Anda di halaman 1dari 14

Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No.

1, April 2005; 27 - 40

STRATIGRAFI BATUAN GUNUNGAPI DI DAERAH WUKIRHARJO,


KECAMATAN PRAMBANAN, SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh:
S. Bronto *), G. Hartono **) dan S. Pambudi**)

SARI

Tiga satuan batuan gunungapi tersingkap di Desa Wukirharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta,
yakni (1) Perselingan lava dan breksi piroklastika, (2) Breksi epiklastika dan (3) Tefra batuapung. Satuan batuan
pertama berkomposisi andesit dan di dalam breksi piroklastika banyak mengandung bom gunungapi, diameter
rata-rata terbesar 78 cm dengan sumbu terpanjang butir mengarah U30 oT. Bongkah andesit segar mencapai
ukuran 2,5 m – 8,0 cm, sedangkan bongkah batuan terubah 1,3-1,6 m. Perselingan aliran lava dengan breksi
piroklastika dipandang sebagai bagian dari fasies proksimal suatu kerucut gunungapi komposit. Berdasarkan
orientasi butir bom gunungapi dan ditemukannya bongkah sangat kasar andesit dan batuan ubahan serta aliran
lava maka diperkirakan sumber erupsi terletak di sebelah timur-timurlaut, tidak jauh dari daerah penelitian.
Kegiatan volkanisme Tersier ini kemudian berhenti sama sekali dan diikuti dengan sedimentasi breksi epiklastika
sebagai satuan batuan kedua yang terdiri dari konglomerat, breksi konglomeratan dan batupasir, berumur
Miosen (N5-N18) dan diendapkan di lingkungan laut dangkal. Satuan batuan ketiga terdiri dari tuf, batulapili
dan breksi batuapung. Komposisi ini mencerminkan hasil letusan kaldera gunungapi yang merupakan perioda
penghancuran suatu kerucut gunungapi komposit.

Kata kunci: breksi epiklastika, breksi piroklastika, lava, stratigrafi gunungapi, tefra, ubahan hidrotermal, Wukirharjo,
Prambanan, Yogyakarta.

ABSTRACT

Three volcanic rock units are exposed at Candisari River, Wukirharjo village, Prambanan Yogyakarta, i.e. (1)
Alternating lavas and pyroclastic breccias, (2) Epiclastic breccias and (3) pumice-rich tephras. The
first rock unit has andesitic in composition and the pyroclastic breccias contain a lot of volcanic bombs
in which the largest bombs have an average diameter 78 cm directing to N30oE. The coarsest andesitic
blocks range from 2.5 m to 80 m, while hydrothermally altered blocks have 1.3-1.6 m. The alternation
of lava flows and pyroclastic breccias is considered as a part of proximal facies of composite volcanic
cone. Based on orientation of volcanic bombs and the present of very coarse andesitic blocks, altered
blocks and lava flows it is suggested that the eruption source was located in the northest side, nearby
the research area. This Tertiary volcanic activity ceased and was followed by sedimentation of
epiclastic breccias as the second rock unit. This unit composes of conglomerates, conglomeratic
breccias and sandstone that hava Miocene (N5-N18) in age and were deposited in a shallow marine
environment. The third rock unit comprises tuffs, lapillistones and pumice breccias. This composition
implies a product of an explosion caldera as a destructive phase of a composite volcanic cone.
Keywords: epiclastic breccia, lava, pyroclastic breccia, tephra, volcanostratigraphy, hydrothermally altered, Wukirharjo,
Prambanan, Yogyakarta.

*) Puslitbang Geologi, Jl. Diponegoro 57, Bandung 40112 E-mail: sbronto@grdc.esdm.go.id


