SARI
Daerah penelitian ini secara administrasi terletak di Kecamatan Rowokele,
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis berada di 109° 24'
54.6791" - 109° 26' 59.8615" BT dan 7° 31' 49.0256" - 7° 35' 56.4886" LS,
sedangkan secara astronomis daerah penelitian terletak pada 325167mE - 328977mE
dan 9159724mN - 9167312mN UTM WGS 1984 (Universal Transverse Mecrator).
Luas daerah telitian 4 km x 7,5 km dengan skala 1:20.000. Berdasarkan aspek-aspek
geomorfologi, maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi 4 satuan bentuklahan
yaitu Perbukitan Terdenudasi Kuat (D2), Perbukitan Terdenudasi Sedang (D1),
Perbukitan Terdenudasi Lemah (D3) dan Gawir Garis Sesar (S3). Stratigrafi daerah
telitian dibagi menjadi 7 satuan batuan, yaitu satuan breksi Totogan (Oligosen Awal),
satuan batupasir tuffan Waturanda dan satuan breksi Waturanda (Miosen Awal),
satuan batupasir Penosogan (Miosen Tengah), satuan batupasir Halang, menjari
dengan satuan breksi Halang (Miosen Akhir) dan tidak selaras di atasnya Endapan
Alluvial (Resen). Struktur geologi pada daerah telitian berupa sesar turun kanan
Kalipetuk dan sesar turun kanan Ijo dengan nama “right lag slip fault” yang memiliki
arah kemenerusan barat laut – tenggara. Analisis risiko bencana longsor di Desa
Wagirpandan dan Wonoharjo menunjukkan 3 tingkat risiko bencana longsor, yaitu:
tingkat risiko rendah, tingkat risiko sedang, dan tingkat risiko tinggi.
Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi, Risiko Bencana, dan Longsor.
ABSTRACT
Research area administrative at Rowokele, Central Java Province.
Geographic are 109° 24' 54.6791" - 109° 26' 59.8615" latitude and ° 31' 49.0256" -
7° 35' 56.4886" longitude, astronomic research area are 325167mE - 328977mE and
9159724mN - 9167312mN UTM WGS 1984. Research area weight 4 km x 7,5 km
with scale 1:20.000.
Aspect of geomorphology, research area has 4 units geomorphic, include : Strong
Denudational Hills (D2), Medium Denudational Hills (D1), Low Denudational Hills
(D3) and Fault Line Scarp (F3). Stratigraphy research area of old to young are
Totogan breccia unit (Lower Oligocene), Waturanda tuffa sandstone unit and
Waturanda breccia unit (Lower Miocene), Penosogan sandstone unit (Middle Miocene),
Halang sandstone unit and Halang breccias unit with fingering stratigraphy contact,
and alluvial deposits unit (Recent). Geological structures in researh area is Kalipetuk
normal fault with Right Lag Slip Fault name, stretching Northwest - Southwest.
Disaster risk analysis result of a landslide in Wagirpandan and Wonoharjo shows
low risk, medium risk and high risk.
1
PENDAHULUAN Hasil Penelitian
Latar Belakang Hasil penelitian ditampilkan dalam
Longsor merupakan salah satu bentuk:
bencana alam yang sering terjadi di a. Peta lintasan daerah penelitian.
Indonesia yang menimbulkan b. Peta kelerengan daerah
kerusakan secara langsung seperti penelitian.
fasilitas umum, konstruksi bangunan, c. Peta geomorfologi dan
lahan pertanian dan jalan dan penampang geomorfologi
kerusakan secara tidak langsung dapat daerah penelitian.
melumpuhkan kegiatan pembangunan d. Peta geologi dan penampang
dan aktivitas ekonomi di daerah geologi daerah penelitian.
bencana dan sekitarnya, bahkan e. Penampang stratigrafi terukur
sampai menelan korban jiwa. dan ketebalan satuan batuan di
Terkait dengan uraian risiko daerah penelitian.
bencana tersebut, potensi kerusakan f. Peta jenis dan ketebalan tanah
dan kerugian yang dapat diakibatkan daerah telitian.
oleh risiko bencana longsor dan g. Peta penggunaan lahan daerah
mitigasi bencana sehingga perlu telitian.
adanya informasi mengenai tingkat h. Peta kepadatan penduduk
kerawanan risiko bencana, mengetahui daerah telitian.
faktor pemicu dan faktor pengontrol i. Peta tingkat ancaman atas
terjadinya longsor didaerah penelitian. bencana longsor daerah
penelitian.
