tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah atau batuan
dan Kabupaten Purworejo, dengan lokasi studi kasus pada Desa Gerbosari dan
Yogyakarta.
87
88
akademik tingkat Sarjana (S1), pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
dominan terdiri dari garam – garam karbonat, sedang dalam prakteknya secara
secara insitu, yang berasal dari larutan yang mengalami proses kimiawi maupun
biokimia, dimana dalam proses tersebut organisme turut berperan dan dapat pula
89
terjadi dari butiran rombakan yang telah mengalami transportasi secara mekanik
klastik terrigenous. Batuan karbonat dapat terbentuk dari hasil presitipasi dan juga
kombinasi litologi, struktur fisik atau biologi yang mempengaruhi aspek pembeda
tubuh batuan antara satu dengan yang lainnya. Fasies batuan karbonat ini
Dunham (1962) dan Embry dan Klovan (1971) (Gambar 7.1), antara lain:
90
a. Mudstone, fasies ini memiliki karakteristik dari ukuran butiran yang halus (mud
supported), keterdapatan fragmen tidak lebih dari sepuluh persen (< 10%).
b. Wackstone, fasies ini memiliki karakteritik terdiri dari ukuran butiran yang
sangat halus (lumpur atau kalsilutit) namun masih memiliki asosiasi dengan
karbonat (> 15%) namun fasies ini masih tetap didominasi oleh butiran.
kerangka organik tidak lebih dari sepuluh persen (< 10%) yang tertanam dalam
matriks karbonat.
91
f. Rudstone, fasies ini memiliki karakteristik kelimpahan butiran > 10% dengan
matriksnya kurang dari 10% antara kerangka tersebut biasanya terisi oleh sparry
calcite.
organik seperti koral yang sedang dalam posisi tumbuh berdiri (growth position)
dan diselimuti oleh lumpur karbonat yang mengisi rongga-rongga pada koral.
i. Bindstone, fasies ini memiliki karakteristik butiran yang terdiri dari kerangka
dengan baik. Dua hal ini rentan terhadap pergantian muka air laut, yang bisa
Kenaikan muka air laut identik dengan pertumbuhan reef, namun jika kenaikan
muka air laut lebih cepat dari pertumbuhan reef, maka reef tersebut akan berhenti
tumbuh (give up reef). Kenaikan muka air laut juga mempengaruhi suplai nutrisi
pada reef tersebut, namun jika kondisi muka air laut turun maka karbonat akan
berpindah atau akan mati karena tersingkap dan memungkinkan terjadinya proses
92
diagenesis. Link, (1950) (Gambar 7.2) dan Luis Pomar, (2004) (Gambar 7.3)
Lagoon adalah suatu tempat yang dibatasi oleh pembatas, area dengan
energi yang rendah di belakang reef crest/reef core. Di beberapa sistem patch reef
mungkin dipisahkan oleh fasies inter-reef dari karakter yang lebih ke open
dan wackestone dengan lapisan yang horisontal dan dibatasi dengan erosional
Stromatolit dan Mangrove serta sering juga terdapat sea grass, bagian ini sering
disebut Inner back reef lagoon. Sementara pada bagian Outer back reef lagoon
koral, fosil yang sering dijumpai berupa koral, Moluska, Foraminifera, alga
merah, Rhodolite, Echinodermata, cacing dan Halimeda dan terdapat juga pellet.
