Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No.

4 Desember 2008: 183-193

Litostratigrafi dan sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi


Butak di Pegunungan Baturagung, Jawa Tengah Bagian Selatan
Surono
Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung

Sari
Lava Bantal Nampurejo, Formasi Kebo dan Formasi Butak, yang merupakan satuan batuan yang
didominasi oleh batuan hasil kegiatan gunung api, menyebar barat - timur di lereng utara Pegunungan
Baturagung. Lava Bantal Nampurejo merupakan satuan batuan tertua berumur Oligosen Awal yang
tertindih secara berturut-turut oleh Formasi Kebo dan Formasi Butak yang berumur Oligosen Akhir –
Miosen Awal.
Lava Bantal Nampurejo terdiri atas lava berstruktur bantal dan berkomposisi basal dengan sisipan
batupasir hitam. Formasi Kebo merupakan perselingan antara batupasir dan batupasir kerikilan, dengan
sisipan batulanau, batulempung, tuf dan serpih; sedangkan Formasi Butak terdiri atas breksi polimik
dengan selingan batupasir, batupasir kerikilan, batulempung dan batulanau/serpih.
Ketiga satuan batuan tersebut terendapkan pada suatu cekungan laut dalam – dangkal yang diisi
batuan gunung api. Dibandingkan dengan bagian bawah Formasi Kebo, kegiatan gunung api pada saat
sedimentasi bagian atas Formasi Kebo dan Formasi Butak jauh lebih aktif.
Kata kunci: Lava bantal, Kebo, Butak, gunung api, sedimentasi, Baturagung

Abstract
Lithologically, the Nampurejo Pillow Lava, Kebo and Butak Formations, which are dominated by
volcanic rocks, spread west - eastly, along the northern foot of the Baturagung Mountains. The Nampurejo
Pillow Lava, which has an Early Oligocene age, is overlain by the Late Oligocene - Early Miocene Kebo
and Butak Formations successively.
The Nampurejo Pillow Lava consists of basaltic pillow-lavas showing pillow structures and they
are intercalated by black sandstones. The Kebo Formation comprises alternating sandstone and pebbly
sandstone with intercalations of siltstone, claystone, tuff, and shale. On the other hand, the Butak For-
mation is composed of polymic breccia with intercalations of sandstone, pebbly sandstone, claystone,
and siltstone/shale.
The three units were deposited in a deep – shallow marine basin, which was filled by volcanic prod-
ucts. Compared to the lower part of the Kebo Formation, volcanic activities during the deposition of the
upper part of the Kebo Formation and the Butak Formation were more active.
Keywords: Pillow lava, Kebo, Butak, volcano, deposition, Baturagung

Pendahuluan Kemudian, Sumarso dan Ismoyowati (1975) mena-


mai kedua satuan ini sebagai Formasi Kebo-Butak,
Nama Kebo Beds dan Butak Beds diperkenalkan yang selanjutnya penamaan terakhir ini diikuti oleh
oleh Bothe (1929) dalam Peta Geologi Perbukitan Surono drr. (1992) untuk Peta Geologi Lembar
Jiwo dan Pegunungan Selatan, yang disajikan Surakarta dan Giritontro skala 1:100.000. Samodra
dalam Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 di dan Sutisna (1997) juga mengikuti penamaan itu,
Bandung. Namun demikian, Bothe (1929) tidak dalam Peta Geologi Lembar Klaten skala 1:50.000,
memisahkan kedua satuan (bed) ini dalam petanya. dengan menambahkan tiga anggota dalam Formasi

183
184 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 183-193

Kebo-Butak ini. Dalam perkembangannya, Formasi proses sedimentasi selama pengendapan kedua
Kebo-Butak ini menjadi terkenal karena dianggap formasi dari waktu ke waktu. Sementara pemetaan
merupakan awal dari peningkatan kegiatan gunung geologi terperinci digunakan untuk mengetahui
api di Jawa bagian tengah. penyebaran keduanya secara lateral.
Tulisan ini merupakan salah satu hasil kerja Kegiatan lapangan yang berupa pemetaan
sama Pusat Survei Geologi, Badan Geologi, geologi terperinci dan juga pembuatan penam-
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral pang stratigrafi terukur terperinci dilakukan
dengan Jurusan Teknik Geologi, Universitas pada bulan September – November 2005 di
Pembangunan Nasional “Veteran” (UPN) dan Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul,
Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gadjah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan dilanjutkan
Mada (UGM). Tujuan penelitian ini adalah un- pada April – Juni 2006 di Kecamatan Bayat,
tuk mengetahui komposisi litologi dan proses Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dan Kecamatan
sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul (Gambar
secara keseluruhan di lokasi seperti terlihat pada 1 & 2). Semua analisis laboratorium (petro-
Gambar 1. Pengumpulan data lapangan, terutama grafi, paleontologi, dan geokimia) dilakukan di
pembuatan penampang terukur, dibantu oleh Laboratorium Geologi (GeolLabs), Pusat Survei
empat mahasiswa: Eko Puswanto (UGM), Dicky Geologi. Untuk mendukung tulisan ini, sekitar
Haris Hidayat (UPN), Andar Trianto (UPN), dan lima puluh lima percontoh batuan telah dianalisis
Prihantoro Budi Laksono (UPN). secara petrografis, dan sepuluh di antaranya se-
cara paleontologi.
Temanggung Salatiga
So
lo U
Wonosobo an
Susunan Batuan
w

n ga
e

10 km
Formasi Kebo dan Butak tersebar di bagian
K. B
nto

Magelang
K. Bogowo

Boyolali
Mungkid
lereng utara Pegunungan Baturagung yang cukup
SURAKARTA
Sleman Klaten Sukoharjo
curam. Penyebaran formasi ini memanjang barat -
Purworejo
YOGYAKARTA
timur sepanjang sekitar 20 km dengan lebar (utara
Wonogiri
Wates - selatan) 0,2 - 5 km (Gambar 2). Satuan ini me-
Sendang
O k

Bantul K. Oyo
nyebar mulai dari Kecamatan Bayat, Kabupaten
pa

Waduk Wonogiri
WONOSARI
K.

Parangtritis Klaten, Jawa Tengah, ke barat sampai Kecamatan


Nawangan
SAMUDRA HINDIA
Glonggong
Ngancar
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa
Lokasi penelitian
Baron
Pacitan
Yogyakarta. Kontak antara Formasi Kebo dengan
satuan yang mengalasinya tidak ditemukan di
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian. daerah penelitian. Sementara bagian atas Formasi
Butak ditindih selaras oleh Formasi Semilir (Su-
darno, 1997; lihat Gambar 3).
Tujuan dan Metode Bothe (1929) memerinci bagian bawah forma-
si ini sebagai Kebo Beds yang terdiri atas serpih,
Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui batupasir, konglomerat halus, dengan sisipan re-
secara terperinci susunan batuan dan posisi tas-lempeng (sill) diabas. Kebo Beds mempunyai
stratigrafi Formasi Kebo dan Butak dengan tujuan lokasi tipe di Gunung Kebo. Sementara Butak
mengetahui proses sedimentasi kedua formasi Beds, yang menindih selaras Kebo Beds, disusun
tersebut. Metode penelitian adalah pemetaan oleh aglomerat berselingan dengan batupasir dan
geologi dan pembuatan penampang stratigrafi serpih. Lokasi tipe Butak Beds terletak di kaki
terukur secara terperinci, pengambilan contoh Gunung Butak. Hanya sayangnya Bothe (1929)
batuan terpilih di lapangan dan analisis labo- tidak memberikan secara pasti lokasi tipe maupun
ratorium. Penampang stratigrafi, yang dibuat penampang tipe kedua satuan tersebut. Bahkan
berdasarkan hasil pemerian dan pengukuran di peta geologi yang dibuatnya-pun tidak memisah-
lapangan, dibuat untuk mengetahui secara tepat kan antara Kebo Beds dan Butak Beds. Karena
Litostratigrafi dan Sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan
Baturagung, Jawa Tengah Bagian Selatan (Surono) 185

7°45’00” LS. Tmwl Tmwl 7°45’00” LS.


Tmwl

110°45’00” BT.
110°30’ BT

RAWA JOMBOR KTm


Qt Qt
Tew
Tmdi KTm Tmwl
U
Qt Tmwl
KTm Qt Tmdi
Tmdi Qt KECAMATAN CAWAS
Tew
PEBUKITAN JIWO
KABUPATEN KLATEN KTm Tew
KECAMATAN GANTIWARNO Tmdi Tmdi
Qt Tmdi
Tew 0m 2500 m 5000 meter
Tms Tmwl
Bayat Qt
KABUPATEN SUKOHARJO
KECAMATAN BAYAT
Tomk

Tmkb Tmo
Tomk KECAMATAN WEDI
Ton
Tomb

Ton
Qhm P5 Tms
Tomk
P1
P3 Tms
Tomk Tomb P6

Tms Tomb PEGUNUNGAN BATURAGUNG


Tms P2 Tomb
Tms Tmo
P4 Tmn
KAB. GUNUNG KIDUL Tmo
Tmss
G. NGLANGGERAN Hargomulyo
Tms
Tmn Tmss

Tmn
Tmn Tmo Tms ? Tmo
Tmn
110°30’ BT

Tms ?

110°30’ BT
Qa
Qa
Tmss
Tmss
Tmss Tmo 7°52’30” LS.
7°52’30” LS.

Formasi Oyo Tomk Formasi Kebo Sesar


Qa Aluvium
Tmss Formasi Sambipitu Ton Lava Bantal Nampurejo
Qt Aluvium tua Antiklin
Formasi Nglanggran Tpdi Diorit Pendul
Qvm Batuan Gunung Api Merapi Sinklin
Tms Formasi Semilir Tew Formasi Wungkal
P1 Lintasan penampang stratigrafi
Formasi Wonosari Punung
Tomb Formasi Butak KTm Batuan Malihan

Gambar 2. Peta geologi Pegunungan Baturagung dan Perbukitan Jiwo serta lokasi pengukuran penampang stratigrafi P1 - 6.
Untuk kolom stratigrafi lihat Gambar 3.

WAKTU itu, beberapa penulis setelahnya (di antaranya


FORMASI L I T O L O G I
KUARTER ZAMAN

ZONASI

Surono drr., 1992; Samodra dan Sutisna, 1997;


HURUF

BLOW
(1964)
KLAS.
KALA

N23
dan Smyth, 2005) tetap menyatukan kedua satuan
N22 ini menjadi Formasi Kebo-Butak.
PLIOSEN Th N21 Samodra dan Sutisna (1997), selain For-
F. Kepek F. Kepek:
N18

N17
Perselingan batugamping, napal dan
serpih gampingan
masi Kebo - Butak sendiri yang tak ter-
Tg
pisahkan, mengusulkan tiga anggota: Anggota
Akhir

N16

N15
F. Wonosari:
Mangli, Anggota Nampurejo, dan Anggota
Batugamping, napal, batupasir tufan,

Tf3
N14 F. Wonosari dan batulanau. Belang. Anggota Mangli terdiri atas perulangan
N13
batupasir, batulanau, batupasir kerikilan, batu-
M I O S E N

F. Oyo:
lempung, serpih, dan tuf; setempat disisipi
Tengah

Batugamping tufan, tufa, dan napal tufan.


R

Tf2
N11
E

F. Sambipitu:
Perselingan batupasir gampingan dan aglomerat dan konglomerat. Anggota Nam-
I

Tf1- N10 F. Oyo


serpih gampingan.
S

Te5 F. Sam-
N9 bipitu
F. Nglanggeran:
purejo tersusun oleh lava bantal bersusunan
R

F. Nglanggeran Breksi gunung api, tufa, aglomerat, lava,


bantal, breksi autoklastika, breksi epiklastika
basal. Sementara Anggota Belang disusun oleh
E

N8
Te4- F. Semilir F. Semilir:
T

Breksi batuapung, tuf lapili, tuf, pasir tufan,


Awal

Te1 N5

N4
F. Butak
dan serpih.
Formasi Butak:
perulangan grewak dan batulanau dengan si-
N3=
Breksi polimik diselingi batupasir, batupasir
sipan tuf. Kenyataan di lapangan, pemisahan
Awal-Akhir
OLIGOSEN

kerikilan, batulempung dan batulanau.


Td- P22 F. Kebo
Formasi Kebo:
Tc N2=
P21
Perselingan batupasir, batupasir kerikilan,
bersisipan batulanau, batulempung, tuf
Formasi Kebo-Butak sendiri dengan Anggota
P17
dan serpih.
Mangli dan Anggota Belang sulit dilakukan.
EOSEN

Akhir

Tb P16
F. Wungkal-Gamping F. Wungkal-gamping:
Batugamping Numulit, batupasir, napal
Dalam tulisan ini Formasi Kebo-Butak akan
P15
pasiran, dan batulempung
dipisahkan menjadi Formasi Kebo yang me-
Tengah

P14
Ta
P10
Batuan Malihan:
Sekis, filit, batuan gunung api malih, pualam,
wakili bagian bawahnya dan Formasi Butak yang
KAPUR-PALEOSEN Batuan Malihan
AWAL? sedimen malih dan batusabak.
mewakili bagian atasnya. Untuk mengetahui
Gambar 3. Stratigrafi Pegunungan Baturagung dan Per- komposisi dan urutan batuan penyusun Formasi
bukitan Jiwo (dimodifikasi dari Sudarno, 1997). Kebo dan Formasi Butak ini secara terperinci,
186 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 183-193

telah dibuat enam penampang stratigrafi yang LITOLOGI PEMERIAN

memotong keduanya:
1. Lintasan P1 di Desa Sampang, Kecamatan Ge- F8
Batupasir tufan

dangsari, Gunungkidul (Gambar 4). 400

Batupasir halus,tufan
2. Lintasan P2 di Desa Hargomulyo, Kecamatan F8

F1 Breksi polimik

Gedangsari, Gunungkidul (Gambar 5). F7

3. Lintasan P3 di Kali Watugajah, Desa Watu- F8

gajah, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul 300 F7

F8
(Gambar 6). Batupasir tufan

4. Lintasan P4 di Kali Hargomulyo, Desa Hargo- F7 Batupasir kasar

mulyo, Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul F7


Batupasir tufan, sedang - kasar

(Gambar 7). 200


F8

5. Lintasan P5 di S. Tegalrejo, Desa Cermo, F2

F8
Breksi

Kecamatan Gedangsari, Gunungkidul dan F5 Batupasir kerikil

(Gambar 8). F8
Batupasir tufan

6. Lintasan P6 di sepanjang jalan Trembono- 100


F1

Breksi polimik dengan sisipan batupasir


F1

Gambarsari (Gambar 9). F9


kerikilan di bagian tengah

Semua penampang stratigrafi terukur tersebut F1

F9 Batupasir kerikilan
dapat dilihat pada Gambar 4 – 9, dan hasil ko- F2 Breksi

relasi semua penampang tersebut disajikan pada 0


Cl l S l C
F8
l
Batupasir sedang - halus

Gambar 10.
Gambar 5. Penampang stratigrafi lintasan P2 di Desa Har-
gomulyo, Kecamatan Gedangsari. Fn = Fasies endapan
LITOLOGI PEMERIAN turbidit berdasarkan Mutti (1992). Lokasi lihat Gambar 2,
keterangan struktur sedimen lihat Gambar 7.
Breksi polimik, fragmen batuan beku (basalt ?)
dominan, disisipi batupasir kasar, dijumpai pe-
F1 cahan cangkang bivale.

F2
LITOLOGI PEMERIAN
400 F1
400

F8
Batupasir dengan sisipan tuf

Perselingan batupasir kasar dan batupasir


sedang F8
F7 Batupasir halus - sedang

F9

300
300
Perselingan tuf dan batupasir
F8
F2
Breksi basal dengan lempung di bagian atas
F1

F8
Batupasir, halus-kasar, disisipi batulempung
F7
Perselingan batupasir kasar ,sedang dan halus.
Tuf dan lanau dijumpai di bagian bawah.
200
Batulempung berforam
200

F9 Breksi polimik dengan sisipan tuf dan


F2
batupasir

Breksi, batupasir kerikilan - pasir halus


F5
Batupasir halus - kasar
Perselingan batupasir sedang dan halus,
F8 bagian tengah disisipi batulempung

100

100

Perselingan batupasir halus dan sedang,


dengan sisipan tuf
F8
F8 Batupasir halus, disisipi batupasir sangat halus

F7 Perselingan batupasir kasar dan batupasir


halus

0
F6 Batupasir, tufan, O sedang - kasar. Bagian Cl S C
atas kerikilan.
F7
F8
0
C l S l C l

Gambar 6. Penampang stratigrafi lintasan P3 di Kali


Gambar 4. Penampang stratigrafi lintasan P1 di Desa Watugajah, Desa Watugajah, Kecamatan Gedangsari. Fn =
Sampang, Kecamatan Gedangsari. Fn = Fasies endapan Fasies endapan turbidit berdasarkan Mutti (1992). Lokasi
turbidit berdasarkan Mutti (1992). Lokasi lihat Gambar 2, lihat Gambar 2, untuk keterangan struktur sedimen lihat
untuk keterangan struktur sedimen lihat Gambar 7. Gambar 7.
Litostratigrafi dan Sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan
Baturagung, Jawa Tengah Bagian Selatan (Surono) 187

LITOLOGI P E R I A N LITOLOGI PEMERIAN

Perselingan lapili, batupasir tufan,

FORMASI
F5

SEMILIR
F7 Batupasir bersisipan tuf hijau
F2 dan tuf

F2
Breksi polimik, fragmen batuan beku, F2
batupasir, tuf hijau

F O R MAS I B UTAK
F8 Perselingan batupasir, lanau, serpih,
F2 dan lempung gampingan
100 300

F7 Batupasir, sedang - kasar


F8

F2

F5 Perselingan batupasir, lanau, serpih,


Breksi polimik, fragmen batuan beku, dan batupasir kerikilan
batupasir, dan tuf hijau
F2 F5

