Anda di halaman 1dari 12

Geo-Resources

POSISI STRATIGRAFI DAN PETROGENESIS INTRUSI PENDUL,


PERBUKITAN JIWO, BAYAT, KABUPATEN KLATEN, JAWA TENGAH

Surono, Udi Hartono & Sam Permanadewi *)

SARI

Intrusi Pendul tersusun oleh andesit, diabas, diorit dan gabro yang tersebar cukup luas di Perbukitan Jiwo, selatan
Klaten, Jawa Tengah. Hasil penarikhan K/Ar pada empat percontoh batuan dari daerah ini menunjukkan adanya
dua episode magmatisme, yaitu periode Eosen Tengah - Oligosen Awal (39,82 - 30,04 jt) dan Miosen Tengah
(17,22 - 13,85 jtl).
Kandungan unsur jejak batuan Intrusi Pendul mencirikan magmanya berasal dari daerah penunjaman hasil peleburan
baji mantel. Batuan Intrusi Pendul dicirikan oleh kandungan Nb yang rendah nisbi terhadap unsur K dan La. Ciri
unsur tanah langkanya menunjukkan bahwa magma Intrusi Pendul keduanya telah mengalami diferensiasi
tingkat rendah, yang berasal dari magma induk yang berbeda. Magma induk Eosen Tengah - Oligosen Awal
mempunyai kandungan unsur tanah langka lebih rendah dibandingkan dengan magma induk Miosen Tengah.
Kata kunci: Bayat, Intrusi Pendul, dua episode magmatisme, stratigrafi

ABSTRACT

The Pendul Intrusion consists of andesite, diabas, diorite, and gabbro; that are widely distributed within the Jiwo
Hills, south of Klaten, Central Jawa. K/Ar datings of 4 rock indicate that there are two magmatism episodes;
Middle Eocene - Early Oligocene (39,82 - 30,04 Ma) and Middle Miocene (17,22 - 13,85 Ma).
Trace element concentrations of the Pendul rocks characterize that the magma was originated from subduction
environment as a result of mantle wedge melting. The rocks are characterized by low Nb relative to K and La
contents. The rare earth element signatures indicate that the Pendul magmas might have come from defferent
parent magmas. The Middle Eocene - Early Oligocene parent magmas posses lower rare earth element
concentrations than those of the Middle Miocene ones.
Keywords: Bayat, Pendul Intrusion, two magmatism episodes, stratigraphy

PENDAHULUAN yang disebut Gunung Pendul di rangkaian


Kondisi geologi Perbukitan Jiwo, Kecamatan Perbukitan Jiwo Timur dan Gunung Kebo di Jiwo
Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah sangat Barat, yang keduanya dipisahkan oleh Kali
menarik perhatian para ahli geologi. Kawasan ini, Dengkeng.
yang terletak sekitar 7 km di selatan Klaten, Jawa Intrusi Pendul mempunyai peran yang sangat
Tengah (Gambar 1), mempunyai aneka ragam penting bagi pemecahan stratigrafi dan sejarah
batuan, stratigrafi dan struktur geologi terlengkap magmatisme Pegunungan Selatan pada
di Pulau Jawa, setelah Kompleks Karangsambung. umumnya, dan Perbukitan Jiwo pada khususnya.
Karena kondisinya itu, kawasan ini telah Hal ini karena umur Intrusi Pendul akan menjadi
menjadi laboratorium alam kebumian. Bahkan, penunjuk dimulainya magmatisme di Pulau Jawa.
Universitas Gadjah Mada telah mendirikan Di fihak lain, kedudukan stratigrafinya sampai saat
kampus lapangan untuk pembelajaran dan ini belum jelas, karena kurangnya data umur
penelitian ilmu kebumian. mutlak dan data lapangan.
Intrusi Pendul, atau juga disebut Diorit Pendul oleh Tulisan ini bertujuan untuk membahas
Surono dkk. (1992), merupakan salah satu satuan petrogenesis dan kedudukan stratigrafi Intrusi
batuan beku yang tersingkap cukup luas di
Pendul, melalui studi petrogenesis dan stratigrafi
Perbukitan Jiwo (Gambar 2). Satuan batuan beku
berdasarkan data lapangan dan hasil analisis
ini tersingkap baik dan membentuk suatu
laboratorium. Pekerjaan lapangan dilakukan dalam
perbukitan

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 1


Geo-Resources
dua periode masing-

*) Pusat Survei Geologi

masing selama dua minggu, pada batugamping.