b. Reef core
low encrusting growths of coralline algae. Pada energi yang rendah sering
ditemukan hydrozoan atau robust coral. Dicirikan oleh endapan kerangka koral
sigmnoidal, fosil yang sering dijumpai Koral, Alga merah, Foraminifera, Bryozoa,
kira-kira 5–10° dan 10–30°. Dengan dicirikan oleh endapan skeletal kasar seperti
94
packstone dan wackestone, terkadang juga didominasi oleh endapan gravitasi dan
Morfologi hampir datar seperti halnya Back reef lagoon, endapan yang
sering dijumpai adalah endapan halus seperti mudstone dan wackestone, dan
endapan kasar seperti packstone dan grainstone. Endapan horizontal dan sedikit
sekali dijumpai bioturbasi, fosil yang sering dijumpai adalah Foram Plankton,
proses fisik, kimia dan biologi berbeda dengan daerah yang berbatasan dengannya
karakteristik dari suatu tatanan geomorfik dimana proses fisik, kimia dan biologi
(1999) menambahkan yang dimaksud dengan proses tersebut adalah proses yang
Perbedaan fisik dapat berupa elemen statis ataupun dinamis. Elemen statis antara
lain geometri cekungan, material endapan, kedalaman air dan suhu, sedangkan
angin, ombak dan air. Termasuk dalam perbedaan kimia adalah komposisi dari
(oksidasi dan reduksi (Eh), keasaman (pH), salinitas, kandungan karbon dioksida
95
dan oksigen dari air, presipitasi dan solusi mineral). Sedangkan perbedaan biologi
tentu saja perbedaan pada fauna dan flora di tempat sedimen diendapkan maupun
dibagi menjadi tiga kelompok, yakni darat (misalnya sungai, danau dan gurun),
peralihan (atau daerah transisi antara darat dan laut; seperti delta, lagun dan
daerah pasang surut) dan laut. Banyak penulis membagi lingkungan pengendapan
Beberapa penulis membagi lingkungan pengendapan langsung menjadi
lebih rinci lagi. Lingkungan pengendapan tidak akan dapat ditafsirkan secara
akurat hanya berdasarkan suatu aspek fisik dari batuan saja. Maka dari itu untuk
distribusi batuannya.
1. Habitat sungai adalah lingkungan sungai yang bebas dari pengaruh arus,
3. Habitat lagoon adalah fauna air payau masih dijumpai, ditambah dengan fauna
mencapai 70-80 %.
fauna yang berukuran lebih besar seperti Elphidium spp., Ammonia beccarii
Gyroidina soldonii.
tengah (middle) dan bawah (bottom), kemudian pengamatan lapangan terdiri dari
singkapan bagian atas (top), tengah (middle) dan bawah (bottom), pembuatan
sketsa lapangan dan pengambilan foto lapangan. Setelah itu pengambilan sampel
batuan meliputi bagian atas (top), tengah (middle) dan bawah (bottom), digunakan
Measured Section yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam penarikan fasies
titik lokasi pengamatan yang berdasarkan pada elevasi atau ketinggian serta
kondisi singkapan yang masih segar. Tidak adanya kehadiran varian litologi
batuan karbonat lain di daerah penelitian dan hanya dijumpai satuan batugamping
terumbu, maka penyusun hanya melakukan pembuatan profil litologi pada 6 titik
99
Gambar 7.5 Singkapan batuan karbonat Lokasi Pengamatan 60 (Top), lensa menghadap timurlaut
Foraminifera besar, Foraminifera kecil (planktonik dan bentonik), coral, red algae
dan pecahan cangkang moluska, berukuran >2mm, sebagian dalam keadaan utuh
dan sebagian besar berupa pecahan. Lumpur karbonat (15%) hadir merata dalam
sayatan, berwarna cokelat keruh. Sparit (5%) sebagian mengisi bioclast (Gambar
100
dilakukan pada hari minggu tanggal 25 Agustus 2019 yang berada pada Desa
pengamatan 60 yang merupakan bagian atas (top) yang memiliki skala 1:100
terlampir sebagai lampiran lepas pada akhir naskah skripsi (Tabel 7.1).
