Anda di halaman 1dari 12

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9

PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

STUDI GEOLOGI DAN KUALITAS ANDESIT DI DAERAH HARGOROJO,


KECAMATAN BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO
SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

Mayang Pinasthi1*
Agus Hendratno2
Departemen Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Jl.Grafika 2, Yogyakarta
*Email : mayangpinasthi@mail.ugm.ac.id

SARI
Daerah penelitian terletak di Desa Hargorojo, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Propinsi
Jawa Tengah dan sekitarnya. Desa Hargorojo memiliki litologi berupa andesit dan telah ditambang
secara tradisional oleh masyarakat sekitar namun pemanfaatannya masih belum optimal. Penelitian
ini dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan andesit di Desa Hargorojo sesuai dengan kriteria
yang ada. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pemetaan geologi permukaan skala 1:12.500,
pengamatan petrografi serta analisis keteknikan batuan.
Andesit di daerah penelitian terbagi menjadi Satuan lava andesit basaltan hornblenda dan Intrusi
andesit basaltan piroksen. Dari hasil pengujian, Nilai kuat tekan lava andesit basaltan hornblenda
sedikit lebih baik dari intrusi andesit basaltan piroksen. Kedua satuan memiliki nilai kuat tekan yang
cenderung rendah dibandingkan dengan andesit yang ideal. Nilai kuat tekan berhubungan dengan
nilai uji keteknikan batuan, pengamatan petrografi berupa pelapukan pada plagioklas dan
penggantian fenokris dengan mineral sekunder, serta berkaitan pula dengan struktur geologi berupa
kekar.
Berdasarkan nilai kuat tekan, kedua satuan termasuk dalam klasifikasi medium strength (Bieniawski,
1973) dengan nilai kuat tekan rata-rata 521,36555,32 kg/cm2. Berdasarkan syarat mutu batu alam
untuk bahan bangunan (SNI 030394-1989), andesit di daerah penelitian dapat dimanfaatkan sebagai
batu hias atau tempel serta tonggak dan batu tepi jalan.

Kata kunci : andesit, Desa Hargorojo, kuat tekan, bahan bangunan

I. PENDAHULUAN Penggunaan andesit sebagai bahan bangunan


harus memperhatikan berbagai faktor, yaitu
Andesit dapat dimanfaatkan untuk berbagai ukuran, bentuk, kekuatan, densitas, daya
hal, salah satu yang paling sering digunakan, tahan, dan sebagainya. Oleh karena itu,
yaitu sebagai bahan bangunan. Pemanfaatan diperlukan studi kelayakan atau analisis
andesit tidak hanya dilakukan oleh keteknikan batuan sehingga dapat diketahui
perusahaan besar tetapi juga masyarakat tingkat kelayakan batuan tersebut sebagai
sekitar yang menambang secara tradisional. bahan bangunan.
Daerah penelitian (Gambar 1) termasuk II. GEOLOGI REGIONAL
dalam kawasan Perbukitan Menoreh dengan
sebagian besar litologi berupa andesit, Secara fisiografi, daerah penelitian
memiliki banyak potensi sebagai lokasi merupakan bagian dari daerah pengangkatan
tambang. Sudah banyak penelitian yang yang membentuk dome (kubah) yang luas,
dilakukan di Perbukitan Menoreh akan tetapi disebut sebagai Oblong dome. Panjang
penelitian potensi bahan galian andesit dome (kubah) tersebut sekitar 32 km pada
sekaligus pembuatan peta dengan skala arah utara-selatan, dan 20 km pada arah
1:12.500 pada daerah tersebut belum pernah barat-timur (Van Bemmelen, 1949).
dilakukan.
Fomasi paling tua yang ditemukan di Kulon
Progo, yaitu Formasi Nanggulan, Formasi

