Anda di halaman 1dari 3

BAB 8

KESIMPULAN

Dari hasil pengolahan dan interpretasi data lapangan dan data laboratorium

yang dilandasi konsep geologi, maka dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan

geologi daerah penelitian, yang terletak pada daerah Cerme dan sekitarnya

Kecamatan Juwangi, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, adalah sebagai

berikut:

Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi Satuan geomorfik asal

struktural (S) dibagi lagi menjadi Subsatuan geomorfik perbukitan lipatan

bergelombang kuat kompleks struktur terdenudasi (S9a), menempati ±14% dari

luas daerah penelitian. Subsatuan geomorfik perbukitan lipatan bergelombang

sedang kompleks struktur terdenudasi (S9b), menempati ±34% dari luas daerah

penelitian. Subsatuan geomorfik perbukitan lipatan bergelombang lemah

kompleks struktur terdenudasi (S9c), menempati ±41% dari luas daerah

penelitian. Satuan geomorfik asal fluvial (F) terdapat subsatuan geomorfik dataran

aluvial (F2), menempati ±11% dari luas daerah penelitian. Pola pengaliran yang

berkembang pada daerah penelitian berupa trellis dan subdendritik, dengan stadia

daerah adalah dewasa.

Stratigrafi daerah penelitian terdiri dari 6 satuan batuan dan endapan

campuran, dengan urutan dari yang tertua sampai termuda adalah satuan batupasir

karbonatan Kerek, merupakan satuan yang paling tua di daerah penelitian, di

atasnya diendapkan satuan napal Kalibeng yang memiliki hubungan menjari

terhadap satuan batupasir karbonatan Kerek. Satuan batupasir Kalibeng dan

164
165

Satuan kalkarenit Kalibeng diendapakan secara selaras menjari diatas satuan napal

Kalibeng, diatas kalkarenit diendapkan secara tidak selaras breksi andesit

notopuro, serta adanya endapan campuran yang diendapkan secara tidak selaras.

Di daerah penelitian terdapat 8 lipatan, 2 sesar naik dan 4 sesar mendatar

yaitu, Antiklin Panimbo, Sinklin Padas, Antiklin Padas, Sinklin Kedungjati,

Antiklin Kedungjati, Sinklin Klitikan, Antiklin Deras, Sinklin Juwangi, Sesar

Naik Panimbo, Sesar Naik Padas diperkirakan, Sesar Mendatar Kanan Deras,

Sesar Mendatar Kiri pilangrejo, Sesar Mendatar Kiri Padas, Sesar Mendatar Kiri

Kalimaro yang memiliki arah tegasan utama relatif dari utara-selatan dengan pola

timur-barat sampai baratlaut-tenggara dan timurlaut-baratdaya.

Sesumber geologi daerah penelitian berupa sumber daya air dan lahan,

potensi geowisata, potensi bahan galian. Bahaya geologi dalam bentuk gerakan

massa berupa aliran (debris slide), jatuhan (rock fall), dan rayapan (creeping).

Adapun bahaya bencana banjir dan kekeringan.

Daerah penelitian termasuk zona rawan Gerakan massa tipe B (zona

berpotensi longsor pada daerah kaki gunung, kaki pegunungan, kaki bukit, kaki

perbukitan, dan tebing sungai dengan kemiringan lereng berkisar antara 21%

sampai dengan 40%, dengan ketinggian 500 meter sampai dengan 2000 meter di

atas permukaan laut, yang terbagi lagi menjadi tingkat tinggi, sedang dan rendah

berdasarkan pembobotan di tujuh titik lokasi penelitian. Tingkat tinggi yaitu pada

lp 1 dan 3 dengan nilai pembobotan 2,56 – 2,57, tingkat sedang pada lp 2, 3, 4, 5,

6 dengan nilai 2,185 – 2,3 dan tingkat rendah pada lp 7 dengan nilai pembobotan

1,675. Berdasarkan nilai pembobotan, aspek yang dominan yaitu spek fisik alami.
166

Manajemen bencana yang tepat untuk daerah penelitian yaitu tahap pra

bencana yang meliputi mitigasi dan pencegahan ataupun penanganan. Titik yang

berpotensi atau telah terjadi gerakan massa dapat dilakukan penanganan lereng

dengan mengurangi gaya pendorong, dilakukan antara lain dengan pemotongan

bagian atas lereng dan pengendalian air permukaan, sedangkan penanganan

dengan menambah gaya penahan antara lain dengan pengendalian air rembesan,

penambahan beban pada kaki lereng dan perkuatan struktur penahan. Metode

geometri lereng cocok diterapkan pada lokasi pengamatan 5, horizontal drain

cocok diterapakan pada lokasi pengamatan 3, 4 dan 5, pemasangan bronjong dan

buttresses cocok dipasang pada lokasi pengamatan 6 dan 7, kemudian pemasangan

tembok penahan dan kombinasi beberapa metode penanganan lereng juga bisa

dilakukan pada lokasi penelitian.

Peruntukan fungsi kawasan zona B, pada tingkat tinggi untuk Kawasan

lindung, sedangkan tingkat sedang dan rendah untuk kawasan budi daya terbatas

(dapat dibangun/dikembangkan bersyarat). Maka, penataan ruang kawasan rawan

bencana longsor lebih dititikberatkan kepada upaya memelihara dan

meningkatkan kualitas ruang melalui upaya peningkatan kelestarian dan

keseimbangan lingkungan dengan lebih memperhatikan azas pembangunan

berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai