Anda di halaman 1dari 21

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11

PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA


5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

1262
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

MENGUNGKAP POTENSI GEOWISATA DAN GEOKULTUR UNTUK


DIUSULKAN SEBAGAI GEOSITE DI DAERAH GUMELEM DAN SEKITARNYA,
KABUPATEN BANJARNEGARA, PROVINSI JAWA TENGAH
Gian Adrhyana Adiwinata1*
Dendy Nur Firmansyah2
Dr. Ir. Jatmika Setiawan, M.T3

1
Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta, Jalan SWK 104, Condongcatur, Depok, Condongcatur, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
2
Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta, Jalan SWK 104, Condongcatur, Depok, Condongcatur, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
3
Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta, Jalan SWK 104, Condongcatur, Depok, Condongcatur, Kec. Depok,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
*corresponding author: gianadiwinata@gmail.com

ABSTRAK
Desa Gumelem terletak di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, memiliki beberapa kriteria
untuk dijadikan sebagai objek geosite yang baru. Secara regional daerah telitian terletak di cekungan
Serayu Selatan, tersusun oleh 8 satuan batuan dan 4 formasi dengan umur oligosen tengah sampai
holosen yaitu Satuan breksi Totogan, Satuan breksi piroklastik Waturanda, Satuan batupasir
karbonatan Panosogan, Satuan batupasir Halang, Satuan lava basaltik Halang, Satuan intrusi andesit
Halang, Anggota breksi Halang, dan Endapan Alluvial. Struktur geologi yang berkembang pada
daerah telitian yaitu Antiklin Sampang, Sesar Naik Patok, Sesar Turun Jagarasmi, Sesar Mendatar
Karangbawang, Sesar Naik Susukan dan Sesar Mendatar Srikandi. Tujuan penelitian ini adalah
mengungkap potensi geowisata dan geokultur untuk diusulkan sebagai geosite baru. Potensi geowisata
yang terdapat di lokasi telitian adalah Curug Jongor, Banyu Anget Gumelem, Curug Jagarasmi, Bukit
Girilangan, Bukit Mahameru Tambak, Lembah Antiklin Sampang, dan Bukit Ratapan Angin serta
potensi geokultur yang ada yaitu makom Ki Ageng Giring terletak di puncak bukit Girilangan, Batik
Tulis khas desa Gumelem, Sajadah Batu, dan tradisi nyadranan gede yang bertujuan untuk mempererat
kebersamaan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data deskriptif dan
kuantitatif yang mencakup pengumpulan data geologi, site geowisata & geokultur, kemudian
didukung dengan analisis petrografi, struktur geologi, dan analisis SWOT. Hasil dari analisis SWOT,
geosite Gumelem harus di kembangkan dan dipromosikan dengan baik agar dapat meningkatkan
popularitas. Pengembangan kawasan geosite mempunyai dampak besar untuk dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar dan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai basis
informasi untuk pengembangan berkelanjutan.

Kata Kunci : geosite Gumelem, geowisata, geokultur, analisis SWOT

1. Pendahuluan
Pemetaan geologi tidak hanya digunakan untuk kepentingan dalam bidang eksplorasi
migas, pertambangan, keteknikan, ataupun lingkungan tetapi pemetaan geologi dapat
digunakan sebagai langkah awal untuk menunjang pengembangan sektor pariwisata. Dalam
proses pengambilan data lapangan ada beberapa aspek data yang wajib kita catat diantaranya
adalah data struktur, geomorfologi, dan jenis batuan. Fenomena-fenomena tersebut sudah
terekam dalam suatu singkapan batuan, sehingga untuk mengetahui sejarah geologinya kita
wajib memahami semua aspek tersebut. Indonesia khususnya pulau jawa merupakan salah
satu busur kepulauan yang terbentuk dari hasil subduksi antara lempeng Indo-Australia
dengan lempeng Eurasia (Satyana, 2005), proses tersebut menyebabkan banyaknya terbentuk
morfologi yang unik dan menarik di sepanjang pulau jawa tersebut. Morfologi unik dan
1263
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