485
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Kebo Butak, Formasi Jonggrangan yang Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan.
menjari dengan Formasi Sentolo dan Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
Endapan Alluvial (Rahardjo dkk., 1995). kualitas dan karakter batuan sebagai bahan
Peta geologi regional daerah penelitian dapat bangunan.
dilihat pada Gambar 2.
IV. GEOLOGI DAERAH
Pegunungan Kulon Progo diduga terbentuk PENELITIAN
oleh deformasi paling sedikit dua kali
periode fase tektonik, yaitu : pertama terjadi Geomorfologi daerah penelitian terbagi
pada Oligosen Akhir - Miosen Awal dan menjadi satuan perbukitan volkanik dan
kedua Miosen Akhir-Kuarter yang satuan bukit intrusi (Gambar 3). Satuan
menghasilkan busur magmatik. (Harjanto, perbukitan volkanik memiliki litologi lava
2011). andesit basaltan hornblenda dan satuan bukit
intrusi memiliki litologi andesit basaltan
Tektonik pertama yang bekerja pada daerah piroksen (Gambar 4).
Kulon Progo terjadi pada Kala Oligosen-
Miosen Akhir yang didominasi oleh fase Lava dan intrusi dibedakan dari keterdapatan
kompresi sedang pada Kala Miosen Akhir- gelas dan tekstur trakhitik pada pengamatan
Pliosen didominasi oleh fase ekstensi. petrografi, serta dari keterdapatan kekar
Evolusi pada Gunungapi Gajah, Gunungapi tiang yang hanya dijumpai pada satuan lava
Ijo dan Gunungapi Menoreh dapat dijadikan andesit basaltan hornblenda. Satuan lava
sebagai bahan analisis evolusi tektonik. andesit basaltan hornblenda berada di
Orientasi arah dominan tenggara-baratlaut seluruh daerah penelitian, kecuali di bagian
(Gunungapi Gajah), tenggara-baratlaut dan tengah yang merupakan satuan intrusi
selatan-utara (Gunungapi Ijo) dan barat- andesit basaltan piroksen.
timur (Gunungapi Menoreh) dimana arah
Batuan pada lava andesit basaltan
barat-timur adalah yang memiliki umur
hornblenda cukup segar, namun di beberapa
paling muda (Barianto et al., 2009).
titik dijumpai kondisi batuan yang lebih
Volkanisme Tersier menyebabkan lapuk. Secara umum, lava andesit basaltan
munculnya kompleks gunungapi yang hornblenda cenderung lebih segar
membentuk pegunungan di Kulon Progo. dibandingkan dengan intrusi andesit basaltan
Daerah Pegunungan Kulon Progo memiliki piroksen. Hal ini diperkuat dengan adanya
tiga pusat gunungapi yaitu Kulon Progo pelapukan membola pada intrusi andesit
selatan (Gunung Ijo), Kulon Progo utara basaltan piroksen (Gambar 5) yang
(Gunung Gajah) dan Menoreh (Daerah menunjukkan bahwa satuan ini telah
Borobudur). mengalami pelapukan yang cukup kuat.
Struktur geologi yang dijumpai pada daerah
III. METODE PENELITIAN penelitian yaitu kekar dan sesar Kalirejo.
Penelitian dilakukan dengan melakukan Kekar yang dijumpai merupakan kekar gerus,
pemetaan geologi skala 1:12.500 dengan akan tetapi pada satu singkapan jumlahnya
luas daerah penelitian 2x2 km2. Penelitian kurang memadai sehingga tidak dilakukan
diawali dengan melakukan reconnaissance pengukuran arah gaya karena datanya
untuk menentukan daerah penelitian. Setelah dianggap kurang valid. Sesar Kalirejo
daerah penelitian di dapatkan, dilakukan memiliki arah N 217oE/71o dan merupakan
perumusan masalah hingga di dapatkan sesar geser kanan (Gambar 6).
suatu hipotesis. Hipotesis tersebut
V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
dibuktikan dengan studi pustaka dan
pengujian langsung di lapangan, kemudian Petrografi
dilakukan analisis petrografi dan sifat
keteknikan dari sampel batuan yang diambil Tekstur yang dapat diamati pada andesit di
dari lapangan. Pengujian sifat keteknikan daerah penelitian yaitu porfiroafanitik dan
batuan meliputi densitas, serapan air, trakhitik. Tekstur trakhitik hanya dijumpai
ketahanan aus, serta kuat tekan dan pada satuan lava andesit basaltan hornblenda.
dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Selain itu, dijumpai juga tekstur
486
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
intergranular yaitu piroksen dikelilingi oleh air, keausan, dan kuat tekan. Sampel yang
mikrolit plagioklas. diujikan sebanyak 3 STA, yaitu MP/43 dan
MP/28 dari satuan lava andesit basaltan
Komposisi andesit di daerah penelitian hornblenda dan MP/15 dari intrusi andesit
sebagian besar terdiri atas plagioklas. basaltan piroksen (hasil uji keteknikan
Komposisi yang membedakan kedua satuan batuan di daerah penelitian selengkapnya
