Anda di halaman 1dari 46

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA


FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
LABORATORIUM BAHAN GALIAN

LAPORAN PRAKTIKUM GEOLOGI SUMBERDAYA ALAM


ACARA FIELDTRIP

DISUSUN OLEH :
Aloysius Dimas Darmawan (19/443718/TK/48914)
Arya Alim Wijaya (19/443720/TK/48916)
Dina (19/440265/TK/48592)
Ester Istianto (19/446583/TK/49688)
Fikra Talenta Sada (19/443736/TK/48932)
Ignatia Christiane Julindra (19/439668/TK/48398)
Nova Aulia Ramadanti (19/439678/TK/48408)
Nurur Rizki Febriana (19/443752/TK/48948)

YOGYAKARTA
MEI
2022
I. PENDAHULUAN
1.1 Lokasi Titik Amat
Lokasi yang menjadi stasiun titik amat pada kegiatan lapangan praktikum Geologi Sumber
Daya Mineral secara administratif wilayah adalah sebagai berikut.
▪ STA 1 : Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta (460931E 9138253N 49M)
▪ STA 2 : Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur
(590889E 9090352N 49L)
▪ STA 3 : Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
(581395E 9083309N 49L)
▪ STA 4 : Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, kabupaten Trenggalek, Jawa Timur
(581395E 9083309N 49L)
▪ STA 5 : Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur (577505E 9082002N 49LV)
▪ STA 6 : Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa
Timur (577505E 9082002N 49LV)

1.2 Geologi Regional


Berdasarkan peta geologi regional STA 1 masuk pada peta geologi lembar Surakarta
– Giritontro dan STA 2 hingga STA 6 masuk pada peta geologi lembar Tulungagung dan
secara fisiografi termasuk Zona Pegunungan Selatan, yaitu daerah pegunungan yang
berada pada bagian selatan Jawa Tengah, daerahnya melampar dimulai dari bagian
tenggara provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, memanjang ke arah timur sepanjang pantai
selatan Jawa Timur. Jika dilihat dari reliefnya, daerah pegunungan selatan terdiri dari dua
relief secara umum, yakni relief yang kasar di sisi timur, dan yang cenderung lebih halus
di sisi barat, pada bagian utaranya terdapat gawir-gawir yang memanjang relatif barat-
timur, pembentukannya terjadi karena adanya evolusi tektonik yang terjadi di Pulau Jawa
pada zaman Kapur hingga sekarang.

Singkapan pada STA 1 yang berada pada perbukitan struktural cermo yang secara
fisiografis termasuk pada bagian Pegunungan Selatan bagian barat. Berdasarkan peta
geologi lembar Surakarta – Giritontro urutan stratigrafi formasi dari tua ke muda adalah
sebagai berikut:
● Formasi Wungkal-Gamping : Formasi ini terletak di Gunung Wungkal dan Gunung
Gamping, di Perbukitan Jiwo. Satuan batuannya terdiri dari perselingan antara
batupasir dan batulanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini
berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo,
antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar
120 meter (Bronto dan Hartono, 2001).
● Formasi Kebo-Butak : Formasi ini disusun pada bagian bawah berupa batupasir
berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat, dengan ketebalan
lebih dari 650 meter.Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung
dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng
andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit.
● Formasi Semilir : Formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah selatan
Klaten. Dengan ketebalan lebih dari 460 meter.Litologi penyusunnya terdiri dari tuf,
tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan
batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan
batuan ini, yaitu di S. Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab.
Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001).
● Formasi Nglanggran : Pada formasi ini batuan penyusunnya terdiri dari breksi
gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi
gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis.
Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian
tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu
yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi
oleh batupasir
● Formasi Sambipitu : Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan
raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari dengan ketebalan mencapai 230 meter. Batuan
penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas
berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau
dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan
karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan
karbonat.
● Formasi Oyo : Lokasi tipe formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan penyusunnya
pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara
berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung
karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-
kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi
Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter.
● Formasi Wonosari : Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya,
dengan ketebalan lebih dari 800 meter. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat
yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai
sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur.
● Formasi Kepek : Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, tersebar di hulu.
Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya
adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter.
● Endapan Permukaan : Endapan permukaan pada daerah Sungai Opak merupakan
rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa
kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal.
Surono dkk. (1992) membagi endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium
Tua (Qt) dan Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier
Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi.

Berdasarkan geologi regionalnya STA 2 hingga STA 6 masuk ke peta geologi lembar
Tulungagung. Satuan tertua yang tersingkap di Lembar Tulungagung berupa himpunan
batuan Oligo-Miosen kelompok Grendulu. Himpunan batuan ini terdiri dari Formasi
Arjosari (Toma) berupa jajaran endapan turbidit yang kearah mendatar berangsur berubah
menjadi batuan gunungapi Formasi Mandalika (Tomm). Kelompok Orcubulu ditindih
selaras oleh Formasi Campurdarat (Tmcl) yang disusun oleh batuan karbonat berumur
Miosen Awal. Ketiga Formasi di atas dipengaruhi oleh terobosan batuan beku bersusunan
asam hingga menengah (Tomi; di, da, an). Formasi ini juga tertindih tak selaras oleh
Formasi Jaten, Formasi Wuni dan Formasi Nampol. Formasi Jaten (Tmj) berumur Akhir
Miosen Awal dan merupakan kumpulan batuan klastik hasil rombakan batuan yang lebih
tua. Satuan ini ditindih selaras oleh jajaran batuan gunungapi dan klastika gunungapi
Formasi Wuni (Tmw) yang berumur Awal Miosen Tengah. Formasi Nampol (Tmn) yang
juga berumur Awal Miosen Tengah disusun oleh batuan klastika, menindih selaras Formasi
Wuni. Satuan ini ditindih selaras oleh himpunan batuan karbonat Formasi Wonosari
(Tmwl) yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir. Batuan Gunungapi Wilis (Qpwv)
yang berumur Pleistosen menindih tak selaras satuan yang lebih tua. Satuan termuda di
Lembar ini adalah aluvium (Qa) yang merupakan endapan sungai, pantai dan rawa
(Samodra dkk, 1992).
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 Stasiun Titik Amat 1

