aktivitas organisme yang berkembang di suatu lokasi maka batuan
karbonat tidak akan pernah terbentuk.
E. Kecepatan Sedimentasi
Suplai sedimen akan berpengaruh terhadap pertumbuhan batuan
karbonat. Jika suplai sedimen yang berasal dari darat sangat
melimpah akan mengganggu pertumbuhan organisme. Laut akan
tertutupi oleh material tersebut yang berdampak terhalangnya sinar
matahari untuk kegiatan fotosintesis. Selain itu kondisi laut juga
menjadi keruh akibat tertutupi material sedimen
F. Geotektonik
Geotektonik menentukan sedimentasi karbonat, kandungan
material daratan, (kedalaman) topografi dan aliran (sungai). Hal ini
akibat pengaruh perubahan muka air laut.
Gambar sikuen stratigrafi pengendapan batuan karbonat
KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT
KLASIFIKASI MENURUT AHLI

Batuan Karbonat Klastik Batuan Karbonat Non Klastik Campuran

Grabau (1904) Folk (1959, 1962) Embry dan Clovan (1971) Mount (1984)

Dunham (1962) Campuran antara

Pembagian Berdasarkan Pembagian silisiklastik dengan

Ukuran Butir Pembagian Berdasarkan karbonat yang


Berdasarkan
Tekstur melibatkan proses
Genetik
Batuan sedimentologi dan
KOMPOSISI SEDIMEN DAN BATUAN
SEDIMEN BATUAN KARBONAT biologi yang variatif
Klasifikasi Grabau (1904)

Klasifikasi Grabau didasarkan pada karakteristik sederhana dari suatu


batugamping atau batuan karbonat, yaitu ukuran butir penyusunnya
Klasifikasi Folk (1959,1962)

Klasifikasi ini mendasarkan pada konsep maturitas tekstur dari batuan karbonat, yang melibatkan jenis
komposisi batuan tersebut

Perkembangan klasifikasi ini dikarenakan analisa petrografi pada batugamping untuk menentukan
lingkungan pengendapan membutuhkan dasar klasifikasi lain yang lebih spesifik.
KLASIFIKASI KARBONAT
DUNHAM 1962

Klasifikasi ini didasarkan pada tekstur deposisi dari batugamping, karena menurut Dunham dalam sayatan tipis, tekstur
deposisional merupakan aspek yang tetap.

Kriteria Dunham lebih condong pada fabrik batuan, misal mud supported atau grain supported bila dibandingkan
dengan komposisi batuan.

Variasi kelas-kelas dalam klasifikasi didasarkan pada perbandingan kandungan lumpur.


Klasifikasi Embry & Klovan
(1971)
Klasifikasi ini merupakan pengembangan
dari klasifikasi batuan karbonat oleh Dunham
(1962)

Batuan sedimen yang diklasifikasikan


oleh Embry & Klovan pada tahun 1971
adalah batuan sedimen karbonat, yaitu
batuan sedimen dengan komposisi yang
dominan (lebih dari 50%) terdiri dari mineral
karbonat, meliputi batugamping dan dolomit.
KOMPONEN-KOMPONEN
BATUAN KARBONAT
SKELETAL
Skeletal adalah komponen batuan karbonat yang berasal dari
organisme baik dalam bentuk utuh maupun berupa fragmental.
Komponen tersebut merupakan penyusun batuan karbonat yang
umum dijumpai. Komponen ini dapat berupa organisme utuh
(dikenal dengan fosil) atau sebagai fragmen-fragmen organisme.
Jenis organisme yang bertindak sebagai komponen skeletal dalam
batuan karbonat bervariasi sepanjang sejarah geologi.
NON SKELETAL GRAIN
Non Skeletal Grains merupakan suatu komponen pada batuan karbonat yang tidak
hanya berasal dari (Skeletal material) dari mikroorganisme, invertebrate atau talli dari
tanaman karbonatan, Berdasarkan Folk (1959) didapat klasifikasi berdasarkan agregat
butirannya:
1. Coated Grains
2. Peloids
3. Grain Aggregates
4. Clasts
COATED GRAINS
Coated Grains merupakan suatu buitran poligenetik dengan beberapa proses pengendapan yang
berbeda, dicirikan dengan suatu butiran yang dilapisi oleh suatu kandungan mineral lainnya,
berdasarkan Peryt,1938 b diklasifikasikan berdasarkan ukurannya menjadi
a. Microid (<2 mm)
b. Pisoid (2-10 mm)
c. Macroid (>10 mm)