FORMASI BUTAK
200
0 F8
Cl S C

F2
KETERANGAN STRUKTUR SEDIMEN: Perselingan breksi polemik, batupasir,
serpih, dan batupasir kerikilan
Kepingan batubara/arang Kepingan koral F2
Pemukaan erosi Perarian bergelombang
F2
Perarian sejajar Peluncuran (slumping)

Perlapisan bersusun Foraminifera 100 F2

Bioturbasi Pergentengan (imbrikasi)


F2

Silangsiur F2

F8
Perselingan serpih dan breksi

Gambar 7. Penampang stratigrafi lintasan P4 di Kali Har-


F8 polimik di bagian bawah

gomulyo, Desa Hargomulyo, Kecamatan Gedangsari. Fn =


F2

Fasies endapan turbidit berdasarkan Mutti (1992). Lokasi 0


Cl S C

lihat Gambar 2.
Gambar 9. Penampang stratigrafi lintasan P6 di sepanjang
jalan Trembono - Gambarsari. Fn = Fasies endapan turbidit
berdasarkan Mutti (1992). Lokasi lihat Gambar 2, keteran-
PEMERIAN
gan struktur sedimen lihat Gambar 7.

Hasil pemetaan terperinci pada daerah pene-


litian menunjukkan bahwa satuan batuan, yang
dulu disebut Formasi Kebo-Butak oleh beberapa
penulis tersebut di atas, dapat dipisahkan menjadi
dua satuan, yakni bagian bawahnya disebut Formasi
Kebo dan bagian atasnya dinamai Formasi Butak
(lihat Gambar 4). Pada dasarnya pemisahan terse-
but berdasarkan batuan yang mendominasi kedua
satuan yang bersangkutan. Formasi Kebo didominasi
oleh batuan klastika, terutama batupasir dan secara
setempat dijumpai lava bantal; sedangkan Formasi
Butak didominasi batuan gunung api, terutama breksi
gunung api. Namun demikian, setempat Formasi
Kebo berubah secara berangsur ke Formasi Butak,
sehingga di beberapa tempat keduanya sulit dipi-
sahkan. Lava basal berstruktur bantal dijumpai di
beberapa tempat di bagian bawah Formasi Kebo ini.
Lava bantal ini dinamai Anggota Nampurejo oleh
Samodra dan Sutisna (1997).

Lava Bantal Nampurejo


Lava bantal dengan komposisi basal, yang ber-
Gambar 8. Penampang stratigrafi lintasan P5 di Sungai
Tegalrejo, Desa Cermo, Kecamatan Gedangsari. Fn = Fa- selingan dengan batupasir vulkanis berwarna hitam
sies endapan turbitdit berdasarkan Mutti (1992). Lokasi lihat pekat, banyak ditemukan dalam Formasi Kebo,
Gambar 2, keterangan struktur sedimen lihat Gambar 7. terutama di bagian bawah (Gambar 8). Lava bantal
188 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 183-193

ini disebut Anggota Nampurejo oleh Samodra dan terdiri atas batupasir kuarsa, vitric tuff, dan sedikit
Sutisna (1997) atau belakangan disebut Anggota batuan gunung api.
Santren oleh Smyth (2005). Namun demikian,
sebutan “Anggota” kurang tepat pada satuan yang Formasi Butak
dapat dipetakan dalam skala 1 : 25.000. Lebih baik Formasi Butak, yang menindih selaras For-
Anggota Nampurejo diganti dengan Lava Bantal masi Kebo, batuannya terdiri atas breksi polimik
Nampurejo, yang didominasi oleh lava bantal dengan selingan batupasir, batupasir kerikilan,
berkomposisi basal. Hasil pemetaan penulis, Lava batulempung, dan batulanau/serpih. Breksi polimik
Bantal Nampurejo ini tersingkap di banyak tempat mempunyai fragmen yang berukuran kerikil sampai
(Gambar 2), di antaranya sekitar Desa Kalinampu bongkah, berupa andesit, basal, batuan sedimen
dan Tegalrejo. Struktur lava bantal dapat diamati karbonan, dan kuarsa. Beberapa fragmen telah
dengan jelas di Desa Santren, dengan diameter bantal mengalami alterasi menjadi klorit yang berwarna
berkisar 10 - 30 cm. Secara setempat, satuan lava hijau. Penampakan petrografis batupasir Formasi
bantal ini diselingi oleh tuf halus, yang umumnya Butak menunjukkan bahwa fragmennya didomi-
berwarna hitam dan bersifat dasitan. Diduga, batupa- nasi oleh material vulkanik (basal, plagioklas,
sir hitam ini merupakan suatu hasil letusan gunung andesit, tuf dan kuarsa, serta sedikit batulempung).
api bawah laut (Bronto drr., 2002). Pengamatan mikroskopis menunjukkan batupasir
Penampakan petrografi dari tiga contoh Lava pada umumnya berupa batupasir gunung api, de-
Bantal Nampurejo ini menunjukkan hipokristalin, ngan komposisi plagioklas berupa labradorit (15%),
porfiro afanitis dengan kristal sulung didominasi kuarsa (13%), mineral opak (25%), basal (20%),
oleh plagioklas (30 - 40%) yang berukuran 0,05 andesit (10%), tuf gelas (10%), dan lempung (7%)
– 1 mm dan berbentuk euhedral (Laksono, 2007). (Laksono, 2007).
Kristal sulung lainnya adalah piroksen (10 - 15%), Struktur sedimen yang ditemukan pada for-
dan mineral opak (25 - 30%). Struktur aliran tampak masi ini adalah perlapisan bersusunan normal,
jelas pada sayatan tipis tersebut. permukaan erosi, perarian sejajar, pergentengan
(imbrikasi) fragmen, dan burrow. Butiran arang
Formasi Kebo banyak ditemukan terutama pada bagian atas
Formasi Kebo merupakan perselingan antara formasi ini, sedangkan fosil foraminifera banyak
batupasir dan batupasir kerikilan, dengan sisipan dijumpai pada klastika halus, terutama di bagian
batulanau, batulempung, tuf, dan serpih (Gambar atas formasi.
6 & 8). Sebagian dari batupasir dan batulempung
bersifat gampingan dan setempat ditemukan Umur dan Stratigrafi
konglomerat dan breksi aneka bahan (polimik). Bothe (1929) menduga Formasi Kebo dan
Bagian tengah formasi ini didominasi oleh batupasir Formasi Butak berumur Miosen Awal (?) – Miosen
kerikilan (Gambar 8). Tengah. Sumarso dan Ismoyowati (1975) mengana-
Struktur sedimen yang ditemukan dalam Formasi lisis foraminifera dalam Formasi Kebo dan Butak
Kebo adalah perlapisan bersusunan normal, perarian dan mendapatkan umur N2 – N5 atau Oligosen
sejajar, perarian bergelombang, permukaan erosi, Akhir – Miosen Awal. Kemudian Rahardjo (2007)
tikas suling dan penendatan (slump). Bioturbasi, mengulangi melakukan analisis foraminifera pada
foraminifera, kepingan koral, dan kepingan arang tiga percontoh dari Gunung Pegat, Watugajah dan
ditemukan di beberapa tempat. Pututputri, dan menemukan Globigerina cipero-
Hasil petrografi dari sepuluh percontoh batupasir ensis, Catapsydrax dissimilis dan Globigerinoides
memperlihatkan bahwa pada umumnya batuan ini primordius, yang menunjukkan umur P22 - N4
mempunyai pemilahan yang buruk, kemas terbuka, (Oligosen Akhir – Miosen Awal). Surono drr. (2006)
fragmen berukuran pasir sedang - kasar didominasi menganalisis kandungan fosil nanno dalam contoh
oleh plagioklas (10 - 30%) , kuarsa (5 - 20%), sanidin dari Perbukitan Jiwo Timur, yang diduga merupakan
(5 - 10%), piroksen (5 - 10%), dan sedikit fragmen bagian Formasi Kebo atau Formasi Butak. Fosil
batuan (basal, batupasir, dan vitric tuff). Sementara nanno tersebut terdiri atas Sphenolithus moriformis,
fragmen batuan dalam batupasir kerikilan umumnya S. heteromorphus, S. conicus, S. belemnos, Coc-
Litostratigrafi dan Sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan
Baturagung, Jawa Tengah Bagian Selatan (Surono) 189