adalah, tidak hadirnya hornblenda pada lihat Tabel 2).
intrusi andesit basaltan piroksen. Menurut
Gill, R. (2010), mineral tipe yaitu piroksen, Dari hasil pengukuran densitas, nilai
hornblenda, atau biotit yang dominan pada densitas kering rata-rata andesit di daerah
andesit dapat dimasukkan dalam penamaan penelitian yaitu 2504,67-2590 kg/m3. Nilai
sehingga didapatlah nama lava andesit terbesar didapat pada MP/28, yaitu rata-rata
basaltan hornblenda dan intrusi andesit 2590 kg/m3. MP/15 memiliki densitas
basaltan piroksen. Dari pengamatan kering rata-rata 2535,75 kg/m3. Densitas
petrografi, diketahui bahwa sebagian terendah didapat pada MP/43 dengan nilai
fenokris pada kedua satuan telah terubah rata-rata 2504 kg/m3. Grafik perbandingan
menjadi mineral sekunder, terutama pada nilai densitas dan kuat tekan dapat dilihat
intrusi andesit basaltan piroksen. Komposisi pada Gambar 8. Rendahnya nilai densitas
lain yang selalu hadir yaitu mineral opak, pada MP/43 dan MP/15 disebabkan oleh
meskipun jumlahnya tidak terlalu signifikan. perubahan fenokris menjadi mineral
Komposisi mineral andesit di daerah sekunder akibat proses pelapukan.
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil pengujian serapan air terbesar berada
Pelapukan pada andesit menyebabkan pada MP/15 yaitu rata-rata 1,019%. MP/43
terubahnya mineral primer seperti plagioklas rata-rata yaitu 0,971% dan MP/28 memiliki
dan hornblenda menjadi mineral sekunder nilai rata-rata 0,351%. Grafik perbandingan
seperti klorit dan mineral lempung. Intrusi nilai serapan air dan kuat tekan dapat dilihat
andesit basaltan piroksen secara umum lebih pada Gambar 8.
lapuk dibandingkan dengan lava andesit
basaltan hornblenda, dilihat dari banyaknya Nilai serapan air yang sedikit lebih tinggi
mineral sekunder yang terbentuk (Gambar pada MP/15 dan MP/43 disebabkan oleh
7). pelapukan. Pelapukan menyebabkan
terbentuknya lubang-lubang mikro yang
Pelapukan mempengaruhi nilai keteknikan dapat terisi air sehingga nilai serapan airnya
batuan, meliputi densitas, daya serap air, menjadi lebih tinggi.
ketahanan aus dan kuat tekan. Batuan
dengan tingkat pelapukan yang rendah akan Nilai ketahanan aus MP/28 rata-rata adalah
memiliki nilai densitas yang tinggi, karena 0,0264 mm/menit, MP/43 adalah 0,0263
pelapukan akan mengganti mineral primer mm/menit, dan MP/15 sedikit lebih besar
menjadi mineral sekunder yang umumnya yaitu 0,0301 mm/menit. Perbandingan nilai
memiliki densitas yang lebih rendah, selain ketahanan aus dengan nilai kuat tekan dapat
itu pelapukan juga dapat menyebabkan dilihat pada Gambar 8.
timbulnya lubang-lubang mikro pada Semakin baik kualitas suatu batuan sebagai
mineral yang menyebabkan berkurangnya bahan bangunan, nilai ketahanan ausnya
densitas. Pelapukan juga dapat akan semakin kecil, karena batuan tersebut
meningkatkan nilai serapan air dan nilai cenderung lebih tahan terhadap abrasi.
keausan sehingga menyebabkan rendahnya Semakin kecil nilai ketahanan ausnya, maka
nilai kuat tekan. nilai kuat tekan akan semakin besar.
Sifat Keteknikan Andesit Salah satu faktor penting yang harus
Sifat keteknikan andesit di lokasi penelitian diketahui dalam menentuan kualitas suatu
diuji di Laboratorium Bahan Bangunan, batuan sebagai bahan bangunan adalah kuat
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, tekan. Pengujian kuat tekan yang dilakukan
Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. adalah uji kuat tekan berporos tunggal dan
Nilai-nilai yang diuji yaitu densitas, serapan dilakukan dengan menggunakan
compression machine test di Laboratorium
487
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Bahan Bangunan, Departemen Teknik Sipil Hubungan Tingkat Pelapukan dengan
dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Sifat Keteknikan Andesit
Universitas Gadjah Mada.
Nilai kuat tekan intrusi andesit basaltan
Dari hasil pengujian kuat tekan, nilai kuat piroksen yang sedikit lebih rendah
tekan MP/28 rata-rata yaitu 55,532 MPa, dibandingkan dengan lava andesit basaltan
MP/43 rata-rata 55,501 MP1, dan MP/15 hornblenda disebabkan oleh pelapukan yang
rata-rata 52,136 MPa. Nilai kuat tekan lava lebih intensif. Hal ini terlihat dari hasil
andesit basaltan hornblenda secara umum pengamatan petrografi bahwa sebagian