Maksud dan Tujuan j. Peta tingkat kerugian atas
Tujuan dari penelitian ini bencana longsor daerah
adalah untuk mengetahui tingkat risiko telitian.
bencana longsor berdasarkan keadaan k. Peta tingkat kapasitas atas
geologi serta variable-variabel bencana longsor daerah
bencananya. telitian.
l. Peta tingkat risiko atas bencana
Lokasi Daerah Penelitian longsor daerah telitian.
Daerah penelitian ini secara m. Laporan penelitian.
adminsitrasi terletak di Desa
Wagirpandan, Wonoharjo, dan METODOLOGI PENELITIAN
sekitarnya, Kecamatan Rowokele, Metode penelitian yang
Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa digunakan di daerah penelitian adalah
Tengah. Secara geografis berada di berupa pemetaan geologi dan
109° 24' 54.6791" - 109° 26' 59.8615" pengkajian risiko bencana. Penentuan
BT dan 7° 31' 49.0256" - 7° 35' tingkat berdasarkan akumulasi
56.4886" LS, sedangkan secara perkalian bobot dan skor parameter
astronomis daerah penelitian terletak yang mempengaruhi bencana longsor.
pada 325167mE - 328977mE dan Teknik pembobotan dan skoring
9159724mN - 9167312mN UTM menggunakan skala borgadus,
WGS 1984 (Universal Transverse sedangkan penentuan kelas interval
Mecrator). menggunakan metode aritmatik.
1
ANALISA DAN PEMBAHASAN 3. Satuan breksi Waturanda
Pembagian geomorfologi 4. Satuan batupasir Penosogan
daerah telitian memakai konsep atau 5. Satuan breksi Halang
model untuk membagi satuan 6. Satuan batupasir Halang
geomorfologi yang mengacu pada 7. Endapan alluvial
klasifikasi Van Zuidham (1983) dan
Verstappen (1985) yang mengaitkan
antara struktur dan proses secara
bersama dalam pembentukan
bentuklahan berdasarkan
pertimbangan morfografi, morfometri
dan morfogenesa. Satuan geomorfik
pada daerah telitian didominasi oleh
perbukitan terdenudasi kuat, di
sebelah tenggara dan baratdaya berupa
perbukitan terdenudasi kuat berlereng
agak curam dan di bagian tengah
sampai utara didominasi oleh Gambar 1. Kolom Stratigrafi Daerah Telitian
perbukitan terdenudasi sedang
berlereng curam, satuan geomorfik Satuan Breksi Totogan
tersebut yang oleh Zuidham dan Secara umum litologi
Cancelado (1979) diklasifikasikan ke penyusun satuan litostratigrafi ini
dalam bentuk lahan bentukan asal secara dominan berupa breksi aneka
denudasional. Lembah-lembah yang bahan, berwarna abu-abu sampai
ada di daerah telitian pada umumnya kehitaman, kemas terbuka, butiran
mengikuti kemiringan lereng mengambang tidak bersentuhan,
perbukitan. Daerah penelitian di didukung matrik lempung pasiran,
sebelah timurlaut terdapat morfologi bentuk butiran bervariasi menyudut -
gawir garis sesar yang dicirikan oleh membundar. Butiran berukuran mulai
kemenerusan punggungan berlereng dari kerikil sampai berangkal,
sangat curam terbentuk akibat sesar sebagian besar terdiri dari bongkahan
turun yang pada perkembangannya batuan beku basalt, sedikit sekis,
dikontrol oleh proses denudasioal batupasir.
yang sangat kuat. Umur satuan batuannya
Penentuan satuan batuan di ditentukan oleh kandungan fosil di
daerah penelitian ini berdasarkan dalam matrik batulempungnya. Fosil
kesatuan ciri litologi yang dominan foram plankton yang ditemukan terdiri
berdasarkan pengamatan singkapan dari Globigerina tripartita,
dan lintasan serta penyebaran lateral Globigerina yenguaensis,dan
batuan yang dominan, maka daerah Globorotalia nana. Himpunan fosil ini
penelitian dapat dikelompokkan dalam menunjukkan kisaran umur Eosen
tiga satuan batuan resmi. Penamaan Tengah – Oligosen Awal yang
satuan batuan berdasarkan penamaan mewakili umur satuan batuannya.
tak resmi, sebagai berikut: Umur Eosen Tengah foram plankton
1. Satuan breksi Totogan yang mirip dengan umur blok
2. Satuan batupasir tufan batugamping dan batupasirnya
Waturanda kemungkinan merupakan reworked
2
fosil, sehingga diperkirakan umur berdasarkan kemunculan akhir dari
satuan batuannya adalah sekitar Spaerodinella subahucens dan
Oligosen Awal. (Prasetyadi, 2007) kematian awal Globigerinoides
Satuan litostratigrafi ini altiaperturus didapatkan kisaran umur
merupakan satuan yang berumur relatif pada Satuan batupasir tufan
paling tua dan diendapkan selaras Waturanda ini adalah Miosen Bawah
dengan satuan batupasir tufan Formasi (N 7 – N9).
Waturanda yang ada di atasnya. Penentuan lingkungan
pengendapan ditentukan berdasarkan
tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek
kimia, aspek biologi. Berdasarkan
aspek fisik satuan ini didominasi oleh
batuan sedimen vulkanik dengan
ditemukan litik tuf pada singkapan.
Sehingga satuan ini terendapkan
Gambar 2. Litologi breksi dengan aneka akibat fase vulkanik. Ditinjau dari
ragam fragmen bongkah basalt, konglomerat, aspek kimia, menunjukkan bahwa
kuarsit.Arah kamera menghadap ke utara.
batupasir tufan Waturanda di
lingkungan laut dalam.
Satuan Batupasir Tufan Waturanda
Secara umum litologi Secara urut-urutan stratigrafi
penyusun satuan litostratigrafi ini satuan batupasir Waturanda ditindih
secara dominan berupa batupasir selaras oleh satuan breksi Waturanda
tufan. Berdasarkan pengamatan di dan menindih selaras satuan breksi
lapangan, penyusun satuan batupasir ini Totogan.
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
batupasir tufan umumnya memiliki Satuan Breksi Waturanda
warna abu-abu terang atau coklat tua Penamaan satuan litostratigrafi
(segar), kuning kecoklatan ( lapuk), ini berdasarkan pada litologi yang
ukuran butir pasir sedang - kasar, dominan. Secara umum litologi
membundar – agak membundar, penyusun satuan litostratigrafi ini
terpilah baik, kemas tertutup, dengan berupa breksi dengan komposisi
komposisi fragmen litik, matriks tuf , fragmen Andesit dan Basalt.
dan semen silika. Struktur sedimen breksi warna fresh hitam , warna lapuk
yang dijumpai berupa perlapisan. abu-abu kecoklatan, ukuran butir
kerakal – bongkah, derajat
pembundaran menyudut, terbilah
buruk, kemas tertutup, semen silika,
struktur massif.
3
Penentuan umur satuan ini
menggunakan pendekatan posisi
stratigrafi dari satuan di atas satuan
Breksi Waturanda dan berdasarkan
peneliti terdahulu yakni didapatkan
umur Miosen Awal ( Prasetyadi,
2007).
Secara urut-urutan stratigrafi
satuan breksi Waturanda ditindih
selaras oleh satuan batupasir
Penosogan dan menindih selaras Gambar 5. a) dan b) lapisan tebal batupasir
satuan batupasir tufan Waturanda. karbonatan di LP 103 (Arah kamera ke barat)
dan LP 64 (Arah kamera ke barat daya), c)
Satuan Batupasir Penosogan Singkapan batulempung di LP 66 (Arah
Penamaan satuan litostratigrafi kamera ke utara), d) Kenampakan perselingan
batupasir tufan dan batulempung di LP 106
ini berdasarkan pada litologi yang (Arah kamera ke barat daya).
dominan. Secara umum litologi
penyusun satuan litostratigrafi ini secara Berdasarkan hasil analisa mikrofosil
dominan berupa batupasir karbonatan yang diperoleh pada LP 63 didapatkan
yang secara petrografi adalah fosil foraminifera antara lain
Calcareous Volcanic Wacke (Menurut Globigerina praebulloides,
Klasifikasi Dunham, 1962). Setempat- Globigerinoides subquadratus, dan
setempat ditemukan perselingan
Orbulina universa. Pada LP 64 pada
batupasir tufan dan batulempung
singkapan batulempung betulempung
karbonatan.
karbonatanan didapatkan fosil
batupasir karbonatan warna; coklat
foraminifera berupa Globoquadrina
muda (segar), abu-abu (lapuk),
altispira, dan Globigerina nepenthes.