**) STTNas Yogyakarta, Jl. Babarsari, Depok Sleman Yogyakarta 55281 E-mail: hillgendoet@sttnas.ac.id

27
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

PENDAHULUAN Lokasi penelitian terletak di Dusun


Candisari dan Dusun Losari, Desa Wukirharjo,
Batuan asal gunungapi berumur Tersier Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman,
terdapat sangat banyak di Pegunungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gbr.1).
Selatan, Provinsi Yogyakarta. Penelitian lokasi ini berada sekitar 15 km di sebelah timur
stratigrafi terhadap batuan gunungapi tersebut kota Yogyakarta dan 10 km di sebelah tenggara
secara litostratigrafi menghasilkan Formasi Prambanan yang dapat dicapai dengan berbagai
Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi kendaraan bermotor.
Nglanggeran dan Formasi Sambipitu (Surono,
dkk., 1992). Hubungan di antara formasi
batuan tersebut ada yang selaras, tidak selaras FISIOGRAFI
dana tau menjari. Hasil ini ternyata
menimbulkan kesulitan untuk menjelaskan
hubungan kegiatan volkanisme dengan proses Daerah penelitian termasuk jalur
sedimentasi daerah itu. Selama ini hasil Perbukitan Prambanan yang berarah baratlaut
kegiatan volkanisme yang berupa beku luar tenggara dengan panjang sekitar 7 km dan lebar
(aliran lava), oleh penyelidik terdahulu hanya 3 km. jajaran puncak perbukitan ini (lk. 400 m
dipandang sebagai sisipan di antara batuan dml.) menjadi batas wilayah Kabupaten Sleman,
sedimen (asal gunungapi) yang diinterpretasikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di bagian
sebagai endapan turbidit. Sementara itu barat dan Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa
keberadaan batuan beku terobosan di daerah itu Tengah di bagian timur. Secara fisiografi
juga tidak dijelaskan hubungan genesanya Perbukitan Prambanan ini termasuk tinggian
dengan batuan beku luar dan batuan klastika Baturagung yang merupakan salah satu sub zona
gunung api sekalipun secara petrologi Pegunungan Selatan di ujung baratlaut (van
mempunyai kesamaan ciri-ciri litologi. Bemmelen, 1949). Ke arah barat, utara dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui timur Perbukitan Prambanan dibatasi oleh
urut-urutan pembentukan batuan gunungapi dataran Yogyakarta Klaten (lk. 100 m dml.)
Tersier yang tersingkap di wilayah Desa yang ditempati oleh endapan alluvium asal G.
Wukirharjo dengan memperhatikan aspek Merapi. Sementara itu ke arah selatanni
petrologi dan volkanisme. Hasil ini berhubungan dengan tinggian Baturragung.
dimaksudkan untuk membantu menyelesaikan Bentuk perbukitan Prambanan inimelandai kea
permasalahan genesa batuan gunungapi dalam rah barat-baratdayadut lereng mengekil dari 20o
hubungannya dengan proses sedimentasi, ke 5o, sedang di sisi timur-timurlaut bentuk
tektonika dan sejarah geologi di daerah gawir dengan kemiringan 25o-50o. kenampakan
Pegunungan Selatan, Yogyakarta dan Jawa bentang ala mini mencerminkan perlapisan
Tengah. Selanjutnya pemahaman sejarah batuan penyusunnya secara umum miring ke
geologi secara utuh tersebut sangat bermanfaat barat-baratdaya. Alur-alur sungai juga
dalam penelitian lanjutanuntuk pengembangan berkembang paralel mengalir ke arah barat
ilmu pengetahuan geologi itu sendiri ataupun tetapi hanya berair pada musim hujan.
kegiatan eksplorasi sumber daya alam geologi,
terutama di bidang mineral dan energi.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka ada STRATIGRAFI REGIONAL
tiga permasalahan pokok yang dihadapi di
dalam penelitian ini. Pertama, perlu diketahui
berbagai macam batuan gunungapi di daerah Stratigrafi Pegunungan Selatan telah
penelitian, baik secara deskriptif maupun dikemukakan oleh para peneliti terdahulu, di
genetic, kedua, perlu mengetahui hubungan antaranya Bothe (1929), van Bemmelen (1949),
stratigrafi antara batuan gunungapi satu dengan Surono, dkk., (1992), serta Samodra dan Sutisna
lainnya, dan ketiga, perlu direkonstruksi (1997). Satuan batuan tertua adalah batuhan
bagaimana kegiatan volkanisme dan sedimentasi malihan yang penyusun utamanya adalah sekis,
di daerah penelitian. filit dan marmer. Satuan batuan itu secara tidak
Untuk menyelesaikan masalah tersebut di selaras ditutupi oleh Formasi Gamping-Wungkal
atas dilakukan langkah-langkah pendekatan yang terdiri dari batupasir dan batugamping.
dengan melakukan penelitian geologi rinci di Kedua satuan batuan itu tersingkap di
lapangan, analisis laboratorium petrologi dan Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat, Kabupaten
paleontologi, serta pengolahan data secara Klaten, di sebelah timur Perbukitan Prambanan.
terpadu, antara data lapangan, data laboratorium Untuk kawasan tinggian Baturagung, yang
dan studi pustaka. terletak di selatan Perbukitan Jiwo, pembagian
28
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Gambar 1. Peta lokasi daerah penelitian, yang terletak di Dusun Candisari, Desa Wukirharjo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

satuan batuan dari tua ke muda adalah Formasi Formasi Semilir Secara khas tersusun oleh
Kebo-Butak, Formasi Semilir, Formasi tuf, tuf lapili, lapili batuapung dan breksi
Nglanggeran, Formasi Sambipitu. Seluruh batuapung. Formasi Semilir ini menumpang
formasi batuandi kawasan Baturagung ini secara selaras di atas Formasi Kebo-Butak,
tesusun oleh batuan asal gunungapi, yang di namun secara local tidak selaras dan menjari
atasnya ditutupi oleh Formasi Oyo, Formasi dengan satuan batuan di atasnya. Pada
Wonosari dan Formasi Kepek yang ketiganya umumnya Formasi Semilir tidak mengandung
tesusun oleh batuan karbonat. Seluruh satuan bahan karbonat dan sekaligus miskin akan fosil.
batuan Tersier itu kemudian ditutupi oleh Berdasarkan penemuan fosil foraminifera kecil
endapan alluvium yang utamanya berasal dari (Sumarso dan Ismoyowati, 1975) formasi ini
G. Merapi di sebelah utara. ditentukan berumur Miosen Awal awal Miosen
Formasi Kebo-Butak tersusun oleh Tengah. Lingkungan pengendapannya berkisar
batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf dari laut dangkal di bagian bawah dan tengah
dan aglomerat. Formasi ini juga dijumpai di satuan batuan dan laut dalam di bagian atas.
kaki gawir timurlaut Perbukitan Prambanan. Formasi Nglanggeran secara khas tersusun
Berdasarkan kandungan fosil foraminifera kecil, oleh breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran
umur Formasi Kebo-Butak ini adalah N2 – N5 lava berkomposisi andesit basal andesit. Bahkan
atau Oligosen Akhir Miosen Awal (Sumarso batuan beku intrusi dangkal berupa sill dan retas
dan Ismoyowati, 1975) dan diendapkan di laut andesit juga ditemukan. Di dalam breksi
terbuka yang terpengaruh arus turbid. Di dalam gunungapi sering dijumpai bom dan blok
Formasi Kebo-Butak, Bronto dkk., (2002) sebagai hasil letusan gunungapi. Batuan
menemukan batupasir tuf hitam berasosiasi penyusun tersebut sering memperlihatkan
dengan tuf hijau dan aliran lava basal struktur perlapisan sekalipun bentuk dan
berstruktur bantal dan menginterprestasikannya pelamparannya tidak selalu teratur dan
sebagai produk kegiatan gunungapi primer berkelanjutan. Pada umumnya, Formasi
bawah laut di dalam cekungan sedimentasi Nglanggeran juga miskin fosil. Penemuan fosil
formasi tersebut. foraminifera di dalam sisipan batupasir (Saleh,