colithus miopelagicus, Helicosphaera carteri dan lanau dengan sisipan tuf yang diduga merupakan
H. euphratis. Himpunan spesies nanno tersebut bagian Formasi Kebo atau Formasi Butak. Walaupun
menunjukkan umur Miosen Awal (NN3). batulanau ini mempunyai kontak langsung dengan
Penarikhan umur mutlak Formasi Kebo telah batuan terobosan Diorit Pendul, tetapi tidak dijumpai
dilakukan oleh beberapa penulis, di antaranya adanya sisa pembakaran. Dengan demikian, batuan
Soeria-Atmadja drr. (1994), Sutanto drr. (1994), yang diduga merupakan bagian dari Formasi Kebo
Soesilo (2003), Sutanto (2003), dan Smyth (2005). atau Butak ini tidak diterobos oleh Diorit Pendul atau
Dengan metode KAr, Soeria-Atmadja drr. (1994) dengan kata lain pada singkapan tersebut Formasi
melakukan penarikhan satu contoh retas-lempeng Kebo mempunyai umur lebih muda dibandingkan
basal di Bayat serta dua contoh retas (dyke) dari Diorit Pendul. Berdasarkan kemiripan komposisi
Parangtritis yang semuanya dalam Formasi Kebo mineral dan geokimia, Bronto drr. (2004) menduga
dan Butak. Semua hasil penarikhan tersebut di atas sebagian dari kompleks Diorit Pendul mempunyai
tercantum dalam Tabel 1. hubungan yang erat dengan Lava Bantal Nampurejo.
Hasil penarikhan dalam Tabel 1 menunjukkan Formasi Kebo diduga menindih tak selaras Formasi
bahwa Formasi Kebo dan Formasi Butak umumnya Gamping-Wungkal (Surono drr., 1992; Samodra dan
menunjukkan kisaran umur 21,0 – 26,55 juta tahun Sutisna, 1997) yang diterobos oleh Diorit Pendul
atau Oligosen Akhir – Miosen Awal. Hal ini sesuai (Surono drr., 2006).
dengan hasil penentuan umur berdasarkan fosil Bagian atas Formasi Kebo ditindih selaras oleh
foram (Laksono, 2007; Rahardjo, 2007) dan nanno Formasi Butak, yang didominasi oleh breksi gunung
(Surono drr., 2006). Sementara umur Lava Bantal api. Perubahan Formasi Kebo ke Formasi Butak di
Nampurejo, menunjukkan umur 33,15 – 31,29 juta atasnya adalah gradasi (Gambar 8). Selanjutnya,
tahun atau Oligosen Awal, jauh lebih tua dari umur Formasi Butak ini ditindih selaras oleh Formasi
kedua formasi. Smyth (2005) melakukan penarikhan Semilir, yang batuannya didominasi oleh tuf dan
tuf kristal yang tebalnya hanya 1m menumpang di breksi batuapung (Gambar 5 dan 9).
atas lava bantal ini, dan menghasilkan umur 24,7 ± Kontak Formasi Kebo dengan satuan batuan
1,0 juta tahun atau Oligosen Akhir. Hal ini menun- di bawahnya tidak tersingkap di daerah penelitian.
jukkan adanya selang waktu pengendapan yang cu- Ketebalan Formasi Kebo yang diukur sepanjang
kup besar (>7 juta tahun). Kalau semua penarikhan Sungai Tegalrejo (Gambar 8) mencapai 550 m, se-
ini benar adanya, diduga ada selang pengendapan hingga diduga ketebalan sebenarnya lebih dari angka
antara Lava Bantal Nampurejo dan Formasi Kebo tersebut. Sementara ketebalan Formasi Butak yang
di atasnya. Namun demikian, masih diperlukan didapatkan dari hasil korelasi penampang (Gambar
penelitian lebih terperinci, terutama perubahan dari 10) diduga sekitar 334 m.
Lava Bantal Nampurejo ke Formasi Kebo.
Bagian bawah Formasi Kebo tidak tersingkap Sedimentasi
dengan jelas di Pegunungan Baturagung, sehingga Ditemukannya lava bantal, bioturbasi, fosil ko-
hubungannya dengan satuan yang lebih tua di pe- ral, dan foraminifera di dalam Formasi Kebo dan
gunungan ini tidak diketahui dengan pasti. Pada Butak, menunjukkan bahwa ketiga satuan batuan
penambangan diorit di lereng selatan Perbukitan tersebut diendapkan pada lingkungan laut. Lava
Jiwo Timur, Surono drr. (2006) menemukan batu- bantal umumnya terbentuk pada dasar laut dalam.