struktur: perlapisan, tekstur: ukuran
Dari hasil kesimpulan analisa fosil
butir : pasir halus- pasir sedang (0.25 –
didapatkan kisaran umur dari N 9- N
0.5 mm); terpilah baik; derajat
15 ( Miosen Tengah – Miosen Akhir ).
pemilahan: derajat pembundaran: agak
Penentuan lingkungan
membundar ; kemas: tertutup; fragmen
pengendapan didasarkan pada aspek
: hornblende, piroksen, litik, matriks: -
fisik dengan melihat ciri – ciri litologi,
, semen: karbonat.
struktur sedimen, variasi litologi,
batupasir tufan warna; coklat muda
aspek kimia dengan melihat kehadiran
(segar), struktur: perlapisan, tekstur:
mineral sedikit serta aspek biologi
ukuran butir : pasir sedang (0.5 – 1
dengan melihat kehadiran fosil. Dan
mm); terpilah baik; derajat pemilahan:
juga mengacu pada stratigrafi regional
terpilah baik, derajat pembundaran:
daerah telitian. Melihatnya di
agak membundar ; kemas: tertutup;
lapangan, jelas satuan batupasir
fragmen : tuf, hornblende, piroksen,
Penosogan merupakan endapan
litik, semen: karbonat.
volkanoklastik jenis epiklastik (Fisher,
batulempung, warna coklat ( segar),
1961) karena disusun oleh batupasir
coklat gelap (lapuk), ukuran butir
karbonatan dan perselingan tipis yang
lanau ( 1/16 – 1/256 mm ). Komposisi
didominasi batupasir tufan,
: fosil foram, semen karbonat.
batulempung, betulempung
4
karbonatan. Pada satuan ini betulempung karbonatan warna; abu-
ditemukan fosil bentos Cibicides abu (segar), abu-abu (lapuk), ukuran
margaritiferus, Bolivina eurlandi, butir : lempung (<1/256 mm);
Bolivia spatula yang menunjukkan komposisi : fosil foram, mineral
lingkungan bathimetrinya adalah lempung.semen karbonat.
neritik tengah. batulempung abu-abu (segar), abu-abu
Secara urut-urutan stratigrafi (lapuk), ukuran butir : lempung
satuan batupasir Penosogan ditindih (<1/256 mm); komposisi : fosil foram,
selaras oleh satuan batupasir Halang mineral lempung.semen silika.
dan menindih selaras satuan breksi tuf warna abu-abu, ukuran butir tuf (<
Waturanda. 0,04 mm), membundar, terpilah baik,
tertutup, mineral sialis : kuarsa,
Satuan Batupasir Halang mineral feromagnesian : -, material
Penamaan satuan litostratigrafi ini tambahan : debu halus, perlapisan.
berdasarkan pada litologi yang dominan.
Secara umum litologi penyusun satuan
litostratigrafi ini secara dominan berupa
batupasir tufan yang secara petrografi
adalah Chiefly Volcanic Wacke
menurut klasifikasi Pettijohn, 1972 dan
Gilbert, 1982 pada analisis petrografi.
Penciri utama dari satuan ini adalah
batupasir tufan, batupasir sisipan tuf,
tuf, serta batulempung. Bersifat
karbonatan pada fragmennya karena
cukup banyak mengandung fosil dan Gambar 6. Struktur sedimen slump yang
terdapat di litologi batupasir tufan yang
unsur CaCO3 seperti kalsit. Pembeda terletak di Sungai Ijo. Arah kamera
satuan ini dengan satuan batupasir menghadap ke barat.
Penosogan adalah sifat tufan pada
batupasirnya sebagai matriks yang
semakin keatas maka sifat tufnya
semakin meningkat namun sifat
karbonatannya semakin berkurang.
Pada satuan ini cukup banyak dijumpai
struktur sedimen berupa slump dan
“Bouma Sequence” yang menunjukkan Gambar 7. Singkapan tuf pada satuan
bahwa satuan ini diendapkan oleh arus batupasir Halang, berada di LP 6. Arah
turbit. kamera menghadap ke barat daya.
batupasir tufan coklat muda (segar),
struktur: perlapisan, tekstur: ukuran
butir : pasir halus sampai pasir sedang
(0.5 – 1 mm); terpilah baik; derajat
pemilahan: terpilah baik, derajat
pembundaran: agak membundar ;
kemas: tertutup; fragmen : tuf,
hornblende, piroksen, litik, semen:
karbonat.