lebih besar dibandingkan dengan intrusi fenokris pada MP/15 telah terubah menjadi
andesit basaltan piroksen. Hal ini klorit dan mineral lempung.
disebabkan oleh tingkat pelapukan dan
perubahan mineral primer yang lebih rendah Pelapukan juga menyebabkan terbentuknya
pada lava andesit basaltan hornblenda. rongga-rongga mikro yang menyebabkan
nilai densitasnya lebih rendah. Rongga-
Baik itu lava andesit basaltan hornblenda, rongga mikro juga menyebabkan nilai
maupun intrusi andesit basaltan piroksen, serapan air menjadi lebih tinggi hingga
keduanya memiliki nilai kuat tekan yang akhirnya nilai kuat tekannya akan menjadi
cenderung rendah, hal ini dipengaruhi juga lebih rendah.
oleh faktor lain yaitu struktur geologi.
Struktur geologi yang berpengaruh yaitu Klasifikasi Kualitas Andesit
kekar terutama kekar gerus. Kekar gerus Analisis petrografi memiliki kaitan erat
dapat dijumpai pada seluruh daerah terhadap kualitas andesit sebagai bahan
penelitian. Kehadiran kekar dapat bangunan. Berdasarkan komposisinya yang
mengurangi kerapatan batuan dan diamati dalam pengamatan petrografi,
menyebabkan menurunnya nilai kuat tekan. andesit di daerah penelitian terbagi menjadi
Hubungan Tekstur dan Komposisi lava andesit basaltan hornblenda, lava
Batuan dengan Sifat Keteknikan Andesit andesit basaltan dan intrusi andesit basaltan
piroksen. Mineral yang dijumpai pada
Tekstur dan komposisi mineral berhubungan andesit meliputi mineral plagioklas, piroksen,
langsung dengan sifat keteknikan batuan. hornblenda, serta mineral opak, klorit,
mineral dengan tekstur porfiritik seperti mineral lempung, kalsit dan gelas volkanik.
pada daerah penelitian akan memiliki nilai Tekstur umum yang dijumpai yaitu
kuat tekan yang lebih besar karena rongga hipokristalin porfiritik.
diantara fenokris akan terisi oleh mineral
lain yang lebih kecil atau massa dasar Kekuatan agregat sangat dipengaruhi oleh
sehingga nilai kerapatannya dan kuat karakteristik petrografi, ukuran kristal dan
tekannya akan meningkat. komposisi merupakan faktor petrografi yang
dominan. Tekstur porfiritik menunjukkan
Pada daerah penelitian, yang paling berperan bahwa pada lubang-lubang di antara fenokris
dalam menentukan sifat keteknikannya yaitu terisi oleh massa dasar, hal ini menyebabkan
komposisi mineral. keterdapatan suatu nilai kerapatan batuan menjadi lebih tinggi
mineral dapat mempengaruhi sifat sehingga nilai kuat tekannya juga akan lebih
keteknikan. Mineral yang sangat baik. Kandungan mineral juga
mempengaruhi tingkat pelapukan di daerah mempengaruhi nilai kuat tekan.
penelitian yaitu plagioklas. Litologi di
daerah penelitian sebagian besar tersusun Selain berdasarkan analisis petrografi,
atas plagioklas. Mineral plagioklas sangat kualitas suatu batuan sebagai bahan
mudah terlapukkan dan terubah menjadi bangunan juga ditentukan dari hasil uji
mineral lempung. Batuan dengan komposisi keteknikan batuan. Uji keteknikan batuan
yang sudah terubah memiliki sifat dalam penelitian ini meliputi perhitungan
keteknikan yang kurang baik dibandingkan densitas, nilai serapan air, nilai ketahanan
batuan aslinya. aus, serta nilai kuat tekan. Nilai densitas,
nilai serapan air, serta nilai ketahanan aus
mempengaruhi nilai kuat tekan. Semakin
besar nilai densitas, semakin kecil nilai
488
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
serapan air, semakin kecil nilai ketahanan agregat beton, batu alam untuk tonggak atau
aus, maka nilai kuat tekannya menjadi tepi jalan, serta batu alam untuk penutup
semakin besar. Begitu pula apabila nilai lantai atau trotoir.
densitas semakin kecil, nilai serapan air
semakin besar, dan nilai ketahanan aus Berdasarkan syarat mutu batu alam untuk
semakin besar, maka nilai kuat tekannya bahan bangunan, andesit di daerah penelitian
menjadi semakin kecil. dapat dimanfaatkan sebagai batu hias atau
tempel serta sebagai tonggak dan batu tepi
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas jalan (selengkapnya lihat Tabel 3). Namun
andesit adalah keberadaan struktur geologi. karena rendahnya nilai kuat tekan, andesit
Keterdapatan kekar gerus di daerah ini tidak dapat dimanfaatkan sebagai
penelitian juga turut berperan dalam penutup lantai atau trotoir, pondasi
mengurangi nilai kuat tekan andesit di bangunan berat, sedang maupun ringan.
daerah penelitian sehingga nilainya lebih Batu alam untuk tonggak atau tepi jalan