Temanggung Salatiga
bulan Juni 2003 dan pada November

g
Wonosobo
Samodra dan Sutisna (1997) serta Ratman dan
2005, serta beberapa kali peninjauan
Samodra (2004) memberikan stratigrafi yang secara
ulang. Kegiatan lapangan ini Magelang
Boyolali
Mungkid

o
dimaksudkan untuk mengetahui
SURAKARTA
kedudukan stratigrafi di lapangan Klaten Sukoharjo
Sleman
dan pengambilan percontoh Purworejo

batuan. Semua percontoh batuan dari Wonogiri


YOGYAKARTA
lapangan dianalisis pada Wates
Bantul K. Oyo
Laboratorium Geologi, GeolLabs, di Waduk Wonogiri

lingkungan Pusat Survei Geologi U Parangtritis


Wonosari

(sebelumnya bernama Pusat


Penelitian dan Pengembangan
Geologi), Badan Geologi, Lokasi penelitian Pacitan

Departemen Energi dan Sumber


Daya Mineral. Analisis kimia dilakukan
pada enam buah percontoh batuan
dari Intrusi Pendul, penarikhan
umur mutlak dengan metode Kalium Argon Dating
(KAr) dilakukan pada delapan buah percontoh dan
empat di antaranya menghasilkan umur mutlak
(Tabel 1). Sedangkan analisis petrografi dilakukan
pada 24 percontoh batuan (Tabel 2).

TATAAN STRATIGRAFI

Perbukitan Jiwo merupakan daerah yang muncul


pada dataran rendah yang dikelilingi oleh endapan
rempah gunung api yang berasal dari Gunung
Merapi. Surono dkk. (1992) menyusun tataan
stratigrafi perbukitan ini dalam peta geologi skala 1
:
100.000 Lembar Surakarta-Giritontro. Batuan
tertua (pra-Tersier) yang tersingkap di daerah ini
adalah Kompleks Batuan Malihan, yang terdiri atas
sekis, pualam, batuan gunung api malih, sedimen
malih, dan batusabak. Batuan malihan ini tertindih
tak selaras oleh Formasi Gamping-Wungkal yang
terdiri atas batupasir, napal pasiran, batulempung
dan batugamping. Formasi Gamping-Wungkal
berumur Eosen.
Formasi Kebo-Butak menyebar di selatan dan
terpisahkan oleh dataran aluvium dengan
Perbukitan Jiwo. Formasi Kebo-Butak dibagi
menjadi dua bagian. Bagian bawah berupa
batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf, dan
aglomerat. Bagian atasnya disusun oleh batupasir,
napal pasiran, batulempung, dan lensa
2 JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006
Geo-Resources
dan napal. Sedangkan Anggota Padasan terdiri
atas perselingan batulempung karbonat dan napal
dengan sisipan batugamping jenis grainstone.
Anggota Girisono berumur Eosen Tengah,
sedangkan Anggota Padasan berumur Eosen
Tengah - Eosen Akhir.
Batuan penyusun Intrusi Pendul terdiri atas
andesit, diabas, diorit, dan gabro. Samodra dan
Sutisna (1997) serta Ratman dan Samodra
(2004) sependapat dengan Soerya-Atmadja dkk.
(1991), yang melakukan penarikhan K/Ar dua
percontoh basal yang memotong Formasi Kebo-
Butak. Mereka berkesimpulan bahwa umur Intrusi
Pendul adalah 33,1 dan 24,3 juta tahun. Namun
lokasi dan keterdapatan kedua percontoh yang
Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian (skala 1 :
1.500.000). dianalisis tidak dijelaskan secara tepat. Bronto dkk.
(2004) menduga lava basal dan tuf hitam Formasi
Kebo- Butak berhubungan erat dengan Intrusi
garis besar sama dengan Surono dkk. (1992), Pendul ini.
namun beberapa satuan batuan dibagi
menjadi lebih rinci (Gambar 2). Mereka Pada Perbukitan Jiwo, Formasi Oyo menumpang
membagi Formasi Gamping- Wungkal tidak selaras di atas semua satuan batuan yang
menjadi Anggota Girisono dan Anggota lebih tua. Formasi ini tersusun oleh batugamping
Padasan. Anggota Girisono terdiri atas dan napal berumur Miosen Tengah (Suyoto dan
batugamping Numulites, batupasir kuarsa Santoso, 1986; Surono drr., 1992) yang di daerah
gampingan dan sisipan lempung gampingan ini umumnya berlapis baik. .

110o36’04 o
110 40’40”