menarik ini dapat dijadikan sebagai sarana tempat pembelajaran geologi ataupun dapat
dijadikan sebagai sarana untuk geowisata. Geowisata sendiri merupakan suatu aktivitas wisata
yang secara spesifik fokus terhadap aspek panorama dan geologi (Downling, 2011 dalam
Kubalikova, 2013). Sedangkan geokultur merupakan keseluruhan kultur atau budaya yang
terintegrasi dan bersifat tradisional dengan memanfaatkan bumi, serta merasakan, dan
memikirkannya agar memberikan ciri khas pada suatu kelompok sosial di suatu wilayah hidup
tertentu (Imanuel Wallestern, 1930).
Secara administratif daerah penelitian terletak di Desa Gumelem, Kabupaten
Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1, Gambar 2). Derah penelitian ini memiliki
beberapa kriteria untuk dijadikan sebagai objek geosite yang baru, diantaranya memiliki 7
objek geowisata dan 2 objek kebudayaan. Jika kedua objek tersebut dapat dipadukan, maka
akan terbentuk suatu lokasi geowisata dan geokultural yang dapat memajukan roda
perekonomian masyarakat setempat. Aktifitas geowisata yang dapat dilakukan diantaranya
adalah aktifitas berenang dan terapi air panas, fotografi, relaxsasi, wisata religi, wisata
membatik, dan masih banyak aktifitas lainnya.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode survey langsung dalam
pengumpulan data deskriptif dan kuantitatif yang mencakup pengumpulan data geologi, site
geowisata & geokultur, kemudian didukung dengan analisis petrografi, struktur geologi, dan
analisis SWOT. Hasil dari analisis SWOT, geosite Gumelem harus di kembangkan dan
dipromosikan dengan baik agar dapat meningkatkan popularitas. Pengembangan kawasan
geosite mempunyai dampak besar untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
masyarakat sekitar dan dapat digunakan oleh pemerintah sebagai basis informasi untuk
pengembangan berkelanjutan.
3. Data
3.1 Kondisi Morfologi Daerah Penelitian
Fisiografi daerah telitian oleh Van Bemmelen (1949) termasuk ke dalam zona
Pegunungan Serayu Selatan. Berdasarkan data survey lapangan yang berkaitan dengan
aspek-aspek geomorfologi, daerah telitian dapat dibagi menjadi 7 satuan geomorfik yaitu
Satuan Bentuklahan Gawir Sesar (S1), Perbukitan Homoklin (S2), Lereng Homoklin (S3),
Lembah Sesar (S4), Lembah Antiklin (S5), Dataran Alluvial (F1), dan Tubuh Sungai (F2).
(Gambar 3, Gambar 4, Gambar 5).

3.2 Kondisi Stratigrafi Daerah Penelitian


Dalam pemerian stratigrafi daerah telitian Penulis mengacu pada peneliti terdahulu
yaitu (Sukendar Asikin, 1974). Penulis memberikan nama satuan litologi tak resmi dalam
pemetaan geologi ini. Berdasarkan ciri litologi dapat dibagi menjadi beberapa satuan
batuan dari tua ke muda yaitu : Satuan breksi Totogan, Satuan breksi-tuff Waturanda,
Satuan batupasir karbonatan Penosogan, Satuan batupasir Halang, Satuan lava basalt
Halang, Satuan intrusi andesit Halang, dan Satuan breksi Halang.
Satuan breksi Totogan : satuan ini didominasi oleh breksi polimik dan sisipan lava
vulkanik berupa lava basalt. Secara umum lapisan batuan ini hanya berada setempat pada
lokasi pemetaan, satuan breksi Totogan pada daerah penelitian menempati ±10 % dari
daerah penelitian dan tersebar pada bagian tenggara kavling. Satuan ini memiliki ketebalan
sekitar > 30 m pada daerah telitian yang digambarkan pada sayatan penampang geologi.