Gambar 1. Singkapan STA 1 Gambar 2. Sketsa STA 1

a. Lokasi
Secara geografis, STA 1 terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta dengan koordinat 460931E 9138253N
49M.
b. Morfologi
Morfologi berupa dinding tebing pinggir sungai yang merupakan bagian dari zona
fisiografis pegunungan selatan yang termasuk kedalam subzona Pegunungan
Baturagung yang susun atas litlogi Formasi Kebobutak. Batas – batas morfologi :
Utara : tinggian Timur : sungai
Selatan : lembah Barat : sungai
c. Singkapan
Singkapan berupa tebing batuan vulkanik klastik yang berada di dekat aliran
sungai dengan dimensi panjang 10 m dan tinggi 5 m yang melampar dari timur ke
barat dan menghadap ke selatan.
d. Kedudukan Lapisan/Struktur
Lapisan berupa perlapisan batuan sedimen vulkanik klastik dengan strike/dip :
N75E/30. Pada singkapan dapat teramati pula keberadaan struktur berupa kekar
gerus.
e. Litologi
Batuan piroklastik berupa tuf yang berwarna abu-abu kehijauan, memilliki ukuran
butir < 2 mm, sortasi baik, struktur masif, secara klasifikasi industri mineral
masuk dalam golongan batuan vulkanik. Komposisi berupa gelas vulkanik,
plagioklas, kuarsa, klorit, dan zeolit.
Mineralogi :
▪ Gelas Vulkanik, mineral berwarna putih keabu-abuan, kilap dull-earthy,
ukuran < 2 mm, kelimpahan 10 %
▪ Plagioklas, mineral berwarna putih, ukuran 2-6mm, kristalin, prismatic,
cerat putih, kilap dull, kekerasan 6, kelimpahan 5 %
▪ Kuarsa, mineral berwarna colorless, ukuran 2-5 mm, kristalin, prismatic,
cerat putih, kilap kaca, kekerasan 7, kelimpahan 5 %
▪ Zeolit, mineral berwarna hijau pucat ukuran < 1 mm, kekerasan 4-5,
struktur granular, kilap tanah, cerat putih, kelimpahan 90 %
f. Potensi
Potensi Positif : Mineral zeolit memiliki potensi sebagai pemantap tanah,
pembawa pupuk, serta pengontrol pelepasan ion NH4- dan K+ .
Zeolit juga digunakan untuk feed additive pada ternak babi dan
ayam. Zeolit dapat digunakan sebagai bahan pengontrol polusi,
deodorizer, dan penghilang warna dalam kaitannya dengan
kelestarian lingkungan. Selain itu, zeolit juga umum digunakan
sebagi penyaring pada berbagai jenis industri, mulai dari
industri konstruksi hingga industri pesawat.
Potensi Negatif : Singkapan merupakan tebing batuan dipinggir sungai yang
memiliki intensitas kekar cukup kuat sehingga berpotensi
terjadinya longsor.
g. Pembahasan
Daerah penelitian termasuk kedalam Formasi Kebo-butak yang merupakan
hasil endapan vulkanik laut dalam yang berumur oligosen akhir (Rahardjo, 1983).
Secara fisiografi merupakan Zona Pegunungan Selatan, dan juga termasuk dalam Sub
Zona Pegunungan Baturagung.
STA 1 tersusuna atas litologi Tuff Zeolitik. Zeolit termasuk kedalam mineral
alumina silikat tetrahedral yang merupakan grup mineral dengan struktur yang terbuka
atau berpori yang dapat menyerap molekul-molekul air untuk menyaring logam-
logam. Di antara ikatan-ikatan zeolite, akan mengikat kation-kation logam seperti K,
Na, Ca, Mg, dll. Mineral Zeolit memiliki bentuk yang unik untuk berbagai keperluan,
seperti kation exchange, filter, penghilang bau, dll. Contoh mineralnya seperti
analsim, kabazit, stilbite, klinoptilolit, heulandit, wairakit, natrolit, laumonit, filipsit,
mordenit, skolesit, dan thomsonit.
Pada STA 1, mineral zeolit berupa klinoptilolit dan mordenit. Zeolit juga
memiliki nilai kapasitas pertukaran ion. Warna hijau pada zeolite STA 1 disebabkan
oleh interlayer mineral klorit dan smektit. Setelah dilakukan pengamatan petrografi,
didapatkan nama batuan STA 1 adalah Vitric Crystal Tuff. Zeolit pada batuan STA 1
ini terbentuk pada waktu yang sama dengan kristal lainnya.
Zeolite STA 1 terbentuk karena diagenesis burial dan metamorfisme derajat
rendah. Diagenesa ini dapat diketahui dari komposisinya yang didominasi oleh
klinoptilolit dan mordenit yang suhu pembentukannya kira-kira 55-80oC.
Zeolit pada STA 1 merupakan zeolit alam, sehingga perlu dilakukan aktivasi
kation-kationnya agar dapat dimanfaatkan. Aktivasi dapat dilakukan secara fisika dan
kimia. Secara fisika dengan pemanasan, sedangkan secara kimia dengan melarutkan
menggunakan asam untuk menghilangkan oksida dan kation pengotor agar zeolit
bersih dan dapat digunakan berbagai keperluan. Contohnya pemanfaatannya adalah
penukar kation, pelunak air agar air makin bersih, penyaring molekul, dan sebagai
katalis. Sedangkan pada industri, zeolit dapat digunakan sebagai proteksi lingkungan
(mencegah polusi air, adsorpsi logam berat), konstruksi (campuran semen), agrikultur,
Kesehatan, gas treatment, dan petrokimia.

2.2 Stasiun Titik Amat 2

Gambar 3. Singkapan STA 2 Gambar 4. Sketsa STA 2

a. Lokasi
Secara geografis, STA 2 terletak di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten
Tulungagung, Jawa Timur dengan koordinat 590889 E 9090352N 49L
b. Morfologi
Berupa perbukitan karst yang tersusun atas batu gamping dari Formasi
Campurdarat yang diintrusi oleh batuan beku dacite dan menghsilkan batuan
metamorf. Batas morfologi :
Utara : lembah perbukitan karst Timur : lembah perbukitan karst
Selatan : tinggian Barat : lembah perbukitan karst
c. Singkapan
Singkapan STA 2 berupa tambang batuan metamorf dengan dimensi panjang >
100 meter yang memanjang dari timur ke barat dan menghadap ke utara.
d. Litologi
Litologi yang dijumpai pada STA 2 merupakan produk alterasi dengan tipe
potasik dan efek yang pervasif.
Sampel 1. Batuan merupakan batuan metaframestone, berwarna putih kecoklat-
coklatan, memiliki struktur non-foliasi, hornfels, memiliki tekstur relict.
Komposisi berupa kalsit, dolomit, dan hematite.
Mineralogi :
▪ Mineral kalsit berwarna putih, kilap tanah, cerat putih, translucent-opaque,
ukuran kristal <1 mm, diamagnetic, kekerasan 3. Kelimpahan 60%
▪ Mineral dolomit berwarna putih, kilap tanah, cerat putih, translucent-
opaque, ukuran kristal <1 mm, diamagnetic, kekerasan 3,5-4. Kelimpahan
30%
▪ Mineral hematite berwarna coklat, kilap tanah, cerat coklat kemerah-
merahan, ukuran kristal <1 mm, opaque, kelimpahan 10%
Sampel 2. Batuan merupakan batuan metamorf kristalin, berwarna putih,
memiliki struktur honrfelsik, dengan tekstur lepidoblastik, Komposisi berupa
kalsit kristalin 100%.
Mineralogi:
▪ Mineral kalsit berwarna putih, kilap kaca - damar, cerat putih, translucent-
opaque, ukuran kristal <1 mm, diamagnetic, kekerasan 3. Kelimpahan
100%.
e. Potensi
Potensi positif : STA 2 dapat dijadikan objek studi geologi. Selain itu, jika
dilihat dari litologinya, singkapan dapat berpotensi sebagai
tambang marmer.
Potensi negatif : Singkapan merupakan tebing batuan di tepi jalan sehingga
berpotensi terjadinya gerakan massa
f. Pembahasan
Litologi yang terdapat pada STA 2 adalah batugamping terubah menjadi
marmer, dengan tekstur sudah berbeda dari batugamping pada umumnya yaitu
lebih padat, lebih kompak, lebih solid, dan terdapat beberapa bentukan bentukan
seperti suture meskipun tidak terlalu terlihat.
Terjadi proses metamorfisme berupa metamorfisme kontak yaitu akibat
adanya panas. Pada umumnya dijumpai tekstur granoblastic dan decussate pada
batuan merupakan penciri terdapatnya proses metamorfik dimana mineral-mineral
kaslit yang ada sebelumnya memgalami rekristalisasi. Selain itu, juga dapat
dijumpai tekstur lain berupa sakaroidal. Pada tekstur relict batuan masih dijumpai
sisa-sisa bentukan fosil tidak begitu jelas kamar-kamarnya sebagian mengalami
rekristalisasi.
Genesa pembentukan yaitu batuan awal yang merupakan batuan sedimen
batugamping klastik packstone dan wackestone diintrusi oleh batuan beku dacite
yang awalnya tidak muncul ke permukaan. Bukti adanya pengaruh intrusi adalah
marmer yang terbentuk akibat adanya panas terubah karena suhu tertentu sehingga
batugamping yang awalnya mengandung kristal-kristal kalsit yang ukurannya
kecil-kecil terekristalisasi sehingga menjadi berukuran lebih besar.
Marmer dengan kandungan CaO yang tinggi baik untuk pemanfaatan. Dapat
digunakan untuk berbagai pemanfaatan. Berdasarkan aspek ketenikannya, dapat
digunakan sebagai batu dimensi dan dapat dimanfaatkan untuk campuran
konstruksi. Dengan nilai serapan air rendah, kuat tekan tinggi yang memenuhi
syarat SNI. Akan tetapi tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai batu hias.