rendah dari nilai kuat tekan andesit ideal. harus memenuhi syarat kekuatan tekan rata-
Dari ketiga faktor, yaitu petrografi, uji rata minimum 500 kg/cm2, tidak pecah/retak,
keteknikan batuan serta struktur geologi serta memiliki serapan air maksimum 5%
seluruhnya berhubungan langsung dengan (Persyaratan Umum Bahan Bangunan di
kuat tekan batuan. Indonesia (PUBI-1982), 1985).
Kualitas andesit sebagai bahan bangunan Hasil uji keteknikan batuan andesit di daerah
terutama dilihat dari nilai kuat tekan. Nilai penelitian memenuhi kualifikasi standar
kuat tekan yang lebih tinggi, menunjukkan sebagai batuan yang dapat digunakan dalam
bahwa andesit tersebut memiliki kualitas bahan bangunan terutama sebagai batu
yang lebih baik sebagai bahan bangunan. dimensi. Sesuai hasil uji keteknikan, andesit
Bahan bangunan yang dalam penelitian ini dari daerah penelitian dapat dimanfaatkan
yaitu sebagai agregat beton. sebagai batu hias atau batu tempel serta
tonggak dan batu tepi jalan. Berdasarkan
Kualitas suatu batuan yang dibagi spesifikasi yang dikeluarkan oleh
berdasarkan nilai kuat tekan sebelumnya Departemen Pekerjaan Umum, ketiga jenis
telah banyak diklasifikasikan oleh peneliti- andesit tidak memenuhi kriteria untuk
peneliti terdahulu seperti Deere dan Miller digunakan sebagai penutup lantai atau trotoir,
(1966), Geological Society (1970), serta pondasi bangunan berat, sedang, maupun
peneliti-peneliti lain yang kemudian ringan.
dirangkum oleh Bieniawski pada tahun 1984
sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 8. VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat tekan, diketahui Andesit di daerah penelitian membentuk
nilai kuat tekan rata-rata MP/15 sebesar morfologi perbukitan lava dan bukit intrusi.
52,136 MPa atau sekitar 521,36 kg/cm2, Berdasarkan penyelidikan lapangan dan
MP/28 sebesar 55,532 MPa atau sekitar analisis petrografi, andesit di daerah
555,32 kg/cm2, dan MP/43 sebesar 55,501 penelitian berupa lava andesit basaltan
MPa atau sekitar 555,01 kg/cm2. Bieniawski hornblenda dan intrusi andesit basaltan
(1984) menggabungkan klasifikasi batuan piroksen. Lava andesit dicirikan oleh
berdasarkan nilai kuat tekan berporos kehadiran gelas dan tekstur trakitik dalam
tunggal. Berdasarkan klasifikasi keteknikan pengamatan petrografi, serta keberadaan
Bieniawski (1973), ketiga STA termasuk kekar tiang di lapangan, sedangkan pada
dalam kategori medium strength. intrusi andesit tidak ditemukan tekstur
trakitik, gelas dan kekar tiang. Komposisi
Rekomendasi Pemanfaatan
yang dominan dari andesit di daerah
Menurut persyaratan umum bahan bangunan penelitian yaitu plagioklas dan sebagian
di Indonesia (PUBI-1982; 1985), klasifikasi telah lapuk dan terubah menjadi mineral
batu alam, termasuk persyaratannya lempung. Struktur geologi yang berkembang
ditentukan menurut penggunaannya dan pada lava maupun intrusi andesit yaitu kekar
dibagi menjadi batu alam untuk pondasi, gerus dan sesar geser Kalirejo pada lava
batu alam untuk dibuat batu pecah dan andesit basaltan hornblenda. Pelapukan dan
489
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
kekar gerus mempengaruhi nilai kualitas dibandingkan dengan lava andesit basaltik
andesit sebagai bahan bangunan. hornblenda karena tingkat pelapukannya
yang lebih tinggi. Pelapukan menurunkan
Hasil pengamatan petrografi dan kekar nilai densitas, meningkatkan nilai serapan
berhubungan dengan sifat keteknikan batuan air dan ketahanan aus, sehingga nilai kuat
dan ketiganya mempengaruhi nilai kuat tekan semakin rendah.
tekan. Uji keteknikan yang dilakukan
meliputi densitas, serapan air, ketahanan aus Kualitas dan pemanfaatan andesit diketahui
serta kuat tekan. Nilai densitas rata-rata dari nilai kuat tekan, serapan air serta
andesit di daerah penelitian yaitu 2504,67- ketahanan aus. Andesit di daerah penelitian
2590 kg/cm3, nilai serapan air rata-rata yaitu termasuk dalam kategori medium strength.
0,35-1,02%, nilai ketahanan aus rata-rata Mengacu pada syarat mutu batu alam
yaitu 0,0263-0,0264, dan nilai kuat tekan sebagai bahan bangunan, andesit di daerah
rata-rata andesit di daerah penelitian yaitu penelitian dapat dimanfaatkan sebagai batu
52,1-55,5 MPa. Nilai kuat tekan intrusi hias atau tempel, serta tonggak dan batu tepi
andesit basaltik piroksen sedikit lebih rendah jalan.