1264
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Satuan breksi Waturanda : satuan ini didominasi oleh breksi tuffan, breksi vulkanik
dan tuf vulkanik. Satuan Breksi-Tuff Waturanda pada daerah penelitian menempati ±10 %
dari daerah penelitian dan tersebar pada bagian tenggara kavling. Satuan ini memiliki
ketebalan sekitar +-184 m pada daerah telitian yang digambarkan pada sayatan penampang
geologi.
Satuan batupasir Penosogan : satuan ini didominasi batupasir karbonatan. Satuan
Batupasir Karbonatan pada daerah penelitian menempati ±10 % dari daerah penelitian dan
tersebar pada bagian tenggara kavling. Satuan ini memiliki ketebalan sekitar +-100 m pada
daerah telitian yang digambarkan pada sayatan penampang geologi.
Satuan batupasir Halang : satuan ini didominasi batupasir silika. Satuan Batupasir
Halang pada daerah penelitian menempati ±20 % dari daerah penelitian dan tersebar pada
bagian tenggara dan selatan kavling. Satuan ini memiliki ketebalan sekitar +-150 m pada
daerah telitian yang digambarkan pada sayatan penampang geologi.
Satuan lava basalt Halang : satuan ini didominasi oleh batuan kristalin berupa
batuan basalt masif dengan sisipan batuan andesit. Satuan Lava Basalt Halang pada daerah
penelitian menempati ±50 % dari daerah penelitian dan tersebar bagian tenggara dan
selatan kavling. Satuan ini memiliki ketebalan sekitar +-500 m pada daerah telitian yang
digambarkan pada sayatan penampang geologi.
Satuan breksi Halang : satuan ini didominasi oleh breksi dengan fragmen andesit,
basalt, dan litik. Sedangkan matrix dari satuan ini berupa batupasir kristalin dengan semen
silika. Satuan Batupasir Karbonatan pada daerah penelitian menempati ±10 % dari daerah
penelitian dan tersebar bagian tenggara dan selatan kavling. Satuan ini memiliki ketebalan
sekitar +-200 m pada daerah telitian yang digambarkan pada sayatan penampang geologi.
Satuan intrusi andesit Halang : satuan ini didominasi oleh batuan kristalin berupa
Andesit dengan struktur autobreksia. Satuan Intrusi Andesit pada daerah penelitian
menempati ±3 % dari daerah penelitian dan tersebar bagian barat laut kavling. Satuan ini
memiliki ketebalan sekitar +-50 m pada daerah telitian yang digambarkan pada sayatan
penampang geologi.

3.3 Kondisi Struktur Daerah Penelitian


Menurut Asikin (1974), secara umum struktur Pegunungan Serayu Selatan terdiri
dari lipatan - lipatan dengan sumbu berarah Barat – Timur, disertai sesar naik, sesar
normal dan sesar mendatar. Pada umumnya struktur tersebut dijumpai pada batuan yang
berumur Kapur hingga Pliosen.Faktor-faktor lain yang mempengaruhi tatanan stratigrafi
Jawa Tengah dikotnrol oleh dua struktur sesar utama yang mengapit Jawa Tengah pada sisi
Barat dan Timur. Dua struktur sesar utama tersebut yaitu di bagian timur berupa sesar
Kebumen-Muria dan pada bagian barat terdapat sesar Pamanuka-Cilacap. Hal tersebut
menjadi salah satu alasan berbedanya tatanan fisiografi Jawa Tengah terhadap Jawa Barat
dan Jawa Timur (Satyana, 2007).
Struktur geologi yang berkembang pada daerah telitian yaitu Antiklin Sampang,
Sesar Naik Patok, Sesar Turun Jagarasmi, Sesar Mendatar Karangbawang, Sesar Naik
Susukan dan Sesar Mendatar Srikandi.