29
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

1977) dan batu lempung (Sudarminto, 1982) endapkan konglomerat dan tuf lapili batuapung
menunjukan umur Miosen Awal Miosen Tengah (Gbr. 3). Breksi autoklastika dicirikan oleh
(N5 – N9). Analisis umur dengan metoda K-Ar adanya fragmen andesit sangat meruncing
terhadap batuan beku di Parangtritis (Soeria- sampai meruncing berukuran butir 5-30 cm
Atmadja dkk., 1994) memberikan umur 26,55 ± tertanam di dalam masadasar andesit.
1,07 jtl dan 26,40 ± 0,83 jtl. yang termasuk di Permukaan breksi autoklastika itu relatif halus
dalam Oligosen Akhir. Berdasarkan perolehan dan rata, fragmen tidak lebih menonjol
umur itu penulis tersebut mengusulkan agar dibanding matriksnya (Gbr. 4). Hal ini
batuan gunungapi di Parangtritis ini dimasukan menunjukan bahwa fragmen dan matriksnya
ke dalam Formasi Kebo-Butak. Sementara itu mempunyai resisten relatif sama karena
Hartono (2000) melakukan analisis K-Ar tersusun oleh litologi sejenis yaitu andesit.
terhadapan aliran lava di K. Ngalang dan Dalam beberapa kenampakan sering dijumpai
memperoleh umur 58,585 ± 3,24 jtl. (Paleosen perubahan berangsur dari breksi banyak
Akhir). fragmen kasar ke halus dan semakian dikuasai
Formasi Sambipitu yang terletak di kaki masadasar untuk kemudian berubah menjadi
selatan tinggian Baturagung tersusun oleh batuan beku andesit masif bertekstur afanitik
batuan klastika gunungapi berbutir halus, mulai atau porfiri halus. Kenampakan sebagai andesit
dari batupasir kasar di bagian bawah kemudian masif dari aliran lava lebih jelas lagi terdapat
secara berangsur ke atas menjadi batupasir halus pada lokasi pengamatan 2 dan 3 (Gbr. 5, 6 dan
yang berselang-seling dengan serpih, batulanau 7) di tebing dan dasar Sungai Candisari. Pada
dan batulempung. Di bagian bawah satuan lokasi pengamatan 2 sebagian breksi
batuan ini tidak mengandung bahan karbonat, autoklastika mengalami oksidasi cukup kuat
namun di bagian atas bahan karbonat semakin sehingga berwarna merah bata. Hal ini
banyak, sebelum ditutupi oleh Formasi Oyo menunjukan bahwa lingkungan pembekuan
yang sersusun oleh batugamping. Berdasarkan aliran lava tersebut banyak mengandung
data paleontologi diketahui umur Formasi oksigen.
Sambipitu adalah Miosen Awal-Tengah dan Secara petrografi aliran lava andesit itu
lingkungan pengendapannya laut dangkal berwarna abu-abu gelap, bertekstur afanitik
sampai dalam. porfiritik halus dengan fenokris plagioklas dan
Dari data regional tersebut dapat sedikit piroksen dan mineral opak. Fenokris
diperkirakan bahwa kegiatan volkanisme di plagioklas berbentuk euhedral-subhedral,
daerah Perbukitan Jiwo dan Pegunungan Selatan berukuran butir 1-2 mm, tidak berwarna,
pada Jaman Tersier dimulai pada saat tersebar merata (20 – 30 %), berstruktur zoning
pengendapan Formasi Kebo-Butak. Volkanisme normal dan banyak mengandung inklusi gelas.
Tersier mencapai puncaknya pada pembentukan Kedua hal yang terakhir itu menunjukkan
Formasi Semilir dan Formasi Nglanggeran. bahwa kristalisasi plagioklas terjadi pada
Kegiatan volkanisme Tersier itu menurun dan kondisi pendinginan sangat cepat yang
berhenti sama sekali pada saat sedimentasi umumnya dijumpai pada batuan hasil erupsi
Formasi Sambipitu. gunung api. Fenokris piroksen klino dan
mineral opak sangat sedikit (< 10 %) dan
umumnya sudah terubah menjadi klorit.
HASIL PENELITIAN Breksi piroklastika sangat khas dicirikan
oleh banyaknya bom dan blok gunungapi
berdiameter antara 15 – 20 cm dan maksimum
Perbukitan Prambanan sebagian besar 80 cm (Gbr. 8). Bagian luar dari bom gunungapi
tersusun oleh batuan yang termasuk di dalam itu masih memperlihatkan tekstur permukaan
Formasi Semilir. Di daerah penelitian (Gbr. 2) yang kasar sedangkan bagian dalam sering
terdapat Sungai Candisari yang memotong menunjukan struktur kosentris atau rekahan
Perbukitan Prambanan atau kurang lebih tegak berpola radier, sebagaiakibat pendinginan
lurus terhadap jurus perlapisan batuan. Di sangat cepat pada saat dierupsikan (Gbr. 9).
daerah ini ternyata ditemukan singkapan batuan Breksi piroklastika di lokasi pengamatan 5
tua di bawah Formasi Semilir. Pada lokasi mempunyai bom dan blok gunungapi dengan
pengamatan 1, 2, 3 dan 7 dijumpai perselingan diameter butir rata-rata 78 cm. Bom dan blok itu
antara breksi autoklastika dengan breksi menunjukan penjajaran dengan arah umum
piroklastika yang keduanya berkomposisi sumbu terpanjang U 30°T. Di lokasi 6 dan 7,
andesit. Di atas batuan gunungapi primer itu di Dusun Candisari, bongkah andesit mencapai