Tmo

Lst
Tmo
Tmo
Tmo

Qa
Topi Tmo Qa
Rowo Jombor
PTkm
PTkm
Qpk Qa
PTkm
PTkm Topi Qpk Tep Topi

Qpk Tmo
Topi PTkm
Tegw PTkm Tep
PTkm Tegl Padasan Tegl
Topi Topi Qpk PTkm

Qpk Topi Topi Lst


PTkm Topi
Tegw Tmo
PTkm Qpk Girisono

BAYAT Qpk
Qa
Qpk

Tomn
JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 Tomn 3
Nampurejo

Qhmv

Tomn Tomm
Tomm
Tomk
Geo-Resources

KETERANGAN

Qa Aluvium Tomn Anggota Nampurejo, Formasi Kebo-Butak

Qpk Kolovium Topi Diorit Pendul

Qhmv Batuan Gunung api, Holosen Merapi Tegw Formasi Gamping-Wungkal

Tmo Formasi Oyo Tep Anggota Padasan, Formasi Gamping-Wungkal

Tomk Formasi Kebo-Butak Tegl Anggota Girisono, Formasi Gamping-Wungkal

Tomm Anggota Mangli, Formasi Kebo-Butak PTkm Kompleks Batuan Malihan Konang

Jurus dan kemiringan lapisan U


Perdaunan
Kekar
Sentuhan Sesar

SKALA
0 2.5 km

Gambar 2. Peta geologi Perbukitan Jiwo dan sekitarnya, Bayat, Klaten (Samodra dan Sutisna, 1997).
Kedudukan Stratigrafi Intrusi Pendul pseudoradians. Kandungan fosil nanno tersebut
(Limbong, 2005; hubungan tertulis) memberikan
Di lapangan, Intrusi Pendul ditemukan menerobos
umur batulempung tersebut Eosen Akhir.
satuan batuan malihan yang disebut Kompleks
Berdasarkan kumpulan fosil tersebut dan
Batuan Malihan Konang oleh Samodra dan Sutisna
kandungan foraminifera yang melimpah, boleh jadi
(1997). Umur pasti satuan batuan malihan ini
lingkungan pengendapan satuan ini di laut terbuka.
belum jelas benar, akan tetapi dapat dipastikan
Dengan demikian, diduga batulempung ini
lebih tua dari Eosen karena mengalasi Formasi
merupakan bagian dari endapan Paleogen,
Gamping- Wungkal yang berumur Eosen. Di Desa
Wungkal Beds-nya Bothe (1929) atau Formasi
Padasan, gabro mikro tersingkap lebih baik pada
Gamping-Wungkalnya Surono dkk. (1992).
koordinat 07°46’37,2” LS, - 110°39’30,8” BT;
di bekas Pada singkapan yang sama tetapi tidak terkena
penggalian diorit untuk bahan bangunan (Gambar pengaruh pembakaran dijumpai lanau (MA, Gambar
3). Di sini gabro mikro tampak jelas menerobos 3) yang disisipi tuf. Runtunan batuan ini diduga
batulempung yang berwarna hitam. Pada merupakan bagian dari Formasi Kebo-Butak. Batuan
sentuhannya, batulempung ini menunjukkan gejala ini mengandung fosil nanno yang melimpah, di
pembakaran (baking effect) dengan ketebalan an ta ra n ya Sp he no lit h u s mo rif o rmis, S.
pembakaran berkisar dari 25 sampai 40 cm. heteromorphus, S. conicus, S. belemnos,
Batulempung ini (EA, Gambar 3) banyak Coccolithus miopelagicus, Helicosphaera carteri dan
mengandung fosil nanno yang cukup melimpah, di H. euphratis. Himpunan spesies nanno tersebut
antaranya Cribrocentrum reticulatum, menunjukkan umur Miosen Awal (zone NN3, Martini,
Zygrhablithus bijugatus, Discoster saipanensis, 1971). Kedua hasil analisis paleontologi tadi
D. barbadiensis, menunjukkan bahwa gabro mikro yang menerobos
D. deflandrei, Ericsonia formosa, Reticulofenestra atau mengalir di atas batulempung hitam berumur
umbilica, Helicosphaera compacta, H. euphratis, Eosen Akhir dan ditindih lanau yang berumur
Sphenolithus moriformis, dan Sphenolithus Miosen