1265
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

4. Hasil dan Pembahasan


4.1 Curug Jongor

4.1.1 Lokasi
Lokasi Geosite ini terletak pada koordinat UTM 49S, X=324000, Y=9170000 pada
wilayah Kampung Dagaran, Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasi Geosite ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan
mobil ataupun motor melalui jalan Banjarnegara – Susukan dengan jarak sekitar 19 km
dari pusat kota, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam ataupun dapat ditempuh melalui jalan
Kebumen-Susukan dengan jarak sekitar 45 km dari pusat kota, dengan waktu tempuh
sekitar 1,5 jam.
4.1.2 Kondisi Geologi
Lokasi Geosite ini terletak pada morfologi tubuh sungai (F1) yang letaknya di
sebelah barat-laut daerah penelitian. Geosite ini tersusun atas litologi berupa endapan
Konglomerat bagian dari Formasi Halang, dan pada litologi Konglomerat ini terdapat sesar
turun dengan arah Baratdaya-Timurlaut.
4.1.3 Produk Dan Daya Tarik Wisata
 Pemandangan indah dengan latar air terjun dan perbukitan Susukan yang dapat
dijadikan sebagai spot Geofotografi.
 Wisata Air terjun terjun yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk rekreasi dan
berenang.

4.2 Curug Jagarasmi

4.2.1 Lokasi
Lokasi Geosite ini terletak pada koordinat UTM 49S, X=326580, Y=9167700 pada
wilayah kampung Jagarasmi, Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasi Geosite ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan
mobil ataupun motor melalui jalan Banjarnegara-Susukan dengan jarak sekitar 20 km dari
pusat kota dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
4.2.2 Kondisi Geologi
Lokasi Geosite ini terletak pada morfologi perbukitan (S2) yang letaknya di tengah
kavling penelitian. Geosite ini tersusun atas litologi perselingan Batulempung dan
Batupasir bagian dari Formasi Halang, dan pada daerah ini dijumpai juga sesar turun
dengan arah Timurlaut-Baratdaya.
4.2.3 Produk Dan Daya Tarik Wisata
Pemandangan lereng yang curam pada saat musim kemarau dapat dijadikan sebagai
laboratorium penelitian geologi, dan apabila sedang musim penghujan dapat dijadikan
sebagai tempat rekreasi untuk Geofotografi.

4.3 Banyu Anget Gumelem

4.3.1 Lokasi
Lokasi Geosite ini terletak pada koordinat UTM 49S, X=325428, Y=9168740 pada
wilayah kampung Pingit, Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasi Geosite ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan
mobil ataupun motor melalui jalan Banjarnegara-Susukan dengan jarak sekitar 19.5 km
dari pusat kota dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
1266
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

4.3.2 Kondisi Geologi


Lokasi Geosite ini terletak pada morfologi lembah sesar (S4) yang letaknya di
sebelah Baratlaut daerah penelitian. Geosite ini tersusun atas litologi Lava Basalt Formasi
Halang, dan pada daerah ini dijumpai juga sesar naik dengan arah Barat-Timur.
4.3.3 Produk Dan Daya Tarik Wisata
 Pemandangan lembah yang diapit oleh lereng yang curam, yang dapat digunakan
sebagai tempat relaxsasi, dan didukung juga dengan kondisi yang sejuk karena
banyak ditumbuhi pohon-pohon disekitar sungai.
 Wisata pemandian air panas yang dapat dijadikan sebagai tempat untuk mandi dan
menghilangkan rasa capek. Disamping itu, kandungan air yang mengandung sulfur
dapat dijadikan sebagai obat penyakit kulit.
 Terdapat kolam genangan yang dibuat oleh warga setempat yang dapat dijadikan
sebagai tempat berendam.