30
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Gambar 2. Sketsa ri nci lokasi pengamatan di Dusun Candisari, Desa Wukirharjo

Gambar 3. Sketsa singkapan batuan gunungapi pada lokasi pengamatan 1. Tef: tuf lapili
batuapung, Bxp: breksi piroklastika, Bxa: breksi autoklastika dan Clo: konglomerat

31
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Gambar 4. Singkapan breksi autoklastika di dasar Kali Candisari, lokasi pengamatan 3.

Gambar 5. Singkapan lava andesit di dasar Kali Candisari, lokasi pengamatan 3.

Gambar 6. Sketsa singkapan batuan gunungapi pada lokasi pengamatan 2. Ma: andesit masif,
Bxa: breksi autoklastika merah bata, Fa: andesit terkekarkan.

32
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Gambar 7. Sketsa singkapan batuan gunungapi pada lokasi pengamatan 3.


Bxp: breksi piroklastika, Bxa: breksi autoklastika, Ma: andesit
Massif, ST03: contoh bom gunungapi, ST04: contoh lava andesit

Gambar 8. Singkapan breksi piroklastika pada lokasi pengamatan 1.

Gambar 9. Bom gunungapi di dalam breksi piroklastika di lokasi pengamatan 3

33
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

diameter maksimum masing-masing 2,50 - atas, tepat di bawah tuf lapili batuapung, di
2,75 m, sedangkan di lokasi 8 dan 9, Dusun dalam batupasir dijumpai serpih yang masih
Losari, bongkah andesit mencapai 3,0 – 8,0 m berbentuk meruncing sebagai indikasi bahwa
(Gbr. 10) fragmen tersebut merupakan hasil rombakan
Secara petrografi, bom gunungapi batuan lebih tua dengan lokasi asal sangat
berwarna abu-abu hitam bertekstur afanitik dekat. Analisis paleontologi terhadap contoh
sampai porfiritik halus. Fenokris plagioklas batupasir menunjukkan kandungan fosil
dan piroksen tertanam di dalam masadasar foraminifera yang sangat jarang. Fosil
yang tersusun oleh gelas, mikrolit plagioklas, foraminifera planton yang ada yaitu
piroksen dan mineral opak berbutir sangat Globoquadrina dehiscens (CHAPMAN,
halus. Fenokris berbutir 1-2 mm terdiri dari PARR & COLLIN) memberikan kisaran umur
plagioklas (15-20%), lebih tersebar merata Miosen sangat panjang (N5-N18). Fosil
dibanding piroksen (Ik. 5%) dengan foraminifera bentos terdiri dari Amphistegina
membentuk kristal subhedral, berstruktur Lessonii D’ORBIGNY dan Operculina
zoning normal dan mengandung inklusi gelas Complanata DEFRANCE yang menjadi
gunungapi. Matrik breksi piroklastika petunjuk lingkungan pengendapan di laut
mengandung banyak kristal plagioklas tetapi neritik tepi sampai neritik tengah dengan
sedikit fragmen batuan dan gelas sehingga kedalaman antara 0 – 100 m. Dari data
dapat dinamakan sebagai tuf kristal. tersebut diperkirakan bahwa batuan
Di sepanjang Sungai Candisari, lokasi 2- epiklastika gunungapi itu diendapkan di dalam
4, juga dijumpai bongkah-bongkah batuan alur bawah laut (submarine channels) di
ubahan hidrotermal berukuran butir 35 - 90 lingkungan laut dangkal.
cm, tersusun oleh silica dan propilit. Bongkah Litologi paling atas adalah perlapisan tuf
batuan ubahan dengan komposisi silica lapili batuapung yang mempunyai ketebalan
tersebut berwarna putih abu-abu, hitam dan antara 2 – 5 m; ukuran butir beragam dari
merah daging sangat keras. Sementara fraksi halus (tuf), fraksi sedang (batulapili)
bongkah propilit berwarna hijau banyak dan fraksi kasar (breksi batuapung) dengan
mengandung klorit dan pirit. Bongkah- pemilahan buruk. Namun demikian ketiganya
bongkah batuan ubahan yang lebih kasar sangat banyak mengandung komponen
dijumpai di lokasi 6 bersama-sama dengan batuapung. Fraksi kasar, seperti batuapung
bongkah andesit segar meruncing tanggung. pejal (dense pumice) dan andesit
Urat-urat kuarsa dan pirit lebih sering terkonsentrasi di bagian bawah perlapisan
dijumpai di daerah Candisari ini. Pada lokasi sehingga membentuk struktur perlapisan
6, di antara bongkah-bongkah andesit segar pilihan normal; tetapi tidak jarang fraksi kasar
dan batuan ubahan terdapat juga bongkah itu terkonsetrasi di bagian tengah perlapisan
konglomerat yang sangat masif dan keras sedangkan ke bawah dan ke atas ukuran
berukuran 80 – 120 cm. fragmen di dalamnya butirnya menghalus. Fragmen batuapung yang
sangat membulat berdiameter 1,5 – 8 cm ringan (light pumice) kadang-kadang
terdiri dari andesit basal dan basal yang dapat terkonsetrasi di bagian atas perlapisan
disebandingkan dengan lava basal di sehingga ke arah bawah membentuk struktur
Watuadeg, Kali Opak yang terletak sekitar 4 perlapisan pilihan terbalik. Kelompok batuan
km di sebelah barat Desa Wukirharjo. ini tidak mengandung bahan karbonat, tetapi
Konglomerat ini juga sudah teralterasi dan di bagian dasar dekat kontak dengan breksi
bahkan di dalamnya terdapat urat kuarsa konglomerat, kadang-kadang dijumpai
berwarna putih dan tebal 3 – 8 mm. fragmen batugamping koral. Kenyataan itu
Di tebing sungai, lokasi pengamatan 4 menunjukan bahwa tefra kaya batuapung ini
(Gbr. 11 dan 12) sebagian fragmen masih berasal dari endapan gunungapi yang
meruncing tanggung sehingga lebih tepat mengalami sedimentasi sangat cepat sambal
disebut breksi konglomerat (conglomeratic membawa fragmen batugamping koral yang
breccias). Batuan itu berselang-seling atau berasal dari daerah pantai atau lingkungan laut
menjari dengan batupasir dimana batas kontak dangkal. Dengan tidak dijumpai komponen
di antara keduanya sering tidak teratur atau asal laut dalam maka sedimentasi tefra kaya
terjadi perubahan secara berangsur. Di dalam batuapung tersebut mungkin sebagian bahan
breksi konglomerat tersebut selain fragmen piroklastika yang masuk dan diendapkan di
andesit kadang-kadang dijumpai fragmen lingkungan laut dangkal.
batugamping koral dan batuasbak. Di bagian