kedua dalam kolom) dan foto sayatan petrografi (foto ketiga dalam kolom) yang
digunakan untuk memberi gambaran secara untuh dan menyeluruh dari litologi
Gambar 7.7 Singkapan batuan karbonat Lokasi Pengamatan 61 (Middle), lensa menghadap timur
Foraminifera kecil (planktonik dan bentonik), coral dan red algae, berukuran
>2mm, sebagian dalam keadaan utuh dan sebagian besar berupa pecahan. Lumpur
karbonat (28%) hadir merata dalam sayatan, berwarna cokelat keruh. Sparit (7%)
dilakukan pada hari minggu tanggal 25 Agustus 2019 yang berada pada Desa
1:100 terlampir sebagai lampiran lepas pada akhir naskah skripsi (Tabel 7.2).
kedua dalam kolom) dan foto sayatan petrografi (foto ketiga dalam kolom) yang
digunakan untuk memberi gambaran secara untuh dan menyeluruh dari litologi
dan kemiringan serta kontak dengan breksi andesit (Gambar 7.5). Memiliki
ketebalan 12,8 m.
keadaan utuh dan sebagian besar berupa pecahan. Lumpur karbonat (30%) hadir
merata dalam sayatan, berwarna cokelat keruh. Sparit (8%) sebagian mengisi
dilakukan pada hari minggu tanggal 25 Agustus 2019 yang berada pada Desa
1:100 terlampir sebagai lampiran lepas pada akhir naskah skripsi (Tabel 7.3).
kedua dalam kolom) dan foto sayatan petrografi (foto ketiga dalam kolom) yang
digunakan untuk memberi gambaran secara untuh dan menyeluruh dari litologi
Gambar 7.11 Singkapan batuan karbonat Lokasi Pengamatan 83 (Top), lensa menghadap timur
Foraminifera besar, Foraminifera kecil (planktonik dan bentonik), coral, red algae
dan pecahan cangkang moluska, berukuran >2mm, sebagian dalam keadaan utuh
dan sebagian besar berupa pecahan. Lumpur karbonat (8%) hadir merata dalam
sayatan, berwarna cokelat keruh. Sparit (7%) sebagian mengisi bioclast (Gambar
dilakukan pada hari sabtu tanggal 24 Agustus 2019 yang berada pada Desa
pengamatan 83 yang merupakan bagian atas (top) yang memiliki skala 1:100
terlampir sebagai lampiran lepas pada akhir naskah skripsi (Tabel 7.4).
kedua dalam kolom) dan foto sayatan petrografi (foto ketiga dalam kolom) yang
digunakan untuk memberi gambaran secara untuh dan menyeluruh dari litologi
Foraminifera besar dan red algae, berukuran >2mm, sebagian dalam keadaan utuh
dan sebagian besar berupa pecahan. Lumpur karbonat (35%) hadir merata dalam
sayatan, berwarna cokelat keruh. Sparit (5%) sebagian mengisi bioclast (Gambar
dilakukan pada hari sabtu tanggal 24 Agustus 2019 yang berada pada Desa
1:100 terlampir sebagai lampiran lepas pada akhir naskah skripsi (Tabel 7.5).
kedua dalam kolom) dan foto sayatan petrografi (foto ketiga dalam kolom) yang
digunakan untuk memberi gambaran secara untuh dan menyeluruh dari litologi
Foraminifera besar, coral, dan red algae, berukuran >2mm, sebagian dalam
keadaan utuh dan sebagian besar berupa pecahan. Lumpur karbonat (37%) hadir
merata dalam sayatan, berwarna cokelat keruh. Sparit (8%) sebagian mengisi
bioclast (Gambar 7.16). Lokasi pengamatan 179 ini termasuk ke dalam penamaan
dilakukan pada hari sabtu tanggal 24 Agustus 2019 yang berada pada Desa
pengamatan 179 yang merupakan bagian bawah (bottom) yang memiliki skala
1:100 terlampir sebagai lampiran lepas pada akhir naskah skripsi (Tabel 7.6).