4.4 Lembah Antiklin Sampang

4.4.1 Lokasi
Lokasi Geosite ini terletak pada koordinat UTM 49S, X=328730, Y=9167300 pada
wilayah kampung Semampir, Desa Sampang, Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen,
Jawa Tengah. Lokasi Geosite ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan mobil ataupun
motor melalui jalan Kebumen - Sempor dengan jarak sekitar 33 km dari pusat kota
Kebumen dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.
4.4.2 Kondisi Geologi
Lokasi Geosite ini terletak pada morfologi lembah antiklin (S5) yang terletak di
sebelah Tenggara daerah penelitian. Geosite ini tersusun atas litologi Konglomerat dan
Batulempung Formasi Totogan.
4.4.3 Produk Dan Daya Tarik Wisata
Pemandangan lembah antiklin yang cukup luas dengan background gawir sesar
dan lereng homoklin yang mengitari lembah tersebut, sehingga dapat digunakan sebagai
tempat untuk Geofotografi.

4.5 Bukit Ratapan Angin

4.5.1 Lokasi
Lokasi Geosite ini terletak pada koordinat UTM 49S, X=327724, Y=9167530 pada
wilayah kampung Jomalang, Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasi Geosite ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan
mobil ataupun motor melalui jalan Banjarnegara - Susukan dengan jarak sekitar 25 km dari
pusat kota Banjarnegara dengan waktu tempuh sekitar 1.5 jam.
4.5.2 Kondisi Geologi
Lokasi Geosite ini terletak pada morfologi gawir antiklin (S1) yang letaknya di
sebelah Tenggara daerah penelitian. Geosite ini tersusun atas litologi Kontak Breksi-Tuff
Waturanda dengan Batupasir Karbonatan Penosogan, serta dengan Batupasir Halang
membentuk sayap antiklin.
4.5.3 Produk Dan Daya Tarik Wisata

1267
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

 Pemandangan Indah dari puncak Gawir antiklin yang menghadap langsung ke arah
lembah antiklin, serta ke arah perbukitan. Sehingga dapat dijadikan sebagai tempat
relaxsasi dan spot Geofotografi.
 Tempai ini sangat cocok untuk dijadikan wisata flying fox yang dimulai dari puncak
gawir antiklin dan berakhir di lembah antiklin.
4.6 Bukit Mahameru Tambak

4.6.1 Lokasi
Lokasi Geosite ini terletak pada koordinat UTM 49S, X=325344, Y=9166486 pada
wilayah kampung Plandi, Desa Watuagung, Kecamatan Tambak, Kabupaten Banyumas,
Jawa Tengah. Lokasi Geosite ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan mobil ataupun
motor melalui jalan Banjarnegara - Tambak dengan jarak sekitar 38 km dari pusat kota
Banjarnegara dengan waktu tempuh sekitar 1.5 jam.
4.6.2 Kondisi Geologi
Lokasi Geosite ini terletak pada morfologi perbukitan (S2) yang letaknya di sebelah
Selatan daerah penelitian. Geosite ini tersusun atas litologi Lava Basalt Halang.
4.6.3 Produk Dan Daya Tarik Wisata
 Pemandangan Indah dari puncak bukit, serta terdapat wisata taman bermain anak
pada daerah ini.
 Wisata spot Geofotografi yang ditunjang dengan rumah-rumahan kecil sebagai
sarana untuk berfoto.
 Wisata taman bunga yang dapat dijadikan untuk rekreasi bersama keluarga.

4.7 Bukit Girilangan

4.7.1 Lokasi
Lokasi Geosite ini terletak pada koordinat UTM 49S, X=325234, Y=9169200 pada
wilayah kampung Pingit, Desa Gumelem Wetan, Kecamatan Susukan, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. Lokasi Geosite ini dapat ditempuh menggunakan kendaraan
mobil ataupun motor melalui jalan Banjarnegara-Susukan dengan jarak sekitar 19 km dari
pusat kota dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
4.7.2 Kondisi Geologi
Lokasi Geosite ini terletak pada morfologi Perbukitan (S2) dan Gawir (S1) yang
letaknya di sebelah Baratlaut daerah penelitian. Geosite ini tersusun atas litologi Andesit
Formasi Halang.
4.7.3 Produk Dan Daya Tarik Wisata
 Pemandangan indah dari puncak bukit
 Wisata religi berupa makam Ki Ageng Giring.