34
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Gambar 10. Bongkah andesit berukuran 8 m di lokasi pengamatan 8, tepi pertigaan


jalan Dusun Iosari, Desa Wukirharjo menuju Candi Ijo dan Sendang Sendang Sriningsih.

Gambar 11. Kontak breksi konglomeratan (bawah) dengan tuf lapili batuapung (atas) di tebing
Kali Candisari, lokasi pengamatan 4.
35
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Gambar 12. Sketsa singkapan batuan di tebing Kali Candisari dari lokasi pengamatan 4 ke hilir
(kanan, barat), Bxp: breksi piroklastika, Bep: breksi epiklastika, Tef: tuf lapili
batuapung, ST: lokasi pengamatan.

Dari uraian stratigrafi tersebut di atas yakni andesit. Hal ini dapat dijelaskan melalui
maka batuan gunungapi di daerah penelitian dua cara. Pertama, lava itu mengalami
dapat dikelompokkan menjadi 3 satuan batuan, pembekuan sangat cepat pada saat mengalir
mulai dari tua ke muda adalah (1). Lava dan dipermukaan sehingga ada bagian yang sudah
breksi piroklastika, (2) Breksi epiklastika, dan membeku lebih dahulu, utamanya bagian luar
(3) tefra batuapung (Gbr. 13). Satuan batuan atau tepi aliran, sementara sebagian lagi masih
pertama terdiri dari perselingan aliran lava dan berupa cairan. Bagian yang sudah membeku
breksi piroklastika berkomposisi andesit. dahulu itu kemudian membentuk fragmen
Satuan batuan kedua tersusun oleh breksi, sedang cairan lava yang membeku kemudian
breksi konglomerat dan batupasir yang secara membentuk masa dasar. Aliran lava semacam
dominan juga berkomposisi andesit, sedang ini dikenal dengan nama aliran lava bongkah
satuan batuan ketiga berupa tuf, batulapili dan (blocky lava flows; Macdonald, 1972; McPhie
breksi batuapung. dkk., 1993). Kemungkinan kedua, lava
mengalir melalui lembah sungai yang banyak
mengandung kerakal andesit dan berair
PEMBAHASAN sedikit, sehingga bahan rombakan dari batuan
tua itu masuk ke dalam tubuh aliran lava
Mengacu pada kegiatan gunungapi masa membentuk fragmen, sebagian bahan senolit,
kini, maka aliran lava dan breksi piroklastika sedangkan cairan lava sendiri membentuk
kaya bom gunungapi berkomposisi andesit di masa dasar. Sekalipun komposisi antara
daerah penelitian dapat dipastikan sebagai fragmen dan masa dasar sama yaitu andesit,
hasil kegiatan gunungapi pada jaman Tersier. kedua proses itu seringkali dapat dibedakan.
Aliran lava andesit adalah hasil erupsi lelehan, Di dalam proses pertama, umumnya fragmen
sedangkan breksi prioklastika yang banyak berbentuk meruncing dan tidak menunjukan
mengandung bom gunungapi dihasilkan oleh reaksi tepi, sedangkan di dalam proses kedua,
erupsi letusan. Perselingan aliran lava dan umumnya fragmen membulat dan
breksi piroklastika tersebut mencerminkan memperlihatkan reaksi tepi. Namun dalam
kegiatan pada tahap pembangunan dari suatu banyak hal, keduanya dapat dijumpai di dalam
kerucut gunungapi komposit pada waktu itu. suatu tubuh aliran lava. Dari analisis tersebut,
Hal ini dapat disebandingkan dengan kegiatan didukung dengan struktur bekas lubang gas
kerucut gunungapi komposit aktif masa kini baik di dalam breksi piroklastika, serta adanya
seperti halnya G. Merapi, G. Sumbing dan G. warna merah bata hasil oksidasi di dalam
Sindoro di Jawa Tengah. tubuh aliran lava maka diinterprestasikan
Bagian luar dari aliran lava membentuk bahwa aliran lava dan breksi piroklastika
breksi autoklastika yang mana fragmen dan berkomposisi andesit tersebut diendapkan di
masa dasarnya mempunyai komposisi sama, darat.
36
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Gambar 13. Penampang tiga satuan batuan gunung api di daerah Candisari, yakni (1) Perselingan lava dan
breksi piroklastika, (2) Breksi epiklastika dan (3) Tefra batuapung