DAFTAR PUSTAKA
Amijaya, H. D., 1998. Karakteristik Mekanika Batuan Lava Andesit Daerah Tawangargo, Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Tidak Dipublikasikan).
Attewell, P. B., dan Farmer, T. W., 1976. Principles of Engineering Geology. John Wiley & Sons, Inc,
New York.
Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional., 1999. Peta Rupa Bumi Digital Indonesia Lembar
1408-213 (Bagelen). BAKOSURTANAL, Cibinong.
Badan Standarisasi Nasional., 1989. SNI 03-0394-1989 Mutu dan cara uji alam untuk bahan
bangunan. Jakarta.
Barianto, D. H., Aboud, E., Setijadji, L. D. 2009., Structural Analysis using Landsat TM, Gravity Data,
and Paleontological Data from Tertiary Rock in Yogyakarta, Indonesia. Memoirs of the
Faculty of Engineering. Kyushu University vol 69, no 2, JunI 2009.
Best, M. G., 2003. Igneous and Metamorphic Petrology 2nd Edition. W.H. Freeman and Company,
San Fransisco.
Bieniawski, Z. T., 1984. Rock Mechanics Design in Mining and Tunneling. A.A. Balkema, Rotterdam.
Bowles, J. E., 1986. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi ke-2. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Bronto, S. 2010., Geologi Gunung Api Purba. Badan Geologi, Kementrian Energi dan Sumber Daya
Mineral, Bandung.
Brotodiharjo, A. P. P., 1982. Pentingnya Pengujian Kuat Tekan pada Batuan/Tanah dalam
Penyelidikan Geoteknik. Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Dandy, M., 2015. Petrologi dan Sifat Keteknikan Breksi Tufan dan Batupasir di Daerah Watugajah,
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta Serta
Pemanfaatannya Sebagai Bahan Bangunan. Skripsi. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Tidak Dipublikasikan).