4.8 Geokultural Dan Kebudayaan Daerah

4.8.1 Tradisi Nyadranan Gede


Menurut Narasumber penjaga makam Ki Ageng Giring dan sumber dari Disparbud
(Dinas Pariwisata dan Kebudayaan) Kabupaten Banjarnegara, tradisi Nyadran Gedhe ini
dilakukan rutin tiap tahun untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan di Desa
Gumelem Kecamatan Susukan, dan menjadi event tahunan Kabupaten Banjarnegara. Pada
tahun ini, nyadran gedhe ini dikemas dalam Goemelem Cultural Ritual. Nyadranan gede
ini dimulai dengan kirab babad dalan giring dan kirab adat sadran gedhe gumelem dari
Perempatan Jalan Gumelem Menuju Bukit Girilangan.Setelah itu dilanjutkan dengan

1268
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Ritual adat sadran Gedhe Gumelem. Tradisi ini bertujuan untuk mendoakan arwah leluhur
dan sebagai perwujudan rasa syukur dan kebahagiaan akan bertemu kembali dengan bulan
suci Ramadhan.
Selain Tradisi Nyadran Gede ada juga Tradisi Nyadran yang dilakukan setiap hari
senin dan kamis, tujuannnya yaitu untuk memberikan rasa syukur atas hasil panen yang
didapatkan. Narasumber menjelaskan bahwa untuk persiapan tradisi ini harus menyediakan
golong menir, ambeng menir, ambeng intip, ambeng beras ketan dwi warna, pecel ayam
cemani, cramcam terong aor, sayur bening daun kelor, tempe goreng adem, golong tujuh,
sate kambing. Juga peyek pethek, pendul yang terbuat daging dicampur ampas kelapa
muda, kelapa muda diberi lubang diisi gula kelapa, serta cokbang. Beliau juga menjelaskan
bahwa jika tradisi ini tidak dilaksanakan oleh Masyarakat Desa Gumelem, maka akan
terjadi malapetaka atau gangguan gangguan yang tidak diinginkan.

4.8.2 Sajadah Batu Peninggalan Ki Ageng Giring


Menurut Narasumber, sajadah batu ini merupakan alas untuk sholat yang
ditinggalkan oleh Ki Ageng Giring saat menyebarkan Agama Islam di daerah Gumelem.
Dari hasil deskripsi lapangan, batu sajadah ini terbuat dari batukonglomerat berukuran 1 x
0.3 meter dengan fragmen batuan berupa Andesit, Basalt dengan ukuran kerakal, serta
tersusun oleh matrix yang berukuran kerikil, semen dari batuan tersebut berupa semen
silika.

4.8.3 Budaya Membatik Desa Gumelem


Budaya membatik ini sudah dilakukan sejak lama dan dilakukan turun temurun,
meskipun batik Gumelem ini belum tenar seperti batik Pekalongan dan batik Solo, tetapi
budaya membatik ini terus dilakukan untuk menjaga warisan turun temurun dari leluhur.
Untuk saat ini sentra batik berpusat di Desa Gumelem Kecamatan Susukan yang tersebar
di beberapa dukuh. Motif khas dari Batik Gumelem terbagi menjadi 2 corak, yaitu klasik
dan kontemporer. Corak klasik diantaranya seperti Piring Sedapur, Udan Liris, Sungai
Serayu, Jahe Serimpang, Rujak Senthe, Sido Mukti, Buntelan, Sekar Jagad, Blaburan, Kopi
Pecah, dll. Sedangkan motif kontemporer seperti Sawung Alit, Kawung Ceplokan, Pilih
Tanding, Sekar Tirta dll.