5
Satuan Breksi Halang
Penamaan satuan litostratigrafi
ini berdasarkan pada litologi yang
dominan. Secara umum litologi
penyusun satuan litostratigrafi ini secara
dominan berupa breksi dengan fragmen
yang secara petrografi adalah Basalt
(William 1954) pada analisis petrografi
(lampiran 7). Pada satuan dijumpai
Gambar 8. Gambar singkapan perselingan sisipan lava yang secara petrografis
batupasir tufan dan betulempung karbonatan. adalah Basalt (William 1954).
Arah kamera menghadap ke barat. breksi polimik; warna: hitam (segar),
coklat tua (lapuk), struktur: massif,
Berdasarkan hasil analisa fosil foram tekstur: ukuran butir : kerikil –
plankton dan bentos (Terlampir), bongkah ( 2 - >256mm),
didapatkan hasil umur satuan batupasir D.Pembundaran : menyudut,
halang N17 – N 19 (Blow, 1969) D.Pemilahan: buruk, kemas: terbuka;
sehingga berumur Miosen Akhir – Komposisi mineral : fragmen :andesit,
Pliosen Awal. basalt; matrik: batupasir sedang –
Penentuan lingkungan kasar (1-0,5 mm) , hornblende, kuarsa,
pengendapan didasarkan pada aspek ; semen: silika.
fisik dengan melihat ciri – ciri litologi,
struktur sedimen, variasi litologi, aspek lava basalt; warna segar abu – abu ;
kimia dengan melihat kehadiran mineral warna lapuk abu – abu kehitaman,
sedikit serta aspek biologi dengan fanerik sedang – afanitik, subhedral,
melihat kehadiran fosil. Dan juga inequigranuar hipidiomorfik, scoria.
mengacu pada stratigrafi regional Komposisi mineral terdiri dari
daerah telitian. Fosil Bentos yang piroksen, plagioklas, mineral opaq dan
didapatkan Nodosaria radicula dan masa dasar gelas.
Reophax cylindricus menunjukkan
lingkungan bathimetri batjial atas –
bathial bawah.
Secara urut-urutan stratigrafi
satuan batupasir Halang menindih
selaras batupasir Penosogan dan FRAGMEN ANDESIT
sebagian menjari dengan satuan breksi
Halang. Kontak satuan ini dengan Gambar 9. Singkapan breksi dengan fragmen
andesit – basalt, insert gambar fragmen
satuan batupasir Penosogan agak sulit andesit (LP 33). Arah kamera menghadap ke
untuk ditentukan sebab bergradasi, utara.
namun dapat dilihat bahwa ciri utama
dari satuan ini adlah sifat tufan pada
batupasirnya sebagai matriks yang
semakin keatas maka sifat tufnya
semakin meningkat namun sifat
karbonatannya semakin berkurang.
6
terlebih dahulu oleh karena itu satuan
ini tersusun oleh material berukuran
pasir halus hingga sangat kasar juga
dijumpai adanya material kerikil dan
keseluruhan dari satuan ini belum
mengalami proses diagenesa seperti
kompaksi sehingga masih berwujud
sebagai material lepas yang belum
terlitifikasi.
Gambar 10. a) Kontak antara satuan breksi
Halang dengan lava basalt di LP 58 (Arah
kamera menghadap utara), b) kontak antara
satuan breksi Halang dengan lava basalt di LP
55 (arah kamera menghadap ke barat), c)
kenampakan kekar lembar pada lava basalt di
LP 55 (arah kamera menghadap ke barat).
7
Gambar 13. Peta Geologi
8
kejadian. Komponen Kerentanan faktor yang sangat penting dalam
disusun berdasarkan parameter sosial analisis gerakan tanah, karena
budaya, ekonomi, fisik dan kestabilan lereng berkurang pada
lingkungan. Komponen Kapasitas morfologi berlereng terjal, sehingga
disusun berdasarkan parameter mengakibatkan semakin besarnya
kapasitas regulasi, kelembagaan, gaya penggerak massa tanah/batuan
sistem peringatan, pendidikan penyusun lereng.
pelatihan keterampilan, mitigasi dan Dari perhitungan dan anlisis
sistem kesiapsiagaan. kelerengan lereng curam memicu
terjadinya gerakan tanah sehingga
Indeks Ancaman Bencana Longsor kategori kelerengan curam
Indeks Ancaman Bencana mempunyai kategori yang tinggi.