Pada umunya lava andesit mengalir tidak


jauh dari sumbernya. Berdasarkan lokasi 6 dan 90 – 160 cm di lokasi 9). Seluruh
pengamatan terhadap kegiatan gunungapi data tersebut mengindikasikan bahwa batuan
aktif masa kini, lava mengalir pada radius 5 gunungapi ini diendapkan sangat dekat
km dari sumber erupsi (fasies pusat dengan sumber erupsinya. Breksi piroklastika
gunungapi) dan tersebar di fasies proksi atau yang mengandung banyak bom gunungapi itu
pada lereng atas suatu kerucut gunungapi belum dapat dipastikan sebagai endapan
komposit. Sementara itu bom gunungapi di jatuhan piroklastika (aglomerat) atau endapan
dalam breksi piroklastika berdiameter rata- aliran piroklastika. Aglomerat yang
rata 78 cm dan maksimum mencapai 175 cm, mengandung bom gunungapi dengan diameter
bongkah andesit mempunyai ukuran butir 2,50 butir sangat kasar seperti itu biasanya hanya
– 2,75 m (lokasi 6 dan 7) serta 3,0 – 8,0 m akan dijatuhkan di sekeliling kawah
(lokasi 8 dan 9). Bongkah-bongkah batuan gunungapi, tetapi apabila termasuk endapan
ubahan hidrotermal juga sangat kasar (35 – 90 aliran piroklastika maka juga hanya mengalir
cm di lokasi 2, 3 dan 4; 0,5 - 1,0 m di
37
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

kurang dari 10 km dari sumbernya. Penjajaran litologi lebih mirip dengan batuann penyusun
blok dan bom gunungapi Formasi Nglanggeran yang secara stratigrafi
menumpang di atas Formasi Semilir. Berdasar
pada lokasi 5 menunjukan arah U30°T dan ciri litologi umum, satuan batuan gunungapi
ada kecenderungan bongkah andesit dan itu juga berbeda dengan bahan penyusun
batuan ubahan mengkasar dari Dusun Formasi Kebo-Butak di bawah Formasi
Candisari ke Dusun Losari di sebelah Semilir. Batuan gunungapi primer di dalam
timurnya. Data ini memberikan petunjuk Formasi Kebo-Butak berupa aliran lava,
bahwa sumber erupsi batuan gunungapi batuan piroklastika, retas dan sill
tersebut terletak di sebelah timur-timurlaut berkomposisi basal (Bronto dkk., 2002; 2004),
daerah penelitian. sebagian berstruktur bantal. Satuan batuan
Sekalipun tidak banyak, ditemukannya gunungapi di daerah Wukirharjo ini lebih
bongkah konglomerat sangat masif-keras, sesuai jika dibandingkan dengan Formasi
teralterasi dan terdapat urat kuarsa, serta Mandalika di daerah Wonogiri (Surono dkk.,
mengandung fragmen basal sebanding dengan 1992), yakni tersusun oleh perselingan lava
lava basal berstruktur bantal di Watuadeg juga dan breksi andesit serta secara stratigrafi
sangat menarik untuk dicermati. Bongkah terletak di bawah Formasi Semilir. Akan
konglomerat ini diperkirakan berasal dari tetapi karena letaknya yang sangat berjauhan
batuan sedimen tua di bawah gunungapi yang maka diperkirakan bahwa batuan gunungapi
dilontarkan bersama-sama dengan bongkah di Wukirharjo mempunyai sumber erupsi
batuan ubahan dan bom gunungapi pada yang berbeda dengan batuan gunungapi di
waktu terjadi letusan. Proses alterasi dan Wonogiri. Batuan ini juga dapat
pembentukan urat terjadi sewaktu batuan disebandingkan dengan kelompok batuan
tersebut di bawah permukaan di mana terjadi gunungapi di daerah Parangtritis yang oleh
reaksi antara baha volatile mengandung unsur Soeria-Atmadja dkk, (1994) diusulkan sebagai
logam dari magma yang panas dan air tanah bagian dari Formasi Kebo-Butak. Apabila hal
sehingga menghasilkan fluida hidrotermal dan terakhir itu dapat dibedakan di lapangan maka
mineralisasi di lapangan diindikasikan adanya secara litostratigrafi (Komisi SSI, 1996)
pirit. dimungkinkan untuk mengusulkan suatu nama
Penemuan adanya perselingan antara formasi baru untuk batuan gunungapi tersebut
aliran lava andesit dengan breksi piroklastika yang umurnya sebanding dengan Formasi
yang banyak mengandung bom gunungapi di Kebo-Butak.
Dusun Candisari ini menambah informasi Gunungapi komposit pembentuk satuan
sebelumnya yang sudah dijumpai di lereng aliran lava dan breksi piroklastika di
selatan Pegunungan Baturagung, yaitu di K. Wukirharjo agaknya berhenti dengan
Ngalang dan K. Pentung (Bronto dkk., 1998; terbentuknya satuan breksi gunungapi
1999; Hartono, 2000). Data tersebut epilastika di atasnya. Pengendapan batuan
menunjukan bahwa sebagian dari Perbukitan epiklastik gunungapi, berupa breksi
Prambanan dan Pegunungan Baturagung konglomeratan, konglomera dan batupasir, di
merupakan sisa dari suatu krucut gunungapi atas satuan aliran lava dan breksi piroklastika
komposit yang berumur Tersier. Persoalnnya bukan sekedar waktu istirahat panjang dari
adalah apakah pada jaman Tersier itu antara suatu kerucut gunungapi. Apalagi didalam
batuan gunungapi di daerah Wukirharjo dan satuan batuan epiklastika itu terdapat material
lereng selatan Pegunungan Baturagung karbonat dan bahan non gunungapi lainya,
merupakan komposit yang sangat besar, atau diendapkan di lingkungan air laut dangkal
merupakan kerucut-kerucut gunungapi serta mengandung fosil yang mempunyai
komposit yang terpisah satu dengan yang kisaran hidup sangat panjang (N5-N18). Data
lainya. Demikian pula apakah gunungapi itu tersebut lebih mengindikasikan bahwa
aktif pada umur yang sama atau berbeda-beda. gunungapi itu telah mati dan mengalami erosi
Berdasarkan umur dari satuan batuan di lanjut dalam waktu sangat lama dan tidak
atasnya, yaitu N5-N18, maka aliran lava dan menutup kemungkinan diikuti kegiataan
breksi piroklastika tersebut terbentuk sebelum tektonika ataupun penururan cekungan.
Miosen Awal. Dengan demikian, baik secara Interprestasi ini agaknya selaras dengan
ciri litologi maupun umur pembentukanya, temuan bapak W. Rahardjo (komunikasi lisan)
satuan batuan gunungapi ini tidak dapat di daerah Manyaran bahwa Formasi Kebo-
dimasukkan sebagai bagian dari Formasi Butak di daerah itu sudah terpengaruh oleh
Semilir. Perselingan lava dan breksi kegiatan tektonika sebelum Formasi Semilir
piroklstika di Deesa Wukirharjo secara ciri diendapkan. Kontak tidak selaras antara
38
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Formasi Semilir dengan batuan di bawahnya KESIMPULAN