4.9 Analisis SWOT


Dari data yang ada, diperlukan suatu metode analisis dan perencanaan untuk
mengevaluasi daerah penelitian agar berpotensi menjadi geosite yang dapat dikembangkan
di masa depan. Analisis dan perencanaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SWOT ( Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Treats). Analisis ini
diharapkan dapat menghasilkan suatu strategi manajemen yang baik dan tepat. Berikut
adalah hasil dari analisis SWOT :

4.9.1 Strengths
Adanya tempat wisata yang melimpah, adanya sejarah geologi dan asal-usul yang
jelas, serta adanya dukungan kuat dari masyarakat setempat.

4.9.2 Weaknesses
Objek wisata belum banyak yang mengetahui, kurangnya promosi, tidak adanya
pengelolaan wisata yang jelas, kurangnya fasilitas yang memadai diantaranya seperti jalan
yang masih buruk dan bergelombang, serta tidak adanya penunjuk arah yang jelas.

4.9.3 Opportunities
1269
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010, tentang


Cagar Budaya.

4.9.4 Treats
Kurangnya upaya untuk meningkatkan daya tarik wisata, perlindungan dan
penjagaan geosite yang tidak optimal.

5. Kesimpulan
Potensi geowisata yang terdapat di lokasi telitian adalah Curug Jongor, Banyu Anget
Gumelem, Curug Jagarasmi, Bukit Girilangan, Bukit Mahameru Tambak, Lembah Antiklin
Sampang, dan Bukit Ratapan Angin serta potensi geokultur yang ada yaitu makom Ki Ageng
Giring terletak di puncak bukit Girilangan, Batik Tulis khas desa Gumelem, Sajadah Batu,
dan tradisi nyadranan gede yang bertujuan untuk mempererat kebersamaan masyarakat.
Dengan adanya potensi Geowisata dan Geokultur tersebut diharapkan dapat
mengembangkan perekonomian masyarakat setempat. Sehingga diperlukan koordinasi dengan
pihak pemerintah ataupun Dinas Pariwisata Kabupaten Banjarnegara untuk dilakukan
pembenahan dari sarana prasarana terhadap setiap geosite, agar terciptanya tempat wisata
yang nyaman. Berikut adalah beberapa pengembangan yang diperlukan berdasarkan analisis
SWOT yaitu : Pengembangan infrastruktur seperti jalan, petunjuk arah, sarana toilet umum,
dan area parkir yang memadai. Serta perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat setempat
mengenai bagaimana mengelola wisata yang baik, agar dapat dipromosikan secara lebih luas
lagi

Acknowledgements
Kami mengucapkan terima kasih kepada komite penyelenggara Seminar Nasional
Kebumian ke-11 karena telah menerima abstrak makalah ini untuk dipublikasikan dan
dipresentasikan dalam Seminar Nasional Kebumian ke-11 Geoweek 2018 di Universitas
Gadjah Mada dan telah memberikan waktu yang panjang untuk menyelesaikan keseluruhan
makalah ini. Kami juga ucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Banjarnegara,
kepada Ibu-ibu PKK Gumelem, kepada masyarakat setempat dan kepada team 9 KL2 yang
sudah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.

Daftar Pustaka
Asikin, S., A, Handoyo., B, Prastistho, dan S, Gafoer. (1992). Peta Lembar Banyumas, Jawa.
Bandung : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bemmelen, van, R.W., (1949). The Geology of Indonesia, Netherland Indies Geological
Survey, And Netherland Indies Volcanological Survey, p. 625-630
Hermawan, H., Ghani, A. (2018). Solusi Pemanfaatan Kekayaan Geologi yang Berwawasan
Lingkungan. STP AMPTA Yogyakarta.
Kubalikova, L., 2013, Geomorphosite assessment for geotourism purposes,Czech Journal of
Tourism 02/2013, p. 80-103
Noor, Djauhari. (2014). Geomorfologi, Ed-1. Yogyakarta : Deeppublish, p. 324.