Tabel 1. Hasil Penarihan Batuan Formasi Kebo dan Formasi Butak

Daerah Singkapan Percontoh/Formasi Umur Penulis


(juta tahun)
Parangtritis Retas PT57B/Fm. Butak 26,55 + 1,07 Soeria-Atmadja drr. (1994)
Parangtritis Retas PT57A/Fm. Butak 26,40 + 0,83 Soeria-Atmadja drr. (1994)
Tegalrejo Retas lempeng BY 52/Fm. Kebo(?) 24,25 + 0,65 Soeria-Atmadja drr. (1994)
Santren Kristal tuf Fm. Butak (?) 21,0 + 3,6 Smyth (2005)
Santren Kristal tuf Fm. Kebo 24,7 + 1,0 Smyth (2005)
Nampurejo Lava bantal Lava Bantal Nampurejo 33,15 - 31,29 Soesilo (2003)
190 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 183-193

BARAT P2 TIMUR

FORMASI SEMILIR
F8

400

F8

F1

F7

F8

300 F7

F8

F7
P6
F7

200
F8 F2

F2

F8
P4 F8

F5

F O R MAS I B U TAK
F7 300
F8
F8
F1
100 F2
F1
100

F9 F7 F5
F1
F2 200
F9 F5

P1 F2
F8 F2 F2
0
Cl S C
P5
0
F1 Cl S C
F2
F5 F2
F2 F2

400 F 2 100
F1 F2
700
F2

F5
F8
F7
F2

F7 0
600 Cl S C
300

F2 F5

F1 F5

FORMASI KEBO
F8
F7 P3
400 500 F5

200 F8
F9 F7

F8 F5
F5

F6 F9
400 F8
300
F8
100 F5

F8
F5
F8

F7
F6
300

200
F7
0 F8
Cl S C F7
F2

F5

F7
200
F8
F5
100
F8

F7
F8

F7
100
F7

F8
0
Cl S C

F8

0
Cl S C

Gambar 10. Korelasi stratigrafi dari P1 - P6 di daerah penelitian.

Ketebalan air laut di atasnya cukup kuat untuk mal, perarian sejajar, gerusan (scour) dan perarian
menekan aliran lava panas sehingga membentuk bergelombang, serta penendatan (slump). Sebagian
struktur seperti bantal. besar struktur sedimen tersebut menunjukkan adanya
Telah diuraikan sebelumnya bahwa Formasi pengaruh gaya berat dalam transportasi sedimen.
Kebo disusun oleh batuan klastika halus berupa Dijumpainya fosil binatang laut, seperti koral dan
perselingan antara batupasir dan batupasir kerikilan, foraminifera, menunjukkan bahwa transportasi
dengan sisipan batulanau, batulempung, tuf, dan sedimen oleh gaya berat itu terjadi di bawah laut.
serpih. Struktur sedimen yang ditemukan dalam Berdasarkan klasifikasi Mutti (1992), bagian bawah
Formasi Kebo berupa perlapisan bersusunan nor- Formasi Kebo umumnya mempunyai fasies yang di-
Litostratigrafi dan Sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan
Baturagung, Jawa Tengah Bagian Selatan (Surono) 191