disusun berdasarkan dua komponen Semakin lereng curam semakin besar
utama, yaitu kemungkinan terjadi kemungkinan terjadinya gerakan tanah
suatu ancaman dan besaran dampak sedangkan semakin landai lerengnya
yang pernah tercatat untuk bencana maka semakin sedikit kemungkinan
yang terjadi tersebut. Dapat dikatakan terjadinya gerakan tanah. Faktor lain
bahwa indeks ini disusun berdasarkan adalah aliran air pada lereng yang
data dan catatan sejarah kejadian yang landai dapat memicu terjadinya
pernah terjadi pada suatu daerah. gerakan tanah serta penggunaan lahan
Data yang diperoleh dari dan aktifitas manusia (berkebun,
daerah telitian kemudian dibagi dalam berladang dan pemotongan lereng)
3 kelas ancaman, yaitu rendah, sedang dapat memicu terjadinya gerakan
dan tinggi. Komponen dan indikator tanah pada lereng-lereng yang terjal.
untuk menghitung Indeks Ancaman
Bencana dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.3 Parameter kelerengan di daerah
telitian berdasarkan kriteria dan Skor menurut
Tabel 5.1. Komponen Indeks Komponen Indeks Ancaman Bencana Longsor
AncamanBencana(PSMB UPN2013). PSMB UPN 2013.
Klas
No Lereng Klasifikasi Kategori
skor nilai
parameter
(%)
1 2 3
Geomorfologi 70 - 140%,
(kemiringan lereng) 15% 15-20% >40% 20
tanah dan batuan batuan batuan Sangat merupakan morfologi Tinggi,
penyusun beku sedimen aluvial 20 1
Curam gawir. Dikontrol oleh skor 3
Curah Hujan 1500 1500-2500 >2500 20
pensesaran.
sejarah kejadian 1x 2-3x >3 40
30-70%: pegunungan,
longsoran.
Pada daerah penelitian Gerakan tanah di daerah
kelerengan merupakan salah satu penelitian, banyak dipengaruhi oleh
9
Tabel 5.4. Parameter persebaran litologi berdasarkan kriteria dan skor menurut Komponen Indeks
Ancaman Bencana Longsor (PSMB UPN, 2013).
10
Gambar 14. Jumlah Hari Hujan dan Rataan
Curah Hujan per Bulan di Kabupaten
Gambar 15. Beberapa kejadian longsor
Kebumen Tahun 2006 – 2010 (Sumber :
yang ditemukan penulis saat
http://www.kebumenkab.go.id)
penelitian di Desa
Wagirpandan dan Wonoharjo :
Berdasarkan data curah hujan
tersebut maka dapat dinilai indeks Setelah dilakukan perhitungan
ancaman (menurut Komponen Indeks dan analisis berdasarkan komponen
Ancaman Bencana Longsor, PSMB dan indikator Indeks ancaman
UPN 2013) di masing-masing desa diperoleh hasil bahwa indeks ancaman
yaitu tinggi, skor 3 dengan curah bencana tanah longsor di Desa
hujan diatas 2500 mm. Wagirpandan memiliki kerawanan
rendah di Dusun Kedung Guling,
Bilungan, dan Cuntelan, sedang untuk
Tabel 5.7. Kejadian Bencana Longsor Tahun 2009 – 2012 beserta skor, menurut Komponen
Indeks Ancaman Bencana Longsor PSMB UPN 2013.
DESA DUSUN JMLH_PNDDK Sejarah Kejadian Kategori
Wagirpandan Kedung guling 843 0 Rendah, skor 0
Wagirpandan Bilungan 910 0 Rendah, skor 0
Wagirpandan Borang 697 1 Rendah, skor 1
Wagirpandan Cuntelan 753 2 Sedang, skor 2
Wonoharjo Luwung 1022 0 Rendah, skor 0
Wonoharjo Slirap 1128 2 Sedang, skor 2
Wonoharjo Sawangan 990 3 Tinggi, skor 2
Wonoharjo Lokarsa 1072 4 Tinggi, skor 3
Wonoharjo Wonosari 3308 2 Sedng, skor 2
Wonoharjo Padasan 838 1 Rendah, skor 1
Wonoharjo Beji 998 1 Rendah, skor 1
Wonoharjo Lemungsur 9902 1 Rendah, skor 1
Wonoharjo Kalipetuk 850 2 Sedang, skor 2
11
Indeks Kerentanan (Indeks yang merupakan lingkup kawasan
Penduduk Terpapar dan Indeks terendah kajian kapasitas ini. Oleh
Kerugian) karenanya penghitungan Tingkat
12
berdampak pada masyarakat,
khususnya pada daerah yang rawan
longsor, sehingga upaya pengurangan
risiko longsor terhadap ancaman dan
kerentanan melalui kapasitas daerah
menangani daerah yang rawan longsor
belum menunjukkan upaya yang
maksimal.