2.3 Stasiun Titik Amat 3

Gambar 5. Singkapan STA 3 Gambar 6. Sketsa STA 3

a. Lokasi
Secara geografis, STA 3 terletak di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo,
Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan koordinat 581395E 9083309N 49L.
b. Morfologi
Berupa perbukitan struktural yang disusun oleh batuan vulkanik dari Formasi
Mandalika dengan batas morfologi :
Utara : sungai Barat : dataran rendah
Selatan : sungai Timur : dataran rendah
c. Singkapan
Berupa sungai yang memiliki float batuan beku berukuran kerikil-bongkah.
Sungai masih berada pada fase muda dengan aliran dari utara ke selatan.
d. Litologi
Sampel 1. Batuan berwarna abu-abu cerah, ukuran sangat halus (< 1 – 3 mm),
tekstur porfiroafanitik, struktur masif, komposisi terdiri dari Epidot (50%),
Klorit (40%). Terdapat urat hidrotermal dengan mineral pengisi urat berupa
Kuarsa (100%), struktur urat veinlet, tipe alterasi Propilitik, efek alterasi
pervasive, tingkat alterasi sangat intensif. Nama batuan asal tidak teridentifikasi.
Mineralogi :
Mineral sekunder
▪ Mineral Epidot berwarna hijau terang, kilap kaca, bentuk granular, cerat
putih, ukuran kristal < 1 mm, diamagnetik, kekerasan 6, tidak bereaksi
dengan HCl, kelimpahan 50%.
▪ Mineral Klorit berwarna hijau gelap-kusam, kilap tanah, fibrous,
kekerasan < 2, ukuran < 1 mm, berasosiasi dengan Epidot diamagnetik,
kelimpahan 40%.
Mineral pengisi urat
▪ Mineral Kuarsa berwarna putih colorless, kilap kaca, memiliki bentuk
kristalin, struktur agregat halus, ukuran < 1 mm, cerat putih, kekerasan 7,
kemagnetan diamagnetik, ketembusan cahaya translucent-transparent,
kelimpahan melimpah 100%.
Sampel 2. Batuan berwarna abu-abu kehijau-hijauan, ukuran butir < 1 mm, tekstur
afanitik, struktur masif, komposisi terdiri dari Epidot (50%), Klorit (40%), dan
Pirit (10%). Terdapat urat hidrotermal dengan tekstur urat disseminated, struktur
urat massive, tipe alterasi Propilitik-Filik, efek alterasi pervasive, tingkat alterasi
sangat intensif. Nama batuan asal tidak teridentifikasi.
Mineralogi :
Mineral sekunder
▪ Mineral Epidot berwarna hijau terang, kilap kaca, bentuk kristalin, struktur
granular, cerat putih, ukuran kristal < 1 mm, diamagnetik, kekerasan 6,
tidak bereaksi dengan HCl, kelimpahan 50%.
▪ Mineral Klorit berwarna hijau gelap-kusam, kilap tanah, bentuk kristalin,
struktur fibrous, kekerasan < 2, ukuran < 1 mm, berasosiasi dengan Epidot
diamagnetik, kelimpahan 40%.
▪ Mineral Pirit berwarna kuning kusan, kilap logam, ukuran < 1 mm,
granular, kekerasan 6-6.5, cerat hitam, kelimpahan 10%.
Sampel 3. Batuan berwarna coklat kemerah-merahan, ukuran butir 1 – 2 mm,
komposisi terdiri dari Mineral Silika Sekunder (100%). Struktur urat vuggy silica,
tipe alterasi Silisifikasi, efek alterasi pervasive, tingkat alterasi sangat intensif.
Nama batuan asal tidak teridentifikasi.
Mineralogi :
▪ Mineral Silika Sekunder berwarna putih kecoklatan, ukuran 1-2 mm, kilap
tanah, diamagnetik, kekerasan 7, kelimpahan 100%.
Sampel 4. Batuan berwarna abu-abu kehitam-hitaman, ukuran butir 1 – 3 mm,
tekstur porfiroafanitik, struktur masif, komposisi terdiri dari Magnetit (30%),
Aktinolit (50%), dan mineral supergene berupa Hematit (20%). Struktur urat
massive, tipe alterasi Potasik, efek alterasi pervasive, tingkat alterasi sangat
intensif. Nama batuan asal tidak teridentifikasi.
Mineralogi :
Mineral sekunder (alterasi)
▪ Mineral Magnetit berwarna hitam, kilap logam, bentuk kristalin, struktur
agregat halus, dengan ukuran 1 – 3 mm, kemagnetan feromagnetik,
ketembusan cahaya opaque, cerat hitam, kekerasan 5.5 – 6.5, kelimpahan
30%.
▪ Mineral Aktinolit berwarna hijau, kilap kaca, kekerasan 5 – 6, cerat putih,
bentuk kristalin, diamagnetik, ketembusan cahaya translucent,
kelimpahan 50%.
Mineral Supergene
▪ Mineral Hematit berwarna coklat kemerah-merahan, kilap tanah, bentuk
kristalin, struktur granular, ukuran kristal < 1 mm, kemagnetan
diamagnetik, ketembusan cahaya opaque, cerat merah, skala mohs 5.5 –
6.5, kelimpahan 20%.
e. Potensi
Potensi positif : Endapan di daerah ini memiliki prospek endapan porfiri yang
mengandung mineral ekonomis, seperti Emas (Au) dan
Tembaga (Cu).
f. Pembahasan
Float yang berada di sungai kecil di STA 3 kemungkinan berasal dari batuan
yang berada di hulu berupa intrusi Diorit yang membawa mineralisasi porfiri dan
tembaga-emas. Endapan porfiri ini terindikasi mengalami alterasi hidrotermal,
karena ditemukan mineral penciri alterassi hidrotermal, seperti Epidot, Klorit,
Magnetit, Aktinolit, dan Mineral Silika Sekunder.
Perbedaan litologi antara litologi 1 dan 2 disebabkan oleh perbedaan kimiawi
fluida hidrotermal yang dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi batuan yang
berinteraksi dengan fluida saat bergerak ke permukaan. Pada litologi 1 fluida
hidrotermalnya lebih kaya akan larutan mineral silika yang ditandai hadirnya urat
silika yang dapat disebabkan oleh keberadaan fracture yang kemudian terisi oleh
mineral silika. Alterasi yang dialami oleh litologi 3 disebabkan fluida hidrotermal
yang kaya akan kandungan silika dan pHnya asam, sehingga terbentuk struktur
urat berongga akibat proses leaching yang disebut vuggy silica. Pada litologi 4
terjadi pengayaan di permukaan (supergene enrichment) yang dipengaruhi oleh
interaksi batuan dengan air meterorik sehingga terbentuk mineral Hematit.

2.4 Stasiun Titik Amat 4

Gambar 7. Singkapan STA 4 Gambar 8. Sketsa STA 4

a. Lokasi
Secara geografis, STA 4 terletak di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo,
Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur dengan koordinat 581395 E
9083309 49 L
b. Morfologi
STA 4 merupakan bagian dari perbukitan. Singkapan menghadap ke timur dengan
batas morfologi :
Utara : singkapan Timur : tinggian
Selatan : singkapan Barat : tinggian
c. Singkapan
Singkapan pada STA 4 berupa tebing sungai yang tersusun oleh batuan beku.
Dimensi singkapan yaitu 10 m x 5 m x 3 m. Singkapan melampar dari utara ke
selatan. Tumbuhan paku banyak tumbuh di daerah tersebut dikarenakan terdapat
kandungan Cu yang tinggi pada batuan-batuan di STA 4.
d. Litologi
Sampel 1. Batuan berwarna cokelat, struktur masif, terdapat urat, ukuran butir <
1 – 1 mm, tekstur urat stockwork, tipe alterasi potasik, intensitas alterasi intensif,
komposisi berupa kuarsa (20 %}, brochantite (10 %), mineral lempung (20 %),
hematit (25 %) dan goetit (5 %).
Mineralogi :
Mineral Primer
▪ Mineral kuarsa, berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, ukuran < 1 mm,
kekerasan 7, kelimpahan 20 %.
Mineral Supergene
▪ Mineral Brochantite, berwarna hijau, ukuran < 1 mm, kilap kaca, cerat
hijau, kekerasan 4, kelimpahan 10 %.
▪ Mineral Lempung, berwarna cokelat, kilap tanah, kekerasan < 2,
kelimpahan 20 %.
▪ Mineral Hematit, berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5, kilap tanah,
kelimpahan 15 %.
▪ Mineral Goethite, berwarna kuning, kilap tanah, kekerasan 5, kelimpahan
5 %.
Mineral Gangue Stockwork
▪ Mineral Hematit, berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5, kilap tanah,
kelimpahan 25 %.
Sampel 2. Batuan berwarna cokelat kekuningan, masif, bagian dari urat, tekstur
stockwork, tipe alterasi potasik, komposisi berupa kuarsa (15 %), magnetit (20
%),, hematit (15 %), brochantite (25 %) dan mineral lempung (30 %).
Mineralogi :
Mineral Sekunder
▪ Mineral Silika, berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, kelimpahan 15 %.
▪ Mineral Magnetit, berwarna hitam, cerat hitam, kilap logam, opaque,
feromagnetik, kekerasan 5,5 – 6,5, kelimpahan 20 %.
Mineral Gangue Supergene
▪ Mineral Hematit, berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5, kilap tanah,
kelimpahan 10 %.
▪ Mineral Brochantite, berwarna hijau, kilap kaca, cerat hijau, kekerasan 4,
kelimpahan 25 %.
▪ Mineral Lempung, berwarna cokelat, kilap tanah, kekerasan < 2,
kelimpahan 30 %.
Sampel 3. Batuan berwarna cokelat kehijauan, struktur masif, batuan termasuk
bagian dari urat, tipe alterasi potasik komposisi berupa plagioklas (20 %), kuarsa
(15 %), magnetit (15 %), malasit (10 %), mineral lempung (20 %), hematit (15
%), dan goetit (5 %).
Mineralogi :
Mineral Primer
▪ Mineral Plagioklas, berwarna putih, kilap kaca – mutiara, kekerasan 6,
cerat putih, kelimpahan 20 %.
▪ Mineral Kuarsa, berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, kekerasan 7,
kelimpahan 15 %.
Mineral Alterasi
▪ Mineral Magnetit, berwarna hitam, cerat hitam, kilap logam, opaque,
feromagnetik, kekerasan 5,5 – 6,5, kelimpahan 15 %.
Mineral Supergene
▪ Mineral Malachite, berwarna hijau, cerat putih, kilap kaca – sutra,
transkucent, kekerasan 3,5 – 4, kelimpahan 10 %.
▪ Mineral Lempung, berwarna cokelat, kilap tanah, kekerasan < 2,
kelimpahan 20 %.
▪ Mineral Hematit, berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5, kilap tanah,
kelimpahan 15 %.
▪ Mineral Goethite, berwarna kuning, kilap tanah, kekerasan 5, kelimpahan
5 %.
e. Kedudukan struktur
Pada lokasi ini ditemukan rekahan yang mengindikasikan adanya struktur geologi.
Struktur geologi ini menjadi jalan aliran air yang dapat mempercepat proses
alterasi pada singkapan tersebut.
f. Potensi
Potensi positif : Secara umum, singkapan dapat digunakan sebagai media
pembelajaran geologi serta menjadi prospek endapan porfiri
tembaga emas.
g. Pembahasan
STA 4 di Desa Tasikmadu merupakan wilayah alterasi sistem porfiri tembaga-
emas, mineralisasi yang umum terjadi pada batuan vulkanik dan intrusi yang
berumur miopleistosen dan oligomiosen. Lokasi STA ini berada pada formasi
Mandalika yang berumur Miosen.
Singkapan ini merupakan intrusi early fine grained diorite yang membawa
mineralisasi pada wilayah ini, intrusi ini juga berasosiasi dengan keterdapatan urat
kuarsa/urat stockwork . Adapun kemunculan struktur-struktur geologi menjadi
faktor penting sebagai jalan fluida sebagai pengontrol alterasi.
Zona alterasi hidrotermal memiliki perkembangan zona yang dibagi menjadi
empat zona yaitu central potassic zone, proximal phyllic zone, distal propylitic
zone, dan superimposed argillic alteration zone. Sedangkan pada STA 4 ini
termasuk ke dalam central potassic zone. Intrepertasi central potassic zone
didukung dari kemunculan litologi berukuran fine grained serta banyak
kemunculan stockwork vein pada litologi 1 dan 2. Selain itu adapun kemunculan
mineral magnetit yang merupakan mineral penciri sistem porfiri potasik.