490
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Davis, H. E., Troxell, G. E., dan Hauck, G. F., 1982. The Testing of Engineering Materials. Edisi ke-4,
McGraw-Hill Book Co., New York.
Departemen Pekerjaan Umum, 1985. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, Bandung.
Gill, R., 2010. Igneous Rocks and Processes: A Practical Guide. John Wiley & Sons, London.
Goodman, R. E., 1980. Introduction to Rock Mechanics. John Wiley & Sons, Minnesota.
Graha, D. S., 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova, Bandung.
Harjanto, A., 2011. Vulkanostratigrafi di Daerah Kulon Progo dan Sekitarnya, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jurnal Ilmiah MTG, Vol.4, No.2, Juli 2011.
Hibbard, M. J., 1995. Petrography to Petrogenesis. Prentice Hall, Inc., New Jersey.
Hill, 1957. Principle of Engineering Geology and Geotechnics. Civil Engineering Series, New York.
Huang, W. T., 1962. Petrology, Ist ed. McGraw-Hill Book Company, New York.
Johannsen, A., 1939. A Descriptive Petrography of the Igneous Rocks, Volume 1: Introduction,
Texture, Classification and Glossary, 2nd ed. The University of Chicago Press, Chicago.
Johnson, R.B., DeGraff, J.V., 1988. Principles of Engineering Geology. John Wiley & Sons, Michigan.
Krynine, D. P., dan Judd, W. P., 1957. Principle of Engineering Geology and Geotechnics. Mc. Graw
Hill Book Company Inc, New York.
Langer, W.H., dan Knepper Jr., D. H., 1995. Geology Characterization of Natural Aggregate: A Field
Geologistss Guide to Natural Aggregate Resource Assessment. U.S. Geological Survey,
Denver.
McPhie, J., Joyle, M., Allen, R., 1993. Volcanic Textures A Guide to the Interpretation of Textures in
Volcanic Rocks. Tasmania, University of Tasmania.
Mueller, R.F., dan Saxena, K.S., 2012. Chemical Petrology: with application to The Terrestrial
Planets and Meteorites. Springer-Verlag, New York.
Novria, M., 2013. Studi Geologi dan Kualitas Basalt Sebagai Bahan Bangunan di Daerah
Pangadegan dan Sekitarnya, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Propinsi Jawa
Tengah. Skripsi. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta (Tidak Dipublikasikan).
Prakoso, T. W., Dalio, D. W., Steven, A., Hartono, H. G., Studi Awal Keberadaan Gunung Api Purba
Tulakan-Ketro, Pacitan, Jawa Timur, Prosiding Seminar Nasional ReTII ke-10, Yogyakarta.
Price, N. J., 1966. Fault and Joint Development in Brittle and Semi Brittle Rock. Pergamon Press,
New York.
Rahardjo, W., Sukandarrumidi, dan Rosidi, H. M. D., 1995. Peta Geologi Regional Lembar
Yogyakarta, Jawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Rai, M. A., 1988. Analisis Kemantapan Lereng: Proyeksi Stereografis dan Metode Grafis. ITB,
Bandung.
Rai, M. A., Kramadibrata, S, dan Wattimena, R. K., 2014. Mekanika Batuan. Penerbit ITB, Bandung.
Van Bemmelen, R. W., 1949. The Geology of Indonesia, vol. 1A. General Geology, Martinus Nyhoff,
The Hague.