4 JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006


Geo-Resources
Awal. Dengan demikian umur Intrusi Pendul relatif metode yang sama Sutanto (1993) dan Sutanto
sama atau lebih muda dari Eosen Akhir dan lebih dkk. (1994) melakukan penarikhan basal dari
tua dari Miosen Awal. Hal ini dikuatkan oleh hasil Gunung Pendul. Mereka menghasilkan umur
penarikhan K/Ar gabro mikro tersebut yang 31,29 + 0,90, 33,15 + 1,00 dan 39,82 + 1,49
menghasilkan umur 32,852 + 6,57 juta tahun juta tahun. Soeria-Atmadja dkk. (1994) juga
atau Oligosen Awal (2004PK07, Tabel 1). melakukan penarikhan batuan dari Bayat dan
Tegalrejo (sekitar 3 km di selatan Bayat) yang
Umur Mutlak menghasilkan umur berturut-turut 33,15 + 1,00
dan 24,25 + 0,65 juta tahun. Hasil penarikhan
Dalam penelitian ini, delapan buah percontoh
K/Ar tersebut dikumpulkan dalam Tabel 1, yang
batuan Intrusi Pendul dianalisis untuk
menunjukkan bahwa batuan beku di Gunung
mendapatkan umur mutlaknya. Hasil
Pendul dan sekitarnya terdiri atas tiga episode.
penarikhan radioaktif K/Ar menunjukkan
Episode pertama berumur antara 39,82 + 1,49
bahwa empat buah percontoh menghasilkan
juta tahun dan 30,04 + 4,62 juta tahun, atau
umur: 17,22 + 2,84; 13,85 + 5,45;
Eosen Tengah - Oligosen Awal, sedangkan
30,04 + 4,62 dan 32,84 + 6,57 juta tahun
episode kedua terjadi
(Tabel 1). Empat percontoh lainnya tidak
menghasilkan umur mutlak. Keempat Gambar 3. Singkapan Intrusi Pendul pada bekas lokasi penambangan
percontoh tersebut diambil dari kelompok batu bangunan di Desa Padasan, Bayat. Pada Formasi
Gamping-Wungkal tampak adanya pembakaran.
Intrusi Pendul di Perbukitan Jiwo. Dengan
pada 24,25 + 0,65 juta tahun lalu atau Miosen Petrografi dan Mineralogi
Awal. Sebenarnya batuan yang menggambarkan
episode kedua ini tidak diambil dari Perbukitan Pemerian batuan Intrusi Pendul, selain untuk
Jiwo, tetapi dari Tegalrejo, sekitar 3 km di sebelah kepentingan makalah ini, juga dilakukan dalam
selatannya. Episode ketiga berlangsung antara rangka pembuatan material acuan standar batuan
17,220 + 2,84 dan 13,852 + 5,45 juta tahun lalu untuk laboratorium uji petrografi, mineragrafi dan
atau Miosen Tengah. Fakta ini menunjukkan penarikhan Kalium-Argon. Hasilnya merupakan
bahwa pada Perbukitan Jiwo sendiri ada dua laporan yang tidak diterbitkan sebagai
episode magmatisme, Eosen Tengah - Oligosen pertanggung- jawaban kegiatan Proyek
Awal dan Miosen Tengah. Pengembangan Laboratorium dan Sarana
Survei Geologi, Tahun Anggaran 2004 (Kawoco
dkk., 2004; Amar dkk., 2004). Petrografi batuan
Intrusi Pendul juga telah

Tabel 1. Hasil Penarikhan K/Ar dari Intrusi Pendul, Bayat

GabroGabro
Gabro
Fm. Kebo-Butak
ET
Fm. Gamping-
Wungkal
MA

Fm. Gamping- Wungkal

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 5


Geo-Resources
Tabel 2. Komposisi Mineral Intrusi Pendul

dibahas oleh Sutanto (2004). Uraian berikut terbanyak yang hadir dengan variasi komposisi 12%
merupakan gambaran umum petrografi dan - 34% (Tabel 2). Mineral ini hadir dalam dua
kandungan mineral batuan Intrusi Pendul, yang generasi, yaitu ortopiroksen dan klinopiroksen,
sebagian diringkas dari berbagai sumber itu. dengan jenis kedua lebih dominan dari yang
pertama. Piroksen ini berbentuk prisma, subhedral
Dari lima belas percontoh yang dianalisis dan dari
sampai anhedral, berukuran sampai 1,8 mm. Pada
laporan yang ada, batuan Intrusi Pendul
sejumlah percontoh, plagioklas dan piroksen
memperlihatkan variasi yang bersifat basal sampai
nampak tumbuh bersama membentuk tekstur
menengah, seperti gabro, diabas (dolerit), diorit,
subopitik dan bahkan diabasik. Sebagian piroksen,
dan andesit porfir. Berbagai jenis batuan ini
terutama di pinggiran kristal, sudah terubah menjadi
umumnya holokristalin, ekuigranular, kasar sampai
klorit, oksida besi, dan sedikit kalsit.
sedang, kecuali andesit yang bertekstur porfiritik.
Tekstur subopitik sampai ke diabasik sering Olivin sangat jarang dijumpai, kecuali yang
muncul pada batuan yang lebih basalik. muncul pada dua percontoh batuan gabro (9 -
10%) dan sedikit (< 1%) dalam batuan diorit,
Plagioklas merupakan mineral utama terbanyak
sementara horenblenda berwarna kecoklatan
yang muncul di setiap batuan, dengan variasi 44%
pada dua percontoh diorit (04/PK/01 dan
- 76% (Tabel 2). Plagioklas jenis bitownit, labradorit
04/PK/05). Alkali felspar muncul sangat sedikit,
sampai andesin merupakan mineral yang sangat
umumnya < 10%,
dominan pada masing-masing batuan yang bersifat
basal sampai menengah. Mineral ini umumnya
berbentuk pelat-prisma, subhedral, dan beberapa
euhedral, berukuran sampai 3,6 mm, yang
sebagian kecil telah terubah menjadi mineral
lempung, kalsit, dan terkersikkan. Kembaran albit
dan kombinasi kalsbad- albit sangat umum
dijumpai pada mineral ini. Beberapa plagioklas
memperlihatkan zonasi komposisi, tetapi
jenisnya sukar ditentukan.
Piroksen merupakan jenis mineral kedua
6 JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006
Geo-Resources
dalam batuan diorit. Magnetit hadir sebagai
mineral penyerta di seluruh batuan, yang
jumlahnya rata-rata sekitar 2 -3% dan maksimum
5%.