2.5 Stasiun Titik Amat 5

Gambar 9. Singkapan STA 5 Gambar 10. Sketsa STA 5

a. Lokasi
Secara geografis, STA 5 terletak di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo,
Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur dengan koordinat 577505 E 9082082 N 49
LU.
b. Morfologi
STA 5 merupakan bukit intrusi Kumbokarno yang terdiri dari batuan beku dacite,
dengan batas morfologi :
Utara : dataran Timur : singkapan
Selatan : tinggian Barat : singkapan
c. Singkapan
Singkapan berupa tebing batuan beku dacite yang telah teralterasi kuat, dengan
dimensi panjang 5m, tinggi 7m, melampar dari timur ke barat dan menghadap ke
Utara.
d. Litologi
Sampel 1. Batuan berwarna coklat kemerah-merahan, struktur masif dengan
hostrock dasit, tipe alterasi argilik lanjut, tipe endapan epithermal high sulfidation.
Komposisi terdiri atas mineral lempung, hematite, dan jarosite.
Mineralogi:
▪ Mineral lempung berwarna putih, kilap tanah, opaque, cerat putih ukuran
kristal <1mm, kelimpahan 90%
▪ Mineral hematite berwarna hitam cerat merah, kilap tanah, ukuran kistal <
`mm, opaque, kelimpahan 5%
▪ Mineral jarosite berwarna coklat tua, kilap kaca, cert kuning kecoklat-
coklatan, ukuran kristal < 1m, opaque, kelimpan 5%
Sampel 2. Batuan berwarna coklat, struktur masif dengan hostrock dasit, tipe
alterasi argilik lanjut, tipe endapan epithermal high sulfidation. Komposisi terdiri
atas mineral kaolinite, silika, dan mineral supergene berupa hematite.
Mineralogi:
▪ Mineral lempung (kaolinite) berwarna putih kecoklat-coklatan, kilap tanah,
cerat putih, opaque, ukuran kristal < 1mm, diamagnetik, kelimpahan 60%
▪ Mineral silika berwarna putih, kilap kaca, kekerasan 7, ukuran kristal <
1mm, diamagnetik, cerat putih, kelimpahan 30%
▪ Mineral supergen: mineral hematite warna hitam, cerat merah, kilap tanah,
ukuran kistal <1mm, opaque, kelimpahan 10%.
e. Potensi
Potesi positif : Singkapan dapat dijadikan sebagai objek studi geologi. Selain
itu, endapan di daerah ini memiliki prospek endapan epithermal
high sulfidation yang mengandung mineral ekonomis,
Potensi negatif : Singkapan berupa tebing dari bukit yang telah mengalami alterasi
dan oksidasi kuat, karena rapuh, maka dimungkinkan terjadinya
bencana longsor.
f. Pembahasan
Singkapan terletak di pinggir jalan di sisi barat daya bukit Kumbokarno yang
merupakan singkapan batuan yang sudah mengalami alterasi sangat kuat dengan
tipe alterasi argilik. Singkapan merupakan representum dari alterasi argilik. Pada
kenampakan close up STA 5 terdapat kontak batuan antara clay silica dengan clay.
Terdapat mineral alterasi, mineral hasil oksidasi.
2.6 Stasiun Titik Amat 6