1270
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Satyana, A.H. (2005). Structural indentation of Central Java : a regional wrench


segmentation, in : Proceedings of the Joint Convention Surabaya 2005 – HAGI-IAGI-
PERHAPI. The 30th HAGI, The 34th IAGI, and The 14th PERHAPI Annual
Conference and Exhibition, p. 1-5.
Wallerstein, Immanuel. (1930). Geopolitics and Geoculture : essays on the changing world
system. British Library, p. 11-15.

Gambar 1. Peta Administratif Daerah Penelitian (Sumber : Peta Tematik Indonesia)

1271
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Peta Lokasi Daerah Penelitian (Sumber : Google Earth)

Gambar 3. (A). Foto gawir sesar yang berada di sebelah tenggara lokasi penelitian, azimuth
foto N 1780E. (B). Foto perbukitan homoklin yang lokasinya menyebar dan mendominasi
pada daerah penelitian, azimuth foto N 2700E. (C). Foto lereng homoklin yang berada di
tenggara daerah penelitian, azimuth foto N 1600E.

Gambar 4. (A). Foto gawir sesar yang berada di sebelah timur laut daerah penelitian, azimuth
foto N 150E. (B). Foto dengan simbol S2 menunjukan perbukitan yang kontak langsung dngan
dataran alluvial yang ditunjukan oleh simbol F1, azimuth foto N 1800E. (C). Foto lembah
antiklin dengan simbol S5 dan letaknya berada di sebelah tenggara daerah penelitian,
berbatasan langsung dengan lereng homoklin yang ditunjukan oleh simbol S3, azimuth foto

1272
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

N1330E. (D). Foto tubuh sungai yang berada di sebelah barat laut daerah penelitian, azimuth
N1680E.

Gambar 5. Peta Geomorfologi dan Penampang Geomorfologi daerah telitian.

1273
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 6. Kenampakan litologi Formasi Totogan, Formasi Waturanda,


dan Formasi Penosogan.

Gambar 7. Kenampakan litologi Anggota Batupasir Halang, Anggota


Lava Basalt Halang, Anggota Breksi Halang, dan Intrusi Andesit.
1274
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 8. Peta Geologi dan Penampang Geologi Daerah Penelitian.

1275
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 9. Foto pemandangan perbukitan Susukan dan pemandangan Curug Jongor dengan
Azimuth foto N1730E.

Gambar 10. Foto pemandangan dari puncak Mahameru Tambak, (Sumber : Koran suara
banyumas).

1276
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 11. Foto Kenampakan Curug Jagarasmi pada musim kemarau, azimuth foto N230E
.

Gambar 12. Foto pemandangan lembah antiklin,, azimuth foto N2250E.

1277
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 13. Foto kenampakan pendopo makam yang biasa digunakan untuk acara kirab dan
nyadranan, azimuth foto N2780E.

Gambar 14. Foto kenampakan Batu Sajdah,, azimuth foto N1950E.


1278
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 15. Foto pemandangan dari puncak bukit Ratapan Angin, azimuth foto N1050E.

1279
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 16. Foto pemandangan dari puncak Bukit Girilangan, azimuth foto N2650E.

Gambar 17. (A). Kolam berendam yang dibuat oleh warga sekitar. Azimuth foto N950E. (B).
Foto pemandian air panas Gumelem, Azimuth N2530E. (C). Kenampakan sesar sebagai
channel keluarnya mata air panas.

1280
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 18. Foto kebudayaan membatik di Desa Gumelem, azimuth foto N2000E.

1281
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 19. Foto kondisi pekarangan dan makam Ki Angeng Giring pada saat nyadranan
Senin & Kamis, azimuth foto N3570E.

1282

Anda mungkin juga menyukai