kuasai oleh F7 - F8 (Gambar 6 & 8), dan sangat jarang sumber erupsi gunung api. Peta geologi daerah pe-
ditemukan F2 dan F5. Keadaan ini berubah secara nelitian (Gambar 2) menunjukkan bahwa di utara
berangsur ke arah atas; F2 dan F5 lebih mendominasi Hargomulyo, tempat penampang P2 dan P4 berada,
dan jarang ditemukan F7 dan F8 (Gambar 8). penyebaran Formasi Butak lebih luas. Sebaliknya
Sedikit berbeda dengan Formasi Kebo, Formasi ke arah barat dan timur, penyebaran formasi ini
Butak umumnya mempunyai fasies yang didominasi tampak menyempit. Ini mungkin disebabkan oleh
oleh F1 - F5 (Gambar 4 - 5, 7 - 9), yang secara litolo- adanya penebalan Formasi Butak di sekitar daerah
gis lebih dikuasi oleh breksi. Selanjutnya, Formasi (di utara Hargomulyo) itu dan menipis ke barat dan
Butak di daerah penelitian ditindih oleh Formasi timur. Hal ini boleh jadi karena dekat dengan sumber
Semilir, yang dibentuk oleh breksi batuapung, tuf erupsi gunung api.
lapili dan batupasir dengan fasies F2 - F5 (Gambar 9).
Di tepi barat laut Waduk Gajahmungkur, Formasi
Semilir yang berumur 20 - 16 juta tahun, pada Pembahasan
umumnya juga berfasies F2 - F5 (Surono, 2008).
Telah diuraikan di atas bahwa secara umum
Korelasi Lava Bantal Nampurejo, batuan Formasi Kebo,
Korelasi stratigrafi P1 – P6 dapat dilihat pada dan Formasi Butak didominasi oleh batuan yang
Gambar 10. Semua penampang stratigrafi yang berasal dari kegiatan gunung api. Pada Lava Bantal
dibuat tidak ada yang menunjukkan kontak Formasi Nampurejo, di samping lava bantal juga dijumpai
Kebo dengan satuan batuan di bawahnya. Penampang batupasir hitam yang merupakan hasil erupsi gunung
P6 secara lengkap menyajikan kontak Formasi Kebo api bawah laut. Keluarnya cairan magma dapat
dengan Formasi Butak di atasnya yang selanjutnya melewati celah dan/atau patahan yang memotong
ditindih oleh Formasi Semilir. Penampang P1 dan kerak atau hasil suatu aliran lava gunung api di
P5 hanya menunjukan kontak antara Formasi Kebo bawah laut.
dan Formasi Butak. Di lain fihak, hanya penampang Komposisi batuan pembentuk Formasi Kebo
P2 dan P6 yang menunjukkan kontak antara Formasi dan Formasi Butak terdiri atas percampuran antara
Butak dan Formasi Semilir di atasnya. endapan klastika dan vulkanik klastika. Cekungan
Gambar 10 menunjukkan bahwa Formasi Kebo tempat endapan kedua formasi ini berada di laut
didominasi oleh batuan asal gunung api yang umum- dalam sampai dangkal. Hal ini menunjukkan bahwa
nya berukuran halus. Hanya bagian timur daerah cekungan tersebut diisi oleh batuan hasil langsung
penelitian (penampang P1 dan P3) menunjukkan kegiatan gunung api dan juga klastika yang berasal
adanya breksi pada bagian atas formasi tersebut. dari darat. Dengan demikian cekungan tersebut
Fragmen breksi tersebut didominasi oleh batuan merupakan cekungan yang dikelilingi gunung api.
gunung api. Hal ini menunjukkan bahwa pada waktu Klasifikasi fasies yang diusulkan oleh Mutti
pengendapan Formasi Kebo bagian timur daerah (1992) yang dimulai dari F1 sampai dengan F9, pada
penelitian boleh jadi lebih dekat dengan sumber dasarnya menggambarkan hasil suatu transportasi
erupsi gunung api, sehingga mendapatkan pasokan gaya berat. Transportasi gaya berat yang semula
batuan gunung api lebih banyak. mengambang di dalam cairan bahan klastika
Formasi Butak digambarkan secara lengkap (suspensi) akan bergerak turun dan bercampur
oleh penampang P6 yang berada di bagian timur dengan larutan di sekitarnya, sehingga pada akhirnya
daerah penelitian. Penampang tersebut menunjukkan akan menjadi encer yang kemudian bersifat traksi.
adanya penghalusan butir ke arah atas. Bagian bawah Endapan suspensi gaya berat yang masih dekat
Formasi Butak didominasi oleh breksi vulkanik. dengan sumbernya (proximal) diwakili oleh fasies
Pada penampang P1, P2, P4 dan P5, yang semuanya (F) yang diikuti angka kecil (misalnya F1 dan F2),
berada lebih ke bagian barat dari daerah penelitian, sedangkan yang lebih jauh (distal) ditunjukkan oleh
breksi vulkanik mempunyai populasi lebih banyak fasies dengan angka lebih besar.
dan lebih tebal. Sekali lagi hal ini menunjukkan Ke arah atas, fasies pada Formasi Kebo dan
bahwa pada waktu sedimentasi Formasi Butak, Formasi Butak yang umumnya terdiri atas F6 - F8
bagian barat daerah penelitian lebih dekat dengan berubah menjadi F2 - F5 atau CgRf (conglomerate
192 Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 3 No. 4 Desember 2008: 183-193

remnant facies) dari Mutti (1992). Demikian juga Kesimpulan


yang ditunjukkan pada peta fasies (Hidayat, 2006;
Trianto, 2006), ke arah selatan fasies yang tadinya Dari semua uraian di atas kiranya dapat
berupa F6 - F8 di utara berubah menjadi F2 - F5. disimpulkan bahwa:
Ke arah selatan umur batuannya juga lebih muda • Lava Bantal Nampurejo merupakan satuan yang
(Gambar 2) dan lebih didominasi oleh batuan asal mengalasi Formasi Kebo; rumpang pengendapan
gunung api. Kedua fakta tersebut membuktikan mungkin terjadi di antara keduanya. Formasi
bahwa pengendapan bagian atas Formasi Kebo dan Kebo dapat dipisahkan dari Formasi Butak yang
Formasi Butak merupakan hasil kegiatan gunung menindih selaras di atasnya secara berangsur
api yang sangat intensif. Sumber erupsi gunung (gradual).
api tersebut boleh jadi terjadi di beberapa tempat. • Formasi Kebo terdiri atas perselingan antara
Sangat mungkin terletak di utara Hargomulyo, batupasir dan batupasir kerikilan, dengan sisipan
yang ditunjukkan oleh penebalan Formasi Butak. batulanau, batulempung, tuf, dan serpih. Formasi
Sebagian besar sumber erupsi gunung api tersebut Butak disusun oleh breksi polimik dengan selingan
masih berada di bawah muka laut dan sebagian batupasir, batupasir kerikilan, batulempung, dan
kecil (mungkin di bagian utara) sudah muncul di batulanau/serpih.
atas permukaan laut (Gambar 11). Hal terakhir ini • Hasil penarikhan menunjukkan bahwa Formasi
dibuktikan dengan ditemukannya potongan arang Kebo dan Formasi Butak umumnya menunjukkan
pada bagian atas kedua formasi. Potongan arang umur Oligosen Akhir – Miosen Awal. Hal ini
ini diduga merupakan bagian dari tetumbuhan yang sesuai dengan hasil penentuan umur berdasarkan
terbakar sewaktu erupsi gunung api di darat dan fosil foram dan nanno. Sementara Lava Bantal
terbawa oleh aliran gaya berat ke arah laut. Nampurejo, menunjukkan umur Oligosen Awal,
Sekitar 12 km ke arah tenggara dari ujung timur lebih tua dari umur kedua formasi.
daerah penelitian, Puswanto (2006) menemukan • Cekungan tempat ketiga satuan batuan tersebut
satuan batuan Formasi Kebo-Butak sepanjang diendapkan merupakan cekungan lingkungan laut
Sungai Oyo dan Sungai Gerang (anak Sungai dengan gunung api aktif di sekitarnya. Gunung
Oyo) di Desa Karangsari, Kecamatan Semin. Sama api aktif ini sebagai pemasok sedimen yang
dengan di daerah penelitian, daerah tersebut ke diendapkan ke dalam cekungan tersebut.
arah atas menunjukkan bahwa dominasi fragmen • Sedimentasi Formasi Kebo menunjukkan dominasi
batuan gunung api semakin kuat. Hal ini menguatkan fasies lebih ke arah distal (F7 - F8), yang ke
pendapat di atas. arah penampang atas menjadi lebih proximal