juga ditunjukkan adanya breksi alas di atas
lava basal berstruktur bantal di bawah tuf- Batuan gunungapi di Dusun Candisari,
lapili batuapung di Kali Opak, Watuadeg Desa Wukirharjo, secara stratigrafi dibagi
(Bronto dan Mulyaningsih, 2001) yang menjadi tiga satuan, yaitu (1) Perselingan lava
terletak hanya sekitar 4 km di sebelah darat dan breksi piroklastika, (2) Breksi epiklastika,
Desa Wukirharjo. Bahkan dengan dan (3) Tefra batuapung. Satuan batuan
dijumpainya bongkah konglomerat yang pertama mencerminkan suatu kegiatan tahap
mengandung lava basal sebanding dengan pembangunan sebuah kerucut gunungapi
lava basal Watuadeg serta lava bantal komposit berkomposisi andesit, tersusun oleh
Watuadeg itu berumur 56,32 ± 3,8 juta tahun perselingan aliran lava dan breksi piroklastika
yang lalu (Paleosen, Ngkoimani dkk., 2004), kaya bom gunungapi. Bom dan blok
maka di antara perioda volkanisme Watuadeg gunungapi masing-masing berdiameter butir
dengan Wukirharjo juga terdapat ketidak rata-rata 15 – 20 cm (maksimum 40 cm) dan
selarasan yang lebih tua. 78 cm (maksimum 8 m), menunjukan
Pada akhir pengendapan satuan breksi penjajaran dengan arah sumbu terpanjang
epiklastika, diperkirakan di tempat lain ada U30°T. Data tersebut bersama-sama dengan
suatu kerucut gunungapi komposit yang banyaknya bongkah batuan ubahan
sedang mengalami masa istirahat panjang. hidrotermal mengindikasikan bahwa sumber
Selama itu magma di bawah permukaan erupsi gunungapi terletak sangat dekat di
sedang mengalami diferensiasi lanjut dari sebelah timur-timurlaut daerah penelitian.
andesit basal atau andesit silika rendah Satuan batuan kedua terbentuk sebagai hasil
membentuk andesit silika tinggi atau bahkan pengerjaan ulang pada saat kerucut gunungapi
dasit. Sejalan dengan proses diferensiasai komposit itu telah mati dan mengalami erosi
magma tersebut maka bahan volatile/gas lanjut. Satuan batuan ini terdiri dari breksi,
semakin terakumulasi dan bertekanan kuat. beksi konglomeratan mengandung fragmen
Pada saat tekanan gas di dalam magma sudah koral dan batuan non gunungapi lainnya, serta
lebih besar dari tekanan batuan gunungapi batupasir yang diendapkan di lingkungan laut
penundung di atasnya maka terjadi letusan dangkal. Satuan batuan ketiga
gunungapi yang sangat dahsyat pada akhir mengindikasikan pembentukan kaldera
masa istirahat panjang. Kegiatan gunungapi leturan sebagai tahap penghancuran kerucut
yang sangat eksplosif ini dikenal sebagai gunungapi komposit.
tahap penghancuran (destructive event) dari
suatu kerucut gunungapi komposita atau di
kenal sebagai fasae pembentukan kaldera UCAPAN TERIMAKASIH
letusan, seperti halnya Kaldera Krakatau 1883
atau bahkan Kaldera Toba di Sumatra Utara. Dengan selesainya penyusunan makalah
Karena komposisi magma lebih asam dan ini penulisan mengucapkan terimakasih
banyak mengandung gas, maka bahan letusan kepada sdri. B. Astuti, staf pengajar Teknik
mempunyai ukuran butir beragam dari abu, Geologi, STTNas Yogyakarta yang telah
lapili hingga bom/blok gunungapi serta membantu pekerjaan di lapangan. Ucapan
banyak mengandung batuapung dengan terimakasih juga kami tunjukan kepada Bapak
volume total lebih dari 0,3 km3 (Simkin, Ir. Wartono Rahardjo, staf pengajar Teknik
1993). Endapan piroklastika hasil letusan Geologi, UGM Yogyakarta, atas masukan
kaldera gunungapi ini secara primer disebut selama diskusi di lapangan maupun kritik dan
tefra kaya batuapung. Karena masih bersifat saran yang diberikan selama penyusuna
lepas, atau bahkan jatuh di dalam tubuh air makalah.
(laut) sebagian endapan piroklastika ini
mengalami pengerjaan ulang sebagai endapan
epiklastika gunungapi namun sifat-sifat fisik DAFTAR PUSTAKA
aslinya masih belum banyak berubah. Tefra
kaya batuapung ini, baik yang merupakan Bothe, A. Ch. D., 1929, Djiwo Hills and
endapan primer maupun yang sudah Southern Ranges, Excursion Guide,
mengalami pengerjaan ulang segera setelah ivth Pacific Science Congress,
diendapkan, kemudian menjadi batuan Bandung, 23.
penyusun Formasi Semilir. Bronto, S., G. Hartono dan B. Astuti, 2004,
Hubungan antara batuan beku intrusi
dan ekstrusi di Perbukitan Jiwo,
39
Majalah Geologi Indonesia, Vol. 20, No. 1, April 2005; 27 - 40