Gambar 11. Singkapan STA 6 Gambar 12. Sketsa STA 6

a. Lokasi
Secara geografis, STA 6 terletak di Desa Karanggandu, Kecamatan Watulimo,
Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, dengan koordinat 577505 E 9082002 N 49
LU
b. Morfologi
STA 6 memiliki morfologi berupa pantai yang terdapat intrusi batuan beku dasit
yang teralterasi kuat. Batas morfologi :
Utara : singkapan Timur : dataran pantai
Selatan : singkapan Barat : tinggian
c. Singkapan
Singkapan berupa tebing batuan beku dasit yang teralterasi penuh yang memiliki
dimensi 10 m x 1,5 m, berada di pantai yang memanjang dari Utara – Selatan, dan
menghadap ke timur.
d. Litologi
Sampel 1. Batuan berwarna putih kecoklatan, struktur masif, terdapat urat,
intensitas sangat tinggi, host rock batuan dasit, struktur urat stockwork, tip alterasi
argilik, tipe endapan porfiri, dengan komposisi berupa hematit, limonit, dan
kaolinit.
Mineralogi :
▪ Hematit, berwarna merah, cerat merah, kilap tanah, kekerasan 5 – 6,5,
ketembusan cahaya opaque, kelimpahan 80%.
▪ Limonit, warna kekuning – kuningan, bentuk nodular, ketembusan cahaya
opaque, kekerasan 4 – 5,5, kelimpahan 20%.
▪ Kaolinit, warna putih, kekerasan < 2, cerat putih, kilap tanah, kelimpahan
30%, hadir sebagai mineral alterasi pada batuan.
Sampel 2. Batuan berwarna coklat kemerahan, struktur masif, bagian dari urat,
host rock batuan dasit, batuan mengalami alterasi seluruhnya, tipe alterasi argilik,
tipe endapan porfiri, dengan komposisi berupa:
▪ Mineral lempung, warna coklat, kilap tanah, kekerasan < 2, kelimpahan
30%, merupakan mineral alterasi pada batuan.
▪ Kuarsa residual, warna putih – colorless, kilap kaca, kekerasan 7, cerat
putih, ketembusan cahaya transparant – translucent, kelimpahan 60%,
merupakan mineral alterasi pada batuan.
▪ Hematit, berwarna merah, cerat merah, kilap tanah, kekerasan 5 – 6,5,
ketembusan cahaya opaque, kelimpahan 10%.
e. Kedudukan Struktur
Pada daerah penelitian terdapat struktur berupa kekar sebagai jalan aliran air.
f. Potensi
Potensi positif : Singkapan dapat dijadikan sebagai objek studi geologi. Selain
itu, endapan di daerah ini memiliki prospek endapan epithermal
high sulfidation yang mengandung mineral ekonomis,
Potensi negatif : Singkapan berupa tebing dari bukit yang telah mengalami
alterasi dan oksidasi kuat, karena rapuh, maka dimungkinkan
terjadinya bencana longsor.
g. Pembahasan
Pada singkapan terdapat kenampakan
float atau bongkahan yang menggelinding
dari Bukit Kumbakarno. Secara close up
ditunjukkan tekstur pada batuan yaitu
vuggy, yang merupakan hasil alterasi dari
pelarutan asam. Pada batuan sebagian
besar telah terpotong oleh urat – urat, yang membentuk tekstur dari stockwork,
serta kemungkinan merupakan bagian dari sistem porfiri.
Terdapat pula batuan yang mengalami alterasi dan oksidasi sangat kuat, serta
terpotong oleh banyak urat yang sangat intensif dan membentuk struktur
stockwork. Ditunjukkan dengan mineral – mineral yang mengandung besi, seperti
pirit, magnetit, dan mineral sulfida lainnya. Urat – urat sudah mengalami proses
oksidasi yang cukup kuat, yang ditunjukkan dengan gambar di bawah ini.
III. KESIMPULAN
1. STA 1 merupakan bagian dari Formasi Kebo Butak yang tersusun atas batuan
vulkaniklastik dan piroklastik. Meski demikian, pada peta geologi regional STA 1
termasuk ke dalam endapan kuarter. Litologi pada STA 1 adalah Zeolitic Tuff atau vitric
cystal tuff bergantung kepada klasifikasi yang digunakan. Pada STA 1 ini ditemukan
mineral zeolit yang pembentukannya melalui proses diagenesis burial dan metamorfisme
derajat rendah. Adapun mineral dari kelompok zeolit yang dominan adalah klinoptilolit
dan mordenit dengan suhu pembentukan berkisar 55 - 80 derajat celcius. Zeolit memiliki
karakteristik yang unik sehingga dapat dimanfaatkan dalam berbagai hal, seperti sebagai
penukar kation, pembersih air, penyaring molekul, katalis, konstruksi, kesehatan, dan
petrokimia.
2. STA 2 merupakan bagian dari Formasi Campurdarat yang didominasi oleh batugamping
dan batulempung karbonat berumur Miosen Awal - Miosen Tengah dan Formasi Nampol
yang didominasi Batupasir, Batulempung, Tuff, Sisipan Konglomerat, dan Breksi yang
berumur Miosen Tengah. Pada STA 2 ini ditemukan batugamping klastik yang
menggambarkan Formasi Nampol dan marmer (ubahan batugamping) yang
menggambarkan Formasi Campurdarat. Pada sampel STA 2 dapat ditemukan bentukan
suture pada strukturnya yang mengindikasikan metamorfisme kontak, sedangkan tekstur
decussate menunjukkan rekristalisasi mineral kalsit. Berdasarkan genesanya urutan batuan
yang terbentuk pada STA 2 ini adalah packstone dan wackestone yang diintrusi oleh batuan
beku dasit, kemudian terjadi rekristalisasi mineral kalsit pada batugamping. Berdasarkan
geokimia marmer Besole mengandung CaO sekitar 50% yang baik digunakan untuk bahan
industri kertas, pewarna tekstil, produksi pestisida, penyaringan gula, produksi semen, batu
dimensi, batu hias, dan campuran konstruksi. Berdasarkan aspek ketenikannya, marmer
Besole ini dapat digunakan sebagai batu dimensi dan dapat dimanfaatkan untuk campuran
konstruksi. Dengan nilai serapan air rendah, kuat tekan tinggi yang memenuhi syarat SNI.
3. STA 3 merupakan bagian dari Formasi Mandalika. Pada STA ini terdapat batuan float yang
berukuran kecil hingga bongkahan. Litologi pada STA 3 merupakan batuan vulkaniklastik.
Berdasarkan tipe alterasinya lokasi ini mencirikan tipe endapan porfiri. Batuan beku pada
STA 3 mengalami overprinting dari mineral - mineral yang mengalterasi batuan beku
sebelumnya yang berasal dari aktivitas vulkanisme gunung api purba pada daerah tersebut.
4. Pada STA 4 ditemukan batuan magmatik berupa diorit. Pada contoh sampel litologi,
ditemukan adanya tekstur urat stockwork dengan tipe alterasi argilik lanjut yang
mencirikan tipe endapan bijih. Batuan beku awalnya mengalami alterasi hidrotermal dari
mineral - mineral yang mengalterasi batuan beku sebelumnya oleh proses vulkanisme. Hal
ini dibuktikan dengan adanya kandungan clay mineral sebanyak 30%. Meskipun demikian
alterasi tidak mengubah keseluruhan batuan. Selain itu juga ditemukan rekahan urat yang
terbentuk saat mineral penciri alterasi masuk ke dalam rongga = rongga batuan yang
kemudian mengisi batuan tersebut dan mengindikasikan tipe alterasi argilik lanjut.
5. STA 5 merupakan bukit intrusi Kumbukarno dengan batuan yang ditemukan berupa dasit
yang terlaterasi seluruhnya dengan tipe alterasi argilik. Pada lokasi ini terdapat kontak
batuan antara clay dan clay silika yang terlihat sangat jelas. Proses leaching juga terjadi
pada batuan induk dimana mineral primer mengalami pelarutan oleh fluida hidrotermal
yang asam dan menyisakan rongga sehingga terbentuk tekstur vuggy, sementara tekstur
Stockwork terbentuk dari pengisian rekahan. Terbentuk sebagai endapan epithermal
sulfidasi tinggi dan berada pada tatanan volkanik proksimal. Kehadiran kaolinit dan
mineral silika mengindikasikan adanya pengaruh suhu yang lebih tinggi dan fluida yang
lebih asam hingga masuk ke tipe argilik lanjut.
6. STA 6 berupa dinding batuan beku dari kaki bukit intrusi Kumbukarno dengan litologi
berupa dasit yang teralterasi seluruhnya. Pada lokasi ini terjadi alterasi yang sangat intensif
yang diindikasikan dengan struktur vuggy yang dominan dan stockwork yang sangat
melimpah. Lokasi ini berada pada sistem porfiri karena ditemukannya mineral sulfida dan
oksida berupa pirit, magnetit, dan hematit. Struktur dan tekstur mineralogi lokasi ini
merepresentasikan tipe endapan overprinting antara epitermal dan porfiri
Lampiran 1.
ACARA : MINERAL INDUSTRI
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Mineral Industri Kelompok : 10


STA/Sampel : 1/1
Foto Batuan

Plagioklas
Kuarsa

Glass vulkanik Zeolit

Komponen pengamatan Keterangan


1. Nama batuan/mineral Tuff Zeolitik
2. Jenis batuan Batuan Metamorf
3. Pemerian batuan (Petrologi) Batuan piroklastik berupa tuf yang berwarna abu-abu kehijauan,
memilliki ukuran butir < 2 mm, sortasi baik, struktur masif.
4. Pemerian mineral Gelas Vulkanik, mineral berwarna putih keabu-abuan, kilap dull-
earthy, ukuran < 2 mm, kelimpahan 10 %

Plagioklas, mineral berwarna putih, ukuran 2-6mm, kristalin,


prismatic, cerat putih, kilap dull, kekerasan 6, kelimpahan 5 %

Kuarsa, mineral berwarna colorless, ukuran 2-5 mm, kristalin,


prismatic, cerat putih, kilap kaca, kekerasan 7, kelimpahan 5 %

Zeolit, mineral berwarna hijau pucat ukuran < 1 mm, kekerasan 4-5,
struktur granular, kilap tanah, cerat putih, kelimpahan 90 %

5. Genesa Batuan terbentuk karena diagenesis burial dan metamorfisme derajat


rendah. Diagenesa ini dapat diketahui dari komposisinya yang
didominasi oleh klinoptilolit dan mordenit yang suhu
pembentukannya kira-kira 55-80oC.
6. Manfaat/aplikasi Mineral zeolit memiliki potensi sebagai pemantap tanah, pembawa
pupuk, serta pengontrol pelepasan ion NH4- dan K+ . Zeolit juga
digunakan untuk feed additive pada ternak babi dan ayam. Zeolit dapat
digunakan sebagai bahan pengontrol polusi, deodorizer, dan
penghilang warna dalam kaitannya dengan kelestarian lingkungan.
Selain itu, zeolit juga umum digunakan sebagi penyaring pada berbagai
jenis industri, mulai dari industri konstruksi hingga industri pesawat.
Lampiran 2.
ACARA: MINERAL INDUSTRI
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Mineral Industri Kelompok : 10


STA/Sampel : 2/1
Foto Batuan

Hematite

Kalsit

Dolomite

Komponen pengamatan Keterangan


1. Nama batuan/mineral Metaframestone
1. Jenis batuan Metamorf
2. Pemerian batuan (Petrologi) Batuan berwarna putih kecoklat-coklatan, memiliki struktur non-
foliasi, hornfels, memiliki tekstur relict, komposisi mineral: kalsit,
dolomit, dan hematite
3. Pemerian mineral Kalsit, mineral berwarna putih, kilap tanah, cerat putih, translucent-
opaque, ukuran kristal <1 mm, diamagnetic, kekerasan 3. Kelimpahan
60%