Geokimia

Sebanyak enam (6) percontoh batuan telah


dianalisis unsur jejaknya (trace elements) dan
hasilnya ditunjukkan sebagai diagram laba-laba
(Gambar 4). Unsur yang sama untuk basal
tengah samudera (mid oceanic rigde = MORB)
dan di dalam lempeng (oceanic island basalt =
OIB) disertakan sebagai pembanding. Pada
gambar ini terlihat bahwa konsentrasi berbagai
unsur ion litofil besar (Ba, Rb, Th, dan K) yang
bersifat mobile, mengalami pengayaan
dibandingkan dengan unsur itu di MORB, tetapi
ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan
OIB. Sebaliknya konsentrasi unsur Nb dan Zr,
yang immobile, terlihat sebanding dengan MORB.
Ciri geokimia batuan demikian sangat umum
mencerminkan batuan yang berasal dari magma
yang terbentuk di daerah busur penunjaman.
Anomali positif Sr merupakan ciri yang sangat
menonjol pada batuan Intrusi Pendul.
Selain unsur jejak, lima percontoh batuan telah
dianalisis unsur tanah langkanya (rare-earth
elements) dan hasilnya ditunjukkan di dalam
diagram laba-laba (Gambar 5). Percontoh
04PK05 (diorit) dan 04PK07 (gabro) mewakili
batuan Eosen Akhir - Oligosen Tengah, dan
sisanya 04PK01 (diorit), 04PK02 (diabas) dan
05SR50 (gabro mikro) dari batuan Miosen Awal -
Tengah. Gambar ini memperlihatkan perbedaan
yang nyata antara keduanya. Kandungan unsur
tanah langka batuan Eosen Akhir - Oligosen
Tengah lebih rendah dibandingkan dengan
kandungan unsur yang sama dalam batuan
Miosen Awal - Tengah. Ciri lain ialah keduanya
mempunyai pola unsur tanah langka yang datar
dari unsur tanah langka ringan ke unsur tanah
langka berat (La/Yb kecil), dan keduanya tidak
pernah berpotongan. Anomali negatif unsur Eu,
walupun hanya kecil, mempunyai makna yang
signifikan sebagai indikasi petrogenesis
magmanya. Berikut diskusi dan pembahasan
petrogenesis magma Intrusi Pendul, berdasarkan
umur, jenis dan komposisi kimia batuan.

JSDG Vol. XVI No. 5 September 2006 7


BATUAN/KONDRIT 1000

2004PK05D
100 2005SR50
2004PK01 (Muda)
2004PK02 (Tua)
2004PK05 (Muda)
2004PK07 (Tua) MORB
10 OIB

1
Ba Rb Th KNb La Ce Sr Nd P Sm ZrTiY Yb

Gambar 4. Diagram laba-laba unsur jejak batuan Intrusi Pendul.


BATUAN/KONDRIT

100

2005SR50
2004PK01 (Muda)
2004PK02 (Tua)
2004PK05 (Muda)
10 2004PK07 (Tua)

1
LaCeNdSmEuGdDy YYb

Gambar 5. Diagram laba-laba unsur tanah langka batuan Intrusi Pendul.

DISKUSI sekiar 3 km sebelah selatannya. Diskusi


Walaupun batuan Intrusi Pendul bervariasi dari selanjutnya akan lebih ditekankan pada
yang basaltik (gabro, diabas) sampai menengah petrogenesis berdasarkan sifat kandungan kimia
(diorit, andesit), dan seperti telah batuan, terutama unsur jejak dan unsur tanah
didiskusikan, menunjukkan ada tiga periode langkanya.
kegiatan magma, hubungan langsung antara Seperti sudah dibahas sebelumnya bahwa
komposisi dan umur batuan tidak ada. Batuan kandungan unsur jejak batuan Intrusi Pendul
basaltik (diabas, gabro) sampai andesitik (andesit) mencirikan batuan yang berasal dari magma hasil
terbentuk pada periode magmatisme Eosen penunjaman. Tingginya kandungan unsur ion litofel
Tengah - Oligosen Awal, sedangkan pada periode besar pada magma di daerah penunjaman telah
Miosen Tengah muncul diorit. Periode Miosen Awal disepakati oleh sebagian besar ahli (misalnya yang
tidak muncul di Kompleks Intrusi Pendul, terbaru Foden dan Green, 1992; McCulloh dan
Gamble, 1991) sebagai hasil peleburan baji mantel
Perbukitan Jiwo; tetapi di
yang sudah diperkaya oleh unsur ion litofel besar.
Basal hasil peleburan ini kemudian naik ke samudera.
permukaan sambil berdiferensiasi dengan meng-
kristalkan plagioklas-ortopiroksen/olivin-augit-
magnetit (POAM fractionation) dan menghasilkan
magma andesitis kalk-alkali. Unsur ion litofel besar
yang mobile ini dipercaya berasal dari tunjaman
kerak samudera yang terlepas bersama air ketika
kerak mengalami peleburan dan kemudian
terangkut ke baji mantel di atasnya. Namun,
sebagian ahli lain (misalnya Defant and
Drummond, 1990; Peacock dkk., 1994; Reich dkk.,
2003) percaya bahwa mekanisme lain, yaitu
peleburan kerak samudera yang menunjam
merupakan sumber magma di daerah busur.