Setelah dilakukan perhitungan
dan analisis berdasarkan komponen
dan indikator indeks kerugian
diperoleh hasil bahwa ketahanan di
kedua desa tersebut tergolong rendah.
13
Warna tempat pertemuan nilai
tersebut melambangkan Tingkat
Kapasitas. Hasil dari tingkat kapasitas
masing-masing dusun di Desa
Wagirpandan dan Wonoharjo bisa
dilihat pada tabel 5.13
14
Bencana dilakukan dengan Tabel 5.14. Tingkat Risiko Bencana Longsor
menggunakan matriks. Desa Wagirpandan dan Wonoharjo (Penulis,
2013).
Tabel 23. Matriks Tingkat Risiko Kabupaten DESA DUSUN Tingkat Kerugian Tingkat Kapasitas Tingkat Risiko
Kebumen Wagirpandan Kedung guling Rendah Sedang Rendah
Wagirpandan Bilungan Sedang Rendah Tinggi
TINGKAT KAPASITAS Wagirpandan Borang Tinggi Rendah Tinggi
TINGKAT RISIKO
Tinggi Sedang Rendah Wagirpandan Cuntelan Sedang Sedang Sedang
Rendah Wonoharjo Luwung Rendah Sedang Rendah
Wonoharjo Slirap Sedang Rendah Tinggi
TINGKAT KERUGIAN Sedang
Wonoharjo Sawangan Tinggi Rendah Tinggi
Tinggi Wonoharjo Lokarsa Sedang Rendah Tinggi
Wonoharjo Wonosari Sedang Rendah Tinggi
Wonoharjo Padasan Rendah Sedang Rendah
Penentuan dilaksanakan Wonoharjo
Wonoharjo
Beji
Lemungsur
Rendah
Rendah
Sedang
Sedang
Rendah
Rendah
dengan menghubungkan Tingkat Wonoharjo Kalipetuk Rendah Rendah Sedang
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
dilapangan serta pembahasan pada isi
dari penelitian ini maka pada derah
telitian, penulis menyimpulkan sebagai
berikut :
Gambar 19. Peta Risiko Bencana Longsor Pada analisa interpretasi peta
topografi dan pengamatan di lapangan
dalam pembagian bentuklahan
berdasarkan aspek-aspek
geomorfologi, dapat mendukung jenis
batuan dan struktur geologi di daerah
penelitian.
15
Secara morfostruktur pasif Bemmelen, R.W. 1949, van., The
bentuklahan pada daerah penelitian Geology of Indonesia, vol IA,
tersusun oleh satuan breksi Totogan, 2nd ed, The Haque Martinus
satuan batupasir tuffan Waturanda, Nijhoff, Netherlands.
satuan breksi Waturanda, satuan Blow, M. D., 1969, Late Middle
batupasir Penosogan, satuan batupasir Eocene to Recent Planktonic
Halang, satuan breksi Halang dan Foraminiferal
Endapan Alluvial. Biostratigraphy, International
Pengkajian risiko bencana Conference Planktonic
disusun berdasarkan Komponen Microfossils, First Eddition,
Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas. Genova, Proc. Leiden E. J.
Penentuan tingkat berdasarkan Bull. Vol. I, p. 199 – 422.
akumulasi perkalian bobot dan skor Harsolumakso, A.H. (1996) : Status
parameter yang mempengaruhi olistostrom di daerah Luk
bencana longsor. Hasil analisis Ulo, Jawa Tengah: suatu
menunjukkan bahwa Desa tinjauan stratigrafi, umur dan
Wagirpandan dapat dibagi menjadi deformasi. Kumpulan
tiga tingkat risiko yaitu risiko rendah makalah seminar Nasional,
di Dusun Kedung Guling, risiko 1996, “Peran Sumberdaya
sedang di Dusun Cuntelan, serta risiko Geologi dalam PJP II”, 101-
tinggi di Dusun Bilungan dan Dusun 121.