Dolomit, mineral berwarna putih, kilap tanah, cerat putih, translucent-


opaque, ukuran kristal <1 mm, diamagnetic, kekerasan 3,5-4.
Kelimpahan 30%

Hematite, mineral berwarna coklat, kilap tanah, cerat coklat kemerah-


merahan, ukuran kristal <1 mm, opaque, kelimpahan 10%

4. Genesa Genesa pembentukan yaitu batuan awal yang merupakan batuan


sedimen batugamping klastik packstone dan wackestone diintrusi oleh
batuan beku dacite yang awalnya tidak muncul ke permukaan. Bukti
adanya pengaruh intrusi adalah marmer yang terbentuk akibat adanya
panas terubah karena suhu tertentu sehingga batugamping yang
awalnya memiliki kristal-kristal kalsit yang ukurannya kecil-kecil
terekristalisasi sehingga menjadi berukuran lebih besar.
5. Manfaat/aplikasi Dapat dimanfaatkan sebagai bahan agregat konstruksi yaitu sebagai
bahan baku kosntruksi yaitu sebagai bahan bangunan rumah dan
gedung, bahan monument, sebagai batu hias (dekorasi), bahan baku
pembuatan aksesoris rumah seperti lantai, ornament dinding, wastafel,
dan meja.
ACARA: MINERAL INDUSTRI
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Mineral Industri Kelompok : 10


STA/Sampel : 2/2
Foto Batuan

Kalsit

Komponen pengamatan Keterangan


1. Nama batuan/mineral Marmer
2. Jenis batuan Metamorf kristalin
3. Pemerian batuan (Petrologi) Batuan berwarna putih, memiliki struktur honrfelsik, dengan tekstur
lepidiblastik, komposisi mineral: kalsit kristalin 100%

4. Pemerian mineral Kalsit kristalin, mineral berwarna putih, kilap kaca - damar, cerat
putih, translucent-opaque, ukuran kristal <1 mm, diamagnetic,
kekerasan 3. Kelimpahan 100%

5. Genesa Genesa pembentukan yaitu batuan awal yang merupakan batuan


sedimen batugamping klastik packstone dan wackestone diintrusi oleh
batuan beku dacite yang awalnya tidak muncul ke permukaan. Bukti
adanya pengaruh intrusi adalah marmer yang terbentuk akibat adanya
panas terubah karena suhu tertentu sehingga batugamping yang
awalnya memiliki kristal-kristal kalsit yang ukurannya kecil-kecil
terekristalisasi sehingga menjadi berukuran lebih besar.
6. Manfaat/aplikasi Dapat dimanfaatkan sebagai bahan agregat konstruksi yaitu sebagai
bahan baku kosntruksi yaitu sebagai bahan bangunan rumah dan
gedung, bahan monument, jalan dan jembatan, sebagai batu hias
(dekorasi), bahan baku industry poles, dan bahan baku pembuatan
aksesoris rumah seperti lantai, ornament dinding, wastafel, dan meja.
Lampiran 3.

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 3/1

Epidot
Klorit

Kuarsa
Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan Abu-abu cerah
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Propilitik,
alterasi batuan Intesitas alterasi: Sangat intensif (100%),
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teridentifikasi
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
- Tekstur urat: Veinlet
- Geometri urat: Massive Vein
Hubungan overprinting antar urat:
- Tidak ada
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :-
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Epidot berwarna hijau terang, kilap kaca, bentuk granular,
cerat putih, ukuran kristal < 1 mm, diamagnetic, kekerasan 6,
tidak bereaksi dengan HCl, kelimpahan 50%.
Klorit berwarna hijau gelap-kusam, kilap tanah, fibrous,
kekerasan < 2, ukuran < 1 mm, berasosiasi dengan Epidot,
diamagnetik, kelimpahan 40%.
Mineral-mineral tambahan : -
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam
Kuarsa berwarna putih colorless, kilap kaca, memiliki
bentuk agregat halus, ukuran < 1 mm, cerat putih, kekerasan
7, kemagnetan diamagnetik, ketembusan cahaya translucent
– transparent, kelimpahan melimpah 100%.
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Terbentuk akibat adanya kontak antara intrusi plutonik dengan
batuan dinding. Dalam proses pendinginannya, intrusi magma
tersebut akan melepaskan fluida yang kemudian akan berinteraksi
dengan batuan yang dilewatinya. Adanya infiltrasi air meteorik
menyebabkan unsur Ca akan tercuci (leached) dan menghasilkan
mineral-mineral seperti Epidot dan Klorit. Fluida hidrotermal
mengandung mineral-mineral terlarut, seperti silika, yang akan
diendapkan pada rekahan-rekahan batuan yang dilaluinya
membentuk urat.
8. Kondisi Lingkungan Batuan ini mengalami alterasi tipe Propilitik. Alterasi tipe ini
terbentuk pada suhu 300°C – 500°C pada pH asam-netral.
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 3/2

Pirit

Klorit Epidot
Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan Abu-abu kehijau-hijauan
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Propilitik-Filik,
alterasi batuan Intesitas alterasi: Sangat intensif (100%),
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teridentifikasi
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
- Tekstur urat: Disseminated
- Geometri urat: Massive Vein
Hubungan overprinting antar urat:
- Tidak ada
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :-
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Epidot berwarna hijau terang, kilap kaca, granular, cerat
putih, ukuran kristal < 1 mm, kekerasan 6, kelimpahan 50%.
Klorit berwarna hijau gelap-kusam, fibrous, kekerasan < 2,
ukuran < 1 mm, berasosiasi dengan Epidot, kelimpahan 40%
- Mineral-mineral tambahan
Pirit berwarna kuning kusan, kilap logam, ukuran < 1 mm,
granular, kekerasan 6-6.5, cerat hitam, kelimpahan 10%.
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Terbentuk akibat adanya kontak antara intrusi plutonik dengan
batuan dinding. Dalam proses pendinginannya, intrusi magma
tersebut akan melepaskan fluida yang kemudian akan berinteraksi
dengan batuan yang dilewatinya. Adanya infiltrasi air meteorik
menyebabkan unsur Ca akan tercuci (leached) dan menghasilkan
mineral-mineral seperti Epidot dan Klorit. Pirit dapat
mengindikasikan bahwa fluida hidrotermal mengalami kontak
dengan batuan yang bersifat intermediet – asam. Pola
pengendapan Pirit yang menyebar dapat menjadi tanda aliran
fluida hidrotermal yang juga menyebar dalam tubuh batuan ini.
8. Kondisi Lingkungan Batuan ini mengalami alterasi tipe Propilitik-Filik. Alterasi tipe
ini terbentuk pada suhu 230°C – 400°C. dengan pH 4 – 6 (asam –
netral).
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 3/3

Mineral Silika
Sekunder

Komponen pengamatan Keterangan


1. Warna batuan Coklat kemerah-merahan
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Silisifikasi,
alterasi batuan Intesitas alterasi: Sangat intensif (100%),
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teridentifikasi
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
- Tekstur urat: Vuggy
- Geometri urat: Vuggy Silica
Hubungan overprinting antar urat:
- Tidak ada
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :-
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Silika Sekunder berwarna putih kecoklatan, ukuran 1-2 mm,
kilap tanah, diamagnetik, kekerasan 7, kelimpahan 100%.

- Mineral-mineral tambahan : -
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Batuan bertekstur porfiroafanitik yang didominasi mineral silika
akibat adanya penggantian mineral-mineral pada batuan oleh
mineral silika; terdapat tekstur berlubang dan struktur / geometri
urat vuggy akibat aktivitas pencucian (leaching) oleh fluida
hidrotermal dengan pH sangat rendah.
8. Kondisi Lingkungan Reaksi silikasi pada batuan ini terjadi pada lingkungan pH yang
sangat rendah (asam), sehingga terbentuk mineral yang silika dan
terjadi pada suhu yang sedang – tinggi.
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 3/4

Magnetit

Aktinolit

Hematit

Komponen pengamatan Keterangan


1. Warna batuan Abu-abu kehitam-hitaman
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Potasik,
alterasi batuan Intesitas alterasi: Sangat intensif (100%),
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teridentifikasi
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
- Tekstur urat: Massive
- Geometri urat: Massive Vein
Hubungan overprinting antar urat:
- Tidak ada
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :-
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Magnetit berwarna hitam, kilap logam, bentuk kristalin,
struktur agregat halus, dengan ukuran 1 – 3 mm, kemagnetan
feromagnetik, ketembusan cahaya opaque, cerat hitam,
kekerasan 5.5 – 6.5, kelimpahan 30%.

Aktinolit berwarna hijau, kilap kaca, kekerasan 5 – 6, cerat


putih, bentuk kristalin, diamagnetik, ketembusan cahaya
translucent, kelimpahan 50%.