Kecamatan Bayat, Klaten Jawa UGM, Yogyakarta, tgl 28 September


Tengah, Majalah Geologi Indonesia, 2004
v. 19, n.3, 147-163. Raharjo, W., Sukandarrumidi, dan H.M.D.
Bronto, S., G. Hartono dan D, Purwanto, Rosidi, 1977, Geologi Lembar
1998, Batuan longsoran gunungapi Yogyakarta, Jawa, skala 1 : 100.000,
Tersier di Pegunungan Selatan: Studi Direktorat Geologi Bandung.
kasus di Kali Ngalang, Kali Putat dan Saleh, H., 1977, Geologi daerah Wuryantoro
Jentir, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Prosiding PIT XXVII Tesis, S1, TeknikGeologi, FT-UGM,
IAGI, Yogyakarta, 8-9 Agustus, 344- Yogyakarta (tidak terbit).
349. Samodra, H. dan K. Sutisna, 1997, Peta
Bronto, S. and S. Mulyaningsih, 2001, Geologi Lembar Klaten Jawa Tengah,
Volcanostratigraphy development Skala 1: 50.000, Puslitbang Geologi,
from Teartiary to Quaternary: Acase Bnadung.
study at Opak River, Watuadeg- Simkin, T., 1993, Terrestrial Volcanism in
Berbah, Yogyakarta, abstract, 30𝑡ℎ Space and Time, Ann. Rev. Earth
Ann. Conv. IAGI & 10 th Geosea Reg. Planet . Sci., 21, 425-452.
Cong., Sept, 10-12, Yogyakarta, 158. Soeria-Atmadja, R., R.C. Maury, H. Bellon,
Bronto, S., S. Pambudi dan G. Hartono, 2002, H. Pringgoprawiro, M. Polve and B.
the Genesis of Volcanic Sandstone Priadi, 1994, Tertiary magmatic belts
Assiciated with Basaltic Pillow Lavas: in Java, J. SE Sci.,9,n.1-2, 13-27.
A Case Study at the Djiwo Hills, Sudarminto, 1982, Geologi daerah Song Putri
Bayat Area (Klaten, Central java), J. dan sekitarnya, Kabupaten Wonogiri,
Geol. Dan Sumber Daya Mineral, v. Jawa Tengah, Tesis S1, Teknik
XII, n.131,2-16. Geologi, FT- UGM, Yogyakarta
Bronto, S., W. Rahardjo dan G. Hartono, (tidak terbit).
1999, Penelitian gunungapi purba di Sumarso and T. Ismoyowati, 1975, A
kawasan Kali Ngalang, Kabupaten contribution to the stratigraphy of the
Gunungkidul, Daerah Istimewah Jiwo Hills and their southern
Yogyakarta serta Implikasinya surrounding, ivth IPA Conv., Jakarta.
terhadap pengembangan sumber daya Surono, B. Toha, I. Sudarno and S.
geologi, Prosid. Seminar Nasional, Wiryosuyono, 1992, Geologi lembar
Sumber Daya Geologi 40 th., Jur. Surakarta-Giritontro, Jawa, skala 1 :
Teknik Geologi, FT-UGM, 100.000, Puslitbang Geologi,
Yogyakarta, 222-227. Bandung.
Hartono, G., 2000 Studi Gunungapi Tersier: Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of
Sebaran Pusat Erupsi dan Petrologi di Indonesia, vol. IA, Martinus Nijhoff,
Pegunungan Selatan Yogyakarta, tesis the Hague, 732.
magister, Program Pasca Sarjana,
ITB, Bandung, 168 (tidak terbit).
Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996,
Sandi Stratigrafi Indoneisa, IAGI,
Jakarta, 25.
Macdonald, G.a., 1972, Volcanoes, Prentice
Hall, Englewood Cliffs, New Jersey,
510p.
McPhie, J., Doyle, M. & Allen, R., 1993
Volcanic Texture. A guide to the
interpretation of texture in volcanic
rocks, Cebtre for Ore Deposit dan
exploration Studies, Univ. of
Tasmania, Australia, 196p.
Ngkoimani, L., S. Bijaksana, H. Utoyo dan S.
Permanadewi, 2005, Data Baru Umur
Absolut Batuan Beku dari daerah
Yogyakarta dengan metodae K-Ar,
Lokakarya Stratigrafi Paleon Jawa,

40

Anda mungkin juga menyukai