491
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA
Van Zuidam, R. A., 1983. Guide to Geomorphologic Aerial Photographic Interpretation and Mapping.
ITC, Enschede, Belanda.
Verhoef, P. N. W., 1989. Geologi untuk Teknik Sipil. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Whitney, D. L., dan Evans, B.W., 2010. Abbreviations for Names of Rock-forming Minerals:
American Mineralogist, vol. 95, p.185-187.
Williams, H., Turner, F.J., Gilbert, C.M., 1982. Petrography an Introduction to the Study of Rocks in
Thin Sections. W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
Winter, J.D., 2001. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. Prentice-Hall Inc., New
Jersey.

TABEL

Tabel 1. Komposisi andesit di daerah penelitian


Komposisi (%)
Mineral Primer
Sampel Mineral sekunder
Fenokris Massa Dasar
Petrografi
Mineral Mineral Mineral
Pl Hbl Cpx Pl Cpx Gelas Cal Chl
mafik Opak lempung
MP/15 45 - 4 20 6 5 - - 14 - 6
MP/20 26 - 4 30 7 4 - - 19 - 10
MP/12 31 8 2 12 4 5 - 5 20 - 13
MP/28 40 30 5 8 7 5 - 5 - - -
MP/37 30 - - 10 - 5 - - 25 30 -
MP/38 50 13 3 8 8 5 - 5 8 - -
MP/43 50 7 - 10 5 5 - 5 13 - 5
MP/44 51 25 - 10 4 2 3 5 - - -

Tabel 2. Hasil uji keteknikan andesit di daerah penelitian


Kode Massa Jenis SSD Massa Jenis Kering Serapan Air Ketahanan Aus Beban Kuat Tekan
Sampel (kg/cm3) (kg/cm3) (%) (mm/menit) Maksimal (kN) (MPa)
MP/15 1 2487 2462 1,008 0,0314 146,5 49,648
MP/15 2 2575 2548 1,042 0,0322 133,5 48,115
MP/15 3 2631 2605 0,984 0,0296 131,0 46,814
MP/15 4 2554 2528 1,045 0,0273 180,0 63,966
Rata-rata 1,019 0,0301 52,136
MP/28 1 2649 2640 0,339 0,0265 159,5 56,462
MP/28 2 2495 2485 0,400 0,0270 162,0 53,652
MP/28 3 2653 2645 0,312 0,0257 152,0 56,484
Rata-rata 0,351 0,0264 55,532
MP/43 1 2548 2520 1,117 0,0268 143,0 53,873
MP/43 2 2542 2523 0,772 0,0251 186,0 69,597
MP/43 3 2496 2471 1,024 0,0270 119,0 43,033
Rata-rata 0,971 0,0263 55,501

492
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Tabel 3. Pemanfaatan andesit di daerah penelitian berdasarkan SNI 03-0394-1989

GAMBAR

Gambar 1. Peta indeks daerah penelitian

493
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 2. Peta geologi regional daerah penelitian

494
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

Gambar 3. Peta geomorfologi daerah penelitian

Gambar 4. Peta geologi daerah penelitian

495
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-9
PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6 - 7 OKTOBER 2016; GRHA SABHA PRAMANA

S U

Gambar 5. Pelapukan membola di STA Gambar 6. Sesar geser kanan Kalirejo,


15, satuan intrusi andesit basaltan piroksen arah sesar N 217oE/71o

Gambar 7. Gambar diambil pada sampel MP/43 pada kenampakan XPL menunjukkan penggantian
fenokris dengan mineral sekunder.

Gambar 8. Hubungan densitas, serapan air, dan keausan terhadap kuat tekan dan klasifikasi kualitas
andesit di daerah penelitian.

496

Anda mungkin juga menyukai