- Mineral-mineral tambahan
Hematit berwarna coklat kemerah-merahan, kilap tanah,
bentuk kristalin, struktur granular, ukuran kristal < 1 mm,
kemagnetan diamagnetik, ketembusan cahaya opaque, cerat
merah, skala mohs 5.5 – 6.5, kelimpahan 20%.

Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue


- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Batuan bertekstur porfiroafanitik menandakan batuan mengalami
pembekuan cepat namun masih bisa menghasilkan butiran kristal.
Selain itu, endapan porfiri ini dipengaruhi oleh alterasi dan
mineralisasi hidrotermal yang tinggi dan adanya pengayaan di
permukaan (supergene enrichment) yang dipengaruhi oleh air
meterorik sehingga terbentuk mineral Hematit, sehingga
menghasilkan asosiasi mineral Hematit, Magnetit, dan Aktinolit.
8. Kondisi Lingkungan Batuan ini mengalami alterasi tipe Potasik. Alterasi tipe ini
terbentuk pada suhu sekitar > 300 °C – 325 °C dari interaksi
dengan fluida hidrotermal yang memiliki pH netral hingga sedikit
alkalin yang ditandai dengan kehadiran mineral Magnetit.
Lampiran 4.

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 4/1

Mineral Lempung
Goetit

Kuarsa

Hematit

Brochantite

Komponen pengamatan Keterangan


1. Warna batuan Cokelat
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Potasik ,
alterasi batuan
Intesitas alterasi: Intensif,
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teramati
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
-Tekstur urat: Stockwork
-Geometri urat: Masif
Hubungan overprinting antar urat: -
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :
Mineral berwarna putih, kilap kaca, cerat putih, ukuran < 1 mm,
kekerasan 7, kelimpahan 20 %. Nama mineral : Kuarsa
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi : -
- Mineral-mineral tambahan
Brochantite, mineral berwarna hijau, ukuran < 1 mm, kilap
kaca, cerat hijau, kekerasan 4, kelimpahan 10 %.
Mineral lempung, mineral berwarna cokelat, kilap tanah,
kekerasan < 2, kelimpahan 20 %.
Hematit, mineral berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5,
kilap tanah, kelimpahan 15 %.
Goetit, mineral berwarna hitam, kilap logam, kekerasan 5,
kelimpahan 5 %.
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) :
Hematit, mineral berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5,
kilap tanah, kelimpahan 25 %. Nama mineral :
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Batuan bertekstur porfiroafanitik menandakan batuan mengalami
pembekuan cepat namun masih bisa , menghasilkan butiran
kristal. Selain itu, endapan porfiri ini dipengaruhi oleh alterasi dan
mineralisasi hidrotermal dan adanya pengayaan di permukaan
(supergene enrichment) yang dipengaruhi oleh air meteorik
sehingga terbentuk mineral hematit, goetit, brochantite, dan
mineral lempung.
8. Kondisi lingkungan Alterasi tipe potassik ini tebentuk pada daerah dekat batuan beku
intrusif, fluida yang suhunya > 200˚C sampai >300˚C, dengan
kondisi fluida pH netral tetapi kandungan aH+/aK+ meningkat
dan salinitas tinggi. Akibat reaksi antara mineral mafik dengan
larutan hidrotemal akan menghasilkan feldspar. Alterasi ini
berada pada zona potassik (di suatu system hidrotermal yang
berpusat pada tubuh intrusi, intrusi tersebut membawa fluida
hidrotermal).
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 4/2

Magnetit
Brochantite

Silika

Mineral
Lempung

Hematit

Komponen pengamatan Keterangan


1. Warna batuan Cokelat kekuningan
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Potasik ,
alterasi batuan
Intesitas alterasi: Intensif,
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teramati
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
-Tekstur urat: Stockwork
-Geometri urat: Masif
Hubungan overprinting antar urat: -
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :-
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Silika, mineral berwarna putih, kilap kaca, cerat putih,
kelimpahan 15 %.
Magnetit, mineral berwarna hitam, cerat hitam, kilap logam,
opaque, feromagnetik, kekerasan 5,5 – 6,5, kelimpahan 20 %.
- Mineral-mineral tambahan : -
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam :
Brochantite, mineral berwarna hijau, kilap kaca, cerat hijau,
kekerasan 4, kelimpahan 25 %.
Mineral lempung, mineral berwarna cokelat, kilap tanah,
kekerasan < 2, kelimpahan 30 %.
- Mineral logam (bijih) :
Hematit, mineral berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5,
kilap tanah, kelimpahan 25 %.
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Batuan bertekstur porfiroafanitik menandakan batuan mengalami
pembekuan cepat namun masih bisa , menghasilkan butiran
kristal. Selain itu, endapan porfiri ini dipengaruhi oleh alterasi dan
mineralisasi hidrotermal dan adanya pengayaan di permukaan
(supergene enrichment) yang dipengaruhi oleh air meteorik
sehingga terbentuk mineral hematit, brochantite, dan mineral
lempung.
8. Kondisi lingkungan Alterasi tipe potassik ini tebentuk pada daerah dekat batuan beku
intrusif, fluida yang suhunya > 200˚C sampai >300˚C, dengan
kondisi fluida pH netral tetapi kandungan aH+/aK+ meningkat
dan salinitas tinggi. Akibat reaksi antara mineral mafik dengan
larutan hidrotemal akan menghasilkan feldspar. Alterasi ini
berada pada zona potassik (di suatu system hidrotermal yang
berpusat pada tubuh intrusi, intrusi tersebut membawa fluida
hidrotermal).
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 4/3

Plagioklas

Hematit

Mineral Lempung

Goetit

Malasit

Kuarsa

Komponen pengamatan Keterangan


1. Warna batuan Cokelat kehijauan
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Potasik ,
alterasi batuan
Intesitas alterasi: Intensif,
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teramati
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
-Tekstur urat: -
-Geometri urat: Masif
Hubungan overprinting antar urat: -
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :
Plagioklas, mineral berwarna putih, kilap kaca – mutiara,
kekerasan 6, cerat putih, kelimpahan 20 %..
Kuarsa, mineral berwarna putih, kilap kaca, cerat putih,
kekerasan 7, kelimpahan 15 %.
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Magnetit, mineral berwarna hitam, cerat hitam, kilap logam,
opaque, feromagnetik, kekerasan 5,5 – 6,5, kelimpahan 15 %.
- Mineral-mineral tambahan :
Malasit.Mineral berwarna hijau, cerat putih, kilap kaca –
sutra, transkucent, kekerasan 3,5 – 4, kelimpahan 10 %.
Mineral lempung Mineral berwarna cokelat, kilap tanah,
kekerasan < 2, kelimpahan 20 %.
Hematit Mineral berwarna hitam, cerat merah, kekerasan 5,
kilap tanah, kelimpahan 15 %.
Goetit Mineral berwarna hitam, kilap logam, kekerasan 5,
kelimpahan 5 %.
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Batuan bertekstur porfiroafanitik menandakan batuan mengalami
pembekuan cepat namun masih bisa , menghasilkan butiran
kristal. Selain itu, endapan porfiri ini dipengaruhi oleh alterasi dan
mineralisasi hidrotermal dan adanya pengayaan di permukaan
(supergene enrichment) yang dipengaruhi oleh air meteorik
sehingga terbentuk mineral hematit, brochantite, dan mineral
lempung.
8. Kondisi lingkungan Alterasi tipe potassik ini tebentuk pada daerah dekat batuan beku
intrusif, fluida yang suhunya > 200˚C sampai >300˚C, dengan
kondisi fluida pH netral tetapi kandungan aH+/aK+ meningkat
dan salinitas tinggi. Akibat reaksi antara mineral mafik dengan
larutan hidrotemal akan menghasilkan feldspar. Alterasi ini
berada pada zona potassik (di suatu system hidrotermal yang
berpusat pada tubuh intrusi, intrusi tersebut membawa fluida
hidrotermal).
Lampiran 5.