Komposisi kimia batuan Intrusi Pendul tidak


mencirikan bahwa batuan berasal dari magma
hasil peleburan kerak. Hal ini ditandai oleh
rendahnya kandungan Sr (< 419 ppm) dan
aluminium (Al2O3 ˜ 15%) dan tingginya unsur tanah
langka berat (Y > 23 ppm; Yb > 1,4 ppm).
Sebaliknya, magma Pendul ditafsirkan sebagai
hasil fraksinasi magma basal yang lebih primitif
pada tekanan rendah dengan melibatkan
plagioklas dan piroksen. Horenblenda mungkin
terlibat hanya pada magma yang menengah
(andesitik). Fraksinasi plagioklas akan mengakibat-
kan rendahnya kandungan Sr dan Al2O3. Anomali
positif unsur Sr, di antara Ce dan Nd (Gambar 3),
selain merupakan unsur “ inkompatibel”
(incompatible elements) yang dapat berasal dari
peleburan kerak samudera, disebabkan pula oleh
adanya akumulasi plagioklas. Hal ini sesuai
dengan data petrografi batuan dengan plagioklas
sebagai mineral yang sangat dominan (44 - 76%)
di dalam batuan. Unsur tanah langka berat (Y dan
Yb) masih nisbi tinggi, walaupun piroksen
(orto- dan klinopiroksen) hadir cukup signifikan (12
- 34% Tabel 2). Hal ini disebabkan oleh rendahnya
koefisien partisi kedua unsur itu antara kristal
piroksen dan cairan magma basal (0,1 - 0,8:
dikompilasi oleh Hartono, 1994). Selama fraksinasi
plagioklas terjadi bersamaan dengan fraksinasi
piroksen (dan atau horenblenda), pengkristalan
piroksen (dan atau horenblenda) tidak akan
menurunkan konsentrasi Y dan Yb. Hasil penelitian
(misalnya Defant dan Drummond, 1990)
menunjukkan bahwa diperlukan fraksinasi
horenblenda sekitar 60% untuk dapat
menghasilkan magma dengan kandungan Y dan
Yb sama seperti magma hasil peleburan kerak
Pola unsur tanah langka batuan Intrusi Pendul (04PK05) juga ada di kelompok tua. Hal yang
(Gambar 5), baik yang tua (Eosen Tengah - sama, diorit (04PK01) ditafsirkan bukan berasal
Oligosen Awal) maupun yang muda (Miosen dari magma induk gabro (04PK07). Secara ringkas
Awal dan Miosen Tengah), dan yang datar (La/Yb dapat dikatakan bahwa, walaupun intrusi Eosen
kecil) menunjukkan bahwa tingkat diferensiasi Akhir - Oligosen Awal ditandai oleh batuan yang
masih rendah. Sebaliknya, pola yang datar ini sama dengan intrusi Miosen Tengah, kedua intrusi
ini berasal dari magma induk yang berbeda.
juga menunjukkan bahwa tidak ada peran garnet
Namun demikian tafsiran ini tentu masih sangat
dan amfibol dalam petrogenesis Intrusi Pendul
awal, mengingat masih sangat terbatasnya data
pada tekanan tinggi, yang berarti bahwa
umur dan kimia batuan.
magmanya bukan merupakan hasil peleburan
kerak samudera yang menunjam. Walaupun Pegunungan Selatan mengalami tektonik kuat
kecil, Eu memperlihatkan anomal negatif yang pada Eosen Akhir dan Miosen Tengah (Sudarno,
memperkuat interpretasi adanya fraksinasi 1997), dan keduanya menyebabkan pola sesar
timur laut - barat daya. Diduga kedua periode
plagioklas.
tektonik itu memicu kegiatan dua episode
Kandungan unsur tanah langka batuan Intrusi magmatisme di Pegunungan Jiwo tersebut di atas.
Pendul juga memberikan gambaran bahwa antara Hall (2002) dan Smith (2005) membagi kegiatan
magma intrusi tua dan muda tidak berhubungan tektonik Tersier di Jawa Tengah dan Jawa Timur
genetik. Kedua kelompok batuan ini ditafsirkan menjadi Eosen Tengah
berasal dari dua magma yang berbeda. Pola - Oligosen Awal, Oligosen Akhir - Miosen Awal,
unsur tanah langka batuan Intrusi Pendul tua dan akhir Miosen Awal - Miosen Tengah, dan Miosen
muda yang nisbi sejajar menandai bahwa antara Akhir - sekarang. Pada Eosen Tengah itulah
keduanya tidak mempunyai hubungan genetik dimulai subdaksi di sepanjang Palung Jawa.
secara fraksinasi-kristalisasi, yang berarti magma Proses subdaksi ini berlanjut terus sampai
yang satu bukan berasal dari magma yang lain. sekarang sehingga membentuk rangkaian
Hal ini diperkuat dengan data komposisi batuan, Pegunungan Selatan dan gunung api aktif di
dengan munculnya batuan basaltik di kelompok bagian utaranya.
muda (04PK02), dan sebaliknya batuan andesitik
Di Perbukitan Jiwo (Bayat) dan sekitarnya, periode periode 39,82 + 1,49 - 33,15 + 1,00 jtl atau Eosen
tektonik pertama (Eosen Tengah - Oligosen Awal) Akhir - Oligosen Awal, periode kedua 31,29 +
diikuti oleh kegiatan magmatisme yang 0,90 dan 24,25 + 0,65 jtl atau Oligosen Akhir -
menghasilkan batuan beku berupa andesit, diabas, Miosen Awal, dan periode 17,220 + 2,84 13,852
dan gabro mikro (Tabel 1). Pada periode tektonik + 5,45 jtl atau Miosen Tengah. Ketiga periode
kedua (Oligosen Akhir - Miosen Awal), kegiatan magmatisme ini berhubungan erat dengan
magmatisme di Pegunungan Selatan meningkat perkembangan tektonik Pegunungan Selatan. Di
pesat yang ditandai dengan adanya beberapa Perbukitan Jiwo, hanya periode pertama dan ketiga
letusan besar, yang salah satunya ialah intrusi yang terekam dengan baik, sedangkan periode
dangkal di Tegalrejo, selatan Perbukitan Jiwo. kedua ditandai dengan tersingkapnya batuan di
Pada periode ketiga (Miosen Tengah) kegiatan Tegalrejo, sekitar 3 km di selatan Perbukitan Jiwo.
vulkanisme agak mereda, namun di beberapa
tempat masih terjadi kegiatan magmatisme,
termasuk pada Perbukitan Jiwo yang menghasilkan
batuan beku berupa diorit.