Flugel (1982) & Ritcher (1983a) mengklasifikasikan secara deskriptif dari bentuk butirannya,
sehingga didapat klasifikasi
a. Ooid
b. Oncoid
Flugel (1982) & Ritcher (1983a) COATED GRAINS
A. Ooid
Ooid Memiliki Karakteristik :
1. Coated Grain tersusun atas kapur atau karbonatan
pada bagian luar
2. Lapisan luarnya halus dan umumnya terdapat
laminasi pada bagian paling luar secara individu
dengan menipis keluar
3. Umumnya berbentuk spherical atau ellipsoidal
4. Struktur biogenic sedikit atau jarang terlihat
5. Diklasifikasikan berdasarkan ukuran yaitu
microfabric atau dalam komposisi mineralnya
6. Diagenesis umumnya pada aragonitic ooid terjadi
dengan replacement oleh kalsit
7. Batuannya bernama oolite
Mineralogi Ooid:
a. Pada tipe Marine Ooid terdapat komposisi Mg/Ca tinggi artinya kandungan
Dolomite (11-17% MgCO3)
b. Pada tipe danau, sungai, goa, dan tanah karbonatan kadnungan Mg/Ca Kalsit
lebih rendah
Flugel (1982) & Ritcher (1983a) COATED GRAINS
B. Oncoid
Oncoid Memiliki Karakteristik :
1. Coated grain dengan lapisan karbonatan dengan
lapisan yang tidak beraturan
2. Umumnya laminasi pada tiap butirannya saling
menimpa
3. Bentuknya tidak beraturan pada struktur biogenic dan
jarang terlihat nucleus (inti) yang terlihat jelas
4. Diklasifikasikan sebagai struktur biogenic karena
umumnya mengandung lapisan luar berupa alga yang
dinamakan rhodolith (atau butirannya rhodoid)
5. Batuannya bernama oncolite
PELOID
Merupakan suatu butiran Allocherm non-skeletal dengan
karakteristik :
1. Berukuran 100 500 mikro m
2. Tersusun atas microcrystalline carbonate
3. Derajat Pembundaran rounded, sub-rounded, spherical,
ellipsoidal hingga tidak beraturan bergantung dengan
jenis dari peloid tersebut
4. Dilihat dari kenampakan deskriptif merupakan butiran
dari kelompok poligenetik
Menurut Folk & Robles, 1964
1. Bentuk umum dari pellet umumnya ovoid ellipsoidal
2. Berukuran 1,5 3 x dari diameternya
3. Komposisi umumnya mengandung kandungan organic
yang tinggi
Jenis-Jenis Peloid
1. Faecal Pellet
2. Micritized Grain
3. Calcareous Algae
4. Mud Clast
A. Faecal Pellet

Faecal Pellet merupakan :


1. pellet yang dihasilkan dari sistem
pencernaan organisme
2. mengandung material lempung, lanau,
pasir dihasilkan dari lender organic
3. Umumnya diendapkan dengan ukuran
sama sehingga didapat sortasi well sorted
4. Keterdapatan pada Burrow Structure
5. Contoh pellet yang dihasilkan Calianasa
major
B. Micritized Grain
Micritized Grain merupakan :
1. Suatu allocherm yangmana butiran
terbentuk pada suatu tempat dimana
aktivitas organisme secara mekanik
berlangsung, contoh boring dari
endholithic alga
2. Berukuran butir halus
3. Bisa terjadi juga dengan proses
kalsifikasi sianobakteria yaitu oleh alga
GRAIN AGGREGATES
Merupakan agregasi butiran yang
terbentuk atas butiran karbonat yang saling
interlocking dan sudah melalui proses
sementasi , mempunyai karakteristik
1. Ukuran 0.5 3mm
2. Bentuk butir tidak beraturan
3. Umumnya berukuran pasir atau sand-
sized
4. Sudah terjadi mikritisasi secara
keseluruhan
5. Contoh Grapestones
Grapestone : merupakan :
1. agregasi dari spherical grains umumnya
(micritized ooids) dengan membentuk
seperti anggur
Lumps merupakan :
1. Agregasi micritized ooid dengan batas
yang lebih halus
2. Dengan hollow interior
Botryoidal Lumps :
1. Grapestones dengan lapisan penutup
(coating) dari oolitic yang lebih tebal
Stage I:
1. Butiran Sedimen terikat oleh foraminifer, microbial
flament dan mucilage
2. Terdapat Chasmolithi microorganism ketika endolithic
membentuk bore pada substrat karbonat
Stage 2:
1. Terdapat kalsifikasi merupakan tipe dengan Mg pada kalsit
tinggi
2. Terbentuk agregasi membentuk grapestone
3. Dengan Micritisasi yang progresif.
Stage 3:
1. Penambahan sementasi pada komtak butiran oleh
presipitasi mikro
2. Mengisi pada relief yang lebih halus
Stage 4:
1. filling of any central cavity to form a dense, heavily
micritized and matrix-rich aggregate.
2. Some replacement of the HMC components by aragonite
may also occur. Based on aGebelein (1974a), Winland &
Matthews (1974) and Fabricius
(/977).
CLAST
Intraclast : Fragmen dari batuan yang secara sebagian terlitifikasi
Lithoclast (Extraclast) : fragmen dari batuan yang tidak merepresentasikan lingkungan
pengendapan
Mikrit