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Epitermal STA/Sampel : 5/1

kaolinite

Jarosite

Komponen pengamatan Keterangan


1. Warna batuan Coklat kemerah-merahan
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Argilik
alterasi batuan
Intesitas alterasi: Sangat intensif (100%),
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Tidak teridentifikasi
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
- Tekstur urat: -
- Geometri urat: -
Hubungan overprinting antar urat:
- Tidak ada
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :-
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Kaolinit berwarna putih, kilap tanah, bentuk granular, cerat
putih, ukuran kristal < 1 mm, diamagnetic, opaque, kekerasan
2, tidak bereaksi dengan HCl, kelimpahan 90%.
Jarosite berwarna coklat tua, kilap kaca, cerat kuning
kecoklat-coklatan, kekerasan < 2, ukuran < 1 mm,
diamagnetik, kelimpahan 5%
- Mineral-mineral tambahan : -
6. Tipe endapan: Endapan Epitermal High Sulfidation
7. Genesa Batuan terbentuk dari alterasi oleh fluida hydrothermal.Tekstur
masif mengindikasikan proses pembentukan yang terjadi dalam
satu kali periode secara simultan. pembentukan urat-urat kuarsa
bertekstur masif biasanya mencirikan tahap early epithermal
stage. Pada tahap ini proses mineralisasi yang terjadi didominasi
oleh pembentukan mineral bijih pembawa logam dasar.
8. Kondisi Lingkungan Kondisi pembentukan pada temperatur 100°-300°C (Pirajno,
1992, dalam Sutarto, 2004), fluida bersifat asam-netral, dan
salinitas rendah.Lingkungan alterasi argilik berada di dekat
dengan sistem magmatisme (daerah proksimal). Pada alterasi ini,
merupakan perwakilan dari lingkungan supergen dengan air tanah
bertemperatur rendah menjadi asam
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 5/2

kaolinite

silika
hematite

Komponen pengamatan Keterangan


1. Warna batuan Coklat
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: Propilitik-Filik,
alterasi batuan
Intesitas alterasi: Sangat intensif (100%),
Efek alterasi batuan: Pervasif
3. Host Rock Dasit
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat : -
Hubungan overprinting antar urat:
- Tidak ada
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral asli :-
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Kaolinit berwarna putih, kilap tanah, bentuk granular, cerat
putih, ukuran kristal < 1 mm, diamagnetic, opaque, kekerasan
2, tidak bereaksi dengan HCl, kelimpahan 60%.
Silika berwarna putih, kilap kaca, kekerasan 7, ukuran < 1
mm, diamagnetik, opaque, , kelimpahan 30%
Mineral Supergen, Hematite berwarna hitam, cerat merah,
kilap tanah, ukuran kristal <1mm, opaque, kelimpahan 10%
- Mineral-mineral tambahan: -
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Epitermal High Sulfidation
7. Genesa Batuan terbentuk dari alterasi oleh fluida hydrothermal.Tekstur
masif mengindikasikan proses pembentukan yang terjadi dalam
satu kali periode secara simultan. pembentukan urat-urat kuarsa
bertekstur masif biasanya mencirikan tahap early epithermal
stage. Pada tahap ini proses mineralisasi yang terjadi didominasi
oleh pembentukan mineral bijih pembawa logam dasar.
8. Kondisi Lingkungan Kondisi pembentukan pada temperatur 100°-300°C (Pirajno,
1992, dalam Sutarto, 2004), fluida bersifat asam-netral, dan
salinitas rendah.Lingkungan alterasi argilik berada di dekat
dengan sistem magmatisme (daerah proksimal). Pada alterasi ini,
merupakan perwakilan dari lingkungan supergen dengan air tanah
bertemperatur rendah menjadi asam.
Lampiran 6

LABORATORIUM BAHAN GALIAN


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 6/1

mineral 1: kaolinit, mineral 2: hematit, mineral 3: limonit


Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan Putih kecoklatan
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: argilik,
alterasi batuan
Intesitas alterasi: tinggi,
Efek alterasi batuan: pervasif
3. Host Rock Batuan beku dasit dengan tekstur porfiritik
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
- Tekstur urat: stockwork
- Geometri urat : stockwork
Hubungan overprinting antar urat:
Tidak teramati
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral Primer : -
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Kaolinit, berwarna putih dengan kilap tanah, cerat
putih, kemagnetan diamagnetik, ketembusan cahaya
opaque, kekerasan < 2. Kelimpahan 20%.
- Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
Hematit, berwarna merah dengan kilap tanah, cerat
merah, kemagnetan ferromagnetik, ketembusan
cahaya opaque, kekerasan 5 – 6,5. Kelimpahan 60%.
Limonit, berwarna kekuning – kuningan dengan
kilap tanah, ketembusan cahaya opaque, bentuk
nodular, kekerasan 4 – 5,5. Kelimpahan 20%.
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Batuan induk bertekstur porfiritik terintrusi oleh magma,
dimana pada saat intrusi terjadi pelapasan fluida
hidrotermal yang menyebabkan magma intrusi mendingin.
Pada batuan dijumpai tekstur urat stockwork, yang mana
tekstur ini terbentuk karena hydrofracturing dan alterasi
dinding rekahan oleh fluida secara berulang. Pada sampel
batuan ditemukan kehadiran mineral kaolinit dan hematit,
yang mencirikan batuan mengalami tipe alterasi argilik.

8. Kondisi Lingkungan Keberadaan mineral kaolinit dan hematit mengindikasikan


batuan terbentuk pada lingkungan zona alterasi argilik
yang terjadi proses pelapukan intens yang terjadi pada
leached cap di sistem porfiri dengan pH yang asam dan
pada suhu tinggi.
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI, UNIVERSITAS GADJAH MADA

Lembar Pengamatan Peraga Endapan Kelompok : 10


Porfiri STA/Sampel : 6/2

mineral 1: mineral lempung, mineral 2: kuarsa residual, mineral 3: hematit


Komponen pengamatan Keterangan
1. Warna batuan Coklat kemerahan
2. Tipe, intensitas, dan efek Tipe alterasi: argilik, Intesitas alterasi: tinggi, Efek
alterasi batuan alterasi batuan: pervasif
3. Host Rock Batuan beku dasit dengan tekstur porfiritik
4. Pemerian Urat/Gangue Tekstur dan geometri urat :
- Tekstur urat: stockwork
- Geometri urat : stockwork
Hubungan overprinting antar urat:
Tidak teramati
5. Mineralogi (deskripsi) Mineral primer : -
Mineral Sekunder :
- Mineral-mineral kunci/ penciri alterasi
Mineral lempung, berwarna coklat dengan kilap
tanah, kemagnetan diamagnetik, ketembusan cahaya
opaque, kekerasan < 2. Kelimpahan 30%.
Kuarsa residual, berwarna putih – colorless, kilap
kaca, cerat putih, kemagnetan diamagnetik,
ketembusan cahaya transparant - translucent,
kekerasan 7. Kelimpahan 60%.
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
Hematit, berwarna merah dengan kilap tanah, cerat
merah, kemagnetan ferromagnetik, ketembusan
cahaya opaque, skala mohs 5 – 6,5. Kelimpahan
melimpah 10%.
Mineral-mineral pengisi tubuh urat/gangue
- Mineral non-logam : -
- Mineral logam (bijih) : -
6. Tipe endapan: Endapan Porfiri (Corbett dan Leach, 1995)
7. Genesa Batuan induk bertekstur porfiritik terintrusi oleh magma,
dimana pada saat intrusi terjadi pelapasan fluida
hidrotermal yang menyebabkan magma intrusi
mendingin. Batuan ini mengalami alterasi argilik, yang
ditandai dengan kehadiran mineral mineral lempung dan
kuarsa residual, serta kedua mineral tersebut mencirikan
bahwa batuan mengalami alterasi pervasif secara
keseluruhan. Pada batuan dijumpai tekstur urat
stockwork, yang terbentuk akibat hydrofracturing dan
alterasi pada dinding rekahan oleh fluida secara berulang.

8. Kondisi Lingkungan Batuan terbentuk pada lingkungan dengan tipe alterasi


argilik dengan pH netral – asam pada suhu sekitar 200 –
300 °C, berada pada area dekat dengan zona sistem
porfiri, dan salinitas rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Idrus, A., Titisari, A. D., Warmada, I. W., Setijadji, L. D. Hakim, F., Aldan, F. A., Widihermawan,
A. C. (2021). Buku Panduan Praktikum Geologi Sumberdaya Mineral Edisi Pertama – Tahun
2021. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ardhianto, Luki. (2020). Geologi dan Delineasi Kawasan Lindung Karst, Kecamatan Besuki,
Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Program Studi Teknik Geologi, Institut
Teknologi Sumatera Bandar Lampung

Aryanto, W. D. (2017). Geologi Daerah Gedangsari dan sekitarnya, Kecamatan Gedangsari,


Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Online Mahasiswa (JOM)
Bidang Teknik Geologi, 1.

Anonim. (2017). Geologi Regional Pegunungan Selatan – SM-IAGI UGM. sm-


iagi.ft.ugm.ac.id/geologi-regional-pegunungan-selatan/. Diakses 2 Juni 2022.

Bonewitz, R. I. (2012). Nature Guide Rocks and Minerals. New York: DK Publishing.

Hedenquist, J., Arribas, A., Gonzalez-Urien, E. (2000). Exploration for Epithermal Gold Deposits.
Reviews in Economic Geology, v. 13. p. 245–277.

Thompson, A. J. B. dan Thompson, J. F. H. (1996). Atlas of Alteration. Vancouver: Mineral Deposit


Research Unit.

Guilbert, J. M. dan Park Jr, C. F. (1986). The Geology of Ore Deposits. New York : W. H. Freeman
and Company

Anda mungkin juga menyukai