KESIMPULAN

Batuan Intrusi Pendul (yang telah umum disebut


Diorit Pendul) diketahui menerobos Formasi
Gamping-Wungkal yang berumur Eosen, dan
ditindih tak selaras oleh Formasi Kebo-Butak yang
berumur Miosen Awal. Hasil penarikhan K/Ar
menunjukkan bahwa Intrusi Pendul dibentuk
oleh tiga episode kegiatan magmatisme, yaitu
Komposisi batuan penyusunnya tidak dapat dan melibatkan kristalisasi, terutama plagioklas
dipisahkan, baik periode pertama maupun yang dan piroksen (orto- dan klinopiroksen), sedangkan
lebih muda, dan terdiri atas batuan basaltik kristalisasi horenblenda terjadi di magma andesitik.
sampai andesitik, berupa gabro, diabas, diorit,
dan andesit porfir. Kandungan unsur jejak dan Ucapan Terima Kasih
langka batuannya, menunjukkan bahwa magma
Pendul terbentuk di daerah penunjaman, yang Para penulis mengucapkan terima kasih atas
sumbernya berasal dari baji mantel di atas kerak bantuan rekan-rekan di GeolLabs, Pusat Survei
samudera yang menunjam, yang sudah Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan
diperkaya oleh unsur inkompatibel yang berasal Sumber Daya Mineral, terutama Kurnia, U. R.
dari kerak samudera yang menunjam. Kedua Anggawinata, P. Kawoco, A. Sondjaja, Amar, dan
Undang. Ucapan yang sama ditujukan kepada Dr.
magmatisme (periode pertama dan ketiga) ini
S. Bronto yang telah banyak memberikan
merupakan hasil diferensiasi magma induk yang
sumbangan pemikiran dalam peningkatan mutu
berbeda. Magma induk yang lebih tua tulisan ini. Kepada Sudijono dari Program
mempunyai kandungan unsur tanah langka lebih Dinamika Cekungan, penulis juga mengucapkan
rendah dibandingkan dengan magma induk yang terima kasih atas bantuannya menggambar
muda. Tingkat diferensiasinya masih rendah, dalam penyusunan manuskrip ini¦.