kedua dalam kolom) dan foto sayatan petrografi (foto ketiga dalam kolom) yang
digunakan untuk memberi gambaran secara untuh dan menyeluruh dari litologi
mendangkal ke atas berdasarkan interpretasi hasil dari analisis profil litologi pada
6 lokasi pengamatan yang terdiri dari bagian atas (top), tengah (middle) dan
bawah (bottom). Hal ini dipengaruhi oleh adanya faktor yang dominan berupa
7.6 Fasies
pendekatan fasies modifikasi Dunham (1962) dan Embry dan Klovan (1971) serta
tubuh batuan berdasarkan kombinasi litologi, struktur fisik, atau biologi yang
dan Embry dan Klovan, (1971) didapatkan hasil terdiri dari Large Foraminifera
dari Link (1950) dan Luis Pomar (2004), dimana model pengendapan Link secara
penelitian termasuk ke dalam dua fasies pengendapan Reef Core Reef Crest (Link,
1950 dan Luis Pomar, 2004) dan Reef Flat (Link, 1950)/ Reef Core Massive (Luis
Pomar, 2004).
7.7.1 Reef core reef crest (Link, 1950 dan Luis Pomar, 2004)
Pada bagian ini dicirikan oleh litologi Bindstone. Bindstone ini berada
pada bagain atas (top) dengan warna segar putih kekuningan, warna lapuk cokelat
kehitaman, struktur masif dan berfosil, tekstur amorf. Berdasarkan pada sayatan
besar, Foraminifera kecil (planktonik dan bentonik), coral, red algae dan pecahan
cangkang moluska, berukuran >2mm, sebagian dalam keadaan utuh dan sebagian
besar berupa pecahan. Lumpur karbonat (8%-15%) hadir merata dalam sayatan,
memiliki karakteristik butiran yang terdiri dari kerangka ataupun pecahan yang
yang dikeluarkan oleh ganggang merah dan lainnya serta terikat satu sama lain
(bind).
pengendapan Reef core reef crest (Link, 1950 dan Luis Pomar, 2004) (Gambar
7.17).
Gambar 7.17 Posisi Reef core reef crest (Link, 1950 (atas) dan Luis Pomar, 2004(bawah))
7.7.2 Reef flat (Link, 1950)/ Reef core massive (Luis Pomar, 2004)
Pada bagian ini dicirikan oleh litologi Large Foraminifera Rudstone dan
Rudstone. Large Foraminifera Rudstone ini berada pada bagain bawah (bottom)
mm) dimana butiran ini saling menyangga satu dengan yang lain. Berdasarkan
pada sayatan tipis mengandung Bioclast (62%) terdiri dari Foraminifera besar
sebagai penyusun yang dominan dan terdapat pula Foraminifera kecil (planktonik
dan bentonik), berukuran >2mm, sebagian dalam keadaan utuh dan sebagian besar
120
berupa pecahan. Lumpur karbonat (30%) hadir merata dalam sayatan, berwarna
maupun bentonik dengan butiran yang saling menyangga satu dengan yang
Foraminifera kecil (planktonik dan bentonik), coral dan red algae, berukuran
>2mm, sebagian dalam keadaan utuh dan sebagian besar berupa pecahan. Lumpur
karbonat (28%-37%) hadir merata dalam sayatan, berwarna cokelat keruh. Sparit
kedua fasies ini termasuk ke dalam fasies pengendapan Reef flat (Link, 1950)/
Gambar 7.18 Posisi Reef flat (Link, 1950)(atas)/ Reef core massive (Luis Pomar, 2004)(bawah)
Terlihat bahwa pada daerah penelitian ini menunjukkan pola pengendapan
mendangkal ke atas, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan baik pada analisis
profil litologi maupun sayatan petrografi. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya
fosil foraminifera besar dan foraminifera kecil (planktonik dan bentonik). Fosil
terbentuk pada lingkungan laut dangkal pada zona neritik tepi-neritik tengah
Gambar 7.19 Fosil foraminifera besar yang digunakan untuk penarikan lingkungan pengendapan