Borang. Tingkat risiko Desa Harsolumakso, A.H., M.E.Suparka,
Wonoharjo yaitu tingkat risiko rendah D.Noeradi, R.Kapid, Y.Zaim,
di Dusun Luwung, Dusun Padasan, N.A.Magetsari, dan
Dusun Beji, Dusun Lemungsur, risiko C.I.Abdullah. (1995) :
sedang di Dusun Kalipetuk, serta Karateristik Struktur Melange
risiko tinggi di Dusun Slirap, Dusun di Daerah Luk Ulo,
Sawangan, Dusun Lokarsa, dan Dusun Kebumen, Jawa Tengah,
Wonosari. Prosiding Seminar Sehari
Geoteknologi dalam
DAFTAR PUSTAKA Industrialisasi, PPPG-LIPI,
DAFTAR PUSTAKA Bandung.
Harsolumakso, A.H., Prasetyadi, C.,
Asikin, S. (1974) : Evolusi Geologi Sapiie, B., dan Suparka, M.E.
Jawa Tengah dan Sekitarnya (2006) : The Luk Ulo-
Ditinjau Dari Segi Tektonik Karangsambung Complex of
Dunia Yang Baru. Laporan Central Java, Indonesia: From
tidak dipublikasikan, subduction to collision
disertasi, Dept. Teknik tectonics, Proceedings
Geologi ITB, 103 hal. Persidangan Bersama UKM-
Asikin, S., Handoyo, A., ITB, Langkawi, Malaysia.
Hendrobusono, dan Gafoer, Hartono,G., 2010, “The Role of
S. (1992) : Geologic map of Paleovulcanism in The
Kebumen quadrangle, Java, Tertiary Volcanic Rock
scale 1: 100.000, Geological Product Setting at Mt.
Research and Development Gajahmungkur, Wonogiri,
Center, Bandung. Central Java”, Universitas
16
Padjajaran Bandung, evolution and petroleum
Bandung. implications, Proceedings
Metcalfe, I. (1996) : Pre-Cretaceous Indonesian Petroleum
evolution of SE Asian Association, 31st Annual
Terranes. In: Hall, R. and Convention and Exhibition,
Blundell, D. J. (eds.), Jakarta (File: IPA07-G-085).
Tectonic Evolution of Tjia, H.D. (1966) : Structural analysis
Southeast Asia, Geological of the Pre-Tertiary of the
Society Special Lokulo area, Central Java,
Publication, 106, The PhD dissertation, Contribut.
Geological Society London, From the Dept. of Geol., ITB,
97 – 122. No. 63.
Mustofa Nur, dkk, 2009, ”Hubungan Varnes, D. J., 1978. Slope Movement
Sebaran Gerakan Tanah and Type of Processes in
Dengan Kelurusan Struktur Landslides, Analysis and
Geologi Berdasarkan Control Transportation
Interpretasi Citra Landsat Di Research Board. National
Daerah Kebumen Academy of Sciences,
Jaawa Tengah”, Washington D.C.
Technoscientia. Verstappen, H.Th., 1985. Applied
Prasetyadi,C.,Sutarto., dan Geomorphological Surveys and
Pratiknyo,P., 2010, “Geologi Natural Hazard Zoning.
Daerah Subduksi Zaman International for Aerospace
Kapur Tepi Tenggara Surface and Earth Science
Paparan Sunda”, Panduan (ITC), Enschede. The
Ekskursi Besar Geologi 2010 Netherlands.
UPN ”Veteran” Yogyakarta, Wiliams, H., Turner F.J. and Gilbert
Yogyakarta. C.H, 1954. Petrography an
Prasetyadi.C, Disertasi, 2007, “Evolusi Introduction to the Study of
Tektonik Jawa Bagian Thin Sections. W.H. Freeman
Timur”, Institut Teknologi and Company. San Fransisco.
Bandung. Wilson, M., 1989. Igneous
Pulunggono, A., dan Martodjojo, S. Petrogenesis A Global
(1994) : Perubahan tektonik Tectonic Approach. London :
Paleogen-Neogen merupakan Depart of Earth Sciences.
peristiwa tektonik terpenting University of Leed, p. 466.
di Jawa, Procedings Geologi Zuidam, Dr. R.A. Van, 1983. Guide to
dan Geotektonik Pulau Geomorphologic Aerial
Jawa sejak akhir Mesozoik Photographic Interpretation
hingga Kuarter, Seminar and Mapping. International for
Jurusan T. Geologi Fak. Aerospace Surface And Earth
Teknik UGM, 253-274. Science (ITC), Enschede, The
Satyana, A.H. (2007) : Central Java, Netherlands.
Indonesia – A “Terra
Incognita” in petroleum
exploration: New
considerations on the tectonic
17
Gambar 20. Penunjuk Letak Peta dan Peta
Indeks Daerah Telitian
18