ACUAN

Amar, Sunata, W., Subandrio, J., Sukandi, U., Yulyati, Heriyanto, Tohadi, T. dan Sumaryadi, 2004.
Pembuatan material acuan standar batuan untuk laboratorium uji petrografi dan mineragrafi.
Laporan Proyek Pengembangan Laboratorium dan Sarana Survei Geologi, Tahun Anggaran
2004, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Bothe, A.Ch.D., 1929. Djiwo Hills and Southern Range. Fourth Pacific Science Conggress Excursion
Guide, 14p.
Bronto, S., Hartono, G. dan Astuti, B., 2004. Hubungan antara batuan beku intrusi dan ekstrusi di
Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Majalah Geologi Indonesia, v. 19, n.
3, pp. 147- 163.
Foden, J. D. and Green, D.H., 1992. Possible role of amphibole in the origin of andesite: some
experimental and natural evidence. Contrib. Mineral. Petrol., 109: 479-493.
Hall, R., 2002. Cenozoic geological and plate tectonic evolution of SE Asia and the SW Pacific: computer-
based recontractions, model and animations. Journal of Asian Earth Sciences, v.20, pp. 353-
434.
Hartono, U., 1994. The petrology and geochemistry of the Wilis and Lawu volcanoes, East Java, Indonesia
: Appendix 8 Partition coefficient compilation. University of Tasmania, Ph.D Thesis. Unpub.
Kawoco, P., Sudarno, Amirudin, Rukman, Kusnadi, D., Rustami, I., Sujatnika dan Situmorang, J., 2004.
Pembuatan material acuan standar batuan untuk laboratorium uji penarikhan Kalium Argon.
Laporan Proyek Pengembangan Laboratorium dan Sarana Survei Geologi, Pusat Penelitian
dan pengembangan Geologi, Bandung.
Mahfi, M., 1984. A paleomagnetic of Miocene and Eocene rocks from Central Java, Indonesia. Thesis
Master of Arts, University of California.
McCulloh, M.T., M.T. and Gamble, J.A., 1991. Geochemical and geodynamical constrains on subduction
zone magmatism. Earth Planet. Sci. Lett., 102: 358-374.
Peacock, S.M., Rushmer, T. and Thompson, A.B., 1994. Partial melting of subducted oceanic crust. Earth
Planet. Sci. Lett., 121: 227-224.
Ratman, N. dan Samudra, H., 2004. Stratigrafi batuan Eosen di Perbukitan Jiwo, Jawa Tengah. Journal
Sumber Daya Geologi, v.XIV, n. 3, pp. 148-159.
Reich, M., Parada, M.A., Palacios, C., Dietrich, A., Schultz, F. and Lehman, B., 2003. Adakite-like signature
of Late Miocene intrusions at the Los Pelambres giant porphyry copper deposit in the Andes of
Central Chile: metallogenic implications. Mineralium Deposita, 38: 876-885.
Samodra, H. dan Sutisna, K., 1997. Peta Geologi Lembar Klaten (Bayat), Jawa. Skala 1 : 50.000. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Smith, H., 2005. Eocene to Miocene basin history and volcanic activity in East java, Indonesia. PhD thesis,
University of London, 470p.
Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M. dan Priadi, B. 1991. The Tertiary
magmatic belts in Java. Proceedings of the Silver Jubilee Symposium on the dynamics of
subduction and its products, Research and Development Centre for Geotechnology-LIPI;
Yogyakarta, Sepetember 17-19, 1991.
Soeria-Atmadja, R., Maury, R.C., Bellon, H., Pringgoprawiro, H., Polve, M. dan Priadi, B. 1994. The Tertiary
magmatic belts in Java. Journal of Southeast Asia earth Sciences, v.9, no. 2, 13-27.
Sudarno, Ign., 1997. Kendali tektonik terhadap pembentukan struktur pada batuan Paleogen dan Neogen
di Pegunungan Selatan, daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Tesis Magister pada
Institut Teknologi Bandung, 167p.
Surono, Toha, B. dan Sudarno., I. Sudarno, 1992. Peta geologi Lembar Surakarta dan Giritontro, Jawa, Skala
1:
100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Sutanto, 1993. Evolutions geochimiques et geochronologiques du magmatisme Tertiaire de Java (Indonesie).
Rapport de Stage de DEA, Universite de Bretagne Occidentale, 76p.
Sutanto, 2004. Distribusi spasial dan temporal batuan volkanik Tersier di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Buletin Teknologi Mineral, v. 17, n. 2, 65-71.
Sutanto, Soeria_Atmadja, R., Maury, and R.C., Bellon, H., 1994. Geochronology of Tertiary volcanism in
Jawa.
Prosiding Geologi dan Geotektonik P. Jawa, sejak Mesozoik - Kuarter, 73-76.
Suyoto dan Santoso, K., 1986. Klasifikasi stratigrafi Pegunungan Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Jawa Tengah. Makalah ini dibacakan pada pertemuan Ilmiah Tahunan ke XV IAGI.

Anda mungkin juga menyukai