Makrit batugamping paling banyak terdiri dari kristal kalsit berbutir


halus, ukuran kristal biasanya kurang dari 4 m (Fliigel, 1982)
Salah satu masalah dalam
mengklasifikasikan matriks
mikrit adalah micrite tidak
homogen tapi adalah sortasi
buruk mencangkup ukuran
kristal kasar dan halus.
(Fliigel et al., 1968; Steinen,
1978)
Istilah microspar untuk
menggambarkan ukuran
kristal antara 5-15 m (Folk
,1959) .
Banyak matriks batu gamping awalnya terdiri dari aragonit dan kalsit Mg tinggi namun digantikan
oleh kalsit Mg rendah selama diagenesis. Dipercayai bahwa kandungan Mg asli lumpur mampu
mengontrol ukuran kristal kalsit Mg rendah yang dihasilkan. Mg2 + membentuk 'kandang' di sekitar
kristal kalsit yang mencegahnya tumbuh melampaui 2-3 nm. (Longman, 1977)

Asal mula micrites tetap menjadi masalah utama dalam sedimentologi karbonat. Seperti komponen
batu kapur lainnya, micrite bersifat polygenetic. Biasanya tidak mungkin untuk memastikan asalnya.
Beberapa micrite adalah endapan kimia yang terkait dengan suhu tinggi dan salinitas atau perubahan
tekanan parsial CO2, terjadi di banyak danau. Bukti untuk proses seperti itu di dunia sekarang masih
kurang (Ellis & Milliman, 1986).

Banyak matriks batu gamping awalnya terdiri dari aragonit dan kalsit Mg tinggi namun digantikan oleh
kalsit Mg rendah selama diagenesis. Dipercayai bahwa kandungan Mg asli lumpur mampu mengontrol
ukuran kristal kalsit Mg rendah yang dihasilkan. Mg2 + membentuk 'kandang' di sekitar kristal kalsit
yang mencegahnya tumbuh melampaui 2-3 nm. (Longman, 1977)
SPARITE
Semen merupakan komponen batuan karbonat yang mengisi pori-pori dan
merupakan hasil diagenesis atau hasil presipitasi dalam pori batuan dari batuan yang telah
ada. Semen sering disamakan dengan sparit hasil neomorphisme, padahal sparit hasil
neomorphisme adalah perubahan (rekristalisasi) dari komponen karbonat yang telah ada.

Beberapa jenis semen yang dikenal dalam batuan karbonat moderen adalah fibrous,
botroidal, isophaceous, mesh of needles dll. Jenis semen tersebut tergantung pada
lingkungan pembentuk semen yang dikenal sebagai lingkungan diagenesis. Penjelasan
lebih lengkap tentang semen dibahas pada bab diagenesis batuan karbonat.
Kenampakan lapangan dari semen adalah bening seprti kaca, sedangkan dibawah
mikroskop memperlihatkan warna tranparan. Semen dapat terbentuk pada ruang antar
komponen dan dapat juga terbentuk pada ruang dalam komponen atau ruang hasil
pelarutan
DAFTAR PUSTAKA

Boggs, Sam, Jr. 2006. Principles of Sedimentology & Stratigraphy 4th Edition, New
Jersey, Amerika Serikat; Pearson Prentice Hall Inc.
Boggs, Sam, Jr. 2009. Petrology of Sedimentary Rocks 2nd Edition, Cambridge;
Cambridge University Press
Tucker, Maurice E., Paul V. Wright dan J.A.D. Dickson. 2002. Carbonate Sedimentology,
Britania Raya; Blackwell Science Ltd

Anda mungkin juga menyukai