Gunung api semula di bawah laut


kemudian muncul di atas permukaan laut

Batuan volkaniklastik Batuan sedimen


bercampur sedimen klastik Gunung api klastika laut dalam
bawah laut

U Muka laut

Gambar 11. Blok diagram pengendapan Formasi Kebo dan Formasi Butak (tanpa skala).
Litostratigrafi dan Sedimentasi Formasi Kebo dan Formasi Butak di Pegunungan
Baturagung, Jawa Tengah Bagian Selatan (Surono) 193

(F2 - F5) atau transisi. Sementara Formasi Butak, Prosiding “Potensi geologi Pegunungan Selatan dalam
sedimentasinya lebih dikuasai oleh fasies F1 - F5, pengembangan wilayah”, Yogyakarta 27-29 November
2007.
yaitu proximal hingga transisi.
Samodra, H. dan Sutisna, K. 1997. Peta Geologi Lembar
Klaten (Bayat), Jawa, skala 1 : 50.000. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan banyak
Smyth, H., 2005. Eocene to Miocene basin history and
terima kasih kepada Prihantoro Budi Laksono, Dicky Haris
volcanic activity in East Java, Indonesia. PhD thesis, the
Hidayat, dan Andar Trianto (ketiganya alumni UPN “Veteran”)
University of London, 470h.
dan Eko Puswanto (alumni UGM) yang telah membantu
Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgopawiro,
dalam pengambilan data lapangan. Penghargaan yang tinggi
H., Polve, M., dan Priadi, B., 1994. Tertiary magmatic belts
diberikan kepada Prof. Dr. Ir. Bambang Prastistho dan Ir.
in Java. Journal of SE Asian Earth Sciences, 9, h.13-27.
Siti Umiyatun Ch., M.T. (UPN “Veteran”) dan Ir. Wartono
Soesilo, D., 2003. Batuan kristalin dalam pandangan Sandi
Rahardjo (UGM) yang telah banyak memberikan saran selama
Stratigrafi Indonesia 1996 (Baru): Penerapannya di Bayat
di lapangan. Semua gambar dalam naskah ini dikerjakan oleh
& Karangsambung, Jawa Tengah. Pusat Penelitian dan
Sdr. Sudijono, untuk itu penulis sangat berterima kasih.
Pengembangan Geologi, Bandung, 20-21 Oktober 2003.
Sudarno, 1997. Kendali tektonik terhadap pembentukan
struktur pada batuan Paleogen dan Neogen di Pegunungan
Acuan Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya.
Thesis Magister Teknik, Institut Teknologi Bandung,
Bothe, A.Ch.D., 1929. Djiwo Hills and Southern Range. Bandung, 167 h. (tidak diterbitkan).
Fourth Pacific Science Congress Excursion Guide, 14h. Sumarso dan Ismoyowati, T., 1975. A contribution to
Bronto, S., Pambudi, S., dan Hartono, G., 2002. The genesis the stratigraphy of the Jiwo Hills and their southern
of volcanic sandstones associated with basatic pillow lava, suroundings. Proceedings of 4th Annual Convention of
Bayat areas: A case study at the Jiwo Jills, Bayat area Indonesia Petroleum Association, Jakarta, II, h.19-26.
(Klaten, Central Java). Jurnal Geologi dan Sumber Daya Surono, 2008. Sedimentasi Formasi Semilir di Desa Sendang,
Mineral, XII (3), h.2-16. Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Sumber Daya
Bronto, S., Hartono, G., dan Astuti, B., 2004. Hubungan genesa Geologi, XVIII (1), h.29-41.
antara batuan beku intrusi dan ekstrusi di Perbukitan Jiwo, Surono, Hartono, U., dan Permanadewi, S., 2006. Posisi
Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Majalah Geologi stratigrafi dan petrogenesis Intrusi Pendul, Perbukitan
Indonesia, 19 (3), h.147-163.
Jiwo, Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Jurnal
Hidayat, D.H., 2006. Geologi dan studi fasies turbidit Formasi
Sumber Daya Geologi, XVI (5), h.302-311.
Kebo-Butak di Pegunungan Baturagung timur. Skripsi
Surono, Toha, B., dan Sudarno, I, 1992. Peta Geologi Lembar
S1, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,
Surakarta-Giritontro, Jawa, Skala 1 : 100.000. Pusat
Yogyakarta, 55h.
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Laksono, P.B., 2007. Geologi dan petrogenesa batuan vulkanik
Sutanto, 2003. Himpunan Batuan dan Keanekaragaman Proses
Formasi Kebo-Butak, daerah Trembono dan sekitarnya,
pada Busur vulkanik di Lingkungan Busur Kepulauan dan
Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul,
Tepi Benua Aktif. Jurnal Ilmu Kebumian Buletin Teknologi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi S1, Universitas
Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta, h.58-67.
Pembangunan Nasional “Veteran”, Yogyakarta, 80h.
Sutanto, Soeria Atmadja, R., Maury, R.C., dan Bellon, H.,
Mutti, E., 1992. Turbidite sandstone. Milan, Agip Special
1994. Geochronology of Tertiary volcanism in Jawa.
Publication, 275h.
Prosiding Geologi dan Geotektonik P. Jawa, sejak
Puswanto, E., 2006. Studi stratigrafi dan sedimentasi
Mesozoik – Kuarter, h.73-76.
“Formasi Wungkal-Gamping” daerah Karangsari,
Trianto, A., 2006. Geologi dan studi fasies turbidit Formasi
Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah
Kebo-Butak di Pegunungan Baturagung bagian barat.
Istimewa Yogyakarta. Skripsi S1, Universitas Gadjah
Skripsi S1, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”,
Mada, Yogyakarta, 166h.
Yogyakarta, 63h.
Rahardjo, W., 2007. Forminiferal biostratigraphy of Southern
Mountains Tertiary rocks, Yogyakarta Special Province.

Naskah diterima : 17 April 2008


Revisi terakhir : 29 Agustus 2008

Anda mungkin juga menyukai